• Tidak ada hasil yang ditemukan

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam

BULETIN

BMKG

K A T A P E N G A N T A R

Bumi adalah tempat kita berpijak, berbagai kebutuhan kita disediakan oleh bumi. Yang lahir dan hidup di bumi bukan hanya generasi saat ini, namun berkelanjutan untuk anak cucu di masa depan. Jika mengulas tentang bumi, begitu banyak aspek yang diperhatikan. Mulai dari aspek lingkungan, ekonomi, politik, sampai kegiatan manusia. Semua mempunyai kontribusi besar bagi keadaan bumi nantinya. Salah satu faktor terpenting adalah faktor meteorologi, yang berperan dalam mendorong berbagai program pembangunan di bumi. Dengan meninjau hal itu, serta mengkhususkan pada pembangunan di kawasan Barelang, Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam setiap bulannya menerbitkan BULETIN METEOROLOGI.

Buletin Meteorologi edisi November 2015 akan mengulas informasi hasil evaluasi cuaca dan iklim wilayah Kepulauan Riau pada bulan Oktober 2015, prakiraan hujan dan gelombang laut, serta prakiraan pasang surut bulan November 2015. Buletin ini dibuat sebagai salah satu sarana penun-jang penyampaian informasi meteorologi, baik kepada para pengguna jasa informasi meteorologi dan juga kepada masyarakat umum.

Kami menyadari bahwa penulisan buletin ini masih belum sempurna, terdapat banyak keku-rangan dan belum dapat memenuhi kebutuhan seluruh pembaca. Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas dari media informasi ini. Besar harapan kami agar buletin ini dapat terus berkembang dan berkesinambungan, serta dapat menjawab semua pertan-yaan mengenai isu-isu meteorologi di wilayah Kepulauan Riau

. KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I

HANG NADIM BATAM

PHILIP MUSTAMU M.Si. NIP. 19590406 198203 1 002

(2)

TIM REDAKSI

PELINDUNG : PHILIP MUSTAMU, M.Si. KEPALA STASIUN METEOROLOGI

KELAS I HANG NADIM BATAM

PENANGGUNGJAWAB : TRI AGUS PRAMONO, S.Kom KEPALA SEKSI DATA DAN

INFORMASI

ANGGOTA TIM : YAYAN HERMAWAN DUDI JUHANDINATA, S.Stat., M.M.

SRI SULISMIYATI, Ah.Mg. DEBORA TRULY MARPAUNG, S.ST.

SABILA RAHMABUDHI, A.Md. PANDE MADE RONY, S.ST.

RIZKI ADZANI, S.ST. NANGSIP CAHYANA, S.SI.

DUATI WARDANI, S.SI. MOHAMMAD TAUFIQ, S.SI.

STASIUN METEOROLOGI HANG NADIM BATAM Jl. Hang Nadim Batu Besar, Batam 29466

Phone :

+62-778-761507 ext 1025 Fax. +62-778-761401 E-mail : stamet.hangnadim@bmkg.go.id

(3)

K A T A P E N G A N T A R

I . R I N G K A S A N 4

I I . P E N G E R T I A N 5

I I I . A N A L I S A C U A C A D A N I K L I M A. KERAGAMAN HUJAN

B. DINAMIKA ATMOSFER & LAUTAN BULAN SEPTEMBER 2015 1. Monsun

2. El Nino - Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean

Dipole (IOD)

3. Madden—Julian Oscillation (MJO)

4. IOD (Indian Ocean Dipole)

C. ANALISIS HUJAN BULAN SEPTEMBER 2015

1. Analisa Unsur Cuaca Signifikan Bulan September 2015 Stamet Hang Nadim

5 7 7 9 1 0 1 2 1 2 1 5 I V . P R A K I R A A N B U L A N O K T O B E R 2 0 1 5 A. DINAMIKA ATMOSFIR

1. Tekanan Udara dan Angin

2. ENSO (El Nino - Southern Oscillation) 3. MJO

4. Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole) B. PRAKIRAAN HUJAN BULAN OKTOBER 2015

1. Prakiraan Hujan Dasarian 2. Prakiraan Hujan Bulanan

1 7 1 7 1 8 1 9 2 1 2 3 2 4 V . P R A K I R A A N A N G I N , G E L O M B A N G D A N A R U S L A U T B U L A N O K T O B E R 2 0 1 5 2 6 V I . P R E D I K S I P A S A N G S U R U T B U L A N O K T O B E R 2 0 1 5 3 0 V I I . I N F O R M A S I M A T A H A R I T E R B I T / T E R B E N A M D A N B U L A N T E R B I T / T E R B E N A M O K T O B E R 2 0 1 5 3 5 V I I I . D A F T A R I S T I L A H 3 8

(4)

1. Berdasarkan data curah hujan bulan Oktober 2015 yang diterima dari stasiun/pos hujan di Barelang yang mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan September 2015 adalah sebagai berikut :

~ Bahwa kejadian hujan di kota Pulau Batam secara umum berada pada kisaran dibawah normal terhadap rata-ratanyanamun untuk wilayah Hang Nadim dan Sei Harapan curah hujan bersifat normal, serta di wilayah Tanjung Uncang di atas normalnya. Jumlah curah hujan di wilayah Batam berkisar antara 0-210 mm.

Angin bertiup dengan kecepatan 18 hingga 28 km/jam, kondisi angin ini cukup mendukung dalam proses pembentukan banyak awan.

~ Untuk kondisi atmosfer di bulan Oktober 2015 adalah sebagai berikut : MJO pada bulan Oktober berada pada fase 4 hingga 2 dengan sifat lemah hingga kuat. Wilayah Indonesia berada fase 3 sampai 5. Dalam hal ini, MJO tidak melewati wilayah Indonesia sehingga pada bulan Oktober MJO kurang mempengaruhi kondisi cuaca di wilayah Indonesia termasuk Batam.

Secara umum nilai OLR pada bulan Oktober 2015 bernilai cukup rendah di wilayah Indonesia termasuk Kepulauan Riau yaitu sekitar 240 sampai 260. Nilai OLR yang cukup ren-dah ini menunjukkan tutupan awan konvektif yang tebal di wilayah Kepulauan Riau.

Kondisi rata-rata suhu muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia termasuk Kepulauan Riau pada bulan Oktober 2015 berkisar antara 25.0 0C hingga 31.0 0C . Nilai anomali Suhu

Muka Laut di wilayah perairan Indonesia secara umum, termasuk Kepulauan Riau sebesar -1.5 0C hingga 1.5 0C. Hal ini menunjukan pada bulan Oktober 2015 kondisi suhu muka laut berada dalam kisaran dibawah hingga mencapai normalnya.

II. Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai November 2015 hingga Oktober 2016. Data masukan yang digunakan adalah data series hu-jan dasarian Hang Nadim periode November 1998 s.d Oktober 2015 dan dengan mem-bandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan normal hujan dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi

0.92598 dan RMSE (error) 9.354 diprakiraan curah hujan bulan No-vember pada dasarian I di atas normal, dasarian II dan III dibawah normal.

(5)

A. SIFAT HUJAN

Sifat Hujan adalah Perbandingan antara jumlah curah hujan yang terjadi selama satu bulan dengan nilai rata-rata atau normal dari bulan tersebut di suatu tempat.

Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) kriteria, yaitu:

1. Di atas normal ( A ), jika nilai perbandingannya lebih besar dari 115 %. 2. Normal ( N ), jika nilai perbandingannya antara 85 % - 115 %.

3. Di bawah normal ( B ), jika nilai perbandingannya kurang dari 85 %.

B. NORMAL CURAH HUJAN

1. RATA-RATA CURAH HUJAN BULANAN:

Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan dengan periode minimal 10 tahun. 2. NORMAL CURAH HUJAN BULANAN :

Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan selama periode 30 tahun. 3. STANDARD NORMAL CURAH HUJAN BULANAN :

Nilai rata-rata curah hujan pada masing-masing bulan selama periode 30 tahun dimulai dari 1 Agustus 1901 s/d 31 Agustus 1930, 1 Agustus 1931 s/d 31 Agustus 1960, 1 Agustus 1961 s/ d 31 Agustus 1990, dan seterusnya.

C. INTENSITAS CURAH HUJAN (CH)

III. ANALISA CUACA DAN IKLIM A . K E R A G A M A N H U J A N

Kepulauan Riau merupakan wilayah negara Indonesia yang berbentuk kepulauan dan dilewati garis khatulistiwa. Wilayah negara Indonesia dilewati oleh garis khatulistiwa serta dikelilingi oleh dua Samudra dan dua Benua. Posisi ini menjadikan Indonesia sebagai daerah pertemuan sirkulasi meridional (Utara-Selatan) dikenal sebagai Sirkulasi Hadley dan sirku-lasi zonal (Timur-Barat) dikenal sebagai Sirkusirku-lasi Walker, dua sirkusirku-lasi yang sangat mem-pengaruhi keragaman iklim di Indonesia.

KRITERIA CH CH/hari CH/Jam

Sangat Lebat > 100 mm > 20 mm

Lebat 50 - 100 mm 10 - 20 mm

Sedang 20 - 50 mm 5 - 10 mm Ringan 5 - 20 mm 1 - 5 mm

(6)

Pergerakan matahari yang berpindah dari 23.5° Lintang Utara ke 23.5° Lintang Selatan sepanjang tahun mengakibatkan timbulnya aktivitas monsun yang juga ikut berperan dalam mempengaruhi ke-ragaman iklim. Pengaruh lokal terhadap keke-ragaman iklim juga tidak dapat diabaikan, karena Kepri merupakan kepulauan dengan bentuk topografi sangat beragam menyebabkan sistem golakan lokal cukup dominan. Faktor lain yang diperkirakan ikut berpengaruh terhadap keragaman iklim ialah gangguan siklon tropis. Semua aktivitas dan sistem ini berlangsung secara bersamaan sepanjang tahun akan tetapi besar pengaruh dari masing-masing aktivitas atau sistem tersebut tidak sama dan dapat berubah dari tahun ke tahun.

El-Nino dan La-Nina merupakan salah satu akibat dari penyimpangan iklim. Fenomena ini akan menyebabkan penurunan dan peningkatan jumlah curah hujan untuk beberapa daerah di Indonesia. Pengaruh El-Nino kuat pada daerah yang berpola hujan monsun, lemah pada daerah berpola hujan equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan pola hujan lokal, sedangkan IOD (Indian Ocean Dipole) hanya berpengaruh jelas pada daerah berpola hujan monsun.

Selain akibat pengaruh fluktuasi suhu permukaan laut di samudera pasifik (El Nino-Southern

Osci-llation / ENSO) dan Samudera Hindia (Indian Ocean Dipole / IOD), fenomena fase aktif osilasi

intra-musiman yang dikenal sebagai MJO (Madden-Agustusan Oscillation) juga mempengaruhi keragaman hujan di Indonesia. Menurut Geerts and Wheeler (1998) MJO akan menyebabkan terjadinya variasi pada pola angin, SML (Suhu Muka Laut), awan dan hujan. Fase aktif MJO bila bersamaan waktunya dengan monsun timur laut di Kepulauan Riau (Desember-Agustus) dapat menyebabkan terjadinya peningkatan curah hujan sekitar 200%.

Pergerakan MJO ke timur dari samudra India menuju samudra Pasifik dibagi dalam 8 fase. Fase-1 di Afrika (210° BB - 60° BT), fase-2 di samudera India bagian barat (60° BT – 80° BT), fase-3 di sa-mudra India bagian timur (80° BT – 100° BT) fase-4 & fase-5 di benua maritim Indonesia ( 100° BT – 140° BT), fase-6 di kawasan Pasifik barat (140°BT-160° BT), fase-7 di Pasifik tengah ( 160° BT – 180° BT) , dan fase-8 daerah konveksi di belahan bumi bagian barat ( 180° – 160° BB). Pada umumnya hujan tropis berasal dari awan konvektif dengan puncak awan sangat dingin (sedikit mengemisi radiasi gelombang panjang), oleh karenanya sangat baik memonitor MJO dengan memperhatikan variasi OLR (Outgoing Longwave Radiation) yang dipantau melalui sensor infra merah pada satelit.

(7)

Gbr.2 Peta Anomali Suhu Muka Laut bulan Oktober 2015 B. DINAMIKA ATMOSFER & LAUTAN BULAN OKTOBER 2015

1. Monsun

Pada bulan Oktober matahari telah melewati equator dan sudah berada di Bumi Bagian Selatan dengan pergerakan semu sejauh kurang lebih 6° yaitu dari 16°LS menuju 22°LS. Hal ini berdampak ke peningkatan suhu muka laut di daerah sekitar ekuator dan BBU yang memicu terbentuknya pola-pola tekanan udara rendah. Pada bulan Oktober 2015 tercatat ada dua kejadian siklon tropis yaitu siklon tropis Koppu dan Champi.

Gbr.I Peta Rata-rata Suhu Muka Laut bulan Oktober 2015

Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/ sst_analysis/images/monsstv2.png

Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/sst_analysis/ images/monanomv2.png

(8)

Kondisi rata-rata suhu muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia termasuk Kepulauan Riau pada bulan Oktober 2015 berkisar antara 25.0 0C hingga 31.0 0C (Gambar.1). Suhu

muka laut yang hangat (>27.0 0C) mengindikasikan ketersediaan uap air yang lebih banyak. Kondisi

yang demikian ini meningkatkan kemungkinan terjadinya pembentukan awan-awan yang menjulang tinggi sehingga berpotensi menyebabkan terjadinya hujan. Nilai anomali Suhu Muka Laut (Gambar.2) di wilayah perairan Indonesia secara umum, termasuk Kepulauan Riau sebesar (-2.50C) hingga 1.5 0C. Hal ini menunjukan pada bulan Oktober 2015 kondisi suhu muka laut berada dalam kisaran

dibawah hingga mencapai normalnya.

Pada bulan Oktober, tekanan udara di BBS yang secara umum lebih tinggi dari pada BBU menyebabkan massa udara bergerak dari BBS (bertekanan tinggi) menuju BBU (bertekanan rendah) sehingga menyebabkan pola angin di sekitar wilayah Kepulauan Riau dominan dari arah selatan serta membentuk daerah pola belokan angin (shearline) dan pola daerah pertemuan angin (konvergensi). Pada daerah belokan angin terjadi perlambatan kecepatan angin yang menyebabkan penumpukkan massa udara sehingga terjadi pengangkatan massa udara, sedangkan pola konvergen menyebabkan daerah-daerah pertemuan massa udara sehingga keduanya menimbulkan potensi pembentukan awan – awan konvektif.

Gbr.3 Rata-rata Tekanan Udara Permukaan Laut bulan Oktober 2015

(9)

Berdasarkan hasil analisa (Gambar.4) daerah Kepulauan Riau angin bertiup dengan kecepatan 18 hingga 28 km/jam. Kondisi angin dengan kecepatan ini cukup mendukung dalam proses pembentukan banyak awan.

2. El Nino - Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD)

Selama bulan Oktober, ENSO berada pada kondisi normal. Hal ini ditunjukkan dengan nilai anomali SST Nino 3.4 pada akhir September sebesar +2.21°C. Sedangkan kondisi SOI (Southern Oscillation Index) selama September 2015 berada pada kondisi dibawah normal dengan nilai pada akhir bulan Juli mencapai -21.3. Hal ini berpengaruh terhadap pengurangan jumlah curah hujan pada bulan Juli di wilayah Kepulauan Riau.

Gbr.5 Rata-rata Arah dan Kecepatan Angin 850 mb bulan Oktober 2015 Gbr.4 Klimatologi Arah Angin 3000 Feet bulan Oktober 2015

(10)

3. Madden-Agustusan Oscillation ( MJO) a. Outgoing Longwave Radiation (OLR)

OLR merupakan suatu radiasi gelombang panjang yang dipancarkan oleh bumi ke luar angkasa. Tidak semua radiasi gelombang panjang yang terpancar dari bumi sampai ke luar angkasa. Awan-awan konvektif adalah salah satu faktor yang menghalangi perjalanan gelombang panjang. Jika pada suatu wilayah tertutup hamparan awan konvektif, maka nilai OLR akan kecil. Secara umum nilai OLR rata-rata pada bulan Oktober di wilayah Indonesia, termasuk wilayah Kepulauan Riau, yaitu sekitar 240 sampai 260. Nilai OLR yang semakin kecil menunjukkan bahwa semakin banyak tutupan awan konvektif di wilayah tersebut.

Gbr.7 Grafik indeks ENSO / SOI Gbr.6 Grafik indeks SST Nino 3.4

Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml

(11)

Gbr.8 Rata-rata OLR bulan Oktober 2015

b. Fase MJO (Madden Julian Oscillation)

MJO pada bulan Oktober berada pada fase 4 hingga 2 dengan sifat kuat hingga lemah. Wilayah Indonesia berada fase 3 sampai 5. Pada gambar (9) MJO melewati wilayah Indonesia sehingga pada bulan Oktober MJO tidak terlalu berpengaruh terhadap penambahan curah hujan di wilayah Indonesia termasuk Batam.

Gbr.9 Fase MJO

Sumber: http://www.cpc.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/ olra_last30days-3plots.gif

(12)

4. IOD (Indian Ocean Dipole)

Fenomena Dipole Mode di Samudera Hindia atau IOD (Indian Ocean Dipole) berada pada kisaran normal dengan kondisi netral (-0,5°C s.d 0,5°C). Pada akhir Oktober IOD bernilai +2.210C. Sehingga bisa diketahui bahwa selama bulan Oktober 2015, secara umum IOD kurang

signifikan dalam menambah peluang pertumbuhan awan di wilayah Indonesia bagian barat terma-suk wilayah Kepulauan Riau.

C. ANALISIS HUJAN BULAN OKTOBER 2015

Berdasarkan data curah hujan bulan Oktober 2015 yang diterima dari stasiun / AWS (Automatic Weather Station) di Pulau Batam yang mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan Oktober 2015 adalah sebagai berikut:

Gbr.10 Grafik IOD

Tabel.1 Analisis Curah Hujan dan Sifat Hujan Oktober 2015

Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml

Lokasi RR Oktober 2015 (mm) Rata - rata (mm) Sifat Hujan

Hang Nadim 175.3 206.2 Normal

Nongsa 92.4 125.0 Bawah Normal

Tg. Uncang 205.4 166.3 Atas Normal

Sei Harapan 195.0 198.7 Normal

(13)

Dari tabel di atas tampak bahwa kejadian hujan di Pulau Batam secara umum berada pada kisaran di bawah normal hingga atas normal terhadap rata-ratanya. Jumlah curah hujan di wilayah Batam berkisar antara 0-210 mm.

(14)

Gbr.12 Evaluasi Sifat Hujan Bulan Oktober 2015

Dari gambar peta isohyet di atas dapat diketahui konsentrasi hujan di Barelang yang terjadi selama bulan Oktober 2015. Sebaran hujan tidak terlalu merata di wilayah Pulau Batam, Rempang dan Galang, konsentrasi tertinggi berada di sebelah utara pulau Batam, jumlah curah hujannya berkisar antara 0-210 mm. Konsentrasi jumlah curah hujan tertinggi terdapat di wilayah Sei Harapan dan Tanjung Uncang.

(15)

1. Analisa Unsur Cuaca Signifikan Bulan September 2015 Stamet Hang Nadim a. Hujan

Sifat hujan bulan Oktober 2015 di Barelang Bawah Normal (B) dengan curah hu-jan selama sebulan berkisar 75,6 mm - 205,4 mm atau antara 30 % - 81,5 %. Curah huhu-jan terendah terjadi di Sengkuang dan tertinggi di Uncang. Khusus di Hang Nadim dalam bulan Oktober 2015 terdapat 9 hari hujan terukur dan 1 hari hujan tidak terukur (ttu) dengan total curah hujan sebesar 175,3 mm atau berkisar 69,6% dari rata-rata yang berarti sifat hujan Bawah Normal (B). Pada dasarian I terjadi 3 hari hujan dengan jumlah curah hujan 37,1 mm, dasarian II tidak terjadi hujan dengan jumlah curah hujan 0,0 mm, dan dasarian III terjadi 7 hari dengan curah hujan 138,2 mm. Curah hujan tertinggi 58,0 mm terjadi pada tanggal 29 Oktober 2015

(16)

b. Suhu Udara

Suhu udara harian rata-rata berkisar antara 26,4 - 29.3 ° C. Suhu udara ter-endah dalam bulan Oktober adalah 22,3°C terjadi pada tanggal 27 Oktober 2015 pagi hari dan suhu udara tertinggi 33,9°C terjadi pada tanggal 15 Oktober 2015 siang hari.

C. Kelembaban Udara

Kelembaban udara harian rata-rata berkisar antara 74 % - 88 %. Kelembaban udara terendah mutlak 42% terjadi pada tanggal 09 Oktober 2015 siang hari, sedangkan kelembaban udara tertinggi 98% terjadi tanggal 01, 29 dan 30 Oktober 2015 pagi hari. Dengan demikian udara pada bulan Oktober 2015 lebih basah dibandingkan bulan Sep-tember 2015.

d. Angin Permukaan

Selama periode dasarian I – III Oktober 2015 angin permukaan secara umum didominasi dari arah Timur sampai Tenggara dengan kecepatan rata-rata 8 km/jam, arah dan kecepatan maximum dari Tenggara dengan kecepatan 34 km/jam terjadi pada tang-gal 27 Oktober 2015.

Gbr.14 Grafik Suhu Udara bulan Oktober 2015 di Hang Nadim

(17)

A. DINAMIKA ATMOSFER 1. Tekanan Udara dan Angin.

Pada bulan November, posisi matahari dalam gerak semunya berada di BBS (Belahan Bumi Selatan) dengan pergerakan semu sejauh kurang lebih 1,5° yaitu dari 22°LS menuju 23,5°LS (http://www.physicalgeography.net). Namun, dominasi pola-pola daerah berte-kanan udara rendah pada November 2015 akan bergeser ke wilayah Bumi Bagian Selatan (BBS).

Sehingga, pola angin rata-rata bulan November secara umum akan bertiup dari Bumi Bagian Utara (BBU) menuju Bumi Bagian Selatan (BBS). Sedangkan untuk wilayah Kepulauan Riau, seperti yang terlihat pada gambar 2, pola angin yang terbentuk berada dekat dengan daerah belokan angin (shearline). Pola angin ini cenderung mendukung dalam proses pertumbuhan awan-awan hujan.

I V . P R A K I R A A N B U L A N N O V E M B E R 2 0 1 5

Prediksi Anomali Suhu Muka Laut periode Oktober -- November - Desember 2015

Rata-rata Tekanan Udara Bulan November 2015

Gbr.16 Prediksi Anomali Suhu Muka Laut dan Rata-rata Tekanan Udara pada Bulan November 2015

Sumber: http://www.esrl.noaa.gov/psd/cgi-bin/data/

composites/

Sumber: http://iridl.ldeo.columbia.edu/maproom/Global/Forecasts/SST.html? bbox=bb%3A95.89%3A-20.52%3A154.28%3A14.81%3Abb

(18)

2. ENSO (EL Nino-Southern Oscillation)

ENSO merupakan salah satu fenomena cuaca skala global yang mempengaruhi penambahan curah hujan (fase La Nina) maupun pengurangan curah hujan (fase El Nino) di wilayah Indonesia. Prediksi nilai ENSO November 2015 menurut institusi internasional yaitu NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration, JAMSTEC (Japan Agency for

Marine-Earth Science and Technology), POAMA (Predictive Ocean Atmosphere Model for Australia) dan BMKG menyatakan bahwa EL Nino masih dalam kriteria kuat. Dengan

demikian, masih diprediksi akan terjadi pengurangan jumlah curah hujan di bulan Novem-ber.

Gbr.17 Rata-rata Streamline 3000 feet November 2015

(19)

Salah satu parameter ENSO yaitu data SOI (Southern Oscillation Index) dari BoM

(Bureau of Meteorology Australia) hingga akhir Oktober menunjukkan kondisi dibawah

normal dengan nilai mencapai -21.3. Sehingga diprakirakan untuk bulan November 2015 di wilayah Indonesia akan terdapat pengurangan jumlah curah hujan.

3. MJO (Madden-Agustusan Oscillation)

Salah satu fenomena cuaca global yang juga mempengaruhi jumlah curah hujan di Indonesia, khususnya daerah dekat khatulistiwa adalah osilasi gugusan awan atau disebut MJO. Berdasarkan data dari NOAA, diprakirakan pada tanggal 31 Oktober s.d 14 November 2015 MJO berada pada fase 2 sampai 1 dan dalam kategori lemah. Kondisi ini kurang mempengaruhi dalam penambahan jumlah curah hujan di wilayah Indonesia. Sedangkan berdasarkan data anomali OLR (Outgoing Longwave Radiation) yang merupakan salah satu indikator MJO di wilayah Indonesia secara umum menunjukkan nilai -16 s.d 24 Wm-2. Sedangkan untuk wilayah Kepulauan Riau data anomali OLR pada November

2015 kedepan diprakirakan pada nilai -8 s.d +8. Hal ini berarti tutupan awan di wilayah Kepulauan Riau pada bulan November cukup banyak.

Gbr.19 Grafik SOI Januari 2013 sampai dengan awal November 2015

(20)

Gbr.21 Anomali OLR sampai dengan Oktober 2015 dan prakiraan November 2015 Gbr.20 Grafik Fase MJO pada Bulan Oktober 2015 dan Prakiraan Bulan November 2015

Sumber: http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/

forca.shtml

(21)

4. Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole)

Fenomena cuaca global terakhir yang juga mempengaruhi peluang hujan di Indone-sia, khususnya Indonesia Bagian Barat, adalah Dipole Mode. Menurut data dari BoM, grafik indeks IOD akhir Oktober 2015berada pada kisaran -0,50 C s.d 0,50 C (netral) dengan nilai

terakhir +1.08 (gambar 7) dan prediksi bulan November 2015 bernilai 0.67. Sedangkan BMKG memprediksi nilai indeks dipole mode November 2015 bernilai 0.41 (gambar 8). Secara umum berdasarkan data prakiraan yang didapat dari BMKG menunjukan bahwa IOD pada bulan November menurut BMKG dan BoM diprakirakan bernilai positif (kuat) sehingga diprakirakan pada bulan November 2015 terjadi pengurangan jumlah curah hujan di wilayah Indonesia bagian barat termasuk Batam.

Gbr.22 Grafik indeks IOD sampai dengan akhir November 2015 dari BoM

Gbr. 23 Prediksi Indeks Dipole Mode dari BoM dan BMKG

Sumber: http://www.bmkg.go.id/bmkg_pusat/Klimatologi/Dinamika_Atmosfir.bmkg Sumber:www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml

(22)

5. Tinjauan Klimatologis

Kondisi cuaca bulan November di Batam berdasarkan data klimatologis selama 22 tahun (1993-2014) diketahui:

Secara umum curah hujan di Batam terbagi menjadi dua daerah konsentrasi hujan selama bulan November, daerah Batam bagian Utara, Barat dan Selatan curah hujannya 200 - 250 mm. Sedangkan Batam bagian Timur curah hujannya lebih sedikit yaitu 300 - 350 mm.

Kesimpulan:

Dari uraian di atas diketahui bahwa peluang pertumbuhan awan-awan hujan di Batam pada bulan November 2015 tidak terlalu berbeda dibandingkan dengan bulan Ok-tober 2015, namun peluang jumlah intensitas curah hujan sedikit lebih besar.

(23)

B. PRAKIRAAN HUJAN BULAN NOVEMBER 2015 1. Prakiraan Hujan Dasarian

Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai November 2015 hingga Oktober 2016. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan dasarian Hang Nadim periode November 1998 s.d Oktober 2015.

Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan normal hujan dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.92598 dan RMSE (error) 9.354.

Hasilnya menunjukkan bahwa curah hujan di bulan November 2015 diprakirakan:

Sesuai dengan kriteria sifat hujan dalam dasarian, prakiraan curah hujan pada dasarian I dan III berada di bawah normalnya, sedangkan dasarian II berada di atas normal-nya.

Dasarian Pertama

Di Atas Normal

106.8

Dasarian Kedua

Di Bawah Normal

82.6

Dasarian Ketiga

Di Bawah Normal

74.6

(24)

2. Prakiraan Hujan Bulanan

Berdasarkan data-data dan analisis model serta program HyBMG 2.0.7 dapat diperoleh hasil prakiraan curah hujan satu bulan pada bulan November 2015 di wilayah Barelang sebagai berikut:

Gbr.24 Peta Prakiraan Curah Hujan Bulan November 2015 Tabel.2 Prakiraan Curah Hujan Bulan November 2015

dan membandingkan dengan normal hujannya maka sifat hujan bulan November 2015 di Barelang dapat diprakirakan sebagai berikut:

JUMLAH CURAH

HUJAN

0 mm - 150 mm

150 mm - 300 mm

Batam, Rempang dan Galang

300 mm - 450 mm

(25)

Tabel.3 Prakiraan Sifat Hujan Bulan November 2015

Gbr.25 Peta Prakiraan Sifat Hujan Bulan November 2015

SIFAT HUJAN

WILAYAH

Atas Normal

Normal

Batam, Rempang dan Galang

(26)

Berdasarkan peta prakiraan angin dan gelombang laut mingguan di wilayah perairan Kepulauan Riau pada bulan November 2015 yang dibuat Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam menggunakan Software Windwave – 05, dapat disampaikan prakiraan angin permukaan dan tinggi gelombang laut serta arus laut perairan Kepulauan Riau dan sekitarnya sebagai berikut:

V . P R A K I R A A N A N G I N D A N G E L O M B A N G L A U T

O K T O B E R 2 0 1 5

Tabel.4 Prakiraan Tinggi Gelombang Laut Bulan November 2015

WILAYAH PERAIRAN

TINGGI GELOMBANG

( m )

ARAH & KECEP. ANGIN ( km/Jam)

ARUS LAUT ( cm/s )

Batam - Tanjung Pinang 0,5 – 2 Timur - 10 Barat Laut - 5

Batam - Tarempa 1– 2 Timur - 10 Barat – 25

Batam - Natuna 1 – 2 Timur - 10 Barat - 35

Batam - Karimun 0,5 – 1, 5 Timur - 10 Barat - 5

Batam – Lingga 1– 2 Timur - 10 Barat Laut - 5

Batam - Singapura 0,5 – 1,5 Timur - 10 Barat Laut - 5

Batam - Dumai 1 – 1,5 Timur - 10 Selatan - 5

(27)

Gbr.26 Peta Prakiraan Angin Minggu I November 2015

(28)

Gbr.28 Peta Prakiraan Tinggi Gelombang Laut Minggu I November 2015

(29)

Gbr.30 Peta Prakiraan Arus Laut Minggu I November 2015

(30)

A. Pendahuluan

Pasang surut air adalah gelombang yang mirip dengan gelombang air yang terjadi akibat tiupan angin. Pasang surut memiliki panjang gelombang yang panjang, seperti yang terdapat pada laut dalam namun terjadi untuk air dangkal, ini berarti pasang surut dibiaskan oleh keadaan topografi kedalaman bawah air. Periodenya pun cukup panjang, dalam orde jam. Pasang surut air terjadi disebabkan oleh gaya gravitasi dan gaya sen-trifugal yang ditimbulkan oleh gerakan bumi, bulan, dan matahari.

B. Pola Pasang Surut

Di seluruh dunia pasang surut berbeda baik ketinggian paras air maupun waktu kejadiannya. Area pantai yang hanya punya satu pasang surut tertinggi dan terendah setiap hari disebut diurnal tide (air pasang harian). Wilayah yang mengalami dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari disebut mempunyai diurnal tide. Jika

semi-diurnal tide mempunyai ketinggian air pasang yang dicapai berbeda dan saat surut juga

level air tidak sama disebut semi-diurnal mixed tide.

Pola pasang surut dapat dijelaskan secara gelombang dengan grafik yang menunjukkan paras air untuk sumbu vertikal dan sumbu horisontal menyatakan waktu hari. Pengamatan pasang surut dalam jangka waktu yang lama digunakan untuk menghitung rata-rata ketinggian pasang. Dengan nilai rata-rata ini dapat dihitung anomali pasang naik dan pasang surut air.

C. Paras Pasang Surut.

Ketinggian air tertinggi yang dicapai permukaan air setiap hari disebut High Water

(HT) / Higt Tide (Ht). Titik terendah dimana permukaan air surut disebut Low

Wa-ter (LW) / Low Tide. Mengingat propinsi Kepulauan Riau sebagian besar wilayahnya

terdiri dari lautan maka fenomena pasang surut air laut sangat besar pengaruhnya ter-hadap kegiatan yang berhubungan dengan kelautan seperti bongkar muat di Pelabuhan Laut, kegiatan para nelayan dan lain sebagainya. Untuk itu dalam buletin ini kami sajikan prediksi pasang surut di seluruh Propinsi Kepulauan Riau yang meliputi 6 (enam) Kabu-paten Kota sebagai berikut :

(31)

I. KOTA BATAM

1. Batu Ampar, November 2015

2. Sekupang, November 2015

1 2

(32)

II. KABUPATEN BINTAN

1. Tanjung Uban, November 2015

2. Tanjung Pinang, November 2015

3 4

(33)

III. KABUPATEN KARIMUN

1. Tanjung Balai Karimun, November 2015

IV. KABUPATEN LINGGA

1. Dabo Singkep, November 2015

6 5

(34)

IV. KABUPATEN ANAMBAS

1. Selat Peninting, November 2015

V. KABUPATEN NATUNA

1. Sedanau, November 2015

7

(35)

V I I . I N F O R M A S I M A T A H A R I T E R B I T / T E R B E N A M D A N B U L A N T E R B I T / T E R B E N A M A G U S T U S 2 0 1 5

1. Stasiun Meterorologi Hang Nadim Batam

2. Stasiun Meteorologi Tanjung Pinang

Location : E104 07, N01 07, November 2015

DATE

SUN MOON Rise Set Rise Set

hm hm hm hm 1 0545 1749 2231 1006 2 0545 1749 2322 1059 3 0545 1749 000 1148 4 0545 1749 0011 1235 5 0545 1749 0057 1319 6 0545 1749 0141 1402 7 0545 1749 0224 1444 8 0545 1749 0306 1526 9 0545 1749 0349 1609 10 0545 1750 0432 1652 11 0545 1750 0517 1737 12 0545 1750 0603 1824 13 0546 1750 0652 1913 14 0546 1750 0742 2003 15 0546 1750 0833 2055 16 0546 1750 0925 2147 17 0546 1750 1017 2240 18 0547 1751 1110 2332 19 0547 1751 1202 000 20 0547 1751 1253 0025 21 0547 1751 1345 0117 22 0548 1751 1438 0210 23 0548 1752 1532 0304 24 0548 1752 1628 0400 25 0548 1752 1725 0457 26 0549 1753 1823 0555 27 0549 1753 1921 0654 28 0549 1753 2017 0751 29 0550 1754 2111 0846 30 0550 1754 2202 0939

Location : E104 32, N00 55, November 2015 DATE

SUN MOON Rise Set Rise Set

hm hm hm hm 1 0543 1748 2230 1004 2 0543 1748 2321 1057 3 0543 1748 000 1146 4 0543 1748 0009 1233 5 0543 1748 0055 1318 6 0543 1748 0139 1401 7 0543 1748 0222 1443 8 0543 1748 0304 1525 9 0543 1748 0347 1607 10 0543 1748 0430 1651 11 0543 1748 0515 1736 12 0544 1748 0602 1822 13 0544 1748 0650 1911 14 0544 1749 0740 2002 15 0544 1749 0831 2053 16 0544 1749 0923 2146 17 0544 1749 1015 2238 18 0545 1749 1108 2331 19 0545 1749 1200 000 20 0545 1750 1251 0023 21 0545 1750 1344 0116 22 0546 1750 1436 0209 23 0546 1750 1530 0303 24 0546 1751 1626 0358 25 0546 1751 1723 0455 26 0547 1751 1822 0553 27 0547 1752 1919 0652 28 0547 1752 2016 0749 29 0548 1752 2110 0844 30 0548 1753 2201 0937

(36)

3. Stasiun Meteorologi Ranai Natuna

4. Stasiun Meteorologi Tanjung Balai Karimun

Location : E108 24, N03 55, November 2015 DATE

SUN MOON Rise Set Rise Set

hm hm hm hm 1 0531 1729 2210 0952 2 0531 1729 2301 1045 3 0531 1729 2350 1134 4 0531 1729 000 1220 5 0531 1729 0037 1304 6 0531 1729 0122 1346 7 0531 1729 0205 1427 8 0531 1729 0249 1508 9 0531 1729 0332 1550 10 0532 1729 0416 1632 11 0532 1729 0502 1717 12 0532 1729 0549 1803 13 0532 1729 0637 1851 14 0532 1729 0728 1941 15 0533 1729 0819 2033 16 0533 1729 0911 2126 17 0533 1729 1003 2219 18 0533 1730 1055 2312 19 0534 1730 1146 000 20 0534 1730 1237 0005 21 0534 1730 1328 0059 22 0534 1730 1420 0153 23 0535 1730 1513 0248 24 0535 1731 1608 0344 25 0535 1731 1704 0442 26 0536 1731 1802 0541 27 0536 1731 1859 0640 28 0537 1732 1956 0737 29 0537 1732 2050 0832 30 0537 1732 2142 0924

Location : E103 23, N01 03, November 2015 DATE

SUN MOON Rise Set Rise Set

hm hm hm hm 1 0548 1752 2234 1009 2 0548 1752 2325 1102 3 0548 1752 000 1151 4 0548 1752 0014 1238 5 0548 1752 0100 1322 6 0548 1752 0144 1405 7 0548 1752 0227 1447 8 0548 1752 0309 1529 9 0548 1752 0352 1612 10 0548 1753 0435 1655 11 0548 1753 0520 1740 12 0548 1753 0606 1827 13 0549 1753 0655 1916 14 0549 1753 0745 2006 15 0549 1753 0836 2058 16 0549 1753 0928 2150 17 0549 1753 1020 2243 18 0549 1754 1113 2336 19 0550 1754 1205 000 20 0550 1754 1256 0028 21 0550 1754 1348 0120 22 0550 1755 1441 0213 23 0551 1755 1535 0307 24 0551 1755 1631 0403 25 0551 1755 1728 0500 26 0552 1756 1826 0558 27 0552 1756 1924 0657 28 0552 1756 2020 0754 29 0553 1757 2114 0849 30 0553 1757 2205 0942

(37)

5. Stasiun Meteorologi Dabo Singkep

6. Stasiun Meteorologi Tarempa

Location : E104 34, S00 28, November 2015 DATE

SUN MOON Rise Set Rise Set

hm hm hm hm 1 0541 1749 2231 1002 2 0541 1749 2322 1055 3 0541 1749 000 1145 4 0541 1749 0010 1232 5 0541 1749 0056 1317 6 0541 1749 0140 1400 7 0541 1749 0222 1442 8 0541 1749 0304 1525 9 0541 1750 0346 1608 10 0542 1750 0429 1651 11 0542 1750 0514 1737 12 0542 1750 0600 1824 13 0542 1750 0648 1913 14 0542 1750 0738 2003 15 0542 1750 0829 2055 16 0542 1751 0921 2147 17 0542 1751 1014 2240 18 0543 1751 1106 2332 19 0543 1751 1158 000 20 0543 1751 1251 0024 21 0543 1752 1343 0116 22 0543 1752 1437 0208 23 0544 1752 1531 0302 24 0544 1753 1627 0357 25 0544 1753 1725 0454 26 0544 1753 1823 0551 27 0545 1754 1921 0650 28 0545 1754 2018 0747 29 0545 1754 2111 0842 30 0546 1755 2202 0935

Location : E106 15, N03 12, November 2015 DATE

SUN MOON Rise Set Rise Set

hm hm hm hm 1 0538 1739 2220 1000 2 0538 1739 2311 1053 3 0539 1739 000 1142 4 0539 1739 000 1228 5 0539 1738 0046 1312 6 0539 1738 0131 1354 7 0539 1738 0214 1436 8 0539 1738 0258 1517 9 0539 1738 0341 1559 10 0539 1738 0425 1642 11 0539 1738 0510 1726 12 0540 1739 0557 1813 13 0540 1739 0645 1901 14 0540 1739 0736 1951 15 0540 1739 0827 2043 16 0540 1739 0919 2136 17 0541 1739 1011 2229 18 0541 1739 1103 2322 19 0541 1739 1154 000 20 0541 1740 1245 0015 21 0542 1740 1337 0108 22 0542 1740 1429 0202 23 0542 1740 1522 0256 24 0543 1740 1617 0353 25 0543 1741 1714 0450 26 0543 1741 1811 0549 27 0544 1741 1909 0648 28 0544 1741 2006 0745 29 0544 1742 2100 0840 30 0545 1742 2151 0932

(38)

Anomali : Penyimpangan suatu variabel dari nilai rata-rata

Awan Konvektif : Awan tebal menjulang tinggi yang terbentuk dari proses pemanasan vertikal yang membawa uap air. Awan ini

mengakibatkan terjadinya hujan secara tiba-tiba, petir dan angin kencang.

Cold Surge : Aliran udara dingin dari daratan Asia yang menjalar memasuki wilayah Indonesia bagian barat, cold surge biasa terjadi pada saat Asia memasuki musim dingin.

Cuaca : Kondisi fisis atmosfer pada suatu wilayah yang sempit pada waktu tertentu

Dasarian : Periode sepuluh harian

Dipole Mode /IOD

(Indian Ocean Dipole) : Tingkat ketersediaan uap air akibat perbedaan suhu muka laut

antara Samudera Hindia dan Perairan Pantai Timur Afrika. DMI

(Dipole Mode Index) : Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas Dipole

Mode. DMI yang bernilai negatif akan menambah kandungan uap air di sekitar wilayah Sumatera, sehingga curah hujannya secara umum meningkat. Sedangkan nilai positif tidak

menambah kandungan uap air, sehingga curah hujan cenderung berkurang.

Divergensi : Beraian angin, yang mengindikasikan daerah cuaca baik Eddy : Pusaran angin dengan durasi harian dan biasanya jika suatu

daerah terdapat eddy, maka cenderung banyak hujan.

El Nino : Fenomena memanasnya suhu permukaan laut di Pasifik Timur sehingga secara umum menyebabkan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia berkurang.

ENSO

(El Nino-Shouthern Oscillation)

: Fluktuasi musiman antara fase El Nino dan La Nina. Gelombang : Pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak lurus

permukaan laut.

Iklim : Kondisi Rata-rata cuaca dalam jangka waktu yang lama dan wilayah yang luas

ITCZ

(Intertropical Convergence Zone)

: Daerah pertemuan massa udara antar benua dengan cakupan yang luas. Umumnya daerah-daerah yang dilintasi ITCZ berpotensi terjadi pertumbuhan awan-awan hujan lebat dan cukup lama (bisa lebih dari satu hari).

(39)

La Nina : Fenomena yang merupakan kebalikan dari El Nino. Secara umum menyebabkan curah hujan di Indonesia meningkat.

MJO

(Madden-Novemberan Oscillation)

: Fluktuasi musiman/osilasi/gelombang tekanan (pola tekanan tinggi-tekanan rendah) di kawasan tropik yang terkait dengan penambahan gugusan uap air yang menyuplai pembentukan awan hujan dengan periode lebih kurang 48 hari yang menjalar dari barat ke timur. Biasanya berawal di pantai timur Afrika kemudian menjalar ke timur dan menghilang di bagian tengah Pasifik. MJO ini berkaitan dengan OLR (Outgoing Longwave Radiation)

Monsun : Suatu pola sirkulasi angin yang berhembus secara periodik pada suatu periode (minimal 3 bulan) dan pada periode yang lain polanya akan berlawanan. Di Indonesia dikenal dengan 2 istilah monsun yaitu monsun Asia dan Monsun Australia. Monsun Asia berkaitan dengan musim hujan di Indonesia, sedangkan Monsun Australia berkaitan dengan musim kemarau.

Normal : Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan periode waktu yang tidak ditentukan (1971-2000, 1976-2005, 1978-2007, dsb)

OLR

(Outgoing Longwave Radiation).

: Radiasi gelombang panjang (infra merah) yang dipancarakan keluar dari bumi. OLR yang bernilai negatif menunjukkan tutupan awan konvektif yang banyak, sedangkan nilai positif tutupan awan konvektifnya sedikit.

Rata-rata : Nilai rata-rata suatu variabel selama minimal periode 10 tahun (1971 -1980, 1976-1985, 1993-2002, 1995-2010, dsb)

Shearline : Garis atau zona lintasan yang terdapat perubahan arah dan kecepatan angin secara tiba-tiba.

SOI

(Southern Oscillation Index)

: Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas El Nino atau La Nina.

Standar Normal : Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan periode waktu yang sudah ditentukan, dimulai tahun berakhiran 1 diakhiri tahun berakhiran 0 (1961-1990, 1971-2000, 1981-2010, dst)

Konveksi : Pergerakan molekul-molekul pada fluida (cairan atau gas) Updraft : Pergerakan vertikal ke atas dari suatu kolom udara yang

Referensi

Dokumen terkait

Buletin Meteorologi edisi September 2020 ini akan mengulas informasi hasil evaluasi cuaca dan iklim wilayah Kepulauan Riau pada bulan Agustus 2020, prakiraan hujan serta

 MJO pada bulan April berada pada fase 1 hingga 8 dengan sifat lemah hingga kuat. Dimana MJO melewati wilayah Indonesia dengan sifat kuat sehingga pada bulan April MJO

 Bahwa kejadian hujan di Pulau Batam pada bulan maret 2014 merata. Dimana di seluruh wila- yah Pulau Batam intensitasnya berada pada bawah normal terhadap rata-ratanya. Berdasarkan

Buletin Meteorologi edisi Januari 2016ini akan mengulas informasi hasil evaluasi cuaca dan iklim wilayah Kepulauan Riau pada bulan Desember 2015, prakiraan hujan

Menurut data dari BoM dan BMKG, bulan Maret 2021 DMI akan berada pada kondisi netral sehingga tidak memberikan pengaruh signifikan dalam pengurangan maupun penambahan

Pada bulan Desember, tekanan udara di BBU secara umum lebih tinggi daripada BBS me- nyebabkan massa udara bergerak dari BBU (bertekanan tinggi) menuju BBS (bertekanan ren- dah)

Nilai anomali Suhu Muka Laut (Gbr.2) di wilayah perairan Indonesia secara umum merata, termasuk Kepulauan Riau sebesar 0.5 - 1.0 terhadap normalnya hal ini menunjukan pada bulan

Buletin Meteorologi edisi September 2016 ini akan mengulas informasi hasil evaluasi cuaca dan iklim wilayah Kepulauan Riau pada bulan Agustus 2016, prakiraan hujan