• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I HANG NADIM BATAM. PHILIP MUSTAMU M.Si. NIP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I HANG NADIM BATAM. PHILIP MUSTAMU M.Si. NIP"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.033] i

KATA PENGANTAR

Bumi adalah tempat kita berpijak, berbagai kebutuhan kita disediakan oleh bumi. Yang lahir dan hidup di bumi bukan hanya generasi saat ini, namun berkelanjutan untuk anak cucu di masa depan. Jika mengulas tentang bumi, begitu banyak aspek yang diperhatikan. Mulai dari aspek lingkungan, ekonomi, politik, sampai kegiatan manusia. Semua mempunyai kontribusi besar bagi keadaan bumi nantinya. Salah satu faktor terpenting adalah faktor meteorologi, yang berperan dalam mendorong berbagai program pembangunan di bumi. Dengan meninjau hal itu, serta mengkhususkan pada pembangunan di kawasan Barelang, Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam setiap bulannya menerbitkan BULETIN METEOROLOGI.

Buletin Meteorologi edisi September 2016 ini akan mengulas informasi hasil evaluasi cuaca dan iklim wilayah Kepulauan Riau pada bulan Agustus 2016, prakiraan hujan dan gelombang laut, serta prakiraan pasang surut bulan September 2016. Buletin ini dibuat sebagai salah satu sarana penunjang penyampaian informasi meteorologi, baik kepada para pengguna jasa informasi meteorologi dan juga kepada masyarakat umum.

Kami menyadari bahwa penulisan buletin ini masih belum sempurna, terdapat banyak kekurangan dan belum dapat memenuhi kebutuhan seluruh pembaca. Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas dari media informasi ini. Besar harapan kami agar buletin ini dapat terus berkembang dan berkesinambungan, serta dapat menjawab semua pertanyaan mengenai isu-isu meteorologi di wilayah Provinsi Kepulauan Riau.

KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I HANG NADIM BATAM

PHILIP MUSTAMU M.Si. NIP. 19590406 198203 1 002

(2)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.033] ii

TIM REDAKSI

ANGGOTA TIM

ANGGOTA NANGSIP CAHYANA, S.Si

ANGGOTA DUATI WARDANI, S.Si ANGGOTA YAYAN HERMAWAN ANGGOTA DUDI JUHANDINATA, S.Stat, MM ANGGOTA NIZAM MAWARDI, S.Tr ANGGOTA ADHITYA PRAKOSO, S.Tr ANGGOTA

ASRI PRATIWI, S.Si

ANGGOTA PANDE MADE RONY

KURNIAWAN, SST ANGGOTA MOHAMMAD TAUFIQ, S.Si

PELINDUNG

PHILIP MUSTAMU, M.Si.

KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I HANG NADIM BATAM

PENANGGUNG JAWAB

SURATMAN, S.KOM

KEPALA SEKSI DATA DAN INFORMASI

ANGGOTA DEBORA TRULY MARPAUNG, SST.

ANGGOTA HANA SHOLIHAH, S.Si

ANGGOTA DEDI HARIANTO

(3)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.033] iii

DAFTAR ISI

Kata pengantar ...i

Tim Redaksi ...ii

Daftar Isi ...iii

I. RINGKASAN... 1

II. PENGERTIAN ... 1

III. ANALISA CUACA DAN IKLIM AGUSTUS 2016... 2

IV. ANALISA GELOMBANG AGUSTUS 2016 ... 11

V. PRAKIRAAN CUACA SEPTEMBER 2016 ... 13

VI. PRAKIRAAN PASANG SURUT SEPTEMBER 2016 ... 18

VII. PRAKIRAAN TERBIT/ TERBENAM BULAN DAN MATAHARI SEPTEMBER 2016 ... 21

(4)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.033] 1

RINGKASAN

1. Berdasarkan data curah hujan bulan Agustus 2016 yang diterima dari Stasiun Meteorologi Hang Nadim, maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan Agustus 2016 adalah sebagai berikut:

a. Bahwa kejadian hujan di Pulau Batam secara umum berada pada kisaran di bawah normal terhadap rata-ratanya. Jumlah curah hujan di wilayah Batam yaitu 149.0 mm. Sedangkan kondisi angin dilaporkan dominan bertiup dari arah Selatan dari dasarian I hingga dasarian III pada kecepatan rata – rata 12,8 km/jam.

b. MJO berada pada fase 5 hingga 8 dengan sifat lemah hingga kuat. Wilayah Indonesia yang berada pada fase 3 sampai 5 menandakan bahwa Indonesia tidak terlewati oleh perambatan MJO pada bulan Agustus sehingga tidak mendukung terhadap penambahan curah hujan di wilayah Indonesia khususnya Indonesia bagian Barat. Namun, pasokan uap air di udara yang menjadi bahan pembentukan awan-awan terindikasi masih cukup tersedia diatas wilayah Indonesia selama bulan Agustus 2016. Hal ini diketahui dari hangatnya perairan Indonesia termasuk Kepulauan Riau dengan anomali suhu muka laut positif. Oleh karenanya, secara umum keadaan seperti ini banyak menghasilkan uap air untuk pembentukan awan termasuk di wilayah Kepulauan Riau. Indeks Dipole Mode yang bernilai negatif juga cukup signifikan dalam menambah peluang pertumbuhan awan di wilayah Indonesia bagian barat termasuk wilayah Kepulauan Riau. Terlihat dari nilai OLR yang bernilai cukup kecil di wilayah Kepulauan Riau yang mengindikasikan terdapat banyak tutupan awan konvektif selama bulan Agustus 2016. Tidak adanya MJO yang melewati wilayah Indonesia dapat menjadi salah satu faktor evaluasi curah hujan bulan Agustus 2016 berada di bawah normal.

II. Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA (Autoregressive

Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai September 2016

hingga Agustus 2017. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan dasarian Hang Nadim periode September 1998 s.d Agustus 2016. Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan normal hujan dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.92769 dan RMSE (error) 8.6021 yang menunjukkan bahwa curah hujan di bulan September 2016 pada dasarian dasarian I, dan III sesuai normalnya, sedangkan dasarian II di atas Normal.

PENGERTIAN

A. SIFAT HUJAN

Sifat Hujan adalah Perbandingan antara jumlah curah hujan yang terjadi selama satu bulan dengan nilai rata-rata atau normal dari bulan tersebut di suatu tempat.

Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) kriteria, yaitu:

1. Di atas normal ( A ), jika nilai perbandingannya lebih besar dari 115 %. 2. Normal ( N ), jika nilai perbandingannya antara 85 % - 115 %.

3. Di bawah normal ( B ), jika nilai perbandingannya kurang dari 85 %.

B. NORMAL CURAH HUJAN

1. RATA-RATA CURAH HUJAN BULANAN:

Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan dengan periode minimal 10 tahun. 2. NORMAL CURAH HUJAN BULANAN:

(5)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.033] 2 3. STANDARD NORMAL CURAH HUJAN BULANAN:

Nilai rata-rata curah hujan pada masing-masing bulan selama periode 30 tahun dimulai dari 1 September 1901 s/d 31 September 1930, 1 September 1931 s/d 31 September 1960, 1 September 1961 s/d 31 September 1990, dan seterusnya.

C. INTENSITAS CURAH HUJAN (CH)

KRITERIA CH CH/hari CH/Jam

Sangat Lebat > 100 mm > 20 mm

Lebat 50 - 100 mm 10 - 20 mm

Sedang 20 - 50 mm 5 - 10 mm

Ringan 5 - 20 mm 1 - 5 mm

ANALISA CUACA DAN IKLIM AGUSTUS 2016

A. KERAGAMAN HUJAN

Kepulauan Riau merupakan wilayah negara Indonesia yang berbentuk kepulauan dan dilewati garis khatulistiwa. Wilayah negara Indonesia dilewati oleh garis katulistiwa serta dikelilingi oleh dua Samudra dan dua Benua. Posisi ini menjadikan Indonesia sebagai daerah pertemuan sirkulasi meridional (Utara-Selatan) dikenal sebagai Sirkulasi Hadley dan sirkulasi zonal (Timur-Barat) dikenal sebagai Sirkulasi Walker, dua sirkulasi yang sangat mempengaruhi keragaman iklim di Indonesia. Pergerakan matahari yang berpindah dari 23.5o Lintang Utara ke 23.5o Lintang Selatan sepanjang tahun mengakibatkan timbulnya aktivitas monsun yang juga ikut berperan dalam mempengaruhi keragaman iklim. Pengaruh lokal terhadap keragaman iklim juga tidak dapat diabaikan, karena Kepri merupakan kepulauan dengan bentuk topografi sangat beragam menyebabkan sistem golakan lokal cukup dominan. Faktor lain yang diperkirakan ikut berpengaruh terhadap keragaman iklim ialah gangguan siklon tropis. Semua aktivitas dan sistem ini berlangsung secara bersamaan sepanjang tahun akan tetapi besar pengaruh dari masing-masing aktivitas atau sistem tersebut tidak sama dan dapat berubah dari tahun ke tahun.

El-Nino dan La-Nina merupakan salah satu akibat dari penyimpangan iklim. Fenomena ini akan menyebabkan penurunan dan peningkatan jumlah curah hujan untuk beberapa daerah di Indonesia. Pengaruh El-Nino kuat pada daerah yang berpola hujan monsun, lemah pada daerah berpola hujan equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan pola hujan lokal, sedangkan IOD (Indian Ocean Dipole) hanya berpengaruh jelas pada daerah berpola hujan monsun.

Selain akibat pengaruh fluktuasi suhu permukaan laut di samudera pasifik (El Nino-Southern Oscillation / ENSO) dan Samudera Hindia (Indian Ocean Dipole / IOD), fenomena fase aktif osilasi intra-musiman yang dikenal sebagai MJO (Madden-Agustusan Oscillation) juga mempengaruhi keragaman hujan di Indonesia. Menurut Geerts and Wheeler (1998) MJO akan menyebabkan terjadinya variasipada pola angin, SML (Suhu Muka Laut), awan dan hujan. Fase aktif MJO bila bersamaan waktunya dengan monsun timur laut di Kepulauan Riau (Desember-April) dapat menyebabkan terjadinya peningkatan curah hujan sekitar 200%.

Pergerakan MJO ke timur dari samudra India menuju samudra Pasifik dibagi dalam 8 phase. Phase-1 di Afrika (210° BB - 60° BT), 2 di samudra India bagian barat (60° BT – 80° BT), phase-3 di samudra India bagian timar (80° BT – 100° BT) phase-4 & phase-5 di benua maritim Indonesia ( 100° BT – 140° BT), phase-6 di kawasan Pasifik barat (140°BT-160° BT), phase 7 di Pasifik tengah ( 160° BT – 180° BT) , dan phase-8 daerah konveksi di belahan bumi bagian barat ( 180° – 160° BB).

(6)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.033] 3 Pada umumnya hujan tropis berasal dari awan konvektif dengan puncak awan sangat dingin (sedikit mengemisi radiasi gelombang panjang), oleh karenanya sangat baik memonitor MJO dengan memperhatikan variasi OLR (Outgoing Longwave Radiation) yang dipantau melalui sensor infra merah pada satelit.

B. DINAMIKA ATMOSFER DAN LAUTAN BULAN AGUSTUS 2016 1. Monsun

Pada bulan Agustus matahari berada pada bumi bagian utara kemudian menuju equator dan mengalami pergerakan semu sejauh kurang lebih 9.3° yaitu dari 18.8°LU menuju 9.5°LU. Hal ini berdampak ke peningkatan suhu muka laut di daerah sekitar ekuator dan BBU yang memicu terbentuknya pola-pola tekanan udara rendah. Pada bulan Agustus 2016 tercatat ada delapan kejadian siklon tropisdi Samudra Pasifik Barat sebelah utara Equator yaitu siklon tropis Omais, siklon tropis Conson, siklon tropis Chanthu, siklon tropis Dianmu, siklon tropis Lionrock, siklon tropis Mindulle, siklon tropis Kompasu, dan siklon tropis Namtheun. Dimana hal ini cukup berpengaruh terhadap bertambah maupun berkurangnya jumlah curah hujan di wilayah Kepulauan Riau.

Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/sst_analysis/images/monsstv2.png

Gambar 1. Peta Rata-rata Suhu Muka Laut Agustus 2016

Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/sst_analysis/images/monanomv2.png

(7)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.033] 4 Kondisi rata-rata suhu muka laut di wilayah perairan Indonesiapada bulan Agustus 2016 berkisar antara 28.00-32.00C (Gambar.1) dengan anomali positif 0.5-2.50C (Gambar.2).Hal ini menunjukkan perairan di Indonesia masih dalam kondisi yang cukup hangat, terutama di perairan Selatan Pulau Jawa. Oleh karenanya, secara umum keadaan seperti ini banyak menghasilkan uap air untuk pembentukan awan. Untuk wilayah Kepulauan Riau sendiri anomali suhu muka laut berkisar 0.5 – 1.50C.

Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?variable=mslp&area=rsmc&map=mean&time=latest

Gambar 3. Rata-rata Tekanan Udara Permukaan Laut Bulan Agustus 2016

Pada bulan Agustus 2016, tekanan udara di BBS lebih tinggi daripada daerah di sekitar equator dan BBU. Secara umum terjadi pergerakanmassa udara dari BBS (bertekanan tinggi) menuju ke wilayah equator dan daerah BBU (bertekanan rendah) yang menyebabkan pola angin dominan di wilayah Kepulauan Riau bertiup dari arah tenggara hingga barat dayadan membentuk pola belokan angin (shearline). Pada daerah belokan angin terjadi perlambatan kecepatan angin yang menyebabkan penumpukkan massa udara sehingga terjadi pengangkatan massa udara dan menimbulkan potensi adanya pertumbuhan awan-awan konvektif yang menyebabkan terjadinya hujan lebat dan petir.

Sumber: Bidang Meteorologi Publik BMKG

(8)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.033] 5 Berdasarkan hasil analisis (Gbr.4) daerah Kepulauan Riau angin bertiup secara umum berasal dari arah Tenggara hingga Barat Daya dengan kecepatan 5 hingga 10 knot (Gambar.5). Kondisi angin dengan kecepatan lemah ini mendukung dalam proses pembentukan banyak awan.

Sumber:http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?variable=850wind&area=rsmc&map=mean&time=latest

Gambar 5. Pola Angin 850mb Bulan Agustus 2016 2. ENSO (El Nino - Southern Oscillation)

Pada bulan Agustus 2016, ENSO berada pada kondisi normal ditunjukkan dengan nilai anomali SST Nino 3.4 pada akhir Agustus -0.42 (Normal) dan nilai rata-rata harian SOI (Southern Oscillation Index) selama bulan Agustus sebesar +5.3 (Normal). Hal tersebut mengindikasikan tidak adanya peningkatan maupun penurunan pasokan uap air sebagai pembentuk hujan diwilayah Indonesia termasuk di Kepulauan Riau.

Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml

(9)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.033] 6

Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png

Gambar 7. Grafik indeks ENSO / SOI 3. MJO (Madden-Julian Oscillation)

a. OLR (Outgoing Longwave Radiation)

Sumber:http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?variable=olr&area=rsmc&map=mean&time=latest

Gambar 8. Rata-rata OLR Agustus 2016

OLR merupakan suatu radiasi gelombang panjang yang dipancarkan oleh bumi ke luar angkasa. Namun, tidak semua radiasi gelombang panjang tersebut sampai ke luar angkasa. Awan-awan konvektif adalah salah satu faktor yang menghalangi perjalanan gelombang panjang tersebut. Suatu wilayah di permukaan bumi yang terdapat tutupan awan konvektif memiliki nilai OLR yang kecil/rendah. Pada bulan Agustus 2016, nilai OLR terendah di wilayah Indonesia terdapat di wilayah Sumatera bagian Utara dan Kalimantan bagian Utara dengan nilai OLRberkisar antara 200-220 W/m2, sementara untuk wilayah Kepulauan Riau, nilai OLR yang ditunjukkan oleh gambar 8 sekitar 220-240 W/m2. Hal ini mengindikasikan bahwa tutupan awan konvektif di wilayah Kepulauan Riau pada bulan Agustus 2016 cukup banyak.

(10)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.033] 7 b. Fase MJO

MJO pada bulan Agustus 2016 berada pada fase 4 hingga 8 dengan sifat lemah hingga kuat pada perambatannya. Wilayah Indonesia berada pada fase 3 sampai 5. Pada gambar (9) terlihat bahwa pada bulan Agustus wilayah Indonesia tidak terlewati oleh perambatan MJO. Secara teori, kondisi MJO ini tidak berdampak pada penambahan curah hujan di wilayah Indonesia khususnya Indonesia bagian Barat, termasuk wilayah Kepulauan Riau.

Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/mjo/ Gambar 9. Fase MJO 4. IOD (Indian Ocean Dipole)

Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml Gambar 10. Grafik IOD

(11)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.033] 8 Fenomena Dipole Mode di Samudera Hindia atau IOD (Indian Ocean Dipole) berada pada kisaran normal dengan kondisi netral (-0,4s.d 0,4). Pada akhir bulan Agustus 2016 nilai IOD berada pada kondisi negatif yang bernilai -0.69. Sehingga dapat diketahui bahwa selama bulan Agustus 2016, secara umum IOD secara umum IOD cukup signifikan dalam menambah peluang pertumbuhan awan di wilayah Indonesia bagian barat termasuk wilayah Kepulauan Riau.

C. ANALISIS HUJAN BULAN AGUSTUS 2016

Berdasarkan data curah hujan bulan Agustus 2016 yang diterima dari stasiun di Pulau Batam yang mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan Agustus 2016 adalah sebagai berikut:

Lokasi RR Agustus 2016 (mm) Rata - rata (mm) Sifat Hujan

Hang Nadim 149.0 189.5 Bawah Normal

D. ANALISIS UNSUR CUACA SIGNIFIKAN BULAN AGUSTUS 2016 a. Hujan

Sifat hujan bulan Agustus 2016 di Barelang bawah Normal (B) sampai dengan Atas Normal (A) dengan curah hujan selama sebulan berkisar 46,8 mm - 357 mm atau antara 18,6 % - 141,7 %. Curah hujan terendah terjadi di Nongsa dan tertinggi di Sengkuang. Khusus di Hang Nadim dalam bulan Agustus 2016 terdapat 14 hari hujan terukur dan 5 hari hujan tidak terukur (ttu) dengan total curah hujan sebesar 149 mm atau berkisar 59,1% dari rata-rata yang berarti sifat hujan Bawah Normal (B). Pada dasarian I terjadi 4 hari hujan dengan jumlah curah hujan 23,9 mm, dasarian II terjadi 7 hari hujan dengan jumlah curah hujan 42,5 mm, dan dasarian III terjadi 8 hari dengan curah hujan 82,6 mm. Curah hujan tertinggi 36,6 mm terjadi pada tanggal 18 Agustus 2016.

(12)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.033] 9

Gambar 11. Grafik Curah Hujan bulan Agustus 2016 di Hang Nadim b. Suhu Udara

Suhu udara harian rata-rata berkisar antara 25,9°C - 29,8° C. Suhu udara terendah dalam bulan Agustus 2016 adalah 22,8°C terjadi pada tanggal 03 Agustus 2016 pagi hari dan suhu udara tertinggi 33,5°C terjadi pada tanggal 18 Agustus 2016 siang hari.

Gambar 12. Grafik Suhu Udara bulan Agustus 2016 di Hang Nadim c. Kelembaban Udara

Kelembaban udara harian rata-rata berkisar antara 75% - 92%. Kelembaban udara terendah mutlak 52% terjadi pada tanggal I1 Agustus 2016 siang hari, sedangkan kelembaban udara tertinggi 98% terjadi tanggal 18, 19 dan 30 Agustus 2016 pagi hari. Dengan demikian kelembaban udara pada bulan Agustus 2016 lebih kering dibandingkan bulan Juli 2016.

0 5 10 15 20 25 30 35 40 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 CURAH HUJAN (mm) TANGGAL 22 24 26 28 30 32 34 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 TEMPERATUR TANGGAL T- MAXIMUM T- MINIMUM T- RATA-RATA

(13)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.033] 10

Gambar 13. Grafik Kelembaban Udara Bulan Agustus 2016 di Hang Nadim d. Angin Permukaan

Selama periode dasarian I – III Agustus 2016 angin permukaan secara umum didominasi dari arah Selatan dengan kecepatan rata-rata 12,8 km/jam, arah dan kecepatan maximum dari Barat Daya dengan kecepatan 52,2 km/jam terjadi pada tanggal 30 Agustus 2016.

50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 RH (%) TANGGAL RH MAXIMUM RH MINIMUM RH RATA-RATA

(14)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.033] 11

ANALISIS GELOMBANG BULAN AGUSTUS 2016

Pada bulan Agustus 2016 di wilayah Kepulauan Riau arus laut berkisar 3 - 70 cm/s dengan arus terkuat di perairan Natuna yaitu berkisar 25 - 70 cm/s.

Gambar 14. Peta Arus Laut Bulan Agustus 2016

Untuk tinggi gelombang pada bulan Agustus berkisar antara 0,1 – 2 m, dengan gelombang tertinggi berada di wilayah perairan Natuna serta Anambas dan tinggi gelombang terendah berada di wilayah perairan Malaka.

(15)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.033] 12 Arah angin rata-rata bertiup dari arah tenggara hingga selatan dengan kecepatan berkisar antara 3 - 15 knot.

(16)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.033] 13

PRAKIRAAN CUACA SEPTEMBER 2016

A. DINAMIKA ATMOSFER 1. Tekanan Udara dan Angin

Pada bulan September, posisi matahari dalam gerak semunya berada di BBU (Belahan Bumi Utara) dan kembali menuju equator atau BBS (Bumi Bagian Selatan) dengan pergerakan semu sejauh kurang lebih 14.5° yaitu dari 9.5°LU menuju 5.0°LS (http://www.physicalgeography.net). Sehingga, dominasi pola-pola daerah bertekanan udara rendah pada bulan September 2016 diprakirakan masih akan banyak berada di wilayah Bumi Bagian Utara (BBU) dan equator.

Prediksi Anomali Suhu Muka Laut periode September– September – Oktober2016

Rata-rata Tekanan Udara pada Bulan September

Sumber: http://iridl.ldeo.columbia.edu/maproom/Global/Forecasts/SST.html?L=2.5

http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/realtime/clim/annual/monthly/monthly.12.slp.html

Gambar 17. Prediksi Anomali Suhu Muka Laut periode dan Rata-rata Tekanan Udara pada Bulan September 2016

Akibatnya, pola angin rata-rata bulan September secara dominan bertiup dari Bumi Bagian Selatan (BBS) menuju Bumi Bagian Utara (BBU). Sedangkan untuk wilayah Kepulauan Riau, seperti yang terlihat pada gambar.16, pola angin yang terbentuk berada dekat dengan daerah belokan angin (shearline). Pola angin shearline ini akan cukup mendukung dalam proses pertumbuhan awan-awan hujan.

Sumber: Meteo Publik, BMKG

(17)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.033] 14

2. ENSO (EL-NinoSouthern Oscillation)

ENSO merupakan salah satu fenomena cuaca skala global yang mempengaruhi penambahan curah hujan (fase La-Nina) maupun pengurangan curah hujan (fase El-Nino) di wilayah Indonesia. Prediksi ENSO menurut institusi internasional yaitu JAMSTEC (Japan Agency for Marine-Earth Science and Technology) menyatakan bahwa pada bulan September 2016 dalam kondisi normal. Sedangkan, NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) BMKG dan POAMA (Predictive Ocean Atmosphere Model for Australia) memprediksi pada bulan September 2016 La-Nina dalam kategori lemah. Sehingga secara umum, ENSO diprediksi kurang memberi pengaruh yang signifikan terhadap penambahan maupun pengurangan jumlah curah hujan di wilayah Indonesia khususnya Kepulauan Riau.

Sumber: Pusat Data Dokumen, BMKG

Gambar 19. Prediksi ENSO dari NOAA, JAMSTEC, POAMA dan BMKG

Salah satu parameter ENSO yaitu data SOI (Southern Oscillation Index) dari BoM (Bureau of Meteorology Australia) hingga akhir Agustus menunjukkan berada pada kondisi normal dengan nilai SOI +5.3. Sehingga diprakirakan awal bulan September 2016 masih berada pada kondisi normal dengan tidak terjadinya penambahan maupun pengurangan jumlah curah hujan di wilayah Indonesia.

Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png

(18)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.033] 15

3. MJO(Madden-Julian Oscillation)

Salah satu fenomena cuaca global yang juga mempengaruhi jumlah curah hujan di Indonesia, khususnya daerah dekat khatulistiwa adalah osilasi gugusan awan yang lazim disebut MJO. Menurut NOAA, diperkirakan MJO pada awal hingga pertengahan September 2016 berada pada fase 8 – 2 dengan sifat lemah sehingga tidak mempengaruhi penambahan curah hujan di wilayah Indonesia (Gambar 19). Nilai anomali OLR bernilai positif disebagian besar wilayah Indonesia (Gambar 20). Hal tersebut mengindikasikan sedikitnya tutupan awan konvektif di wilayah Indonesia.

Sumber: http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/foregfs.shtml

Gambar 21. Grafik Fase MJO pada Bulan Agustus 2016 dan prakiraan Bulan September 2016

Sumber:http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/spatial_olrmap_CA_full.gif

(19)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.033] 16

4. Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole)

Fenomena cuaca global terakhir yang juga mempengaruhi peluang hujan di Indonesia, khususnya Indonesia Bagian Barat, adalah dipole mode. Menurut data dari BoM, indeks IOD akhir Agustus berada pada kondisi kuat negatif dengan nilai terakhir -0.690 C. BMKG juga menyatakan IOD pada kondisi kuat negatifdan akan adanya kemungkinan penambahan massa uap air dari Samudera Hindia ke wilayah Indonesia bagian Barat.

Sumber: http://www.bmkg.go.id/bmkg_pusat/Klimatologi/Dinamika_Atmosfir.bmkg

Gambar 23. Prediksi Indeks Dipole Mode dari BoM dan BMKG 5. Tinjauan Klimatologis

Kondisi cuaca bulan September di Batam berdasarkan data klimatologis selama 23 tahun (1993-2015) diketahui:

Secara klimatologis selama 16 tahun (1996 – 2011) jumlah curah hujan dibagi menjadi dua bagian di Pulau Batam selama Bulan September. Sebagian besar Batam sekitar 200 – 250 mm dan sebagia Batam bagian Timur sekitar 150 – 200 mm.

Kesimpulan:

Dari uraian di atas diketahui bahwa peluang pertumbuhan awan-awan hujan di Batam pada bulan September 2016 tidak berbeda jauh jika dibanding dengan bulan Agustus 2016, sehingga peluang curah hujan diprediksi hampir sama dibandingkan dengan bulan Agustus 2016.

B. PRAKIRAAN HUJAN BULAN SEPTEMBER 2016 1. Prakiraan Hujan Dasarian

1. Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai

(20)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.033] 17 September 2016 hingga Agustus 2017. Data mas ukan yang digunakan adalah data series hujan dasarian Hang Nadim periode September 1998 s.d Agustus 2016.

2. Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan normal hujan dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.92769 dan RMSE (error) 8.6021. Hasilnya menunjukkan bahwa curah hujan di bulan September 2016 diprakirakan:

Dasarian Pertama Normal 61

Dasarian Kedua Normal 44

Dasarian Ketiga Normal 60.8

Sifat Hujan Jumlah Curah Hujan

Sesuai dengan kriteria sifat hujan dalam dasarian, prakiraan curah hujan pada dasarian I, II dan III sesuai normalnya.

2. PrakiraanHujan Bulanan

Berdasarkan data-data dan analisis model serta program HyBMG 2.0.7 dapat diperoleh hasil prakiraan curah hujan satu bulan pada bulan September 2016 di wilayah Barelang sebagai berikut:

Tabel : Prakiraan Curah Hujan Bulan September 2016

dan membandingkan dengan normal hujannya maka sifat hujan bulan September 2016 di Barelang dapat diprakirakan sebagai berikut:

Tabel: Prakiraan Sifat Hujan Bulan September 2016

SIFAT HUJAN WILAYAH

Atas Normal Galang

Normal Batam dan Rempang

Bawah Normal

(21)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.033] 18

PRAKIRAAN PASANG SURUT (TIDAL) SEPTEMBER 2016

A. Pendahuluan

Pasang surut air adalah gelombang yang mirip dengan gelombang air yang terjadi akibat tiupan angin. Pasang surut memiliki panjang gelombang yang panjang, seperti yang terdapat pada laut dalam namun terjadi untuk air dangkal, ini berarti pasang surut dibiaskan oleh keadaan topografi kedalaman bawah air. Periodenya pun cukup panjang, dalam orde jam. Pasang surut air terjadi disebabkan oleh gaya gravitasi dan gaya sentrifugal yang ditimbulkan oleh gerakan bumi, bulan, dan matahari.

B. Pola Pasang Surut

Di seluruh dunia pasang surut berbeda baik ketinggian paras air maupun waktu kejadiannya. Area pantai yang hanya punya satu pasang surut tertinggi dan terendah setiap hari disebut diurnal tide (air pasang harian). Wilayah yang mengalami dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari disebut mempunyai semi-diurnal tide. Jika semi-diurnal tide mempunyai ketinggian air pasang yang dicapai berbeda dan saat surut juga level air tidak sama disebut semi-diurnal mixed tide.

Pola pasang surut dapat dijelaskan secara gelombang dengan grafik yang menunjukkan paras air untuk sumbu vertikal dan sumbu horisontal menyatakan waktu hari. Pengamatan pasang surut dalam jangka waktu yang lama digunakan untuk menghitung rata-rata ketinggian pasang. Dengan nilai rata-rata ini dapat dihitung anomali pasang naik dan pasang surut air.

C. Paras Pasang Surut.

Ketinggian air tertinggi yang dicapai permukaan air setiap hari disebut High Water (HT) /

Higt Tide (Ht). Titik terendah dimana permukaan air surut disebut Low Water (LW) / Low Tide.

Mengingat propinsi Kepulauan Riau sebagian besar wilayahnya terdiri dari lautan maka fenomena pasang surut air laut sangat besar pengaruhnya terhadap kegiatan yang berhubungan dengan kelautan seperti bongkar muat di Pelabuhan Laut, kegiatan para nelayan dan lain sebagainya. Untuk itu dalam buletin ini kami sajikan prediksi pasang surut di seluruh Propinsi Kepulauan Riau yang meliputi 6 (enam) Kabupaten Kota sebagai berikut :

1. KOTA BATAM

(22)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.033] 19 2. KABUPATEN BINTAN

i. TANJUNG UBAN

3. KABUPATEN KARIMUN i. TANJUNG BALAI KARIMUN

ii. TANJUNG PINANG

4. KABUPATEN LINGGA i. DABO SINGKEP

(23)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.033] 20 5. KABUPATEN ANAMBAS

i. SELAT PENITING 6. KABUPATEN NATUNA

(24)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.033] 21

PRAKIRAAN TERBIT/ TERBENAM

BULAN DAN MATAHARI SEPTEMBER 2016

1. STASIUN METEOROLOGI HANG NADIM BATAM

Location : E104 07, N01 07, September 2016 DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm Hm hm hm 1 0559 1808 0543 1807 2 0559 1807 0630 1852 3 0559 1807 0715 1936 4 0559 1806 0759 2019 5 0558 1806 0842 2102 6 0558 1806 0926 2145 7 0558 1805 1010 2230 8 0557 1805 1056 2315 9 0557 1805 1142 000 10 0557 1804 1231 0002 11 0556 1804 1321 0051 12 0556 1803 1412 0142 13 0556 1803 1504 0234 14 0555 1803 1556 0326 15 0555 1802 1649 0420 16 0555 1802 1743 0514 17 0554 1801 1836 0608 18 0554 1801 1930 0702 19 0554 1801 2025 0757 20 0554 1800 2121 0854 21 0553 1800 2218 0951 22 0553 1800 2315 1048 23 0553 1759 000 1145 24 0552 1759 0011 1241 25 0552 1758 0107 1335 26 0552 1758 0200 1427 27 0551 1758 0251 1517 28 0551 1757 0340 1603 29 0551 1757 0426 1649 30 0550 1757 0511 1733 2. STASIUN METEOROLOGI TANJUNGPINANG

Location : E104 32, N00 55, September 2016 DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm Hm hm hm 1 0558 1806 0542 1805 2 0558 1805 0628 1850 3 0557 1805 0713 1934 4 0557 1805 0757 2017 5 0557 1804 0840 2100 6 0556 1804 0924 2144 7 0556 1804 1008 2228 8 0556 1803 1054 2314 9 0555 1803 1140 000 10 0555 1802 1229 0001 11 0555 1802 1319 0050 12 0555 1802 1410 0141 13 0554 1801 1502 0232 14 0554 1801 1555 0325 15 0554 1801 1648 0418 16 0553 1800 1741 0512 17 0553 1800 1834 0606 18 0553 1759 1929 0700 19 0552 1759 2024 0756 20 0552 1759 2120 0852 21 0552 1758 2217 0949 22 0551 1758 2314 1046 23 0551 1758 000 1143 24 0551 1757 0010 1239 25 0550 1757 0105 1333 26 0550 1756 0158 1425 27 0550 1756 0250 1515 28 0549 1756 0338 1602 29 0549 1755 0424 1647 30 0549 1755 0509 1731

(25)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.033] 22

3. STASIUN METEOROLOGI RANAI

Location : E108 24, N03 55, September 2016 DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm hm 1 0541 1752 0523 1751 2 0541 1752 0611 1835 3 0540 1751 0657 1918 4 0540 1751 0741 2000 5 0540 1750 0826 2043 6 0540 1750 0910 2125 7 0539 1749 0955 2209 8 0539 1749 1041 2254 9 0539 1749 1128 2341 10 0539 1748 1217 000 11 0538 1748 1307 0030 12 0538 1747 1357 0120 13 0538 1747 1449 0212 14 0538 1746 1541 0306 15 0537 1746 1634 0400 16 0537 1745 1726 0454 17 0537 1745 1819 0549 18 0537 1744 1912 0645 19 0536 1744 2006 0741 20 0536 1743 2101 0838 21 0536 1743 2157 0936 22 0536 1743 2254 1034 23 0536 1742 2350 1131 24 0535 1742 000 1227 25 0535 1741 0045 1321 26 0535 1741 0139 1413 27 0535 1740 0230 1501 28 0534 1740 0320 1548 29 0534 1739 0407 1632 30 0534 1739 0453 1715 4. STASIUN METEOROLOGI TANJUNG BALAI KARIMUN

Location : E103 23, N01 03, September 2016 DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm hm 1 0602 1810 0546 1810 2 0602 1810 0633 1855 3 0602 1810 0718 1939 4 0602 1809 0802 2022 5 0601 1809 0845 2105 6 0601 1809 0929 2148 7 0601 1808 1013 2233 8 0600 1808 1058 2318 9 0600 1807 1145 000 10 0600 1807 1234 0006 11 0559 1807 1324 0055 12 0559 1806 1414 0145 13 0559 1806 1507 0237 14 0558 1806 1559 0330 15 0558 1805 1652 0423 16 0558 1805 1746 0517 17 0557 1804 1839 0611 18 0557 1804 1933 0705 19 0557 1804 2028 0800 20 0556 1803 2124 0857 21 0556 1803 2221 0953 22 0556 1802 2318 1051 23 0555 1802 000 1148 24 0555 1802 0014 1244 25 0555 1801 0110 1338 26 0555 1801 0203 1430 27 0554 1801 0254 1520 28 0554 1800 0343 1606 29 0554 1800 0429 1652 30 0553 1800 0514 1736

(26)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.033] 23

5. STASIUN METEOROLOGI DABO SINGKEP

Location : E104 34, S00 28, September 2016 DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm hm 1 0558 1805 1805 0553 2 0558 1805 1850 0636 3 0557 1805 1934 0720 4 0557 1804 2017 0804 5 0557 1804 2100 0848 6 0556 1804 2144 0934 7 0556 1803 2228 1021 8 0556 1803 2314 1110 9 0556 1803 000 1159 10 0555 1802 0001 1250 11 0555 1802 0050 1341 12 0555 1801 0141 1432 13 0554 1801 0233 1525 14 0554 1801 0325 1618 15 0553 1800 0418 1712 16 0553 1800 0512 1808 17 0553 1800 0606 1905 18 0552 1759 0700 2004 19 0552 1759 0755 2104 20 0552 1758 0851 2203 21 0551 1758 0948 2300 22 0551 1758 1045 2355 23 0551 1757 1142 000 24 0550 1757 1238 0047 25 0550 1757 1333 0136 26 0550 1756 1424 0223 27 0549 1756 1514 0308 28 0549 1756 1601 0352 29 0549 1755 1647 0435 30 0548 1755 000 000 6. STASIUN METEOROLOGI TAREMPA

Location : E106 15, N03 12, September 2016 DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm Hm 1 0550 1800 0533 1759 2 0550 1800 0620 1844 3 0549 1759 0706 1927 4 0549 1759 0750 2009 5 0549 1759 0834 2052 6 0549 1758 0918 2135 7 0548 1758 1003 2219 8 0548 1757 1049 2304 9 0548 1757 1136 2351 10 0548 1756 1225 000 11 0547 1756 1315 0040 12 0547 1756 1405 0130 13 0547 1755 1457 0222 14 0546 1755 1550 0315 15 0546 1754 1642 0409 16 0546 1754 1735 0504 17 0546 1753 1827 0558 18 0545 1753 1920 0654 19 0545 1752 2015 0749 20 0545 1752 2110 0846 21 0545 1752 2207 0944 22 0544 1751 2303 1042 23 0544 1751 2400 1139 24 0544 1750 000 1235 25 0544 1750 0055 1329 26 0543 1749 0149 1421 27 0543 1749 0240 1510 28 0543 1749 0329 1556 29 0543 1748 0416 1641 30 0542 1748 0502 1724

(27)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.033] 24

DAFTAR ISTILAH

Anomali : Penyimpangan suatu variabel dari nilai rata-rata

Awan Konvektif : Awan tebal menjulang tinggi yang terbentuk dari proses pemanasan vertikal yang

membawa uap air. Awan ini mengakibatkan terjadinya hujan secara tiba-tiba, petir dan angin kencang.

Cold Surge : Aliran udara dingin dari daratan Asia yang menjalar memasuki wilayah Indonesia

bagian barat, cold surge biasa terjadi pada saat Asia memasuki musim dingin.

Cuaca : Kondisi fisis atmosfer pada suatu wilayah yang sempit pada waktu tertentu

Dasarian : Periode sepuluh harian

Dipole Mode /IOD (Indian Ocean Dipole)

: Tingkat ketersediaan uap air akibat perbedaan suhu muka laut antara Samudera Hindia dan Perairan Pantai Timur Afrika.

DMI

(Dipole Mode Index)

: Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas Dipole Mode. DMI yang bernilai negatif akan menambah kandungan uap air di sekitar wilayah Sumatera, sehingga curah hujannya secara umum meningkat. Sedangkan nilai positif tidak menambah kandungan uap air, sehingga curah hujan cenderung berkurang.

Divergensi : Beraian angin, yang mengindikasikan daerah cuaca baik

Eddy : Pusaran angin dengan durasi harian dan biasanya jika suatu daerah terdapat eddy,

maka cenderung banyak hujan.

El Nino : Fenomena memanasnya suhu permukaan laut di Pasifik Timur sehingga secara

umum menyebabkan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia berkurang.

ENSO

(El Nino-Shouthern Oscillation)

: Fluktuasi musiman antara fase El Nino dan La Nina.

Gelombang : Pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak lurus permukaan laut.

Iklim : Kondisi Rata-rata cuaca dalam jangka waktu yang lama dan wilayah yang luas

ITCZ (Intertropical

Convergence Zone) : Daerah pertemuan massa udara antar benua dengan cakupan yang luas. Umumnya daerah-daerah yang dilintasi ITCZ berpotensi terjadi pertumbuhan awan-awan

hujan lebat dan cukup lama (bisa lebih dari satu hari).

Konvergensi : Pumpunan angin, pola angin yang mengumpul

La Nina : Fenomena yang merupakan kebalikan dari El Nino. Secara umum menyebabkan

curah hujan di Indonesia meningkat.

MJO (Madden-Novemberan Oscillation)

: Fluktuasi musiman/osilasi/gelombang tekanan (pola tekanan tinggi-tekanan rendah) di kawasan tropik yang terkait dengan penambahan gugusan uap air yang menyuplai pembentukan awan hujan dengan periode lebih kurang 48 hari yang menjalar dari barat ke timur. Biasanya berawal di pantai timur Afrika kemudian menjalar ke timur dan menghilang di bagian tengah Pasifik. MJO ini berkaitan dengan OLR (Outgoing Longwave Radiation)

Monsun : Suatu pola sirkulasi angin yang berhembus secara periodik pada suatu periode

(minimal 3 bulan) dan pada periode yang lain polanya akan berlawanan. Di Indonesia dikenal dengan 2 istilah monsun yaitu monsun Asia dan Monsun Australia. Monsun Asia berkaitan dengan musim hujan di Indonesia, sedangkan Monsun Australia berkaitan dengan musim kemarau.

Normal : Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan periode waktu yang

tidak ditentukan (1971-2000, 1976-2005, 1978-2007, dsb)

OLR (Outgoing Longwave

Radiation) : Radiasi gelombang panjang (infra merah) yang dipancarakan keluar dari bumi. OLR yang bernilai negatif menunjukkan tutupan awan konvektif yang banyak, sedangkan

nilai positif tutupan awan konvektifnya sedikit.

Rata-rata : Nilai rata-rata suatu variabel selama minimal periode 10 tahun (1971-1980,

1976-1985, 1993-2002, 1995-2010, dsb)

Shearline : Garis atau zona lintasan yang terdapat perubahan arah dan kecepatan angin secara

tiba-tiba.

SOI (Southern Oscillation Index) : Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas El Nino atau La Nina.

Standar Normal : Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan periode waktu yang

sudah ditentukan, dimulai tahun berakhiran 1 diakhiri tahun berakhiran 0 (1961-1990, 1971-2000, 1981-2010, dst)

Konveksi : Pergerakan molekul-molekul pada fluida (cairan atau gas)

Updraft : Pergerakan vertikal ke atas dari suatu kolom udara yang berhubungan dengan

Gambar

Gambar 1.  Peta Rata-rata Suhu Muka Laut Agustus 2016
Gambar 3. Rata-rata Tekanan Udara Permukaan Laut Bulan Agustus 2016
Gambar 5.  Pola Angin 850mb Bulan Agustus 2016
Gambar 7.  Grafik indeks ENSO / SOI
+7

Referensi

Dokumen terkait

Manfaat yang terpenting disebutkan adalah dapat menjaga kondisi fisik maupun pikiran senantiasa dalam keadaan sehat dan bahagia serta meningkatkan daya tahan tubuh..

24 Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa semua bidan melaksanakan pelayanan antenatal sesuai dengan standar, dari ke 10 kegiatan hanya satu kegiatan yang tidak

Dalam bab ini penulis akan menguraikan teori dan konsep Politik hukum Perkoperasian di Indonesia (Studi Yuridis Atas Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor

Karena nilai standar deviasi lebih kecil yaitu sebesar 0,2235 dari nilai rata-rata maka tidak ada kesenjangan yang cukup besar antara nilai minimum dan nilai maksimum dari

Perbedaan jumlah masing-masing sel leukosit dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor.Salah satu faktornya adalah faktor fisiologis, yaitu masa hidup dari masing-masing

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini berupa pemodelan matematis sudah dapat digunakan dalam menentukan daerah kabupaten/kota di Propinsi Jawa Tengah yang berada

Tokoh yang mempelopori postmodern adalah Francois Lyotard (1942), yang menerbitkan buku yang berjudul THE POST MODERN CONDITION.. Rosenau (dalam Ritzer,1997:8-9)

 Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-14/PB/2013 tentang Pelaksanaan Konfirmasi Surat Setoran Penerimaan Negara Menggunakan Aplikasi Konfirmasi.. KPPN Semarang I M M M