• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I HANG NADIM BATAM. PARMIN,S.Si, M.M. NIP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I HANG NADIM BATAM. PARMIN,S.Si, M.M. NIP"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.046] i

KATA PENGANTAR

Bumi adalah tempat kita berpijak, berbagai kebutuhan kita disediakan oleh bumi. Yang lahir dan hidup di bumi bukan hanya generasi saat ini, namun berkelanjutan untuk anak cucu di masa depan. Jika mengulas tentang bumi, begitu banyak aspek yang diperhatikan.Mulai dari aspeklingkungan, ekonomi, politik, sampai kegiatan manusia.Semua mempunyai kontribusi besar bagi keadaan bumi nantinya. Salah satu faktor terpenting adalah faktor meteorologi, yang berperan dalam mendorong berbagai program pembangunan di bumi. Dengan meninjau hal itu, serta mengkhususkan pada pembangunan di kawasan Barelang, Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam setiap bulannya menerbitkan BULETIN METEOROLOGI.

Buletin Meteorologi edisi Oktober 2017ini akan mengulas informasi hasil evaluasi cuaca dan iklim wilayah Kepulauan Riau pada bulan September 2017, prakiraan hujan serta prakiraan pasang surut bulan Oktober 2017. Buletin ini dibuat sebagai salah satu sarana penunjang penyampaian informasi meteorologi, baik kepada para pengguna jasa informasi meteorologi dan juga kepada masyarakat umum.

Kamimenyadari bahwa penulisan buletin ini masih belum sempurna, terdapat banyak kekurangan dan belum dapat memenuhi kebutuhan seluruh pembaca.Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas dari media informasi ini. Besar harapan kami agar buletin ini dapat terus berkembang dan berkesinambungan, serta dapat menjawab semua pertanyaan mengenai isu-isu meteorologi di wilayah Provinsi Kepulauan Riau.

KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I HANG NADIM BATAM

PARMIN,S.Si, M.M. NIP. 19640218 199102 1 001

(2)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.046] ii

TIM REDAKSI

ANGGOTA TIM

ANGGOTA DUATI WARDANI, S.Si ANGGOTA YAYAN HERMAWAN ANGGOTA DUDI JUHANDINATA, S.Stat, MM ANGGOTA NIZAM MAWARDI, S.Tr ANGGOTA ADHITYA PRAKOSO, S.Tr ANGGOTA

ASRI PRATIWI, S.Si

ANGGOTA PANDE MADE RONY

KURNIAWAN, SST

ANGGOTA MOHAMMAD TAUFIQ, S.Si

PELINDUNG

PARMIN, S.Si, M.M.

KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I HANG NADIM BATAM

PENANGGUNG JAWAB

SURATMAN, S.KOM

KEPALA SEKSI DATA DAN INFORMASI

ANGGOTA DEBORA TRULY MARPAUNG, SST.

ANGGOTA HANA SOLIHAH, S.Si

ANGGOTA DEDI HARIANTO

(3)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.046] iii

DAFTAR ISI

Kata pengantar ... i

Tim Redaksi ... ii

Daftar Isi ... iii

I. RINGKASAN... 1

II. PENGERTIAN ... 1

III. ANALISA CUACA DAN IKLIM SEPTEMBER 2017 ... 2

IV. PRAKIRAAN CUACA OKTOBER 2017 ... 11

V. PRAKIRAAN PASANG SURUT OKTOBER 2017 ... 16

VI. PRAKIRAAN TERBIT/ TERBENAM BULAN DAN MATAHARI OKTOBER 2017 ... 19

(4)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.046] 1

RINGKASAN

1. Berdasarkan data curah hujan bulan September 2017 yang diterima dari Stasiun Meteorologi Hang Nadim, maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan September 2017adalah sebagai berikut:

a. Bahwa kejadian hujan di Pulau Batam secara umum berada pada kondisi di atas normal terhadap rata – ratanya. Sedangkan kondisi angin dilaporkan dominan bertiup dari arah Tenggara hingga Barat Daya dari dasarian I hingga dasarian III pada kecepatan rata – rata 10 km/jam.

b. Pada bulan September wilayah Indonesia terlewati oleh perambatan MJO dengan sifat kuat pada pertengahan bulan sehingga cukup mempengaruhi terhadap penambahan curah hujan di wilayah Indonesia khususnya Kepulauan Riau. Kondisi perairan di Indonesia yang juga masih cukup hangat turut menambah uap air untuk pembentukan awan-awan. Namun nilai IOD, SOI dan ENSO berada pada kondisi netral sehingga tidak cukup memberikan pengaruh terhadap penambahan maupun pengurangan curah hujan di wilayah Kepulauan Riau pada bulan September.

II. Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai Oktober 2017 hingga September 2018. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan dasarian Hang Nadim periode Oktober 1999 s.d September 2017. Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan normal hujan dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.81369 dan RMSE (error) 33.1942 yang menunjukkan bahwa curah hujan di bulan Oktober 2017 pada dasarian I hingga dasarian III diprakirakan berada pada kisaran normal.

PENGERTIAN

A. SIFAT HUJAN

Sifat Hujan adalah Perbandingan antara jumlah curah hujan yang terjadi selama satu bulan dengan nilai rata-rata atau normal dari bulan tersebut di suatu tempat.

Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) kriteria, yaitu:

1. Di atas normal ( A ), jika nilai perbandingannya lebih besar dari 115 %. 2. Normal ( N ), jika nilai perbandingannya antara 85 % - 115 %.

3. Di bawah normal ( B ), jika nilai perbandingannya kurang dari 85 %.

B. NORMAL CURAH HUJAN

1. RATA-RATA CURAH HUJAN BULANAN:

Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan dengan periode minimal 10 tahun. 2. NORMAL CURAH HUJAN BULANAN:

Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan selama periode 30 tahun. 3. STANDARD NORMAL CURAH HUJAN BULANAN:

Nilai rata-rata curah hujan pada masing-masing bulan selama periode 30 tahun dimulai dari 1 Oktober 1901 s/d 31 Oktober 1930, 1 Oktober 1931 s/d 31 Oktober 1960, 1 Oktober 1961 s/d 31 Oktober 1990, dan seterusnya.

(5)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.046] 2

C. INTENSITAS CURAH HUJAN (CH)

KRITERIA CH CH/hari CH/Jam

Sangat Lebat > 100 mm > 20 mm

Lebat 50 - 100 mm 10 - 20 mm

Sedang 20 - 50 mm 5 - 10 mm

Ringan 5 - 20 mm 1 - 5 mm

ANALISA CUACA DAN IKLIMSEPTEMBER 2017

A. KERAGAMAN HUJAN

Kepulauan Riau merupakan wilayah negara Indonesia yang berbentuk kepulauan dan dilewati garis khatulistiwa. Wilayah negara Indonesia dilewati oleh garis katulistiwa serta dikelilingi oleh dua Samudra dan dua Benua. Posisi ini menjadikan Indonesia sebagai daerah pertemuan sirkulasi meridional (Utara-Selatan) dikenal sebagai Sirkulasi Hadley dan sirkulasi zonal (Timur-Barat) dikenal sebagai Sirkulasi Walker, dua sirkulasi yang sangat mempengaruhi keragaman iklim di Indonesia. Pergerakan matahari yang berpindah dari 23.5o Lintang Utara ke 23.5o Lintang Selatan sepanjang tahun

mengakibatkan timbulnya aktivitas monsun yang juga ikut berperan dalam mempengaruhi keragaman iklim. Pengaruh lokal terhadap keragaman iklim juga tidak dapat diabaikan, karena Kepri merupakan kepulauan dengan bentuk topografi sangat beragam menyebabkan sistem golakan lokal cukup dominan. Faktor lain yang diperkirakan ikut berpengaruh terhadap keragaman iklim ialah gangguan siklon tropis. Semua aktivitas dan sistem ini berlangsung secara bersamaan sepanjang tahun akan tetapi besar pengaruh dari masing-masing aktivitas atau sistem tersebut tidak sama dan dapat berubah dari tahun ke tahun.

El-Nino dan La-Nina merupakan salah satu akibat dari penyimpangan iklim. Fenomena ini akan menyebabkan penurunan dan peningkatan jumlah curah hujan untuk beberapa daerah di Indonesia. Pengaruh El-Nino kuat pada daerah yang berpola hujan monsun, lemah pada daerah berpola hujan equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan pola hujan lokal, sedangkan IOD (Indian Ocean Dipole) hanya berpengaruh jelas pada daerah berpola hujan monsun.

Selain akibat pengaruh fluktuasi suhu permukaan laut di samudera pasifik (El Nino-Southern Oscillation / ENSO) dan Samudera Hindia (Indian Ocean Dipole / IOD), fenomena fase aktif osilasi intra-musiman yang dikenal sebagai MJO (Madden-Oktoberan Oscillation) juga mempengaruhi keragaman hujan di Indonesia.Menurut Geerts and Wheeler (1998) MJO akan menyebabkan terjadinya variasipada pola angin, SML (Suhu Muka Laut), awan dan hujan. Fase aktif MJO bila bersamaan waktunya dengan monsun timur laut di Kepulauan Riau (Desember-April) dapat menyebabkan terjadinya peningkatan curah hujan sekitar 200%.

Pergerakan MJO ke timur dari samudra India menuju samudra Pasifik dibagi dalam 8 phase. Phase-1 di Afrika (210° BB - 60° BT), 2 di samudra India bagian barat (60° BT – 80° BT), phase-3 di samudra India bagian timar (80° BT – 100° BT) phase-4 & phase-5 di benua maritim Indonesia ( 100° BT – 140° BT), phase-6 di kawasan Pasifik barat (140°BT-160° BT), phase 7 di Pasifik tengah ( 160° BT – 180° BT) , dan phase-8 daerah konveksi di belahan bumi bagian barat ( 180° – 160° BB). Pada umumnya hujan tropis berasal dari awan konvektif dengan puncak awan sangat dingin (sedikit mengemisi radiasi gelombang panjang), oleh karenanya sangat baik memonitor MJO dengan memperhatikan variasi OLR(Outgoing Longwave Radiation) yang dipantau melalui sensor infra merah pada satelit.

(6)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.046] 3

B. DINAMIKA ATMOSFER DAN LAUTAN BULAN SEPTEMBER 2017 1. Monsun

Pada bulan September, matahari telah berada di wilayah Bumi Bagian Utara menuju dalam penjalarannya ke Bumi Bagian Selatan dan mengalami pergerakan semu kurang lebih sejauh 13.7° yaitu dari 9.7°LU menuju 4.0°LS. Matahari melewati equator atau berada pada titik 0° atau disebut sebagai ‘September Equinox’ pada tanggal 23 September. Pada bulan September 2017 tercatat ada 6 (enam) kejadian siklon tropis yaitu Siklon Tropis Sanvu, Mawar, Guchol, Talim, Nando, dan Doksuri.Dimana hal ini cukup berpengaruh terhadap bertambah maupun berkurangnya jumlah curah hujan di wilayah Indonesia pada umumnya termasuk Kepulauan Riau.

Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/sst_analysis/images/monsstv2.png Gambar 1. Peta Rata-rata Suhu Muka Laut September 2017

Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/sst_analysis/images/monanomv2.png Gambar2. Peta Anomali Suhu Muka Laut BulanSeptember 2017

Kondisi rata-rata suhu muka laut di wilayah perairan Indonesia pada bulan September 2017 berkisar antara 26.00 - 32.00C(Gambar.1) dengan anomali -1.5-+1.50C (Gambar.2).Di wilayah

Kepulauan Riau, anomali suhu muka laut berkisar antara -1.5-+1.50C yang menunjukkan suhu muka

laut masih dalam kondisi yang cukup hangat sehingga memberi banyak pasokan uap air di udara. Suhu muka laut yang hangat serta anomali suhu muka laut yang positif sangat mendukung proses pertumbuhan awan-awan yang berpotensi menjadi hujan.

(7)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.046] 4 Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?variable=mslp&area=rsmc&map=mean&time=latest

Gambar 3. Rata-rata Tekanan Udara Permukaan Laut Bulan September 2017

Pada bulan September 2017, tekanan udara di BBS secara umum lebih tinggi dari pada BBU karena matahari berada di BBU. Hal ini menyebabkan adanya pergerakkan massa udaradari BBSmenuju BBUsehingga membentuk pola belokan angin (shearline) dan pola daerah pertemuan angin (konvergensi)di sekitar wilayah Kepulauan Riau. Pada daerah belokan angin terjadi perlambatan kecepatan angin yang menyebabkan penumpukkan massa udara sehingga terjadi pengangkatan massa udara, sedangkan pola konvergen menyebabkan daerah-daerah pertemuan massa udara sehingga keduanya menimbulkan potensi pembentukan awan–awan konvektif yang dapat menghasilkan hujan.

Berdasarkan hasil analisis (Gambar.4), pada daerah Kepulauan Riau angin umumnya bertiup dari arah Tenggara hingga Barat Daya yang di dominasi dari arah Selatan dengan kecepatan 0 hingga 5 knot (Gambar.5). Kondisi angin cukup lemah sehingga cukup mendukung dalam proses pembentukan awan.

Sumber: Bidang Meteorologi Publik BMKG

(8)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.046] 5 Sumber:http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?variable=850wind&area=rsmc&map=mean&time=latest

Gambar 5. Pola Angin 850mb Bulan September 2017

2. ENSO(El Nino - Southern Oscillation)

ENSO berada pada kondisi netral yaitu antara −0.8 °C sampai +0.8 °C. Pada akhir bulan September 2017, nilai anomali SST Nino 3.4 yaitu sebesar-0.08 dan nilai rata-rata harian SOI (Southern Oscillation Index) selama bulan September sebesar+6.8 (Normal). Hal tersebut mengindikasikan tidak adanya pengaruh terhadap penurunan maupun penambahan pasokan uap air sebagai pembentuk hujan di wilayah Indonesia termasuk di Kepulauan Riau.

Sumber :http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml Gambar6. Grafik indeks SST Nino3.4

(9)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.046] 6 Sumber :http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png

Gambar7. Grafik indeks ENSO / SOI

3. MJO(Madden-Oktoberan Oscillation)

a.OLR (Outgoing Longwave Radiation)

Sumber:http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?variable=olr&area=rsmc&map=mean&time=latest Gambar 8. Rata-rata OLR September 2017

OLR merupakan suatu radiasi gelombang panjang yang dipancarkan oleh bumi ke luar angkasa.Namun, tidak semua radiasi gelombang panjang tersebut sampai ke luar angkasa.Awan-awan konvektif adalah salah satu faktor yang menghalangi perjalanan gelombang panjang tersebut.Suatu wilayah di permukaan bumi yang terdapat tutupan awan konvektif memiliki nilai OLR yang kecil/rendah. Pada bulan September 2017, nilai OLR terendah di wilayah Indonesia terdapat di wilayah Pulau Sumatera bagian utara, Kalimantan bagian Barat dan Papua Barat yaitu berkisar antara 180 – 200 W/m2, sementara untuk wilayah Kepulauan Riau, nilai OLR seperti yang

ditunjukkan pada gambar 8 berada pada kisaran 200 - 220 W/m2.Hal ini mengindikasikan bahwa

(10)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.046] 7 b. Fase MJO

MJO selama bulan September 2017 berada pada fase 3 sampai 6 dengan sifat lemah hingga kuat pada perambatannya.Wilayah Indonesia berada pada fase 3 sampai 5.Pada gambar (9) terlihat bahwa pada bulan September wilayah Indonesia terlewati oleh perambatan MJO dan memiliki sifat yang lemah pada awal dan akhir bulan sedangkan cukup kuat pada pertengahan bulan.Secara teori, kondisi MJO ini cukup memberikan pengaruh pada penambahan curah hujan di wilayah Indonesia khususnya Indonesia bagian Barat, termasuk wilayah Kepulauan Riau.

Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/mjo/ Gambar 9. Fase MJO

4. IOD(Indian Ocean Dipole)

Fenomena Dipole Mode di Samudera Hindia atau IOD (Indian Ocean Dipole)berada pada kisaran normal dengan kondisi netral (-0,4 s.d 0,4). Pada akhir bulan September 2017 nilai IOD berada pada kondisi positif yang bernilai +0.03. Sehingga dapat diketahui bahwa selama bulan September 2017, secara umum IOD tidak berpengaruh dalam menambah peluang pertumbuhan awan di wilayah Indonesia bagian barat termasuk wilayah Kepulauan Riau.

Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml Gambar10. Grafik IOD

(11)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.046] 8

C. ANALISIS HUJAN BULAN SEPTEMBER2017

Berdasarkan data curah hujan bulan September 2017 yang diterima dari Stasiun Meteorologi Hang Nadimdi Pulau Batam yang mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan September 2017 adalah sebagai berikut:

(12)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.046] 9

D. ANALISIS UNSUR CUACA SIGNIFIKAN BULAN SEPTEMBER 2017 a. Hujan

Sifat hujan bulan September 2017 di Barelang Bawah Normal (B) sampai dengan Atas Normal (A) dengan curah hujan selama sebulan berkisar 168,2 mm - 368,8 mm atau antara 66,7 % - 146,3 %. Curah hujan terendah terjadi di Uncang dan tertinggi di Sengkuang. Khusus di Hang Nadim dalam bulan September 2017 terdapat 17 hari hujan terukur dan 3 hari hujan tidak terukur (ttu) dengan total curah hujan sebesar 201,6 mm atau berkisar 80% dari rata-rata yang berarti sifat hujan Bawah Normal (B) . Pada dasarian I terjadi 6 hari hujan dengan jumlah curah hujan 48,9 mm, dasarian II terjadi 8 hari hujan dengan jumlah curah hujan 95,7 mm, dan dasarian III terjadi 6 hari dengan curah hujan 57,0 mm. Curah hujan tertinggi 38,7 mm terjadi pada tanggal 19 September 2017.

(13)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.046] 10

b. Suhu Udara

Suhu udara harian rata-rata berkisar antara 25,4°C - 28,7° C. Suhu udara terendah dalam bulan September 2017 adalah 22,9 ° C terjadi pada tanggal 20 September 2017 pagi hari dan suhu udara tertinggi 32,4 °C terjadi pada tanggal 17 September 2017 siang hari.

Gambar12. Grafik Suhu Udara bulan September 2017di Hang Nadim

c. Kelembaban Udara

Kelembaban udara harian rata-rata berkisar antara 76 % - 91 %. Kelembaban udara terendah mutlak 54% terjadi pada tanggal 5 September 2017 siang hari, sedangkan kelembaban udara tertinggi 98% terjadi tanggal 6, 20 dan 21 September 2017 pagi hari. Dengan demikian kelembaban udara pada bulan September 2017 lebih kering dibandingkan bulan Agustus 2017.

Gambar13.Grafik Kelembaban Udara Bulan September 2017di Hang Nadim

d. Angin Permukaan

Selama periode dasarian I – III September 2017 angin permukaan secara umum didominasi dari arah Tenggara sampai Selatan dengan kecepatan rata-rata 6,5 km/jam, arah dan kecepatan maximum dari Tenggara dengan kecepatan 32,4 km/jam terjadi pada tanggal 9 September 2017.

(14)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.046] 11

PRAKIRAAN CUACA OKTOBER 2017

A. DINAMIKA ATMOSFER 1. Tekanan Udara dan Angin

Pada bulan Oktober, posisi matahari dalam gerak semunya sudah berada di BBS (Belahan Bumi Selatan) dan mengalami pergerakan semu sejauh kurang lebih 12.0° yaitu dari 4.0°LS menuju 16.0°LS (http://www.physicalgeography.net). Sehingga, dominasi pola-pola daerah bertekanan udara rendah pada Oktober 2017 berada pada wilayah equator.

Prediksi Anomali Suhu Muka Laut periode Oktober – November–

Desember 2017 Rata-rata Tekanan Udara pada Bulan Oktober 2017

Sumber: http://iridl.ldeo.columbia.edu/maproom/Global/Forecasts/SST.html?L=2.5 http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/realtime/clim/annual/monthly/monthly.12.slp.html

Gambar 14. Prediksi Anomali Suhu Muka Laut periode dan Rata-rata Tekanan Udara pada Bulan Oktober2017

Pola angin rata-rata bulan Oktober secara dominan akan bertiup dari Bumi Bagian Selatan (BBS) menuju Bumi Bagian Utara (BBU) dan membentuk belokan angin di sekitar ekuator serta konvergensi di bagian utara ekuator. Berdasarkan gambar 15, terdapat daerah belokan angin

(shearline) dan pertemuan angin (konvergensi) di sekitar wilayah Kepulauan Riau yang menyebabkan

perlambatan kecepatan angin yang memupuk massa udara serta mendukung dalam proses pertumbuhan awan-awan hujan.

Sumber: Meteo Publik, BMKG

(15)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.046] 12

2. ENSO(EL-NinoSouthern Oscillation)

ENSO merupakan salah satu fenomena cuaca skala global yang mempengaruhi penambahan curah hujan (fase La-Nina) maupun pengurangan curah hujan (fase El-Nino) di wilayah Indonesia. Prediksi ENSO menurut institusi internasional yaitu BMKG, BOM/ POAMA (Predictive Ocean

Atmosphere Model for Australia), JAMSTEC (Japan Agency for Marine-Earth Science and Technology) dan

NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) menyatakan bahwa pada bulan Oktober 2017 dalam kondisi La Nina lemah. Secara umum, ENSO diprediksi akan cukup memberi pengaruh terhadap penambahan jumlah curah hujan di wilayah Indonesia khususnya Kepulauan Riau.

Sumber: Pusat Data Dokumen, BMKG

Gambar 16.Prediksi ENSO dari NOAA, JAMSTEC, POAMA dan BMKG

Salah satu parameter ENSO yaitu data SOI (Southern Oscillation Index) dari BoM (Bureau of

Meteorology Australia) hingga akhir September menunjukkan berada pada kondisi Normal dengan

nilai SOI sebesar +6.8,sehingga tidak memiliki pengaruh terhadap penambahan maupun pengurangan curah hujan di wilayah Indonesia.

Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png Gambar 17. Grafik SOI Bulan Januari 2015s.d.AkhirSeptember 2017

(16)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.046] 13

3. MJO(Madden-Oktoberan Oscillation)

Salah satu fenomena cuaca global yang juga mempengaruhi jumlah curah hujan di Indonesia, khususnya daerah dekat khatulistiwa adalah osilasi gugusan awan yang lazim disebut MJO. Menurut NOAA, diperkirakan MJO pada awal hingga pertengahan Oktober 2017 dengan sifat lemah hingga kuat dan berada pada fase 6 hingga 1 sehingga tidak mempengaruhi penambahan curah hujan di wilayah Indonesia (Gambar 18). Nilai anomali OLR bernilai positif berada di wilayah sebelah barat Pulau Sumatera (Gambar 19) pada awal hingga pertengahan bulan Oktober.Hal tersebut mengindikasikan tutupan awan konvektif di wilayah tersebut pada awal hingga pertengahan bulan Oktober tidak cukup banyak.

Sumber: http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/foregfs.shtml

Gambar 18.Grafik Fase MJO pada Bulan September 2017 dan prakiraan Bulan Oktober 2017

Sumber:http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/spatial_olrmap_CA_full.gif

Gambar 19.Anomali OLR sampai dengan 31September 2017 dan prakiraan 15 hari kedepan

4. Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole)

Fenomena cuaca global terakhir yang juga mempengaruhi peluang hujan di Indonesia, khususnya Indonesia Bagian Barat, adalah dipole mode. Menurut data dari BoM dan BMKG (gambar 21) bulan Oktober DMI akan berada pada kondisi normal sehingga tidak mempengaruhi penambahan maupun pengurangan jumlah curah hujan di wilayah Indonesia, sedangkan NASA memprediksi pada bulan Oktober nilai DMI positif kuat sehingga terjadi aliran massa uap air dari Indonesia ke Samudera Hindia yang mengurangi jumlah curah hujan di wilayah Indonesia, khususnya bagian barat.

(17)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.046] 14 Sumber: http://www.bmkg.go.id/bmkg_pusat/Klimatologi/Dinamika_Atmosfir.bmkg

Gambar 20.Prediksi Indeks Dipole Mode dari BoM dan BMKG

5. Tinjauan Klimatologis

Kondisi cuaca bulan Oktober di Batam berdasarkan data klimatologis selama 24 tahun (1993-2016) diketahui:

Secara klimatologis selama 16 tahun (1996 – 2011) jumlah curah hujan pada bulan Oktober dibagi menjadi dua bagian di Pulau Batam.Hampir seluruh wilayah Batam sekitar 200 – 300 mm dan Batam bagian Timur sekitar 300 – 350 mm.

Kesimpulan:

Dari uraian di atas diketahui bahwa peluang pertumbuhan awan-awan hujan di Batam pada bulan Oktober 2017 akan lebih tinggi dari bulan September 2017, sehingga peluang curah hujannya lebih tinggi juga bila dibandingkan dengan bulan September 2017.

B. PRAKIRAAN HUJANBULAN OKTOBER 2017 1. PrakiraanHujan Dasarian

Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7dengan model

prediksiARIMA(Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai Oktober 2017 hingga September 2018.Data masukan yang digunakan adalah data serieshujandasarian Hang NadimperiodeOktober1999 s.d September 2017.

Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMAdengan normal hujan dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.81369 dan RMSE (error) 33.1942. Hasilnya menunjukkan bahwa curah hujan di bulan Oktober 2017 diprakirakan:

Minimum Rata-rata Maksimum

SUHU UDARA 22.8 27.1 33.6

KELEMBAPAN UDARA 43% 84% 100%

ANGIN 4 Km/jam 8 Km/jam 64 Km/jam

HARI HUJAN 10 18* 26

(18)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.046] 15 Sesuai dengan kriteria sifat hujan dalam dasarian, prakiraan curah hujan pada dasarian I, II dan III berada pada kisaran normalnya.

2. PrakiraanHujan Bulanan

Berdasarkan data-data dan analisis model serta program HyBMG 2.0.7 dapat diperoleh hasil prakiraan curahhujan satu bulan pada bulanOktober 2017 di wilayah Barelangsebagaiberikut:

Tabel : Prakiraan Curah Hujan Bulan Oktober 2017

danmembandingkandengan normal hujannyamakasifathujanbulan Oktober 2017 di Barelangdapatdiprakirakansebagaiberikut:

Tabel: Prakiraan Sifat Hujan Bulan Oktober 2017

(19)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.046] 16

PRAKIRAAN PASANG SURUT (TIDAL)OKTOBER 2017

A. Pendahuluan

Pasang surut air adalah gelombang yang mirip dengan gelombang air yang terjadi akibat tiupan angin.Pasang surut memiliki panjang gelombang yang panjang, seperti yang terdapat pada laut dalam namun terjadi untuk air dangkal, ini berarti pasang surut dibiaskan oleh keadaan topografi kedalaman bawah air.Periodenya pun cukup panjang, dalam orde jam. Pasang surut air terjadi disebabkan oleh gaya gravitasi dan gaya sentrifugal yang ditimbulkan oleh gerakan bumi, bulan, dan matahari.

B. Pola Pasang Surut

Di seluruh dunia pasang surut berbeda baik ketinggian paras air maupun waktu kejadiannya. Area pantai yang hanya punya satu pasang surut tertinggi dan terendah setiap hari disebut diurnal tide (air pasang harian). Wilayah yang mengalami dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari disebut mempunyai semi-diurnal tide. Jika semi-diurnal tide mempunyai ketinggian air pasang yang dicapai berbeda dan saat surut juga level air tidak sama disebut semi-diurnal mixed tide.

Pola pasang surut dapat dijelaskan secara gelombang dengan grafik yang menunjukkan paras air untuk sumbu vertikal dan sumbu horisontal menyatakan waktu hari. Pengamatan pasang surut dalam jangka waktu yang lama digunakan untuk menghitung rata-rata ketinggian pasang. Dengan nilai rata-rata ini dapat dihitung anomali pasang naik dan pasang surut air.

C. Paras Pasang Surut.

Ketinggian air tertinggi yang dicapai permukaan air setiap hari disebut HighWater (HT) / Higt Tide (Ht). Titik terendah dimana permukaan air surut disebut Low Water (LW) / Low Tide. Mengingat propinsi Kepulauan Riau sebagian besar wilayahnya terdiri dari lautan maka fenomena pasang surut air laut sangat besar pengaruhnya terhadap kegiatan yang berhubungan dengan kelautan seperti bongkar muat di Pelabuhan Laut, kegiatan para nelayan dan lain sebagainya. Untuk itu dalam buletin ini kami sajikan prediksi pasang surut di seluruh Propinsi Kepulauan Riau yang meliputi 6 (enam) Kabupaten Kota sebagai berikut :

1. KOTA BATAM

(20)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.046] 17 2. KABUPATEN BINTAN

i. TANJUNG UBAN

3. KABUPATEN KARIMUN

i. TANJUNG BALAI KARIMUN

ii. TANJUNG PINANG

4. KABUPATEN LINGGA i. DABO SINGKEP

(21)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.046] 18

5. KABUPATEN ANAMBAS

i. SELAT PENINTING

6. KABUPATEN NATUNA

(22)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.046] 19

PRAKIRAAN TERBIT/ TERBENAM

BULAN DAN MATAHARI OKTOBER 2017

1. STASIUN METEOROLOGI HANG NADIM BATAM

Location : E104 07, N01 07, October 2017 DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm Hm hm hm 1 0550 1756 1428 0200 2 0550 1756 1516 0249 3 0550 1756 1604 0337 4 0549 1755 1653 0426 5 0549 1755 1742 0516 6 0549 1755 1833 0606 7 0549 1754 1925 0658 8 0548 1754 2019 0752 9 0548 1754 2116 0848 10 0548 1753 2214 0946 11 0548 1753 2312 1045 12 0547 1753 000 1144 13 0547 1753 0011 1241 14 0547 1752 0107 1336 15 0547 1752 0201 1428 16 0546 1752 0253 1519 17 0546 1752 0343 1607 18 0546 1751 0431 1653 19 0546 1751 0517 1739 20 0546 1751 0603 1824 21 0546 1751 0649 1909 22 0546 1751 0735 1955 23 0545 1750 0822 2041 24 0545 1750 0909 2129 25 0545 1750 0957 2216 26 0545 1750 1044 2304 27 0545 1750 1132 2352 28 0545 1750 1219 000 29 0545 1750 1307 0040 30 0545 1750 1354 0127 31 0545 1750 000 000 2. STASIUN METEOROLOGI TANJUNGPINANG

Location : E104 32, N00 55, October 2017 DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm Hm hm hm 1 0548 1755 1426 0159 2 0548 1754 1514 0247 3 0548 1754 1603 0336 4 0548 1754 1651 0425 5 0547 1753 1740 0514 6 0547 1753 1831 0605 7 0547 1753 1923 0656 8 0547 1752 2018 0750 9 0546 1752 2114 0846 10 0546 1752 2212 0944 11 0546 1752 2311 1043 12 0546 1751 000 1142 13 0545 1751 0009 1239 14 0545 1751 0106 1334 15 0545 1751 0200 1427 16 0545 1750 0252 1517 17 0545 1750 0341 1605 18 0544 1750 0429 1651 19 0544 1750 0515 1737 20 0544 1749 0601 1822 21 0544 1749 0647 1908 22 0544 1749 0733 1953 23 0544 1749 0820 2040 24 0543 1749 0907 2127 25 0543 1749 0955 2215 26 0543 1749 1042 2303 27 0543 1748 1130 2350 28 0543 1748 1218 000 29 0543 1748 1305 0038 30 0543 1748 1352 0126 31 000 000 000 000

(23)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.046] 20

3. STASIUN METEOROLOGI RANAI Location : E108 24, N03 55, October 2017 DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm hm 1 0534 1739 1414 0139 2 0534 1738 1501 0228 3 0533 1738 1549 0317 4 0533 1737 1636 0407 5 0533 1737 1724 0458 6 0533 1737 1814 0549 7 0533 1736 1905 0642 8 0532 1736 1959 0737 9 0532 1735 2054 0834 10 0532 1735 2152 0932 11 0532 1735 2250 1031 12 0532 1734 2349 1130 13 0532 1734 000 1227 14 0531 1734 0046 1321 15 0531 1733 0141 1413 16 0531 1733 0233 1503 17 0531 1733 0324 1550 18 0531 1732 0412 1635 19 0531 1732 0500 1720 20 0531 1732 0547 1804 21 0531 1732 0633 1849 22 0531 1731 0720 1934 23 0531 1731 0807 2020 24 0531 1731 0855 2107 25 0531 1731 0943 2154 26 0531 1730 1031 2242 27 0531 1730 1118 2330 28 0531 1730 1205 000 29 0531 1730 1252 0019 30 0531 1730 1339 0107 31 000 000 1425 0156 4. STASIUN METEOROLOGI TANJUNG BALAI KARIMUN

Location : E103 23, N01 03, October 2017 DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm hm 1 0553 1759 1431 0203 2 0553 1759 1519 0252 3 0553 1759 1607 0341 4 0552 1758 1656 0429 5 0552 1758 1745 0519 6 0552 1758 1836 0609 7 0551 1757 1928 0701 8 0551 1757 2022 0755 9 0551 1757 2119 0851 10 0551 1756 2217 0949 11 0550 1756 2316 1048 12 0550 1756 000 1147 13 0550 1756 0014 1244 14 0550 1755 0110 1339 15 0550 1755 0205 1431 16 0549 1755 0256 1522 17 0549 1755 0346 1610 18 0549 1754 0434 1656 19 0549 1754 0520 1742 20 0549 1754 0606 1827 21 0549 1754 0652 1912 22 0548 1754 0738 1958 23 0548 1753 0825 2045 24 0548 1753 0912 2132 25 0548 1753 0959 2219 26 0548 1753 1047 2307 27 0548 1753 1135 2355 28 0548 1753 1222 000 29 0548 1753 1310 0043 30 0548 1753 1357 0130 31 000 000 000 000

(24)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.046] 21

5. STASIUN METEOROLOGI DABO SINGKEP

Location : E104 34, S00 28, October 2017 DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm hm 1 0548 1755 1425 0159 2 0548 1754 1514 0248 3 0548 1754 1602 0336 4 0547 1754 1651 0425 5 0547 1753 1740 0514 6 0547 1753 1831 0604 7 0546 1753 1923 0656 8 0546 1753 2018 0750 9 0546 1752 2115 0846 10 0546 1752 2213 0943 11 0545 1752 2312 1042 12 0545 1751 000 1141 13 0545 1751 0010 1238 14 0545 1751 0106 1333 15 0544 1751 0200 1426 16 0544 1750 0252 1516 17 0544 1750 0341 1604 18 0544 1750 0429 1651 19 0544 1750 0515 1737 20 0544 1750 0601 1822 21 0543 1749 0647 1908 22 0543 1749 0733 1954 23 0543 1749 0819 2040 24 0543 1749 0906 2128 25 0543 1749 0954 2215 26 0543 1749 1042 2303 27 0543 1749 1129 2351 28 0543 1749 1217 000 29 0543 1749 1304 0039 30 0542 1748 000 000 31 000 000 000 000 6. STASIUN METEOROLOGI TAREMPA

Location : E106 15, N03 12, October 2017 DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm Hm 1 0534 1739 1413 0140 2 0534 1739 1501 0229 3 0534 1739 1549 0319 4 0533 1738 1637 0408 5 0533 1738 1725 0458 6 0533 1737 1815 0550 7 0533 1737 1906 0642 8 0533 1737 2000 0737 9 0532 1736 2056 0834 10 0532 1736 2154 0932 11 0532 1736 2252 1031 12 0532 1735 2350 1129 13 0532 1735 000 1227 14 0532 1735 0047 1321 15 0531 1734 0142 1413 16 0531 1734 0235 1503 17 0531 1734 0325 1550 18 0531 1733 0413 1636 19 0531 1733 0500 1721 20 0531 1733 0547 1805 21 0531 1733 0633 1850 22 0531 1732 0720 1935 23 0531 1732 0807 2022 24 0531 1732 0855 2108 25 0531 1732 0943 2156 26 0531 1732 1030 2244 27 0530 1731 1118 2332 28 0530 1731 1205 000 29 0530 1731 1252 0020 30 0530 1731 1339 0108 31 0531 1731 000 000

(25)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.046] 22

DAFTAR ISTILAH

Anomali : Penyimpangan suatu variabel dari nilai rata-rata

Awan Konvektif : Awan tebal menjulang tinggi yang terbentuk dari proses pemanasan vertikal yang membawa uap air. Awan ini mengakibatkan terjadinya hujan secara tiba-tiba, petir dan angin kencang.

Cold Surge : Aliran udara dingin dari daratan Asia yang menjalar memasuki wilayah Indonesia bagian barat, cold surge biasa terjadi pada saat Asia memasuki musim dingin.

Cuaca : Kondisi fisis atmosfer pada suatu wilayah yang sempit pada waktu tertentu

Dasarian : Periode sepuluh harian

Dipole Mode /IOD

(Indian Ocean Dipole)

: Tingkat ketersediaan uap air akibat perbedaan suhu muka laut antara Samudera Hindia dan Perairan Pantai Timur Afrika.

DMI

(Dipole Mode Index)

: Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas Dipole Mode. DMI yang bernilai negatif akan menambah kandungan uap air di sekitar wilayah Sumatera, sehingga curah hujannya secara umum meningkat. Sedangkan nilai positif tidak menambah kandungan uap air, sehingga curah hujan cenderung berkurang.

Divergensi : Beraian angin, yang mengindikasikan daerah cuaca baik

Eddy : Pusaran angin dengan durasi harian dan biasanya jika suatu daerah terdapat eddy, maka cenderung banyak hujan.

El Nino : Fenomena memanasnya suhu permukaan laut di Pasifik Timur sehingga secara umum menyebabkan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia berkurang.

ENSO

(El Nino-Shouthern Oscillation)

: Fluktuasi musiman antara fase El Nino dan La Nina.

Gelombang : Pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak lurus permukaan laut.

Iklim : Kondisi Rata-rata cuaca dalam jangka waktu yang lama dan wilayah yang luas

ITCZ(Intertropical

Convergence Zone) : Daerah pertemuan massa udara antar benua dengan cakupan yang luas. Umumnya daerah-daerah yang dilintasi ITCZ berpotensi terjadi pertumbuhan awan-awan hujan lebat dan cukup lama (bisa lebih dari satu hari).

Konvergensi : Pumpunan angin, pola angin yang mengumpul

La Nina : Fenomena yang merupakan kebalikan dari El Nino. Secara umum menyebabkan curah hujan di Indonesia meningkat.

MJO(Madden-Novemberan

Oscillation)

: Fluktuasi musiman/osilasi/gelombang tekanan (pola tekanan tinggi-tekanan rendah) di kawasan tropik yang terkait dengan penambahan gugusan uap air yang menyuplai pembentukan awan hujan dengan periode lebih kurang 48 hari yang menjalar dari barat ke timur. Biasanya berawal di pantai timur Afrika kemudian menjalar ke timur dan menghilang di bagian tengah Pasifik. MJO ini berkaitan dengan OLR (Outgoing Longwave Radiation)

Monsun : Suatu pola sirkulasi angin yang berhembus secara periodik pada suatu periode (minimal 3 bulan) dan pada periode yang lain polanya akan berlawanan. Di Indonesia dikenal dengan 2 istilah monsun yaitu monsun Asia dan Monsun Australia. Monsun Asia berkaitan dengan musim hujan di Indonesia, sedangkan Monsun Australia berkaitan dengan musim kemarau.

Normal : Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan periode waktu yang tidak ditentukan (1971-2000, 1976-2005, 1978-2007, dsb)

OLR(Outgoing Longwave

Radiation) : Radiasi gelombang panjang (infra merah) yang dipancarakan keluar dari bumi. OLR yang bernilai negatif menunjukkan tutupan awan konvektif yang banyak, sedangkan nilai positif tutupan awan konvektifnya sedikit.

Rata-rata : Nilai rata-rata suatu variabel selama minimal periode 10 tahun (1971-1980, 1976-1985, 1993-2002, 1995-2010, dsb)

Shearline : Garis atau zona lintasan yang terdapat perubahan arah dan kecepatan angin secara tiba-tiba.

SOI (Southern Oscillation Index) : Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas El Nino atau La Nina. Standar Normal : Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan periode waktu yang

sudah ditentukan, dimulai tahun berakhiran 1 diakhiri tahun berakhiran 0 (1961-1990, 1971-2000, 1981-2010, dst)

Konveksi : Pergerakan molekul-molekul pada fluida (cairan atau gas)

Updraft : Pergerakan vertikal ke atas dari suatu kolom udara yang berhubungan dengan fenomena cuaca

Gambar

Gambar 1.  Peta Rata-rata Suhu Muka Laut September 2017
Gambar 3. Rata-rata Tekanan Udara Permukaan Laut Bulan September 2017
Gambar 5.  Pola Angin 850mb Bulan September 2017
Gambar 8.  Rata-rata OLR September 2017
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan peta prakiraan angin dan gelombang laut mingguan di wilayah perairan Kepulauan Riau pada bulan Juni 2014 yang dibuat Stasiun Meteorologi Hang

Buletin Meteorologi edisi Februari 2016 ini akan mengulas informasi hasil evaluasi cuaca dan iklim wilayah Kepulauan Riau pada bulan Januari 2016, prakiraan hujan

Buletin Meteorologi edisi Januari 2016ini akan mengulas informasi hasil evaluasi cuaca dan iklim wilayah Kepulauan Riau pada bulan Desember 2015, prakiraan hujan

Menurut data dari BoM dan BMKG, bulan Maret 2021 DMI akan berada pada kondisi netral sehingga tidak memberikan pengaruh signifikan dalam pengurangan maupun penambahan

Secara umum berdasarkan data prakiraan yang didapat dari BMKG menunjukan bahwa IOD pada bulan Oktober menurut BMKG dan BoM diprakirakan berada pada kondisi di atas normal

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.042] 15 Sesuai dengan kriteria sifat hujan dalam dasarian, prakiraan curah hujan pada dasarian I, II dan

Buletin Meteorologi edisi Juni 2016 ini akan mengulas informasi hasil evaluasi cuaca dan iklim wilayah Kepulauan Riau pada bulan Mei 2016, prakiraan hujan dan

Menurut data dari BoM dan BMKG (gambar 19) bulan November 2020 DMI akan berada pada kondisi netral sehingga tidak memberikan pengaruh signifikan dalam