• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I HANG NADIM BATAM ttd ADDI SETIADI, S.IP NIP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR. KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I HANG NADIM BATAM ttd ADDI SETIADI, S.IP NIP"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.083 i

KATA PENGANTAR

Bumi adalah tempat kita berpijak, berbagai kebutuhan kita disediakan oleh bumi. Yang lahir dan hidup di bumi bukan hanya generasi saat ini, namun berkelanjutan untuk anak cucu di masa depan. Jika mengulas tentang bumi, begitu banyak aspek yang diperhatikan. Mulai dari aspek lingkungan, ekonomi, politik, sampai kegiatan manusia. Semua mempunyai kontribusi besar bagi keadaan bumi nantinya. Salah satu faktor terpenting adalah faktor meteorologi, yang berperan dalam mendorong berbagai program pembangunan di bumi. Dengan meninjau hal itu, serta mengkhususkan pada pembangunan di kawasan Barelang (Batam, Rempang, Galang), Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam setiap bulannya menerbitkan BULETIN METEOROLOGI.

Buletin Meteorologi edisi November 2020 ini akan mengulas informasi hasil evaluasi cuaca dan iklim wilayah Kepulauan Riau pada bulan Oktober 2020, prakiraan hujan serta prakiraan pasang surut bulan November 2020. Buletin ini dibuat sebagai salah satu sarana penunjang penyampaian informasi meteorologi, baik kepada para pengguna jasa informasi meteorologi dan juga kepada masyarakat umum.

Kami menyadari bahwa penulisan buletin ini masih belum sempurna, terdapat banyak kekurangan dan belum dapat memenuhi kebutuhan seluruh pembaca. Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas dari media informasi ini. Besar harapan kami agar buletin ini dapat terus berkembang dan berkesinambungan, serta dapat menjawab semua pertanyaan mengenai isu-isu meteorologi di wilayah Provinsi Kepulauan Riau.

KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I

HANG NADIM BATAM

ttd

ADDI SETIADI, S.IP

NIP. 19651018 199003 1 001

(2)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.083 ii

TIM REDAKSI

Pelindung

: Addi Setiadi, S.IP

Penanggung Jawab

: Suratman, S.Kom

Editor

: Pande Made Rony Kurniawan, SST

Riza Juniarti, A. Md

Fitri Annisa, S.Tr

Tim Pengumpulan Data : Srihono Bati S.Kom

Aprilia Susilowati, S.Tr

Rizky Fatimahtuzzuhro W, S.Tr

Tim Analisis dan Prakiraan : Ibnu Susilo, S.Tr

Noah Dirgantara Ginting, S.Tr

Addini Siti Novitasari, S.Tr

Tim Distribusi

: Suryanti Agustina, SP.,M.Ling

Adelina M Situmorang, SE

Alamat Redaksi

 Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam

Jalan Batu Besar, Bandara Hang Nadim Batam

Batu Besar, Batam 29466

 Telpon : 0778-761415

 Fax : 0778-761401

 Website : hangnadim.kepri.bmkg.go.id

(3)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.083 iii

DAFTAR ISI

Kata pengantar ... i

Tim Redaksi ... ii

Daftar Isi ... iii

I. RINGKASAN ... 1

II. PENGERTIAN ... 2

III. ANALISA CUACA DAN IKLIM OKTOBER 2020 ... 3

IV. PRAKIRAAN CUACA NOVEMBER 2020 ... 13

V. PRAKIRAAN PASANG SURUT NOVEMBER 2020 ... 21

VI. PRAKIRAAN TERBIT/ TERBENAM BULAN DAN MATAHARI NOVEMBER 2020 ... 24

(4)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.083] 1

RINGKASAN

1. Berdasarkan data curah hujan bulan Oktober 2020 yang diterima dari Stasiun Meteorologi Hang Nadim, maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan Oktober 2020 adalah sebagai berikut:

a. Bahwa kejadian hujan di Pulau Batam secara umum berada pada kondisi normal terhadap rata – ratanya. Sedangkan kondisi angin dilaporkan bertiup dari arah Selatan hingga Barat dari dasarian I hingga dasarian III dengan kecepatan rata – rata 8,3 km/jam.

b. MJO pada bulan Oktober berada pada fase 5, 6, 7 dan IOD bernilai netral sehingga kurang memberikan pengaruh terhadap peningkatan curah hujan di wilayah Indonesia.

II. Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai November 2020 hingga Oktober 2021. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan dasarian Hang Nadim periode November 1999 s.d Oktober 2020. Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan normal hujan dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.72191 dan RMSE (error)

17.8989

. Sesuai dengan kriteria sifat hujan dalam dasarian, prakiraan curah hujan pada dasarian I, II dan III berada pada kisaran normalnya.

(5)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.083] 2

PENGERTIAN

A. SIFAT HUJAN

Sifat Hujan adalah Perbandingan antara jumlah curah hujan yang terjadi selama satu bulan dengan nilai rata-rata atau normal dari bulan tersebut di suatu tempat.

Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) kriteria, yaitu:

1. Di atas normal ( A ), jika nilai perbandingannya lebih besar dari 115 %. 2. Normal ( N ), jika nilai perbandingannya antara 85 % - 115 %.

3. Di bawah normal ( B ), jika nilai perbandingannya kurang dari 85 %.

B. NORMAL CURAH HUJAN

1. RATA-RATA CURAH HUJAN BULANAN:

Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan dengan periode minimal 10 tahun. 2. NORMAL CURAH HUJAN BULANAN:

Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan selama periode 30 tahun. 3. STANDARD NORMAL CURAH HUJAN BULANAN:

Nilai rata-rata curah hujan pada masing-masing bulan selama periode 30 tahun dimulai dari 1 Januari 1901 s/d 31 Desember 1930, 1 Januari 1931 s/d 31 Desember 1960, 1 Januari 1961 s/d 31 Desember 1990, dan seterusnya.

C. INTENSITAS CURAH HUJAN (CH)

KRITERIA CH CH/hari CH/Jam

Sangat Lebat > 100 mm > 20 mm Lebat 50 - 100 mm 10 - 20 mm Sedang 20 - 50 mm 5 - 10 mm Ringan 5 - 20 mm 1 - 5 mm

(6)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.083] 3

ANALISA CUACA DAN IKLIM OKTOBER 2020

A. KERAGAMAN HUJAN

Kepulauan Riau merupakan wilayah negara Indonesia yang berbentuk kepulauan dan

dilewati garis khatulistiwa. Wilayah negara Indonesia dilewati oleh garis katulistiwa serta

dikelilingi oleh dua Samudra dan dua Benua. Posisi ini menjadikan Indonesia sebagai daerah

pertemuan sirkulasi meridional (Utara-Selatan) dikenal sebagai Sirkulasi Hadley dan sirkulasi

zonal (Timur-Barat) dikenal sebagai Sirkulasi Walker, dua sirkulasi yang sangat mempengaruhi

keragaman iklim di Indonesia. Pergerakan matahari yang berpindah dari 23.5

o

Lintang Utara

ke 23.5

o

Lintang Selatan sepanjang tahun mengakibatkan timbulnya aktivitas monsun yang juga

ikut berperan dalam mempengaruhi keragaman iklim. Pengaruh lokal terhadap keragaman

iklim juga tidak dapat diabaikan, karena Kepri merupakan kepulauan dengan bentuk topografi

sangat beragam menyebabkan sistem golakan lokal cukup dominan. Faktor lain yang

diperkirakan ikut berpengaruh terhadap keragaman iklim ialah gangguan siklon tropis. Semua

aktivitas dan sistem ini berlangsung secara bersamaan sepanjang tahun akan tetapi besar

pengaruh dari masing-masing aktivitas atau sistem tersebut tidak sama dan dapat berubah dari

tahun ke tahun.

El-Nino dan La-Nina merupakan salah satu akibat dari penyimpangan iklim. Fenomena

ini akan menyebabkan penurunan dan peningkatan jumlah curah hujan untuk beberapa daerah

di Indonesia. Pengaruh El-Nino kuat pada daerah yang berpola hujan monsun, lemah pada

daerah berpola hujan equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan pola hujan lokal,

sedangkan IOD (Indian Ocean Dipole) hanya berpengaruh jelas pada daerah berpola hujan

monsun.

Selain akibat pengaruh fluktuasi suhu permukaan laut di samudera pasifik (El

Nino-Southern Oscillation / ENSO) dan Samudera Hindia (Indian Ocean Dipole / IOD), fenomena

fase aktif osilasi intra-musiman yang dikenal sebagai MJO (Madden-Julian Oscillation) juga

mempengaruhi keragaman hujan di Indonesia. Menurut Geerts and Wheeler (1998) MJO

akan menyebabkan terjadinya variasi pada pola angin, SML (Suhu Muka Laut), awan dan hujan.

Fase aktif MJO bila bersamaan waktunya dengan monsun timur laut di Kepulauan Riau

(Desember-April) dapat menyebabkan terjadinya peningkatan curah hujan sekitar 200%.

Pergerakan MJO ke timur dari samudra India menuju samudra Pasifik dibagi dalam 8

phase. Phase-1 di Afrika (210° BB - 60° BT), phase-2 di samudra India bagian barat (60° BT –

80° BT), phase-3 di samudra India bagian timur (80° BT – 100° BT) phase-4 & phase-5 di

benua maritim Indonesia (100° BT – 140° BT), phase-6 di kawasan Pasifik barat

(140°BT-160° BT), phase 7 di Pasifik tengah ((140°BT-160° BT – 180° BT), dan phase-8 daerah konveksi di

belahan bumi bagian barat (180° – 160° BB). Pada umumnya hujan tropis berasal dari awan

konvektif dengan puncak awan sangat dingin (sedikit mengemisi radiasi gelombang panjang),

oleh karenanya sangat baik memonitor MJO dengan memperhatikan variasi OLR (Outgoing

(7)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.083] 4

B. DINAMIKA ATMOSFER DAN LAUTAN BULAN OKTOBER 2020

1. Monsun

Pada bulan Oktober, matahari telah melewati equator dan sudah berada di Bumi

Bagian Selatan dengan pergerakan semu sejauh kurang lebih 6° yaitu dari 16°LS menuju

22°LS. Hal ini membuat mulai terbentuknya daerah bertekanan rendah di sekitar ekuator dan

menguatnya angin Utara. Pada bulan Oktober 2020 tercatat ada 7 kejadian badai tropis.

Dimana hal ini cukup berpengaruh terhadap bertambah maupun berkurangnya jumlah curah

hujan di wilayah Kepulauan Riau.

Gambar 1. Rata-rata Tekanan Udara Permukaan Laut Bulan Oktober 2020

Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?variable=mslp&area=rsmc&map=mean&time=latest

Pada bulan Oktober 2020, tekanan udara di BBS secara umum masih lebih tinggi dari

pada BBU dan sekitar equator walaupun posisi matahari telah berada di wilayah equator. Hal

ini menyebabkan massa udara masih bergerak dari BBS (yang memiliki tekanan tinggi) menuju

BBU (bertekanan rendah) dan ekuator sehingga membentuk pola belokan angin (shearline) di

sekitar wilayah Kepulauan Riau. Pada daerah belokan angin terjadi perlambatan kecepatan

angin yang menyebabkan penumpukkan massa udara sehingga terjadi pengangkatan massa

udara yang berpotensi dalam pembentukan awan–awan konvektif yang dapat menghasilkan

hujan.

(8)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.083] 5

Gambar 2. Klimatologi Arah Angin 3000 Feet pada Bulan Oktober 2020

Sumber: Bidang Meteorologi Publik BMKG

Berdasarkan hasil analisis (Gambar 2), pada daerah Kepulauan Riau angin pada bulan

Oktober umumnya bertiup dari arah Selatan hingga Barat dengan kecepatan rata-rata 0

hingga 10 knot (Gambar 3).

Gambar 3. Pola Angin 850mb bulan Oktober 2020

(9)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.083] 6

2. ENSO (El Nino - Southern Oscillation)

ENSO berada pada kondisi netral yaitu antara −0.8 °C sampai +0.8 °C. Pada akhir

bulan Oktober 2020, nilai anomali SST Nino 3.4 yaitu sebesar -0.76 dan nilai rata-rata harian

SOI (Southern Oscillation Index) selama bulan Oktober 2020 sebesar +5.0 (normal -7

sampai +7). Hal tersebut tidak mengindikasikan adanya pengaruh terhadap penambahan

pasokan uap air sebagai pembentuk hujan di wilayah Indonesia khususnya Indonesia bagian

timur.

Gambar 4. Grafik indeks SST Nino 3.4

Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml

Gambar 5. Grafik indeks ENSO / SOI Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png

(10)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.083] 7 3

. MJO (Madden-Julian Oscillation)

MJO selama bulan Oktober 2020 berada pada fase 5, 6 dan 7. Wilayah Indonesia

berada pada fase 3 sampai 5. Secara teori, kondisi MJO ini cukup memberikan pengaruh

pada penambahan curah hujan di wilayah Indonesia termasuk juga untuk wilayah

Kepulauan Riau.

Gambar 6. Fase MJO

(11)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.083] 8

4. IOD (Indian Ocean Dipole)

Fenomena Dipole Mode di Samudera Hindia atau IOD (Indian Ocean Dipole) berada

pada kisaran normal dengan kondisi netral (-0.4 s.d 0.4). Pada akhir bulan Oktober 2020 nilai

IOD bernilai -0.05. Sehingga dapat diketahui bahwa selama bulan Oktober 2020 secara umum

IOD tidak berpengaruh dalam pertumbuhan awan di wilayah Indonesia bagian barat termasuk

wilayah Kepulauan Riau.

Gambar 7. Grafik IOD

(12)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.083] 9

D. ANALISIS UNSUR CUACA SIGNIFIKAN BULAN OKTOBER 2020

a. Hujan

Hujan bulan Oktober 2020 Barelang bersifat Bawah Normal (BN) dengan curah hujan selama

satu bulan berkisar 95,4 mm – 416,4 mm atau antara 37,9 % - 165,2 %. Curah hujan terendah terjadi di Tanjung Uncang dan tertinggi di Piayu. Khusus di Hang Nadim dalam bulan Oktober 2020 terdapat 16 hari hujan terukur dan 2 hari hujan tidak terukur (ttu) dengan total curah hujan sebesar 254,5 mm atau berkisar 100,9% dari rata-rata, yang berarti sifat hujan Normal (N). Pada dasarian I terjadi 5 hari hujan dengan jumlah curah hujan 107,8 mm, pada dasarian II terjadi 3 hari hujan dengan jumlah curah hujan 41,6 mm dan pada dasarian III terjadi 8 hari hujan dengan jumlah curah hujan 105,1 mm. Curah hujan tertinggi 59,5 mm terjadi pada tanggal 7 Oktober 2020.

(13)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.083] 10 Gambar 09. Kalender Cuaca bulan Oktober 2020 di Stasiun Meteorologi Hang Nadim

b. Suhu Udara

Suhu udara harian rata-rata berkisar antara 26,4 °C - 29,5 °C. Suhu udara terendah dalam bulan Oktober 2020 adalah 21,6°C terjadi pada tanggal 18 dan 19 Oktober 2020 pagi hari dan suhu udara tertinggi 33,7 °C terjadi pada tanggal 10 Oktober 2020 siang hari.

(14)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.083] 11

c. Kelembapan Udara

Kelembaban udara harian rata-rata berkisar antara 76% - 92%. Kelembaban udara terendah mutlak 50% terjadi pada tanggal 27 Oktober 2020 siang hari, sedangkan kelembaban udara tertinggi 100% terjadi pada tanggal 9 dan 10 Oktober 2020 pagi hari. Dengan demikian kelembaban udara pada bulan Oktober 2020 lebih kering dibandingkan bulan September 2020.

(15)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.083] 12 d. Angin Permukaan

Selama periode dasarian I – III Oktober 2020, angin permukaan secara umum didominasi dari arah Selatan – Barat dengan kecepatan rata-rata 8,3 km/jam. Arah dan kecepatan maksimum dari Barat dengan kecepatan 27,8 km/jam terjadi pada tanggal 7 Oktober 2020.

(16)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.083] 13 PRAKIRAAN CUACA NOVEMBER 2020

A. DINAMIKA ATMOSFER 1. Tekanan Udara dan Angin

Pada bulan November, posisi matahari dalam gerak semunya berada di BBS (Belahan

Bumi Selatan) dengan pergerakan semu sejauh kurang lebih 1,5° yaitu dari 22°LS menuju

23,5°LS (http://www.physicalgeography.net). Sehingga, dominasi pola-pola daerah bertekanan

udara rendah pada bulan November berada pada wilayah equator menuju ke wilayah bumi

bagian selatan.

Gambar 13. Prediksi Anomali Suhu Muka Laut periode November 2020 Dan Rata-rata Tekanan Udara pada Bulan November

Sumber: http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/CFSv2/htmls/glbSSTe1Mon.html

http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/realtime/clim/annual/monthly/monthly.12.slp.html

Pola angin rata-rata bulan November secara dominan bertiup dari Belahan Bumi Utara

(BBU). Berdasarkan gambar 14, rata-rata arah angin berasal dari arah Barat – Barat Laut.

(17)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.083] 14

Gambar 14. Rata-rata Streamline 3000 feet pada Bulan November

Sumber: Meteo Publik, BMKG

2. ENSO (EL-Nino Southern Oscillation)

ENSO merupakan salah satu fenomena cuaca skala global yang mempengaruhi

penambahan curah hujan (fase La-Nina) maupun pengurangan curah hujan (fase El-Nino) di

wilayah Indonesia. Prediksi ENSO menurut institusi internasional yaitu JMA (Japan

Meteorology Agency), NCEP, ECMWF, BMKG dan BOM/ POAMA (Predictive Ocean

Atmosphere Model for Australia) menyatakan bahwa pada bulan Oktober 2020 dalam fase

La-Nina. Secara umum, ENSO akan diprediksi memberi pengaruh terhadap penambahan

jumlah curah hujan di wilayah Indonesia khususnya wilayah Indonesia bagian timur.

Gambar 15. Prediksi ENSO dari NOAA, JAMSTEC, POAMA dan BMKG Sumber: Pusat Data Dokumen, BMKG

(18)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.083] 15

Salah satu parameter ENSO yaitu data SOI (Southern Oscillation Index) dari BoM (Bureau of Meteorology Australia) hingga awal Oktober 2020 menunjukkan nilai SOI sebesar +9.8, sehingga memberikan pengaruh terhadap pasokan uap air sebagai pembentuk hujan di wilayah Indonesia khususnya Indonesia bagian timur.

Gambar 16. Grafik SOI Bulan Januari 2018 s.d. Awal Oktober 2020 Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png

(19)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.083] 16

3. MJO (Madden-Julian Oscillation)

Salah satu fenomena cuaca global yang juga mempengaruhi jumlah curah hujan di

Indonesia, khususnya daerah dekat khatulistiwa adalah osilasi gugusan awan yang lazim

disebut MJO. Menurut NOAA, diperkirakan MJO hingga pertengahan November 2020

dengan sifat lemah dan berada pada fase 1 hingga 3 sehingga tidak memberikan pengaruh

terhadap penambahan curah hujan pada pertengahan bulan di wilayah Indonesia (Gambar 17).

Nilai anomali OLR bernilai negatif berada di wilayah Indonesia (Gambar 18). Hal

mengindikasikan tutupan awan konvektif di wilayah Indonesia bagian barat relatif banyak,

termasuk di wilayah Kepulauan Riau.

Gambar 17. Grafik Fase MJO pada Bulan Oktober dan prakiraan Bulan November 2020 Sumber: http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/foregfs.shtml

(20)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.083] 17

Gambar 18. Anomali OLR 03 November 2020 dan prakiraan 15 hari kedepan

Sumber: http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/spatial_olrmap_CA_full.gif

4. Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole)

Fenomena cuaca global terakhir yang juga mempengaruhi peluang hujan di Indonesia,

khususnya Indonesia Bagian Barat, adalah dipole mode. Menurut data dari BoM dan BMKG

(gambar 19) bulan November 2020 DMI akan berada pada kondisi netral sehingga tidak

memberikan pengaruh signifikan dalam pengurangan maupun penambahan jumlah curah hujan

di wilayah Indonesia, khususnya Indonesia bagian barat.

(21)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.083] 18

Gambar 19. Prediksi Indeks Dipole Mode dari BoM dan BMKG

Sumber: http://www.bmkg.go.id/bmkg_pusat/Klimatologi/Dinamika_Atmosfir.bmkg

5. Tinjauan Klimatologis

Kondisi cuaca bulan November di Batam berdasarkan data klimatologis selama 27

tahun (1993-2019) diketahui:

(22)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.083] 19 Kesimpulan:

Dari uraian di atas diketahui bahwa peluang pertumbuhan awan-awan hujan di Batam

pada bulan November 2020 lebih banyak jika dibandingkan dari bulan Oktober 2020.

B. PRAKIRAAN HUJAN BULAN NOVEMBER 2020 1. Prakiraan Hujan Dasarian

Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai November 2020 hingga Oktober 2021. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan dasarian Hang Nadim periode November 1999 s.d Oktober 2020

. Dengan membandingkan prediksi hujan model

ARIMA dengan normal hujan dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.72191

dan RMSE (error) 17.8989. Hasilnya menunjukkan bahwa curah hujan di bulan November

2020 diprakirakan:

Tabel 1. Prakiraan Sifat Hujan & Jumlah Curah Hujan Bulan November 2020

Sesuai dengan kriteria sifat hujan dalam dasarian, prakiraan curah hujan pada dasarian I, II dan III berada pada kisaran normalnya, dengan nilai perbandingan prediksi curah hujan dengan normalnya 85% - 115%.

2. Prakiraan Hujan Bulanan

Berdasarkan data-data dan analisis model serta program HyBMG 2.0.7 dapat diperoleh

hasil prakiraan curah hujan satu bulan pada bulan November 2020 di wilayah Barelang sebagai

berikut:

(23)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.083] 20

dan membandingkan dengan normal hujannya maka sifat hujan bulan November di Barelang dapat diprakirakan sebagai berikut:

(24)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.083] 21 PRAKIRAAN PASANG SURUT (TIDAL) NOVEMBER 2020

A. Pendahuluan

Pasang surut air adalah gelombang yang mirip dengan gelombang air yang terjadi akibat tiupan angin. Pasang surut memiliki panjang gelombang yang panjang, seperti yang terdapat pada laut dalam namun terjadi untuk air dangkal, ini berarti pasang surut dibiaskan oleh keadaan topografi kedalaman bawah air. Periodenya pun cukup panjang, dalam orde jam. Pasang surut air terjadi disebabkan oleh gaya gravitasi dan gaya sentrifugal yang ditimbulkan oleh gerakan bumi, bulan, dan matahari.

B. Pola Pasang Surut

Di seluruh dunia pasang surut berbeda baik ketinggian paras air maupun waktu kejadiannya. Area pantai yang hanya punya satu pasang surut tertinggi dan terendah setiap hari disebut diurnal tide (air pasang harian). Wilayah yang mengalami dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari disebut mempunyai semi-diurnal tide. Jika semi-diurnal tide mempunyai ketinggian air pasang yang dicapai berbeda dan saat surut juga level air tidak sama disebut semi-diurnal mixed tide.

Pola pasang surut dapat dijelaskan secara gelombang dengan grafik yang menunjukkan paras air untuk sumbu vertikal dan sumbu horisontal menyatakan waktu hari. Pengamatan pasang surut dalam jangka waktu yang lama digunakan untuk menghitung rata-rata ketinggian pasang. Dengan nilai rata-rata ini dapat dihitung anomali pasang naik dan pasang surut air.

C. Paras Pasang Surut.

Ketinggian air tertinggi yang dicapai permukaan air setiap hari disebut High Water (HT) / Higt Tide (Ht). Titik terendah dimana permukaan air surut disebut Low Water (LW) / Low Tide. Mengingat Propinsi Kepulauan Riau sebagian besar wilayahnya terdiri dari lautan maka fenomena pasang surut air laut sangat besar pengaruhnya terhadap kegiatan yang berhubungan dengan kelautan seperti bongkar muat di Pelabuhan Laut, kegiatan para nelayan dan lain sebagainya. Untuk itu dalam buletin ini kami sajikan prediksi pasang surut di seluruh Propinsi Kepulauan Riau yang meliputi 6 (enam) Kabupaten Kota sebagai berikut :

1. KOTA BATAM

(25)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.083] 22

2. KABUPATEN BINTAN i. TANJUNG UBAN

3. KABUPATEN KARIMUN i. TANJUNG BALAI KARIMUN

ii. TANJUNG PINANG

4. KABUPATEN LINGGA i. DABO SINGKEP

(26)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.083] 23

5. KABUPATEN ANAMBAS i. SELAT PENINTING

6. KABUPATEN NATUNA i. SEDANAU

(27)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.083] 24

PRAKIRAAN TERBIT/ TERBENAM

BULAN DAN MATAHARI NOVEMBER 2020

1. STASIUN METEOROLOGI HANG NADIM BATAM

Location : E104 07, N01 07, November 2020

DATE SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm Hm hm hm 1 0545 1749 1826 0606 2 0545 1749 1911 0650 3 0545 1749 1958 0737 4 0545 1749 2047 0825 5 0545 1749 2139 0916 6 0545 1749 2232 1008 7 0545 1749 2326 1102 8 0545 1749 0000 1155 9 0545 1750 0019 1247 10 0545 1750 0111 1338 11 0546 1750 0203 1429 12 0546 1750 0255 1519 13 0546 1750 0347 1611 14 0546 1750 0441 1705 15 0546 1750 0537 1802 16 0546 1750 0637 1902 17 0547 1751 0738 2003 18 0547 1751 0840 2104 19 0547 1751 0940 2203 20 0547 1751 1036 2258 21 0548 1751 1129 2349 22 0548 1752 1217 0000 23 0548 1752 1301 0036 24 0548 1752 1343 0120 25 0549 1752 1423 0202 26 0549 1753 1503 0242 27 0549 1753 1543 0323 28 0550 1753 1624 0405 29 0550 1754 1708 0448 30 0550 1754 1754 0533 2. STASIUN METEOROLOGI TANJUNGPINANG

Location : E104 32, N00 55, November 2020 DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm Hm hm hm 1 0543 1748 1825 0605 2 0543 1748 1910 0648 3 0543 1748 1956 0735 4 0543 1748 2046 0823 5 0543 1748 2137 0914 6 0543 1748 2231 1006 7 0543 1748 2324 1100 8 0543 1748 0000 1153 9 0543 1748 0017 1245 10 0544 1748 0110 1336 11 0544 1748 0202 1427 12 0544 1748 0253 1518 13 0544 1749 0345 1609 14 0544 1749 0439 1704 15 0544 1749 0535 1801 16 0545 1749 0635 1901 17 0545 1749 0736 2002 18 0545 1749 0838 2103 19 0545 1750 0938 2202 20 0545 1750 1034 2257 21 0546 1750 1127 2348 22 0546 1750 1215 0000 23 0546 1751 1259 0035 24 0547 1751 1341 0118 25 0547 1751 1421 0200 26 0547 1751 1501 0241 27 0548 1752 1541 0321 28 0548 1752 1623 0403 29 0548 1752 1707 0446 30 0549 1753 1753 0531

(28)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.083] 25 3. STASIUN METEOROLOGI RANAI

Location : E108 24, N03 55, November 2020 DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm hm 1 0531 1730 1806 0551 2 0531 1729 1849 0636 3 0531 1729 1935 0723 4 0531 1729 2024 0812 5 0531 1729 2116 0904 6 0531 1729 2209 0956 7 0531 1729 2303 1049 8 0532 1729 2357 1141 9 0532 1729 0000 1233 10 0532 1729 0050 1323 11 0532 1729 0143 1412 12 0532 1729 0236 1502 13 0532 1729 0330 1552 14 0533 1729 0425 1645 15 0533 1729 0523 1741 16 0533 1730 0623 1839 17 0533 1730 0725 1940 18 0534 1730 0827 2041 19 0534 1730 0927 2140 20 0534 1730 1024 2236 21 0535 1730 1115 2328 22 0535 1731 1202 0000 23 0535 1731 1246 0016 24 0536 1731 1327 0101 25 0536 1731 1406 0143 26 0536 1731 1445 0225 27 0537 1732 1524 0307 28 0537 1732 1604 0349 29 0537 1732 1647 0433 30 0538 1733 1732 0520 4. STASIUN METEOROLOGI TANJUNG BALAI KARIMUN

Location : E103 23, N01 03, November 2020

DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm hm 1 0547 1754 1830 0609 2 0547 1754 1914 0653 3 0547 1754 2001 0740 4 0547 1754 2050 0828 5 0547 1754 2142 0919 6 0547 1754 2235 1011 7 0547 1754 2329 1105 8 0547 1754 0000 1158 9 0547 1754 0022 1250 10 0547 1754 0115 1341 11 0547 1754 0206 1432 12 0547 1754 0258 1522 13 0547 1754 0350 1614 14 0548 1755 0444 1708 15 0548 1755 0540 1805 16 0548 1755 0640 1905 17 0548 1755 0741 2007 18 0548 1755 0843 2108 19 0548 1756 0943 2207 20 0549 1756 1039 2302 21 0549 1756 1132 2352 22 0549 1756 1220 0000 23 0549 1757 1304 0039 24 0550 1757 1346 0123 25 0550 1757 1426 0205 26 0550 1757 1506 0245 27 0551 1758 1546 0326 28 0551 1758 1628 0408 29 0551 1758 1711 0451 30 0552 1759 1758 0536

(29)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.083] 26 5. STASIUN METEOROLOGI DABO

SINGKEP

Location : E104 34, S00 28, November 2020 DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm hm 1 0542 1748 1825 0604 2 0542 1748 1910 0648 3 0542 1748 1957 0734 4 0542 1748 2046 0822 5 0542 1748 2138 0913 6 0543 1748 2231 1005 7 0543 1748 2325 1059 8 0543 1748 0000 1152 9 0543 1749 0018 1244 10 0543 1749 0110 1336 11 0543 1749 0202 1426 12 0543 1749 0253 1517 13 0543 1749 0345 1609 14 0543 1749 0439 1704 15 0544 1749 0535 1801 16 0544 1749 0634 1901 17 0544 1750 0735 2003 18 0544 1750 0837 2104 19 0544 1750 0937 2203 20 0545 1750 1033 2257 21 0545 1751 1126 2348 22 0545 1751 1214 0000 23 0545 1751 1259 0035 24 0546 1751 1341 0119 25 0546 1752 1421 0200 26 0546 1752 1501 0240 27 0547 1752 1541 0321 28 0547 1753 1623 0402 29 0547 1753 1707 0445 30 0548 1753 1753 0530 6. STASIUN METEOROLOGI TAREMPA

Location : E106 15, N03 12, November 2020

DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm Hm 1 0539 1739 1815 0600 2 0539 1739 1859 0644 3 0539 1739 1945 0731 4 0539 1739 2034 0820 5 0539 1739 2126 0911 6 0539 1738 2219 1004 7 0539 1738 2313 1057 8 0539 1738 0000 1149 9 0539 1738 0007 1241 10 0540 1739 0100 1331 11 0540 1739 0153 1421 12 0540 1739 0245 1510 13 0540 1739 0338 1601 14 0540 1739 0433 1655 15 0540 1739 0531 1751 16 0541 1739 0631 1850 17 0541 1739 0733 1950 18 0541 1739 0835 2052 19 0542 1739 0935 2151 20 0542 1740 1031 2246 21 0542 1740 1123 2338 22 0542 1740 1210 0000 23 0543 1740 1254 0025 24 0543 1741 1335 0110 25 0543 1741 1415 0152 26 0544 1741 1453 0234 27 0544 1741 1533 0315 28 0545 1742 1614 0357 29 0539 1739 1815 0600 30 0539 1739 1859 0644

(30)

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.083] 27

DAFTAR ISTILAH

Anomali : Penyimpangan suatu variabel dari nilai rata-rata

Awan Konvektif : Awan tebal menjulang tinggi yang terbentuk dari proses pemanasan vertikal yang membawa uap air. Awan ini mengakibatkan terjadinya hujan secara tiba-tiba, petir dan angin kencang.

Cold Surge : Aliran udara dingin dari daratan Asia yang menjalar memasuki wilayah Indonesia bagian barat, cold surge biasa terjadi pada saat Asia memasuki musim dingin. Cuaca : Kondisi fisis atmosfer pada suatu wilayah yang sempit pada waktu tertentu

Dasarian : Periode sepuluh harian

Dipole Mode /IOD

(Indian Ocean Dipole)

: Tingkat ketersediaan uap air akibat perbedaan suhu muka laut antara Samudera Hindia dan Perairan Pantai Timur Afrika.

DMI

(Dipole Mode Index)

: Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas Dipole Mode. DMI yang bernilai negatif akan menambah kandungan uap air di sekitar wilayah Sumatera, sehingga curah hujannya secara umum meningkat. Sedangkan nilai positif tidak menambah kandungan uap air, sehingga curah hujan cenderung berkurang. Divergensi : Beraian angin, yang mengindikasikan daerah cuaca baik

Eddy : Pusaran angin dengan durasi harian dan biasanya jika suatu daerah terdapat eddy, maka cenderung banyak hujan.

El Nino : Fenomena memanasnya suhu permukaan laut di Pasifik Timur sehingga secara umum menyebabkan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia berkurang. ENSO

(El Nino-Shouthern Oscillation)

: Fluktuasi musiman antara fase El Nino dan La Nina.

Gelombang : Pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak lurus permukaan laut. Iklim : Kondisi Rata-rata cuaca dalam jangka waktu yang lama dan wilayah yang luas ITCZ (Intertropical

Convergence Zone)

: Daerah pertemuan massa udara antar benua dengan cakupan yang luas. Umumnya daerah-daerah yang dilintasi ITCZ berpotensi terjadi pertumbuhan awan-awan hujan lebat dan cukup lama (bisa lebih dari satu hari).

Konvergensi : Pumpunan angin, pola angin yang mengumpul

La Nina : Fenomena yang merupakan kebalikan dari El Nino. Secara umum menyebabkan curah hujan di Indonesia meningkat.

MJO (Madden- Julian

Oscillation)

: Fluktuasi musiman/osilasi/gelombang tekanan (pola tekanan tinggi-tekanan rendah) di kawasan tropik yang terkait dengan penambahan gugusan uap air yang menyuplai pembentukan awan hujan dengan periode lebih kurang 48 hari yang menjalar dari barat ke timur. Biasanya berawal di pantai timur Afrika kemudian menjalar ke timur dan menghilang di bagian tengah Pasifik. MJO ini berkaitan dengan OLR

(Outgoing Longwave Radiation)

Monsun : Suatu pola sirkulasi angin yang berhembus secara periodik pada suatu periode (minimal 3 bulan) dan pada periode yang lain polanya akan berlawanan. Di Indonesia dikenal dengan 2 istilah monsun yaitu monsun Asia dan Monsun Australia. Monsun Asia berkaitan dengan musim hujan di Indonesia, sedangkan Monsun Australia berkaitan dengan musim kemarau.

Normal : Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan periode waktu yang tidak ditentukan (1971-2000, 1976-2005, 1978-2007, dsb)

OLR (Outgoing Longwave

Radiation)

: Radiasi gelombang panjang (infra merah) yang dipancarakan keluar dari bumi. OLR yang bernilai negatif menunjukkan tutupan awan konvektif yang banyak, sedangkan nilai positif tutupan awan konvektifnya sedikit.

Rata-rata : Nilai rata-rata suatu variabel selama minimal periode 10 tahun (1971-1980, 1976-1985, 1993-2002, 1995-2010, dsb)

Shearline : Garis atau zona lintasan yang terdapat perubahan arah dan kecepatan angin secara tiba-tiba.

SOI (Southern Oscillation Index) : Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas El Nino atau La Nina. Standar Normal : Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan periode waktu yang

sudah ditentukan, dimulai tahun berakhiran 1 diakhiri tahun berakhiran 0 (1961-1990, 1971-2000, 1981-2010, dst)

Konveksi : Pergerakan molekul-molekul pada fluida (cairan atau gas)

Updraft : Pergerakan vertikal ke atas dari suatu kolom udara yang berhubungan dengan fenomena cuaca

Gambar

Gambar 1. Rata-rata Tekanan Udara Permukaan Laut Bulan Oktober 2020
Gambar 3. Pola Angin 850mb bulan Oktober 2020
Gambar 4. Grafik indeks SST Nino 3.4  Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml
Gambar 6. Fase MJO
+7

Referensi

Dokumen terkait

Manfaat yang terpenting disebutkan adalah dapat menjaga kondisi fisik maupun pikiran senantiasa dalam keadaan sehat dan bahagia serta meningkatkan daya tahan tubuh..

24 Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa semua bidan melaksanakan pelayanan antenatal sesuai dengan standar, dari ke 10 kegiatan hanya satu kegiatan yang tidak

Dalam bab ini penulis akan menguraikan teori dan konsep Politik hukum Perkoperasian di Indonesia (Studi Yuridis Atas Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor

Karena nilai standar deviasi lebih kecil yaitu sebesar 0,2235 dari nilai rata-rata maka tidak ada kesenjangan yang cukup besar antara nilai minimum dan nilai maksimum dari

Perbedaan jumlah masing-masing sel leukosit dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor.Salah satu faktornya adalah faktor fisiologis, yaitu masa hidup dari masing-masing

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini berupa pemodelan matematis sudah dapat digunakan dalam menentukan daerah kabupaten/kota di Propinsi Jawa Tengah yang berada

Tokoh yang mempelopori postmodern adalah Francois Lyotard (1942), yang menerbitkan buku yang berjudul THE POST MODERN CONDITION.. Rosenau (dalam Ritzer,1997:8-9)