• Tidak ada hasil yang ditemukan

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam

BULETIN

BMKG

K A T A P E N G A N T A R

Bumi adalah tempat kita berpijak, berbagai kebutuhan kita disediakan oleh bumi. Yang lahir dan hidup di bumi bukan hanya generasi saat ini, namun berkelanjutan untuk anak cucu di masa depan. Jika mengulas tentang bumi, begitu banyak aspek yang diperhatikan. Mulai dari aspek lingkungan, ekonomi, politik, sampai kegiatan manusia. Semua mempunyai kontribusi besar bagi keadaan bumi nantinya. Salah satu faktor terpenting adalah faktor meteorologi, yang berperan dalam mendorong berbagai program pembangunan di bumi. Dengan menilik hal itu, serta mengkhususkan pada pembangunan di kawasan Barelang, Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam setiap bulannya menerbitkan BULETIN METEOROLOGI.

Buletin Meteorologi edisi Maret 2015 akan mengulas informasi hasil evaluasi cuaca dan iklim wilayah Kepulauan Riau pada bulan Februari 2015, prakiraan hujan dan gelombang laut, serta prakiraan pasang surut bulan Maret 2015. Buletin ini dibuat sebagai salah satu sarana penunjang penyampaian informasi meteorologi, baik kepada para pengguna jasa informasi meteorologi dan juga kepada masyarakat umum.

Kami menyadari bahwa penulisan buletin ini masih belum sempurna, terdapat banyak keku-rangan dan belum dapat memenuhi kebutuhan seluruh pembaca. Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas dari media informasi ini. Besar harapan kami agar buletin ini dapat terus berkembang dan berkesinambungan, serta dapat menjawab semua pertan-yaan mengenai isu-isu meteorologI di wilayah Kepulauan Riau

. KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I

HANG NADIM BATAM

PHILIP MUSTAMU M.Si. NIP. 19590406 198203 1 002

(2)

TIM REDAKSI

PELINDUNG : PHILIP MUSTAMU, M.Si. KEPALA STASIUN METEOROLOGI

KELAS I HANG NADIM BATAM

PENANGGUNGJAWAB : TRI AGUS PRAMONO, S.Kom KEPALA SEKSI DATA DAN

INFORMASI

ANGGOTA TIM : YAYAN HERMAWAN DUDI JUHANDINATA, S.Stat., M.M.

SRI SULISMIYATI, A.Md. DEBORA TRULY MARPAUNG, S.ST.

SABILA RAHMABUDHI, A.Md. PANDE MADE RONY, S.ST.

RIZKI ADZANI, S.ST. NANGSIP CAHYANA, S.SI.

DUATI WARDANI, S.SI. MOHAMMAD TAUFIQ, S.SI.

STASIUN METEOROLOGI HANG NADIM BATAM Jl. Hang Nadim Batu Besar, batam 29466

Phone : +62-778-761507 ext 1025 Fax. +62-778-761401 E-mail : stamet.hangnadim@bmkg.go.id Web: hangnadim.kepri.bmkg.go.id Web: bmkg.bpbatam.go.id

(3)

K A T A P E N G A N T A R

I . R I N G K A S A N 4

I I . P E N G E R T I A N 5

I I I . A N A L I S A C U A C A D A N I K L I M A. KERAGAMAN HUJAN

B. DINAMIKA ATMOSFIR & LAUTAN BULAN FEBRUARI 2015 1. Monsun

2. El Nino - Southern Oscilation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD)

3. Madden - Julian Oscilation (MJO) 4. IOD (Indian Ocean Dipole)

C. ANALISIS HUJAN BULAN FEBRUARI 2015

1. Analisa Unsur Cuaca Signifikan Bulan Februari 2015 Stamet Hang Nadim

5 7 7 9 1 0 1 2 1 2 1 5 I V . P R A K I R A A N B U L A N M A R E T 2 0 1 5 A. DINAMIKA ATMOSFIR

1. Tekanan Udara dan Angin

2. ENSO (El Nino - Southern Oscilation) 3. MJO

4. Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole) A. PRAKIRAAN HUJAN BULAN MARET 2015

1. Prakiraan Hujan Dasarian 2. Prakiraan Hujan Bulanan

1 7 1 7 1 8 1 9 2 1 2 3 2 4 V . P R A K I R A A N A N G I N , G E L O M B A N G D A N A R U S L A U T B U L A N M A R E T 2 0 1 5 2 6 V I . P R E D I K S I P A S A N G S U R U T B U L A N M A R E T 2 0 1 5 3 0 V I I . I N F O R M A S I M A T A H A R I T E R B I T / T E R B E N A M D A N B U L A N T E R B I T / T E R B E N A M M A R E T 2 0 1 5 3 5 V I I I . D A F T A R I S T I L A H 3 8

(4)

1. Berdasarkan data curah hujan bulan Februari 2015 yang diterima dari stasiun/pos hujan di Barelang yang mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan Februari 2015 adalah sebagai berikut :

 Bahwa kejadian hujan di kota Pulau Batam cukup merata ditandai dengan sifat hujan secara umum berada pada kisaran di bawah normal terhadap rata-ratanya. Jumlah curah hujan di wilayah Batam berkisar antara 1-120 mm. Angin bertiup dengan ke-cepatan 10 hingga 35 km/jam, kondisi angin ini kurang signifikan dalam mendukung proses pembentukan awan.

 Untuk kondisi atmosfer di bulan Februari 2015 adalah sebagai berikut : MJO pada bulan Februari berada pada fase 4 hingga 8 dengan sifat lemah hingga kuat. Wilayah Indonesia berada fase 3 sampai 4. Dalam hal ini, aktifitas MJO cukup berpengaruh ter-hadap penambahan curah hujan di wilayah Indonesia khususnya Batam. Secara umum nilai OLR pada bulan Februari bernilai relatif rendah di wilayah Indonesia termasuk Kepulauan Riau, yaitu sekitar 220. Nilai OLR yang kecil menunjukkan bahwa semakin banyak tutupan awan konvektif di wilayah tersebut.. Kondisi rata-rata suhu muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia termasuk Kepulauan Riau pada bulan Februari 2015 berkisar antara 28.00C hingga 30.00C (Gbr.1). Suhu muka laut yang hangat

(>27.00C) mengindikasikan ketersediaan uap air yang lebih banyak. Kondisi yang

demikian ini meningkatkan kemungkinan terjadinya pembentukan awan-awan yang menjulang tinggi sehingga berpotensi menyebabkan terjadinya hujan. Nilai anomali Suhu Muka Laut di wilayah perairan Indonesia secara umum merata, termasuk Kepulauan Riau sebesar 0.5 - 1.0 terhadap normalnya hal ini menunjukan pada bulan Februari 2015 kondisi suhu muka laut masih berada dalam kisaran normalnya. Keadaan seperti ini kurang mendukung dalam proses pembentukan awan-awan konvektif di wilayah Kepulauan Riau sehingga tidak ada penambahan curah hujan yang signifikan pada bulan tersebut

II. Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai Maret 2015 hingga Febuari 2016. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan dasarian Hang Nadim periode Maret 1998 s.d Februari 2015 dan dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan normal hujan dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.9544 dan RMSE (error) 11.9935 menunjukkan bahwa curah hujan di bulan Maret 2015 diprakirakan bersifat normal

.

(5)

A. SIFAT HUJAN

Sifat Hujan adalah Perbandingan antara jumlah curah hujan yang terjadi selama satu bulan dengan nilai rata-rata atau normal dari bulan tersebut di suatu tempat.

Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) kriteria, yaitu:

1. Di atas normal ( A ), jika nilai perbandingannya lebih besar dari 115 %. 2. Normal ( N ), jika nila perbandingannya antara 85 % - 115 %.

3. Di bawah normal ( B ), jika nilai perbandingannya kurang dari 85 %. B. NORMAL CURAH HUJAN

1. RATA-RATA CURAH HUJAN BULANAN:

Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan dengan periode minimal 10 tahun. 2. NORMAL CURAH HUJAN BULANAN :

Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan selama periode 30 tahun. 3. STANDARD NORMAL CURAH HUJAN BULANAN :

Nilai rata-rata curah hujan pada masing-masing bulan selama periode 30 tahun dimulai dari 1 Maret 1901 s/d 31 Maret 1930, 1 Maret 1931 s/d 31 Maret 1960, 1 Maret 1961 s/d 31 Maret 1990, dan seterusnya.

C. INTENSITAS CURAH HUJAN (CH)

III. ANALISA CUACA DAN IKLIM

A . K E R A G A M A N H U J A N

Kepulauan Riau merupakan wilayah negara Indonesia yang berbentuk kepulauan dan dilewati garis khatulistiwa. Wilayah negara Indonesia dilewati oleh garis katulistiwa serta dikelilingi oleh dua Samudra dan dua Benua. Posisi ini menjadikan Indonesia sebagai daerah pertemuan sirkulasi meridional (Utara-Selatan) dikenal sebagai Sirkulasi Hadley dan sirku-lasi zonal (Timur-Barat) dikenal sebagai Sirkusirku-lasi Walker, dua sirkusirku-lasi yang sangat mem-pengaruhi keragaman iklim di Indonesia.

KRITERIA CH CH/hari CH/Jam

Sangat Lebat > 100 mm > 20 mm

Lebat 50 - 100 mm 10 - 20 mm

Sedang 20 - 50 mm 5 - 10 mm Ringan 5 - 20 mm 1 - 5 mm

II.

PENGERTIAN

(6)

Pergerakan matahari yang berpindah dari 23.5o Lintang Utara ke 23.5o Lintang Selatan sepanjang

tahun mengakibatkan timbulnya aktivitas monsun yang juga ikut berperan dalam mempengaruhi ke-ragaman iklim. Pengaruh lokal terhadap keke-ragaman iklim juga tidak dapat diabaikan, karena Kepri merupakan kepulauan dengan bentuk topografi sangat beragam menyebabkan sistem golakan lokal cukup dominan. Faktor lain yang diperkirakan ikut berpengaruh terhadap keragaman iklim ialah gangguan siklon tropis. Semua aktivitas dan sistem ini berlangsung secara bersamaan sepanjang tahun akan tetapi besar pengaruh dari masing-masing aktivitas atau sistem tersebut tidak sama dan dapat berubah dari tahun ke tahun.

El-Nino dan La-Nina merupakan salah satu akibat dari penyimpangan iklim. Fenomena ini akan menyebabkan penurunan dan peningkatan jumlah curah hujan untuk beberapa daerah di Indonesia. Pengaruh El-Nino kuat pada daerah yang berpola hujan monsun, lemah pada daerah berpola hujan equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan pola hujan lokal, sedangkan IOD (Indian Ocean Dipole) hanya berpengaruh jelas pada daerah berpola hujan monsun.

Selain akibat pengaruh fluktuasi suhu permukaan laut di samudera pasifik (El Nino-Southern Os-cillation / ENSO) dan Samudera Hindia (Indian Ocean Dipole / IOD), fenomena fase aktif osilasi intra-musiman yang dikenal sebagai MJO (Madden-Julian Oscillation) juga mempengaruhi keragaman hujan di Indonesia. Menurut Geerts and Wheeler (1998) MJO akan menyebabkan terjadinya variasi pada pola angin, SML (Suhu Muka Laut), awan dan hujan. Fase aktif MJO bila bersamaan waktunya dengan monsun timur laut di Kepulauan Riau (Desember-April) dapat menyebabkan terjadinya pe-ningkatan curah hujan sekitar 200%.

Pergerakan MJO ke timur dari samudra India menuju samudra Pasifik dibagi dalam 8 phase. Pha-se-1 di Afrika (210° BB - 60° BT), phase-2 di samudra India bagian barat (60° BT – 80° BT), phase-3 di samudra India bagian timar (80° BT – 100° BT) phase-4 & phase-5 di benua maritim Indonesia ( 100° BT – 140° BT), phase-6 di kawasan Pasifik barat (140°BT-160° BT), phase 7 di Pasifik tengah ( 160° BT – 180° BT) , dan phase-8 daerah konveksi di belahan bumi bagian barat ( 180° – 160° BB). Pada umumnya hujan tropis berasal dari awan konvektif dengan puncak awan sangat dingin (sedikit mengemisi radiasi gelombang panjang), oleh karenanya sangat baik memonitor MJO dengan memper-hatikan variasi OLR (Outgoing Longwave Radiation) yang dipantau melalui sensor infra merah pada satelit.

(7)

Gbr.2 Peta Anomali Suhu Muka Laut bulan Februari 2015

B. DINAMIKA ATMOSFER & LAUTAN BULAN FEBRUARI 2015 1. Monsun

Pada bulan Februari matahari mulai berada pada penjalarannya dari BBS (Belahan Bumi Sela-tan) menuju equator dengan pergerakan semu sejauh kurang lebih 10.2° yaitu dari 20.0°LS menuju 9.8°LS. Hal ini berdampak ke peningkatan suhu muka laut di daerah ekuator dan BBS yang memicu terbentuknya pola-pola tekanan udara rendah. Pada bulan Februari 2015 tercatat ada satu kejadian siklon tropis yaitu siklon tropis Lam. Siklon tropis ini menarik mas-sa udara menuju wilayah Siklon Tropis tersebut sehingga mempengaruhi kondisi pola cuaca di Indonesia. Dimana hal ini menyebabkan berkurangnya jumlah curah hujan di wilayah Indonesia bagian utara termasuk Kepulauan Riau.

Gbr.1 Peta Rata-rata Suhu Muka Laut bulan Februari 2015

Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/ sst_analysis/images/monsstv2.png

Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/ sst_analysis/images/monanomv2.png

(8)

Kondisi rata-rata suhu muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia termasuk Kepulauan Riau pada bulan Februari 2015 berkisar antara 28.00C hingga 30.00C (Gbr.1). Suhu muka laut yang

hangat (>27.00C) mengindikasikan ketersediaan uap air yang lebih banyak. Kondisi yang demikian ini

meningkatkan kemungkinan terjadinya pembentukan awan-awan yang menjulang tinggi sehingga berpotensi menyebabkan terjadinya hujan. Nilai anomali Suhu Muka Laut (Gbr.2) di wilayah perairan Indonesia secara umum merata, termasuk Kepulauan Riau sebesar 0.5 - 1.0 terhadap normalnya hal ini menunjukan pada bulan Februari 2015 kondisi suhu muka laut masih berada dalam kisaran normalnya.

Keadaan seperti ini kurang mendukung dalam proses pembentukan awan-awan konvektif di wilayah Kepulauan Riau sehingga tidak ada penambahan curah hujan yang signifikan pada bulan terse-but.

Pada bulan Februari, tekanan udara di BBU secara umum masih lebih tinggi daripada daerah equator menyebabkan massa udara bergerak dari BBU (bertekanan tinggi) menuju equator (bertekanan rendah) sehingga menyebabkan pola angin di sekitar wilayah Kepulauan Riau dominan bertiup dari arah utara hingga timur laut. Selain itu, tekanan udara di wilayah BBS (Belahan Bumi Selatan) yang lebih tinggi dari pada wilayah equator juga membuat massa udara yang berasal dari wilayah BBS (bertekanan tinggi) menuju ke wilayah equator (bertekanan rendah) sehingga memicu terbentuknya pola angin konvergen yang memanjang di wilayah equator atau biasa disebut sebagai

Inter Tropical Convergance Zone (ITCZ), sebagaimana terlihat pada (Gbr. 3). Pada daerah belokan

angin terjadi perlambatan kecepatan angin yang menyebabkan penumpukkan massa udara sehingga terjadi pengangkatan massa udara dan menimbulkan potensi adanya pertumbuhan awan-awan kon-vektif yang menyebabkan terjadinya hujan dan petir.

Gbr.3 Rata-rata Tekanan Udara Permukaan Laut bulan Februari 2015

Sumber : : http://www.bom.gov.au/cg-bin/climate/cmb.cgi? page=map&variable=mslp&vstatus=mean&period=month&area=rsmc

(9)

Berdasarkan hasil analisa (Gbr.4) daerah Kepulauan Riau angin bertiup dengan kecepatan 10 hingga 35 km/jam. Kondisi angin ini kurang signifikan dalam mendukung proses pembentukan awan.

2. El Nino - Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD)

Pada bulan Februari ENSO berada pada kondisi normal. Hal ini ditunjukkan dengan nilai anomali SST Nino 3.4 pada akhir Januari +0.23°C. Sedangkan kondisi SOI (Southern

Oscillation Index) pada Februari 2015 berada pada kondisi normal. Nilainya pada akhir

Febru-ari sebesar +0.7 Hal ini tidak berpengaruh terhadap penambahan atau pengurangan jumlah curah hujan pada bulan Februari di wilayah Kepulauan Riau.

Gbr.5 Rata-rata Arah dan Kecepatan Angin 850 mb bulan Februari 2015 Gbr.4 Klimatologi Arah Angin 3000 Feet bulan Februari 2015

Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?

(10)

3. Madden-Julian Oscillation ( MJO)

a. Outgoing Longwave Radiation (OLR)

OLR merupakan suatu radiasi gelombang panjang yang dipancarkan oleh bumi ke luar angkasa. Tidak semua radiasi gelombang panjang yang terpancar dari bumi sampai ke luar angkasa. Awan-awan konvektif adalah salah satu faktor yang menghalangi perjalanan gelombang panjang. Jika pada suatu wilayah tertutup hamparan awan konvektif, maka nilai OLR akan kecil. Secara umum nilai OLR pada bulan Februari bernilai relatif rendah di wilayah Indonesia termasuk Kepulauan Riau, yaitu sekitar 220. Nilai OLR yang kecil menunjukkan bahwa semakin banyak tutupan awan konvektif di wilayah tersebut.

Gbr.7 Grafik indeks ENSO / SOI Gbr.6 Grafik indeks SST Nino3.4

Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml

(11)

Gbr.8 Rata-rata OLR bulan Februari 2015

b. Fase MJO (Median Julian Oscilation)

MJO pada bulan Februari berada pada fase 4 hingga 8 dengan sifat lemah hingga kuat. Wilayah Indonesia berada fase 3 sampai 4. Dalam Hal ini aktifitas MJO cukup berpengaruh ter-hadap penambahan curah hujan di wilayah Indonesia khusunya Batam.

Gbr.9 Fase MJO

Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi? page=map&variable=olr&vstatus=mean&period=month&area=rsmc

(12)

4. IOD (Indian Ocean Dipole)

Fenomena Dipole Mode di Samudera Hindia atau IOD (Indian Ocean Dipole) berada pada kisaran dibawah normal dengan kondisi netral (-0,5°C s.d 0,5°C). Pada akhir Februari nilai IOD memiliki kondisi normal yang bernilai -0.430C. Sehingga bisa diketahui bahwa selama bulan Februari 2015,

secara umum IOD cukup signifikan dalam menambah peluang pertumbuhan awan di wilayah Indonesia bagian barat termasuk wilayah Kepulauan Riau.

C. ANALISIS HUJAN BULAN FEBRUARI 2015

Berdasarkan data curah hujan bulan Februari 2015 yang diterima dari stasiun / AWS (Automatic

Weather Station) di Pulau Batam yang mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka evaluasi jumlah curah hujan

dan sifat hujan bulan Februari 2015 adalah sebagai berikut:

(13)

Dari tabel di atas tampak bahwa kejadian hujan di Pulau Batam cukup merata ditandai dengan sifat hujan secara umum berada pada kisaran di bawah normal terhadap rata-ratanya. Jumlah curah hujan di wilayah Batam berkisar antara 0-120 mm.

Tabel.1 Analisis Curah Hujan dan Sifat Hujan Februari 2015

Gbr.11 Evaluasi Curah Hujan Bulan Februari 2015

Lokasi RR Februari 2015 (mm) Rata - rata (mm) Sifat Hujan

Hang Nadim 62.4

163.8

Bawah Normal

Mukakuning 55.8

172.1

Bawah Normal

Nongsa 40.0

125.0

Bawah Normal

Tg. Uncang 41.8 166.7 Bawah Normal

Pagoda 118.8

134.9

Normal

Sengkuang 38.4

149.4

Bawah Normal

(14)

Gbr.12 Evaluasi Sifat Hujan Bulan Februari 2015

Dari gambar peta isohyet di atas dapat diketahui konsentrasi hujan di Barelang yang terjadi selama bulan Februari 2015. Sebaran hujan cukup merata di wilayah Pulau Batam, Rempang dan Galang. dengan nilai antara 0-120 mm. konsentrasi jumlah curah hujan tertinggi terdapat di wilayah Pagoda.

(15)

1. Analisa Unsur Cuaca Signifikan Bulan Februari 2015 Stamet Hang Nadim a. Hujan

Sifat hujan bulan Februari 2015 di Barelang Bawah Normal (B) dengan curah hujan selama sebulan berkisar 38,0 mm - 118,8 mm atau antara 15,1 % - 47,1 %. Curah hujan terendah terjadi di Sengkuang dan tertinggi di Pagoda. Khusus di Hang Nadim dalam bulan Februari 2015 terdapat 6 hari hujan terukur dan 3 hari hujan tidak terukur (ttu) dengan total curah hujan sebesar 62,4 mm atau berkisar 24,8% dari rata-rata yang berarti sifat hu-jan Bawah Normal (B). Pada dasarian I terjadi 8 hari huhu-jan dengan jumlah curah huhu-jan 34 mm, dasarian II terjadi 1 hari hujan dengan jumlah curah hujan 28,4 mm, dan dasarian III tidak terjadi hujan. Curah hujan tertinggi 28,4 mm terjadi pada tanggal 18 Februari 2015.

(16)

b. Suhu Udara

Suhu udara harian rata-rata berkisar antara 23,0 - 26,6 ° C. Suhu udara ter-endah dalam bulan Februari adalah 22,4 °C terjadi pada tanggal 18 Februari 2015 pagi hari dan suhu udara tertinggi 31,6 °C terjadi pada tanggal 28 Februari 2015 siang hari.

C. Kelembaban Udara

Kelembaban udara harian rata-rata berkisar antara 71 % - 86 %. Kelembaban udara terendah mutlak 71% terjadi pada tanggal 01 Februari 2015 siang hari, sedangkan kelembaban udara tertinggi 99% terjadi tanggal 18 Februari 2015 pagi hari. Dengan demikian udara pada bulan Februari 2015 lebih kering dibandingkan bulan Januari 2015.

d. Angin Permukaan

Selama periode dasarian I – III Februari 2015 angin permukaan secara umum didominasi dari arah Timur Laut dengan kecepatan rata-rata 32 km/jam, arah dan ke-cepatan maximum dari Tumur Laut dengan keke-cepatan 43 km/jam terjadi pada tanggal 6 dan 11 Februari 2015.

Gbr.14 Grafik Suhu Udara bulan Februari 2015 di Hang Nadim

(17)

A. DINAMIKA ATMOSFIR 1. Tekanan Udara dan Angin.

Pada bulan Maret, posisi matahari dalam gerak semunya berada di BBS (Belahan Bumi Selatan) menuju ke BBU (Belahan Bumi Utara) dengan pergerakan semu sejauh kurang lebih 15° yaitu dari 9.8°LS menuju 5.2° LU (http://www.physicalgeography.net). Sehingga, dominasi pola-pola daerah bertekanan udara rendah pada Maret 2015 akan berada di wilayah Bumi Bagian Selatan (BBS).

Hal tersebut mengakibatkan pola angin rata-rata bulan Maret secara umum akan bertiup dari Bumi Bagian Utara (BBU) menuju Bumi Bagian Selatan (BBS).Angin dari wila-yah BBU akan bertemu dengan angin dari wilawila-yah BBS yang akan menyebabkan konvergensi di wilayah tropis dan dinamakan sebagai ITCZ (Inter Tropical Convergance Zone).

Sedangkan untuk wilayah Kepulauan Riau, seperti yang terlihat pada gambar 2, pola angin yang terbentuk berada dekat dengan daerah belokan angin (shearline) dan pusaran angin tertutup (eddy). Pola angin ini cenderung mendukung dalam proses pertumbuhan awan -awan hujan.

I V . P R A K I R A A N B U L A N M A R E T 2 0 1 5

Prediksi Anomali Suhu Muka Laut periode Maret 2015

Rata-rata Tekanan Udara Bulan Maret 2015

Gbr.16 Prediksi Anomali Suhu Muka Laut dan Rata-rata Tekanan Udara pada Bulan Maret 2015

Sumber: http://www.esrl.noaa.gov/psd/cgi-bin/data/composites/ Sumber: http://pred.ldeo.columbia.edu/forecast/sst/12/

(18)

2. ENSO (EL Nino-Southern Oscillation)

ENSO merupakan salah satu fenomena cuaca skala global yang mempengaruhi penambahan curah hujan (fase La Nina) maupun pengurangan curah hujan (fase El Nino) di wilayah Indonesia. Prediksi ENSO menurut institusi internasional yaitu NOAA (National

Oceanic and Atmospheric Administration), POAMA (Predictive Ocean Atmosphere Model for Australia), BMKG, dan JAMSTEC (Japan Agency for Marine-Earth Science and Technology)

menyatakan bahwa ENSO untuk bulan Maret 2015 berada dalam kondisi normal.

Dengan demikian, di Wilayah Indonesia diprediksi tidak terdapat adanya penamba-han maupun pengurangan jumlah curah hujan.

Gbr.17 Rata-rata Streamline 3000 feet Maret 2015

(19)

Salah satu parameter ENSO yaitu data SOI (Southern Oscillation Index) dari BoM

(Bureau of Meteorology Australia) hingga Februari akhir masih menunjukkan kondisi

normal. Sehingga diprakirakan untuk bulan Maret 2015 di wilayah Indonesia tidak akan terdapat penambahan jumlah curah hujan yang signifikan.

3. MJO (Madden-Julian Oscillation)

Salah satu fenomena cuaca global yang juga mempengaruhi jumlah curah hujan di Indonesia, khususnya daerah dekat khatulistiwa adalah osilasi gugusan awan atau disebut MJO.Berdasarkan data dari NOAA, diprakirakan pada tanggal 28 Februari s.d 14 Maret 2015 MJO berada pada fase 7 atau berada pada wilayah Samudera Pasifik bagian Barat. Hal ini tidak mempengaruhi dalam penambahan jumlah curah hujan di wilayah Indonesia. . Sedangkan berdasarkan data anomali OLR (Outgoing Longwave Radiation) yang merupakan salah satu indikator MJO di wilayah Indonesia secara umum menunjukkan nilai -10 s.d +5 Wm-2. Sedangkan untuk wilayah Kepulauan Riau data anomali OLR pada

14 hari kedepan diprakirakan pada nilai -10 s.d -5 yang berarti tutupan awan di wilayah Kepulauan Riau pada bulan Maret akan cukup banyak.

(20)

Gbr.20 Grafik Fase MJO pada Bulan Februari 2015 dan Prakiraan Bulan Maret 2015

Gbr.21 Anomali OLR sampai dengan 31 Februari 2015 dan prakiraan 15 hari kedepan

Sumber: http://cawcr.gov.au/staff/mwheeler/maproom OLR_modes/

(21)

4. Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole)

Fenomena cuaca global terakhir yang juga mempengaruhi peluang hujan di Indone-sia, khususnya Indonesia Bagian Barat, adalah dipole mode. Menurut data dari BoM, grafik indeks IOD awal Maret 2015 berada pada kisaran -0,50 C s.d 0,50 C (netral) dengan nilai

terakhir -0.43 (gambar 7) dan prediksi bulan Maret 2015 bernilai -0.12. Sedangkan BMKG memprediksi nilai indeks dipole mode Maret 2015 bernilai 0.07 (gambar 8). Secara umum berdasarkan data prakiraan yang didapat dari BMKG dan BoM keduanya menunjukan bahwa nilai IOD pada bulan Maret tidak berpengaruh terhadap penambahan curah hujan di wilayah Indonesia Bagian Barat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa IOD masih dalam kondisi normal sehingga penambahan curah hujan di Indonesia bagian barat kurang signifikan.

Gbr.22 Grafik indeks IOD sampai dengan akhir Maret 2015 dari BoM

Gbr. 23 Prediksi Indeks Dipole Mode dari BoM dan BMKG

(22)

5. Tinjauan Klimatologis

Kondisi cuaca bulan Maret di Batam berdasarkan data klimatologis selama 22 tahun (1993-2014) diketahui:

Secara umum curah hujan di Batam terbagi menjadi dua daerah konsentrasi hujan selama bulan Maret. Daerah Batam Timur dan Galang curah hujannya 100 – 150 mm. Sedangkan Batam Barat, Batam Tengah dan Rempang curah hujannya sedikit lebih tinggi yaitu 150 – 200 mm.

Kesimpulan:

Dari uraian di atas diketahui bahwa peluang pertumbuhan awan-awan hujan di Batam pada bulan Maret 2015 cenderung lebih besar dibandingkan pada bulan Februari dan peluang jumlah intensitas curah hujan juga lebih besar.

(23)

B. PRAKIRAAN HUJAN BULAN MARET 2015 1. Prakiraan Hujan Dasarian

Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai Maret 2015 hingga Februari 2016. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan dasarian Hang Nadim periode Maret 1999 s.d Februari 2016.

Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan normal hujan dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.9544 dan RMSE (error) 11.9935

Hasilnya menunjukkan bahwa curah hujan di bulan Maret 2015 diprakirakan:

Sesuai dengan kriteria sifat hujan dalam dasarian, prakiraan curah hujan pada dasarian I di bawah normal sedangkan dasarian II dan III berada pada normalnya.

Dasarian Pertama

Di Bawah Normal

Dasarian Kedua

Normal

(24)

2. Prakiraan Hujan Bulanan

Berdasarkan data-data dan analisis model serta program HyBMG 2.0.7 dapat diperoleh hasil prakiraan curah hujan satu bulan pada bulan Maret 2015 di wilayah Barelang sebagai berikut:

Gbr.24 Peta Prakiraan Curah Hujan Bulan Maret 2015 Tabel.2 Prakiraan Curah Hujan Bulan Maret 2015

JUMLAH CURAH HUJAN

0 mm - 150 mm

Batam, Rempang, Galang

150 mm - 300 mm

-300 mm - 450 mm

(25)

dan membandingkan dengan normal hujannya maka sifat hujan bulan Maret 2015 di Barelang dapat diprakirakan sebagai berikut:

Tabel.3 Prakiraan Sifat Hujan Bulan MARET 2015

Gbr.25 Peta Prakiraan Sifat Hujan Bulan Maret 2015

SIFAT HUJAN

WILAYAH

Atas Normal

Normal

Rempang Galang

Bawah Normal

Batam

(26)

Berdasarkan peta prakiraan angin dan gelombang laut mingguan di wilayah perairan Kepulauan Riau pada bulan Maret 2015 yang dibuat Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam menggunakan Software Windwave – 05, dapat disampaikan prakiraan angin permukaan dan tinggi gelombang laut serta arus laut perairan Kepulauan Riau dan sekitarnya sebagai berikut:

V . P R A K I R A A N A N G I N D A N G E L O M B A N G L A U T

M A R E T 2 0 1 5

Tabel.4 Prakiraan Tinggi Gelombang Laut Bulan Maret 2015

WILAYAH PERAIRAN

TINGGI GELOMBANG

( m )

ARAH & KECEP. ANGIN ( km/jam )

ARUS LAUT ( cm/s )

Batam - Tanjung Pinang 0,75 – 1,5 Utara – 20 Barat Laut – 13

Batam - Tarempa 1– 2 Timur Laut – 20 Utara - 25

Batam - Natuna 1 – 2 Timur Laut – 20 Barat Laut - 40

Batam - Karimun 0,75 – 1,5 Timur Laut – 10 Barat Daya - 5

Batam - Lingga 1– 2 Utara – 30 Utara – 30

Batam - Singapura 0,75 – 1 Utara – 18 Barat Laut – 13

Batam - Dumai 0,75 – 1 Timur Laut – 10 Barat Daya - 5

(27)

Gbr.26 Peta Prakiraan Angin Minggu I Maret 2015

(28)

Gbr.28 Peta Prakiraan Tinggi Gelombang Laut Minggu I Maret 2015

(29)

Gbr.30 Peta Prakiraan Arus Laut Minggu I Maret 2015

(30)

A. Pendahuluan

Pasang surut air adalah gelombang yang mirip dengan gelombang air yang terjadi akibat tiupan angin. Pasang surut memiliki panjang gelombang yang panjang, seperti yang terdapat pada laut dalam namun terjadi untuk air dangkal, ini berarti pasang surut dibiaskan oleh keadaan topografi kedalaman bawah air. Periodenya pun cukup panjang, dalam orde jam. Pasang surut air terjadi disebabkan oleh gaya gravitasi dan gaya sen-trifugal yang ditimbulkan oleh gerakan bumi, bulan, dan matahari.

B. Pola Pasang Surut

Di seluruh dunia pasang surut berbeda baik ketinggian paras air maupun waktu kejadiannya. Area pantai yang hanya punya satu pasang surut tertinggi dan terendah setiap hari disebut diurnal tide (air pasang harian). Wilayah yang mengalami dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari disebut mempunyai diurnal tide. Jika semi-diurnal tide mempunyai ketinggian air pasang yang dicapai berbeda dan saat surut juga level air tidak sama disebut semi-diurnal mixed tide.

Pola pasang surut dapat dijelaskan secara gelombang dengan grafik yang menunjukkan paras air untuk sumbu vertical dan sumbu mendatar menyatakan waktu hari. Pengamatan pasang surut dalam jangka waktu yang lama digunakan untuk menghitung rata-rata ketinggian pasang. Dengan nilai Rata-rata ini dapat dihitung anomaly pasang naik dan pasang surut air.

C. Paras Pasang Surut.

Ketinggian air tertinggi yang dicapai permukaan air setiap hari disebut High Wa-ter (HT) / Higt Tide (Ht). Titik Wa-terendah dimana permukaan air surut disebut Low Water (LW) / Low Tide. Mengingat Propinsi Kepulauan Riau sebagian besar wila-yahnya terdiri dari lautan maka phenomena Pasang Surut air laut sangat besar pengaruhnya terhadap kegiatan yang berhubungan dengan kelautan seperti Bongkar Muat di Pelabuhan Laut, kegiatan para nelayan dan lain sebagainya. Untuk itu dalam buletin ini kami sajikan prediksi pasang surut di seluruh Propinsi Kepulauan Riau yang meliputi 6 (enam) Kabupaten Kota Sebagai Berikut :

(31)

I. KOTA BATAM

1. Batu Ampar, Maret 2015

2. Sekupang, Maret 2015

1 2

(32)

II. KABUPATEN BINTAN 1. Tanjung Uban, Maret 2015

2. Tanjung Pinang, Maret 2015

3 4

(33)

III. KABUPATEN KARIMUN

1. Tanjung Balai Karimun, Maret 2015

IV. KABUPATEN LINGGA

1. Dabo Singkep, Maret 2015 6

(34)

IV. KABUPATEN ANAMBAS

1. Selat Peninting, Maret 2015

V. KABUPATEN NATUNA

1. Sedanau, Maret 2015

7

(35)

V I I . I N F O R M A S I M A T A H A R I T E R B I T / T E R B E N A M D A N B U L A N T E R B I T / T E R B E N A M M A R E T 2 0 1 5

1. Stasiun Meterorologi Hang Nadim Batam

2. Stasiun Meteorologi Tanjung Pinang

Location : E104 07, N01 07, March 2015 DATE

SUN MOON Rise Set Rise Set

hm hm hm hm 1 0613 1819 1500 0238 2 0613 1819 1547 0325 3 0613 1818 1632 0411 4 0613 1818 1716 0455 5 0612 1818 1759 0538 6 0612 1818 1842 0620 7 0612 1818 1925 0703 8 0612 1817 2008 0745 9 0611 1817 2053 0828 10 0611 1817 2139 0913 11 0611 1817 2227 0959 12 0610 1816 2317 1048 13 0610 1816 000 1139 14 0610 1816 0010 1233 15 0610 1816 0105 1328 16 0609 1815 0200 1425 17 0609 1815 0257 1522 18 0609 1815 0354 1619 19 0608 1815 0450 1716 20 0608 1814 0546 1813 21 0608 1814 0642 1909 22 0607 1814 0737 2005 23 0607 1814 0832 2101 24 0607 1813 0927 2156 25 0606 1813 1021 2250 26 0606 1813 1114 2342 27 0606 1813 1206 000 28 0605 1812 1256 0033 29 0605 1812 1344 0122 30 0605 1812 1430 0208 31 0604 1811 1514 0253

Location : E104 32, N00 55, March 2015 DATE

SUN MOON Rise Set Rise Set

hm hm hm hm 1 0612 1817 1458 0236 2 0611 1817 1545 0323 3 0611 1817 1630 0409 4 0611 1817 1715 0453 5 0611 1816 1758 0536 6 0610 1816 1840 0619 7 0610 1816 1923 0701 8 0610 1816 2006 0743 9 0610 1816 2051 0826 10 0609 1815 2137 0911 11 0609 1815 2225 0958 12 0609 1815 2315 1047 13 0608 1815 000 1138 14 0608 1814 0008 1231 15 0608 1814 0103 1327 16 0608 1814 0159 1423 17 0607 1814 0255 1520 18 0607 1813 0352 1618 19 0607 1813 0448 1714 20 0606 1813 0544 1811 21 0606 1812 0640 1907 22 0606 1812 0735 2003 23 0605 1812 0831 2059 24 0605 1812 0925 2154 25 0605 1811 1020 2248 26 0604 1811 1113 2340 27 0604 1811 1205 000 28 0604 1811 1254 0031 29 0603 1810 1342 0120 30 0603 1810 1428 0206 31 0603 1810 1512 0251

(36)

3. Stasiun Meteorologi Ranai Natuna

4. Stasiun Meteorologi Tanjung Balai Karimun

Location : E108 24, N03 55, March 2015 DATE

SUN MOON Rise Set Rise Set

hm hm hm hm 1 0558 1800 1438 0224 2 0557 1800 1526 0311 3 0557 1800 1612 0356 4 0557 1800 1657 0440 5 0556 1800 1741 0522 6 0556 1800 1824 0603 7 0556 1759 1908 0645 8 0555 1759 1952 0726 9 0555 1759 2037 0809 10 0555 1759 2124 0853 11 0554 1759 2212 0939 12 0554 1759 2303 1027 13 0554 1758 2356 1118 14 0553 1758 000 1211 15 0553 1758 0051 1307 16 0552 1758 0146 1404 17 0552 1758 0242 1502 18 0552 1758 0338 1600 19 0551 1757 0434 1657 20 0551 1757 0529 1755 21 0550 1757 0623 1852 22 0550 1757 0717 1949 23 0550 1757 0812 2046 24 0549 1756 0906 2141 25 0549 1756 1000 2236 26 0548 1756 1053 2329 27 0548 1756 1144 000 28 0548 1756 1234 0019 29 0547 1756 1323 0107 30 0547 1755 1409 0153 31 0546 1755 1454 0238

Location : E103 23, N01 03, March 2015 DATE

SUN MOON Rise Set Rise Set

hm hm hm hm 1 0616 1822 1503 0241 2 0616 1821 1550 0328 3 0616 1821 1635 0414 4 0615 1821 1719 0458 5 0615 1821 1802 0541 6 0615 1821 1845 0623 7 0615 1821 1928 0706 8 0614 1820 2011 0748 9 0614 1820 2056 0831 10 0614 1820 2142 0916 11 0614 1820 2230 1002 12 0613 1819 2320 1051 13 0613 1819 000 1142 14 0613 1819 0013 1236 15 0612 1819 0107 1331 16 0612 1818 0203 1428 17 0612 1818 0300 1525 18 0612 1818 0357 1622 19 0611 1818 0453 1719 20 0611 1817 0549 1816 21 0611 1817 0645 1912 22 0610 1817 0740 2008 23 0610 1817 0835 2104 24 0610 1816 0930 2159 25 0609 1816 1024 2253 26 0609 1816 1118 2345 27 0609 1815 1209 000 28 0608 1815 1259 0036 29 0608 1815 1347 0125 30 0608 1815 1433 0211 31 0607 1814 1517 0256

(37)

5. Stasiun Meteorologi Dabo Singkep

6. Stasiun Meteorologi Tarempa

Location : E104 34, N00 28, March 2015 DATE

SUN MOON Rise Set Rise Set

hm hm hm hm 1 0611 1818 1500 0234 2 0610 1818 1546 0321 3 0610 1817 1631 0407 4 0610 1817 1715 0452 5 0610 1817 1758 0536 6 0610 1817 1840 0618 7 0609 1816 1923 0701 8 0609 1816 2006 0744 9 0609 1816 2050 0827 10 0609 1816 2135 0912 11 0608 1815 2223 0959 12 0608 1815 2313 1048 13 0608 1815 000 1139 14 0608 1814 0006 1233 15 0607 1814 0100 1328 16 0607 1814 0157 1425 17 0607 1814 0254 1522 18 0607 1813 0351 1618 19 0606 1813 0448 1715 20 0606 1813 0544 1811 21 0606 1812 0640 1906 22 0606 1812 0736 2002 23 0605 1812 0832 2057 24 0605 1811 0927 2152 25 0605 1811 1021 2246 26 0604 1811 1115 2338 27 0604 1810 1206 000 28 0604 1810 1256 0029 29 0604 1810 1343 0118 30 0603 1809 1429 0205 31 0603 1809 1513 0250

Location : E106 15, N03 12, March 2015 DATE

SUN MOON Rise Set Rise Set

hm hm hm hm 1 0606 1809 1448 0231 2 0606 1809 1536 0319 3 0605 1809 1621 0404 4 0605 1809 1706 0448 5 0605 1809 1750 0530 6 0604 1808 1833 0612 7 0604 1808 1916 0654 8 0604 1808 2000 0735 9 0603 1808 2045 0818 10 0603 1808 2132 0902 11 0603 1808 2220 0948 12 0602 1807 2311 1037 13 0602 1807 000 1128 14 0602 1807 0004 1221 15 0601 1807 0058 1317 16 0601 1807 0154 1414 17 0601 1806 0250 1511 18 0600 1806 0347 1609 19 0600 1806 0442 1707 20 0559 1806 0537 1804 21 0559 1806 0632 1901 22 0559 1805 0727 1957 23 0558 1805 0821 2054 24 0558 1805 0916 2149 25 0558 1805 1010 2244 26 0557 1805 1103 2336 27 0557 1804 1154 000 28 0556 1804 1244 0027 29 0556 1804 1332 0115 30 0556 1804 1419 0202 31 0555 1804 1504 0246

(38)

Anomali : Penyimpangan suatu variabel dari nilai rata-rata

Awan Konvektif : Awan tebal menjulang tinggi yang terbentuk dari proses pemanasan vertikal yang membawa uap air. Awan ini

mengakibatkan terjadinya hujan secara tiba-tiba, petir dan angin kencang.

Cold Surge : Aliran udara dingin dari daratan Asia yang menjalar memasuki wilayah Indonesia bagian barat, cold surge biasa terjadi pada saat Asia memasuki musim dingin.

Cuaca : Kondisi fisis atmosfer pada suatu wilayah yang sempit pada waktu tertentu

Dasarian : Periode sepuluh harian

Dipole Mode /IOD

(Indian Ocean Dipole) : Tingkat ketersediaan uap air akibat perbedaan suhu muka laut

antara Samudera Hindia dan Perairan Pantai Timur Afrika. DMI

(Dipole Mode Index) : Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas Dipole

Mode. DMI yang bernilai negatif akan menambah kandungan uap air di sekitar wilayah Sumatera, sehingga curah hujannya secara umum meningkat. Sedangkan nilai positif tidak

menambah kandungan uap air, sehingga curah hujan cenderung berkurang.

Divergensi : Beraian angin, yang mengindikasikan daerah cuaca baik Eddy : Pusaran angin dengan durasi harian dan biasanya jika suatu

daerah terdapat eddy, maka cenderung banyak hujan.

El Nino : Fenomena memanasnya suhu permukaan laut di Pasifik Timur sehingga secara umum menyebabkan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia berkurang.

ENSO

(El Nino-Shouthern Oscillation)

: Fluktuasi musiman antara fase El Nino dan La Nina. Gelombang : Pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak lurus

permukaan laut.

Iklim : Kondisi Rata-rata cuaca dalam jangka waktu yang lama dan wilayah yang luas

ITCZ

(Intertropical Convergence Zone)

: Daerah pertemuan massa udara antar benua dengan cakupan yang luas. Umumnya daerah-daerah yang dilintasi ITCZ berpotensi terjadi pertumbuhan awan-awan hujan lebat dan cukup lama (bisa lebih dari satu hari).

(39)

La Nina : Fenomena yang merupakan kebalikan dari El Nino. Secara umum menyebabkan curah hujan di Indonesia meningkat.

MJO

(Madden-Novemberan Oscillation)

: Fluktuasi musiman/osilasi/gelombang tekanan (pola tekanan tinggi-tekanan rendah) di kawasan tropik yang terkait dengan penambahan gugusan uap air yang menyuplai pembentukan awan hujan dengan periode lebih kurang 48 hari yang menjalar dari barat ke timur. Biasanya berawal di pantai timur Afrika kemudian menjalar ke timur dan menghilang di bagian tengah Pasifik. MJO ini berkaitan dengan OLR (Outgoing Longwave Radiation)

Monsun : Suatu pola sirkulasi angin yang berhembus secara periodik pada suatu periode (minimal 3 bulan) dan pada periode yang lain polanya akan berlawanan. Di Indonesia dikenal dengan 2 istilah monsun yaitu monsun Asia dan Monsun Australia. Monsun Asia berkaitan dengan musim hujan di Indonesia, sedangkan Monsun Australia berkaitan dengan musim kemarau.

Normal : Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan periode waktu yang tidak ditentukan (1971-2000, 1976-2005, 1978-2007, dsb)

OLR

(Outgoing Longwave Radiation).

: Radiasi gelombang panjang (infra merah) yang dipancarakan keluar dari bumi. OLR yang bernilai negatif menunjukkan tutupan awan konvektif yang banyak, sedangkan nilai positif tutupan awan konvektifnya sedikit.

Rata-rata : Nilai rata-rata suatu variabel selama minimal periode 10 tahun (1971 -1980, 1976-1985, 1993-2002, 1995-2010, dsb)

Shearline : Garis atau zona lintasan yang terdapat perubahan arah dan kecepatan angin secara tiba-tiba.

SOI

(Southern Oscillation Index)

: Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas El Nino atau La Nina.

Standar Normal : Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan periode waktu yang sudah ditentukan, dimulai tahun berakhiran 1 diakhiri tahun berakhiran 0 (1961-1990, 1971-2000, 1981-2010, dst)

Konveksi : Pergerakan molekul-molekul pada fluida (cairan atau gas) Updraft : Pergerakan vertikal ke atas dari suatu kolom udara yang

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan utama analisis dengan metode elemen hingga adalah memperoleh nilai pendekatan (bukan nilai eksak) dari perpindahan dan tegangan yang terjadi pada

Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan diatas, maka peneliti dapat menarik kesimpulan dalam persepsi mantan penari sintren terhadap

Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan di SMK Negeri 1 Kasihan terdapat beberapa kekurangan dalam proses pembelajaran, salah satunya prestasi belajar di kelas XI

Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan DEPTAN B Pertanian, Kedokteran Hewan dan Lingkungan 03/Akred- LIPI/P2MBI /9/2006 Â 14 Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat.. ISSN

 b. Perubahan protombin menjadi trombin yang dikatalisis oleh Perubahan protombin menjadi trombin yang dikatalisis oleh activator protombin. Setelah activator protombin terbentuk

Tokoh yang mempelopori postmodern adalah Francois Lyotard (1942), yang menerbitkan buku yang berjudul THE POST MODERN CONDITION.. Rosenau (dalam Ritzer,1997:8-9)

 Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-14/PB/2013 tentang Pelaksanaan Konfirmasi Surat Setoran Penerimaan Negara Menggunakan Aplikasi Konfirmasi.. KPPN Semarang I M M M