• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I HANG NADIM BATAM. PARMIN, S.Si, MM NIP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I HANG NADIM BATAM. PARMIN, S.Si, MM NIP"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.049] i

KATA PENGANTAR

Bumi adalah tempat kita berpijak, berbagai kebutuhan kita disediakan oleh bumi. Yang lahir dan hidup di bumi bukan hanya generasi saat ini, namun berkelanjutan untuk anak cucu di masa depan. Jika mengulas tentang bumi, begitu banyak aspek yang diperhatikan. Mulai dari aspek lingkungan, ekonomi, politik, sampai kegiatan manusia. Semua mempunyai kontribusi besar bagi keadaan bumi nantinya. Salah satu faktor terpenting adalah faktor meteorologi, yang berperan dalam mendorong berbagai program pembangunan di bumi. Dengan meninjau hal itu, serta mengkhususkan pada pembangunan di kawasan Barelang, Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam setiap bulannya menerbitkan BULETIN METEOROLOGI.

Buletin Meteorologi edisi Januari 2018 ini akan mengulas informasi hasil evaluasi cuaca dan iklim wilayah Kepulauan Riau pada bulan Desember 2017, prakiraan hujan serta prakiraan pasang surut bulan Januari 2018. Buletin ini dibuat sebagai salah satu sarana penunjang penyampaian informasi meteorologi, baik kepada para pengguna jasa informasi meteorologi dan juga kepada masyarakat umum.

Kami menyadari bahwa penulisan buletin ini masih belum sempurna, terdapat banyak kekurangan dan belum dapat memenuhi kebutuhan seluruh pembaca. Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas dari media informasi ini. Besar harapan kami agar buletin ini dapat terus berkembang dan berkesinambungan, serta dapat menjawab semua pertanyaan mengenai isu-isu meteorologi di wilayah Provinsi Kepulauan Riau.

KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I

HANG NADIM BATAM

PARMIN, S.Si, MM

NIP. 19640218 199102 1 001

(2)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.049] ii

TIM REDAKSI

Pelindung

: Parmin, S.Si, MM

Penanggung Jawab

: Suratman, S.Kom

Editor

: Hana Solihah, S.Si

Tim Pengumpulan Data : Marsudi, S.Kom

Dudi Juhandinata, S.Stat, MM

Tim Analisis dan Prakiraan : Nizam Mawardi, S.Tr

Pande Made Rony Kurniawan, SST

Debora Truly Marpaung, SST

Ibnu Susilo, S.Tr

Tim Distribusi

: Suryanti Agustina, SP

Adelina M Situmorang, SE

Desain

: M. Taufik, S.SI

Teknisi

: Kuswito

Alamat Redaksi

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam

Jalan Batu Besar, Bandara Hang Nadim Batam

Batu Besar, Batam 29466

Telpon : 0778-761415

Fax : 0778-761401

Website : hangnadim.kepri.bmkg.go.id

(3)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.049] iii

DAFTAR ISI

Kata pengantar ... i

Tim Redaksi ... ii

Daftar Isi ... iii

I. RINGKASAN... 1

II. PENGERTIAN ... 1

III. ANALISA CUACA DAN IKLIM DESEMBER 2017 ... 2

IV. PRAKIRAAN CUACA JANUARI 2018 ... 11

V. PRAKIRAAN PASANG SURUT JANUARI 2018... 16

VI. PRAKIRAAN TERBIT/ TERBENAM BULAN DAN MATAHARI JANUARI 2018 ... 19

(4)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.049] 1

RINGKASAN

1. Berdasarkan data curah hujan bulan Desember 2017 yang diterima dari Stasiun Meteorologi Hang Nadim, maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan Desember 2017 adalah sebagai berikut :

a. Bahwa kejadian hujan di Pulau Batam secara umum berada pada kondisi di bawah normal terhadap rata – ratanya. Sedangkan kondisi angin dilaporkan dominan bertiup dari arah Utara hingga Timur Laut dari dasarian I hingga dasarian III pada kecepatan rata – rata 8,7 km/jam.

b. Pada bulan Desember wilayah Indonesia terlewati oleh perambatan MJO dengan sifat kuat pada awal bulan sehingga cukup mempengaruhi terhadap penambahan curah hujan di wilayah Indonesia khususnya Kepulauan Riau. Kondisi perairan di Indonesia yang juga masih cukup hangat turut menambah uap air untuk pembentukan awan-awan. Namun nilai IOD, SOI dan ENSO berada pada kondisi netral sehingga tidak cukup memberikan pengaruh terhadap penambahan maupun pengurangan curah hujan di wilayah Kepulauan Riau pada bulan Desember.

II. Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai Januari 2018 hingga Desember 2018. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan dasarian Hang Nadim periode Januari 1998 s.d Desember 2017. Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan normal hujan dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.76017 dan RMSE (error) 15.4263 yang menunjukkan bahwa curah hujan di bulan Januari 2018 pada dasarian I dan dasarian II diprakirakan berada pada kisaran bawah normalnya, sedangkan pada dasarian III berada pada normalnya.

PENGERTIAN

A. SIFAT HUJAN

Sifat Hujan adalah Perbandingan antara jumlah curah hujan yang terjadi selama satu bulan dengan nilai rata-rata atau normal dari bulan tersebut di suatu tempat.

Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) kriteria, yaitu:

1. Di atas normal ( A ), jika nilai perbandingannya lebih besar dari 115 %. 2. Normal ( N ), jika nilai perbandingannya antara 85 % - 115 %.

3. Di bawah normal ( B ), jika nilai perbandingannya kurang dari 85 %.

B. NORMAL CURAH HUJAN

1. RATA-RATA CURAH HUJAN BULANAN:

Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan dengan periode minimal 10 tahun. 2. NORMAL CURAH HUJAN BULANAN:

Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan selama periode 30 tahun. 3. STANDARD NORMAL CURAH HUJAN BULANAN:

Nilai rata-rata curah hujan pada masing-masing bulan selama periode 30 tahun dimulai dari 1 Desember 1901 s/d 31 Desember 1930, 1 Desember 1931 s/d 31 Desember 1960, 1 Desember 1961 s/d 31 Desember 1990, dan seterusnya.

(5)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.049] 2

C. INTENSITAS CURAH HUJAN (CH)

KRITERIA CH CH/hari CH/Jam

Sangat Lebat > 100 mm > 20 mm

Lebat 50 - 100 mm 10 - 20 mm

Sedang 20 - 50 mm 5 - 10 mm

Ringan 5 - 20 mm 1 - 5 mm

ANALISA CUACA DAN IKLIM DESEMBER 2017

A. KERAGAMAN HUJAN

Kepulauan Riau merupakan wilayah negara Indonesia yang berbentuk kepulauan dan dilewati garis khatulistiwa. Wilayah negara Indonesia dilewati oleh garis katulistiwa serta dikelilingi oleh dua Samudra dan dua Benua. Posisi ini menjadikan Indonesia sebagai daerah pertemuan sirkulasi meridional (Utara-Selatan) dikenal sebagai Sirkulasi Hadley dan sirkulasi zonal (Timur-Barat) dikenal sebagai Sirkulasi Walker, dua sirkulasi yang sangat mempengaruhi keragaman iklim di Indonesia. Pergerakan matahari yang berpindah dari 23.5o Lintang Utara ke 23.5o Lintang Selatan sepanjang tahun

mengakibatkan timbulnya aktivitas monsun yang juga ikut berperan dalam mempengaruhi keragaman iklim. Pengaruh lokal terhadap keragaman iklim juga tidak dapat diabaikan, karena Kepri merupakan kepulauan dengan bentuk topografi sangat beragam menyebabkan sistem golakan lokal cukup dominan. Faktor lain yang diperkirakan ikut berpengaruh terhadap keragaman iklim ialah gangguan siklon tropis. Semua aktivitas dan sistem ini berlangsung secara bersamaan sepanjang tahun akan tetapi besar pengaruh dari masing-masing aktivitas atau sistem tersebut tidak sama dan dapat berubah dari tahun ke tahun.

El-Nino dan La-Nina merupakan salah satu akibat dari penyimpangan iklim. Fenomena ini akan menyebabkan penurunan dan peningkatan jumlah curah hujan untuk beberapa daerah di Indonesia. Pengaruh El-Nino kuat pada daerah yang berpola hujan monsun, lemah pada daerah berpola hujan equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan pola hujan lokal, sedangkan IOD (Indian Ocean Dipole) hanya berpengaruh jelas pada daerah berpola hujan monsun.

Selain akibat pengaruh fluktuasi suhu permukaan laut di samudera pasifik (El Nino-Southern Oscillation / ENSO) dan Samudera Hindia (Indian Ocean Dipole / IOD), fenomena fase aktif osilasi intra-musiman yang dikenal sebagai MJO (Madden-Desemberan Oscillation) juga mempengaruhi keragaman hujan di Indonesia. Menurut Geerts and Wheeler (1998) MJO akan menyebabkan terjadinya variasi pada pola angin, SML (Suhu Muka Laut), awan dan hujan. Fase aktif MJO bila bersamaan waktunya dengan monsun timur laut di Kepulauan Riau (Desember-April) dapat menyebabkan terjadinya peningkatan curah hujan sekitar 200%.

Pergerakan MJO ke timur dari samudra India menuju samudra Pasifik dibagi dalam 8 phase. Phase-1 di Afrika (210° BB - 60° BT), 2 di samudra India bagian barat (60° BT – 80° BT), phase-3 di samudra India bagian timur (80° BT – 100° BT) phase-4 & phase-5 di benua maritim Indonesia ( 100° BT – 140° BT), phase-6 di kawasan Pasifik barat (140°BT-160° BT), phase 7 di Pasifik tengah ( 160° BT – 180° BT) , dan phase-8 daerah konveksi di belahan bumi bagian barat ( 180° – 160° BB). Pada umumnya hujan tropis berasal dari awan konvektif dengan puncak awan sangat dingin (sedikit mengemisi radiasi gelombang panjang), oleh karenanya sangat baik memonitor MJO dengan memperhatikan variasi OLR (Outgoing Longwave Radiation) yang dipantau melalui sensor infra merah pada satelit.

(6)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.049] 3

B. DINAMIKA ATMOSFER DAN LAUTAN BULAN DESEMBER 2017 1. Monsun

Pada bulan Desember, matahari telah melewati equator dan sudah berada di Bumi Bagian Selatan dengan pergerakan semu sejauh kurang lebih 3.5° yaitu sekitar 20°LS – 23.5°LS. Hal ini berdampak ke peningkatan suhu muka laut di sekitar wilayah BBS yang memicu terbentuknya pola-pola tekanan udara rendah. Pada bulan Desember 2017 tercatat ada 2 (dua) kejadian siklon tropis yaitu Siklon Tropis Kai-tak dan Tembin. Dimana hal ini cukup berpengaruh terhadap bertambah maupun berkurangnya jumlah curah hujan di wilayah Indonesia pada umumnya termasuk Kepulauan Riau.

Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/sst_analysis/images/monsstv2.png Gambar 1. Peta Rata-rata Suhu Muka Laut Desember 2017

Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/sst_analysis/images/monanomv2.png Gambar 2. Peta Anomali Suhu Muka Laut Bulan Desember 2017

Kondisi rata-rata suhu muka laut di wilayah perairan Indonesia pada bulan Desember 2017 berkisar antara 28.00 - 32.00C (Gambar.1) dengan anomali -1.5-+1.50C (Gambar.2). Di wilayah

Kepulauan Riau, anomali suhu muka laut berkisar antara -0.5-+0.50C yang menunjukkan suhu muka

laut masih dalam kondisi yang cukup hangat sehingga memberi banyak pasokan uap air di udara. Suhu muka laut yang hangat serta anomali suhu muka laut yang positif sangat mendukung proses pertumbuhan awan-awan yang berpotensi menjadi hujan.

(7)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.049] 4

Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?variable=mslp&area=rsmc&map=mean&time=latest Gambar 3. Rata-rata Tekanan Udara Permukaan Laut Bulan Desember 2017

Pada bulan Desember 2017, tekanan udara di BBU secara umum lebih tinggi dari pada BBS dan sekitar equator karena matahari sudah berada di selatan. Hal ini menyebabkan massa udara bergerak dari BBU (bertekanan tinggi) menuju BBS (bertekanan rendah) sehingga membentuk pola belokan angin (shearline) dan pola daerah pertemuan angin (konvergensi) di sekitar wilayah Kepulauan Riau. Pada daerah belokan angin terjadi perlambatan kecepatan angin yang menyebabkan penumpukkan massa udara sehingga terjadi pengangkatan massa udara, sedangkan pola konvergen menyebabkan daerah-daerah pertemuan massa udara sehingga keduanya menimbulkan potensi pembentukan awan–awan konvektif yang dapat menghasilkan hujan.

Berdasarkan hasil analisis (Gambar.4), pada daerah Kepulauan Riau angin pada bulan Desember umumnya bertiup dari arah Barat Laut hingga Timur Laut yang di dominasi dari arah Barat Laut dengan kecepatan rata-rata 0 hingga 10 knot (Gambar.5).

Sumber: Bidang Meteorologi Publik BMKG

(8)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.049] 5

Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?variable=850wind&area=rsmc&map=mean&time=latest Gambar 5. Pola Angin 850mb Bulan Desember 2017

2. ENSO (El Nino - Southern Oscillation)

ENSO berada pada kondisi netral yaitu antara −0.8 °C sampai +0.8 °C. Pada akhir bulan Desember 2017, nilai anomali SST Nino 3.4 yaitu sebesar –0.66 dan nilai rata-rata harian SOI (Southern Oscillation Index) selama bulan Desember sebesar +0.6. Hal tersebut tidak mengindikasikan adanya pengaruh terhadap penambahan maupun pengurangan pasokan uap air sebagai pembentuk hujan di wilayah Indonesia termasuk di Kepulauan Riau.

Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml Gambar 6. Grafik indeks SST Nino3.4

(9)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.049] 6

Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png Gambar 7. Grafik indeks ENSO / SOI 3. MJO (Madden-Desemberan Oscillation)

a.OLR (Outgoing Longwave Radiation)

Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?variable=olr&area=rsmc&map=mean&time=latest Gambar 8. Rata-rata OLR Desember 2017

OLR merupakan suatu radiasi gelombang panjang yang dipancarkan oleh bumi ke luar angkasa. Namun, tidak semua radiasi gelombang panjang tersebut sampai ke luar angkasa. Awan-awan konvektif adalah salah satu faktor yang menghalangi perjalanan gelombang panjang tersebut. Suatu wilayah di permukaan bumi yang terdapat tutupan awan konvektif memiliki nilai OLR yang kecil/rendah. Pada bulan Desember 2017, nilai OLR terendah di wilayah Indonesia terdapat di sebagian besar wilayah Pulau Sumatera, Jawa dan Papua, serta Kalimantan bagian barat daya yaitu berkisar antara 160 – 180 W/m2, sementara untuk wilayah Kepulauan Riau, nilai OLR seperti yang

ditunjukkan pada gambar 8 berada pada kisaran 180 - 200 W/m2. Hal ini mengindikasikan bahwa

(10)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.049] 7 b. Fase MJO

MJO selama bulan Desember 2017 berada pada fase 4 sampai 1 dengan sifat yang kuat pada perambatannya. Wilayah Indonesia berada pada fase 3 sampai 5. Pada gambar (9) terlihat bahwa pada bulan Desember wilayah Indonesia terlewati oleh perambatan MJO dan memiliki sifat yang kuat pada awal bulan dan ada fase melemah di pertengahan bulan. Secara teori, kondisi MJO ini cukup memberikan pengaruh pada penambahan curah hujan di wilayah Indonesia khususnya Indonesia bagian Barat, termasuk wilayah Kepulauan Riau.

Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/mjo/ Gambar 9. Fase MJO 4. IOD (Indian Ocean Dipole)

Fenomena Dipole Mode di Samudera Hindia atau IOD (Indian Ocean Dipole) berada pada kisaran normal dengan kondisi netral (-0.4 s.d 0.4). Pada akhir bulan Desember 2017 nilai IOD berada pada kondisi negatif yang bernilai -0.34. Sehingga dapat diketahui bahwa selama bulan Desember 2017, secara umum IOD tidak berpengaruh dalam menambah peluang pertumbuhan awan di wilayah Indonesia bagian barat termasuk wilayah Kepulauan Riau.

Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml Gambar 10. Grafik IOD

(11)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.049] 8

C. ANALISIS HUJAN BULAN DESEMBER 2017

Berdasarkan data curah hujan bulan Desember 2017 yang diterima dari Stasiun Meteorologi Hang Nadim di Pulau Batam yang mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan Desember 2017 adalah sebagai berikut:

(12)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.049] 9

D. ANALISIS UNSUR CUACA SIGNIFIKAN BULAN DESEMBER 2017 a. Hujan

Sifat hujan bulan Desember 2017 di Barelang Bawah Normal (B) sampai dengan Normal (N) dengan curah hujan selama sebulan berkisar 126 mm - 282,2 mm atau antara 50 % - 111,9 %. Curah hujan terendah terjadi di Mukakuning dan tertinggi di Seiharapan. Khusus di Hang Nadim dalam bulan Desember 2017 terdapat 15 hari hujan terukur dan 6 hari hujan tidak terukur (ttu) dengan total curah hujan sebesar 243,2 mm atau berkisar 96,5% dari rata-rata, yang berarti sifat hujan Normal (N) . Pada dasarian I terjadi 6 hari hujan dengan jumlah curah hujan 25,4 mm, dasarian II terjadi 7 hari hujan dengan jumlah curah hujan 46,2 mm, dan dasarian III terjadi 8 hari dengan curah hujan 171,6 mm. Curah hujan tertinggi 74,5 mm terjadi pada tanggal 31 Desember 2017.

(13)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.049] 10

b. Suhu Udara

Suhu udara harian rata-rata berkisar antara 25,4°C - 29,2° C. Suhu udara terendah dalam bulan Nopember 2017 adalah 23,4 ° C terjadi pada tanggal 13 Desember 2017 pagi hari dan suhu udara tertinggi 33,6 °C terjadi pada tanggal 01 Desember 2017 siang hari.

Gambar 12. Grafik Suhu Udara bulan Desember 2017 di Hang Nadim c. Kelembaban Udara

Kelembaban udara harian rata-rata berkisar antara 71 % - 94 %. Kelembaban udara terendah mutlak 47% terjadi pada tanggal 01 Desember 2017 siang hari, sedangkan kelembaban udara tertinggi 98% terjadi tanggal 31 Desember 2017 pagi hari. Dengan demikian kelembaban udara pada bulan Desember 2017 lebih kering dibandingkan bulan Nopember 2017.

Gambar 13. Grafik Kelembaban Udara Bulan Desember 2017 di Hang Nadim d. Angin Permukaan

Selama periode dasarian I – III Desember 2017 angin permukaan secara umum didominasi dari arah Utara sampai Timur Laut kecepatan rata-rata 8,7 km/jam, arah dan kecepatan maximum dari Timur Laut dengan kecepatan 34,2 km/jam terjadi pada tanggal 18 Desember 2017.

(14)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.049] 11

PRAKIRAAN CUACA JANUARI 2018

A. DINAMIKA ATMOSFER 1. Tekanan Udara dan Angin

Pada bulan Januari, posisi matahari dalam gerak semunya berada di BBS (BelahanBumi Selatan) dengan pergerakan semu sejauh kurang lebih 3,5° yaitu dari 20°LS menuju 23,5°LS (http://www.physicalgeography.net). Sehingga, dominasi pola-pola daerah bertekanan udara rendah pada Januari 2018 berada pada wilayah bumi bagian selatan.

Prediksi Anomali Suhu Muka Laut periode Januari 2018

Rata-rata Tekanan Udara pada Bulan Januari 2018

Sumber: http://iridl.ldeo.columbia.edu/maproom/Global/Forecasts/SST.html?L=2.5 http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/realtime/clim/annual/monthly/monthly.12.slp.html

Gambar 14. Prediksi Anomali Suhu Muka Laut periode dan Rata-rata Tekanan Udara pada Bulan Januari 2018

Pola angin rata-rata bulan Januari secara dominan akan bertiup dari Bumi Bagian Utara (BBU) menuju Bumi Bagian Selatan (BBS) dan membentuk belokan angin (shearline) di bagian ekuator serta konvergensi di selatan ekuator. Berdasarkan gambar 16, terdapat daerah belokan angin (shearline) di sekitar wilayah Kepulauan Riau yang menyebabkan perlambatan kecepatan angin yang memupuk massa udara serta mendukung dalam proses pertumbuhan awan-awan hujan.

Sumber: Meteo Publik, BMKG

(15)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.049] 12

2. ENSO (EL-NinoSouthern Oscillation)

ENSO merupakan salah satu fenomena cuaca skala global yang mempengaruhi penambahan curah hujan (fase La-Nina) maupun pengurangan curah hujan (fase El-Nino) di wilayah Indonesia. Prediksi ENSO menurut institusi internasional yaitu BMKG, JAMSTEC (Japan Agency for

Marine-Earth Science and Technology) dan NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration)

menyatakan bahwa pada bulan Januari 2018 dalam kondisi La Nina lemah, sedangkan menurut BOM/ POAMA (Predictive Ocean Atmosphere Model for Australia) menyatakan bahwa pada bulan Januari 2018 dalam kondisi La Nina Moderat. Secara umum, ENSO diprediksi akan cukup memberi pengaruh terhadap penambahan jumlah curah hujan di wilayah Indonesia termasuk Kepulauan Riau.

Sumber: Pusat Data Dokumen, BMKG

Gambar 16. Prediksi ENSO dari NOAA, JAMSTEC, POAMA dan BMKG

Salah satu parameter ENSO yaitu data SOI (Southern Oscillation Index) dari BoM (Bureau of

Meteorology Australia) hingga akhir Oktober menunjukkan berada pada kondisi normal dengan nilai

SOI sebesar +0.6, sehingga kurang memiliki pengaruh terhadap penambahan maupun pengurangan curah hujan di wilayah Indonesia.

Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png Gambar 17. Grafik SOI Bulan Januari 2015 s.d. Akhir Desember 2017

(16)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.049] 13

3. MJO (Madden-Desemberan Oscillation)

Salah satu fenomena cuaca global yang juga mempengaruhi jumlah curah hujan di Indonesia, khususnya daerah dekat khatulistiwa adalah osilasi gugusan awan yang lazim disebut MJO. Menurut NOAA, diperkirakan MJO pada awal hingga pertengahan Januari 2018 dengan sifat kuat dan berada pada fase 2 hingga 3 sehingga cukup mempengaruhi penambahan curah hujan di wilayah Indonesia (Gambar 19). Nilai anomali OLR bernilai negatif berada di wilayah Indonesia, khususnya bagian utara dan barat wilayah Indonesia (Gambar 20) pada awal hingga pertengahan bulan Januari. Hal tersebut mengindikasikan tutupan awan konvektif di wilayah tersebut pada awal hingga pertengahan bulan Januari cukup banyak.

Sumber: http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/foregfs.shtml

Gambar 18. Grafik Fase MJO pada Bulan Desember 2017 dan prakiraan Bulan Januari 2018

Sumber: http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/spatial_olrmap_CA_full.gif

Gambar 19. Anomali OLR sampai dengan 31 Desember 2017 dan prakiraan 15 hari kedepan 4. Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole)

Fenomena cuaca global terakhir yang juga mempengaruhi peluang hujan di Indonesia, khususnya Indonesia Bagian Barat, adalah dipole mode. Menurut data dari BoM, NASA dan BMKG (gambar 21) bulan Januari DMI akan berada pada kondisi normal sehingga tidak mempengaruhi penambahan maupun pengurangan jumlah curah hujan di wilayah Indonesia, khususnya bagian barat.

(17)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.049] 14

Sumber: http://www.bmkg.go.id/bmkg_pusat/Klimatologi/Dinamika_Atmosfir.bmkg Gambar 20. Prediksi Indeks Dipole Mode dari BoM dan BMKG 5. Tinjauan Klimatologis

Kondisi cuaca bulan Desember di Batam berdasarkan data klimatologis selama 24 tahun (1993-2016) diketahui:

Secara klimatologis selama 16 tahun (1996 – 2011) jumlah curah hujan pada bulan Januari dibagi menjadi tiga bagian di Pulau Batam. Batam bagian Timur sekitar 300 – 600 mm, Batam bagian Utara dan Barat sekitar 150 – 300 mm dan Batam bagian Selatan sekitar 250 – 300 mm.

Kesimpulan:

Dari uraian di atas diketahui bahwa peluang pertumbuhan awan-awan hujan di Batam pada bulan Januari 2018 akan lebih rendah dari bulan Desember 2017, sehingga peluang curah hujannya lebih rendah juga bila dibandingkan dengan bulan Desember 2017.

B. PRAKIRAAN HUJAN BULAN JANUARI 2018 1. Prakiraan Hujan Dasarian

Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA

(Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian

mulai Januari 2018 hingga Desember 2018. Data masukan yang digunakan adalah data

series hujan dasarian Hang Nadim periode Desember 1998 s.d Desember 2017.

Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan normal hujan

dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.76017 dan RMSE (error) 15.4263.

Hasilnya menunjukkan bahwa curah hujan di bulan Januari 2018 diprakirakan:

(18)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.049] 15 dengan kriteria sifat hujan dalam dasarian, prakiraan curah hujan pada dasarian I dan II berada pada kisaran bawah normalnya, sedangkan pada dasarian III berada pada normalnya.

2. Prakiraan Hujan Bulanan

Berdasarkan data-data dan analisis model serta program HyBMG 2.0.7 dapat diperoleh hasil prakiraan curah hujan satu bulan pada bulan Januari 2018 di wilayah Barelang sebagai berikut:

Tabel : Prakiraan Curah Hujan Bulan Januari 2018

dan membandingkan dengan normal hujannya maka sifat hujan bulan Januari 2018 di Barelang dapat diprakirakan sebagai berikut:

Tabel: Prakiraan Sifat Hujan Bulan Januari 2018

(19)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.049] 16

PRAKIRAAN PASANG SURUT (TIDAL) JANUARI 2018

A. Pendahuluan

Pasang surut air adalah gelombang yang mirip dengan gelombang air yang terjadi akibat tiupan angin. Pasang surut memiliki panjang gelombang yang panjang, seperti yang terdapat pada laut dalam namun terjadi untuk air dangkal, ini berarti pasang surut dibiaskan oleh keadaan topografi kedalaman bawah air. Periodenya pun cukup panjang, dalam orde jam. Pasang surut air terjadi disebabkan oleh gaya gravitasi dan gaya sentrifugal yang ditimbulkan oleh gerakan bumi, bulan, dan matahari.

B. Pola Pasang Surut

Di seluruh dunia pasang surut berbeda baik ketinggian paras air maupun waktu kejadiannya. Area pantai yang hanya punya satu pasang surut tertinggi dan terendah setiap hari disebut diurnal tide (air pasang harian). Wilayah yang mengalami dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari disebut mempunyai semi-diurnal tide. Jika semi-diurnal tide mempunyai ketinggian air pasang yang dicapai berbeda dan saat surut juga level air tidak sama disebut semi-diurnal mixed tide.

Pola pasang surut dapat dijelaskan secara gelombang dengan grafik yang menunjukkan paras air untuk sumbu vertikal dan sumbu horisontal menyatakan waktu hari. Pengamatan pasang surut dalam jangka waktu yang lama digunakan untuk menghitung rata-rata ketinggian pasang. Dengan nilai rata-rata ini dapat dihitung anomali pasang naik dan pasang surut air.

C. Paras Pasang Surut.

Ketinggian air tertinggi yang dicapai permukaan air setiap hari disebut High Water (HT) /

Higt Tide (Ht). Titik terendah dimana permukaan air surut disebut Low Water (LW) / Low Tide.

Mengingat Propinsi Kepulauan Riau sebagian besar wilayahnya terdiri dari lautan maka fenomena pasang surut air laut sangat besar pengaruhnya terhadap kegiatan yang berhubungan dengan kelautan seperti bongkar muat di Pelabuhan Laut, kegiatan para nelayan dan lain sebagainya. Untuk itu dalam buletin ini kami sajikan prediksi pasang surut di seluruh Propinsi Kepulauan Riau yang meliputi 6 (enam) Kabupaten Kota sebagai berikut :

1. KOTA BATAM

(20)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.049] 17

2. KABUPATEN BINTAN

i. TANJUNG UBAN

3. KABUPATEN KARIMUN

i. TANJUNG BALAI KARIMUN

ii. TANJUNG PINANG

4. KABUPATEN LINGGA

(21)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.049] 18

5. KABUPATEN ANAMBAS

i. SELAT PENINTING

6. KABUPATEN NATUNA

(22)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.049] 19

PRAKIRAAN TERBIT/ TERBENAM

BULAN DAN MATAHARI JANUARI 2018

1. STASIUN METEOROLOGI HANG NADIM BATAM

Location : E104 07, N01 07, January 2017 DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm Hm hm hm 1 0605 1809 1725 0454 2 0606 1809 1829 0558 3 0606 1810 1932 0702 4 0607 1810 2032 0803 5 0607 1811 2128 0901 6 0607 1811 2220 0955 7 0608 1811 2309 1045 8 0608 1812 2356 1132 9 0609 1812 0000 1217 10 0609 1813 0042 1302 11 0610 1813 0127 1347 12 0610 1814 0212 1432 13 0610 1814 0258 1517 14 0611 1814 0345 1604 15 0611 1815 0432 1652 16 0611 1815 0520 1740 17 0612 1815 0608 1828 18 0612 1816 0655 1915 19 0612 1816 0742 2002 20 0613 1816 0828 2048 21 0613 1817 0913 2133 22 0613 1817 0958 2219 23 0613 1817 1043 2305 24 0614 1817 1129 2353 25 0614 1818 1218 0000 26 0614 1818 1310 0044 27 0614 1818 1405 0138 28 0614 1818 1504 0236 29 0615 1819 1606 0336 30 0615 1819 1709 0439 31 0615 1819 1811 0541 2. STASIUN METEOROLOGI TANJUNGPINANG

Location : E104 32, N00 55, January 2017 DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm Hm hm hm 1 0603 1807 1723 0452 2 0604 1808 1827 0556 3 0604 1808 1930 0700 4 0605 1809 2030 0801 5 0605 1809 2126 0859 6 0605 1810 2218 0953 7 0606 1810 2307 1043 8 0606 1811 2354 1130 9 0607 1811 0000 1216 10 0607 1811 0040 1300 11 0608 1812 0125 1345 12 0608 1812 0210 1430 13 0608 1813 0256 1516 14 0609 1813 0343 1603 15 0609 1813 0430 1651 16 0609 1814 0518 1739 17 0610 1814 0606 1826 18 0610 1814 0653 1914 19 0610 1815 0740 2000 20 0611 1815 0826 2046 21 0611 1815 0911 2132 22 0611 1816 0956 2217 23 0611 1816 1041 2304 24 0612 1816 1128 2352 25 0612 1816 1216 0000 26 0612 1817 1308 0042 27 0612 1817 1404 0136 28 0612 1817 1502 0234 29 0613 1817 1604 0334 30 0613 1817 1707 0437 31 0613 1818 1809 0539

(23)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.049] 20

3. STASIUN METEOROLOGI RANAI Location : E108 24, N03 55, January 2017 DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm hm 1 0553 1747 1702 0441 2 0553 1747 1806 0545 3 0554 1748 1910 0648 4 0554 1748 2011 0749 5 0555 1749 2108 0846 6 0555 1749 2201 0939 7 0555 1750 2251 1028 8 0556 1750 2339 1114 9 0556 1751 0000 1159 10 0557 1751 0025 1243 11 0557 1752 0111 1326 12 0557 1752 0157 1411 13 0558 1752 0244 1456 14 0558 1753 0331 1543 15 0558 1753 0419 1630 16 0559 1754 0507 1718 17 0559 1754 0554 1806 18 0559 1754 0641 1854 19 0559 1755 0728 1941 20 0600 1755 0813 2028 21 0600 1756 0857 2114 22 0600 1756 0941 2201 23 0600 1756 1025 2248 24 0600 1757 1111 2337 25 0601 1757 1158 0000 26 0601 1757 1249 0029 27 0601 1757 1344 0124 28 0601 1758 1442 0222 29 0601 1758 1543 0323 30 0601 1758 1647 0425 31 0601 1758 1749 0527 4. STASIUN METEOROLOGI TANJUNG BALAI KARIMUN

Location : E103 23, N01 03, January 2017 DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm hm 1 0608 1812 1728 0457 2 0609 1812 1832 0601 3 0609 1813 1935 0705 4 0609 1813 2035 0806 5 0610 1814 2131 0904 6 0610 1814 2223 0958 7 0611 1814 2312 1048 8 0611 1815 2359 1135 9 0612 1815 0000 1220 10 0612 1816 0045 1305 11 0612 1816 0130 1350 12 0613 1817 0215 1435 13 0613 1817 0301 1521 14 0613 1817 0348 1607 15 0614 1818 0435 1655 16 0614 1818 0523 1743 17 0614 1818 0611 1831 18 0615 1819 0658 1918 19 0615 1819 0745 2005 20 0615 1819 0831 2051 21 0616 1820 0916 2136 22 0616 1820 1001 2222 23 0616 1820 1046 2308 24 0616 1821 1132 2356 25 0617 1821 1221 0000 26 0617 1821 1313 0047 27 0617 1821 1408 0141 28 0617 1821 1507 0239 29 0617 1822 1609 0339 30 0618 1822 1712 0442 31 0618 1822 1814 0544

(24)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.049] 21

5. STASIUN METEOROLOGI DABO SINGKEP

Location : E104 34, S00 28, January 2017 DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm hm 1 0602 1808 1724 0452 2 0603 1808 1828 0555 3 0603 1809 1931 0659 4 0604 1809 2031 0801 5 0604 1810 2127 0859 6 0605 1810 2218 0953 7 0605 1811 2307 1042 8 0605 1811 2354 1130 9 0606 1812 0000 1216 10 0606 1812 0039 1301 11 0607 1812 0124 1345 12 0607 1813 0210 1430 13 0607 1813 0255 1516 14 0608 1814 0342 1603 15 0608 1814 0429 1651 16 0609 1814 0517 1739 17 0609 1815 0605 1827 18 0609 1815 0653 1914 19 0609 1815 0739 2001 20 0610 1816 0825 2046 21 0610 1816 0911 2132 22 0610 1816 0956 2217 23 0611 1816 1041 2303 24 0611 1817 1128 2351 25 0611 1817 1217 0000 26 0611 1817 1309 0042 27 0612 1817 1404 0136 28 0612 1817 1503 0233 29 0612 1818 1605 0333 30 0612 1818 1708 0436 31 0612 1818 1809 0538 6. STASIUN METEOROLOGI TAREMPA

Location : E106 15, N03 12, January 2017 DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm Hm 1 0600 1757 1713 0449 2 0601 1757 1817 0553 3 0601 1758 1920 0656 4 0602 1758 2020 0757 5 0602 1759 2117 0854 6 0602 1759 2210 0947 7 0603 1759 2300 1037 8 0603 1800 2348 1123 9 0604 1800 0000 1208 10 0604 1801 0034 1252 11 0604 1801 0120 1336 12 0605 1802 0205 1420 13 0605 1802 0252 1506 14 0605 1803 0339 1553 15 0606 1803 0426 1640 16 0606 1803 0514 1728 17 0606 1804 0602 1816 18 0607 1804 0649 1904 19 0607 1804 0736 1951 20 0607 1805 0821 2037 21 0607 1805 0905 2124 22 0608 1805 0949 2210 23 0608 1806 1034 2257 24 0608 1806 1120 2346 25 0608 1806 1208 0000 26 0608 1807 1259 0037 27 0608 1807 1354 0132 28 0609 1807 1452 0230 29 0609 1807 1554 0330 30 0609 1808 1657 0433 31 0609 1808 1759 0535

(25)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.049] 22

DAFTAR ISTILAH

Anomali : Penyimpangan suatu variabel dari nilai rata-rata

Awan Konvektif : Awan tebal menjulang tinggi yang terbentuk dari proses pemanasan vertikal yang membawa uap air. Awan ini mengakibatkan terjadinya hujan secara tiba-tiba, petir dan angin kencang.

Cold Surge : Aliran udara dingin dari daratan Asia yang menjalar memasuki wilayah Indonesia bagian barat, cold surge biasa terjadi pada saat Asia memasuki musim dingin. Cuaca : Kondisi fisis atmosfer pada suatu wilayah yang sempit pada waktu tertentu Dasarian : Periode sepuluh harian

Dipole Mode /IOD

(Indian Ocean Dipole)

: Tingkat ketersediaan uap air akibat perbedaan suhu muka laut antara Samudera Hindia dan Perairan Pantai Timur Afrika.

DMI

(Dipole Mode Index)

: Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas Dipole Mode. DMI yang bernilai negatif akan menambah kandungan uap air di sekitar wilayah Sumatera, sehingga curah hujannya secara umum meningkat. Sedangkan nilai positif tidak menambah kandungan uap air, sehingga curah hujan cenderung berkurang. Divergensi : Beraian angin, yang mengindikasikan daerah cuaca baik

Eddy : Pusaran angin dengan durasi harian dan biasanya jika suatu daerah terdapat eddy, maka cenderung banyak hujan.

El Nino : Fenomena memanasnya suhu permukaan laut di Pasifik Timur sehingga secara umum menyebabkan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia berkurang. ENSO

(El Nino-Shouthern Oscillation)

: Fluktuasi musiman antara fase El Nino dan La Nina.

Gelombang : Pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak lurus permukaan laut. Iklim : Kondisi Rata-rata cuaca dalam jangka waktu yang lama dan wilayah yang luas ITCZ (Intertropical

Convergence Zone) : Daerah pertemuan massa udara antar benua dengan cakupan yang luas. Umumnya daerah-daerah yang dilintasi ITCZ berpotensi terjadi pertumbuhan awan-awan

hujan lebat dan cukup lama (bisa lebih dari satu hari). Konvergensi : Pumpunan angin, pola angin yang mengumpul

La Nina : Fenomena yang merupakan kebalikan dari El Nino. Secara umum menyebabkan curah hujan di Indonesia meningkat.

MJO

(Madden-Desemberan Oscillation)

: Fluktuasi musiman/osilasi/gelombang tekanan (pola tekanan tinggi-tekanan rendah) di kawasan tropik yang terkait dengan penambahan gugusan uap air yang menyuplai pembentukan awan hujan dengan periode lebih kurang 48 hari yang menjalar dari barat ke timur. Biasanya berawal di pantai timur Afrika kemudian menjalar ke timur dan menghilang di bagian tengah Pasifik. MJO ini berkaitan dengan OLR (Outgoing Longwave Radiation)

Monsun : Suatu pola sirkulasi angin yang berhembus secara periodik pada suatu periode (minimal 3 bulan) dan pada periode yang lain polanya akan berlawanan. Di Indonesia dikenal dengan 2 istilah monsun yaitu monsun Asia dan Monsun Australia. Monsun Asia berkaitan dengan musim hujan di Indonesia, sedangkan Monsun Australia berkaitan dengan musim kemarau.

Normal : Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan periode waktu yang tidak ditentukan (1971-2000, 1976-2005, 1978-2007, dsb)

OLR (Outgoing Longwave

Radiation) : Radiasi gelombang panjang (infra merah) yang dipancarakan keluar dari bumi. OLR yang bernilai negatif menunjukkan tutupan awan konvektif yang banyak, sedangkan

nilai positif tutupan awan konvektifnya sedikit.

Rata-rata : Nilai rata-rata suatu variabel selama minimal periode 10 tahun (1971-1980, 1976-1985, 1993-2002, 1995-2010, dsb)

Shearline : Garis atau zona lintasan yang terdapat perubahan arah dan kecepatan angin secara tiba-tiba.

SOI (Southern Oscillation Index) : Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas El Nino atau La Nina. Standar Normal : Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan periode waktu yang

sudah ditentukan, dimulai tahun berakhiran 1 diakhiri tahun berakhiran 0 (1961-1990, 1971-2000, 1981-2010, dst)

Konveksi : Pergerakan molekul-molekul pada fluida (cairan atau gas)

Updraft : Pergerakan vertikal ke atas dari suatu kolom udara yang berhubungan dengan fenomena cuaca

Gambar

Gambar 1.  Peta Rata-rata Suhu Muka Laut Desember 2017
Gambar 4.  Klimatologi Arah Angin 3000 Feet pada Bulan Desember 2017
Gambar 6.  Grafik indeks SST Nino3.4
Gambar 8.  Rata-rata OLR Desember 2017
+7

Referensi

Dokumen terkait

Abstrak – Tugas Akhir ini bertujuan untuk mengetahui penerapan strategi kompensasi pada Stasiun Meteorologi Kelas I Hang Nadim Batam yang mampu menciptakan kesetaraan internal.

Secara umum berdasarkan data prakiraan yang didapat dari BMKG dan BoM keduanya menunjukan bahwa nilai IOD pada bulan September kurang berpengaruh terhadap penambahan curah hujan

Berdasarkan peta prakiraan angin dan gelombang laut mingguan di wilayah perairan Kepulauan Riau pada bulan Juni 2014 yang dibuat Stasiun Meteorologi Hang

Salah satu fenomena cuaca global yang juga mempengaruhi jumlah curah hujan di Indonesia, khususnya daerah dekat khatulistiwa adalah osilasi gugusan awan yang lazim disebut MJO.Menurut

MJO selama bulan September 2017 berada pada fase 3 sampai 6 dengan sifat lemah hingga kuat pada perambatannya.Wilayah Indonesia berada pada fase 3 sampai 5.Pada gambar (9) terlihat

Salah satu fenomena cuaca global yang juga mempengaruhi jumlah curah hujan di Indonesia, khususnya daerah dekat khatulistiwa adalah osilasi gugusan awan yang lazim

MJO lemah-sedang pada fase 3 selama pertengahan hingga akhir bulan Januari 2016 menyebabkan penambahan curah hujan di wilayah Indonesia khususnya

Buletin Meteorologi edisi Desember 2015 akan mengulas informasi hasil evaluasi cuaca dan iklim wilayah Kepulauan Riau pada bulan November 2015, prakiraan hujan dan