• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I HANG NADIM BATAM. PHILIP MUSTAMU M.Si. NIP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I HANG NADIM BATAM. PHILIP MUSTAMU M.Si. NIP"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.025] i

KATA PENGANTAR

Bumi adalah tempat kita berpijak, berbagai kebutuhan kita disediakan oleh bumi. Yang lahir dan hidup di bumi bukan hanya generasi saat ini, namun berkelanjutan untuk anak cucu di masa depan. Jika mengulas tentang bumi, begitu banyak aspek yang diperhatikan. Mulai dari aspeklingkungan, ekonomi, politik, sampai kegiatan manusia. Semua mempunyai kontribusi besar bagi keadaan bumi nantinya. Salah satu faktor terpenting adalah faktor meteorologi, yang berperan dalam mendorong berbagai program pembangunan di bumi. Dengan meninjau hal itu, serta mengkhususkan pada pembangunan di kawasan Barelang, Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam setiap bulannya menerbitkan BULETIN METEOROLOGI.

Buletin Meteorologi edisi Januari 2016ini akan mengulas informasi hasil evaluasi cuaca dan iklim wilayah Kepulauan Riau pada bulan Desember 2015, prakiraan hujan dan gelombang laut, serta prakiraan pasang surut bulan Januari 2016. Buletin ini dibuat sebagai salah satu sarana penunjang penyampaian informasi meteorologi, baik kepada para pengguna jasa informasi meteorologi dan juga kepada masyarakat umum.

Kamimenyadari bahwa penulisan buletin ini masih belum sempurna, terdapat banyak kekurangan dan belum dapat memenuhi kebutuhan seluruh pembaca. Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas dari media informasi ini. Besar harapan kami agar buletin ini dapat terus berkembang dan berkesinambungan, serta dapat menjawab semua pertanyaan mengenai isu-isu meteorologi di wilayah Kepulauan Riau

.

KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I HANG NADIM BATAM

PHILIP MUSTAMU M.Si. NIP. 19590406 198203 1 002

(2)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.025] ii

TIM REDAKSI

ANGGOTA TIM

PELINDUNG

PHILIP MUSTAMU, M.Si. KEPALA STASIUN METEOROLOGI

KELAS I HANG NADIM BATAM PENANGGUNGJAWAB

TRI AGUS PRAMONO, S.Kom KEPALA SEKSI DATA DAN INFORMASI

ANGGOTA NANGSIP CAHYANA, S.SI

ANGGOTA MOHAMMAD TAUFIQ, S.SI ANGGOTA

DUATI WARDANI, S.SI ANGGOTA YAYAN HERMAWAN ANGGOTA DUDI JUHANDINATA, S.Stat, MM ANGGOTA SRI SULISMIYATI ANGGOTA PANDE MADE RONY

KURNIAWAN, S.ST ANGGOTA RIZKI ADZANI, S.ST ANGGOTA DEBORA TRULY MARPAUNG, S.ST. ANGGOTA NIZAM MAWARDI, S.Tr ANGGOTA ADHITYA PRAKOSO, S.Tr

(3)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.025] iii

DAFTAR ISI

Kata pengantar ... i

Tim Redaksi ... ii

Daftar Isi ... iii

I. RINGKASAN ... 1

II. PENGERTIAN... 2

III. ANALISA CUACA DAN IKLIM ... 3

IV. PRAKIRAAN CUACA JANUARI 2016 ...15

V. PRAKIRAAN GELOMBANG AWAL JANUARI 2016 ...23

VI. PRAKIRAAN PASANG SURUT JANUARI 2016 ...24

VII. PRAKIRAAN TERBIT/ TERBENAM BULAN DAN MATAHARI JANUARI 2016 ...29

(4)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.025] 1

RINGKASAN

1. Berdasarkan data curah hujan bulan Desember 2015 yang diterima dari stasiun/pos hujan di Barelang yang mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan Desember 2015 adalah sebagai berikut:

a. Bahwa kejadian hujan di Pulau Batam secara umum berada pada kisaran normal terhadap rata-ratanya. Jumlah curah hujan di wilayah Batam berkisar antara 100 – 235 mm. Berdasarkan hasil analisa daerah Kepulauan Riau angin bertiup dengan kecepatan 10 hingga 30 Km/jam. Kondisi angin dengan kecepatan ini cukup mendukung dalam proses pembentukan banyak awan.

b. Untuk kondisi atmosfer di bulan Desember 2015 adalah sebagai berikut: MJO pada bulan Desember2015 berada pada fase 4 hingga 6 dengan dominasi sifat sedang hingga kuat pada perambatannya. Wilayah Indonesia yang berada fase 3 sampai 5 terlewati oleh perambatan MJO pada bulan Desember 2015. Aktivitas MJO yang kuat mulai pertengahan bulan Desember 2015 di fase 4 hingga 5 berdampak pada penambahan curah hujan di wilayah Indonesia khusunya bagian barat. Secara umum nilai OLR pada bulan Desemberbernilai relatif rendah di wilayah Indonesia bagian barat termasuk Kepulauan Riau.Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak tutupan awan konvektif di wilayah tersebut. Kondisi rata-rata suhu muka laut di wilayah perairan Kepulauan Riau pada bulan Desember 2015 berkisar antara 27.00C hingga 31.00C.Suhu muka laut yang hangat (>27.00C) mengindikasikan pasokan uap air yang lebih banyakdan berpotensi meningkatkan terjadinya pembentukan awan-awan konvektif yang menyebabkan terjadinya hujan.Nilai anomali Suhu Muka Laut di wilayah perairan Kepulauan Riau sebesar0.5 - 1.5 terhadap normalnya hal ini menunjukan pada bulan Desember 2015kondisi suhu muka laut berada pada nilai diatas normalnya. Kondisi ini juga memberikan andil dalam proses pembentukan awan-awan konvektif di wilayah Kepulauan Riau sehingga total curah hujan meningkat pada bulan Desember 2015.

II. Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7dengan model prediksiARIMA(Autoregressive Integrated Moving Average)diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai Januari2016 hingga Febuari 2017. Data masukan yang digunakan adalah data serieshujandasarian Hang NadimperiodeJanuari1998 s.d Desember 2015. Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan normal hujan dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.84865 dan RMSE (error) 16.1783 menunjukkan bahwa curah hujan di bulan Januari 2016 pada dasarian I , II dan III

(5)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.025] 2 diprakirakan curah hujan berada di bawah normalnya.

(6)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.025] 2

PENGERTIAN

A. SIFAT HUJAN

Sifat Hujan adalah Perbandingan antara jumlah curah hujan yang terjadi selama satu bulan dengan nilai rata-rata atau normal dari bulan tersebut di suatu tempat.

Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) kriteria, yaitu:

1. Di atas normal ( A ), jika nilai perbandingannya lebih besar dari 115 %. 2. Normal ( N ), jika nilai perbandingannya antara 85 % - 115 %.

3. Di bawah normal ( B ), jika nilai perbandingannya kurang dari 85 %.

B. NORMAL CURAH HUJAN

1. RATA-RATA CURAH HUJAN BULANAN:

Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan dengan periode minimal 10 tahun.

2. NORMAL CURAH HUJAN BULANAN:

Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan selama periode 30 tahun. 3. STANDARD NORMAL CURAH HUJAN BULANAN :

Nilai rata-rata curah hujan pada masing-masing bulan selama periode 30 tahun dimulai dari 1 Agustus 1901 s/d 31 Agustus 1930, 1 Agustus 1931 s/d 31 Agustus 1960, 1 Agustus 1961 s/d 31 Agustus 1990, dan seterusnya.

C. INTENSITAS CURAH HUJAN (CH)

KRITERIA CH CH/hari CH/Jam

Sangat Lebat > 100 mm > 20 mm

Lebat 50 - 100 mm 10 - 20 mm

Sedang 20 - 50 mm 5 - 10 mm

(7)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.025] 3

ANALISA CUACA DAN IKLIM

A. KERAGAMAN HUJAN

Kepulauan Riau merupakan wilayah negara Indonesia yang berbentuk kepulauan dan dilewati garis khatulistiwa. Wilayah negara Indonesia dilewati oleh garis katulistiwa serta dikelilingi oleh dua Samudra dan dua Benua. Posisi ini menjadikan Indonesia sebagai daerah pertemuan sirkulasi meridional (Utara-Selatan) dikenal sebagai Sirkulasi Hadley dan sirkulasi zonal (Timur-Barat) dikenal sebagai Sirkulasi Walker, dua sirkulasi yang sangat mempengaruhi keragaman iklim di Indonesia. Pergerakan matahari yang berpindah dari 23.5o Lintang Utara ke 23.5o Lintang Selatan sepanjang tahun mengakibatkan timbulnya aktivitas monsun yang juga ikut berperan dalam mempengaruhi keragaman iklim. Pengaruh lokal terhadap keragaman iklim juga tidak dapat diabaikan, karena Kepri merupakan kepulauan dengan bentuk topografi sangat beragam menyebabkan sistem golakan lokal cukup dominan. Faktor lain yang diperkirakan ikut berpengaruh terhadap keragaman iklim ialah gangguan siklon tropis. Semua aktivitas dan sistem ini berlangsung secara bersamaan sepanjang tahun akan tetapi besar pengaruh dari masing-masing aktivitas atau sistem tersebut tidak sama dan dapat berubah dari tahun ke tahun.

El-Nino dan La-Nina merupakan salah satu akibat dari penyimpangan iklim. Fenomena ini akan menyebabkan penurunan dan peningkatan jumlah curah hujan untuk beberapa daerah di Indonesia. Pengaruh El-Nino kuat pada daerah yang berpola hujan monsun, lemah pada daerah berpola hujan equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan pola hujan lokal, sedangkan IOD (Indian Ocean Dipole) hanya berpengaruh jelas pada daerah berpola hujan monsun.

Selain akibat pengaruh fluktuasi suhu permukaan laut di samudera pasifik (El Nino-Southern Oscillation / ENSO) dan Samudera Hindia (Indian Ocean Dipole / IOD), fenomena fase aktif osilasi intra-musiman yang dikenal sebagai MJO (Madden-Julian Oscillation) juga mempengaruhi keragaman hujan di Indonesia.Menurut Geerts and Wheeler (1998) MJO akan menyebabkan terjadinya variasipada pola angin, SML (Suhu Muka Laut), awan dan hujan. Fase aktif MJO bila bersamaan waktunya dengan monsun timur laut di Kepulauan Riau (Desember-April) dapat menyebabkan terjadinya peningkatan curah hujan sekitar 200%.

Pergerakan MJO ke timur dari samudra India menuju samudra Pasifik dibagi dalam 8 phase. Phase-1 di Afrika (210° BB - 60° BT), phase-2 di samudra India bagian barat (60° BT – 80° BT), phase-3 di samudra India bagian timar (80° BT – 100° BT) phase-4 & phase-5 di benua maritim Indonesia ( 100° BT – 140° BT), phase-6 di kawasan Pasifik barat (140°BT-160° BT), phase 7 di Pasifik tengah (160° BT – 180° BT) , dan phase-8 daerah konveksi di belahan bumi bagian barat (180° – 160° BB).

(8)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.025] 4 Pada umumnya hujan tropis berasal dari awan konvektif dengan puncak awan sangat dingin (sedikit mengemisi radiasi gelombang panjang), oleh karenanya sangat baik memonitor MJO dengan memperhatikan variasi OLR(Outgoing

Longwave Radiation) yang dipantau melalui sensor infra merah pada satelit.

B. DINAMIKA ATMOSFER DAN LAUTAN BULAN DESEMBER 1. Monsun

Pada bulan Desember matahari sudah berada jauh melewati garis equator dan sudah berada di wilayah Bumi Bagian Selatan dengan pergerakan semu sejauh kurang lebih 1.5° yaitu dari 22°LS menuju 23.5°LS. Hal ini berdampak ke peningkatan suhu muka laut di sekitar wilayah equatordan BBS yang memicu terbentuknya pola-pola tekanan udara rendah.

Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/sst_analysis/images/monsstv2.png Gbr. 1 Peta Rata-rata Suhu Muka Laut Desember 2015

(9)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.025] 5

Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/sst_analysis/images/monanomv2.png Gbr. 2 Peta Anomali Suhu Muka Laut BulanDesember2015

Kondisi rata-rata suhu muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia termasuk Kepulauan Riau pada bulan Desember 2015 berkisar antara 27.00C hingga 31.00C(Gbr.1).Suhu muka laut yang hangat (>27.00C) mengindikasikan pasokan uap air yang lebih banyak. Hal tersebut berpotensi meningkatkan terjadinya pembentukan awan-awan konvektif sehingga berpotensi menyebabkan terjadinya hujan. Nilai anomali Suhu Muka Laut (Gbr.2) di wilayah perairan Indonesia secara umum merata, termasuk Kepulauan Riau sebesar0.5 - 1.5 terhadap normalnya hal ini menunjukan pada bulan Desember 2015kondisi suhu muka laut berada pada nilai diatas normalnya. Kondisi ini juga memberikan andil dalam proses pembentukan awan-awan konvektif di wilayah Kepulauan Riau sehingga total curah hujan meningkat pada bulan Desember 2015.

(10)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.025] 6

Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?page=map&variable=mslp&vstatus=mean&period=month&area=rsmc

Gbr. 3 Rata-rata Tekanan Udara Permukaan Laut Bulan Desember

Pada bulan Desember, tekanan udara di BBU secara umum lebih tinggi daripada BBS menyebabkan massa udara bergerak dari BBU (bertekanan tinggi) menuju BBS (bertekanan rendah) sehingga menyebabkan pola angin di sekitar wilayah Kepulauan Riau dominan bertiup dari arah barat laut hingga timur laut serta membentuk pola belokan angin (shearline) dan pusaran angin (eddy). Pada daerah belokan angin terjadi perlambatan kecepatan angin yang menyebabkan penumpukkan massa udara sehingga terjadi pengangkatan massa udara dan menimbulkan potensi adanya pertumbuhan awan-awan konvektiv yang menyebabkan terjadinya hujan lebat dan petir.

Sumber: Bidang Meteorologi Publik BMKG

(11)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.025] 7 Berdasarkan hasil analisa (Gbr.5) daerah Kepulauan Riau didomonasi angin baratan dan bertiup dengan kecepatan 10 hingga 30 Km/jam. Kondisi angin dengan kecepatan inicukup mendukung dalam proses pembentukan banyak awan.

Sumber: Pusat Data Dokumen, BMKG

Gbr. 5Pola Angin 850mbpada Dasarian II Bulan Desember

2. ENSO(El Nino - Southern Oscillation)

Pada bulan Desember 2015, ENSO berada pada kondisi kuat. Hal ini ditunjukkan dengan nilai anomali SST Nino 3.4 pada akhir Desember +2.3°C. Kondisi SOI (Southern Oscillation Index) pada Desember 2015 juga berada pada kondisi sedang dengan nilai -8.0. Hal ini tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penambahan atau pengurangan jumlahcurah hujan pada bulan Desember 2015 di wilayah Kepulauan Riau.

(12)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.025] 8

Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml Gbr.6 Grafik indeks SST Nino3.4

Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png Gbr.7 Grafik indeks ENSO / SOI

(13)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.025] 9

3. MJO(Madden-Julian Oscillation)

a. OLR (Outgoing Longwave Radiation)

Sumber: Pusat Data Dokumen, BMKG

Gbr. 8 Rata-rata OLR dasarian II bulan Desember2015

OLR merupakan suatu radiasi gelombang panjang yang dipancarkan oleh bumi ke luar angkasa. Tidak semua radiasi gelombang panjang yang terpancar dari bumi sampai ke luar angkasa. Awan-awan konvektif adalah salah satu faktor yang menghalangi perjalanan gelombang panjang.Jika pada suatu wilayah tertutup hamparan awan konvektif, maka nilai OLR akan kecil. Secara umum nilai OLR pada bulan Desemberbernilai relatif rendah di wilayah Indonesia bagian barat termasuk Kepulauan Riau. Nilai OLR yang semakin kecil ini menunjukkan bahwa semakin banyak tutupan awan konvektif di wilayah tersebut.

b. Fase MJO

MJO pada bulan Desember 2015 berada pada fase 4 hingga 6 dengan dominasi sifat sedang hingga kuat pada perambatannya. Wilayah Indonesia yang berada fase 3 sampai 5 terlewati oleh perambatan MJO pada bulan Desember. Aktivitas MJO yang kuat mulai pertengahan bulan Desember 2015 di fase 4 hingga 5 berdampak pada penambahan curah hujan di wilayah Indonesia khusunya bagian barat.

(14)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.025] 10 Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/mjo/

Gbr. 9 Fase MJO

4. IOD(Indian Ocean Dipole)

Fenomena Dipole Mode di Samudera Hindia atau IOD (Indian Ocean

Dipole)berada pada kisaran dibawah normal dengan kondisi netral (-0,5°C s.d

0,5°C). Pada akhir Desember nilai IOD memiliki kondisi normal yang bernilai -0.140C. Sehingga bisa diketahui bahwa selama bulan Desember 2015, secara umum IOD tidak signifikan dalam menambah peluang pertumbuhan awan di wilayah Indonesia bagian barat termasuk wilayah Kepulauan Riau.

(15)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.025] 11 Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml

Gbr. 10 Grafik IOD

C. ANALISIS HUJAN BULAN DESEMBER 2015

Berdasarkan data curah hujan bulan Desember 2015 yang diterima dari stasiun/ AWS (Automatic Weather Station) di Pulau Batam yang mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan Desember 2015 adalah sebagai berikut:

Lokasi RR Desember 2014 (mm) Rata - rata (mm) Sifat Hujan

Hang Nadim 218.6 313.7 Normal

Mukakuning 105.0 208.1 Bawah Normal

Nongsa 197.2 185.4 Normal

Tg. Uncang 163.8 167.9 Normal

Sei Harapan 233.8 216.5 Normal

Pagoda 113.2 333.0 Normal

Dari tabel di atas tampak bahwa kejadian hujan di Pulau Batamcukup merata ditandai dengan sifat hujan secara umum berada pada kisaran normal terhadap rata-ratanya.Jumlah curah hujan di wilayah Batam berkisar antara 100 – 235 mm.

(16)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.025] 12

Gbr. 11 Peta Isohyet Barelang bulan Desember 2015

Dari gambar peta isohyet di atas dapat diketahui konsentrasi hujan di Barelang yang terjadi selama bulan Desember 2015. Sebaran hujan cukup merata di wilayah Pulau Batam, Rempang dan Galang dengan nilai antara 105 – 133 mm. konsentrasi jumlah curah hujan tertinggi terdapat di wilayah Nongsa dan Seiharapan.

D. ANALISIS UNSUR CUACA SIGNIFIKAN BULAN DESEMBER 2015

a. Hujan

Sifat hujan bulan Desember 2015 di Barelang Bawah Normal (B) sampai diatas Normal (N) dengan curah hujan selama sebulan berkisar 105,0 mm - 233,8 mm atau antara 41,7 % - 92,8 %. Curah hujan terendah terjadi di Mukakuning dan tertinggi di Sie Harapan. Khusus di Hang Nadim dalam bulan Desember 2015 terdapat 13 hari hujan terukur dan 5 hari hujan tidak terukur (ttu) dengan total curah hujan sebesar 218,6 mm atau berkisar 86,7 % dari rata-rata yang berarti sifat hujan Normal (N ). Pada dasarian I terjadi 5 hari hujan dengan jumlah curah hujan 24,9 mm, dasarian II terjadi 6 hari hujan dengan jumlah curah hujan 78,7 mm, dan dasarian III terjadi 6 hari dengan curah hujan 115 mm. Curah hujan tertinggi 50,6 mm terjadi pada tanggal 13 Desember 2015

(17)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.025] 13

Gbr.12 Grafik Curah Hujan bulan Desember2015 di Hang Nadim

b. Suhu Udara

Suhu udara harian rata-rata berkisar antara 25,5 - 28.9 ° C. Suhu udara terendah dalam bulan Desember 2015 adalah 23,8°C terjadi pada tanggal 22 Desember 2015 pagi hari dan suhu udara tertinggi 33,0°C terjadi pada tanggal 23 Desember 2015 siang hari.

0 10 20 30 40 50 60 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 CURAH HUJAN (mm) TANGGAL

(18)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.025] 14

Gbr.13 Grafik Suhu Udara bulan Desember2015 di Hang Nadim

c. Kelembaban Udara

Kelembaban udara harian rata-rata berkisar antara 73 % - 94 %. Kelembaban udara terendah mutlak 47% terjadi pada tanggal 13 Desember 2015 siang hari, sedangkan kelembaban udara tertinggi 97% terjadi tanggal 7, 10, 12, 13, 24 dan 30 Desember 2015 pagi hari. Dengan demikian udara pada bulan Desember 2015 lebih kering dibandingkan bulan November 2015.

Gbr.14 Grafik Kelembaban Udara Bulan Desember2015 di Hang Nadim

d. Angin Permukaan

Selama periode dasarian I – III Desember 2015 angin permukaan secara umum didominasi dari arah Utara sampai Tenggara dengan kecepatan rata-rata 12 km/jam, arah dan kecepatan maximum dari Selatan dengan kecepatan 40 km/jam terjadi pada tanggal 22 Desember 2015.

23 25 27 29 31 33 1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 TEMPERATUR TANGGAL T- MAXIMUM T- MINIMUM T- RATA-RATA 45 55 65 75 85 95 1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 RH (%) TANGGAL RH MAXIMUM RH MINIMUM RH RATA-RATA

(19)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.025] 15

PRAKIRAAN CUACA JANUARI 2016

A. DINAMIKA ATMOSFER

1. Tekanan Udara dan Angin

Pada bulan Januari, posisi matahari sedang berada di BBS (Belahan Bumi Selatan) menuju ke BBU (Bumi Bagian Utara) dengan pergerakan semu sejauh

kurang lebih 3,5° yaitu dari 23.5°LS menuju 20,0°LS

(http://www.physicalgeography.net). Namun, dominasi pola-pola daerah bertekanan udara rendah pada Januari akan berada di wilayah Bumi Bagian Selatan (BBS).

Prediksi Anomali Suhu Muka Laut periode Desember – Januari – Febuari 2016

Rata-rata Tekanan Udara pada Bulan Januari

Sumber: http://pred.ldeo.columbia.edu/forecast/sst/14/

http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/realtime/clim/annual/monthly/monthly.12.slp.html Gambar 15. Prediksi Anomali Suhu Muka Laut periode dan Rata-rata Tekanan Udara pada

Bulan Januari 2016

Sehingga, pola angin rata-rata bulan Januari secara umum akan bertiup dari Bumi Bagian Utara (BBU) menuju Bumi Bagian Selatan (BBS). Angin dari wilayah BBU akan bertemu dengan angin dari wilayah BBS yang akan menyebabkan konvergensi di wilayah tropis dan dinamakan sebagai ITCZ ( Inter Tropical Convergance Zone) Sedangkan untuk wilayah Kepulauan Riau, seperti yang terlihat pada gambar 2, pola angin yang terbentuk berada dekat dengan daerah belokan angin (shearline) . Pola angin ini cenderung mendukung dalam proses pertumbuhan awan-awan hujan.

(20)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.025] 16

Sumber: Meteo Publik, BMKG

Gambar 16. Rata-rata Streamline 3000 feet pada Bulan Januari

2. ENSO(EL Nino-Southern Oscillation)

ENSO merupakan salah satu fenomena cuaca skala global yang mempengaruhi penambahan curah hujan (fase La Nina) maupun pengurangan curah hujan (fase El Nino) di wilayah Indonesia. Prediksi ENSO menurut institusi internasional yaitu NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration), POAMA (Predictive Ocean Atmosphere Model for Australia), BMKG, dan JAMSTEC (Japan Agency for Marine-Earth Science and Technology) menyatakan bahwa terjadi EL Nino kuat untuk Januari 2016.

Dengan demikian, di Wilayah Indonesia, khususnya di Indonesia bagian Timur diprediksi akan terjadi pengurangan jumlah curah hujan.

Sumber: Pusat Data Dokumen, BMKG

(21)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.025] 17 Salah satu parameter ENSO yaitu data SOI (Southern Oscillation Index) dari BoM (Bureau of Meteorology Australia) hingga awal Januari menunjukkan kondisi El Nino dengan nilai mencapai -8.2. Sehingga diprakirakan untuk bulan Januari 2016 di wilayah Indonesia tidak akan terdapat penambahan jumlah curah hujan yang signifikan.

Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png

Gambar 18. Grafik SOI Bulan Januari 2014 sampai dengan awal Januari 2016

3. MJO(Madden-Julian Oscillation)

Salah satu fenomena cuaca global yang juga mempengaruhi jumlah curah hujan di Indonesia, khususnya daerah dekat khatulistiwa adalah osilasi gugusan awan yang lazim disebut MJO. Berdasarkan data dari NOAA, pada akhir Desember aktivitas MJO kuat dan diprakirakan masih akan terus berlangsung hingga 15 Januari 2016. Namun aktivitas MJO yang kuat tidak berada berada di sekitar Indonesia (Gambar 5). Sehingga dampak MJO diprediksi tidak mempengaruhi jumlah curah hujan di wilayah Indonesia.Sedangkan berdasarkan data anomali OLR (Outgoing Longwave Radiation) yang merupakan salah satu indikator MJO menunjukkan nilai +10 hingga +35 Wm-2 di sekitar Indonesia Bagian Barat. Hal ini berarti tutupan awan di wilayah Kepulauan Riau pada Januari 2015 lebih sedikit.

(22)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.025] 18

Sumber: http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/foregfs.shtml

Gambar 19. Grafik Fase MJO pada Bulan Desember 2015 dan prakiraan Bulan Januari 2016

Sumber:http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/spatial_olrmap_CA_full.gif Gambar 20. Anomali OLR sampai dengan 2 Januari 2016 dan prakiraan 15 hari kedepan

(23)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.025] 19

4. Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole)

Fenomena cuaca global terakhir yang juga mempengaruhi peluang hujan di Indonesia, khususnya Indonesia Bagian Barat, adalah dipole mode. Menurut data dari BoM, grafik indeks IOD awal Januari berada pada kondisi normal dengan nilai terakhir +0.140 C (gambar 7) dibandingkan dengan nilai normalnya kisaran -0,50 C s.d 0,50 C dan BMKG memprediksi nilai indeks dipole mode pada bulan Januari bernilai 0.31 (gambar 8). Secara umum berdasarkan data prakiraan yang didapat dari BMKG dan BoM keduanya menunjukan bahwa nilai IOD pada bulan Januari tidak berpengaruh terhadap penambahan curah hujan di wilayah Indonesia Bagian Barat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa IOD masih dalam kondisi normal sehingga penambahan curah hujan di Indonesia bagian barat kurang signifikan.

Sumber:www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml

(24)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.025] 20

Sumber: http://www.bmkg.go.id/bmkg_pusat/Klimatologi/Dinamika_Atmosfir.bmkg Gambar 22. Prediksi Indeks Dipole Mode dari BoM dan BMKG

5. Tinjauan Klimatologis

Kondisi cuaca bulan Januari di Batam berdasarkan data klimatologis selama 23 tahun (1993-2015) diketahui:

Secara umum curah hujan merata di seluruh wilayah Batam berkisar antara 100 – 350 mm selama bulan Januari.Wilayah Batam bagian Timur merupakan daerah dengan konsentrasi hujan tertinggi yaitu sekitar 200 – 350 mm. Sedangkan daerah Batam Barat dengan konsentrasi hujan terendah yaitu sekitar 100 – 200 mm.

(25)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.025] 21

Kesimpulan:

Dari uraian di atas diketahui bahwa peluang pertumbuhan awan-awan hujan di Batam pada bulan Januari 2016 cenderung lebih besar dibandingkan pada bulan Desember dan peluang jumlah intensitas curah hujan juga cukup besar.

B. PRAKIRAAN HUJANBULAN JANUARI 2016

1. PrakiraanHujan Dasarian

Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7dengan model prediksiARIMA(Autoregressive Integrated Moving Average)diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai Januari2016 hingga Febuari 2017. Data masukan yang digunakan adalah data serieshujandasarian Hang NadimperiodeJanuari1998 s.d Desember 2015.

Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan normal hujan dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.84865 dan RMSE (error) 16.1783Hasilnya menunjukkan bahwa curah hujan di bulan Januari 2016 diprakirakan:

Sesuai dengan kriteria sifat hujan dalam dasarian, prakiraan curah hujan pada dasarian I, II, dan III berada di bawah normal terhadap rata-rata.

2. PrakiraanHujan Bulanan

Berdasarkan data-data dan analisis model serta program HyBMG 2.0.7 dapat diperoleh hasil prakiraan curahhujan satu bulan pada bulan Januari 2016 di wilayah Barelangsebagaiberikut:

Dasarian Pertama Bawah Normal 57.2

Dasarian Kedua Bawah Normal 55.7

Dasarian Ketiga Bawah Normal 73.3

(26)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.025] 22 Tabel:PrakiraanCurahHujanBulanJanuari 2016

danmembandingkandengan normal hujannyamakasifathujanbulan Januari 2016 di Barelangdapatdiprakirakansebagaiberikut:

Tabel: Prakiraan Sifat Hujan Bulan Januari 2016

SIFAT HUJAN

WILAYAH

Atas Normal

Normal Rempang, Galang

Bawah Normal Batam

Gbr. 23 Peta Prakiraan Curah dan SifatHujan Barelang bulan Januari 2016

PRAKIRAAN GELOMBANGAWAL JANUARI 2016

JUMLAH CURAH HUJAN 0 mm - 150 mm 150 mm - 300 mm Batam, Galang 300 mm - 450 mm Rempang 450 mm - 600 mm -WILAYAH

(27)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.025] 23

1. Hasil Pantauan Sebagai Dasar Pertimbangan

Pusat Tekanan Rendah terbentuk di Pusat tekanan rendah 1012 hPa terdapat di Samudera Hindia barat daya Lampung. Analisis Angin Gradien di wilayah Indonesia umumnya bertiup dari arah Barat Laut – Timur Laut. Suhu Muka Laut 27 - 32derajat Celcius. Anomali suhu muka laut berkisar antara – 1.0 derajat Celcius s/d 2.5 derajat Celcius. Angin 10 meter di wilayah Indonesia utara equator umumnya bertiup dari Timur Laut – Timur dengan kecepatan berkisar 15 – 40 Km/Jam, sedangkan di selatan equator bertiup dari Barat Laut – Timur Laut dengan kecepatan berkisar 5 – 30 Km/Jam. Kecepatan angin tertinggi terjadi di Selat Malaka bagian utara, Perairan utara Aceh, Laut Cina Selatan, Perairan Kep. Natuna dan Kep. Anambas, Selat Makassar bagian utara, Perairan Kep. Sangihe dan Kep. Talaud, Laut Arafuru bagian timur.

2. Prospek Tinggi Gelombang

Hujan dengan intensitas sedang – lebat

Hujan dengan intensitas sedang – lebat : Perairan selatan Banten dan Jawa Barat, Laut Natuna, Selat Karimata, Laut Jawa bagian tengah, Teluk Tomini, Teluk Cenderawasih.

0.5 - 1.25 m (Slight)

Selat Malaka bagian utara, Perairan Nias – Sibolga, Perairan Kep. Mentawai – Padang, Laut Sawu, Perairan Kupang – P. Rote, Laut Timor, Laut Natuna, Perairan timur Bintan, Selat Makassar bagian utara, Laut Sulawesi bagian barat dan tengah, Laut Maluku bagian selatan, Laut Banda bagian timur, Perairan Kaimana – Amamapare, Perairan Kep. Kai dan Kep. Aru, Perairan Kep. Babar – Kep. Tanimbar, Perairan Kep. Sermata – Kep. Leti, Laut Arafuru bagian barat dan tengah, Perairan Merauke.

1.25 - 2.50 m (Moderate)

Perairan utara dan barat Aceh, Perairan barat Kep. Nias dan Kep. Mentawai, Perairan Bengkulu dan barat Lampung, Selat Sunda bagian selatan, Perairan selatan Jawa, Perairan selatan Bali – NTB, Perairan selatan P. Sumba, Laut Cina Selatan, Perairan Kep. Natuna dan Kep. Anambas, Laut Sulawesi bagian timur, Perairan Kep. Sangihe dan Kep. Talaud, Laut Maluku bagian utara, Perairan utara Halmahera, Laut Halmahera, Perairan utara Papua Barat, Perairan utara Biak, Perairan Sarmi – Jayapura, Laut Arafuru bagian timur, Perairan Yos Sudarso.

2.50 - 4.0 m (Rough)

Samudera Pasifik timur Philipina.

(28)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.025] 24

JANUARI 2016

A. Pendahuluan

Pasang surut air adalah gelombang yang mirip dengan gelombang air yang terjadi akibat tiupan angin. Pasang surut memiliki panjang gelombang yang panjang, seperti yang terdapat pada laut dalam namun terjadi untuk air dangkal, ini berarti pasang surut dibiaskan oleh keadaan topografi kedalaman bawah air. Periodenya pun cukup panjang, dalam orde jam. Pasang surut air terjadi disebabkan oleh gaya gravitasi dan gaya sentrifugal yang ditimbulkan oleh gerakan bumi, bulan, dan matahari.

B. Pola Pasang Surut

Di seluruh dunia pasang surut berbeda baik ketinggian paras air maupun waktu kejadiannya. Area pantai yang hanya punya satu pasang surut tertinggi dan terendah setiap hari disebut diurnal tide (air pasang harian). Wilayah yang mengalami dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari disebut mempunyai semi-diurnal tide. Jika semi-diurnal tide mempunyai ketinggian air pasang yang dicapai berbeda dan saat surut juga level air tidak sama disebut

semi-diurnal mixed tide.

Pola pasang surut dapat dijelaskan secara gelombang dengan grafik yang menunjukkan paras air untuk sumbu vertikal dan sumbu horisontal menyatakan waktu hari. Pengamatan pasang surut dalam jangka waktu yang lama digunakan untuk menghitung rata-rata ketinggian pasang. Dengan nilai rata-rata ini dapat dihitung anomali pasang naik dan pasang surut air.

C. Paras Pasang Surut.

Ketinggian air tertinggi yang dicapai permukaan air setiap hari disebut HighWater

(HT) / Higt Tide (Ht). Titik terendah dimana permukaan air surut disebut Low Water (LW) / Low Tide. Mengingat propinsi Kepulauan Riau sebagian besar wilayahnya terdiri

dari lautan maka fenomena pasang surut air laut sangat besar pengaruhnya terhadap kegiatan yang berhubungan dengan kelautan seperti bongkar muat di Pelabuhan Laut, kegiatan para nelayan dan lain sebagainya. Untuk itu dalam buletin ini kami sajikan prediksi pasang surut di seluruh Propinsi Kepulauan Riau yang meliputi 6 (enam) Kabupaten Kota sebagai berikut :

(29)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.025] 25 i. BATU AMPAR

ii. SEKUPANG

(30)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.025] 26 i. TANJUNG UBAN

ii. TANJUNG PINANG

(31)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.025] 27 i. TANJUNG BALAI KARIMUN

4. KABUPATEN LINGGA

i. DABO SINGKEP

(32)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.025] 28 i. SELAT PENITING

6. KABUPATEN NATUNA

(33)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.025] 29

PRAKIRAAN TERBIT/ TERBENAM

BULAN DAN MATAHARI JANUARI 2016

1. STASIUN METEOROLOGI HANG NADIM BATAM

Location : E104 07, N01 07, January 2016 DATE Rise SUN Set Rise MOON Set

hm hm hm hm 1 0605 1808 2341 1119 2 0605 1809 000 1201 3 0606 1809 0023 1243 4 0606 1810 0106 1326 5 0607 1810 0151 1411 6 0607 1811 0237 1458 7 0608 1811 0326 1547 8 0608 1812 0417 1639 9 0609 1812 0510 1733 10 0609 1813 0605 1828 11 0609 1813 0659 1923 12 0610 1813 0753 2017 13 0610 1814 0847 2111 14 0610 1814 0939 2203 15 0611 1814 1031 2255 16 0611 1815 1122 2348 17 0611 1815 1214 000 18 0612 1816 1307 0040 19 0612 1816 1401 0134 20 0612 1816 1455 0229 21 0613 1817 1551 0325 22 0613 1817 1646 0420 23 0613 1817 1739 0515 24 0613 1817 1831 0607 25 0614 1818 1920 0657 26 0614 1818 2007 0744 27 0614 1818 2052 0829 28 0614 1818 2135 0913 29 0614 1819 2218 0956 30 0615 1819 2301 1038 31 0615 1819 2344 1120

2. STASIUN METEOROLOGI TANJUNGPINANG

Location : E104 32, N00 55, January 2016 DATE Rise SUN Set Rise MOON Set

hm hm hm hm 1 0603 1807 2339 1117 2 0603 1808 000 1159 3 0604 1808 0021 1241 4 0604 1809 0104 1324 5 0605 1809 0149 1409 6 0605 1809 0235 1456 7 0606 1810 0324 1546 8 0606 1810 0415 1638 9 0607 1811 0508 1732 10 0607 1811 0603 1826 11 0607 1812 0657 1921

(34)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.025] 30 12 0608 1812 0752 2016 13 0608 1812 0845 2109 14 0608 1813 0937 2201 15 0609 1813 1029 2253 16 0609 1813 1120 2346 17 0610 1814 1212 000 18 0610 1814 1305 0039 19 0610 1815 1359 0132 20 0610 1815 1454 0227 21 0611 1815 1549 0323 22 0611 1815 1644 0418 23 0611 1816 1738 0513 24 0611 1816 1829 0605 25 0612 1816 1918 0655 26 0612 1816 2005 0742 27 0612 1817 2050 0828 28 0612 1817 2133 0911 29 0613 1817 2216 0954 30 0613 1817 2259 1036 31 0613 1817 2342 1119

3. STASIUN METEOROLOGI RANAI

Location : E108 24, N03 55, January 2016 DATE Rise SUN Set Rise MOON Set

hm hm hm hm 1 0553 1747 2323 1101 2 0553 1747 000 1142 3 0554 1748 0006 1224 4 0554 1748 0050 1306 5 0554 1749 0136 1350 6 0555 1749 0223 1437 7 0555 1750 0312 1526 8 0556 1750 0403 1618 9 0556 1750 0456 1711 10 0556 1751 0551 1807 11 0557 1751 0645 1902 12 0557 1752 0738 1957 13 0557 1752 0831 2051 14 0558 1753 0922 2145 15 0558 1753 1013 2238 16 0558 1753 1103 2331 17 0559 1754 1154 000 18 0559 1754 1246 0025 19 0559 1755 1340 0119 20 0559 1755 1434 0215 21 0600 1755 1529 0311 22 0600 1756 1624 0406 23 0600 1756 1718 0500 24 0600 1756 1810 0552 25 0600 1757 1900 0642 26 0601 1757 1947 0729 27 0601 1757 2033 0813 28 0601 1758 2117 0856 29 0601 1758 2201 0938 30 0601 1758 2245 1019 31 0601 1758 2329 1101

(35)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.025] 31

4. STASIUN METEOROLOGI TANJUNG BALAI KARIMUN

Location : E103 23, N01 03, January 2016 DATE Rise SUN Set Rise MOON Set

hm hm hm hm 1 0608 1811 2344 1122 2 0608 1812 000 1204 3 0609 1812 0026 1246 4 0609 1813 0109 1329 5 0610 1813 0154 1414 6 0610 1814 0240 1501 7 0611 1814 0329 1551 8 0611 1815 0420 1643 9 0611 1815 0513 1736 10 0612 1816 0608 1831 11 0612 1816 0702 1926 12 0613 1816 0756 2020 13 0613 1817 0850 2114 14 0613 1817 0942 2206 15 0614 1818 1034 2258 16 0614 1818 1125 2351 17 0614 1818 1217 000 18 0615 1819 1310 0043 19 0615 1819 1404 0137 20 0615 1819 1458 0232 21 0615 1820 1554 0328 22 0616 1820 1649 0423 23 0616 1820 1742 0517 24 0616 1820 1834 0610 25 0616 1821 1923 0700 26 0617 1821 2010 0747 27 0617 1821 2055 0832 28 0617 1821 2138 0916 29 0617 1822 2221 0959 30 0617 1822 2304 1041 31 0618 1822 2347 1123

5. STASIUN METEOROLOGI DABO SINGKEP

Location : E104 34, S00 28, January 2016 DATE Rise SUN Set Rise MOON Set

hm hm hm hm 1 0602 1808 2339 1117 2 0603 1808 000 1159 3 0603 1809 0021 1241 4 0603 1809 0104 1325 5 0604 1810 0148 1410 6 0604 1810 0235 1457 7 0605 1810 0323 1546 8 0605 1811 0414 1638 9 0606 1811 0508 1732 10 0606 1812 0602 1827 11 0606 1812 0657 1922 12 0607 1813 0751 2016 13 0607 1813 0844 2109 14 0608 1813 0937 2201 15 0608 1814 1029 2253 16 0608 1814 1120 2345 17 0609 1814 1212 000 18 0609 1815 1305 0038

(36)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.025] 32 19 0609 1815 1359 0132 20 0610 1815 1454 0227 21 0610 1816 1550 0322 22 0610 1816 1645 0417 23 0610 1816 1738 0512 24 0611 1816 1830 0604 25 0611 1817 1919 0654 26 0611 1817 2005 0742 27 0611 1817 2050 0827 28 0612 1817 2133 0911 29 0612 1818 2216 0954 30 0612 1818 2259 1036 31 0612 1818 2342 1119 6. STASIUN METEOROLOGITAREMPA

Location : E106 15, N03 12, January 2016 DATE Rise SUN Set Rise MOON Set

hm hm hm hm 1 0600 1756 2332 1110 2 0600 1757 000 1151 3 0601 1757 0015 1233 4 0601 1758 0059 1316 5 0602 1758 0144 1400 6 0602 1759 0231 1447 7 0603 1759 0320 1536 8 0603 1800 0411 1628 9 0603 1800 0504 1721 10 0604 1801 0558 1816 11 0604 1801 0653 1912 12 0605 1801 0747 2007 13 0605 1802 0839 2101 14 0605 1802 0931 2154 15 0606 1803 1022 2247 16 0606 1803 1112 2340 17 0606 1804 1204 000 18 0606 1804 1256 0033 19 0607 1804 1349 0128 20 0607 1805 1444 0223 21 0607 1805 1539 0319 22 0607 1805 1634 0414 23 0608 1806 1728 0508 24 0608 1806 1820 0600 25 0608 1806 1909 0650 26 0608 1807 1957 0737 27 0608 1807 2042 0822 28 0609 1807 2126 0905 29 0609 1807 2210 0947 30 0609 1808 2253 1028 31 0609 1808 2337 1110

Gambar

Gambar 15. Prediksi Anomali Suhu Muka Laut periode dan Rata-rata Tekanan Udara pada  Bulan Januari 2016
Gambar 16. Rata-rata Streamline 3000 feet  pada Bulan Januari
Gambar 18. Grafik SOI Bulan Januari 2014 sampai dengan awal Januari 2016
Gambar 19. Grafik Fase MJO pada Bulan Desember 2015 dan prakiraan Bulan Januari 2016
+3

Referensi

Dokumen terkait

Manfaat yang terpenting disebutkan adalah dapat menjaga kondisi fisik maupun pikiran senantiasa dalam keadaan sehat dan bahagia serta meningkatkan daya tahan tubuh..

24 Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa semua bidan melaksanakan pelayanan antenatal sesuai dengan standar, dari ke 10 kegiatan hanya satu kegiatan yang tidak

Dalam bab ini penulis akan menguraikan teori dan konsep Politik hukum Perkoperasian di Indonesia (Studi Yuridis Atas Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor

Perbedaan jumlah masing-masing sel leukosit dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor.Salah satu faktornya adalah faktor fisiologis, yaitu masa hidup dari masing-masing

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini berupa pemodelan matematis sudah dapat digunakan dalam menentukan daerah kabupaten/kota di Propinsi Jawa Tengah yang berada

Tokoh yang mempelopori postmodern adalah Francois Lyotard (1942), yang menerbitkan buku yang berjudul THE POST MODERN CONDITION.. Rosenau (dalam Ritzer,1997:8-9)

transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank syariah dan/atau UUS dan pihak lain (nasabah