• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I HANG NADIM BATAM ttd ADDI SETIADI, S.IP NIP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR. KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I HANG NADIM BATAM ttd ADDI SETIADI, S.IP NIP"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.081] i

KATA PENGANTAR

Bumi adalah tempat kita berpijak, berbagai kebutuhan kita disediakan oleh bumi. Yang lahir dan hidup di bumi bukan hanya generasi saat ini, namun berkelanjutan untuk anak cucu di masa depan. Jika mengulas tentang bumi, begitu banyak aspek yang diperhatikan. Mulai dari aspek lingkungan, ekonomi, politik, sampai kegiatan manusia. Semua mempunyai kontribusi besar bagi keadaan bumi nantinya. Salah satu faktor terpenting adalah faktor meteorologi, yang berperan dalam mendorong berbagai program pembangunan di bumi. Dengan meninjau hal itu, serta mengkhususkan pada pembangunan di kawasan Barelang (Batam, Rempang, Galang), Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam setiap bulannya menerbitkan BULETIN METEOROLOGI.

Buletin Meteorologi edisi September 2020 ini akan mengulas informasi hasil evaluasi cuaca dan iklim wilayah Kepulauan Riau pada bulan Agustus 2020, prakiraan hujan serta prakiraan pasang surut bulan September 2020. Buletin ini dibuat sebagai salah satu sarana penunjang penyampaian informasi meteorologi, baik kepada para pengguna jasa informasi meteorologi dan juga kepada masyarakat umum.

Kami menyadari bahwa penulisan buletin ini masih belum sempurna, terdapat banyak kekurangan dan belum dapat memenuhi kebutuhan seluruh pembaca. Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas dari media informasi ini. Besar harapan kami agar buletin ini dapat terus berkembang dan berkesinambungan, serta dapat menjawab semua pertanyaan mengenai isu-isu meteorologi di wilayah Provinsi Kepulauan Riau.

KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I HANG NADIM BATAM

ttd

ADDI SETIADI, S.IP NIP. 19651018 199003 1 001

(2)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.081] ii

TIM REDAKSI

Pelindung : Addi Setiadi, S.IP

Penanggung Jawab : Suratman, S.Kom

Editor : Pande Made Rony Kurniawan, SST

Riza Juniarti, A. Md Fitri Annisa, S.Tr Tim Pengumpulan Data : Srihono Bati S.Kom Aprilia Susilowati, S.Tr

Rizky Fatimahtuzzuhro W, S.Tr Tim Analisis dan Prakiraan : Ibnu Susilo, S.Tr

Noah Dirgantara Ginting, S.Tr Addini Siti Novitasari, S.Tr

Tim Distribusi : Suryanti Agustina, SP.,M.Ling

Adelina M Situmorang, SE

Alamat Redaksi

 Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam Jalan Batu Besar, Bandara Hang Nadim Batam Batu Besar, Batam 29466

 Telpon : 0778-761415  Fax : 0778-761401

 Website : hangnadim.kepri.bmkg.go.id

(3)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.081] iii

DAFTAR ISI

Kata pengantar ... i

Tim Redaksi ... ii

Daftar Isi ... iii

I. RINGKASAN ... 1

II. PENGERTIAN ... 2

III. ANALISA CUACA DAN IKLIM AGUSTUS 2020 ... 3

IV. PRAKIRAAN CUACA SEPTEMBER 2020 ... 13

V. PRAKIRAAN PASANG SURUT SEPTEMBER 2020 ... 21

VI. PRAKIRAAN TERBIT/ TERBENAM BULAN DAN MATAHARI SEPTEMBER 2020 ... 24

(4)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.081] 1

RINGKASAN

1. Berdasarkan data curah hujan bulan Agustus 2020 yang diterima dari Stasiun Meteorologi Hang Nadim, maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan Agustus 2020 adalah sebagai berikut:

a. Bahwa kejadian hujan di Pulau Batam secara umum berada pada kondisi di bawah normal terhadap rata – ratanya. Sedangkan kondisi angin dilaporkan bertiup variabel dari arah Tenggara hingga Selatan dari dasarian I hingga dasarian III dengan kecepatan rata – rata 8,5 km/jam.

b. Pada bulan Agustus 2020, nilai OLR di wilayah Kepri mengindikasikan bahwa kondisi tutupan awan tidak terlalu besar. MJO pada bulan Juli berada pada fase I, 2, 3, 4, 5, 8 dan IOD bernilai positif sehingga kurang memberikan pengaruh terhadap peningkatan curah hujan di wilayah Indonesia.

II. Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai September 2020 hingga Agustus 2021. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan dasarian Hang Nadim periode September 1999 s.d Juli 2020. Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan normal hujan dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.95375 dan RMSE (error) 13.3532. Hasilnya menunjukkan bahwa prakiraan curah hujan pada dasarian I dan berada pada kisaran normalnya sedangkan dasarian III di bawah normalnya.

(5)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.081] 2

PENGERTIAN

A. SIFAT HUJAN

Sifat Hujan adalah Perbandingan antara jumlah curah hujan yang terjadi selama satu bulan dengan nilai rata-rata atau normal dari bulan tersebut di suatu tempat.

Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) kriteria, yaitu:

1. Di atas normal ( A ), jika nilai perbandingannya lebih besar dari 115 %. 2. Normal ( N ), jika nilai perbandingannya antara 85 % - 115 %.

3. Di bawah normal ( B ), jika nilai perbandingannya kurang dari 85 %.

B. NORMAL CURAH HUJAN

1. RATA-RATA CURAH HUJAN BULANAN:

Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan dengan periode minimal 10 tahun. 2. NORMAL CURAH HUJAN BULANAN:

Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan selama periode 30 tahun. 3. STANDARD NORMAL CURAH HUJAN BULANAN:

Nilai rata-rata curah hujan pada masing-masing bulan selama periode 30 tahun dimulai dari 1 Januari 1901 s/d 31 Desember 1930, 1 Januari 1931 s/d 31 Desember 1960, 1 Januari 1961 s/d 31 Desember 1990, dan seterusnya.

C. INTENSITAS CURAH HUJAN (CH)

KRITERIA CH CH/hari CH/Jam

Sangat Lebat > 100 mm > 20 mm Lebat 50 - 100 mm 10 - 20 mm Sedang 20 - 50 mm 5 - 10 mm Ringan 5 - 20 mm 1 - 5 mm

(6)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.081] 3

ANALISA CUACA DAN IKLIM AGUSTUS 2020

A. KERAGAMAN HUJAN

Kepulauan Riau merupakan wilayah negara Indonesia yang berbentuk kepulauan dan dilewati garis khatulistiwa. Wilayah negara Indonesia dilewati oleh garis katulistiwa serta dikelilingi oleh dua Samudra dan dua Benua. Posisi ini menjadikan Indonesia sebagai daerah pertemuan sirkulasi meridional (Utara-Selatan) dikenal sebagai Sirkulasi Hadley dan sirkulasi zonal (Timur-Barat) dikenal sebagai Sirkulasi Walker, dua sirkulasi yang sangat mempengaruhi

keragaman iklim di Indonesia. Pergerakan matahari yang berpindah dari 23.5o Lintang Utara ke

23.5o Lintang Selatan sepanjang tahun mengakibatkan timbulnya aktivitas monsun yang juga ikut

berperan dalam mempengaruhi keragaman iklim. Pengaruh lokal terhadap keragaman iklim juga tidak dapat diabaikan, karena Kepri merupakan kepulauan dengan bentuk topografi sangat beragam menyebabkan sistem golakan lokal cukup dominan. Faktor lain yang diperkirakan ikut berpengaruh terhadap keragaman iklim ialah gangguan siklon tropis. Semua aktivitas dan sistem ini berlangsung secara bersamaan sepanjang tahun akan tetapi besar pengaruh dari masing-masing aktivitas atau sistem tersebut tidak sama dan dapat berubah dari tahun ke tahun.

El-Nino dan La-Nina merupakan salah satu akibat dari penyimpangan iklim. Fenomena ini akan menyebabkan penurunan dan peningkatan jumlah curah hujan untuk beberapa daerah di Indonesia. Pengaruh El-Nino kuat pada daerah yang berpola hujan monsun, lemah pada daerah berpola hujan equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan pola hujan lokal, sedangkan IOD (Indian Ocean Dipole) hanya berpengaruh jelas pada daerah berpola hujan monsun.

Selain akibat pengaruh fluktuasi suhu permukaan laut di samudera pasifik (El

Nino-Southern Oscillation / ENSO) dan Samudera Hindia (Indian Ocean Dipole / IOD), fenomena fase aktif osilasi intra-musiman yang dikenal sebagai MJO (Madden-Julian Oscillation) juga mempengaruhi keragaman hujan di Indonesia. Menurut Geerts and Wheeler (1998) MJO akan menyebabkan terjadinya variasi pada pola angin, SML (Suhu Muka Laut), awan dan hujan. Fase aktif MJO bila bersamaan waktunya dengan monsun timur laut di Kepulauan Riau (Desember-April) dapat menyebabkan terjadinya peningkatan curah hujan sekitar 200%.

Pergerakan MJO ke timur dari samudra India menuju samudra Pasifik dibagi dalam 8 phase. Phase-1 di Afrika (210° BB - 60° BT), phase-2 di samudra India bagian barat (60° BT – 80° BT), phase-3 di samudra India bagian timur (80° BT – 100° BT) phase-4 & phase-5 di benua maritim Indonesia (100° BT – 140° BT), phase-6 di kawasan Pasifik barat (140°BT-160° BT), phase 7 di Pasifik tengah (160° BT – 180° BT), dan phase-8 daerah konveksi di belahan bumi bagian barat (180° – 160° BB). Pada umumnya hujan tropis berasal dari awan konvektif dengan puncak awan sangat dingin (sedikit mengemisi radiasi gelombang panjang), oleh karenanya sangat baik memonitor MJO dengan memperhatikan variasi OLR (Outgoing Longwave Radiation) yang dipantau melalui sensor infra merah pada satelit.

(7)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.081] 4

B. DINAMIKA ATMOSFER DAN LAUTAN BULAN AGUSTUS 2020 1. Monsun

Pada bulan Agustus, matahari berada pada bumi bagian utara kemudian menuju equator dan mengalami pergerakan semu sejauh kurang lebih 9.3° yaitu dari 18.8°LU menuju 9.5°LU. Hal ini berdampak ke peningkatan suhu muka laut di daerah sekitar ekuator dan BBU yang memicu terbentuknya pola-pola tekanan udara rendah. Pola-pola tekanan rendah tersebut menjadi tempat pengumpulan massa udara yang cukup mempengaruhi kondisi cuaca di Kepulauan Riau.

Gambar 1. Rata-rata Tekanan Udara Permukaan Laut Bulan Agustus 2020

Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?variable=mslp&area=rsmc&map=mean&time=latest

Pada bulan Agustus 2020, tekanan udara di BBS secara umum lebih tinggi dari pada BBU dan sekitar equator karena matahari berada di wilayah BBU. Hal ini menyebabkan massa udara bergerak dari BBS (bertekanan tinggi) menuju BBU (bertekanan rendah) dan ekuator sehingga membentuk pola belokan angin (shearline) di sekitar wilayah Kepulauan Riau. Pada daerah belokan angin terjadi perlambatan kecepatan angin yang menyebabkan penumpukkan massa udara sehingga terjadi pengangkatan massa udara yang berpotensi dalam pembentukan awan– awan konvektif yang dapat menghasilkan hujan.

(8)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.081] 5 Gambar 2. Klimatologi Arah Angin 3000 Feet pada Bulan Agustus 2020

Sumber: Bidang Meteorologi Publik BMKG

Berdasarkan hasil analisis (Gambar 2), pada daerah Kepulauan Riau angin pada bulan Agustus umumnya bertiup dari arah Tenggara hingga Barat Daya dengan kecepatan rata-rata 3 hingga 10 knot (Gambar 3).

Gambar 3. Pola Angin 850mb Bulan Agustus 2020

(9)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.081] 6

2. ENSO (El Nino - Southern Oscillation)

ENSO berada pada kondisi netral yaitu antara −0.8 °C sampai +0.8 °C. Pada akhir

bulan Agustus 2020, nilai anomali SST Nino 3.4 yaitu sebesar -0.63 dan nilai rata-rata harian SOI (Southern Oscillation Index) selama bulan Agustus 2020 sebesar +9.6 (normal -7 sampai +7). Hal ini mengindikasikan adanya pengaruh yang cukup kuat terhadap penambahan pasokan uap air sebagai pembentuk hujan di wilayah Indonesia termasuk di Kepulauan Riau.

Gambar 4. Grafik indeks SST Nino 3.4

Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml

Gambar 5. Grafik indeks ENSO / SOI Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png

(10)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.081] 7 3. MJO (Madden-Julian Oscillation)

a. OLR (Outgoing Longwave Radiation)

Gambar 6. Rata-rata OLR Agustus 2020

Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?variable=olr&area=rsmc&map=mean&time=latest

OLR merupakan suatu radiasi gelombang panjang yang dipancarkan oleh bumi ke luar angkasa. Namun, tidak semua radiasi gelombang panjang tersebut sampai ke luar angkasa. Awan-awan konvektif adalah salah satu faktor yang menghalangi perjalanan gelombang panjang tersebut. Suatu wilayah di permukaan bumi yang terdapat tutupan awan konvektif memiliki nilai OLR yang kecil/rendah. Pada bulan Agustus 2020, nilai OLR terendah di wilayah Indonesia terdapat di wilayah Aceh, Sumatera Utara, Gorontalo dan Maluku Utara yaitu berkisar antara 180 – 200 W/m2, sementara untuk wilayah Kepulauan Riau secara keseluruhan, nilai OLR seperti yang ditunjukkan pada gambar 6 berada pada kisaran 200 – 240 W/m2. Hal ini mengindikasikan bahwa tutupan awan konvektif di wilayah Kepulauan Riau pada bulan Agustus 2020 tidak terlalu besar.

(11)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.081] 8 b. Fase MJO

MJO selama bulan Agustus 2020 berada pada fase 1, 2, 3, 4, 5 dan 8. Wilayah Indonesia berada pada fase 3 sampai 5. Secara teori, kondisi MJO ini cukup memberikan pengaruh pada penambahan curah hujan di wilayah Indonesia termasuk juga untuk wilayah Kepulauan Riau.

Gambar 7. Fase MJO

(12)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.081] 9

4. IOD (Indian Ocean Dipole)

Fenomena Dipole Mode di Samudera Hindia atau IOD (Indian Ocean Dipole) berada pada kisaran normal dengan kondisi netral (-0.4 s.d 0.4). Pada akhir bulan Agustus 2020 nilai IOD bernilai +0.28. Sehingga dapat diketahui bahwa selama bulan Agustus 2020 secara umum IOD tidak berpengaruh dalam pertumbuhan awan di wilayah Indonesia bagian barat termasuk wilayah Kepulauan Riau.

Gambar 8. Grafik IOD

(13)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.081] 10

D. ANALISIS UNSUR CUACA SIGNIFIKAN BULAN AGUSTUS 2020

a. Hujan

Hujan bulan Agustus 2020 Barelang bersifat Bawah Normal (BN) dengan curah hujan selama satu

bulan berkisar 122,6 mm – 350,8 mm atau antara 48,7 % - 139,2 %. Curah hujan terendah terjadi di Tanjung Uncang dan tertinggi di Piayu. Khusus di Hang Nadim dalam bulan Agustus 2020 terdapat 17 hari hujan terukur dan 2 hari hujan tidak terukur (ttu) dengan total curah hujan sebesar 198 mm atau berkisar 78,6% dari rata-rata, yang berarti sifat hujan Bawah Normal (BN). Pada dasarian I terjadi 2 hari hujan dengan jumlah curah hujan 14,7 mm, pada dasarian II terjadi 7 hari hujan dengan jumlah curah hujan 37,1 mm dan pada dasarian III terjadi 8 hari hujan dengan jumlah curah hujan 146,2 mm. Curah hujan tertinggi 80,5 mm terjadi pada tanggal 23 Agustus 2020.

Gambar 9 Grafik Curah Hujan bulan Aagustus 2020 di Stasiun Meteorologi Hang Nadim

(14)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.081] 11

b. Suhu Udara

Suhu udara harian rata-rata berkisar antara 24,6 °C - 29,8 °C. Suhu udara terendah dalam bulan Agustus 2020 adalah 21,8°C terjadi pada tanggal 23 Agustus 2020 pagi hari dan suhu udara tertinggi 35,4 °C terjadi pada tanggal 12 Agustus 2020 siang hari.

Gambar 11. Grafik Suhu Udara bulan Agustus 2020 di Stasiun Meteorologi Hang Nadim

c. Kelembapan Udara

Kelembaban udara harian rata-rata berkisar antara 70% - 97%. Kelembaban udara terendah mutlak 51% terjadi pada tanggal 13 Agustus 2020 siang hari, sedangkan kelembaban udara tertinggi 100% terjadi pada tanggal 1, 4, 16, 23, dan 30 Agustus 2020 pagi hari. Dengan demikian kelembaban udara pada bulan Agustus 2020 lebih kering dibandingkan bulan Juli 2019.

(15)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.081] 12 d. Angin Permukaan

Selama Selama periode dasarian I – III Agustus 2020, angin permukaan secara umum didominasi dari arah Tenggara – Selatan dengan kecepatan rata-rata 8,5 km/jam. Arah dan kecepatan maksimum dari Tenggara dengan kecepatan 25,9 km/jam terjadi pada tanggal 1 Agustus 2020.

(16)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.081] 13 PRAKIRAAN CUACA SEPTEMBER 2020

A. DINAMIKA ATMOSFER 1. Tekanan Udara dan Angin

Pada September, posisi matahari dalam gerak semunya berada di BBU (Belahan Bumi Utara) dan kembali menuju equator atau BBS (Bumi Bagian Selatan) dengan pergerakan semu sejauh kurang lebih 14.5° yaitu dari 9.5°LU menuju 5.0°LS (http://www.physicalgeography.net). Sehingga, dominasi pola-pola daerah bertekanan udara rendah pada bulan September 2019 diprakirakan masih akan banyak berada di wilayah Bumi Bagian Utara (BBU) dan equator.

Gambar 14. Prediksi Anomali Suhu Muka Laut periode September 2020 Dan Rata-rata Tekanan Udara pada Bulan September

Sumber: http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/CFSv2/htmls/glbSSTe1Mon.html

http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/realtime/clim/annual/monthly/monthly.12.slp.html

Pola angin rata-rata bulan Agustus secara dominan bertiup dari Belahan Bumi Selatan (BBS). Berdasarkan gambar 15, rata-rata arah angin berasal dari arah Tenggara – Selatan.

Gambar 15. Rata-rata Streamline 3000 feet pada Bulan September

(17)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.081] 14

2. ENSO (EL-Nino Southern Oscillation)

ENSO merupakan salah satu fenomena cuaca skala global yang mempengaruhi penambahan curah hujan (fase La-Nina) maupun pengurangan curah hujan (fase El-Nino) di wilayah Indonesia. Prediksi ENSO menurut institusi internasional yaitu JMA (Japan Meteorology Agency), NCEP, ECMWF, BMKG dan BOM/ POAMA (Predictive Ocean Atmosphere Model for Australia) menyatakan bahwa pada bulan Juli 2020 dalam kondisi Netral. Secara umum, ENSO akan diprediksi tidak memberi pengaruh terhadap penambahan maupun pengurangan jumlah curah hujan di wilayah Indonesia khususnya wilayah Indonesia bagian timur.

Gambar 16. Prediksi ENSO dari NOAA, JAMSTEC, POAMA dan BMKG Sumber: Pusat Data Dokumen, BMKG

https://www.bmkg.go.id/iklim/dinamika-atmosfir.bmkg

Salah satu parameter ENSO yaitu data SOI (Southern Oscillation Index) dari BoM (Bureau of Meteorology Australia) hingga awal September 2020 menunjukkan nilai SOI sebesar +9.1, sehingga memberikan pengaruh terhadap pasokan uap air sebagai pembentuk hujan di wilayah Indonesia khususnya Indonesia bagian timur.

(18)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.081] 15 Gambar 17. Grafik SOI Bulan Januari 2018 s.d. Awal Oktober 2020

Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png

3. MJO (Madden-Julian Oscillation)

Salah satu fenomena cuaca global yang juga mempengaruhi jumlah curah hujan di Indonesia, khususnya daerah dekat khatulistiwa adalah osilasi gugusan awan yang lazim disebut MJO. Menurut NOAA, diperkirakan MJO hingga pertengahan September 2020 dengan sifat lemah dan berada pada fase 3 hingga 5 sehingga tidak memberikan pengaruh terhadap penambahan curah hujan pada pertengahan bulan di wilayah Indonesia (Gambar 18). Nilai anomali OLR bernilai negatif berada di wilayah Indonesia (Gambar 19). Hal tersebut mengindikasikan tutupan awan konvektif di wilayah Indonesia bagian barat relatif banyak, termasuk di wilayah Kepulauan Riau.

(19)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.081] 16 Gambar 18. Grafik Fase MJO pada Bulan Agustus dan prakiraan Bulan September 2020

Sumber: http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/foregfs.shtml

Gambar 19. Anomali OLR 31 Agustus 2020 dan prakiraan 15 hari kedepan

(20)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.081] 17

4. Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole)

Fenomena cuaca global terakhir yang juga mempengaruhi peluang hujan di Indonesia, khususnya Indonesia Bagian Barat, adalah dipole mode. Menurut data dari BoM dan BMKG (gambar 20) bulan September 2020 DMI akan berada pada kondisi netral sehingga tidak memberikan pengaruh signifikan dalam pengurangan maupun penambahan jumlah curah hujan di wilayah Indonesia, khususnya Indonesia bagian barat.

Gambar 20. Prediksi Indeks Dipole Mode dari BoM dan BMKG

(21)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.081] 18

5. Tinjauan Klimatologis

Kondisi cuaca bulan Agustus di Batam berdasarkan data klimatologis selama 27 tahun (1993-2019) diketahui:

Gambar 21. Kondisi Cuaca bulan September di Batam (periode 1993-2019) Kesimpulan:

Dari uraian di atas diketahui bahwa peluang pertumbuhan awan-awan hujan di Batam pada bulan September 2020 lebih banyak jika dibandingkan dari bulan Agustus 2020.

(22)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.081] 19 B. PRAKIRAAN HUJAN BULAN SEPTEMBER 2020

1. Prakiraan Hujan Dasarian

Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai September 2020 hingga Agustus 2021. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan dasarian Hang Nadim periode September 1999 s.d Juli 2020. Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan normal hujan dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.95375 dan RMSE (error) 13.3532. Hasilnya menunjukkan bahwa curah hujan di bulan September 2020 diprakirakan:

Tabel 1. Prakiraan Sifat Hujan & Jumlah Curah Hujan Bulan September 2020

Sesuai dengan kriteria sifat hujan dalam dasarian, prakiraan curah hujan pada dasarian I dan II berada pada kisaran normalnya, sedangkan untuk dasarian III berada dibawah normlanya.

2. Prakiraan Hujan Bulanan

Berdasarka data-data dan analisis model serta program HyBMG 2.0.7 dapat diperoleh hasil prakiraan curah hujan satu bulan pada bulan September 2020 di wilayah Barelang sebagai berikut:

(23)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.081] 20

dan membandingkan dengan normal hujannya maka sifat hujan bulan September di Barelang dapat diprakirakan sebagai berikut:

(24)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.081] 21 PRAKIRAAN PASANG SURUT (TIDAL) SEPTEMBER 2020

A. Pendahuluan

Pasang surut air adalah gelombang yang mirip dengan gelombang air yang terjadi akibat tiupan angin. Pasang surut memiliki panjang gelombang yang panjang, seperti yang terdapat pada laut dalam namun terjadi untuk air dangkal, ini berarti pasang surut dibiaskan oleh keadaan topografi kedalaman bawah air. Periodenya pun cukup panjang, dalam orde jam. Pasang surut air terjadi disebabkan oleh gaya gravitasi dan gaya sentrifugal yang ditimbulkan oleh gerakan bumi, bulan, dan matahari.

B. Pola Pasang Surut

Di seluruh dunia pasang surut berbeda baik ketinggian paras air maupun waktu kejadiannya. Area pantai yang hanya punya satu pasang surut tertinggi dan terendah setiap hari disebut diurnal tide (air pasang harian). Wilayah yang mengalami dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari disebut mempunyai semi-diurnal tide. Jika semi-diurnal tide mempunyai ketinggian air pasang yang dicapai berbeda dan saat surut juga level air tidak sama disebut semi-diurnal mixed tide.

Pola pasang surut dapat dijelaskan secara gelombang dengan grafik yang menunjukkan paras air untuk sumbu vertikal dan sumbu horisontal menyatakan waktu hari. Pengamatan pasang surut dalam jangka waktu yang lama digunakan untuk menghitung rata-rata ketinggian pasang. Dengan nilai rata-rata ini dapat dihitung anomali pasang naik dan pasang surut air.

C. Paras Pasang Surut.

Ketinggian air tertinggi yang dicapai permukaan air setiap hari disebut High Water (HT) / Higt

Tide (Ht). Titik terendah dimana permukaan air surut disebut Low Water (LW) / Low Tide.

Mengingat Propinsi Kepulauan Riau sebagian besar wilayahnya terdiri dari lautan maka fenomena pasang surut air laut sangat besar pengaruhnya terhadap kegiatan yang berhubungan dengan kelautan seperti bongkar muat di Pelabuhan Laut, kegiatan para nelayan dan lain sebagainya. Untuk itu dalam buletin ini kami sajikan prediksi pasang surut di seluruh Propinsi Kepulauan Riau yang meliputi 6 (enam) Kabupaten Kota sebagai berikut :

1. KOTA BATAM

(25)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.081] 22

2. KABUPATEN BINTAN i. TANJUNG UBAN

3. KABUPATEN KARIMUN i. TANJUNG BALAI KARIMUN

ii. TANJUNG PINANG

4. KABUPATEN LINGGA i. DABO SINGKEP

(26)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.081] 23

5. KABUPATEN ANAMBAS i. SELAT PENINTING

6. KABUPATEN NATUNA i. SEDANAU

(27)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.081] 24

PRAKIRAAN TERBIT/ TERBENAM

BULAN DAN MATAHARI SEPTEMBER 2020

1. STASIUN METEOROLOGI HANG NADIM BATAM

Location : E104 07, N01 07, September 2020 DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm Hm hm hm 1 0605 1815 1616 0343 2 0605 1815 1712 0439 3 0605 1815 1806 0534 4 0605 1814 1856 0627 5 0605 1814 1943 0716 6 0605 1814 2027 0802 7 0605 1814 2108 0846 8 0604 1814 2149 0928 9 0604 1814 2229 1009 10 0604 1814 2310 1050 11 0604 1813 2352 1132 12 0604 1813 0000 1216 13 0604 1813 0037 1303 14 0604 1813 0125 1354 15 0603 1813 0217 1447 16 0603 1812 0312 1544 17 0603 1812 0410 1641 18 0603 1812 0507 1738 19 0603 1812 0604 1833 20 0603 1811 0700 1927 21 0602 1811 0753 2019 22 0602 1811 0846 2110 23 0602 1810 0938 2201 24 0602 1810 1030 2253 25 0601 1810 1123 2346 26 0601 1810 1218 0000 27 0601 1809 1315 0041 28 0601 1809 1411 0138 29 0600 1809 1507 0234 30 0600 1808 1600 0329 2. STASIUN METEOROLOGI TANJUNGPINANG

Location : E104 32, N00 55, September 2020 DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm Hm hm hm 1 0604 1813 1614 0341 2 0604 1813 1710 0438 3 0603 1813 1804 0533 4 0603 1813 1854 0626 5 0603 1813 1941 0715 6 0603 1812 2025 0801 7 0603 1812 2107 0844 8 0603 1812 2147 0926 9 0603 1812 2227 1007 10 0603 1812 2308 1048 11 0603 1812 2351 1130 12 0603 1811 0000 1214 13 0602 1811 0036 1301 14 0602 1811 0124 1352 15 0602 1811 0216 1445 16 0602 1811 0311 1542 17 0602 1810 0408 1639 18 0601 1810 0506 1736 19 0601 1810 0603 1831 20 0601 1810 0658 1925 21 0601 1809 0752 2017 22 0601 1809 0844 2108 23 0600 1809 0936 2159 24 0600 1808 1028 2251 25 0600 1808 1121 2345 26 0600 1808 1216 0000 27 0559 1807 1313 0040 28 0559 1807 1409 0136 29 0559 1807 1505 0232 30 0559 1806 1558 0327

(28)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.081] 25 3. STASIUN METEOROLOGI RANAI

Location : E108 24, N03 55, September 2020 DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm hm 1 0541 1752 1724 0450 2 0541 1752 1807 0537 3 0540 1751 1849 0622 4 0540 1751 1928 0706 5 0540 1750 2008 0748 6 0540 1750 2047 0830 7 0540 1749 2127 0912 8 0539 1749 2210 0956 9 0539 1749 2256 1043 10 0539 1748 2344 1131 11 0539 1748 0000 1223 12 0538 1747 0036 1317 13 0538 1747 0132 1413 14 0538 1746 0229 1509 15 0538 1746 0326 1603 16 0537 1745 0423 1657 17 0537 1745 0519 1749 18 0537 1744 0615 1841 19 0537 1744 0709 1932 20 0536 1743 0804 2024 21 0536 1743 0901 2118 22 0536 1743 0958 2213 23 0536 1742 1056 2310 24 0535 1742 1154 0000 25 0535 1741 1250 0006 26 0535 1741 1344 0102 27 0535 1740 1435 0156 28 0534 1740 1522 0247 29 0534 1739 1606 0335 30 0534 1739 1647 0420 4. STASIUN METEOROLOGI TANJUNG BALAI KARIMUN

Location : E103 23, N01 03, September 2020 DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm hm 1 0603 1810 1741 0514 2 0603 1810 1826 0601 3 0602 1809 1908 0645 4 0602 1809 1949 0727 5 0602 1809 2029 0808 6 0601 1808 2109 0849 7 0601 1808 2151 0931 8 0601 1808 2234 1014 9 0600 1807 2321 1059 10 0600 1807 0000 1147 11 0600 1806 0010 1239 12 0559 1806 0102 1332 13 0559 1806 0158 1428 14 0559 1805 0254 1525 15 0558 1805 0351 1620 16 0558 1805 0447 1715 17 0558 1804 0542 1809 18 0557 1804 0636 1901 19 0557 1804 0729 1954 20 0557 1803 0823 2047 21 0556 1803 0918 2142 22 0556 1803 1015 2239 23 0556 1802 1112 2336 24 0555 1802 1209 0000 25 0555 1801 1306 0033 26 0554 1801 1400 0128 27 0554 1801 1451 0221 28 0554 1800 1539 0312 29 0553 1800 1624 0359 30 0553 1800 1706 0443

(29)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.081] 26 5. STASIUN METEOROLOGI DABO

SINGKEP

Location : E104 34, S00 28, September 2020

DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm hm 1 0558 1805 1736 0510 2 0558 1805 1820 0556 3 0557 1805 1903 0640 4 0557 1804 1944 0722 5 0557 1804 2024 0803 6 0556 1804 2105 0844 7 0556 1803 2147 0925 8 0556 1803 2230 1008 9 0556 1803 2317 1054 10 0555 1802 0000 1142 11 0555 1802 0006 1233 12 0554 1801 0058 1326 13 0554 1801 0154 1422 14 0554 1801 0250 1519 15 0553 1800 0347 1615 16 0553 1800 0443 1710 17 0553 1800 0538 1803 18 0552 1759 0631 1856 19 0552 1759 0724 1949 20 0552 1758 0818 2043 21 0551 1758 0913 2138 22 0551 1758 1009 2234 23 0551 1757 1106 2332 24 0550 1757 1203 0000 25 0550 1757 1300 0029 26 0550 1756 1354 0124 27 0549 1756 1445 0217 28 0549 1756 1533 0307 29 0549 1755 1618 0354 30 0548 1755 1701 0438 6. STASIUN METEOROLOGI TAREMPA

Location : E106 15, N03 12, September 2020 DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm Hm 1 0550 1800 1732 0459 2 0550 1800 1816 0547 3 0549 1759 1857 0632 4 0549 1759 1937 0715 5 0549 1759 2016 0757 6 0549 1758 2056 0838 7 0548 1758 2137 0921 8 0548 1757 2220 1005 9 0548 1757 2305 1050 10 0548 1756 2354 1139 11 0547 1756 0000 1231 12 0547 1755 0046 1324 13 0547 1755 0142 1420 14 0546 1755 0239 1516 15 0546 1754 0336 1611 16 0546 1754 0433 1705 17 0546 1753 0529 1758 18 0545 1753 0624 1850 19 0545 1752 0718 1941 20 0545 1752 0813 2033 21 0545 1752 0909 2127 22 0544 1751 1006 2223 23 0544 1751 1104 2320 24 0544 1750 1202 0000 25 0544 1750 1258 0017 26 0543 1749 1352 0112 27 0543 1749 1443 0206 28 0543 1748 1530 0257 29 0543 1748 1614 0344 30 0542 1748 1656 0429

(30)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.081] 27

DAFTAR ISTILAH

Anomali : Penyimpangan suatu variabel dari nilai rata-rata

Awan Konvektif : Awan tebal menjulang tinggi yang terbentuk dari proses pemanasan vertikal yang

membawa uap air. Awan ini mengakibatkan terjadinya hujan secara tiba-tiba, petir dan angin kencang.

Cold Surge : Aliran udara dingin dari daratan Asia yang menjalar memasuki wilayah Indonesia

bagian barat, cold surge biasa terjadi pada saat Asia memasuki musim dingin.

Cuaca : Kondisi fisis atmosfer pada suatu wilayah yang sempit pada waktu tertentu

Dasarian : Periode sepuluh harian

Dipole Mode /IOD

(Indian Ocean Dipole)

: Tingkat ketersediaan uap air akibat perbedaan suhu muka laut antara Samudera Hindia dan Perairan Pantai Timur Afrika.

DMI

(Dipole Mode Index)

: Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas Dipole Mode. DMI yang bernilai negatif akan menambah kandungan uap air di sekitar wilayah Sumatera, sehingga curah hujannya secara umum meningkat. Sedangkan nilai positif tidak menambah kandungan uap air, sehingga curah hujan cenderung berkurang.

Divergensi : Beraian angin, yang mengindikasikan daerah cuaca baik

Eddy : Pusaran angin dengan durasi harian dan biasanya jika suatu daerah terdapat eddy,

maka cenderung banyak hujan.

El Nino : Fenomena memanasnya suhu permukaan laut di Pasifik Timur sehingga secara umum

menyebabkan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia berkurang.

ENSO

(El Nino-Shouthern Oscillation)

: Fluktuasi musiman antara fase El Nino dan La Nina.

Gelombang : Pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak lurus permukaan laut.

Iklim : Kondisi Rata-rata cuaca dalam jangka waktu yang lama dan wilayah yang luas

ITCZ (Intertropical

Convergence Zone)

: Daerah pertemuan massa udara antar benua dengan cakupan yang luas. Umumnya daerah-daerah yang dilintasi ITCZ berpotensi terjadi pertumbuhan awan-awan hujan lebat dan cukup lama (bisa lebih dari satu hari).

Konvergensi : Pumpunan angin, pola angin yang mengumpul

La Nina : Fenomena yang merupakan kebalikan dari El Nino. Secara umum menyebabkan

curah hujan di Indonesia meningkat.

MJO (Madden- Julian

Oscillation)

: Fluktuasi musiman/osilasi/gelombang tekanan (pola tekanan tinggi-tekanan rendah) di kawasan tropik yang terkait dengan penambahan gugusan uap air yang menyuplai pembentukan awan hujan dengan periode lebih kurang 48 hari yang menjalar dari barat ke timur. Biasanya berawal di pantai timur Afrika kemudian menjalar ke timur dan menghilang di bagian tengah Pasifik. MJO ini berkaitan dengan OLR (Outgoing Longwave Radiation)

Monsun : Suatu pola sirkulasi angin yang berhembus secara periodik pada suatu periode

(minimal 3 bulan) dan pada periode yang lain polanya akan berlawanan. Di Indonesia dikenal dengan 2 istilah monsun yaitu monsun Asia dan Monsun Australia. Monsun Asia berkaitan dengan musim hujan di Indonesia, sedangkan Monsun Australia berkaitan dengan musim kemarau.

Normal : Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan periode waktu yang

tidak ditentukan (1971-2000, 1976-2005, 1978-2007, dsb)

OLR (Outgoing Longwave

Radiation)

: Radiasi gelombang panjang (infra merah) yang dipancarakan keluar dari bumi. OLR yang bernilai negatif menunjukkan tutupan awan konvektif yang banyak, sedangkan nilai positif tutupan awan konvektifnya sedikit.

Rata-rata : Nilai rata-rata suatu variabel selama minimal periode 10 tahun (1971-1980,

1976-1985, 1993-2002, 1995-2010, dsb)

Shearline : Garis atau zona lintasan yang terdapat perubahan arah dan kecepatan angin secara

tiba-tiba.

SOI (Southern Oscillation Index) : Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas El Nino atau La Nina.

Standar Normal : Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan periode waktu yang

sudah ditentukan, dimulai tahun berakhiran 1 diakhiri tahun berakhiran 0 (1961-1990, 1971-2000, 1981-2010, dst)

Konveksi : Pergerakan molekul-molekul pada fluida (cairan atau gas)

Updraft : Pergerakan vertikal ke atas dari suatu kolom udara yang berhubungan dengan

Gambar

Gambar 1. Rata-rata Tekanan Udara Permukaan Laut Bulan Agustus 2020
Gambar 3. Pola Angin 850mb Bulan Agustus 2020
Gambar 4. Grafik indeks SST Nino 3.4  Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml
Gambar 6.  Rata-rata OLR Agustus 2020
+7

Referensi

Dokumen terkait

24 Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa semua bidan melaksanakan pelayanan antenatal sesuai dengan standar, dari ke 10 kegiatan hanya satu kegiatan yang tidak

Dalam bab ini penulis akan menguraikan teori dan konsep Politik hukum Perkoperasian di Indonesia (Studi Yuridis Atas Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor

Karena nilai standar deviasi lebih kecil yaitu sebesar 0,2235 dari nilai rata-rata maka tidak ada kesenjangan yang cukup besar antara nilai minimum dan nilai maksimum dari

Perbedaan jumlah masing-masing sel leukosit dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor.Salah satu faktornya adalah faktor fisiologis, yaitu masa hidup dari masing-masing

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini berupa pemodelan matematis sudah dapat digunakan dalam menentukan daerah kabupaten/kota di Propinsi Jawa Tengah yang berada

Tokoh yang mempelopori postmodern adalah Francois Lyotard (1942), yang menerbitkan buku yang berjudul THE POST MODERN CONDITION.. Rosenau (dalam Ritzer,1997:8-9)

transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank syariah dan/atau UUS dan pihak lain (nasabah

 Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-14/PB/2013 tentang Pelaksanaan Konfirmasi Surat Setoran Penerimaan Negara Menggunakan Aplikasi Konfirmasi.. KPPN Semarang I M M M