Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam
BULETIN
BMKG
K A T A P E N G A N T A R
Bumi adalah tempat kita berpijak, berbagai kebutuhan kita disediakan oleh bumi. Yang lahir dan hidup di bumi bukan hanya generasi saat ini, namun berkelanjutan untuk anak cucu di masa depan. Jika mengulas tentang bumi, begitu banyak aspek yang diperhatikan. Mulai dari aspek lingkungan, ekonomi, politik, sampai kegiatan manusia. Semua mempunyai kontribusi besar bagi keadaan bumi nantinya. Salah satu faktor terpenting adalah faktor meteorologi, yang berperan dalam mendorong berbagai program pembangunan di bumi. Dengan menilik hal itu, serta mengkhususkan pada pembangunan di kawasan Barelang, Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam setiap bulannya menerbitkan BULETIN METEOROLOGI.
Buletin Meteorologi edisi Desember 2014 akan mengulas informasi hasil evaluasi cuaca dan iklim wilayah Kepulauan Riau pada bulan November 2014, prakiraan hujan dan gelombang laut, serta prakiraan pasang surut bulan Desember 2014. Buletin ini dibuat sebagai salah satu sarana penunjang penyampaian informasi meteorologi, baik kepada para pengguna jasa informasi meteor-ologi dan juga kepada masyarakat umum.
Kami menyadari bahwa penulisan buletin ini masih belum sempurna, terdapat banyak keku-rangan dan belum dapat memenuhi kebutuhan seluruh pembaca. Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas dari media informasi ini. Besar harapan kami agar buletin ini dapat terus berkembang dan berkesinambungan, serta dapat menjawab semua pertan-yaan mengenai isu-isu meteorologI di wilayah Kepulauan Riau
. KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I
HANG NADIM BATAM
PHILIP MUSTAMU M.Si. NIP. 19590406 198203 1 002
TIM REDAKSI
PELINDUNG : PHILIP MUSTAMU, M.Si. KEPALA STASIUN METEOROLOGI
KELAS I HANG NADIM BATAM PENANGGUNGJAWAB : TRI AGUS PRAMONO, S.Kom
KEPALA SEKSI DATA DAN INFORMASI
ANGGOTA TIM : YAYAN HERMAWAN DUDI JUHANDINATA, S.Stat., M.M.
SRI SULISMIYATI, A.Md. PURWO AJI SETIAWAN, S.ST. AGITA DEVI PRASTIWI, A.Md. DEBORA TRULY MARPAUNG, S.ST.
SABILA RAHMABUDHI, A.Md. TATA NASKAH NANGSIP CAHYANA, S.SI.
DUATI WARDANI, S.SI. MOHAMMAD TAUFIQ, S.SI.
STASIUN METEOROLOGI HANG NADIM BATAM Jl. Hang Nadim Batu Besar, batam 29466
Phone : +62-778-761507 ext 1025 Fax. +62-778-761401 E-mail : [email protected] hangnadim.kepri.bmkg.go.id bmkg.bpbatam.go.id
K A T A P E N G A N T A R
I . R I N G K A S A N 4
I I . P E N G E R T I A N 5
I I I . A N A L I S A C U A C A D A N I K L I M A. KERAGAMAN HUJAN
B. DINAMIKA ATMOSFIR & LAUTAN BULAN NOVEMBER 2014 1. Monsun
2. El Nino - Southern Oscilation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD)
3. Madden - Julian Oscilation (MJO) 4. IOD (Indian Ocean Dipole)
C. ANALISIS HUJAN BULAN NOVEMBER 2014
1. Analisa Unsur Cuaca Signifikan Bulan November 2014 Stamet Hang Nadim
5 7 7 9 1 0 1 2 1 2 1 5 I V . P R A K I R A A N B U L A N D E S E M B E R 2 0 1 4 A. DINAMIKA ATMOSFIR
1. Tekanan Udara dan Angin
2. ENSO (El Nino - Southern Oscilation) 3. MJO
4. Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole) A. PRAKIRAAN HUJAN BULAN DESEMBER 2014
1. Prakiraan Hujan Dasarian 2. Prakiraan Hujan Bulanan
1 7 1 7 1 8 1 9 2 1 2 3 2 4 V . P R A K I R A A N A N G I N , G E L O M B A N G D A N A R U S L A U T B U L A N D E S E M B E R 2 0 1 4 2 6 V I . P R E D I K S I P A S A N G S U R U T B U L A N D E S E M B E R 2 0 1 4 3 0 V I I . I N F O R M A S I M A T A H A R I T E R B I T / T E R B E N A M D A N B U L A N T E R B I T / T E R B E N A M D E S E M B E R 2 0 1 4 3 5 V I I I . D A F T A R I S T I L A H 3 8
1. Berdasarkan data curah hujan bulan November 2014 yang diterima dari stasiun / pos hujan di Barelang yang mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan November 2014 adalah sebagai berikut:
Secara umum bahwa kejadian hujan di Pulau Batam cukup merata ditandai dengan sifat hujan berada pada kisaran dibawah normal terhadap rata-ratanya kecuali untuk wilayah Pagoda yang memiliki sifat hujan normal atau sesuai dengan rata-ratanya. Jumlah curah hujan di wilayah Batam berkisar antara 0.5 – 130 mm. Berdasarkan hasil analisa angin di sekitar wilayah Kepulauan Riau dominan dari arah Selatan hingga Barat dengan ke-cepatan 5 hingga 20 km/jam.
Untuk kondisi atmosfer dibulan November 2014 adalah sebagai berikut: MJO pada bulan November berada pada fase 1 hingga 8 dengan sifat kuat hingga lemah. Wilayah Indonesia berada fase 3 sampai 5 dalam hal ini MJO melewati wilayah Indonesia namun MJO kurang berpengaruh terhadap penambahan curah hujan di wilayah Indonesia termasuk Batam karena saat MJO melewati wilayah Indonesia sifatnya lemah. Secara umum nilai OLR pada bulan November bernilai relatif rendah di utara wilayah Indone-sia termasuk Kepulauan Riau. Nilai OLR yang semakin kecil menunjukkan bahwa se-makin banyak tutupan awan konvektif di wilayah tersebut. Kondisi rata-rata suhu muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia termasuk Kepulauan Riau pada bulan Novem-ber 2014 Novem-berkisar antara 28.0 0C hingga 30.0 0C. Suhu muka laut yang hangat (>27.0 0C) mengindikasikan ketersediaan uap air yang lebih banyak. Kondisi yang demikian ini meningkatkan kemungkinan terjadinya pembentukan awan-awan yang menjulang tinggi sehingga berpotensi menyebabkan terjadinya hujan. Nilai anomali suhu muka laut di wilayah perairan Indonesia secara umum merata, termasuk Kepulauan Riau sebesar 0.5 - 1.5 terhadap normalnya, hal ini menunjukan pada bulan November 2014 kondisi suhu muka laut berada pada nilai diatas normalnya.
II. Secara umum kondisi cuaca bulan November 2014 di Batam berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai November 2014 hingga Desember 2015. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan dasarian di Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam periode November 1998 s.d November 2014. Dengan membandingkan pred-iksi hujan model ARIMA dengan normal hujan dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0,919092 dan RMSE (error) 9.2247 dan dengan mempertimbangkan kondisi tera-khir dinamika atmosfer di wilayah Indonesia dan sekitarnya, serta membandingkan dengan normal hujannya maka sifat hujan bulan November 2014 adalah normal dengan curah hujan bulanan antara 150 mm – 400 mm.
A. SIFAT HUJAN
Sifat Hujan adalah Perbandingan antara jumlah curah hujan yang terjadi selama satu bulan dengan nilai rata-rata atau normal dari bulan tersebut di suatu tempat.
Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) kriteria, yaitu:
1. Di atas normal ( A ), jika nilai perbandingannya lebih besar dari 115 %. 2. Normal ( N ), jika nila perbandingannya antara 85 % - 115 %.
3. Di bawah normal ( B ), jika nilai perbandingannya kurang dari 85 %.
B. NORMAL CURAH HUJAN
1. RATA-RATA CURAH HUJAN BULANAN:
Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan dengan periode minimal 10 tahun. 2. NORMAL CURAH HUJAN BULANAN :
Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan selama periode 30 tahun. 3. STANDARD NORMAL CURAH HUJAN BULANAN :
Nilai rata-rata curah hujan pada masing-masing bulan selama periode 30 tahun dimulai dari 1 Januari 1901 s/d 31 Januari 1930, 1 Januari 1931 s/d 31 Januari 1960, 1 Januari 1961 s/d 31 Januari 1990, dan seterusnya.
C. INTENSITAS CURAH HUJAN (CH)
III. ANALISA CUACA DAN IKLIM
A . K E R A G A M A N H U J A N
Kepulauan Riau merupakan wilayah negara Indonesia yang berbentuk kepulauan dan dilewati garis khatulistiwa. Wilayah negara Indonesia dilewati oleh garis katulistiwa serta dikelilingi oleh dua Samudra dan dua Benua. Posisi ini menjadikan Indonesia sebagai daerah pertemuan sirkulasi meridional (Utara-Selatan) dikenal sebagai Sirkulasi Hadley dan sirku-lasi zonal (Timur-Barat) dikenal sebagai Sirkusirku-lasi Walker, dua sirkusirku-lasi yang sangat mem-pengaruhi keragaman iklim di Indonesia.
KRITERIA CH CH/hari CH/Jam
Sangat Lebat > 100 mm > 20 mm Lebat 50 - 100 mm 10 - 20 mm Sedang 20 - 50 mm 5 - 10 mm
Ringan 5 - 20 mm 1 - 5 mm
Pergerakan matahari yang berpindah dari 23.5o Lintang Utara ke 23.5o Lintang Selatan sepanjang tahun mengakibatkan timbulnya aktivitas monsun yang juga ikut berperan dalam mempengaruhi ke-ragaman iklim. Pengaruh lokal terhadap keke-ragaman iklim juga tidak dapat diabaikan, karena Kepu-lauan Riau merupakan kepuKepu-lauan dengan bentuk topografi sangat beragam menyebabkan sistem golakan lokal cukup dominan. Faktor lain yang diperkirakan ikut berpengaruh terhadap keragaman iklim ialah gangguan siklon tropis. Semua aktivitas dan sistem ini berlangsung secara bersamaan se-panjang tahun akan tetapi besar pengaruh dari masing-masing aktivitas atau sistem tersebut tidak sama dan dapat berubah dari tahun ke tahun.
El-Nino dan La-Nina merupakan salah satu akibat dari penyimpangan iklim. Fenomena ini akan menyebabkan penurunan dan peningkatan jumlah curah hujan untuk beberapa daerah di Indonesia. Pengaruh El-Nino kuat pada daerah yang berpola hujan monsun, lemah pada daerah berpola hujan equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan pola hujan lokal, sedangkan IOD (Indian Ocean Dipole) hanya berpengaruh jelas pada daerah berpola hujan monsun.
Selain akibat pengaruh fluktuasi suhu permukaan laut di samudera pasifik (El Nino-Southern Os-cillation / ENSO) dan Samudera Hindia (Indian Ocean Dipole / IOD), fenomena fase aktif osilasi intra-musiman yang dikenal sebagai MJO (Madden-Julian Oscillation) juga mempengaruhi keragaman hujan di Indonesia. Menurut Geerts and Wheeler (1998) MJO akan menyebabkan terjadinya variasi pada pola angin, SML (Suhu Muka Laut), awan dan hujan. Fase aktif MJO bila bersamaan waktunya dengan monsun timur laut di Kepulauan Riau (Desember-April) dapat menyebabkan terjadinya pe-ningkatan curah hujan sekitar 200%.
Pergerakan MJO ke timur dari samudra India menuju samudra Pasifik dibagi dalam 8 phase. Pha-se-1 di Afrika (210° BB - 60° BT), phase-2 di samudra India bagian barat (60° BT – 80° BT), phase-3 di samudra India bagian timar (80° BT – 100° BT) phase-4 & phase-5 di benua maritim Indonesia ( 100° BT – 140° BT), phase-6 di kawasan Pasifik barat (140°BT-160° BT), phase 7 di Pasifik tengah ( 160° BT – 180° BT) , dan phase-8 daerah konveksi di belahan bumi bagian barat ( 180° – 160° BB). Pada umumnya hujan tropis berasal dari awan konvektif dengan puncak awan sangat dingin (sedikit mengemisi radiasi gelombang panjang), oleh karenanya sangat baik memonitor MJO dengan memper-hatikan variasi OLR (Outgoing Longwave Radiation)yang dipantau melalui sensor infra merah pada sa-telit.
Gbr.2 Peta Anomali Suhu Muka Laut bulan November 2014
B. DINAMIKA ATMOSFER & LAUTAN BULAN NOVEMBER 2014
1. Monsun
Pada bulan November matahari sudah berada jauh melewati garis equator dan sudah berada di wilayah Bumi Bagian Selatan dengan pergerakan semu sejauh kurang lebih 1.5° yaitu dari 22°LS menuju 23.5°LS. Hal ini berdampak ke peningkatan suhu muka laut di se-kitar wilayah equator dan BBS yang memicu terbentuknya pola-pola tekanan udara rendah. Pada bulan November 2014 tercatat ada dua kejadian siklon tropis yaitu siklon tropis Nuri dan siklon tropis Sinlaku. Namun hal ini kurang berpengaruh terhadap bertambahnya jumlah curah hujan di wilayah Kepulauan Riau.
Gbr.1 Peta Rata-rata Suhu Muka Laut bulan November 2014
Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/ sst_analysis/images/monsstv2.png
Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/ sst_analysis/images/monanomv2.png
Kondisi rata-rata suhu muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia termasuk Kepulauan Riau pada bulan November 2014 berkisar antara 28.0 0C hingga 30.0 0C (Gbr.1). Suhu muka laut yang hangat (>27.0 0C) mengindikasikan ketersediaan uap air yang lebih ban-yak. Kondisi yang demikian ini meningkatkan kemungkinan terjadinya pembentukan awan-awan yang menjulang tinggi sehingga berpotensi menyebabkan terjadinya hujan. Nilai anomali suhu muka laut (Gbr.2) di wilayah perairan Indonesia secara umum merata, termasuk Kepulauan Riau sebesar 0.5 - 1.5 terhadap normalnya hal ini menunjukan pada bulan Novem-ber 2014 kondisi suhu muka laut Novem-berada pada nilai diatas normalnya.
Keadaan seperti ini juga mendukung dalam proses pembentukan awan-awan konvektif di wilayah Kepulauan Riau sehingga jumlah curah hujan cenderung meningkat pada bulan No-vember 2014.
Pada bulan November 2014, tekanan udara di BBU secara umum lebih tinggi daripada BBS menyebabkan massa udara bergerak dari BBU (bertekanan tinggi) menuju BBS (bertekanan rendah) sehingga menyebabkan pola angiin di sekitar wilayah Kepulauan Riau dominan bertiup dari arah barat hingga utara serta membentuk pola belokan angin (shearline). Pada daerah belokan angin terjadi perlambatan kecepatan angin yang menyebabkan penumpukkan massa udara sehingga terjadi pengangkatan massa udara, sedangkan pola konvergen menyebabkan daerah-daerah pertemuan massa udara sehingga keduanya menimbulkan potensi pemben-tukan awan-awan konvektif.
Gbr.3 Rata-rata Tekanan Udara Permukaan Laut bulan November 2014
Sumber : : http://www.bom.gov.au/cg-bin/climate/cmb.cgi? page=map&variable=mslp&vstatus=mean&period=month&area=rsmc
Berdasarkan hasil analisa angin (Gbr.5), di wilayah Kepulauan Riau angin bertiup dengan kecepatan 5 hingga 10 knot. Kondisi angin dengan kecepatan lemah ini mendukung dalam proses pembentukan banyak awan.
2. El Nino - Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD)
Pada bulan November 2014, ENSO berada pada kondisi normal. Hal ini ditunjukkan dengan nilai anomali SST Nino 3.4 pada akhir November 2014 sebesar +1.08 °C.Sedangkan kondisi SOI (Southern Oscillation Index) pada November 2014 berada pada kondisi normal. Nilainya pada akhir November 2014 sebesar -9.3 Hal ini tidak berpengaruh terhadap penam-bahan atau pengurangan jumlah curah hujan pada bulan November 2014 di wilayah Kepu-lauan Riau.
Gbr.5 Rata-rata Arah dan Kecepatan Angin 850 mb bulan November 2014 Gbr.4 Klimatologi Arah Angin 3000 Feet bulan November 2014
Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?
3. Madden-Julian Oscillation ( MJO)
a. Outgoing Longwave Radiation (OLR)
OLR merupakan suatu radiasi gelombang panjang yang dipancarkan oleh bumi ke luar angkasa. Tidak semua radiasi gelombang panjang yang terpancar dari bumi sampai ke luar angkasa. Awan-awan konvektif adalah salah satu faktor yang menghalangi perjalanan gelombang panjang. Jika pada suatu wilayah tertutup hamparan awan konvektif, maka nilai OLR akan kecil. Secara umum nilai OLR pada bulan November bernilai relatif ren-dah di utara wilayah Indonesia termasuk Kepulauan Riau. Nilai OLR yang semakin kecil ini menunjukkan bahwa semakin banyak tutupan awan konvektif di wilayah tersebut.
Gbr.7 Grafik indeks ENSO / SOI Gbr.6 Grafik indeks SST Nino3.4
Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml
Gbr.8 Rata-rata OLR bulan November 2014
b. Fase MJO (Median Julian Oscilation)
MJO pada bulan November 2014 berada pada fase 8 hingga 4 dengan sifat kuat hingga lemah. Wilayah Indonesia berada fase 3 sampai 5, dalam hal ini MJO melewati wilayah Indonesia namun MJO kurang berpengaruh terhadap penambahan curah hujan di wilayah Indonesia termasuk Batam karena saat MJO melewati wilayah Indonesia sifatnya lemah.
Gbr.9 Fase MJO Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi? page=map&variable=olr&vstatus=mean&period=month&area=rsmc
4. IOD (Indian Ocean Dipole)
Fenomena Dipole Mode di Samudera Hindia atau IOD (Indian Ocean Dipole) berada pada kisaran di bawah normal dengan kondisi netral (-0,5 °C s.d. 0,5 °C). Pada akhir No-vember 2014 nilai IOD memiliki kondisi normal yang bernilai 0.07 0C, sehingga bisa diketahui bahwa selama bulan November 2014 secara umum IOD kurang signifikan dalam menambah peluang pertumbuhan awan di wilayah Indonesia bagian barat termasuk wilayah Kepulauan Riau.
C. ANALISIS HUJAN BULAN NOVEMBER 2014
Berdasarkan data curah hujan bulan November 2014 yang diterima dari stasiun / AWS (Automatic
Weather Station) di Pulau Batam yang mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka evaluasi jumlah curah hujan
dan sifat hujan bulan November 2014 adalah sebagai berikut: Gbr.10 Grafik IOD
Dari tabel di atas tampak bahwa kejadian hujan di Pulau Batam cukup merata ditandai dengan sifat hujan secara umum berada pada kisaran dibawah normal terhadap rata-ratanya kecuali untuk wilayah Hang Nadim dan Pagoda yang memiliki sifat hujan normal atau sesuai dengan rata-ratanya. Jumlah curah hujan di wilayah Batam berkisar antara25 – 300 mm.
Tabel.1 Analisis Curah Hujan dan Sifat Hujan November 2014
Gbr.11 Evaluasi Curah Hujan Bulan November 2014
Lokasi RR September 2014 (mm) Rata - rata (mm) Sifat Hujan
Hang Nadim 222.1
239.5
NormalMukakuning 201.0
258.7
Bawah NormalNongsa 107.2
243.6
Bawah NormalTg. Uncang 27.6 212.8 Bawah Normal
Pagoda 266.2
312.6
NormalGbr.12 Evaluasi Sifat Hujan Bulan November 2014
Dari gambar peta isohyet di atas dapat diketahui konsentrasi hujan di Barelang yang terjadi selama bulan November 2014. Sebaran hujan cukup merata di wilayah Pulau Batam, Rempang dan Galang. dengan nilai antara 200 – 350 mm. konsentrasi jumlah curah hujan tertinggi terdapat di wila-yah Bandara Hang Nadim.
1. Analisa Unsur Cuaca Signifikan Bulan November 2014 Stamet Hang Nadim a. Hujan
Sifat hujan bulan November 2014 di Barelang adalah Bawah Normal (B) sampai dengan Normal (N) dengan curah hujan selama sebulan berkisar 27,6 - 266,2 mm atau antara 10,9 % - 105,6 %. Curah hujan terendah terjadi di Tanjung Uncang dan tertinggi di Pagoda. Khusus di Hang Nadim dalam bulan November 2014 terdapat 20 hari hujan terukur dan 2 hari hujan tidak terukur (ttu) dengan total curah hujan sebesar 222,1 mm atau berkisar 88,1% dari rata-rata yang berarti sifat hujannya adalah Normal (N). Pada dasarian I terjadi 6 hari hujan dengan jumlah curah hujan 74,2 mm, dasarian II terjadi 8 hari hujan dengan jumlah curah hujan 108,6 mm, dan dasarian III terjadi 8 hari hujan dengan jumlah curah hujan 39,3 mm. Curah hujan tertinggi 59,4 mm terjadi pada tanggal 13 November 2014.
b. Suhu Udara
Suhu udara harian rata-rata berkisar antara 23,4 - 27,0 °C. Suhu udara terendah dalam bulan November 2014 adalah 22,0 °C terjadi pada tanggal 30 November 2014 pagi hari dan suhu udara tertinggi 33,6 °C terjadi pada tanggal 4 November 2014 siang hari.
C. Kelembaban Udara
Kelembaban udara harian rata-rata berkisar antara 74 % - 993 %. Kelembaban udara terendah 53% terjadi pada tanggal 7 November 2014 siang hari, sedangkan kelembaban udara tertinggi 98% terjadi tanggal 7, 13 dan 23 November 2014. Dengan demikian udara pada bulan November 2014 lebih basah dibandingkan bulan Oktober 2014.
d. Angin Permukaan
Selama periode dasarian I – III November 2014 angin permukaan secara umum didominasi dari arah Timur Laut sampai Barat Daya dengan kecepatan rata-rata 7 km/jam - 10 km/jam, arah dan kecepatan maximum dari Selatan sekitar 32 km/jam terjadi pada tanggal 10 November 2014.
Gbr.14 Grafik Suhu Udara bulan November 2014 di Hang Nadim
A. DINAMIKA ATMOSFIR 1. Tekanan Udara dan Angin.
Pada bulan Desember 2014, posisi matahari berada di BBS (Belahan Bumi Selatan) dengan pergerakan semu sejauh kurang lebih 1,5° yaitu dari 22°LS menuju 23,5°LS (http:// www.physicalgeography.net). Namun, dominasi pola-pola daerah bertekanan udara rendah pada Desember akan bergeser ke wilayah Bumi Bagian Selatan (BBS).
Sehingga, pola angin rata-rata bulan Desember 2014secara umum akan bertiup dari Bumi Bagian Utara (BBU) menuju Bumi Bagian Selatan (BBS). Sedangkan untuk wilayah Kepulauan Riau, seperti yang terlihat pada Gbr.17, pola angin yang terbentuk berada dekat dengan daerah belokan angin (shearline) dan pusaran angin (eddy). Pola angin ini cenderung mendukung dalam proses pertumbuhan awan-awan hujan.
I V . P R A K I R A A N B U L A N D E S E M B E R 2 0 1 4
Prediksi Anomali Suhu Muka Laut periode Desember 2014
Rata-rata Tekanan Udara Bulan Desember 2014
Gbr.16 Prediksi Anomali Suhu Muka Laut dan Rata-rata Tekanan Udara pada Bulan Desember 2014
Sumber: http://www.esrl.noaa.gov/psd/cgi-bin/data/composites/ Sumber: http://pred.ldeo.columbia.edu/forecast/sst/12/
2. ENSO (EL Nino-Southern Oscillation)
ENSO merupakan salah satu fenomena cuaca skala global yang mempengaruhi penambahan curah hujan (fase La Nina) maupun pengurangan curah hujan (fase El Nino) di wilayah Indonesia. Prediksi ENSO menurut institusi internasional yaitu NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration), POAMA (Predictive Ocean Atmosphere Model for Australia), BMKG, dan JAMSTEC (Japan Agency for Marine-Earth Science and Technology) menyatakan bahwa terjadi EL Nino Lemah untuk Desember 2014.
Dengan demikian, di Wilayah Indonesia, khususnya di Indonesia bagian Timur diprediksi akan terjadi pengurangan jumlah curah hujan.
Gbr.17 Rata-rata Streamline 3000 feet Desember 2014
Salah satu parameter ENSO yaitu data SOI (Southern Oscillation Index) dari BoM (Bureau of Meteorology Australia) hingga awal Desember menunjukkan kondisi normal dengan nilai mencapai -9.3. Sehingga diprakirakan untuk bulan Desember 2014 di wilayah Indonesia tidak akan terdapat penambahan jumlah curah hujan yang signifikan.
3. MJO (Madden-Julian Oscillation)
Salah satu fenomena cuaca global yang juga mempengaruhi jumlah curah hujan di Indonesia, khususnya daerah dekat khatulistiwa adalah osilasi gugusan awan atau disebut MJO. Berdasarkan data dari NOAA, diprakirakan pada tanggal 29 Nopember s.d 13 Desember 2014 MJO mengalami peningkatan aktivitas. Pada akhir November hingga pertengahan Desember intensitasnya meningkat namun tidak saat berada di sekitar Kepu-lauan Indonesia, pada saat melewati wilayah Indonesia sifatnya lemah. Sehingga diprediksi tidak mempengaruhi jumlah curah hujan di wilayah Indonesia. Sedangkan berdasarkan data anomali OLR (Outgoing Longwave Radiation) yang merupakan salah satu indikator MJO menunjukkan nilai-5 s.d +5 Wm-2 di sekitar Indonesia Bagian Barat. Hal ini berarti tutupan awan di wilayah Kepulauan Riau pada Desember 2014 cenderung lebih sedikit.
Gbr.20 Grafik Fase MJO pada Bulan November 2014 dan Prakiraan Bulan Desember 2014
Gbr.21 Anomali OLR sampai dengan 31 November 2014 dan prakiraan 15 hari kedepan
Sumber: http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/
4. Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole)
Fenomena cuaca global terakhir yang juga mempengaruhi peluang hujan di Indonesia, khususnya Indonesia Bagian Barat, adalah dipole mode. Menurut data dari BoM, grafik indeks IOD sampai akhir Desember 2014 berada pada kondisi normal dengan nilai terakhir +0.07 (Gbr.22) dibandingkan dengan nilai normalnya kisaran -0,5 0C s.d 0,5 0C dan BMKG mempred-iksi nilai indeks dipole mode pada bulan Desember 2014 bernilai 0,09. (Gbr.23). Secara umum berdasarkan data prakiraan yang didapat dari BMKG dan BoM keduanya menunjukan bahwa nilai IOD pada bulan Desember 2014 tidak berpengaruh terhadap penambahan curah hujan di wilayah Indonesia Bagian Barat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa IOD masih dalam kondisi normal sehingga penambahan curah hujan di Indonesia bagian barat kurang signifikan.
Gbr.22 Grafik indeks IOD sampai dengan akhir Desember 2014 dari BoM
Gbr. 23 Prediksi Indeks Dipole Mode dari BoM dan BMKG Sumber:www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml
5. Tinjauan Klimatologis
Kondisi cuaca bulan Desember 2014 di Batam berdasarkan data klimatologis selama 21 tahun (1993-2013) diketahui:
Secara umum curah hujan merata di seluruh wilayah Batam berkisar antara 100 – 350 mm selama bulan Desember. Wilayah Batam bagian Tengah merupakan daerah dengan konsentrasi hujan tertinggi yaitu sekitar 250 – 350 mm. Sedangkan daerah Batam Timur dengan konsentrasi hujan terendah yaitu sekitar 100 – 150 mm.
Kesimpulan:
Dari uraian di atas diketahui bahwa peluang pertumbuhan awan-awan hujan di Batam pada bulan Desember 2014 cenderung lebih kecil dibandingkan pada bulan November dan peluang jumlah intensitas curah hujan juga lebih kecil.
Minimum Rata-rata Maksimum
SUHU UDARA (C) 22.8 26.6 30.5
KELEMBAPAN UDARA 54% 85% 100%
ANGIN (Km/Jam) 8 12 20
HARI HUJAN 17 22 29
B. PRAKIRAAN HUJAN BULAN DESEMBER 2014 1. Prakiraan Hujan Dasarian
Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai Desember 2014 hingga Januari 2015. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan dasarian Hang Nadim periode Desember 1998 s.d November 2014.
Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan normal hujan dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.90549 dan RMSE (error) 9.5819. Hasilnya menunjukkan bahwa curah hujan di bulan Desember 2014 diprakirakan:
Sesuai dengan kriteria sifat hujan dalam dasarian, prakiraan curah hujan pada dasarian I berada pada atas normalnya, dasarian II berada pada bawah normalnya sedangkan curah hujan pada dasarian III berada pada normalnya.
2. Prakiraan Hujan Bulanan
Berdasarkan data-data dan analisis model serta program HyBMG 2.0.7 dapat diperoleh hasil prakiraan curah hujan satu bulan pada bulan Desember 2014 di wilayah Barelang sebagai berikut:
Gbr.24 Peta Prakiraan Curah Hujan Bulan Desember 2014 Tabel.2 Prakiraan Curah Hujan Bulan Desember 2014
Berdasarkan prakiraan curah hujan bulan Desember 2014 dapat diperoleh sifat hujan bu-lan Desember 2014 di Barebu-lang sebagai berikut :
Tabel.3 Prakiraan Sifat Hujan Bulan DESEMBER 2014
Berdasarkan peta prakiraan angin dan gelombang laut mingguan di wilayah perairan Kepulauan Riau pada bulan Desember 2014 yang dibuat Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam menggunakan Software Windwave - 05, dapat disampaikan prakiraan angin permukaan dan tinggi gelombang laut serta arus laut perairan Kepulauan Riau dan sekitarnya sebagai berikut:
V . P R A K I R A A N A N G I N D A N G E L O M B A N G L A U T
D E S E M B E R 2 0 1 4
Tabel.4 Prakiraan Tinggi Gelombang Laut Bulan Desember 2014
WILAYAH PERAIRAN
TINGGI GELOMBANG
( m )
ARAH & KECEP. ANGIN ( km/jam )
ARUS LAUT ( cm/s )
Batam - Tanjung Pinang 0,5 – 1,25 Timur Laut - 10 Utara - 5
Batam - Tarempa 1 – 2 Timur Laut - 10 Barat Laut - 25
Batam - Natuna 1 – 2 Timur Laut - 10 Barat Daya - 30
Batam - Karimun 0,5 – 1,25 Timur Laut - 10 Timur Laut - 5
Batam - Lingga 1 – 1,5 Timur Laut - 10 Barat Laut - 15
Batam - Singapura 0,5 – 1 Timur Laut - 10 Utara - 5
Batam - Dumai 0,5 – 1 Timur Laut - 10 Barat Daya - 5
Gbr.26 Peta Prakiraan Angin Minggu I Desember 2014
Gbr.28 Peta Prakiraan Tinggi Gelombang Laut Minggu I Desember2014
Gbr.30 Peta Prakiraan Arus Laut Minggu I Desember2014
A. Pendahuluan
Pasang surut air adalah gelombang yang mirip dengan gelombang air yang terjadi akibat tiupan angin. Pasang surut memiliki panjang gelombang yang panjang, seperti yang terdapat pada laut dalam namun terjadi untuk air dangkal, ini berarti pasang surut dibiaskan oleh keadaan topografi kedalaman bawah air. Periodenya pun cukup panjang, dalam orde jam. Pasang surut air terjadi disebabkan oleh gaya gravitasi dan gaya sen-trifugal yang ditimbulkan oleh gerakan bumi, bulan, dan matahari.
B. Pola Pasang Surut
Di seluruh dunia pasang surut berbeda baik ketinggian paras air maupun waktu kejadiannya. Area pantai yang hanya punya satu pasang surut tertinggi dan terendah setiap hari disebut diurnal tide (air pasang harian). Wilayah yang mengalami dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari disebut mempunyai semi-diurnal tide. Jika semi-diurnal tide mempunyai ketinggian air pasang yang dicapai berbeda dan saat surut juga level air tidak sama disebut semi-diurnal mixed tide.
Pola pasang surut dapat dijelaskan secara gelombang dengan grafik yang menunjukkan paras air untuk sumbu vertical dan sumbu mendatar menyatakan waktu hari. Pengamatan pasang surut dalam jangka waktu yang lama digunakan untuk menghitung rata-rata ketinggian pasang. Dengan nilai Rata-rata ini dapat dihitung anomaly pasang naik dan pasang surut air.
C. Paras Pasang Surut.
Ketinggian air tertinggi yang dicapai permukaan air setiap hari disebut High Wa-ter (HT) / Higt Tide (Ht). Titik terendah dimana permukaan air surut disebut Low Water (LW) / Low Tide. Mengingat Propinsi Kepulauan Riau sebagian besar wila-yahnya terdiri dari lautan maka phenomena Pasang Surut air laut sangat besar pengaruhnya terhadap kegiatan yang berhubungan dengan kelautan seperti Bongkar Muat di Pelabuhan Laut, kegiatan para nelayan dan lain sebagainya. Untuk itu dalam buletin ini kami sajikan prediksi pasang surut di seluruh Propinsi Kepulauan Riau yang meliputi 6 (enam) Kabupaten Kota Sebagai Berikut :
I. KOTA BATAM
1. Batu Ampar, Desember 2014
2. Sekupang, Desember 2014
1 2
II. KABUPATEN BINTAN
1. Tanjung Uban, Desember 2014
2. Tanjung Pinang, Desember 2014
3 4
III. KABUPATEN KARIMUN
1. Tanjung Balai Karimun, Desember 2014
IV. KABUPATEN LINGGA
1. Dabo Singkep, Desember 2014
6 5
IV. KABUPATEN ANAMBAS 1. Selat Peninting, Desember 2014
V. KABUPATEN NATUNA 1. Sedanau, Desember 2014
7
V I I . I N F O R M A S I M A T A H A R I T E R B I T / T E R B E N A M D A N B U L A N T E R B I T / T E R B E N A M D E S E M B E R 2 0 1 4
1. Stasiun Meterorologi Hang Nadim Batam
2. Stasiun Meteorologi Tanjung Pinang
Location : E104 07, N01 07, December 2013 DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm hm hm hm 1 0551 1754 1333 0106 2 0551 1755 1424 0158 3 0551 1755 1515 0249 4 0552 1755 1607 0342 5 0552 1756 1659 0434 6 0553 1756 1752 0528 7 0553 1757 1845 0621 8 0553 1757 1936 0713 9 0554 1758 2025 0803 10 0554 1758 2113 0851 11 0555 1758 2158 0937 12 0555 1759 2242 1021 13 0556 1759 2325 1104 14 0556 1800 000 1146 15 0557 1800 0008 1228 16 0557 1801 0051 1311 17 0558 1801 0135 1356 18 0558 1802 0222 1443 19 0559 1802 0312 1534 20 0559 1803 0404 1628 21 0600 1803 0500 1724 22 0600 1804 0558 1823 23 0601 1804 0657 1922 24 0601 1805 0755 2020 25 0602 1805 0852 2117 26 0602 1806 0947 2211 27 0603 1806 1040 2304 28 0603 1807 1131 2356 29 0604 1807 1222 000 30 0604 1808 1312 0047 31 0604 1808 000 000
Location : E104 32, N00 55, December 2013 DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm hm hm hm 1 0549 1753 1331 0105 2 0549 1753 1422 0156 3 0549 1754 1513 0248 4 0550 1754 1605 0340 5 0550 1755 1658 0433 6 0551 1755 1751 0526 7 0551 1755 1843 0619 8 0551 1756 1934 0711 9 0552 1756 2024 0801 10 0552 1757 2111 0849 11 0553 1757 2157 0935 12 0553 1758 2240 1019 13 0554 1758 2323 1102 14 0554 1759 000 1144 15 0555 1759 0006 1226 16 0555 1759 0049 1310 17 0556 1800 0134 1355 18 0556 1800 0220 1442 19 0557 1801 0310 1532 20 0557 1801 0402 1626 21 0558 1802 0458 1723 22 0558 1802 0556 1821 23 0559 1803 0655 1920 24 0559 1803 0753 2019 25 0600 1804 0850 2115 26 0600 1804 0945 2210 27 0601 1805 1038 2302 28 0601 1805 1129 2354 29 0602 1806 1220 000 30 0602 1806 1310 0045 31 000 000 000 000
3. Stasiun Meteorologi Ranai Natuna
4. Stasiun Meteorologi Tanjung Balai Karimun
Location : E108 24, N03 55, December 2013 DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm hm hm hm 1 0546 1741 1323 0057 2 0546 1741 1413 0149 3 0547 1741 1503 0242 4 0547 1742 1554 0335 5 0548 1742 1646 0428 6 0548 1742 1739 0522 7 0548 1743 1831 0615 8 0549 1743 1923 0707 9 0549 1744 2012 0757 10 0550 1744 2100 0845 11 0550 1745 2146 0930 12 0551 1745 2231 1014 13 0551 1745 2315 1056 14 0552 1746 2358 1137 15 0552 1746 000 1218 16 0553 1747 0042 1301 17 0553 1747 0128 1345 18 0554 1748 0215 1431 19 0554 1748 0305 1521 20 0555 1749 0358 1614 21 0555 1749 0454 1711 22 0556 1750 0552 1809 23 0556 1750 0651 1909 24 0557 1751 0749 2008 25 0557 1751 0845 2105 26 0558 1752 0939 2200 27 0558 1752 1031 2254 28 0559 1753 1121 2347 29 0559 1753 1211 000 30 0600 1754 1300 0039 31 000 000 1350 0131
Location : E103 23, N01 03, December 2013 DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm hm hm hm 1 0553 1757 1336 0110 2 0554 1758 1427 0201 3 0554 1758 1518 0252 4 0555 1759 1610 0345 5 0555 1759 1703 0437 6 0555 1759 1755 0531 7 0556 1800 1848 0624 8 0556 1800 1939 0716 9 0557 1801 2028 0806 10 0557 1801 2116 0854 11 0558 1802 2201 0940 12 0558 1802 2245 1024 13 0559 1802 2328 1107 14 0559 1803 000 1149 15 0559 1803 0011 1231 16 0600 1804 0054 1314 17 0600 1804 0138 1359 18 0601 1805 0225 1447 19 0601 1805 0315 1537 20 0602 1806 0407 1631 21 0602 1806 0503 1727 22 0603 1807 0601 1826 23 0603 1807 0700 1925 24 0604 1808 0758 2023 25 0604 1808 0855 2120 26 0605 1809 0950 2214 27 0605 1809 1043 2307 28 0606 1810 1134 2359 29 0606 1810 1225 000 30 0607 1811 1315 0050 31 000 000 000 000
5. Stasiun Meteorologi Dabo Singkep
6. Stasiun Meteorologi Tarempa
Location : E104 34, S00 28, December 2013 DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm hm hm hm 1 0548 1754 1331 0105 2 0548 1754 1422 0156 3 0548 1754 1513 0247 4 0549 1755 1606 0339 5 0549 1755 1658 0432 6 0550 1756 1751 0525 7 0550 1756 1844 0618 8 0551 1756 1935 0710 9 0551 1757 2024 0800 10 0551 1757 2112 0848 11 0552 1758 2157 0934 12 0552 1758 2241 1019 13 0553 1759 2323 1102 14 0553 1759 000 1144 15 0554 1800 0006 1226 16 0554 1800 0049 1310 17 0555 1801 0133 1355 18 0555 1801 0220 1442 19 0556 1802 0309 1533 20 0556 1802 0402 1627 21 0557 1803 0457 1723 22 0557 1803 0555 1822 23 0558 1804 0654 1921 24 0558 1804 0752 2019 25 0559 1805 0850 2115 26 0559 1805 0945 2210 27 0600 1806 1038 2302 28 0600 1806 1129 2354 29 0601 1807 1220 000 30 0601 1807 000 000 31 000 000 0429 1700
Location : E106 15, N03 12, December 2013 DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm hm hm hm 1 0545 1742 1324 0058 2 0546 1743 1414 0150 3 0546 1743 1504 0242 4 0547 1744 1556 0335 5 0547 1744 1648 0428 6 0547 1744 1741 0522 7 0548 1745 1833 0615 8 0548 1745 1924 0707 9 0549 1746 2014 0757 10 0549 1746 2102 0845 11 0550 1746 2148 0930 12 0550 1747 2232 1014 13 0551 1747 2316 1056 14 0551 1748 2359 1138 15 0552 1748 000 1219 16 0552 1749 0043 1302 17 0553 1749 0128 1346 18 0553 1750 0215 1433 19 0554 1750 0305 1523 20 0554 1751 0358 1616 21 0555 1751 0454 1712 22 0555 1752 0552 1811 23 0556 1752 0651 1910 24 0556 1753 0749 2009 25 0557 1753 0845 2106 26 0557 1754 0939 2201 27 0558 1754 1031 2255 28 0558 1755 1122 2347 29 0559 1755 1212 000 30 0559 1756 1302 0039 31 0600 1756 000 000
Anomali : Penyimpangan suatu variabel dari nilai rata-rata
Awan Konvektif : Awan tebal menjulang tinggi yang terbentuk dari proses pemanasan vertikal yang membawa uap air. Awan ini
mengakibatkan terjadinya hujan secara tiba-tiba, petir dan angin kencang.
Cold Surge : Aliran udara dingin dari daratan Asia yang menjalar memasuki wilayah Indonesia bagian barat, cold surge biasa terjadi pada saat Asia memasuki musim dingin.
Cuaca : Kondisi fisis atmosfer pada suatu wilayah yang sempit pada waktu tertentu
Dasarian : Periode sepuluh harian
Dipole Mode /IOD
(Indian Ocean Dipole) : Tingkat ketersediaan uap air akibat perbedaan suhu muka laut
antara Samudera Hindia dan Perairan Pantai Timur Afrika. DMI
(Dipole Mode Index) : Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas Dipole
Mode. DMI yang bernilai negatif akan menambah kandungan uap air di sekitar wilayah Sumatera, sehingga curah hujannya secara umum meningkat. Sedangkan nilai positif tidak
menambah kandungan uap air, sehingga curah hujan cenderung berkurang.
Divergensi : Beraian angin, yang mengindikasikan daerah cuaca baik Eddy : Pusaran angin dengan durasi harian dan biasanya jika suatu
daerah terdapat eddy, maka cenderung banyak hujan.
El Nino : Fenomena memanasnya suhu permukaan laut di Pasifik Timur sehingga secara umum menyebabkan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia berkurang.
ENSO
(El Nino-Shouthern
Oscillation)
: Fluktuasi musiman antara fase El Nino dan La Nina. Gelombang : Pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak lurus
permukaan laut.
Iklim : Kondisi Rata-rata cuaca dalam jangka waktu yang lama dan wilayah yang luas
ITCZ
(Intertropical
Convergence Zone)
: Daerah pertemuan massa udara antar benua dengan cakupan yang luas. Umumnya daerah-daerah yang dilintasi ITCZ berpotensi terjadi pertumbuhan awan-awan hujan lebat dan cukup lama (bisa lebih dari satu hari).
La Nina : Fenomena yang merupakan kebalikan dari El Nino. Secara umum menyebabkan curah hujan di Indonesia meningkat.
MJO
(Madden-Novemberan Oscillation)
: Fluktuasi musiman/osilasi/gelombang tekanan (pola tekanan tinggi-tekanan rendah) di kawasan tropik yang terkait dengan penambahan gugusan uap air yang menyuplai pembentukan awan hujan dengan periode lebih kurang 48 hari yang menjalar dari barat ke timur. Biasanya berawal di pantai timur Afrika kemudian menjalar ke timur dan menghilang di bagian tengah Pasifik. MJO ini berkaitan dengan OLR (Outgoing Longwave Radiation)
Monsun : Suatu pola sirkulasi angin yang berhembus secara periodik pada suatu periode (minimal 3 bulan) dan pada periode yang lain polanya akan berlawanan. Di Indonesia dikenal dengan 2 istilah monsun yaitu monsun Asia dan Monsun Australia. Monsun Asia berkaitan dengan musim hujan di Indonesia, sedangkan Monsun Australia berkaitan dengan musim kemarau.
Normal : Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan periode waktu yang tidak ditentukan (1971-2000, 1976-2005, 1978-2007, dsb)
OLR (Outgoing
Longwave Radiation).
: Radiasi gelombang panjang (infra merah) yang dipancarakan keluar dari bumi. OLR yang bernilai negatif menunjukkan tutupan awan konvektif yang banyak, sedangkan nilai positif tutupan awan konvektifnya sedikit.
Rata-rata : Nilai rata-rata suatu variabel selama minimal periode 10 tahun (1971 -1980, 1976-1985, 1993-2002, 1995-2010, dsb)
Shearline : Garis atau zona lintasan yang terdapat perubahan arah dan kecepatan angin secara tiba-tiba.
SOI (Southern
Oscillation Index)
: Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas El Nino atau La Nina.
Standar Normal : Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan periode waktu yang sudah ditentukan, dimulai tahun berakhiran 1 diakhiri tahun berakhiran 0 (1961-1990, 1971-2000, 1981-2010, dst)
Konveksi : Pergerakan molekul-molekul pada fluida (cairan atau gas) Updraft : Pergerakan vertikal ke atas dari suatu kolom udara yang