• Tidak ada hasil yang ditemukan

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam

BULETIN

BMKG

K A T A P E N G A N T A R

Bumi adalah tempat kita berpijak, berbagai kebutuhan kita disediakan oleh bumi. Yang lahir dan hidup di bumi bukan hanya generasi saat ini, namun berkelanjutan untuk anak cucu di masa depan. Jika mengulas tentang bumi, begitu banyak aspek yang diperhatikan. Mulai dari aspek lingkungan, ekonomi, politik, sampai kegiatan manusia. Semua mempunyai kontribusi besar bagi keadaan bumi nantinya. Salah satu faktor terpenting adalah faktor meteorologi, yang berperan dalam mendorong berbagai program pembangunan di bumi. Dengan meninjau hal itu, serta mengkhususkan pada pembangunan di kawasan Barelang, Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam setiap bulannya menerbitkan BULETIN METEOROLOGI.

Buletin Meteorologi edisi Oktober 2015 akan mengulas informasi hasil evaluasi cuaca dan iklim wilayah Kepulauan Riau pada bulan September 2015, prakiraan hujan dan gelombang laut, serta prakiraan pasang surut bulan Oktober 2015. Buletin ini dibuat sebagai salah satu sarana penunjang penyampaian informasi meteorologi, baik kepada para pengguna jasa informasi meteor- ologi dan juga kepada masyarakat umum.

Kami menyadari bahwa penulisan buletin ini masih belum sempurna, terdapat banyak keku- rangan dan belum dapat memenuhi kebutuhan seluruh pembaca. Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas dari media informasi ini. Besar harapan kami agar buletin ini dapat terus berkembang dan berkesinambungan, serta dapat menjawab semua pertan- yaan mengenai isu-isu meteorologi di wilayah Kepulauan Riau

. KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I

HANG NADIM BATAM

PHILIP MUSTAMU M.Si.

NIP. 19590406 198203 1 002

(2)

TIM REDAKSI

PELINDUNG : PHILIP MUSTAMU, M.Si.

KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I HANG NADIM BATAM

PENANGGUNGJAWAB : TRI AGUS PRAMONO, S.Kom KEPALA SEKSI DATA DAN

INFORMASI

ANGGOTA TIM : YAYAN HERMAWAN DUDI JUHANDINATA, S.Stat., M.M.

SRI SULISMIYATI, Ah.Mg.

DEBORA TRULY MARPAUNG, S.ST.

SABILA RAHMABUDHI, A.Md.

PANDE MADE RONY, S.ST.

RIZKI ADZANI, S.ST.

NANGSIP CAHYANA, S.SI.

DUATI WARDANI, S.SI.

MOHAMMAD TAUFIQ, S.SI.

STASIUN METEOROLOGI HANG NADIM BATAM Jl. Hang Nadim Batu Besar, Batam 29466

Phone :

+62-778-761507 ext 1025 Fax. +62-778-761401 E-mail : stamet.hangnadim@bmkg.go.id

Web: hangnadim.kepri.bmkg.go.id Web: bmkg.bpbatam.go.id

(3)

K A T A P E N G A N T A R

I . R I N G K A S A N 4

I I . P E N G E R T I A N 5

I I I . A N A L I S A C U A C A D A N I K L I M A. KERAGAMAN HUJAN

B. DINAMIKA ATMOSFER & LAUTAN BULAN SEPTEMBER 2015 1. Monsun

2. El Nino - Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD)

3. Madden—Julian Oscillation (MJO) 4. IOD (Indian Ocean Dipole)

C. ANALISIS HUJAN BULAN SEPTEMBER 2015

1. Analisa Unsur Cuaca Signifikan Bulan September 2015 Stamet Hang Nadim

5 7 7 9 1 0 1 2 1 2 1 5

I V . P R A K I R A A N B U L A N O K T O B E R 2 0 1 5 A. DINAMIKA ATMOSFIR

1. Tekanan Udara dan Angin

2. ENSO (El Nino - Southern Oscillation) 3. MJO

4. Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole) B. PRAKIRAAN HUJAN BULAN OKTOBER 2015

1. Prakiraan Hujan Dasarian 2. Prakiraan Hujan Bulanan

1 7 1 7 1 8 1 9 2 1

2 3 2 4 V . P R A K I R A A N A N G I N , G E L O M B A N G D A N A R U S

L A U T B U L A N O K T O B E R 2 0 1 5 2 6 V I . P R E D I K S I P A S A N G S U R U T B U L A N O K T O B E R

2 0 1 5 3 0

V I I . I N F O R M A S I M A T A H A R I T E R B I T / T E R B E N A M D A N B U L A N T E R B I T / T E R B E N A M O K T O B E R 2 0 1 5

3 5

V I I I . D A F T A R I S T I L A H 3 8

(4)

1. Berdasarkan data curah hujan bulan September 2015 yang diterima dari stasiun/pos hujan di Barelang yang mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan September 2015 adalah sebagai berikut :

- Bahwa kejadian hujan di kota Pulau Batam secara umum berada pada kisaran dibawah normal terhadap rata-ratanyanamun untuk wilayah Tanjung Uncang curah hujan bersifat normal. Jumlah curah hujan di wilayah Batam berkisar antara 0-150 mm.Angin bertiup dengan kecepatan 18 hingga 28 km/jam, kondisi angin ini cukup mendukung dalam proses pembentukan banyak awan.

- Untuk kondisi atmosfer di bulan September 2015 adalah sebagai berikut : MJO pada bulan September berada pada fase 1 hingga 7 dengan sifat lemah hingga kuat. Wila- yah Indonesia berada fase 3 sampai 4. Dalam hal ini, MJO melewati wilayah Indonesia dengan sifat lemah sehingga pada bulan September MJO kurang mempengaruhi kondisi cuaca di wilayah Indonesia termasuk Batam. Secara umum nilai OLR pada bulan September 2015 bernilai cukup rendah di wilayah Indonesia termasuk Kepulauan Riau yaitu sekitar 180 sampai 240. Nilai OLR yang cukup rendah ini menunjukkan tutupan awan konvektif yang tebal di wilayah Kepulauan Riau. Kondisi rata-rata suhu muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia termasuk Kepulauan Riau pada bulan September 2015 berkisar antara 25.0 0C hingga 31.0 0C . Nilai anomali Suhu Muka Laut di wilayah perairan Indonesia secara umum, termasuk Kepulauan Riau sebesar 1.5 0C hingga 1.5 0C. Hal ini menunjukan pada bulan September 2015 kondisi suhu muka laut masih berada dalam kisaran normalnya

II. Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai Oktober 2015 hingga September 2016. Data masukan yang digunakan adalah data series hu- jan dasarian Hang Nadim periode Oktober 1999 s.d September 2015 dan dengan mem- bandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan normal hujan dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi

0.82109 dan RMSE (error) 13.8927 di prakiraan curah hujan bulan Oktober pada dasarian I di bawah normal, dasarian II normal, dan dasarian III dibawah nor- mal.

I. RINGKASAN

(5)

A. SIFAT HUJAN

Sifat Hujan adalah Perbandingan antara jumlah curah hujan yang terjadi selama satu bulan dengan nilai rata-rata atau normal dari bulan tersebut di suatu tempat.

Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) kriteria, yaitu:

1. Di atas normal ( A ), jika nilai perbandingannya lebih besar dari 115 %.

2. Normal ( N ), jika nilai perbandingannya antara 85 % - 115 %.

3. Di bawah normal ( B ), jika nilai perbandingannya kurang dari 85 %.

B. NORMAL CURAH HUJAN

1. RATA-RATA CURAH HUJAN BULANAN:

Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan dengan periode minimal 10 tahun.

2. NORMAL CURAH HUJAN BULANAN :

Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan selama periode 30 tahun.

3. STANDARD NORMAL CURAH HUJAN BULANAN :

Nilai rata-rata curah hujan pada masing-masing bulan selama periode 30 tahun dimulai dari 1 Agustus 1901 s/d 31 Agustus 1930, 1 Agustus 1931 s/d 31 Agustus 1960, 1 Agustus 1961 s/

d 31 Agustus 1990, dan seterusnya.

C. INTENSITAS CURAH HUJAN (CH)

III. ANALISA CUACA DAN IKLIM A . K E R A G A M A N H U J A N

Kepulauan Riau merupakan wilayah negara Indonesia yang berbentuk kepulauan dan dilewati garis khatulistiwa. Wilayah negara Indonesia dilewati oleh garis khatulistiwa serta dikelilingi oleh dua Samudra dan dua Benua. Posisi ini menjadikan Indonesia sebagai daerah pertemuan sirkulasi meridional (Utara-Selatan) dikenal sebagai Sirkulasi Hadley dan sirku- lasi zonal (Timur-Barat) dikenal sebagai Sirkulasi Walker, dua sirkulasi yang sangat mem- pengaruhi keragaman iklim di Indonesia.

KRITERIA CH CH/hari CH/Jam

Sangat Lebat > 100 mm > 20 mm Lebat 50 - 100 mm 10 - 20 mm Sedang 20 - 50 mm 5 - 10 mm

Ringan 5 - 20 mm 1 - 5 mm

II. PENGERTIAN

(6)

Pergerakan matahari yang berpindah dari 23.5° Lintang Utara ke 23.5° Lintang Selatan sepanjang tahun mengakibatkan timbulnya aktivitas monsun yang juga ikut berperan dalam mempengaruhi ke- ragaman iklim. Pengaruh lokal terhadap keragaman iklim juga tidak dapat diabaikan, karena Kepri merupakan kepulauan dengan bentuk topografi sangat beragam menyebabkan sistem golakan lokal cukup dominan. Faktor lain yang diperkirakan ikut berpengaruh terhadap keragaman iklim ialah gangguan siklon tropis. Semua aktivitas dan sistem ini berlangsung secara bersamaan sepanjang tahun akan tetapi besar pengaruh dari masing-masing aktivitas atau sistem tersebut tidak sama dan dapat berubah dari tahun ke tahun.

El-Nino dan La-Nina merupakan salah satu akibat dari penyimpangan iklim. Fenomena ini akan menyebabkan penurunan dan peningkatan jumlah curah hujan untuk beberapa daerah di Indonesia.

Pengaruh El-Nino kuat pada daerah yang berpola hujan monsun, lemah pada daerah berpola hujan equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan pola hujan lokal, sedangkan IOD (Indian Ocean Dipole) hanya berpengaruh jelas pada daerah berpola hujan monsun.

Selain akibat pengaruh fluktuasi suhu permukaan laut di samudera pasifik (El Nino-Southern Osci- llation / ENSO) dan Samudera Hindia (Indian Ocean Dipole / IOD), fenomena fase aktif osilasi intra- musiman yang dikenal sebagai MJO (Madden-Agustusan Oscillation) juga mempengaruhi keragaman hujan di Indonesia. Menurut Geerts and Wheeler (1998) MJO akan menyebabkan terjadinya variasi pada pola angin, SML (Suhu Muka Laut), awan dan hujan. Fase aktif MJO bila bersamaan waktunya dengan monsun timur laut di Kepulauan Riau (Desember-Agustus) dapat menyebabkan terjadinya peningkatan curah hujan sekitar 200%.

Pergerakan MJO ke timur dari samudra India menuju samudra Pasifik dibagi dalam 8 fase. Fase-1 di Afrika (210° BB - 60° BT), fase-2 di samudera India bagian barat (60° BT – 80° BT), fase-3 di sa- mudra India bagian timur (80° BT – 100° BT) fase-4 & fase-5 di benua maritim Indonesia ( 100° BT – 140° BT), fase-6 di kawasan Pasifik barat (140°BT-160° BT), fase-7 di Pasifik tengah ( 160° BT – 180°

BT) , dan fase-8 daerah konveksi di belahan bumi bagian barat ( 180° – 160° BB). Pada umumnya hujan tropis berasal dari awan konvektif dengan puncak awan sangat dingin (sedikit mengemisi radiasi gelombang panjang), oleh karenanya sangat baik memonitor MJO dengan memperhatikan variasi OLR (Outgoing Longwave Radiation) yang dipantau melalui sensor infra merah pada satelit.

(7)

Gbr.2 Peta Anomali Suhu Muka Laut bulan September 2015 B. DINAMIKA ATMOSFER & LAUTAN BULAN SEPTEMBER 2015

1. Monsun

Pada bulan September matahari telah berada di wilayah Bumi Bagian Utara menuju da- lam penjalarannya ke Bumi Bagian Selatan dan mengalami pergerakan semu kurang lebih se- jauh 13.7° yaitu dari 9.7°LU menuju 4.0°LS. Matahari melewati equator atau berada pada titik 0° atau disebut sebagai ‘September Equinox’ pada tanggal 23 September. Hal ini berdampak ke peningkatan suhu muka laut di daerah sekitar ekuator dan BBU yang memicu terbentuknya pola-pola tekanan udara rendah. Selama bulan September 2015 tercatat ada satu kejadian siklon tropis yaitu siklon tropis Dujuan.

Gbr.I Peta Rata-rata Suhu Muka Laut bulan September 2015

Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/

sst_analysis/images/monsstv2.png

Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/sst_analysis/

images/monanomv2.png

(8)

Kondisi rata-rata suhu muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia termasuk Kepulauan Riau pada bulan September 2015 berkisar antara 25.00C hingga 31.00C (Gbr.1). Suhu muka laut yang hangat (>27.00C) mengindikasikan ketersediaan uap air yang lebih banyak. Kondisi yang demikian ini meningkatkan kemungkinan terjadinya pembentukan awan-awan yang menjulang ting- gi sehingga berpotensi menyebabkan terjadinya hujan. Nilai anomali Suhu Muka Laut (Gbr.2) di wilayah perairan Indonesia secara umum, termasuk Kepulauan Riau sebesar -1.5 - 1.5. Hal ini menunjukan pada bulan September 2015 kondisi suhu muka laut masih berada dalam kisaran nor- malnya.

Pada bulan September, tekanan udara di BBS yang secara umum lebih tinggi dari pada BBU menyebabkan massa udara bergerak dari BBS (bertekanan tinggi) menuju BBU (bertekanan rendah) sehingga menyebabkan pola angin di sekitar wilayah Kepulauan Riau dominan dari arah selatan serta membentuk daerah pola belokan angin (shearline) dan pola daerah pertemuan angin (konvergensi).

Pada daerah belokan angin terjadi perlambatan kecepatan angin yang menyebabkan penumpukkan massa udara sehingga terjadi pengangkatan massa udara, sedangkan pola konvergen menyebabkan daerah-daerah pertemuan massa udara sehingga keduanya menimbulkan potensi pembentukan awan – awan konvektif.

Gbr.3 Rata-rata Tekanan Udara Permukaan Laut bulan September 2015

Sumber : : http://www.bom.gov.au/cg-bin/climate/cmb.cgi?

page=map&variable=mslp&vstatus=mean&period=month&area=rsmc

(9)

Berdasarkan hasil analisa (Gbr.4) daerah Kepulauan Riau angin bertiup dengan kecepatan 10 hingga 15 knot. Kondisi angin dengan kecepatan ini cukup mendukung dalam proses pemben- tukan banyak awan.

2. El Nino - Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD)

Selama bulan September, ENSO berada pada kondisi normal. Hal ini ditunjukkan dengan nilai anomali SST Nino 3.4 pada akhir September sebesar +2.20°C. Sedangkan kondisi SOI (Southern Oscillation Index) selama September 2015 berada pada kondisi dibawah normal dengan nilai pada akhir bulan Juli mencapai -17.1. Hal ini berpengaruh terhadap pengurangan jumlah curah hujan pada bulan Juli di wilayah Kepulauan Riau.

Gbr.5 Rata-rata Arah dan Kecepatan Angin 850 mb bulan September 2015 Gbr.4 Klimatologi Arah Angin 3000 Feet bulan September 2015

Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?

page=map&variable=850wind&vstatus=mean&period=month&area=rsmc

(10)

3. Madden-Agustusan Oscillation ( MJO) a. Outgoing Longwave Radiation (OLR)

OLR merupakan suatu radiasi gelombang panjang yang dipancarkan oleh bumi ke luar angkasa. Tidak semua radiasi gelombang panjang yang terpancar dari bumi sampai ke luar angkasa. Awan-awan konvektif adalah salah satu faktor yang menghalangi perjalanan gelombang panjang. Jika pada suatu wilayah tertutup hamparan awan konvektif, maka nilai OLR akan kecil. Secara umum nilai OLR rata-rata pada bulan September di wilayah Indonesia, termasuk wilayah Kepulauan Riau, yaitu sekitar 180 sampai 220. Nilai OLR yang semakin kecil menunjukkan bahwa semakin banyak tutupan awan konvektif di wila- yah tersebut.

Gbr.7 Grafik indeks ENSO / SOI Gbr.6 Grafik indeks SST Nino 3.4

Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml

Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png

(11)

Gbr.8 Rata-rata OLR bulan September 2015

b. Fase MJO (Madden Julian Oscillation)

MJO pada bulan September berada pada fase 1 hingga 7 dengan sifat kuat hingga lemah.

Wilayah Indonesia berada fase 3 sampai 4. Pada gambar (9) MJO melewati wilayah Indonesia sehingga pada bulan September MJO cukup berpengaruh pada penambahan curah hujan di wila- yah Indonesia termasuk Batam.

Gbr.9 Fase MJO

Sumber: http://www.cpc.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/

olra_last30days-3plots.gif

Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/mjo/

(12)

4. IOD (Indian Ocean Dipole)

Fenomena Dipole Mode di Samudera Hindia atau IOD (Indian Ocean Dipole) berada pada kisaran normal dengan kondisi netral (-0,5°C s.d 0,5°C). Pada akhir September IOD bernilai +0.810C. Sehingga bisa diketahui bahwa selama bulan September 2015, secara umum IOD kurang signifikan dalam menambah peluang pertumbuhan awan di wilayah Indonesia bagian barat terma- suk wilayah Kepulauan Riau.

C. ANALISIS HUJAN BULAN SEPTEMBER 2015

Berdasarkan data curah hujan bulan September 2015 yang diterima dari stasiun / AWS (Automatic Weather Station) di Pulau Batam yang mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan September 2015 adalah sebagai berikut:

Gbr.10 Grafik IOD

Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml

Lokasi RR September 2015 (mm) Rata - rata (mm) Sifat Hujan

Hang Nadim 44.7 159.6 Bawah Normal

Mukakuning 5.2 139.5 Bawah Normal

Nongsa 87.0 147.1 Bawah Normal

Tg. Uncang 145.4 143.4 Normal

Pagoda 51.4 116.3 Bawah Normal

Piayu 0.2 132.3 Bawah Normal

Sengkua ng 63.8 148.4 Bawah Normal

Tabel.1 Analisis Curah Hujan dan Sifat Hujan September 2015

(13)

Dari tabel di atas tampak bahwa kejadian hujan di Pulau Batam secara umum berada pada kisaran di bawah normal hingga normal terhadap rata-ratanya. Jumlah curah hujan di wilayah Batam berkisar antara 0-150 mm.

Gbr.11 Evaluasi Curah Hujan Bulan September 2015

(14)

Gbr.12 Evaluasi Sifat Hujan Bulan September 2015

Dari gambar peta isohyet di atas dapat diketahui konsentrasi hujan di Barelang yang terjadi selama bulan Agustus 2015. Sebaran hujan tidak terlalu merata di wilayah Pulau Batam, Rempang dan Galang, konsentrasi tertinggi berada di sebelah utara dan barat pulau Batam, jumlah curah hujannya berkisar antara 0-150 mm. Konsentrasi jumlah curah hujan tertinggi terdapat di wilayah Nongsa dan Tanjung Uncang.

(15)

1. Analisa Unsur Cuaca Signifikan Bulan September 2015 Stamet Hang Nadim a. Hujan

Sifat hujan bulan September 2015 di Barelang Bawah Normal (B) dengan curah hujan selama sebulan berkisar 5,2 mm - 145,2 mm atau antara 2,0 % - 57,6 %. Curah hujan terendah terjadi di Mukakuning dan tertinggi di Uncang. Khusus di Hang Nadim dalam bu- lan September 2015 terdapat 7 hari hujan terukur dan 3 hari hujan tidak terukur (ttu) dengan total curah hujan sebesar 44,7 mm atau berkisar 18,5% dari rata-rata yang berarti sifat hujan Bawah Normal (B). Pada dasarian I terjadi 4 hari hujan dengan jumlah curah hu- jan 2,3 mm, dasarian II terjadi 2 hari hujan dengan jumlah curah hujan 9,2 mm, dan dasarian III terjadi 4 hari dengan curah hujan 33,2 mm. Curah hujan tertinggi 18,1 mm terjadi pada tanggal 28 September 2015.

Gbr.13 Grafik Curah Hujan bulan September 2015 di Hang Nadim

(16)

b. Suhu Udara

Suhu udara harian rata-rata berkisar antara 26,2 - 29.8 ° C. Suhu udara teren- dah dalam bulan September adalah 23,8°C terjadi pada tanggal 30 September 2015 pagi hari dan suhu udara tertinggi 34°C terjadi pada tanggal 23 September 2015 siang hari.

C. Kelembaban Udara

Kelembaban udara harian rata-rata berkisar antara 73 % - 90 %. Kelembaban udara terendah mutlak 43% terjadi pada tanggal 11 September 2015 siang hari, se- dangkan kelembaban udara tertinggi 98% terjadi tanggal 28 September 2015 pagi hari.

Dengan demikian udara pada bulan September 2015 lebih kering dibandingkan bulan Agustus 2015.

d. Angin Permukaan

Selama periode dasarian I – III September 2015 angin permukaan secara umum didominasi dari arah Tenggara sampai Selatan dengan kecepatan rata-rata 11 km/jam, arah dan kecepatan maximum dari Tenggara dengan kecepatan 34 km/jam terjadi pada tanggal 3 September 2015.

Gbr.14 Grafik Suhu Udara bulan September 2015 di Hang Nadim

Gbr.15 Grafik Kelembaban Udara Bulan September 2015 di Hang Nadim

(17)

A. DINAMIKA ATMOSFER 1. Tekanan Udara dan Angin.

Pada bulan Oktober, posisi matahari dalam gerak semunya sudah berada di BBS (Belahan Bumi Selatan) dan mengalami pergerakan semu sejauh kurang lebih 12.0° yaitu dari 4.0°LS menuju 16.0°LS (http://www.physicalgeography.net). Sehingga, dominasi pola-pola daerah bertekanan udara rendah pada Oktober 2015 berada pada wilayah equator.

Akibatnya, pola angin rata-rata bulan September secara dominan bertiup dari Bumi Bagian Selatan (BBS) menuju Bumi Bagian Utara (BBU). Sedangkan untuk wilayah Kepulauan Riau, pola angin yang terbentuk berada dekat dengan daerah belokan angin (shearline). Pola angin shearline ini akan cukup mendukung dalam proses pertumbuhan awan-awan hujan.

I V . P R A K I R A A N B U L A N O K T O B E R 2 0 1 5

Prediksi Anomali Suhu Muka Laut periode September – Oktober -- November 2015

Rata-rata Tekanan Udara Bulan Oktober 2015

Gbr.16 Prediksi Anomali Suhu Muka Laut dan Rata-rata Tekanan Udara pada Bulan Oktober 2015

Sumber: http://www.esrl.noaa.gov/psd/cgi-bin/data/

composites/

Sumber: http://pred.ldeo.columbia.edu/forecast/sst/15/

glbbld_SON_sep2015.html

(18)

2. ENSO (EL Nino-Southern Oscillation)

ENSO merupakan salah satu fenomena cuaca skala global yang mempengaruhi penambahan curah hujan (fase La Nina) maupun pengurangan curah hujan (fase El Nino) di wilayah Indonesia. Selama bula September 2015 prediksi ENSO menurut institusi inter- nasional yaitu NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) terjadi El Nino sedang, Sedangkan menurut JAMSTEC (Japan Agency for Marine-Earth Science and Tech- nology), POAMA (Predictive Ocean Atmosphere Model for Australia) dan BMKG menya- takan bahwa terjadi EL Nino Kuat. Dengan demikian, diprediksi akan terjadi perubahan yang cukup signifikan terdapat pengurangan jumlah curah hujan dari bulan sebelumnya.

Gbr.17 Rata-rata Streamline 3000 feet Oktober 2015

Gbr.18 Prediksi ENSO dari NOAA, JAMSTEC, POAMA dan BMKG

(19)

Salah satu parameter ENSO yaitu data SOI (Southern Oscillation Index) dari BoM (Bureau of Meteorology Australia) hingga awal Oktober menunjukkan kondisi dibawah normal dengan nilai mencapai -17.1. Sehingga diprakirakan untuk bulan Oktober 2015 di wilayah Indonesia akan terdapat pengurangan jumlah curah hujan dari bulan sebelumnya.

3. MJO (Madden-Agustusan Oscillation)

Salah satu fenomena cuaca global yang juga mempengaruhi jumlah curah hujan di Indonesia, khususnya daerah dekat khatulistiwa adalah osilasi gugusan awan atau dise- but MJO. Berdasarkan data dari NOAA, diprakirakan pada tanggal 01 Oktober s.d 15 Oktober 2015 MJO berada pada fase 7 sampai 8. Kondisi ini kurang mempengaruhi da- lam penambahan jumlah curah hujan di wilayah Indonesia. Sedangkan berdasarkan data anomali OLR (Outgoing Longwave Radiation) yang merupakan salah satu indikator MJO di wilayah Indonesia secara umum menunjukkan nilai -10 s.d +10 Wm-2. Sedangkan un- tuk wilayah Kepulauan Riau data anomali OLR pada 14 hari kedepan diprakirakan pada nilai --10 s.d +10. Hal ini berarti tutupan awan di wilayah Kepulauan Riau pada bulan Agustus cukup banyak.

Gbr.19 Grafik SOI Januari 2013 sampai dengan awal Oktober 2015

Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png

(20)

Gbr.21 Anomali OLR sampai dengan 30 September 2015 dan prakiraan 14 hari kedepan Gbr.20 Grafik Fase MJO pada Bulan September 2015 dan Prakiraan Bulan Oktober 2015

Sumber: http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/foregfs.shtml

Sumber: http://cawcr.gov.au/staff/mwheeler/maproom OLR_modes/h.6.ALL.EQ.html

(21)

4. Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole)

Fenomena cuaca global terakhir yang juga mempengaruhi peluang hujan di Indone- sia, khususnya Indonesia Bagian Barat, adalah Dipole Mode. Menurut data dari BoM, grafik indeks IOD akhir September 2015 berada pada kisaran -0,50 C s.d 0,50 C (netral) dengan nilai terakhir +0.81 (gambar 7) dan prediksi bulan Oktober 2015 bernilai 0.91. Sedangkan BMKG memprediksi nilai indeks dipole mode Oktober 2015 bernilai 0.71 (gambar 8). Secara umum berdasarkan data prakiraan yang didapat dari BMKG menunjukan bahwa IOD pada bulan Oktober menurut BMKG dan BoM diprakirakan berada pada kondisi di atas normal sehingga diprakirakan pada bulan Oktober 2015 terjadi penambahan jumlah curah hujan dari bulan sebelumnya di wilayah Indonesia bagian barat termasuk Batam.

Gbr.22 Grafik indeks IOD sampai dengan akhir Oktober 2015 dari BoM

Gbr. 23 Prediksi Indeks Dipole Mode dari BoM dan BMKG

Sumber:www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml

Sumber: http://www.bmkg.go.id/bmkg_pusat/

Klimatologi/Dinamika_Atmosfir.bmkg

(22)

5. Tinjauan Klimatologis

Kondisi cuaca bulan Oktober di Batam berdasarkan data klimatologis selama 22 tahun (1993 2014) diketahui:

Secara umum curah hujan di Batam terbagi menjadi dua daerah konsentrasi hujan selama bulan September, daerah Batam bagian Utara dann Timur curah hujannya 200 - 250 mm.

Sedangkan Batam bagian Tengan, Selatan, Barat, Rempang dan Galang curah hujannya lebih sedikit yaitu 100 - 200 mm.

Kesimpulan:

Dari uraian di atas diketahui bahwa peluang pertumbuhan awan-awan hujan di Batam pada bulan Oktober 2015 tidak terlalu berbeda dibandingkan dengan bulan Septem- ber 2015, namun peluang jumlah intensitas curah hujan sedikit lebih besar.

(23)

B. PRAKIRAAN HUJAN BULAN OKTOBER 2015 1. Prakiraan Hujan Dasarian

Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai Oktober 2015 hingga September 2016. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan dasarian Hang Nadim periode Oktober 1999 s.d September 2015.

Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan normal hujan da- sarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.82109dan RMSE (error) 13.8927

Hasilnya menunjukkan bahwa curah hujan di bulan Oktober 2015 diprakirakan:

Sesuai dengan kriteria sifat hujan dalam dasarian, prakiraan curah hujan pada dasarian I dan II berada di bawah normalnya, sedangkan dasarian II berada pada nilai normal- nya.

Dasarian Pertama Di Bawah Normal 39.2

Dasarian Kedua Normal 45.9

Dasarian Ketiga Di Bawah Normal 80.1

Sifat Hujan Jumlah Curah Hujan

(24)

2. Prakiraan Hujan Bulanan

Berdasarkan data-data dan analisis model serta program HyBMG 2.0.7 dapat diperoleh hasil prakiraan curah hujan satu bulan pada bulan Oktober 2015 di wilayah Barelang sebagai berikut:

Gbr.24 Peta Prakiraan Curah Hujan Bulan Oktober 2015 Tabel.2 Prakiraan Curah Hujan Bulan Oktober 2015

dan membandingkan dengan normal hujannya maka sifat hujan bulan Oktober 2015 di Barelang dapat diprakirakan sebagai berikut:

JUMLAH CURAH HUJAN

0 mm - 150 mm Rempang dan Galang

150 mm - 300 mm Batam

300 mm - 450 mm -

450 mm - 600 mm -

WILAYAH

(25)

Tabel.3 Prakiraan Sifat Hujan Bulan Oktober 2015

Gbr.25 Peta Prakiraan Sifat Hujan Bulan Oktober 2015

SIFAT HUJAN WILAYAH

Atas Normal Normal

Bawah Normal Batam, Rempang dan Galang

(26)

Berdasarkan peta prakiraan angin dan gelombang laut mingguan di wilayah perairan Kepulauan Riau pada bulan Oktober 2015 yang dibuat oleh Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam menggunakan Software Windwave-05, dapat disampaikan prakiraan angin permukaan dan tinggi gelombang laut serta arus laut perairan Kepulauan Riau dan sekitarnya sebagai berikut:

V . P R A K I R A A N A N G I N D A N G E L O M B A N G L A U T O K T O B E R 2 0 1 5

Tabel.4 Prakiraan Tinggi Gelombang Laut Bulan Oktober 2015

WILAYAH PERAIRAN

TINGGI GELOMBANG

( m )

ARAH & KECEP.

ANGIN ( km/Jam)

ARUS LAUT ( cm/s )

Batam - Tanjung Pinang 0.5 – 1.25 Tenggara – 10 Tenggara – 5

Batam - Tarempa 0.5 – 1.5 Tenggara – 10 Tenggara – 15

Batam - Natuna 0.5 – 1.5 Tenggara – 10 Utara – 15

Batam - Karimun 0.5 – 1.25 Tenggara – 5 Tenggara – 5

Batam – Lingga 0.5 – 1.5 Tenggara – 10 Tenggara – 15

Batam - Singapura 0.5 – 1.25 Tenggara – 5 Tenggara – 5

Batam - Dumai 0.5 – 1.25 Tenggara – 5 Tenggara – 5

Batam - Tambelan 0.5 – 1.5 Tenggara – 10 Utara – 15

(27)

Gbr.26 Peta Prakiraan Angin Minggu I Oktober 2015

Gbr.27 Peta Analisa Angin Bulan September 2015

(28)

Gbr.28 Peta Prakiraan Tinggi Gelombang Laut Minggu I Oktober 2015

Gbr.29 Peta Analisa Tinggi Gelombang Laut Bulan September 2015

(29)

Gbr.30 Peta Prakiraan Arus Laut Minggu I Oktober 2015

Gbr.31 Peta Analisa Arus Laut Bulan September 2015

(30)

A. Pendahuluan

Pasang surut air adalah gelombang yang mirip dengan gelombang air yang terjadi akibat tiupan angin. Pasang surut memiliki panjang gelombang yang panjang, seperti yang terdapat pada laut dalam namun terjadi untuk air dangkal, ini berarti pasang surut dibiaskan oleh keadaan topografi kedalaman bawah air. Periodenya pun cukup panjang, dalam orde jam. Pasang surut air terjadi disebabkan oleh gaya gravitasi dan gaya sen- trifugal yang ditimbulkan oleh gerakan bumi, bulan, dan matahari.

B. Pola Pasang Surut

Di seluruh dunia pasang surut berbeda baik ketinggian paras air maupun waktu kejadiannya. Area pantai yang hanya punya satu pasang surut tertinggi dan terendah setiap hari disebut diurnal tide (air pasang harian). Wilayah yang mengalami dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari disebut mempunyai semi-diurnal tide. Jika semi- diurnal tide mempunyai ketinggian air pasang yang dicapai berbeda dan saat surut juga level air tidak sama disebut semi-diurnal mixed tide.

Pola pasang surut dapat dijelaskan secara gelombang dengan grafik yang menunjukkan paras air untuk sumbu vertikal dan sumbu horisontal menyatakan waktu hari. Pengamatan pasang surut dalam jangka waktu yang lama digunakan untuk menghitung rata-rata ketinggian pasang. Dengan nilai rata-rata ini dapat dihitung anomali pasang naik dan pasang surut air.

C. Paras Pasang Surut.

Ketinggian air tertinggi yang dicapai permukaan air setiap hari disebut High Water (HT) / Higt Tide (Ht). Titik terendah dimana permukaan air surut disebut Low Wa- ter (LW) / Low Tide. Mengingat propinsi Kepulauan Riau sebagian besar wilayahnya terdiri dari lautan maka fenomena pasang surut air laut sangat besar pengaruhnya ter- hadap kegiatan yang berhubungan dengan kelautan seperti bongkar muat di Pelabuhan Laut, kegiatan para nelayan dan lain sebagainya. Untuk itu dalam buletin ini kami sajikan prediksi pasang surut di seluruh Propinsi Kepulauan Riau yang meliputi 6 (enam) Kabu- paten Kota sebagai berikut :

V I . P R E D I K S I P A S A N G S U R U T ( T I D A L )

(31)

I. KOTA BATAM

1. Batu Ampar, Oktober 2015

2. Sekupang, Oktober 2015

1 2

(32)

II. KABUPATEN BINTAN 1. Tanjung Uban, Oktober 2015

2. Tanjung Pinang, Oktober 2015

3 4

(33)

III. KABUPATEN KARIMUN

1. Tanjung Balai Karimun, Oktober 2015

IV. KABUPATEN LINGGA 1. Dabo Singkep, Oktober 2015

6 5

(34)

IV. KABUPATEN ANAMBAS 1. Selat Peninting, Oktober2015

V. KABUPATEN NATUNA 1. Sedanau, Oktober 2015

7

8

(35)

V I I . I N F O R M A S I M A T A H A R I T E R B I T / T E R B E N A M D A N B U L A N T E R B I T / T E R B E N A M O K T O B E R 2 0 1 5

1. Stasiun Meterorologi Hang Nadim Batam

2. Stasiun Meteorologi Tanjung Pinang

Location : E104 07, N01 07, October 2015 DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm hm

1 0550 1756 2104 0836

2 0550 1756 2200 0933

3 0550 1756 2255 1029

4 0549 1755 2348 1124

5 0549 1755 000 1216

6 0549 1755 0039 1306

7 0549 1754 0128 1353

8 0548 1754 0215 1438

9 0548 1754 0259 1522

10 0548 1753 0343 1604

11 0548 1753 0426 1646

12 0547 1753 0508 1728

13 0547 1753 0551 1811

14 0547 1752 0635 1855

15 0547 1752 0720 1940

16 0547 1752 0806 2027

17 0546 1752 0855 2116

18 0546 1751 0945 2206

19 0546 1751 1036 2258

20 0546 1751 1128 2351

21 0546 1751 1221 000

22 0546 1751 1315 0044

23 0545 1750 1408 0138

24 0545 1750 1502 0233

25 0545 1750 1556 0327

26 0545 1750 1652 0423

27 0545 1750 1748 0520

28 0545 1750 1846 0617

29 0545 1750 1944 0716

30 0545 1750 2041 0814

31 0545 1749 2137 0911

Location : E104 32, N00 55, October 2015 DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm hm

1 0549 1755 2102 0834

2 0548 1754 2158 0931

3 0548 1754 2253 1027

4 0548 1754 2347 1122

5 0548 1753 000 1214

6 0547 1753 0038 1304

7 0547 1753 0126 1351

8 0547 1752 0213 1436

9 0546 1752 0258 1520

10 0546 1752 0341 1603

11 0546 1752 0424 1645

12 0546 1751 0507 1727

13 0545 1751 0549 1809

14 0545 1751 0633 1853

15 0545 1751 0718 1938

16 0545 1750 0804 2025

17 0545 1750 0853 2114

18 0544 1750 0943 2205

19 0544 1750 1034 2256

20 0544 1749 1126 2349

21 0544 1749 1219 000

22 0544 1749 1313 0043

23 0544 1749 1406 0137

24 0544 1749 1500 0231

25 0543 1749 1555 0326

26 0543 1748 1650 0421

27 0543 1748 1747 0518

28 0543 1748 1844 0616

29 0543 1748 1942 0714

30 0543 1748 2040 0812

31 0543 1748 2136 0909

(36)

3. Stasiun Meteorologi Ranai Natuna

4. Stasiun Meteorologi Tanjung Balai Karimun

Location : E108 24, N03 55, October 2015 DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm hm

1 0534 1739 2043 0821

2 0534 1738 2138 0919

3 0533 1738 2233 1015

4 0533 1737 2327 1110

5 0533 1737 000 1202

6 0533 1737 0018 1251

7 0533 1736 0107 1338

8 0532 1736 0154 1423

9 0532 1735 0240 1506

10 0532 1735 0324 1547

11 0532 1735 0408 1629

12 0532 1734 0451 1710

13 0532 1734 0535 1752

14 0531 1734 0619 1835

15 0531 1733 0705 1919

16 0531 1733 0752 2006

17 0531 1733 0840 2054

18 0531 1732 0931 2144

19 0531 1732 1022 2236

20 0531 1732 1114 2330

21 0531 1732 1207 000

22 0531 1731 1259 0024

23 0531 1731 1352 0118

24 0531 1731 1445 0213

25 0530 1731 1539 0309

26 0530 1730 1633 0406

27 0530 1730 1729 0504

28 0530 1730 1825 0602

29 0530 1730 1923 0701

30 0530 1730 2020 0800

31 0531 1730 2116 0857

Location : E103 23, N01 03, October 2015 DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm hm

1 0553 1759 2107 0839

2 0553 1759 2203 0936

3 0553 1759 2258 1032

4 0552 1758 2351 1127

5 0552 1758 000 1219

6 0552 1758 0042 1308

7 0552 1757 0131 1356

8 0551 1757 0218 1441

9 0551 1757 0303 1525

10 0551 1756 0346 1607

11 0551 1756 0429 1649

12 0550 1756 0511 1731

13 0550 1756 0554 1814

14 0550 1755 0638 1858

15 0550 1755 0723 1943

16 0550 1755 0809 2030

17 0549 1755 0858 2119

18 0549 1754 0948 2209

19 0549 1754 1039 2301

20 0549 1754 1131 2354

21 0549 1754 1224 000

22 0549 1754 1318 0047

23 0548 1753 1411 0141

24 0548 1753 1505 0236

25 0548 1753 1600 0331

26 0548 1753 1655 0426

27 0548 1753 1751 0523

28 0548 1753 1849 0620

29 0548 1753 1947 0719

30 0548 1753 2044 0817

31 0548 1752 2141 0914

(37)

5. Stasiun Meteorologi Dabo Singkep

6. Stasiun Meteorologi Tarempa

Location : E104 34, S00 28, October 2015 DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm hm

1 0548 1755 2104 0833

2 0548 1755 2200 0929

3 0548 1754 2255 1025

4 0547 1754 2348 1120

5 0547 1754 000 1212

6 0547 1753 0039 1302

7 0546 1753 0128 1349

8 0546 1753 0214 1435

9 0546 1753 0259 1519

10 0545 1752 0342 1602

11 0545 1752 0424 1644

12 0545 1752 0506 1727

13 0545 1752 0549 1810

14 0544 1751 0632 1854

15 0544 1751 0717 1940

16 0544 1751 0803 2027

17 0544 1751 0851 2116

18 0543 1751 0941 2206

19 0543 1750 1032 2258

20 0543 1750 1124 2351

21 0543 1750 1218 000

22 0543 1750 1311 0044

23 0542 1750 1405 0138

24 0542 1750 1500 0231

25 0542 1750 1555 0326

26 0542 1750 1651 0421

27 0542 1749 1748 0517

28 0542 1749 1846 0614

29 0542 1749 1944 0712

30 0542 1749 2042 0810

31 0541 1749 2138 0907

Location : E106 15, N03 12, October 2015 DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm hm

1 0542 1747 2053 0830

2 0542 1747 2148 0927

3 0542 1747 2243 1023

4 0542 1746 2336 1118

5 0541 1746 000 1210

6 0541 1745 0028 1259

7 0541 1745 0117 1346

8 0541 1745 0204 1431

9 0541 1744 0249 1514

10 0540 1744 0333 1556

11 0540 1744 0417 1637

12 0540 1743 0500 1719

13 0540 1743 0543 1801

14 0540 1743 0627 1844

15 0539 1742 0713 1929

16 0539 1742 0800 2015

17 0539 1742 0848 2104

18 0539 1741 0939 2154

19 0539 1741 1030 2246

20 0539 1741 1122 2339

21 0539 1741 1215 000

22 0539 1740 1308 0033

23 0539 1740 1401 0128

24 0539 1740 1454 0223

25 0538 1740 1548 0318

26 0538 1740 1642 0415

27 0538 1739 1738 0512

28 0538 1739 1835 0610

29 0538 1739 1932 0709

30 0538 1739 2030 0808

31 0538 1739 2126 0905

(38)

Anomali : Penyimpangan suatu variabel dari nilai rata-rata

Awan Konvektif : Awan tebal menjulang tinggi yang terbentuk dari proses pemanasan vertikal yang membawa uap air. Awan ini

mengakibatkan terjadinya hujan secara tiba-tiba, petir dan angin kencang.

Cold Surge : Aliran udara dingin dari daratan Asia yang menjalar memasuki wilayah Indonesia bagian barat, cold surge biasa terjadi pada saat Asia memasuki musim dingin.

Cuaca : Kondisi fisis atmosfer pada suatu wilayah yang sempit pada waktu tertentu

Dasarian : Periode sepuluh harian

Dipole Mode /IOD

(Indian Ocean Dipole) : Tingkat ketersediaan uap air akibat perbedaan suhu muka laut antara Samudera Hindia dan Perairan Pantai Timur Afrika.

DMI

(Dipole Mode Index) : Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas Dipole Mode. DMI yang bernilai negatif akan menambah kandungan uap air di sekitar wilayah Sumatera, sehingga curah hujannya secara umum meningkat. Sedangkan nilai positif tidak

menambah kandungan uap air, sehingga curah hujan cenderung berkurang.

Divergensi : Beraian angin, yang mengindikasikan daerah cuaca baik Eddy : Pusaran angin dengan durasi harian dan biasanya jika suatu

daerah terdapat eddy, maka cenderung banyak hujan.

El Nino : Fenomena memanasnya suhu permukaan laut di Pasifik Timur sehingga secara umum menyebabkan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia berkurang.

ENSO

(El Nino-Shouthern Oscillation)

: Fluktuasi musiman antara fase El Nino dan La Nina.

Gelombang : Pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak lurus permukaan laut.

Iklim : Kondisi Rata-rata cuaca dalam jangka waktu yang lama dan wilayah yang luas

ITCZ

(Intertropical Convergence Zone)

: Daerah pertemuan massa udara antar benua dengan cakupan yang luas. Umumnya daerah-daerah yang dilintasi ITCZ berpotensi terjadi pertumbuhan awan-awan hujan lebat dan cukup lama (bisa lebih dari satu hari).

Konvergensi : Pumpunan angin, pola angin yang mengumpul

(39)

La Nina : Fenomena yang merupakan kebalikan dari El Nino. Secara umum menyebabkan curah hujan di Indonesia meningkat.

MJO (Madden- Novemberan Oscillation)

: Fluktuasi musiman/osilasi/gelombang tekanan (pola tekanan tinggi- tekanan rendah) di kawasan tropik yang terkait dengan penambahan gugusan uap air yang menyuplai pembentukan awan hujan dengan periode lebih kurang 48 hari yang menjalar dari barat ke timur. Biasanya berawal di pantai timur Afrika kemudian menjalar ke timur dan menghilang di bagian tengah Pasifik. MJO ini berkaitan dengan OLR (Outgoing Longwave Radiation)

Monsun : Suatu pola sirkulasi angin yang berhembus secara periodik pada suatu periode (minimal 3 bulan) dan pada periode yang lain polanya akan berlawanan. Di Indonesia dikenal dengan 2 istilah monsun yaitu monsun Asia dan Monsun Australia. Monsun Asia berkaitan dengan musim hujan di Indonesia, sedangkan Monsun Australia berkaitan dengan musim kemarau.

Normal : Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan periode waktu yang tidak ditentukan (1971-2000, 1976-2005, 1978-2007, dsb)

OLR (Outgoing Longwave Radiation).

: Radiasi gelombang panjang (infra merah) yang dipancarakan keluar dari bumi. OLR yang bernilai negatif menunjukkan tutupan awan konvektif yang banyak, sedangkan nilai positif tutupan awan konvektifnya sedikit.

Rata-rata : Nilai rata-rata suatu variabel selama minimal periode 10 tahun (1971 -1980, 1976-1985, 1993-2002, 1995-2010, dsb)

Shearline : Garis atau zona lintasan yang terdapat perubahan arah dan kecepatan angin secara tiba-tiba.

SOI (Southern Oscillation Index)

: Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas El Nino atau La Nina.

Standar Normal : Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan periode waktu yang sudah ditentukan, dimulai tahun berakhiran 1 diakhiri tahun berakhiran 0 (1961-1990, 1971-2000, 1981-2010, dst)

Konveksi : Pergerakan molekul-molekul pada fluida (cairan atau gas) Updraft : Pergerakan vertikal ke atas dari suatu kolom udara yang berhub-

ungan dengan fenomena cuaca

Referensi

Dokumen terkait

Gunakan fitur ini untuk mencetak pada kertas berukuran letter apabila ada pekerjaan A4 yang dikirimkan namun tidak ada kertas A4 yang dimasukkan ke dalam perangkat (atau untuk

Tokoh yang mempelopori postmodern adalah Francois Lyotard (1942), yang menerbitkan buku yang berjudul THE POST MODERN CONDITION.. Rosenau (dalam Ritzer,1997:8-9)

 Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-14/PB/2013 tentang Pelaksanaan Konfirmasi Surat Setoran Penerimaan Negara Menggunakan Aplikasi Konfirmasi.. KPPN Semarang I M M M

Tujuan utama analisis dengan metode elemen hingga adalah memperoleh nilai pendekatan (bukan nilai eksak) dari perpindahan dan tegangan yang terjadi pada

Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan diatas, maka peneliti dapat menarik kesimpulan dalam persepsi mantan penari sintren terhadap

Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan di SMK Negeri 1 Kasihan terdapat beberapa kekurangan dalam proses pembelajaran, salah satunya prestasi belajar di kelas XI

Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan DEPTAN B Pertanian, Kedokteran Hewan dan Lingkungan 03/Akred- LIPI/P2MBI /9/2006 Â 14 Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat.. ISSN