• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I HANG NADIM BATAM ttd ADDI SETIADI, S.IP NIP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR. KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I HANG NADIM BATAM ttd ADDI SETIADI, S.IP NIP"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Bumi adalah tempat kita berpijak, berbagai kebutuhan kita disediakan oleh bumi. Yang lahir

dan hidup di bumi bukan hanya generasi saat ini, namun berkelanjutan untuk anak cucu di masa depan.

Jika mengulas tentang bumi, begitu banyak aspek yang diperhatikan. Mulai dari aspek lingkungan,

ekonomi, politik, sampai kegiatan manusia. Semua mempunyai kontribusi besar bagi keadaan bumi

nantinya. Salah satu faktor terpenting adalah faktor meteorologi, yang berperan dalam mendorong

berbagai program pembangunan di bumi. Dengan meninjau hal itu, serta mengkhususkan pada

pembangunan di kawasan Barelang (Batam, Rempang, Galang), Stasiun Meteorologi Hang Nadim

Batam setiap bulannya menerbitkan BULETIN METEOROLOGI.

Buletin Meteorologi edisi Maret 2021 ini akan mengulas informasi hasil evaluasi cuaca dan

iklim wilayah Kepulauan Riau pada bulan Februari 2021, prakiraan hujan serta prakiraan pasang surut

bulan Maret 2021. Buletin ini dibuat sebagai salah satu sarana penunjang penyampaian informasi

meteorologi, baik kepada para pengguna jasa informasi meteorologi dan juga kepada masyarakat

umum.

Kami menyadari bahwa penulisan buletin ini masih belum sempurna, terdapat banyak

kekurangan dan belum dapat memenuhi kebutuhan seluruh pembaca. Kritik dan saran yang

membangun sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas dari media informasi ini. Besar harapan

kami agar buletin ini dapat terus berkembang dan berkesinambungan, serta dapat menjawab semua

pertanyaan mengenai isu-isu meteorologi di wilayah Provinsi Kepulauan Riau.

KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I

HANG NADIM BATAM

ttd

ADDI SETIADI, S.IP

NIP. 19651018 199003 1 001

(2)

TIM REDAKSI

Pelindung

: Addi Setiadi, S.IP

Penanggung Jawab

: Suratman, S.Kom

Editor

: Pande Made Rony Kurniawan, SST

Riza Juniarti, A. Md

Fitri Annisa, S.Tr

Tim Pengumpulan Data : Srihono Bati S.Kom

Aprilia Susilowati, S.Tr

Rizky Fatimahtuzzuhro W, S.Tr

Tim Analisis dan Prakiraan : Ibnu Susilo, S.Tr

Noah Dirgantara Ginting, S.Tr

Addini Siti Novitasari, S.Tr

Tim Distribusi

: Suryanti Agustina, SP.,M.Ling

Adelina M Situmorang, SE

Alamat Redaksi

 Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam

Jalan Batu Besar, Bandara Hang Nadim Batam

Batu Besar, Batam 29466

 Telpon : 0778-761415

 Fax : 0778-761401

(3)

DAFTAR ISI

Kata pengantar ... i

Tim Redaksi ... ii

Daftar Isi ... iii

I.

RINGKASAN ... 1

II.

PENGERTIAN ... 2

III. ANALISA CUACA DAN IKLIM FEBRUARI 2021 ... 3

IV. PRAKIRAAN CUACA MARET 2021 ... 13

V. PRAKIRAAN PASANG SURUT MARET 2021 ... 20

VI. PRAKIRAAN TERBIT/ TERBENAM BULAN DAN MATAHARI

MARET 2021 ... 23

(4)

RINGKASAN

1. Berdasarkan data curah hujan bulan Februari 2021 yang diterima dari Stasiun Meteorologi Hang

Nadim, maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan Februari 2021 adalah sebagai

berikut:

a. Bahwa kejadian hujan di Pulau Batam secara umum berada pada kondisi di bawah normal

terhadap rata – ratanya. Sedangkan kondisi angin dilaporkan bertiup dari arah Utara hingga

Timur Laut dari dasarian I hingga dasarian III dengan kecepatan rata – rata 16,7 km/jam.

b. OLR bernilai 220-260 W/m2 yang mengindikasikan tutupan awan di Kep. Riau yg cukup

rendah. MJO pada bulan

Februari

berada pada fase 6 dan 7 dan IOD bernilai -0.15 sehingga

kurang memberikan pengaruh terhadap peningkatan curah hujan di wilayah Indonesia.

II. Berdasarkan dengan model prediksi ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh

prediksi curah hujan tiap dasarian mulai Maret 2021 hingga Februari 2022. Data masukan yang

digunakan adalah data series hujan dasarian Hang Nadim periode Maret 2002 s.d Februari 2021.

Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan normal hujan dasarian periode

1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.663 dan RMSE (error) 24.849. Sesuai dengan kriteria sifat

hujan dalam dasarian, prakiraan curah hujan pada dasarian I dan II menunjukkan sifat dibawah

normal dan untuk dasarian III berada pada kisaran normalnya.

(5)

PENGERTIAN

A. SIFAT HUJAN

Sifat Hujan adalah Perbandingan antara jumlah curah hujan yang terjadi selama satu bulan

dengan nilai rata-rata atau normal dari bulan tersebut di suatu tempat.

Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) kriteria, yaitu:

1. Di atas normal ( A ), jika nilai perbandingannya lebih besar dari 115 %.

2. Normal ( N ), jika nilai perbandingannya antara 85 % - 115 %.

3. Di bawah normal ( B ), jika nilai perbandingannya kurang dari 85 %.

B. NORMAL CURAH HUJAN

1. RATA-RATA CURAH HUJAN BULANAN:

Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan dengan periode minimal 10 tahun.

2. NORMAL CURAH HUJAN BULANAN:

Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan selama periode 30 tahun.

3. STANDARD NORMAL CURAH HUJAN BULANAN:

Nilai rata-rata curah hujan pada masing-masing bulan selama periode 30 tahun dimulai dari 1

Januari 1901 s/d 31 Desember 1930, 1 Januari 1931 s/d 31 Desember 1960, 1 Januari 1961 s/d

31 Desember 1990, dan seterusnya.

C. INTENSITAS CURAH HUJAN (CH)

KRITERIA CH

CH/hari

CH/Jam

Sangat Lebat

> 100 mm

> 20 mm

Lebat

50 - 100 mm

10 - 20 mm

Sedang

20 - 50 mm

5 - 10 mm

(6)

ANALISA CUACA DAN IKLIM FEBRUARI 2021

A. KERAGAMAN HUJAN

Kepulauan Riau merupakan wilayah negara Indonesia yang berbentuk kepulauan dan

dilewati garis khatulistiwa. Wilayah negara Indonesia dilewati oleh garis katulistiwa serta

dikelilingi oleh dua Samudra dan dua Benua. Posisi ini menjadikan Indonesia sebagai daerah

pertemuan sirkulasi meridional (Utara-Selatan) dikenal sebagai Sirkulasi Hadley dan sirkulasi

zonal (Timur-Barat) dikenal sebagai Sirkulasi Walker, dua sirkulasi yang sangat mempengaruhi

keragaman iklim di Indonesia. Pergerakan matahari yang berpindah dari 23.5

o

Lintang Utara

ke 23.5

o

Lintang Selatan sepanjang tahun mengakibatkan timbulnya aktivitas monsun yang juga

ikut berperan dalam mempengaruhi keragaman iklim. Pengaruh lokal terhadap keragaman

iklim juga tidak dapat diabaikan, karena Kepri merupakan kepulauan dengan bentuk topografi

sangat beragam menyebabkan sistem golakan lokal cukup dominan. Faktor lain yang

diperkirakan ikut berpengaruh terhadap keragaman iklim ialah gangguan siklon tropis. Semua

aktivitas dan sistem ini berlangsung secara bersamaan sepanjang tahun akan tetapi besar

pengaruh dari masing-masing aktivitas atau sistem tersebut tidak sama dan dapat berubah dari

tahun ke tahun.

El-Nino dan La-Nina merupakan salah satu akibat dari penyimpangan iklim. Fenomena

ini akan menyebabkan penurunan dan peningkatan jumlah curah hujan untuk beberapa daerah

di Indonesia. Pengaruh El-Nino kuat pada daerah yang berpola hujan monsun, lemah pada

daerah berpola hujan equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan pola hujan lokal,

sedangkan IOD (Indian Ocean Dipole) hanya berpengaruh jelas pada daerah berpola hujan

monsun.

Selain akibat pengaruh fluktuasi suhu permukaan laut di samudera pasifik (El

Nino-Southern Oscillation / ENSO) dan Samudera Hindia (Indian Ocean Dipole / IOD), fenomena

fase aktif osilasi intra-musiman yang dikenal sebagai MJO (Madden-Julian Oscillation) juga

mempengaruhi keragaman hujan di Indonesia. Menurut Geerts and Wheeler (1998) MJO

akan menyebabkan terjadinya variasi pada pola angin, SML (Suhu Muka Laut), awan dan hujan.

Fase aktif MJO bila bersamaan waktunya dengan monsun timur laut di Kepulauan Riau

(Desember-April) dapat menyebabkan terjadinya peningkatan curah hujan sekitar 200%.

Pergerakan MJO ke timur dari samudra India menuju samudra Pasifik dibagi dalam 8

phase. Phase-1 di Afrika (210° BB - 60° BT), phase-2 di samudra India bagian barat (60° BT –

80° BT), phase-3 di samudra India bagian timur (80° BT – 100° BT) phase-4 & phase-5 di

benua maritim Indonesia (100° BT – 140° BT), phase-6 di kawasan Pasifik barat

(140°BT-160° BT), phase 7 di Pasifik tengah ((140°BT-160° BT – 180° BT), dan phase-8 daerah konveksi di

belahan bumi bagian barat (180° – 160° BB). Pada umumnya hujan tropis berasal dari awan

konvektif dengan puncak awan sangat dingin (sedikit mengemisi radiasi gelombang panjang),

oleh karenanya sangat baik memonitor MJO dengan memperhatikan variasi OLR (Outgoing

(7)

B. DINAMIKA ATMOSFER DAN LAUTAN BULAN FEBRUARI 2021

1. MONSUN

Pada bulan Februari, matahari mulai berada pada penjalarannya dari BBS (Belahan

Bumi Selatan) menuju ekuator dengan pergerakan semu sejauh kurang lebih 10° yaitu dari

20,0°LS menuju 10,0°LS. Hal ini berdampak pada peningakatan suhu muka laut di daerah

ekuator dan BBS yang memicu terbentuknya pola-pola tekanan udara rendah.

Gambar 1. Rata-rata Tekanan Udara Permukaan Laut Bulan Februari 2021

Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?variable=mslp&area=rsmc&map=mean&time=latest

Pada bulan Februari 2021, tekanan udara di BBU secara umum lebih tinggi dari pada

BBS dan sekitar equator karena matahari berada di selatan. Hal ini menyebabkan massa udara

bergerak dari BBU (bertekanan tinggi) menuju BBS (bertekanan rendah) sehingga membentuk

pola belokan angin (shearline) dan pola daerah pertemuan angin (konvergensi) di sekitar

wilayah Kepulauan Riau. Pada daerah belokan angin terjadi perlambatan kecepatan angin yang

menyebabkan penumpukkan massa udara sehingga terjadi pengangkatan massa udara,

sedangkan pola konvergen menyebabkan daerah-daerah pertemuan massa udara sehingga

keduanya menimbulkan potensi pembentukan awan–awan konvektif yang dapat menghasilkan

hujan.

(8)

Gambar 2. Klimatologi Arah Angin 3000 Feet pada Bulan Februari 2021

Sumber: Bidang Meteorologi Publik BMKG

Berdasarkan hasil analisis (Gambar 2), pada daerah Kepulauan Riau angin pada bulan

bulan Februari umumnya bertiup dari arah Utara hingga Timur Laut dengan kecepatan

rata-rata 5 hingga 10 knot (Gambar 3).

Gambar 3. Pola Angin 850mb bulan Februari 2021

(9)

2. ENSO (El Nino - Southern Oscillation)

ENSO berada pada kondisi netral yaitu antara −0.8 °C sampai +0.8 °C. Pada akhir

bulan Februari 2021, nilai anomali SST Nino 3.4 yaitu sebesar -0.79 dan nilai rata-rata harian

SOI (Southern Oscillation Index) selama bulan Februari 2021 sebesar +11.0 (normal -7

sampai +7). Hal tersebut mengindikasikan adanya pengaruh terhadap penambahan pasokan

uap air sebagai pembentuk hujan di wilayah Indonesia khususnya Indonesia bagian timur.

Gambar 4. Grafik indeks SST Nino 3.4

Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml

Gambar 5. Grafik indeks ENSO / SOI

Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png

(10)

3

. MJO (Madden-Julian Oscillation)

a. OLR (Outgoing Longwave Radiation)

Gambar 6. Rata-rata OLR Februari 2021

Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?variable=olr&area=rsmc&map=mean&time=latest

OLR merupakan suatu radiasi gelombang panjang yang dipancarkan oleh bumi ke luar

angkasa. Namun, tidak semua radiasi gelombang panjang tersebut sampai ke luar angkasa.

Awan-awan konvektif adalah salah satu faktor yang menghalangi perjalanan gelombang

panjang tersebut. Suatu wilayah di permukaan bumi yang terdapat tutupan awan konvektif

memiliki nilai OLR yang kecil/rendah. Pada bulan Februari 2021, nilai OLR terendah di

wilayah Indonesia terdapat di wilayah Pulau Sumatera bagian Selatan, Jawa, Kalimantan,

Sulawesi, NTT, Maluku, Papua yaitu berkisar antara 180 – 200 W/m2, sementara untuk

wilayah Kepulauan Riau secara keseluruhan, nilai OLR seperti yang ditunjukkan pada

gambar 8 berada pada kisaran 220 – 260 W/m2. Hal ini mengindikasikan bahwa tutupan

awan konvektif di wilayah Kepulauan Riau pada bulan Februari 2021 cukup rendah.

(11)

b. Fase MJO

MJO selama bulan Februari 2021 berada pada fase 6 dan 7. Wilayah Indonesia berada

pada fase 3 sampai 5. Secara teori, kondisi MJO ini tidak memberikan pengaruh pada

penambahan curah hujan di wilayah Indonesia.

Gambar 7. Fase MJO

(12)

4. IOD (Indian Ocean Dipole)

Fenomena Dipole Mode di Samudera Hindia atau IOD (Indian Ocean Dipole) berada

pada kisaran normal dengan kondisi netral (-0.4 s.d 0.4). Pada akhir bulan Februari 2021 nilai

IOD bernilai -0.15. Sehingga dapat diketahui bahwa selama bulan Januari 2021 secara umum

IOD tidak berpengaruh dalam pertumbuhan awan di wilayah Indonesia bagian barat termasuk

wilayah Kepulauan Riau.

Gambar 8. Grafik IOD

(13)

D. ANALISIS UNSUR CUACA SIGNIFIKAN BULAN FEBRUARI 2021

a. Hujan

Hujan bulan Februari 2021 Barelang bersifat Bawah Normal (BN) dengan curah hujan selama

satu bulan berkisar 0 mm – 16,8 mm atau antara 0 % - 6,7 %. Curah hujan terendah terjadi di Piayu

dan tertinggi di Sei Harapan. Khusus di Hang Nadim dalam bulan Februari 2021 terdapat 1 hari hujan

terukur dan 1 hari hujan tidak terukur (ttu) dengan total curah hujan sebesar 0,8 mm atau berkisar

0,3% dari rata-rata, yang berarti sifat hujan Bawah Normal (BN). Pada dasarian I terjadi 1 hari hujan

dengan jumlah curah hujan 0,8 mm. Curah hujan tertinggi 0,8 mm terjadi pada tanggal 1 Februari

2021.

Gambar 9. Grafik Curah Hujan bulan Februari 2021 di Stasiun Meteorologi Hang Nadim

(14)

b. Suhu Udara

Suhu udara harian rata-rata berkisar antara 26,7 °C - 28,1 °C. Suhu udara terendah dalam

bulan Februari 2021 adalah 23,8°C terjadi pada tanggal 25 Februari 2021 pagi hari dan suhu udara

tertinggi 33,2 °C terjadi pada tanggal 27 Februari 2021 siang hari.

Gambar 11. Grafik Suhu Udara bulan Februari 2021 di Stasiun Meteorologi Hang Nadim

c. Kelembapan Udara

Kelembaban udara harian rata-rata berkisar antara 68% - 80%. Kelembaban udara terendah

mutlak 54% terjadi pada tanggal 4 dan 18 Februari 2021 siang hari, sedangkan kelembaban udara

tertinggi 96% terjadi pada tanggal 27 Februari 2021 pagi hari. Dengan demikian kelembaban udara

pada bulan Februari 2021 lebih kering dibandingkan bulan Januari 2021

.

(15)

d. Angin Permukaan

Selama periode dasarian I – III Februari 2021, angin permukaan secara umum didominasi dari

arah Utara – Timur Laut dengan kecepatan rata-rata 16,7 km/jam. Arah dan kecepatan maksimum dari

Timur Laut dengan kecepatan 33,3 km/jam terjadi pada tanggal 19 Februari 2021.

(16)

PRAKIRAAN CUACA MARET 2021

A. DINAMIKA ATMOSFER

1. Tekanan Udara dan Angin

Pada bulan Maret, posisi matahari dalam gerak semunya bergerak ke utara, yaitu

sekitar 10,0°LS s.d 5,0°LU (http://www.physicalgeography.net). Hal ini masih berdampak pada

hangatnya suhu muka laut di daerah BBS dan ekuator serta memicu terbentuknya banyak

pola tekanan udara rendah. Sehingga, dominasi pola-pola daerah bertekanan udara rendah

pada Maret 2021 akan berada di wilayah Bumi Bagian Selatan (BBS) dan sekitar equator.

Gambar 14. Prediksi Anomali Suhu Muka Laut

Dan Rata-rata Tekanan Udara Bulan Maret 2021

Sumber: http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/CFSv2htmls/glbSSTe1Mon.html

http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/realtime/clim/annual/monthly/monthly.12.slp.html

Pola angin rata-rata bulan Maret secara dominan bertiup dari Belahan Bumi Utara

(BBU). Berdasarkan gambar 15, rata-rata arah angin berasal dari arah Barat Laut – Utara.

(17)

2. ENSO (EL-Nino Southern Oscillation)

ENSO merupakan salah satu fenomena cuaca skala global yang mempengaruhi

penambahan curah hujan (fase La-Nina) maupun pengurangan curah hujan (fase El-Nino) di

wilayah Indonesia. Prediksi ENSO menurut institusi internasional yaitu JMA (Japan

Meteorology Agency), NCEP, ECMWF, BMKG dan BOM/ POAMA (Predictive Ocean

Atmosphere Model for Australia) menyatakan bahwa pada bulan Maret 2021 dalam fase

La-Nina. Secara umum, ENSO akan diprediksi memberi pengaruh terhadap penambahan jumlah

curah hujan di wilayah Indonesia khususnya wilayah Indonesia bagian timur.

Gambar 16. Prediksi ENSO dari NOAA, JAMSTEC, POAMA dan BMKG

Sumber: Pusat Data Dokumen, BMKG

https://www.bmkg.go.id/iklim/dinamika-atmosfir.bmkg

Salah satu parameter ENSO yaitu data SOI (Southern Oscillation Index) dari BoM (Bureau of

Meteorology Australia) hingga awal April 2021 menunjukkan nilai SOI sebesar +9.2, sehingga

memberikan pengaruh terhadap pasokan uap air sebagai pembentuk hujan di wilayah Indonesia

khususnya Indonesia bagian timur.

(18)

Gambar 17. Grafik SOI Januari 2019 s.d. Maret 2021

Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png

3. MJO (Madden-Julian Oscillation)

Salah satu fenomena cuaca global yang juga mempengaruhi jumlah curah hujan di

Indonesia, khususnya daerah dekat khatulistiwa adalah osilasi gugusan awan yang lazim

disebut MJO. Menurut NOAA, diperkirakan MJO hingga pertengahan Maret 2021 dengan

sifat lemah hingga kuat dan berada pada fase 8 hingga 2 sehingga tidak memberikan pengaruh

terhadap penambahan curah hujan di wilayah Indonesia (Gambar 18). Nilai anomali OLR pada

awal hingga pertengahan Maret bernilai positif berada di wilayah Indonesia (Gambar 19). Hal

tersebut mengindikasikan tutupan awan konvektif di wilayah Indonesia bagian barat relatif

sedikit, termasuk di wilayah Kepulauan Riau.

(19)

Gambar 18. Grafik Fase MJO Bulan Maret 2021

Sumber: http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/foregfs.shtml

Gambar 19. Anomali OLR 01 05 Maret 2021 dan prakiraan 15 hari kedepan

(20)

4. Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole)

Fenomena cuaca global terakhir yang juga mempengaruhi peluang hujan di Indonesia,

khususnya Indonesia Bagian Barat, adalah dipole mode. Menurut data dari BoM dan BMKG,

bulan Maret 2021 DMI akan berada pada kondisi netral sehingga tidak memberikan pengaruh

signifikan dalam pengurangan maupun penambahan jumlah curah hujan di wilayah Indonesia,

khususnya Indonesia bagian barat.

Gambar 20. Prediksi Indeks Dipole Mode dari BoM dan BMKG

(21)

5. Tinjauan Klimatologis

Kondisi cuaca bulan Maret di Batam berdasarkan data klimatologis selama 27 tahun

(1993-2020) diketahui:

Gambar 21. Kondisi Cuaca bulan Februari di Batam (periode 1994-2020)

Kesimpulan:

Dari uraian di atas diketahui bahwa peluang pertumbuhan awan-awan hujan di Batam

pada bulan Maret 2021 lebih banyak jika dibandingkan dari bulan Februari 2021.

(22)

B. PRAKIRAAN HUJAN BULAN MARET 2021

1. Prakiraan Hujan Dasarian

Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA (Autoregressive

Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai Maret 2021 hingga

Februari 2022. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan dasarian Hang Nadim periode

Maret 2002 s.d Februari 2021

. Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan

normal hujan dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.663 dan RMSE (error)

24.849. Hasilnya menunjukkan bahwa curah hujan di bulan Maret 2021 diprakirakan:

Tabel 1. Prakiraan Sifat Hujan & Jumlah Curah Hujan Bulan Maret 2021

Sesuai dengan kriteria sifat hujan dalam dasarian, prakiraan curah hujan pada dasarian I dan II

menunjukkan sifat dibawah normal dan untuk dasarian III berada pada kisaran normalnya.

2. Prakiraan Hujan Bulanan

Berdasarkan data-data dan analisis model serta program HyBMG 2.0.7 dapat diperoleh

hasil prakiraan curah hujan satu bulan pada bulan Maret 2021 di wilayah Barelang sebagai

berikut:

Tabel 2. Prakiraan Curah Hujan Bulan Maret 2021

dan membandingkan dengan normal hujannya maka sifat hujan bulan Maret di Barelang dapat

diprakirakan sebagai berikut:

(23)

PRAKIRAAN PASANG SURUT (TIDAL) MARET 2021

A.

Pendahuluan

Pasang surut air adalah gelombang yang mirip dengan gelombang air yang terjadi akibat tiupan

angin. Pasang surut memiliki panjang gelombang yang panjang, seperti yang terdapat pada laut dalam

namun terjadi untuk air dangkal, ini berarti pasang surut dibiaskan oleh keadaan topografi kedalaman

bawah air. Periodenya pun cukup panjang, dalam orde jam. Pasang surut air terjadi disebabkan oleh gaya

gravitasi dan gaya sentrifugal yang ditimbulkan oleh gerakan bumi, bulan, dan matahari.

B.

Pola Pasang Surut

Di seluruh dunia pasang surut berbeda baik ketinggian paras air maupun waktu kejadiannya.

Area pantai yang hanya punya satu pasang surut tertinggi dan terendah setiap hari disebut diurnal tide

(air pasang harian). Wilayah yang mengalami dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari disebut

mempunyai semi-diurnal tide. Jika semi-diurnal tide mempunyai ketinggian air pasang yang dicapai

berbeda dan saat surut juga level air tidak sama disebut semi-diurnal mixed tide.

Pola pasang surut dapat dijelaskan secara gelombang dengan grafik yang menunjukkan paras

air untuk sumbu vertikal dan sumbu horisontal menyatakan waktu hari. Pengamatan pasang surut

dalam jangka waktu yang lama digunakan untuk menghitung rata-rata ketinggian pasang. Dengan nilai

rata-rata ini dapat dihitung anomali pasang naik dan pasang surut air.

C.

Paras Pasang Surut.

Ketinggian air tertinggi yang dicapai permukaan air setiap hari disebut High Water (HT) /

Higt Tide (Ht). Titik terendah dimana permukaan air surut disebut Low Water (LW) / Low Tide.

Mengingat Propinsi Kepulauan Riau sebagian besar wilayahnya terdiri dari lautan maka fenomena

pasang surut air laut sangat besar pengaruhnya terhadap kegiatan yang berhubungan dengan kelautan

seperti bongkar muat di Pelabuhan Laut, kegiatan para nelayan dan lain sebagainya. Untuk itu dalam

buletin ini kami sajikan prediksi pasang surut di seluruh Propinsi Kepulauan Riau yang meliputi 6

(enam) Kabupaten Kota sebagai berikut:

1.

KOTA BATAM

(24)

2.

KABUPATEN BINTAN

i. TANJUNG UBAN

3.

KABUPATEN KARIMUN

i. TANJUNG BALAI KARIMUN

ii. TANJUNG PINANG

4.

KABUPATEN LINGGA

i. DABO SINGKEP

(25)

5.

KABUPATEN ANAMBAS

i. SELAT PENINTING

6.

KABUPATEN NATUNA

i. SEDANAU

(26)

PRAKIRAAN TERBIT/ TERBENAM

BULAN DAN MATAHARI MARET 2021

1. STASIUN METEOROLOGI HANG

NADIM BATAM

Location : E104 07, N01 07, Maret 2021

DATE SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm Hm hm hm 1 06.13 18.19 20.13 07.47 2 06.13 18.18 21.05 08.37 3 06.13 18.18 21.57 09.28 4 06.12 18.18 22.51 10.20 5 06.12 18.18 23.48 11.14 6 06.12 18.18 00.00 12.11 7 06.12 18.17 00.46 13.10 8 06.11 18.17 01.45 14.08 9 06.11 18.17 02.42 15.05 10 06.11 18.17 03.37 15.59 11 06.10 18.17 04.29 16.50 12 06.10 18.16 05.17 17.37 13 06.10 18.16 06.02 18.22 14 06.10 18.16 06.45 19.04 15 06.09 18.16 07.26 19.46 16 06.09 18.15 08.07 20.28 17 06.09 18.15 08.48 21.10 18 06.08 18.15 09.30 21.54 19 06.08 18.15 10.14 22.40 20 06.08 18.14 11.00 23.28 21 06.07 18.14 11.50 00.00 22 06.07 18.14 12.41 00.19 23 06.07 18.14 13.34 01.11 24 06.06 18.13 14.28 02.04 25 06.06 18.13 15.22 02.58 26 06.06 18.13 16.15 03.51 27 06.05 18.12 17.08 04.42 28 06.05 18.12 18.00 05.33 29 06.05 18.12 18.52 06.24

2. STASIUN METEOROLOGI

TANJUNGPINANG

Location : E104 32, N00 55, Maret 2021

DATE SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm Hm hm hm 1 06.11 18.17 20.12 07.45 2 06.11 18.17 21.03 08.35 3 06.11 18.17 21.55 09.26 4 06.11 18.17 22.49 10.18 5 06.10 18.16 23.46 11.13 6 06.10 18.16 00.00 12.10 7 06.10 18.16 00.44 13.08 8 06.10 18.16 01.43 14.07 9 06.09 18.16 02.40 15.04 10 06.09 18.15 03.35 15.58 11 06.09 18.15 04.27 16.48 12 06.09 18.15 05.15 17.35 13 06.08 18.15 06.00 18.20 14 06.08 18.14 06.43 19.03 15 06.08 18.14 07.24 19.44 16 06.07 18.14 08.05 20.26 17 06.07 18.14 08.46 21.08 18 06.07 18.13 09.28 21.52 19 06.06 18.13 10.13 22.38 20 06.06 18.13 10.59 23.26 21 06.06 18.12 11.48 00.00 22 06.05 18.12 12.40 00.16 23 06.05 18.12 13.33 01.09 24 06.05 18.12 14.27 02.02 25 06.04 18.11 15.21 02.56 26 06.04 18.11 16.14 03.49 27 06.04 18.11 17.06 04.41 28 06.03 18.11 17.58 05.32 29 06.03 18.10 18.51 06.23 30 06.03 18.10 19.44 07.15

(27)

3. STASIUN METEOROLOGI RANAI

Location : E108 24, N03 55, Maret 2021 DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm hm 1 05.58 18.00 19.56 07.30 2 05.57 18.00 20.48 08.19 3 05.57 18.00 21.42 09.08 4 05.57 18.00 22.37 09.59 5 05.56 18.00 23.35 10.53 6 05.56 18.00 00.00 11.49 7 05.56 17.59 00.33 12.46 8 05.55 17.59 01.32 13.45 9 05.55 17.59 02.30 14.42 10 05.55 17.59 03.24 15.37 11 05.54 17.59 04.15 16.28 12 05.54 17.59 05.02 17.17 13 05.53 17.59 05.46 18.03 14 05.53 17.58 06.28 18.46 15 05.53 17.58 07.08 19.29 16 05.52 17.58 07.48 20.12 17 05.52 17.58 08.28 20.55 18 05.51 17.58 09.09 21.40 19 05.51 17.57 09.52 22.26 20 05.51 17.57 10.38 23.15 21 05.50 17.57 11.27 00.00 22 05.50 17.57 12.18 00.06 23 05.49 17.57 13.11 00.59 24 05.49 17.57 14.06 01.52 25 05.49 17.56 15.00 02.44 26 05.48 17.56 15.55 03.36 27 05.48 17.56 16.48 04.27 28 05.47 17.56 17.41 05.17 29 05.47 17.56 18.35 06.07 30 05.47 17.55 19.30 06.57 31 05.46 17.55 20.27 07.49

4. STASIUN METEOROLOGI

TANJUNG BALAI KARIMUN

Location : E103 23, N01 03, Maret 2021 DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm hm 1 06.15 18.22 20.16 07.50 2 06.15 18.22 21.07 08.40 3 06.15 18.22 21.59 09.32 4 06.15 18.22 22.53 10.24 5 06.15 18.21 23.49 11.19 6 06.14 18.21 00.00 12.16 7 06.14 18.21 00.47 13.15 8 06.14 18.21 01.46 14.13 9 06.14 18.20 02.43 15.10 10 06.13 18.20 03.39 16.04 11 06.13 18.20 04.30 16.54 12 06.13 18.20 05.19 17.41 13 06.13 18.19 06.04 18.25 14 06.12 18.19 06.47 19.07 15 06.12 18.19 07.29 19.49 16 06.12 18.18 08.10 20.30 17 06.12 18.18 08.52 21.12 18 06.11 18.18 09.34 21.55 19 06.11 18.18 10.19 22.41 20 06.11 18.17 11.05 23.29 21 06.10 18.17 11.55 00.00 22 06.10 18.17 12.46 00.19 23 06.10 18.16 13.40 01.12 24 06.09 18.16 14.33 02.06 25 06.09 18.16 15.27 02.59 26 06.09 18.16 16.20 03.52 27 06.09 18.15 17.12 04.45 28 06.08 18.15 18.03 05.36 29 06.08 18.15 18.55 06.28 30 06.08 18.14 19.48 07.20 31 06.07 18.14 20.43 08.14

(28)

5. STASIUN METEOROLOGI DABO

SINGKEP

Location : E104 34, S00 28, Maret 2021

DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm hm 1 06.11 18.17 20.16 07.49 2 06.11 18.17 21.07 08.39 3 06.11 18.17 21.59 09.30 4 06.10 18.17 22.53 10.23 5 06.10 18.16 23.49 11.18 6 06.10 18.16 00.00 12.15 7 06.10 18.16 00.47 13.13 8 06.09 18.16 01.46 14.12 9 06.09 18.15 02.43 15.08 10 06.09 18.15 03.38 16.02 11 06.09 18.15 04.30 16.53 12 06.08 18.15 05.19 17.40 13 06.08 18.14 06.04 18.24 14 06.08 18.14 06.47 19.07 15 06.07 18.14 07.28 19.48 16 06.07 18.14 08.09 20.29 17 06.07 18.13 08.50 21.12 18 06.06 18.13 09.33 21.55 19 06.06 18.13 10.17 22.41 20 06.06 18.13 11.04 23.29 21 06.06 18.12 11.53 00.00 22 06.05 18.12 12.45 00.20 23 06.05 18.12 13.38 01.12 24 06.05 18.11 14.32 02.06 25 06.04 18.11 15.25 02.59 26 06.04 18.11 16.18 03.52 27 06.04 18.11 17.11 04.44 28 06.03 18.10 18.02 05.35 29 06.03 18.10 18.54 06.27 30 06.03 18.10 19.48 07.19 31 06.02 18.09 20.43 08.13

6. STASIUN METEOROLOGI

TAREMPA

Location : E106 15, N03 12, Maret 2021 DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm Hm 1 06.06 18.09 20.04 07.38 2 06.05 18.09 20.57 08.28 3 06.05 18.09 21.50 09.17 4 06.05 18.09 22.45 10.09 5 06.04 18.08 23.42 11.02 6 06.04 18.08 00.00 11.59 7 06.04 18.08 00.41 12.57 8 06.04 18.08 01.40 13.55 9 06.03 18.08 02.37 14.52 10 06.03 18.08 03.32 15.47 11 06.03 18.08 04.23 16.38 12 06.02 18.07 05.11 17.26 13 06.02 18.07 05.55 18.12 14 06.01 18.07 06.37 18.55 15 06.01 18.07 07.17 19.38 16 06.01 18.07 07.57 20.20 17 06.00 18.06 08.37 21.03 18 06.00 18.06 09.19 21.48 19 06.00 18.06 10.02 22.34 20 05.59 18.06 10.48 23.23 21 05.59 18.06 11.37 00.00 22 05.58 18.05 12.28 00.14 23 05.58 18.05 13.22 01.06 24 05.58 18.05 14.16 02.00 25 05.57 18.05 15.10 02.52 26 05.57 18.05 16.04 03.44 27 05.56 18.04 16.58 04.35 28 05.56 18.04 17.51 05.26 29 05.56 18.04 18.44 06.16 30 05.55 18.04 19.39 07.06 31 05.55 18.04 20.35 07.59

(29)

DAFTAR ISTILAH

Anomali : Penyimpangan suatu variabel dari nilai rata-rata

Awan Konvektif : Awan tebal menjulang tinggi yang terbentuk dari proses pemanasan vertikal yang membawa uap air. Awan ini mengakibatkan terjadinya hujan secara tiba-tiba, petir dan angin kencang.

Cold Surge : Aliran udara dingin dari daratan Asia yang menjalar memasuki wilayah Indonesia bagian barat, cold surge biasa terjadi pada saat Asia memasuki musim dingin.

Cuaca : Kondisi fisis atmosfer pada suatu wilayah yang sempit pada waktu tertentu

Dasarian : Periode sepuluh harian

Dipole Mode /IOD

(Indian Ocean Dipole)

: Tingkat ketersediaan uap air akibat perbedaan suhu muka laut antara Samudera Hindia dan Perairan Pantai Timur Afrika.

DMI

(Dipole Mode Index)

: Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas Dipole Mode. DMI yang bernilai negatif akan menambah kandungan uap air di sekitar wilayah Sumatera, sehingga curah hujannya secara umum meningkat. Sedangkan nilai positif tidak menambah kandungan uap air, sehingga curah hujan cenderung berkurang.

Divergensi : Beraian angin, yang mengindikasikan daerah cuaca baik

Eddy : Pusaran angin dengan durasi harian dan biasanya jika suatu daerah terdapat eddy, maka cenderung banyak hujan.

El Nino : Fenomena memanasnya suhu permukaan laut di Pasifik Timur sehingga secara umum menyebabkan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia berkurang.

ENSO

(El Nino-Shouthern Oscillation)

: Fluktuasi musiman antara fase El Nino dan La Nina.

Gelombang : Pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak lurus permukaan laut.

Iklim : Kondisi Rata-rata cuaca dalam jangka waktu yang lama dan wilayah yang luas

ITCZ (Intertropical

Convergence Zone)

: Daerah pertemuan massa udara antar benua dengan cakupan yang luas. Umumnya daerah-daerah yang dilintasi ITCZ berpotensi terjadi pertumbuhan awan-awan hujan lebat dan cukup lama (bisa lebih dari satu hari).

Konvergensi : Pumpunan angin, pola angin yang mengumpul

La Nina : Fenomena yang merupakan kebalikan dari El Nino. Secara umum menyebabkan curah hujan di Indonesia meningkat.

MJO (Madden- Julian

Oscillation)

: Fluktuasi musiman/osilasi/gelombang tekanan (pola tekanan tinggi-tekanan rendah) di kawasan tropik yang terkait dengan penambahan gugusan uap air yang menyuplai pembentukan awan hujan dengan periode lebih kurang 48 hari yang menjalar dari barat ke timur. Biasanya berawal di pantai timur Afrika kemudian menjalar ke timur dan menghilang di bagian tengah Pasifik. MJO ini berkaitan dengan OLR

(Outgoing Longwave Radiation)

Monsun : Suatu pola sirkulasi angin yang berhembus secara periodik pada suatu periode (minimal 3 bulan) dan pada periode yang lain polanya akan berlawanan. Di Indonesia dikenal dengan 2 istilah monsun yaitu monsun Asia dan Monsun Australia. Monsun Asia berkaitan dengan musim hujan di Indonesia, sedangkan Monsun Australia berkaitan dengan musim kemarau.

Normal : Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan periode waktu yang tidak ditentukan (1971-2000, 1976-2005, 1978-2007, dsb)

OLR (Outgoing Longwave

Radiation)

: Radiasi gelombang panjang (infra merah) yang dipancarakan keluar dari bumi. OLR yang bernilai negatif menunjukkan tutupan awan konvektif yang banyak, sedangkan nilai positif tutupan awan konvektifnya sedikit.

Rata-rata : Nilai rata-rata suatu variabel selama minimal periode 10 tahun (1971-1980, 1976-1985, 1993-2002, 1995-2010, dsb)

Shearline : Garis atau zona lintasan yang terdapat perubahan arah dan kecepatan angin secara tiba-tiba.

SOI (Southern Oscillation Index) : Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas El Nino atau La Nina.

Standar Normal : Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan periode waktu yang sudah ditentukan, dimulai tahun berakhiran 1 diakhiri tahun berakhiran 0 (1961-1990, 1971-2000, 1981-2010, dst)

Konveksi : Pergerakan molekul-molekul pada fluida (cairan atau gas)

Updraft : Pergerakan vertikal ke atas dari suatu kolom udara yang berhubungan dengan fenomena cuaca

Gambar

Gambar 1. Rata-rata Tekanan Udara Permukaan Laut Bulan Februari 2021
Gambar 2. Klimatologi Arah Angin 3000 Feet pada Bulan Februari 2021 Sumber: Bidang Meteorologi Publik BMKG
Gambar 4. Grafik indeks SST Nino 3.4  Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml
Gambar 6. Rata-rata OLR Februari 2021
+7

Referensi

Dokumen terkait

Manfaat yang terpenting disebutkan adalah dapat menjaga kondisi fisik maupun pikiran senantiasa dalam keadaan sehat dan bahagia serta meningkatkan daya tahan tubuh..

24 Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa semua bidan melaksanakan pelayanan antenatal sesuai dengan standar, dari ke 10 kegiatan hanya satu kegiatan yang tidak

Dalam bab ini penulis akan menguraikan teori dan konsep Politik hukum Perkoperasian di Indonesia (Studi Yuridis Atas Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor

Karena nilai standar deviasi lebih kecil yaitu sebesar 0,2235 dari nilai rata-rata maka tidak ada kesenjangan yang cukup besar antara nilai minimum dan nilai maksimum dari

Perbedaan jumlah masing-masing sel leukosit dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor.Salah satu faktornya adalah faktor fisiologis, yaitu masa hidup dari masing-masing

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini berupa pemodelan matematis sudah dapat digunakan dalam menentukan daerah kabupaten/kota di Propinsi Jawa Tengah yang berada

Tokoh yang mempelopori postmodern adalah Francois Lyotard (1942), yang menerbitkan buku yang berjudul THE POST MODERN CONDITION.. Rosenau (dalam Ritzer,1997:8-9)