• Tidak ada hasil yang ditemukan

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam

BULETIN

BMKG

K A T A P E N G A N T A R

Bumi adalah tempat kita berpijak, berbagai kebutuhan kita disediakan oleh bumi. Yang lahir dan hidup di bumi bukan hanya generasi saat ini, namun berkelanjutan untuk anak cucu di masa depan. Jika mengulas tentang bumi, begitu banyak aspek yang diperhatikan. Mulai dari aspek lingkungan, ekonomi, politik, sampai kegiatan manusia. Semua mempunyai kontribusi besar bagi keadaan bumi nantinya. Salah satu faktor terpenting adalah faktor meteorologi, yang berperan dalam mendorong berbagai program pembangunan di bumi. Dengan menilik hal itu, serta mengkhususkan pada pembangunan di kawasan Barelang, Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam setiap bulannya menerbitkan BULETIN METEOROLOGI.

Buletin Meteorologi edisi April 2014 akan mengulas informasi hasil evaluasi cuaca dan iklim wilayah Kepulauan Riau pada bulan Maret 2014, prakiraan hujan dan gelombang laut, serta pra-kiraan pasang surut bulan April 2014. Buletin ini dibuat sebagai salah satu sarana penunjang pen-yampaian informasi meteorologi, baik kepada para pengguna jasa informasi meteorologi dan juga kepada masyarakat umum.

Kami menyadari bahwa penulisan buletin ini masih belum sempurna, terdapat banyak keku-rangan dan belum dapat memenuhi kebutuhan seluruh pembaca. Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas dari media informasi ini. Besar harapan kami agar buletin ini dapat terus berkembang dan berkesinambungan, serta dapat menjawab semua pertan-yaan mengenai isu-isi meteorolog di wilayah Kepulauan Riau

. KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I

HANG NADIM BATAM

PHILIP MUSTAMU S.Sos NIP. 19590406 198203 1 002

(2)

TIM REDAKSI

PELINDUNG : PHILIP MUSTAMU, S.Sos. KEPALA STASIUN METEOROLOGI

KLAS I HANG NADIM BATAM PENANGGUNGJAWAB : TRI AGUS PRAMONO, S.Kom

KEPALA SEKSI DATA DAN INFORMASI

ANGGOTA TIM : YAYAN HERMAWAN DUDI JUHANDINATA, S.Stat.

SRI SULISMIYATI, A.Md. NIZAM MAWARDI, A.Md. ADHITYA PRAKOSO, A.Md. AGITA DEVIPRASTIWI, A.Md.

TATA NASKAH NOOR AZIZAH, S.Kom. NANGSIP CAHYANA, A.Md.

DUATI WARDANI, A.Md. MOHAMMAD TAUFIQ, S.Si

STASIUN METEOROLOGI HANG NADIM BATAM Jl. Hang Nadim Batu Besar, batam 29466

Phone : +62-778-761507 ext 4116 Fax. +62-778-761401 E-mail : stamet.hangnadim@bmkg.go.id hangnadim.kepri.bmkg.go.id bmkg.bpbatam.go.id

(3)

K A T A P E N G A N T A R

I . R I N G K A S A N 4

I I . P E N G E R T I A N 5

I I I . A N A L I S A C U A C A D A N I K L I M A. KERAGAMAN HUJAN

B. DINAMIKA ATMOSFIR & LAUTAN BULAN MARET 2014 1. Monsun

2. El Nino - Southern Oscilation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD)

3. Madden - Julian Oscilation (MJO) 4. IOD (Indian Ocean Dipole) C. ANALISIS HUJAN BULAN MARET 2014

5 7 7 9 1 0 1 2 1 3 I V . P R A K I R A A N B U L A N A P R I L 2 0 1 4 A. DINAMIKA ATMOSFIR

1. Tekanan Udara dan Angin

2. ENSO (El Nino - Southern Oscilation) 3. MJO

4. Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole) A. PRAKIRAAN HUJAN BULAN APRIL 2014

1. Prakiraan Hujan Dasarian 2. Prakiraan Hujan Bulanan

1 7 1 7 1 8 1 9 2 1 2 3 2 4 V . P R A K I R A A N A N G I N , G E L O M B A N G D A N A R U S L A U T B U L A N A P R I L 2 0 1 4 2 6 V I . P R E D I K S I P A S A N G S U R U T B U L A N A P R I L 2 0 1 4 3 0 V I I . I N F O R M A S I M A T A H A R I T E R B I T / T E R B E N A M D A N B U L A N T E R B I T / T E R B E N A M B U L A N A P R I L 2 0 1 4 3 5 V I I I . D A F T A R I S T I L A H 3 8 IX. A R T I K E L 4 0 X. P R O F I L 4 2

(4)

1. Berdasarkan data curah hujan bulan Maret 2014 yang diterima dari stasiun/pos hujan di Barelang yang mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan Maret 2014 adalah sebagai berikut:

 Bahwa kejadian hujan di Pulau Batam pada bulan maret 2014 merata. Dimana di seluruh wila-yah Pulau Batam intensitasnya berada pada bawah normal terhadap rata-ratanya. Jumlah cu-rah hujan di Pulau Batam pada bulan Maret 2014 berkisar antara 50 - 100 mm. Berdasarkan hasil analisa angin di sekitar wilayah Kepulauan Riau dominan dari arah Timur Laut dengan kecepatan 10 hingga 25 km/jam. Kondisi angin ini kurang signifikan dalam mendukung proses pembentukan awan.

 Untuk kondisi atmosfer dibulan Maret 2014 adalah sebagai berikut:

MJO pada bulan Maret berada pada fase 6 hingga 2 dengan sifat lemah hingga kuat. Wilayah Indonesia berada fase 3 dan 4. Pada gambar MJO tidak melewati wilayah Indonesia sehingga pada bulan Maret MJO tidak berpengaruh terhadap penambahan atau pengurangan curah hujan di wilayah Indonesia termasuk. Untuk wilayah Kepulauan Riau nilai OLR cukup besar sehingga tutupan awan konvektif di wilayah Kepulauan Riau sedikit. Nilai anomali Suhu Muka Laut) di wilayah perairan Kepulauan Riau adalah nihil. Hal ini menunjukan pada bulan Maret 2014 kondisi suhu muka laut masih dalam kisaran normalnya. Keadaan seperti ini kurang mendukung dalam proses pembentukan awan-awan konvektif di wilayah Kepulauan Riau se-hingga jumlah curah hujan cenderung lebih sedikit.

2. Secara umum kondisi cuaca bulan April 2014 di Batam berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh pred-iksi curah hujan tiap dasarian mulai April 2014 hingga Maret 2015.Data masukan yang digunakan adalah data series hujan dasarian Hang Nadim periode April 1998 s.d Maret 2014.. Dan dengan mempertimbangkan kondisi terakhir dinamika atmosfer di wilayah Indonesia dan sekitarnya, serta membandingkan dengan normal hujannya maka sifat hujan bulan April 2014 adalah normal hingga atas normal dengan curah hujan bulanan antara 150 mm – 300 mm.

(5)

A. SIFAT HUJAN

Sifat Hujan adalah Perbandingan antara jumlah curah hujan yang terjadi selama satu bulan dengan nilai rata-rata atau normal dari bulan tersebut di suatu tempat.

Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) kriteria, yaitu:

1. Di atas normal ( A ), jika nilai perbandingannya lebih besar dari 115 %. 2. Normal ( N ), jika nila perbandingannya antara 85 % - 115 %.

3. Di bawah normal ( B ), jika nilai perbandingannya kurang dari 85 %.

B. NORMAL CURAH HUJAN

1. RATA-RATA CURAH HUJAN BULANAN:

Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan dengan periode minimal 10 tahun. 2. NORMAL CURAH HUJAN BULANAN :

Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan selama periode 30 tahun. 3. STANDARD NORMAL CURAH HUJAN BULANAN :

Nilai rata-rata curah hujan pada masing-masing bulan selama periode 30 tahun dimulai dari 1 Januari 1901 s/d 31 Januari 1930, 1 Januari 1931 s/d 31 Januari 1960, 1 Januari 1961 s/d 31 Januari 1990, dan seterusnya.

C. INTENSITAS CURAH HUJAN (CH)

III. ANALISA CUACA DAN IKLIM A . K E R A G A M A N H U J A N

Kepulauan Riau merupakan wilayah negara Indonesia yang berbentuk kepulauan dan dilewati garis khatulistiwa. Wilayah negara Indonesia dilewati oleh garis katulistiwa serta dikelilingi oleh dua Samudra dan dua Benua. Posisi ini menjadikan Indonesia sebagai daerah pertemuan sirkulasi meridional (Utara-Selatan) dikenal sebagai Sirkulasi Hadley dan sirku-lasi zonal (Timur-Barat) dikenal sebagai Sirkusirku-lasi Walker, dua sirkusirku-lasi yang sangat mem-pengaruhi keragaman iklim di Indonesia

KRITERIA CH CH/hari CH/Jam

Sangat Lebat > 100 mm > 20 mm Lebat 50 - 100 mm 10 - 20 mm Sedang 20 - 50 mm 5 - 10 mm

Ringan 5 - 20 mm 1 - 5 mm

II.

PENGERTIAN

(6)

Pergerakan matahari yang berpindah dari 23.5o Lintang Utara ke 23.5o Lintang Selatan sepanjang tahun mengakibatkan timbulnya aktivitas monsun yang juga ikut berperan dalam mempengaruhi keragaman iklim. Pengaruh lokal terhadap keragaman iklim juga tidak dapat diabaikan, karena Kepri merupakan kepulauan dengan bentuk topografi sangat beragam menyebabkan sistem golakan lokal cukup dominan. Faktor lain yang diperkirakan ikut ber-pengaruh terhadap keragaman iklim ialah gangguan siklon tropis. Semua aktivitas dan sistem ini berlangsung secara bersamaan sepanjang tahun akan tetapi besar pengaruh dari masing-masing aktivitas atau sistem tersebut tidak sama dan dapat berubah dari tahun ke tahun.

El Nino dan La Nina merupakan salah satu akibat dari penyimpangan iklim. Fenomena ini akan menyebabkan penurunan dan peningkatan jumlah curah hujan untuk beberapa daerah di Indonesia. Pengaruh El-Nino kuat pada daerah yang berpola hujan monsun, lemah pada dae-rah berpola hujan equatorial dan tidak jelas pada daedae-rah dengan pola hujan lokal, sedangkan IOD (Indian Ocean Dipole) hanya berpengaruh jelas pada daerah berpola hujan monsun.

Selain akibat pengaruh fluktuasi suhu permukaan laut di samudera pasifik (El Nino-Southern Oscillation / ENSO) dan Samudera Hindia (Indian Ocean Dipole / IOD), fenomena fase aktif osilasi intra-musiman yang dikenal sebagai MJO (Madden-Julian Oscillation) juga mem-pengaruhi keragaman hujan di Indonesia. Menurut Geerts and Wheeler (1998) MJO akan menyebabkan terjadinya variasipada pola angin, SML (Suhu Muka Laut), awan dan hujan. Fase aktif MJO bila bersamaan waktunya dengan monsun timur laut di Kepulauan Riau (Desember-April) dapat menyebabkan terjadinya peningkatan curah hujan sekitar 200%.

Pergerakan MJO ke timur dari samudra India menuju samudra Pasifik dibagi dalam 8 phase. Phase-1 di Afrika (210° BB - 60° BT), phase-2 di samudra India bagian barat (60° BT – 80° BT), phase-3 di samudra India bagian timar (80° BT – 100° BT) phase-4 & pha-se-5 di benua maritim Indonesia ( 100° BT – 140° BT), phase-6 di kawasan Pasifik barat (140°BT-160° BT), phase 7 di Pasifik tengah ( 160° BT – 180° BT) , dan phase-8 daerah kon-veksi di belahan bumi bagian barat ( 180° – 160° BB). Pada umumnya hujan tropis berasal dari awan konvektif dengan puncak awan sangat dingin (sedikit mengemisi radiasi gelombang panjang), oleh karenanya sangat baik memonitor MJO dengan memperhatikan variasi OLR

(7)

Gbr. 2 Peta Anomali Suhu Muka Laut bulan Maret 2014

B. DINAMIKA ATMOSFER & LAUTAN BULAN MARET 2013 1. Monsun

Pada bulan Maret matahari berada tepat di atas wilayah equator atau disebut sebagai equinox. Matahari mulai berada pada penjalarannya dari equator menuju Bumi Bagian Utara (BBU) dengan pergerakan semu sejauh kurang lebih 15° yaitu dari 9.8°LS menuju 5.2°LU. Hal ini berdampak ke peningkatan suhu muka laut di daerah ekuator yang memicu terbentuknya pola-pola tekanan udara rendah. Pada bulan Maret 2014 tercatat telah terjadi 1 siklon tropis di wilayah selatan Indonesia diantaranya Siklon Tropis Gilian.Siklon tropis dan pusat – pusat tekanan rendah ini menarik massa udara menuju wilayah tersebut sehingga mempengaruhi kondisi pola cuaca di Indonesia. Dimana hal ini menyebabkan berkurangnya jumlah curah hu-jan di wilayah Indonesia bagian utara termasuk Kepulauan Riau.

Gbr. 1 Peta Rata-rata Suhu Muka Laut bulan Maret 2014

Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/ sst_analysis/images/monsstv2.png

Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/ sst_analysis/images/monanomv2.png

(8)

Kondisi rata-rata suhu muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia termasuk Kepulauan Riau pada bulan Maret 2014 berkisar antara 28.00C hingga 30.00C (Gbr.1). Suhu muka laut yang hangat (>27.00C) mengindikasikan ketersediaan uap air yang lebih banyak yang mendukung penguapan. Kondisi yang demikian ini sebenarnya meningkatkan kemungkinan terjadinya pembentukan awan-awan yang menjulang tinggi sehingga berpotensi menyebabkan terjadinya hujan. Namun nilai anomali Suhu Muka Laut (Gbr.2) di wilayah perairan Kepulauan Riau adalah nihil. Hal ini menunjukan pada bulan Maret 2014 kondisi suhu muka laut masih dalam kisaran normalnya. Keadaan seperti ini kurang mendukung da-lam proses pembentukan awan-awan konvektif di wilayah Kepulauan Riau sehingga jumlah curah hujan cenderung lebih sedikit.

Pada bulan Maret, tekanan udara di ekuator secara umum lebih rendah dari pada di BBU dan BBS sehingga menyebabkan massa udara bergerak dari dua wilayah BBU dan BBS (bertekanan tinggi) menuju equator (bertekanan rendah) akibatnya kedua massa udara ini saling bertemu di wilayah equator. Hal ini memicu terbentuknya pola angin konvergen yang memanjang di wilayah equator atau biasa disebut sebagai Inter Tropical Convergance Zone (ITCZ). Sebagaimana terlihat pada (Gbr. 4), pola gerakan massa udara (angin) ini merupakan pola angin ITCZ. Akibatnya, pola angin di sekitar wilayah Kepulauan Riau dominan dari arah utara hingga timur laut. Ditinjau dari pola angin yang terjadi di wilayah Kepulauan Riau pada bulan Maret 2014 kurang mendukung dalam pertumbuhan awan hujan.

Gbr. 3 Rata-rata Tekanan Udara Permukaan Laut Bulan Maret 2014

Sumber : : http://www.bom.gov.au/cg-bin/climate/cmb.cgi? page=map&variable=mslp&vstatus=mean&period=month&area=rsmc

(9)

Berdasarkan hasil analisa (Gbr.5) daerah Kepulauan Riau angin bertiup dengan kecepatan 5 hingga 20 Km/Jam. Kondisi angin ini kurang signifikan dalam mendukung proses pembentukan awan.

2. El Nino - Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD)

Pada bulan Maret, ENSO berada pada kondisi netral. Hal ini ditunjukkan dengan nilai anomali SST Nino 3.4 pada akhir Maret, nilainya masih sama dengan keadaan pada bulan yang lalu yaitu +0.27 °C. Sedangkan kondisi SOI (Southern Oscillation Index) pada Maret 2014 berada pada kondisi dibawah normal dengan nilai pada akhir bulan Maret mencapai -12.8. Hal ini belum terlalu berpengaruh terhadap penambahan atau pengurangan jumlah curah hujan pada bulan Maret. Baru akan berpengaruh jika keadaan nilai SOI negative terjadi selama mini-mal dua bulan berturut-turut yang dampaknya kemungkinan akan terjadi El Nino.

Gbr. 5 Rata-rata Arah dan Kecepatan Angin 850 mb pada Bulan Maret 2014 Gbr. 4 Klimatologi Arah Angin 3000 Feet pada Bulan Maret 2014

Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?

(10)

3. Madden-Julian Oscillation ( MJO)

a. Outgoing Longwave Radiation (OLR)

OLR merupakan suatu radiasi gelombang panjang yang dipancarkan oleh bumi ke luar angkasa. Tidak semua radiasi gelombang panjang yang terpancar dari bumi sampai ke luar angkasa. Awan – awan konvektif adalah salah satu faktor yang menghalangi perjalanan gelombang panjang. Jika pada suatu wilayah tertutup ham-paran awan konvektif, maka nilai OLR akan kecil. Secara umum nilai OLR rata rata pada bulan Maret relatif rendah di wilayah Indonesia. OLR bernilai terkecil terjadi di sebagian wilayah equator. Nilai OLR yang lebih kecil menunjukkan tutupan awan konvektif yang tebal. Sedangkan untuk wilayah Kepulauan Riau nilai OLR cukup besar. Sehingga tutupan awan konvektif di wilayah Kepulauan Riau sedikit.

Gbr. 7 Grafik indeks ENSO / SOI Gbr.6 Grafik indeks SST Nino3.4

Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml

(11)

Gbr. 8 Rata-rata OLR bulan Maret 2014

b. Fase MJO (Median Julian Oscilation)

MJO pada bulan Maret berada pada fase 6 hingga 2 dengan sifat lemah hingga kuat. Wilayah Indonesia berada fase 3 dan 4. Pada gambar (9) MJO tidak melewati wila-yah Indonesia sehingga pada bulan Maret MJO tidak berpengaruh terhadap penambahan atau pengurangan curah hujan di wilayah Indonesia termasuk Batam.

Gbr. 9 Fase MJO

Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi? page=map&variable=olr&vstatus=mean&period=month&area=rsmc

(12)

4. IOD (Indian Ocean Dipole)

Fenomena Dipole Mode di Samudera Hindia atau IOD (Indian Ocean Dipole) berada pada kisaran netral (-0,5°C s.d 0,5°C) pada sekitar akhir Maret 2014. Nilai IOD pada akhir Maret bernilai +0,230C. Sehingga bisa diketahui bahwa selama bulan Maret 2014, secara umum IOD kurang signifikan dalam menambah peluang pertumbuhan awan di wilayah Indonesia bagian barat.

C. ANALISIS HUJAN BULAN MARET 2014

Berdasarkan data curah hujan bulan Maret 2014 yang diterima dari stasiun / AWS (Automatic Weather Station) di Pulau Batam yang mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan Maret 2014 adalah sebagai berikut:

(13)

Dari tabel di atas diketahui bahwa kejadian hujan di Pulau Batam pada bulan Maret 2014 merata. Dimana di seluruh wilayah Pulau Batam intensitasnya berada pada bawah normal terhadap rata-ratanya. Jumlah curah hujan di Pulau Batam pada bulan Maret 2014 berkisar antara 50 - 100 mm.

Tabel 1: Analisis Curah Hujan dan Sifat Hujan Bulan Maret 2014

Gbr.11 Evaluasi Curah Hujan Bulan Maret 2014

Lo kasi RR Maret 2014 (mm) Rata - rata (mm) Sifat Hujan

Hang Nadim 57.7 163.8 Bawah Normal

(14)

Gbr. 12 Evaluasi Sifat Hujan Bulan Maret 2014

Dari gambar peta isohyet di atas dapat diketahui konsentrasi hujan di Barelang yang terjadi selama bulan Maret 2014. Sebaran Hujan merata di wilayah Pulau Batam, Rempang dan Galang.

(15)

1. Analisa Unsur Cuaca Signifikan Bulan Maret 2014 Stamet Hang Nadim a. Hujan

Hujan bulan Maret 2014 di Hang Nadim dengan curah hujan selama sebulan dengan 6 hari hujan berkisar 0.2 mm - 57,7 mm atau antara 0,08% - 22,9%. Dasarian I tidak terjadi hujan, dasarian II terjadi 5 hari hujan dengan jumlah curah hujan 57,5 mm, dan dasarian III terjadi 1 hari hujan dengan jumlah curah hujan 0,2 mm. Curah hujan tertinggi 29,6 mm ter-jadi pada tanggal 16 Maret 2014.

(16)

b. Suhu Udara

Suhu udara harian rata-rata berkisar antara 26,0 °C - 28,9 °C. Suhu udara teren-dah dalam bulan Maret 2014 adalah 23,4 °C terjadi pada tanggal 30 Maret 2014 pagi hari dan suhu udara tertinggi 32,6 °C terjadi pada tanggal 29 Maret 2014 siang hari.

C. Kelembaban Udara

Kelembaban udara harian rata-rata berkisar antara 71 % - 90 %. Kelembaban udara terendah mutlak 51% terjadi pada tanggal 05 Maret 2014 siang hari, sedangkan kelembaban udara tertinggi 98% terjadi tanggal 17 Maret 2014.

d. Angin Permukaan

Selama periode dasarian I – III Maret 2014 angin permukaan secara umum didominasi dari arah Timur Laut dengan kecepatan rata-rata 10 km/jam – 23 km/jam, arah dan kecepatan maximum dari Timur Laut sekitar 41 km/jam terjadi pada tanggal 11 Maret 2014.

Gbr.14 Grafik Suhu Udara bulan Maret 2014 di Hang Nadim

(17)

A. DINAMIKA ATMOSFIR 1. Tekanan Udara dan Angin.

Pada bulan April, posisi matahari dalam gerak semunya berada di sekitar wilayah Be-lahan Bumi Utara (BBU) dengan pergerakan semu sejauh kurang lebih 11.2° yaitu dari 5.2° LU menuju 17.0°LU (http://www.physicalgeography.net). Namun, sifat lautan yang lebih lama menyimpan panas menyebabkan suhu muka laut di BBS dan equator masih lebih tinggi dibanding BBU. Sehingga, dominasi pola-pola daerah bertekanan udara rendah pada April 2014 masih akan banyak terdapat pada wilayah Bumi Bagian Selatan (BBS) dan ekuator khu-susnya.

Akibatnya, pola angin rata-rata bulan April secara dominan bertiup dari Bumi Bagian Utara (BBU) dan Bumi Bagian Selatan (BBS) menuju katulistiwa. Angin dari arah BBU dan BBS ini bertemu di sekitar wilayah ekuator. Daerah pertemuan angin ini disebut ITCZ (Intercontinental Convergance Zone).

I V . P R A K I R A A N B U L A N A P R I L 2 0 1 4

Prediksi Anomali Suhu Muka Laut periode Maret-April-Mei 2014

Rata-rata Tekanan Udara pada Bulan April 2014

Gbr.16 Prediksi Anomali Suhu Muka Laut dan Rata-rata Tekanan Udara pada Bulan April 2014

Sumber: http://www.esrl.noaa.gov/psd/cgi-bin/data/composites/ Sumber: http://pred.ldeo.columbia.edu/forecast/sst/12/

(18)

Sedangkan untuk wilayah Kepulauan Riau, seperti yang terlihat pada gambar 17, pola angin yang terbentuk berada dekat dengan daerah belokan angin (shearline) dan pusaran angin tertutup (eddy). Pola angin ini cenderung mendukung dalam proses pertumbuhan awan-awan hujan.

2. ENSO

(EL Nino-Southern Oscillation)

ENSO merupakan salah satu fenomena cuaca skala global yang mempengaruhi penambahan curah hujan (fase La Nina) maupun pengurangan curah hujan (fase El Nino) di wilayah Indonesia. Prediksi ENSO menurut institusi internasional yaitu BMKG, POAMA (Predictive Ocean Atmosphere Model for Australia), NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) dan JAMSTEC (Japan Agency for Marine-Earth Science and Technology) menyatakan bahwa ENSO masih dalam kondisi normal untuk bulan April 2014. Dengan demikian, diprakirakan tidak akan terdapat penambahan maupun pengurangan jumlah curah hujan di wilayah Indonesia.

Gbr.17 Rata-rata Streamline 3000 feet pada Bulan April 2014

(19)

Salah satu parameter ENSO yaitu data SOI (Southern Oscillation Index) dari BoM (Bureau of Meteorology Australia) hingga awal April menunjukkan kondisi dibawah normal dengan nilai mencapai -13.3. Namun hal ini secara umum belum terlalu berpengaruh terhadap penambahan atau pengurangan jumlah curah hujan pada bulan April. Hal ini hanya akan berpengaruh jika keadaan nilai SOI negatif terjadi selama minimal dua bulan berturut-turut yang dampaknya kemungkinan akan terjadi El Nino. Sehingga dipra-kirakan untuk bulan April 2014 di wilayah Indonesia tidak akan terdapat penambahan jumlah curah hujan yang signifikan.

3. MJO (Madden-Julian Oscillation)

Salah satu fenomena cuaca global yang juga mempengaruhi jumlah curah hujan di Indonesia, khususnya daerah dekat khatulistiwa adalah osilasi gugusan awan atau disebut MJO. Berdasarkan data dari NOAA, diprakirakan pada tanggal 1 April s.d 15 April 2014 MJO berada pada fase 3 dan 4 atau berada pada wilayah Samudera Hindia bagian Timur hingga Kepulauan Indonesia. Hal ini cukup mempengaruhi dalam penambahan jumlah curah hujan di wilayah Indonesia. Sedangkan berdasarkan data anomali OLR (Outgoing Longwave Radiation) yang merupakan salah satu indikator MJO di wilayah Indonesia secara umum menunjukkan nilai -10 s.d +5 Wm-2, dan khusus untuk wilayah Kepulauan Riau data anomali OLR pada 14 hari kedepan diprakirakan pada nilai -5 s.d +5. Hal ini berarti tutupan awan di wilayah Kepulauan Riau pada bulan April tidak akan terlalu banyak.

(20)

Gbr. 20 Grafik Fase MJO pada Bulan Maret 2014 dan Prakiraan Bulan April 2014

Gbr. 21 Anomali OLR sampai dengan 31 Maret 2014 dan prakiraan 15 hari kedepan

Sumber: http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/

(21)

4. Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole)

Fenomena cuaca global terakhir yang juga mempengaruhi peluang hujan di Indonesia, khususnya Indonesia Bagian Barat, adalah dipole mode. Menurut data dari BoM, grafik indeks IOD awal April 2014 berada pada kisaran -0,5 0C s.d 0,5 0C (netral) dengan nilai terakhir -0.58 (Gbr. 22) dan prediksi bulan April 2014 bernilai -0.02. Sedangkan BMKG memprediksi nilai indeks dipole mode April 2014 bernilai -0,16 (Gbr. 23). Secara umum dapat disimpulkan bahwa IOD masih dalam kondisi normal sehingga diprakirakan pada bulan April 2014 tidak akan ada penambahan jumlah curah hujan yang signifikan di wilayah Indonesia bagian barat termasuk Batam.

Gbr. 22 Grafik indeks IOD sampai dengan akhir Maret 2014 dari BoM

Gbr. 23 Prediksi Indeks Dipole Mode dari BoM dan BMKG

(22)

5. Tinjauan Klimatologis

Kondisi cuaca bulan April di Batam berdasarkan data klimatologis selama 20 tahun (1993-2012) diketahui:

Hujan lebih sering terjadi pada pagi hingga sore hari yaitu sekitar pukul 09.00 WIB s.d 17.00 WIB. Secara umum curah hujan di Batam merata hingga Pulau Galang yaitu antara 100 – 250 mm.

Kesimpulan:

Dari uraian di atas diketahui bahwa peluang pertumbuhan awan-awan hujan di Batam pada bulan April 2014 lebih besar dibandingkan bulan Maret yang lalu.

Minimum Rata-rata Maksimum

SUHU UDARA (C) 22.8 27.5 34.2

KELEMBAPAN UDARA 45% 84% 100%

ANGIN (Km/Jam) 5 7 70

HARI HUJAN 8 17 25

(23)

B. PRAKIRAAN HUJAN BULAN APRIL 2014 1. Prakiraan Hujan Dasarian

Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA

(Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai April 2014 hingga Maret 2015. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan da-sarian Hang Nadim periode April 1998 s.d Maret 2014.

Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan normal hujan dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0,93407 dan RMSE (error) 8,4447. Hasilnya menunjukkan bahwa curah hujan di bulan April 2014 diprakirakan:

Sesuai dengan kriteria sifat hujan dalam dasarian, prakiraan curah hujan pada dasarian I, II, dan III nilai perbandingan prediksi curah hujan dengan normalnya 85% - 115%.

Dasarian Pertama

62.9

Dasarian Kedua

57

Dasarian Ketiga

64.6

Sifat Hujan

Jumlah Curah Hujan

(24)

2. Prakiraan Hujan Bulanan

Berdasarkan data-data dan analisis model serta program HyBMG 2.0.7 dapat diperoleh hasil prakiraan curah hujan satu bulan pada bulan April 2014 di wilayah Barelang sebagai berikut:

Gbr. 24 Peta Prakiraan Curah Hujan Bulan April 2014 Tabel 2: Prakiraan Curah Hujan Bulan April 2014

JUMLAH CURAH

HUJAN

0 mm - 150 mm

-150 mm - 300 mm

Batam, Rempang dan Galang

300 mm - 450 mm

(25)

dan membandingkan dengan normal hujannya maka sifat hujan bulan April 2014 di Barelang dapat diprakirakan sebagai berikut :

Tabel 3: Prakiraan Sifat Hujan Bulan April 2014

Gbr. 25 Peta Prakiraan Sifat Hujan Bulan April 2014

SIFAT HUJAN

WILAYAH

Atas Normal

Batam bagian Tengah

Normal

Batam bagian Barat dan Timur, Rempang, Galang

(26)

Berdasarkan peta prakiraan angin dan gelombang laut mingguan di wilayah perairan Kepulauan Riau pada bulan April 2014 yang dibuat Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam menggunakan Software Windwave – 05, dapat disampaikan prakiraan angin permukaan dan tinggi gelombang laut serta arus laut perairan Kepulauan Riau dan sekitarnya sebagai berikut:

V . P R A K I R A A N A N G I N D A N G E L O M B A N G L A U T

A P R I L 2 0 1 4

Tabel 4 : Prakiraan Tinggi Gelombang Laut Bulan April 2014

WILAYAH PERAIRAN

TINGGI GELOMBANG

( m )

ARAH & KECEP. ANGIN ( km/jam )

ARUS LAUT ( cm/s )

Batam - Tanjung Pinang 0,75 – 1,25 Timur Laut - 20 Utara - 5

Batam - Tarempa 1 – 1,25 Timur Laut - 20 Utara - 15

Batam - Natuna 1 – 1,25 Timur Laut - 20 Barat - 25

Batam - Karimun 0,5–1 Timur Laut - 20 Timur - 5

Batam - Lingga 0,75 – 1,25 Timur Laut - 20 Utara - 10

Batam - Singapura 0,5 – 1,25 Timur Laut - 20 Utara - 5

Batam - Dumai 0,5–1 Timur Laut - 20 Barat - 5

(27)

Gbr. 27 Peta Prakiraan Angin Minggu I April 2014

(28)

Gbr.29 Peta Prakiraan Tinggi Gelombang Laut Minggu I April 2014

(29)

Gbr.30 Peta Prakiraan Arus Laut Minggu I April 2014

(30)

A. Pendahuluan

Pasang surut air adalah gelombang yang mirip dengan gelombang air yang terjadi akibat tiupan angin. Pasang surut memiliki panjang gelombang yang panjang, seperti yang terdapat pada laut dalam namun terjadi untuk air dangkal, ini berarti pasang surut dibias-kan oleh keadaan topografi kedalaman bawah air. Periodenya pun cukup panjang, dalam orde jam. Pasang surut air terjadi disebabkan oleh gaya gravitasi dan gaya sentrifugal yang ditimbulkan oleh gerakan bumi, bulan, dan matahari.

B. Pola Pasang Surut

Di seluruh dunia pasang surut berbeda baik ketinggian paras air maupun waktu kejadiannya. Area pantai yang hanya punya satu pasang surut tertinggi dan terendah setiap hari disebut diurnal tide ( air pasang harian).

Wilayah yang mengalami dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari disebut mempunyai semi-diurnal tide.

Jika semi-diurnal tide mempunyai ketinggian air pasang yang dicapai berbeda dan saat surut juga level air tidak sama disebut semi-diurnal mixed tide.

Pola pasang surut dapat dijelaskan secara gelombang dengan grafik yang menunjukkan paras air untuk sumbu vertical dan sumbu mendatar menyatakan waktu hari.

Pengamatan pasang surut dalam jangka waktu yang lama digunakan untuk menghitung rata-rata ketinggian pasang. Dengan nilai Rata-rata ini dapat dihitung anomaly pasang naik dan pasang surut air.

C. Paras Pasang Surut.

Ketinggian air tertinggi yang dicapai permukaan air setiap hari disebut High

Water (HT) / Higt Tide (Ht)

Titik terendah dimana permukaan air surut disebut Low Water (LW) / Low Tide

Mengingat Propinsi Kepulauan Riau sebagian besar wilayahnya terdiri dari lautan maka phenomena Pasang Surut air laut sangat besar pengaruhnya terhadap kegiatan yang berhubungan dengan kelautan seperti Bongkar Muat di Pelabuhan Laut, kegiatan para nelayan dan lain sebagainya.

Untuk itu dalam buletin ini kami sajikan prediksi pasang surut di seluruh Propinsi Kepu-lauan Riau yang meliputi 6 (enam) Kabupaten Kota Sebagai Berikut :

(31)

KOTA BATAM

1. Batu Ampar, April 2014

2. Sekupang, April 2014

1 2

(32)

II. KABUPATEN BINTAN 3. Tanjung Uban, April 2014

4. Tanjung Pinang, April 2014

3 4

(33)

III. KABUPATEN KARIMUN

5. Tanjung Balai Karimun, April 2014

IV. KABUPATEN LINGGA 6. Dabo Singkep, April 2014

5

(34)

V. KABUPATEN ANAMBAS

7. Selat Peninting, April 2014

VI. KABUPATEN NATUNA 8. Sedanau, April 2014

7

(35)

V I I

.

I N F O R M A S I M A T A H A R I T E R B I T / T E R B E N A M D A N

B U L A N T E R B I T / T E R B E N A M B U L A N A P R I L 2 0 1 4

1. Stasiun Meterorologi Hang Nadim Batam

2. Stasiun Meteorologi Tanjung Pinang

Location : E104 07, N01 07, April 2014

DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm hm 1 0604 1811 0706 1933 2 0604 1811 0758 2025 3 0603 1811 0849 2116 4 0603 1810 0940 2207 5 0603 1810 1030 2257 6 0602 1810 1119 2345 7 0602 1810 1207 000 8 0602 1809 1253 0032 9 0601 1809 1338 0117 10 0601 1809 1423 0202 11 0601 1809 1507 0245 12 0600 1808 1551 0329 13 0600 1808 1636 0413 14 0600 1808 1723 0458 15 0600 1808 1811 0544 16 0559 1808 1902 0634 17 0559 1807 1956 0725 18 0559 1807 2052 0819 19 0559 1807 2149 0916 20 0558 1807 2246 1013 21 0558 1807 2343 1111 22 0558 1806 000 1207 23 0558 1806 0038 1302 24 0557 1806 0132 1355 25 0557 1806 0224 1448 26 0557 1806 0315 1539 27 0557 1806 0405 1630 28 0557 1806 0456 1721 29 0556 1805 0546 1813 30 0556 1805 0637 1905

Location : E104 32, N00 55, April 2014

DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm hm 1 0602 1809 0705 1931 2 0602 1809 0756 2023 3 0602 1809 0847 2114 4 0601 1809 0938 2205 5 0601 1808 1029 2255 6 0601 1808 1118 2343 7 0600 1808 1205 000 8 0600 1808 1252 0030 9 0600 1807 1337 0116 10 0559 1807 1421 0200 11 0559 1807 1505 0244 12 0559 1807 1549 0327 13 0559 1806 1635 0411 14 0558 1806 1721 0456 15 0558 1806 1810 0543 16 0558 1806 1901 0632 17 0558 1806 1954 0724 18 0557 1805 2050 0818 19 0557 1805 2147 0914 20 0557 1805 2244 1012 21 0557 1805 2341 1109 22 0556 1805 000 1206 23 0556 1804 0036 1300 24 0556 1804 0130 1354 25 0556 1804 0222 1446 26 0555 1804 0313 1537 27 0555 1804 0403 1628 28 0555 1804 0454 1720 29 0555 1804 0545 1811 30 0555 1804 0636 1903

(36)

3. Stasiun Meteorologi Ranai Natuna

4. Stasiun Meteorologi Tanjung Balai Karimun Location : E108 24, N03 55, April 2014

DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm hm 1 0554 1803 0655 1926 2 0553 1803 0745 2019 3 0553 1803 0836 2111 4 0553 1802 0927 2202 5 0552 1802 1017 2251 6 0552 1802 1106 2340 7 0552 1802 1154 000 8 0551 1802 1241 0026 9 0551 1801 1326 0111 10 0550 1801 1412 0155 11 0550 1801 1456 0237 12 0550 1801 1541 0320 13 0549 1801 1627 0403 14 0549 1801 1715 0447 15 0549 1801 1804 0533 16 0548 1800 1856 0622 17 0548 1800 1950 0713 18 0548 1800 2046 0806 19 0547 1800 2143 0902 20 0547 1800 2241 1000 21 0547 1800 2337 1057 22 0546 1800 000 1154 23 0546 1800 0031 1250 24 0546 1800 0124 1344 25 0545 1759 0215 1438 26 0545 1759 0305 1530 27 0545 1759 0355 1622 28 0545 1759 0444 1714 29 0544 1759 0534 1807 30 0544 1759 0625 1859

Location : E103 23, N01 03, April 2014

DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm hm 1 0607 1814 0709 1936 2 0607 1814 0801 2028 3 0606 1814 0852 2119 4 0606 1813 0943 2210 5 0606 1813 1033 2300 6 0605 1813 1122 2348 7 0605 1812 1210 000 8 0605 1812 1256 0035 9 0604 1812 1342 0120 10 0604 1812 1426 0205 11 0604 1812 1510 0248 12 0603 1811 1554 0332 13 0603 1811 1639 0416 14 0603 1811 1726 0501 15 0603 1811 1814 0548 16 0602 1810 1905 0637 17 0602 1810 1959 0728 18 0602 1810 2055 0823 19 0602 1810 2152 0919 20 0601 1810 2249 1016 21 0601 1809 2346 1114 22 0601 1809 000 1210 23 0601 1809 0041 1305 24 0600 1809 0135 1359 25 0600 1809 0227 1451 26 0600 1809 0318 1542 27 0600 1809 0408 1633 28 0600 1808 0459 1724 29 0559 1808 0549 1816 30 0559 1808 0641 1908

(37)

5. Stasiun Meteorologi Dabo Singkep

6. Stasiun Meteorologi Tarempa Location : E104 34, S00 28, April 2014

DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm hm 1 0602 1809 0705 1930 2 0602 1809 0756 2022 3 0602 1809 0848 2114 4 0601 1808 0939 2204 5 0601 1808 1029 2254 6 0601 1808 1118 2343 7 0600 1807 1206 000 8 0600 1807 1252 0029 9 0600 1807 1337 0115 10 0600 1807 1421 0159 11 0559 1806 1505 0243 12 0559 1806 1549 0327 13 0559 1806 1634 0411 14 0558 1806 1721 0456 15 0558 1805 1809 0543 16 0558 1805 1900 0632 17 0558 1805 1953 0724 18 0557 1805 2049 0818 19 0557 1805 2146 0915 20 0557 1804 2244 1012 21 0557 1804 2340 1110 22 0557 1804 000 1206 23 0556 1804 0036 1301 24 0556 1804 0129 1354 25 0556 1804 0222 1446 26 0556 1803 0313 1537 27 0556 1803 0403 1628 28 0555 1803 0454 1719 29 0555 1803 0545 1811 30 0555 1803 0636 1902

Location : E106 15, N03 12, April 2014

DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm hm 1 0555 1803 0656 1926 2 0554 1803 0747 2018 3 0554 1803 0837 2110 4 0554 1803 0928 2201 5 0553 1802 1018 2251 6 0553 1802 1107 2339 7 0552 1802 1155 000 8 0552 1802 1242 0026 9 0552 1802 1328 0111 10 0551 1802 1413 0155 11 0551 1801 1457 0238 12 0551 1801 1542 0321 13 0550 1801 1628 0404 14 0550 1801 1715 0448 15 0550 1801 1804 0534 16 0549 1800 1856 0623 17 0549 1800 1950 0714 18 0549 1800 2046 0808 19 0548 1800 2143 0904 20 0548 1800 2240 1001 21 0548 1800 2337 1059 22 0547 1800 000 1156 23 0547 1800 0031 1251 24 0547 1759 0124 1345 25 0547 1759 0216 1438 26 0546 1759 0306 1530 27 0546 1759 0356 1622 28 0546 1759 0445 1714 29 0546 1759 0536 1806 30 0546 1759 0626 1859

(38)

Anomali : Penyimpangan suatu variabel dari nilai rata-rata

Awan Konvektif : Awan tebal menjulang tinggi yang terbentuk dari proses pemanasan vertikal yang membawa uap air. Awan ini

mengakibatkan terjadinya hujan secara tiba-tiba, petir dan angin kencang.

Cold Surge : Aliran udara dingin dari daratan Asia yang menjalar memasuki wilayah Indonesia bagian barat, cold surge biasa terjadi pada saat Asia memasuki musim dingin.

Cuaca : Kondisi fisis atmosfer pada suatu wilayah yang sempit pada waktu tertentu

Dasarian : Periode sepuluh harian

Dipole Mode /IOD

(Indian Ocean Dipole) : Tingkat ketersediaan uap air akibat perbedaan suhu muka laut

antara Samudera Hindia dan Perairan Pantai Timur Afrika. DMI

(Dipole Mode Index) : Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas Dipole

Mode. DMI yang bernilai negatif akan menambah kandungan uap air di sekitar wilayah Sumatera, sehingga curah hujannya secara umum meningkat. Sedangkan nilai positif tidak

menambah kandungan uap air, sehingga curah hujan cenderung berkurang.

Divergensi : Beraian angin, yang mengindikasikan daerah cuaca baik

Eddy : Pusaran angin dengan durasi harian dan biasanya jika suatu

daerah terdapat eddy, maka cenderung banyak hujan.

El Nino : Fenomena memanasnya suhu permukaan laut di Pasifik Timur sehingga secara umum menyebabkan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia berkurang.

ENSO

(El Nino-Shouthern Oscillation)

: Fluktuasi musiman antara fase El Nino dan La Nina.

Gelombang : Pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak lurus permukaan laut.

Iklim : Kondisi Rata-rata cuaca dalam jangka waktu yang lama dan wilayah yang luas

ITCZ

(Intertropical Convergence Zone)

: Daerah pertemuan massa udara antar benua dengan cakupan

yang luas. Umumnya daerah-daerah yang dilintasi ITCZ berpotensi terjadi pertumbuhan awan-awan hujan lebat dan cukup lama (bisa lebih dari satu hari).

(39)

La Nina : Fenomena yang merupakan kebalikan dari El Nino. Secara umum menyebabkan curah hujan di Indonesia meningkat.

MJO

(Madden-Julian Oscillation)

: Fluktuasi musiman/osilasi/gelombang tekanan (pola tekanan

tinggi-tekanan rendah) di kawasan tropik yang terkait dengan penambahan gugusan uap air yang menyuplai pembentukan awan hujan dengan periode lebih kurang 48 hari yang menjalar dari barat ke timur. Biasanya berawal di pantai timur Afrika kemudian menjalar ke timur dan menghilang di bagian tengah Pasifik. MJO ini

berkaitan dengan OLR (Outgoing Longwave Radiation)

Monsun : Suatu pola sirkulasi angin yang berhembus secara periodik pada suatu periode (minimal 3 bulan) dan pada periode yang lain polanya akan berlawanan. Di Indonesia dikenal dengan 2 istilah monsun yaitu monsun Asia dan Monsun Australia. Monsun Asia berkaitan dengan musim hujan di Indonesia, sedangkan Monsun Australia berkaitan dengan musim kemarau.

Normal : Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan periode waktu yang tidak ditentukan (1971-2000, 1976-2005, 1978-2007, dsb)

OLR

(Outgoing Longwave Radiation).

: Radiasi gelombang panjang (infra merah) yang dipancarakan keluar

dari bumi. OLR yang bernilai negatif menunjukkan tutupan awan konvektif yang banyak, sedangkan nilai positif tutupan awan konvektifnya sedikit.

Rata-rata : Nilai rata-rata suatu variabel selama minimal periode 10 tahun (1971 -1980, 1976-1985, 1993-2002, 1995-2010, dsb)

Shearline : Garis atau zona lintasan yang terdapat perubahan arah dan kecepatan angin secara tiba-tiba.

SOI

(Southern Oscillation Index)

: Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas El Nino

atau La Nina.

Standar Normal : Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan periode waktu yang sudah ditentukan, dimulai tahun berakhiran 1 diakhiri tahun berakhiran 0 (1961-1990, 1971-2000, 1981-2010, dst)

Konveksi : Pergerakan molekul-molekul pada fluida (cairan atau gas) Updraft : Pergerakan vertikal ke atas dari suatu kolom udara yang

(40)

HARI METEOROLOGI DUNIA KE-64

Pada tanggal 23 Maret 1950 para ilmuwan di dunia yang menggeluti tentang ilmu atmosfer bersepakat untuk menjadikan tanggal tersebut sebagai Hari Meteorologi Dunia (World Meteorology Day). Tema yang diambil pada hari tersebut sesuai dengan isu dunia akan perkembangan ilmu atmosfer khususnya yang berkaitan erat dengan ilmu meteorologi. Tahun 2014 genap 64 tahun umur ilmu meteorologi ini dikenal di kalangan masarakat ilmuan di dunia ini. Dalam rangka Menye-marakkan Hari Meteorologi Dunia ke 64 Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam telah menyiapkan beberapa kegiatan. Diawali dengan kegiatan donor darah yang diadakan pada hari Kamis tanggal 20 Maret 2014 di Kantor Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam. Bekerja sama dengan Palang Merah Indonesia (PMI) kota Batam, kegiatan donor darah berjalan lancar. Selama 5 jam kegitan ini dilaksanakan, terdapat 65 calon pendonor yang mendaftar, dan 32 diantaranya berhasil mendonor-kan darahnya.

Selain kegiatan donor darah, Senin tanggal 25 Maret 2014 pukul 08.00 WIB bertempat di Kantor Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam pejabat eselon III-IV beserta segenap pegawai mengikuti kegiatan upacara Hari Meteorologi Dunia Ke 64. Kepala Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam, Philip Mustamu, S.Sos bertindak sebagai Inspektur upacara. Dalam amanatnya, Inspektur upacara membacakan amanat Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika dan diantara isinya bahwa kebutuhan masyarakat akan informasi cuaca dan iklim yang tepat waktu dan terpercaya, semakin meningkat

Kegiatan Donor Darah

I X

.

A R T I K E L

(41)

Upacara Hari Meteorologi Dunia Ke-64

Informasi yang dibutuhkan pun menjadi semakin detil dan bervariasi. Dalam kerangka tersebut, investasi di bidang cuaca - iklim harus diperkuat, baik dalam kelengkapan dan kecanggihan fasilitas observasi, pengolahan dan analisis maupun investasi bidang dasar pengetahuan dan sains dengan kombinasi edukasi dan riset, agar mendukung dihasilkannya informasi yang secara kualitas dan kuantitas dapat memenuhi kebutuhan penggunanya. Perkembangan kebutuhan tersebut perlu ditopang oleh sumberdaya manusia yang cerdas dan mampu beradaptasi terhadap perubahan. Untuk itulah sangat diperlukan kuatnya kontribusi kaum muda sebagai sumberdaya manusia di masa mendatang. Pada peringatan Hari Meteorologi Dunia tahun ini Badan Meteorologi Dunia/ World Meteorological Organization (WMO) mengangkat tema:

Weather and Climate: Engaging Youth

atau

“Cuaca dan Iklim: Mengundang Partisipasi Kaum Muda“

Kaum muda pada masa sekarang rata-rata lebih sehat, lebih berpendidikan, dan lebih terampil. Pemuda-pemuda inilah yang akan memimpin Indonesia pada tahun 2045 kelak. Pemuda pemudi ini akan menghadapi berbagai permasalahan berbarengan dengan percepatan perkembangan teknologi yang semakin tinggi dan keniscayaan perubahan iklim serta berbagai dampak negatifnya.

(42)

Tema itu menjadi “reminder”, “early warning” dan “alarm” untuk kita semua. Maknanya, jika kita inginkan BMKG kita ini semakin jaya, sempurna dan berkelas dunia, maka mari kita siapkan sebuah fondasi, landasar dan dasar pijak bagi mereka generasi muda BMKG yang saat ini kepemimpinannya diamanahkan kepada kita semua. Dalam upacara ini juga terdapat penyerahan Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam Award yang langsung diberikan oleh Kepala Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam kepada 3 orang pegawai sebagai penghargaan bagi pegawai teladan.

Setelah upacara Hari Meteorologi Dunia selesai, dilanjutkan kegiatan aksi simpatik dengan melakukan kunjungan ke Yayasan Panti Asuhan Darul Muhith Batu Besar. Kegiatan ini dimulai pukul 10.00 WIB. Para pegawai Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam menyalurkan sumbangan berupa kebutuhan bagi anak-anak yang berada di Panti Asuhan Darul Muhith Batu Besar. Sumbangan ini diserahkan langsung Kepala Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam, Philip Mustamu, S.Sos kepada Ketua Yayasan Panti Asuhan Darul Muhith dan disaksikan para Pegawai Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam. Ketua Yayasan Darul Muhith, Drs Fariq Suhadi mengucapkan terima kasih atas bantuan yang diberikan dan sangat bermanfaat untuk kebutuhan anak-anak di panti asuhan darul Muhith.

(43)

Buletin Meteorologi kali ini menampilkan profil Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam, Tri Agus Pramono, S.Kom. Pria kelahiran Jakarta, 7 April 1972 ini ternyata mempunyai hobby olahraga Bola Basket dan berenang. Bapak 42 tahun ini telah dikaruniai dua orang anak, yaitu Listia Annisa Pramono dan Muhammad Afwi Pramono.

Perjalanan karir beliau dimulai sejak lulus dari Akademi Meteorologi dan Geofisika dan menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) dengan penempatan pertama di Sub Bidang Aerologi Bidang Meteorologi BMKG Pusat Jakarta pada tahun 1995. Tak hanya karir, jodohpun rupanya be-liau temukan sejak bersekolah di AMG. Sri Sulismiyati, teman sekampus yang kemudian menjadi teman hidup beliau dan kini menjabat sebagai Kepala Kelompok Forecaster Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam.

Suka duka menjadi forecaster sudah beliau rasakan sejak bertugas di Batam tahun 2000. Mulai dari harus berdinas ketika hari raya, saat hujan petir, hingga merasakan demam panggung keti-ka menghadapi keti-kamera saat talkshow maupun live interview. Yang paling berat beliau rasaketi-kan adalah beban moril menjadi seorang forecaster yang harus memberikan prakiraan yang tepat terkait keadaan cuaca di Batam dan sekitarnya. Namun hal ini tidak menciutkan niatnya untuk terus belajar dan berusaha menyajikan prakiraan cuaca dengan tingkat validitas yang tinggi. Bahkan beliau sudah merasakan manfaat dari ilmu yang selama ini digeluti, “Senang rasanya kita bisa mengetahui lebih dulu tentang cuaca yang mungkin akan terjadi, sehingga kita bisa memberikan early warning kepada masyarakat.” tambahnya.

(44)

Lain halnya menjadi seorang Kasi, beliau harus dihadapkan dengan bermacam-macam karak-ter pegawai dan masyarakat dan bagaimana beliau mengkoordinir seluruh pegawai yang berada di bawah seksi yang beliau pimpin.

Harapan beliau bagi rekan-rekan seprofesinya agar menjalankan profesi ini dengan ikhlas dengan niat beribadah “Sesuatu yang dikerjakan dengan ikhlas pasti akan baik hasilnya dan kita pun enak menjalaninya, tapi bila kita mengerjakan dengan tidak ikhlas maka akan terasa berat untuk di-jalani .”

Terakhir beliau berharap agar semua pembaca dapat berkontribusi dalam pembuatan Buletin Meteorologi ini sehingga lebih baik dan lebih berbobot.

TRI AGUS PRAMONO, S.Kom

Riwayat Pendidikan:

1991 – 1994 : D3 Meteorologi di Akademi Meteorologi dan Geofisika Jakarta 2005 – 2007 : S1 Sistem Informasi di STMIK Putera Batam

Riwayat Pekerjaan:

1995 – 2000: Subid Aerologi Bidang Meteorologi BMKG Pusat Jakarta 2000 – 2012: Forecaster Stamet Hang Nadim Batam

Gambar

Tabel 1: Analisis Curah Hujan dan Sifat Hujan Bulan Maret 2014
Tabel 3: Prakiraan Sifat Hujan Bulan April 2014
Tabel 4 :  Prakiraan Tinggi Gelombang Laut Bulan April 2014

Referensi

Dokumen terkait

Tokoh yang mempelopori postmodern adalah Francois Lyotard (1942), yang menerbitkan buku yang berjudul THE POST MODERN CONDITION.. Rosenau (dalam Ritzer,1997:8-9)

 Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-14/PB/2013 tentang Pelaksanaan Konfirmasi Surat Setoran Penerimaan Negara Menggunakan Aplikasi Konfirmasi.. KPPN Semarang I M M M

Metode ini cocok untuk penelitian yang sedang dilakukan guna dalam pengambilan data, membutuhkan sumber data yang lebih untuk mencari permasalahan yang sedang dihadapi

Rasa dan aroma susu pasteurisasi dalam penelitian ini masih normal dan mempunyai rasa sedikit manis yang menunjukkan sampel susu masih segar tetapi setelah dilakukan

Tujuan utama analisis dengan metode elemen hingga adalah memperoleh nilai pendekatan (bukan nilai eksak) dari perpindahan dan tegangan yang terjadi pada

Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan diatas, maka peneliti dapat menarik kesimpulan dalam persepsi mantan penari sintren terhadap

Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan di SMK Negeri 1 Kasihan terdapat beberapa kekurangan dalam proses pembelajaran, salah satunya prestasi belajar di kelas XI