• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. menggali informasi sebanyak-banyaknya. Tanpa keberadaan informasi, mustahil ilmu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. menggali informasi sebanyak-banyaknya. Tanpa keberadaan informasi, mustahil ilmu"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Perkembangan ilmu dan teknologi yang sangat cepat mendorong kita untuk menggali informasi sebanyak-banyaknya. Tanpa keberadaan informasi, mustahil ilmu pengetahuan dan teknologi dapat maju dan berkembang. TV Borobudur merupakan salah satu diantara sekian media elektronik yang menyajikan berbagai informasi melalui tayangannya untuk masyarakat.

TV Borobudur sebuah stasiun televisi swasta yang berpusat di Semarang, Jawa Tengah. Stasiun ini mulai tayang pada tgl 12 Mei 2003 yang berada di channel 47 UHF pertengahan tahun 2003, dengan jangkauan siaran hanya di daerah Jawa Tengah bagian utara saja. Pada awal beroperasi, studio TVB terletak Jl. Setiabudi 5A Semarang, terpisah dari kantor pemasarannya, yang berlokasi di Jl Sultan Agung 115A. Untuk memenuhi tuntutan pemirsanya, TV Borobudur terus melakukan berbagai pembenahan.

Salah satu perubahan yang terjadi adalah perpindahan lokasi studio dan kantor pemasaran ke Gedung SCJ Plaza lantai 5-6 Johar Semarang. Pada tanggal 9 September 2011 setelah diambil alih pihak KOMPAS TV, management, materi siaran dan lain sebagainya, semua dari KOMPAS TV yang berlokasi di Jl Palmerah Jakarta. Visi dan misipun juga berubah total.Sesuai dengan visi misi yang diusung, Kompas TV mengemas program tayangan news, adventure & knowledge, entertainment yang mengedepankan kualitas (Kompas TV, 2013).

(2)

Konten program tayangan Kompas TV menekankan pada eksplorasi Indonesia dari mulai kekayaan alam, khasanah budaya, keadaan Indonesia kini, hingga artis berprestasi. Kompas TV juga menyediakan kanal televisi berbayar pertama di Indonesia yang memiliki kualitas High Definition (HD). Kualitas High Definition menyajikan gambar dengan resolusi tinggi sehingga pemirsa dapat menikmati detail gambar dengan kontur jelas dan warna yang lebih tajam. Kompas TV sebagai pionir kualitas High Definition juga tengah mengarah pada sistem televisi digital sesuai standar yang lazim digunakan secara internasional (Kompas TV, 2013).

Kompas TV tentu memperhatikan kualitas program tayangan yang ditampilkan. Tumbuh dalam indutri televisi komersial dengan persaingan yang sangat ketat, Kompas TV berusaha untuk tetap berada pada koridor visi misi sehingga dapat selalu menyajikan pogram tayangan inspiratif dan informatif dengan kemasan menarik bagi keluarga Indonesia. Menjawab tantangan dunia media di Indonesia, sebagai bagian dari Kompas Gramedia Group yang memiliki motto Enlightening People, Kompas TV didukung dengan komposisi karyawan berkualitas dan berdedikasi tinggi senantiasa berusaha menyalurkan informasi yang akan menjadi Inspirasi Indonesia (Kompas TV, 2013).

Adapun materi tayangan atau segmen berita setelah diambil alih pihak KOMPAS TV tertera pada tabel berikut dibawah ini.

(3)

Tabel 1. Acara Kompas TV

Jam Tayang Nama Acara Jam Tayang Nama Acara 0.00 K 20 ( kumpulan lagu) 15.00 Comic Action

02.0 Penjuru Kota 16.00 Jendela Jateng Sore

03.00 Urban 16.30 Sebuah Nama Sebuah Cerita

04.30 Kompas Sport 17.00 Kompas Petang

05.00 Kompas Pagi 18.00 Kompas Sport

07.30 Versus 18.30 Suka –Suka

08.30 Agung Podomoro 19.00 Versus

09.00 Cemal Cemil 19.30 Jejak Nusantara

10.00 Kita Bisa 20.00 Stand Up Comedy

11.00 New Star 20.30 Super Mom

11.30 Word of Wayang 21.00 Tekno

12.00 Kompas Siang 22.00 Kompas 100

13.00 Foreign Documentery 22.30 Sience Is Fun

14.00 Jalan Sesama 23.00 Kompas Malam

Perkembangan pertelevisian di Indonesia akhir-akhir ini memang sangat pesat, televisi-televisi swasta bermunculan melengkapi dan memperkaya TV yang sudah ada. Fenomena ini tentu saja menggembirakan karena masyarakat bisa memimilih acara yang lebih menarik mereka tonton. Perusahaan termasuk stasiun-stasiun TV yang memutuskan untuk beroperasi dalam pasar yang luas menyadari bahwa dirinya tidak dapat melayani seluruh pelanggan dalam pasar tersebut (Kolter dan Susanto, 2000).

(4)

Setiap stasiun TV menggunakan segmen pasar dengan harapan program yang ditayangkan setiap hari dapat jelas sehingga dapat menarik hati para pemirsa untuk menonton program tersebut dan rating program yang dihasilkanpun juga tinggi (Peter dan Olson, 2000). Banyak perusahaan yang menggunakan ilmu matematika untuk menjalankan bisnisnya, terutama dalam bidang pemasaran seperti analisis klaster dan segmentasi pasar. Analisis klaster adalah suatu kelas teknik, yang digunakan untuk mengklasifikasi objek atau kasus (responden) ke dalam kelompok yang relatif homogen, yang disebut klaster (Supranto, 2004).

Harapan yang ingin dicapai bahwa keragaman dalam kelompok lebih kecil dari pada keragaman antar kelompok. Obyek tersebut bisa berupa barang, jasa, tumbuhan, dan manusia (responden, konsumen, nasabah dan lain-lain). Obyek diklasifikasikan ke dalam satu atau lebih klaster (kelompok) sehingga obyek-obyek yang berada dalam satu klaster akan mempunyai kemiripan atau kesamaan karakter. Sedangkan segmentasi pasar adalah proses membagi pasar menjadi bagian- bagian atau irisan irisan konsumen yang khas yang mempunyai kebutuhan atau sifat yang sama dan kemudian memilih satu atau lebih segmen yang akan dijadikan sasaran (Kertajaya, 2004).

Penelitian ini menggunakan segmentasi demografi karena pasar akan dikelompokkan berdasarkan variabel-variabel jenis kelamin, pendidikan, usia, pekerjaan dan program acara yang ditonton. Ada lima alasan mengapa pendekatan demografi ini disertakan, antara lain karena informasi yang mudah dijangkau dan murah untuk mengidentifikasikan target market, informasi demografi

(5)

memberikan wawasan (insight) tentang trend yang sedang terjadi, meski tidak dapat untuk meramalkan perilaku konsumen, demografi dapat dilihat untuk melihat perubahan permintaan aneka produk dan yang terakhir demografi dapat digunakan untuk mengevaluasi kampanye-kampanye pemasaran (Porter, 1991).

Penelitian ini menggunakan analisis klaster dengan metode k-means klaster untuk mengelompokkan pemirsa program berita berdasarkan variabel-variabel dalam suatu berita seperti daya tangkap siaran, frekuensi menonton, perbandingan menonton dengan televisi lain, program acara yang disukai seperti program hiburan, program pendidikan, program budaya, program ekonomi dan bisnis, respon masyarakat, mencirikan budaya daerah, apakah keberadaan Kompas Televisi penting, kualitas program, kualitas siaran, memenuhi kebutuhan masyarakat, tujuan menonton dan kepuasan menonton.

Hasil penelitian Supranto (2004) terdapat kesimpulan bahwa tujuan analisis klaster ialah mengklasifikasikan objek (kasus/ elemen) seperti orang, produk atau barang, toko, perusahaan kedalam kelompok- kelompok yang relatif homogen didasarkan pada suatu set variabel yang dipertimbangkan untuk diteliti. Dari uraian diatas peneliti ingin menguraikan tentang pengaplikasian analisis klaster untuk segmentasi pemirsa Kompas TV, dimana analisis klaster digunakan untuk mengkelompokan atau menggabungkan obyek tertentu yang memiliki keserupaan.

(6)

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang diambil dalam penelitian ini adalah

1. mengetahui sejauh mana prosentase penilaian program acara dan keberadaan menurut pemirsa KOMPAS TV ?

2. mengetahui penilaian kwalitas program acara atau variabel mana yang perlu ditingkatkan lagi menurut pemirsa Kompas TV ?

3. mengetahui hasil dari pengelompokan baik klaster rendah, sedang dan klaster yang tinggi ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah

1. mengetahui prosentase penilaian pemirsa terhadap program acara KOMPAS TV, berdasarkan variabel yang ada, sehingga hasil ini dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan pangsa pasar;

2. mengetahui program acara mana yang perlu ditingkatkan lagi;

3. mengetahui hasil dari segmentasi pasar klaster berdasarkan variabel- variabel yang ada.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah

1. memberikan masukan kepada pihak KOMPAS TV terhadap kualitas acara yang telah disajikan selama ini dengan melihat tingkat harapan dan persepsi pemirsa; 2. meningkatkan kepuasan pemirsa terhadap kualitas acara yang diberikan oleh pihak

(7)

3. bagi mahasiswa dapat menerapkan ilmu yang telah didapat, serta dapat menambah wawasan bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

1. 5 Batasan Penelitian

Dalam penelitian ini batasan yang digunakan adalah

1. responden pada penelitian ini adalah mahasiswa S1 Universitas Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) dan;

(8)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Analisis Klaster

Analisis klaster adalah suatu kelas teknik yang digunakan untuk mengklasifikasikan obyek-obyek ke dalam beberapa kelompok dengan ciri-ciri/ karakteristik-karakteristik tertentu yang relatif homogen berdasarkan kedekatan jarak. Responden yang saling berdekatan atau memberi jawaban/ respon yang kurang lebih sama akan masuk dalam kelompok yang sama. Sedangkan yang berjauhan akan dikelompokkan pada kelompok lain. Dengan demikian, dalam analisis klaster pengukuran jarak menjadi sangat penting karena akan digunakan sebagai penentu suatu anggota klaster (Supranto, 2004).

2.2 Tujuan Analisis Klaster

Tujuan utama analisis klaster ialah mengklasifikasi objek (kasus/elemen) seperti orang, produk (barang), toko, perusahaan ke dalam kelompok-kelompok yang relatif homogen didasarkan pada suatu set variabel yang dipertimbangkan untuk diteliti. Objek di dalam setiap kelompok harus relatif mirip/sama (relatively similiar). Begitu klaster terbentuk terserah kepada peneliti untuk memberikan suatu intervensi pemasaran (atau bidang lain, seperti ekonomi, manajemen). Hal ini sama dengan pemberian nama faktor pada hasil analisis factor. Ciri- ciri suatu klaster yang baik mempunyai: Homogenitas Internal (within cluster); yaitu kesamaan antar anggota dalam suatu klaster. Heterogenitas External (between cluster); yaitu perbedaan antar klaster yang satu dengan klaster yang lain (Supranto, 2004).

(9)

Pengelompokan pada n obyek dengan p variabel pada masing-masing obyek, ditentukan terlebih dahulu ukuran keserupaan antar obyeknya. Ukuran keserupaan yang sering digunakan adalah jarak Euclidean (Euclidien Distance) antara dua obyek dari p

dimensi pengamatan (Supranto, 2004).

Jika obyek pertama x = [x1, x2, x3,…,xp]T dan obyek kedua y = [y1, y2, y3, … , yp ]T

rumus sebagai berikut : p j j j y x x y d 1 2 ) , ( ( )

Persamaan diatas dapat diartikan bahwa semakin kecil nilai d, maka semakin besar keserupaan antar obyek tersebut. Metode pengelompokkan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pengelompokkan non hierarkhi. Pengelompokkan non hierarki digunakan apabila jumlah kelompok yang akan didapatkan sudah diketahui atau ditentukan terlebih dahulu (Supranto, 2004).

Pada metode ini tidak diperlukan matriks jarak (euclidien), sehingga baik digunakan untuk data jumlah besar dan banyak variabel. Prosedur pengelompokkan pada metode non hirarki adalah dengan menggunakan metode K-Means. Metode ini bertujuan mengelompokkan obyek sedemikian hingga jarak tiap obyek ke pusat kelompok dalam satu kelompok adalah minimum. Secara garis besar prosedur pengklasteran ada dua metode yaitu hierarki dan non-hierarki yang disebut metode k-means klaster (Supranto, 2004).

(10)

2.3 Metode Hierarki

Metode ini digunakan jika tidak ada informasi mengenai jumlah kelompok. Teknik pengelompokan hirarki menunjukkan pembagian. Berdasarkan metode agglomerative dan

devisive dan hasil dari metode tersebut dapat disajikan dalam bentuk dendogram. Proses

pembentukannya dengan mengelompokkan semua obyek menjadi n kelompok dimana masing-masing kelompok beranggotakan satu obyek atau obyek itu sendiri. Penentuan jumlah kelompok sangat bergantung pada subyektifitas peneliti atas dasar pertimbangan

yang sesuai (Supranto, 2004).

Beberapa metode penentukan jarak dalam pengelompokan hierarki, yaitu a. Metode Pautan Tunggal (Single Linkage)

Metode ini menggunakan aturan jarak minimum antar kelompok. penelompokkan diawali dengan menentukan 2 obyek yang mempunyai jarak minimum. Misalkan dua obyek tadi u dan v, maka jaraknya adalah d(uv). Selanjutnya dicari obyek lain yang memiliki jarak

minimum dengan kelompok pertama ini (misal obyek w). Jarak minimum antara uv dengan w adalah

d(uv)w = min [duw, dvw]

dimana :

duw = jarak antara kelompok u dan w

(11)

b. Metode Pautan Lengkap (Complete Linkage)

Pautan lengkap adalah kebalikan dari metode pertama. Proses penggabungan diawali dengan menentukan 2 obyek yang mempunyai jarak maksimum. Jarak maksimum antara kelompok uv dan w adalah

d(uv)w = maks [duw, dvw]

dimana :

duw = jarak antara kelompok u dan w

dvw = jarak antara kelompok v dan w

c. Metode Pautan Rata-rata (Average Linkage)

Pautan rata-rata adalah gabungan dari single dan complete linkage. Langkah awalnya dengan menemukan 2 obyek yang mempunyai jarak minimum menjadi satu kelompok. Langkah selanjutnya didasarkan aturan rata-rata jarak dua kelompok. Jarak antara kelompok uv dengan w adalah

d(uv)w = w uvN N 1 dij dimana :

dij= Jarak antar obyek i dalam kelompok uv dengan obyek j dalam kelompok w Nuv = Jumlah anggota dalam kelompok uv

Nw = Jumlah anggota dalam kelompok w

Definisi penggabungan dari metode ini adalah : d(uv)w = (duw + dvw) / 2

(12)

2.3.1 Metode Non Hirarki.

Metode ini digunakan jika peneliti ingin mengelompokan n obyek ke dalam k kelompok (k n), dimana nilai k telah ditentukan sebelumnya berdasarkan kriteria yang ada. Metode ini tidak diperlukan matriks jarak (similarities), sehingga baik digunakan untuk data jumlah besar dan banyak variabel. Prosedur pengelompokan pada non hirarki adalah dengan menggunakan metode K-Means. Metode ini bertujuan mengelompokkan obyek 16sedemikian hingga jarak tiap-tiap obyek ke pusat kelompok di dalam satu kelompok adalah minimum (Supranto, 2004).

2.3.2 Pengujian Perbedaan Vektor Rata-Rata

Pengujian hasil pengelompokkan dengan menggunakan analisis varian multivariat (Manova) (Supranto, 2004) dengan hipotesis sebagai berikut :

H0 : 1 = 2 = .... = g =0

H1 : Paling tidak ada Satu i 0 ; i = 1, 2,... ,g

Statistik uji yang digunakan adalah Wilks’ Lamda ( ):

Wilks’Lamda( )=

W B

W

dimana W dan B masing-masing adalah matrik jumlah kuadrat dan cross product dalam

kelompok dan antar kelompok dengan derajat bebas g i i n 1 g dan g – 1.

(13)

W = ' 1 1 X X ij i g i n j i ij X X i =(n1–1)S1+(n2-1)S2+ ...+(ng – 1) Sg B = ' 1 X Xi ij i ij g i i X X n Dimana :

Xij= pengamatan ke-j pada kelompok ke-i

i

X = vektor rata-rata kelompok ke-i

ni = jumlah individu kelompok pada kelompok ke-i

X = vektor rata-rata semua kelompok. Tolak Ho jika sangat kecil. Statistik Wilks’

Lambda dapat didekati dengan statistik uji F, jika lebih besar dari F tabel maka Ho ditolak yang berarti terdapat perbedaan rata-rata antar kelompok (Supranto, 2004). 2.3.3 Langkah Analisis Klaster

Langkah pertama merumuskan masalah pengklasteran dengan mengidentifikasi variabel-variabel yang dipergunakan untuk dasar pengklasteran (pengelompokkan). Kemudian jarak yang tepat harus dipilih. Ukuran jarak menentukan kemiripan atau ketidakmiripan dari objek yang akan dikelompokkan (dimasukkan dalam klaster). Prosedur pengklasteran sudah dikembangkan dan peneliti harus memilih salah satu yang tepat untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi. Untuk menentukan banyaknya klaster yang diperlukan, memerlukan pertimbangan secara objektif. Klaster yang diperoleh harus diinterpretasikan, dinyatakan dalam variabel-variabel yang dipergunakan untuk dasar pembentukan klaster dan diprofilkan dinyatakan dalam penambahan variabel yang penting. Akhirnya, peneliti harus mengakses validitas proses pengklasteran (Supranto, 2004).

(14)

2.3.4 Merumuskan Masalah

Hal yang paling penting di dalam perumusan masalah analisis klaster ialah pemilihan variabel-variabel yang akan dipergunakan untuk pengklasteran (pembentukan klaster). Memasukkan satu atau dua variabel yang tidak relevan dengan masalah pengklasteran/ pengelompokkan akan mendistorsi hasil pengklasteran yang kemungkinan besar sangat bermanfaat. Pada dasarnya set variabel yang akan dipilih harus menguraikan kemiripan antara objek, yang memang benar-benar relevan dengan masalah riset pemasaran. Variabel harus dipilih berdasarkan penelitian sebelumnya, teori atau suatu pertimbangan berkenan dengan hipotesis yang akan diuji. Di dalam riset eksplorasi peneliti harus menggunakan pertimbangan dan intuisi (Supranto, 2004).

2.3.5 Memilih Ukuran Jarak atau Smilaritas

Tujuan pengklasteran ialah intuk mengelompokkan objek yang mirip dalam klaster yang sama, maka beberapa ukuran diperlukan untuk mengakses seberapa mirip atau berbeda objek-objek tersebut. Pendekatan yang paling bisa ialah mengukur kemiripan dinyatakan dalam jarak antara pasangan objek. Objek yang lebih pendek antara mereka akan lebih mirip atau sama lain dibandingkan dengan pasangan dengan jarak yang lebih panjang. Ada beberapa cara untuk mengukur jarak antara dua objek.

Ukuran kemiripan yang paling biasa dipakai ialah jarak yuklidian atau nilai kuadratnya. Jarak yuklidian ialah akar dari jumlah kuadrat perbedaan/ deviasi di dalam nilai untuk setiap variabel. Ada juga ukuran jarak lainnya, yaitu the city block or manhattan

distance antara dua objek merupakan jumlah perbedaan mutlak/ absolut di dalam nilai

(15)

untuk setiap variabel. The chebyshev distance antara dua objek ialah perbedaan mutlak/ absolut yang maksimum di dalam nilai untuk setiap variable (Supranto, 2004).

2.3.5.1 Memilih Suatu Prosedur Pengklasteran

Prosedur pengklasteran bisa hierarki dan bisa juga non hierarki. Pengklasteran hierarki ditandai dengan pengembangan suatu hierarki atau struktur mirip pohon. Metode hierarki bisa aglomeratif atau divisif. Pengklasteran aglomeratif mulai dengan setiap objek dalam suatu klaster yang terpisah. Klaster dibentuk dengan mengelompokkan objek (responden) ke dalam klaster yang semakin membesar (semakin banyak elemen atau objek yang menjadi anggotanya). Proses ini dilanjutkan sampai semua objek menjadi anggota dari suatu klaster tunggal. Sebaliknya pengklasteran devisif dimulai dari semua objek dikelompokkan menjadi klaster tunggal. Kemudian klaster dibagi atau dipisah, sampai setiap objek berada di dalam klaster yang terpisah (Supranto, 2004).

Metode aglomeratif biasanya dipergunakan di dalam riset pemasaran. Metode-metode tersebut terdiri dari Metode-metode terkait (linkagemethod), error sums of squares or

variance methods and centroid methods. Linkagemethods meliputi single likage,complete likage and average linkage,complete linkage and average linkage. Linkage method

didasarkan pada jarak minimum atau aturan tetangga dekat (nearest neighbour rule). Dua objek pertama yang masuk klaster dalam objek yang jaraknya paling kecil. Jarak terkecil berikutnya ditemukan, objek yang ketiga digabung dengan dua objek pertama satu klaster dua objek yang baru dibentuk. Pada setiap tahap, jarak antara dua klaster merupakan jarak antara dua titik terdekat. Dua klaster digabung setiap tahap dengan the

(16)

Proses ini dilanjutkan sampai semua objek berada dalam satu klaster. The single

linkage method tidak memberikan hasil yang bagus, kalau klaster didefinisikan secara tidak

baik. The complete linkage method sama dengan the single linkage method kecuali bahwa

the complete linkage method berdasarkan pada jarak maksimum atau the furthest neighbour approach . Pada complete linkage, jarak antara dua klaster dihitung sebagai jarak antara

dua titik yang paling jauh, the average linkage juga sama. Akan tetapi di dalam average

method, jarak antara dua klaster didefinisikan sebagai rata-rata jarak antara semua pasangan

objek, di mana salah satu anggota dari pasangan berasal dari setiap klaster (Supranto, 2004).

Seperti bisa dilihat metode rata-rata linkage menggunakan informasi pada semua pasangan jarak, tidak hanya jarak maksimum atau minimum. Berdasarkan alasan ini sering dipilih single dan complete linkage method. Metode variance mencoba menghasilkan klaster dengan meminimumkan variance dalam klaster. Metode variance yang biasanya dipergungkan ialah ward’s procedure. Untuk setiap klaster rata-rata dari seluruh variabel dihitung, kemudian setiap objek, jarak yuklidian kuadrat ke rata-rata klaster dihitung.

Jarak ini dijumlahkan untuk semua objek. Pada setiap tahap, dua klaster dengan kenaikan terkecildi dalam overall sum of squares within cluster distances digabung. In the

centroids method, jarak antara dua klaster merupakan jarak antara centroids (rata-rata dari

(17)

Kenyataan menunjukan, metode hierarki, rata-rata linkage, dan metode ward lebih baik dari pada metode lainya. Jenis prosedur pengklasteran kedua, metode pengklasteran non-hierarki, sering disebut K-means clustering. Metode ini meliputi sequential threshold,

paralel threshold dan optimizing partitioning. Di dalam sequential threshold method suatu

pusat klaster dipilih dan semua objek dalam suatu prespesifed threshold value dari pusat, digabung bersama. Kemudian suatu pusat klaster yang baru atau seed dipilih, dan proses diulangi, untuk titik-titik yang belum diklasterkan (dikelompokan) atau the unclustered

points. Suatu objek yang telah diklasterkan dengan seed, tidak perlu lagi dipertimbangkan

untuk diklasterkan dengan seeds selanjutnya.

The parallel threshold method berlaku sama, kecuali beberapa pusat klaster dipilih

secara simultan dan dalam objek threshold level dikelompokan dengan pusat terdekat. The

optimizing partitioning method berbeda dari prosedur dua threshold, dimana objek

selanjutnya di reassigned ke klaster untuk mengoptimalkan suatu kriteria menyeluruh, seperti average within cluster distance sejumlah klaster tertentu.

Dua kelemahan dari prosedur non- hierarki adalah bahwa banyaknya klaster harus disebutkan/ ditentukan sebelumnya dan pemilihan pusat klaster sembarang (arbitrary). Hasil pengklasteran mungkin tergantung pada bagaiman pusat (centers) dipilih. banyak program non- hierarki, memilih k objek (kasus) yang pertama, tanpa ada nilai yang hilang sebagai pusat klaster awal (k=banyaknya klaster). Jadi, hasil peningkatan mungkin tergantung pada urutan observasi pada data.

(18)

Pengklasteran non-hierarki lebih cepat dari pada mtode hierarki dan lebih menguntungkan kalau jumlah objek/ kasus atau observasi besar sekali (sampel besar). Metode hierarkis dan non- hierarkis digunakan secara berdampingan (in tandem). Pertama, suatu pemecahan pengklasteran awal, diperoleh dengan menggunakan prosedur hierarkis, seperti misalnya average linkage atau WARD.

Banyaknya klaster dan centroid klaster yang diperoleh dpergunakan sebagai input untuk optimizing partitioning method. Pilihan suatu metode penklasteran dan piliha suatu ukuran jarak, berkaitan satu sama lain. Sebagai contoh, jarak euclidien yang dikuadratkan (

squared eucledean distance) harus dipergunakan dengan metode ward dan centroid.

Beberapa prosedur non- hierarki juga menggunakan jarak euclidien yang dikuadratkan. 2.3.5.2 Klasifikasi Prosedur Pengklasteran

Prosedur pengklasteran bisa hierarki dan juga non hierarki. Pengklasteran hierarki ditandai dengan pengembangan suatu hierarki atau struktur mirip pohon. Metode hierarki bisa aglomeratif atau divisif. Pengklasteran aglomeratif mulai dengan setiap objek dalam suatu klaster yang terpisah. Klaster dibentuk dengan mengelompokkan objek (responden) ke dalam klaster yang semakin membesar (semakin banyak elemen atau objek yang menjadi anggotanya). Proses ini dilanjutkan sampai semua objek menjadi anggota dari suatu klaster tunggal. Sebaliknya pengklasteran devisif dimulai dari semua objek dikelompokkan menjadi klaster tunggal (Supranto, 2004).

(19)

Kemudian klaster dibagi atau dipisah, sampai setiap objek berada di dalam klaster yang terpisah. Metode aglomeratif biasanya dipergunakan di dalam riset pemasaran. Metode-metode tersebut terdiri dari metode terkait (linkagemethod), error sums of squares

or variance methods and centroid methods. Linkagemethods meliputi single likage,complete likage and average linkage, complete linkage and average linkage. Linkage method didasarkan pada jarak minimum atau aturan tetangga dekat (nearest neighbour rule). Dua objek pertama yang masuk klaster dalam objek yang jaraknya paling

kecil (Supranto, 2004).

2.4 Aplikasi Pengklasteran Non-Hierarki

Berdasarkan pada hasil pengklasteran hierarki, suatu pemecahan tiga klaster dibuat terlebih dahulu (pre specified). Pusat klaster awal merupakan nilai tiga objek/ kasus pertama. Klasifikasi pusat klaster merupakan pusat sementara (interim centers) dipergunakan untuk penugasan / penunjukan kasus/objek, ditugaskan/digabungkan pada klasifikasi pusat klaster terdekat. Klasifikasi pusat diperbarui (up dated) sampai kriteria pemberhentian (stopping criteria) tercapai. Pusat klaster akhir mewakili rata-rata variable untuk objek/ kasus dalam klaster terakhir (terakhir dibentuk).

2.4.1 Konsep Dasar Klaster Non-Hierarki

Pengklasteran dengan menggunakan metode non-hierarki sering disebut dengan metode pengklasteran k-means klaster. Ada tiga pendekatan yang biasa digunakan yaitu

sequential threshold, parallel threshold dan optimalisasi. Pendekatan yang digunakan

(20)

Responden dimasukan ke dalam klaster-klaster dengan mengoptimalkan sejumlah kriteria yaitu jarak rata-rata dalam klaster, varians dalam klaster dan varians antar klaster. Berikut langkah-langkah dalam prosedur pembentukan k-means klaster berdasarkan p variabel yang digunakan

1. Uji kebebasan antar variabel untuk mengetahui data yang diperoleh layak dianalisis (variabel – variabel yang digunakan saling berhubungan atau tidak saling bebas) Untuk menguji kebebasan antar variabel ini digunakan uji Bartlett Sphericity berikut:

Ho : R = I (Antar variabel bersifat saling bebas/ independen) Hı : R ≠ I (Antar variabel bersifat tidak saling bebas/ dependen) Statistik uji : = - { n-1- }1n|R|

Kriteria uji :Tolak Ho jika atau sig.<α Dengan R : matriks korelasi dari data

I : matriks identitas

2. Tentukan jumlah klaster (k), dalam tulisan ini diambil k= 3, yaitu klaster dengan penilaian rendah, sedang dan tinggi.

3. Tentukan pusat klaster (centroid) di tiap-tiap klaster yaitu , , dan . Pusat klaster (centroid) adalah k buah pengamatan pertama.

4. Hitung jarak Euclidean antara tiap obyek dengan centroid.

5. Masukkan tiap obyek ke suatu klaster berdasarkan jarak Euclidean terdekat dengan pusat klaster (centroid) yang berpadanan.

(21)

6. Bentuk klaster awal yang berupa obyek-obyek yang di dalamnya belum tetap menjadi anggota klaster tersebut karena mungkin masih mengalami pemindahan obyek antar klaster. Lakukan perhitungan kembali untuk mengecek apakah klaster tersebut sudah tetap dan tidak ada lagi pemindahan obyek antar klasternya. 7. Hitung kembali pusat klaster (centroid) yang baru terbentuk di tiap-tiap klaster yaitu

, , dan yang baru dengan merata-ratakan nilai tiap variabel yang masuk menjadi anggota klaster awal.

8. Ulangi penghitungan jarak antara setiap obyek dengan centroid yang baru dengan menggunakan jarak Euclidean.

9. Masukkan tiap obyek pada suatu klaster berdasarkan jarak terdekat dengan pusat klaster (centroid) yang baru.

10. Bentuk klaster baru yang berupa obyek-obyek yang di dalamnya belum tetap menjadi anggota klaster tersebut karena mungkin masih mengalami pemindahan obyek antar klaster. Lakukan perhitungan kembali untuk mengecek apakah klaster tersebut sudah tetap dan tidak ada lagi pemindahan obyek antar klasternya.

11. Lakukan pengecekan apakah klaster yang baru terbentuk sudah tidak ada lagi pemindahan obyek antar klaster. Jika ternyata masih ada pemindahan obyek antar klaster maka kembali ke langkah 6 sampai tidak ada lagi pemindahan obyek antar klaster.

12. Hentikan proses jika sudah tidak ada lagi pemindahan obyek antar klaster sehingga terbentuk klaster akhir yang obyek-obyek di dalamnya sudah tetap menjadi anggota klaster tersebut.

(22)

13. Lakukan interpretasi dan profilisasi klaster. Interpretasi dilakukan untuk mencari karakteristik tiap klaster yang khas. Pengelompokan juga tidak bermanfaat jika tidak mengetahui profil setiap kelompok. Untuk menginterpretasi klaster dan membuat profil, digunakan rata-rata setiap klaster pada setiap variabel (yang dinamakan

centroid). Centroid memungkinkan memberi label untuk setiap klaster.

14. Lakukan uji validasi terhadap hasil klaster yang diperoleh untuk mengetahui apakah klaster-klaster yang diperoleh akurat menggunakan MANOVA (dalam hal ini diperlukan multinormalitas dan homogenitas dari residual). Uji multinormal untuk residual menggunakan plot quantil-quantil antara jarak mahalanobis dan Chi-kuadrat tabel dengan derajat bebas p yang berpadanan dengan jarak mahalanobis sebagai berikut:

a. Menentukan ( ) S ( ), J = 1, 2, ….,n

b. Mengurutkan nilai sesuai urutan naik (1) ≤ (2) ≤….≤ (n)

c. Menentukan quantil Chi kuadrat 100q % dengan q = (j-0.5)/n, j = 1, 2,…, n dan derajat bebas = p.

d. Plot pasangan ( , )

Bila plot yang terbentuk mendekati garis lurus maka asumsi multinormal bisa diterima.

Sedangkan uji homogenitas matriks varians–kovarians dengan uji Box’ M berikut: :

(23)

Statistik uji : = - 2 (1- ) ½ i In | | - ½ In ║ ]

dengan : = = [

Terima hopotesis nol yang berarti matriks varians – kovarians bersifat homogen jika ≤ dengan k banyaknya populasi yang akan dibandingkan dan p banyaknya variabel yang digunakan ( Widiharih, 2010).

2.4.2 Asumsi-asumsi dalam Analisis Klaster

2.4.3 Tidak adanya Outlier.

Data Outlier (pencilan) adalah data yang secara nyata berbeda dengan data- data yang lain. Suatu data merupakan outlier maka Z- score masing – masing variabel kurang dari 3.00 atau lebih dari 3.000 (Ferdinand, 2002).

2.4.4 Sampel yang mewakili.

Pengujian sampel yang mewakili populasi dapat dilakukan dengan uji Kaiser Mayer- Olkin (KMO) dan Bartlett dengan hipotesis:

: Sampel belum memadai atau belum layak untuk dianalisis lebih lanjut. : Sampel sudah memadai atau sudah layak untuk dianalisis lebih lanjut.

Uji Statistik Bartlett: B=

Dengan: = – / - 1) P = banyaknya variabel

(24)

V = derajat bebas

- 1

N = jumlah observasi/ obyek ke –i B = nilai statistic Bartlett Kriteria Pengambilan Keputusan :

Tolak jika B > atau tolak , jika probabilitas/ nilai sig < α

Kaiser –Mayer – Olkin (KMO) =

dengan = korelasi antara variabel I dan j, dengan I < j

= korelasi parsial antara variabel i dan j, dengan I < j

Jika = 0.0, variabel pengukuran merupakan sebuah factor, dan KMO = 1. Jika = 1.0, variabel pengukuran bukan sebuah factor, dan KMO = 0.0

Jika nilai KMO ≥ 0.50 maka sampel sudah layak untuk dianalisis. Sedangkan untuk menguji variabel yang dapat digunakan ataukah tidak dapat digunakan, berdasarkan nilai anti-image correlation. Anti image correlation yaitu matriks dari korelasi parsial anatara variabel setelah dianalisis factor, dimana hasil faktornya menerangkan faktor yang lain. Sedangkan MSA (Measure of Sampling Adequacy) adalah pengukuran yang dihitung antara masukan korelasi matriks dan masing-masing variabel yang dievaluasi kelayakannya dari penggunaan analisis faktor.

(25)

Nilai MSA berkisar dari 0 sampai 1 dengan kriteria : MSA = 1, variabel tersebut diprediksi tanpa kesalahan oleh variabel lain. MSA > 0.5, variabel masih bisa diprediksi dan bisa dianalisis lebih lanjut. MSA < 0.5, variabel tidak bisa diprediksi dan tidak dapat dianalisis lebih lanjut, atau dikeluarkan dari variabel lainnya (Widiharih, 2010).

2.4.5 Tidak Adanya Multikolinieritas

Multikolinieritas adalah kemungkinan adanya korelasi antar variabel atau peristiwa terjadinya hubungan linier antar beberapa atau semua variabel. Sebaiknya multikolinieritas ini tidak terjadi, untuk mengetahui adanya multikolinieritas adalah dengan menghitung nilai

Variance Inflation Factors (VIF) dengan rumus :

, dengan adalah nilai koefisien determinasi variabel dependen ke –j

dengan variabel independen selain variabel ke –j. Jika nilai maksimal ( ) > 10 maka mengindikasikan terjadinya multikolinieritas (Widiharih, 2010).

2.4.6 Segmentasi Pasar

Segmentasi pasar adalah proses membagi pasar menjadi bagian – bagian atau irisan – irisan konsumen yang khas yang mempunyai kebutuhan atau sifat yang sama dan kemudian memilih satu atau lebih segmen yang akan dijadikan sasaran. Segmentasi merupakan seni mengidentifikasi serta memanfaatkan peluang – peluang yang muncul di pasar. Segmentasi memungkinkan pemasar menghindari persaingan langsung. Ini dimungkinkan karena perusahaan bisa menjalankan bisnisnya dengan cara yang berbeda terhadap kompetitornya, melalui perbedaan harga, corak, kemasan, daya tarik promosi, cara distribusi dan service memadai (Kertajaya, 2004).

(26)

Thompson (2000) menyatakan bahwa tantangan dalam pemasaran adalah untuk mengidentifikasi pasar potensial yang menguntungkan untuk dilayanai karena jarang sekali satu program pemasaran dapat memuaskan pasar yang heterogen yang berbeda selera dan karakteristik untuk itu diperlikan segmentasi pasar. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa segmentasi memiliki peran penting dalam sebuah perusahaan . Segmentasi tersebut memiliki peran penting karena beberapa alasan yaitu pemfokusan alokasi sumber daya manusia dan penentuan komponen strategi.

Beberapa jenis segmentasi adalah geografi, demografi, psikografi dan manfaat. Secara garis besar penjelasan masing – masing jenis sebagai berikut:

1. segmentasi geografi, merupakan pembagian pasar menjadi uni-unit geografis yang berbeda. Misalnya: wilayah, negara, negara bagian, propinsi, kota, dan kepulauan; 2. segmentasi demografi, dimana pasar dikelompokan berdasarkan variabel – variabel

pendapatan, jenis kelamin, pendidikan jumlah penduduk, usia, ukuran keluarga, pekerjaan, agama, ras, generasi, kewarganegaraan dan kelas sosial;

3. segmentasi psikografi mengelompokan pasar dalam variabel gaya hidup, milai dan kepribadian. Gaya hidup juga ditunjukan oleh orang – orang yang menonjol pada kelas, minat terhadap suatu produk juga dipengaruhi oleh gaya hidup. Oleh karena itu barang yang dibeli oleh orang – orang tersebut adlah untuk menunjukan gaya hidupnya;

4. segmentasi perilaku, membagi kelompok berdasarkan status pemakai, kejadian, tingkat penggunaan, status kesetiaan, tahap kesiapan pembeli, dan sikap. Pasar disini dapat dikelompokan menjadi bukan pemakai, bekas pemakai, pemakai potensial, pemakai pertama kali dan pemaki tetap dari suatu produk;

(27)

5. segmentasi manfaat, mengklasifikasikan pasar berdasarkan atribut/nilai atau manfaat yang terkandung dalam suatu produk.

Suatu perusahaan melakukan segmentasi pasar dengan tujuan untuk meningkatkan efektivitas strategi pemasaran yang telah disusun, serta lebih terarah dan sumber daya perusahaan dapat digunakan secara efektif dan efisien. Seperti dapat merencanakan produk yang benar- benar sesuai dengan permintaan pasar, dan perusahaan akan dapat mendeteksi secara dini mengenai kecenderungan – kecenderungan dalam pasar yang senantiasa berubah. Tetapi segmentasi pasar memiliki kelemahan juga yaitu, biaya penelitian/ riset pasar akan bertambah searah dengan bertambahnya ragam dan macam segmen pasar yang ditetapkan, dan kemungkinan akan menghadapi pesaing yang membidik segmen serupa. Bahkan mungkin akan terjadi persaingan yang tidak sehat, misalnya kanibalisme sesama produsen untuk produk dan segmen yang sama (Kertajaya, 2004).

2.5 Pendekatan Utama Segmentasi Pasar

Langkah awal yang dilakukan untuk membangun strategi segmentasi adalah menentukan pendekatan segmentasi yang sesuai dengan segmen yang ada di pasar. Umumnya ada 2 pendekatan utama segmentasi yaitu pendekatan a-priori dan pendekatan

post-hoc. Pendekatan a-priori adalah pendekatan yang dilakukan sebelum suatu penelitian

dilakukan, dimana peneliti sudah mengkotak- kotak pasar berdasarkan ciri-ciri seperti yaitu geografi, demografi, psikografi, gaya hidup, kedekatan, loyalitas dan variabel kepuasan (Supranto, 2004).

(28)

Pendekatan post-hoc adalah pendekatan yang tidak mengkotak- kotak pasar sebelum data dikumpulkan dan dianalisis (Supranto, 2004). Segmen dibuat setelah data dikumpulkan dan dianalisis sesuai dengan atribut – atribut yang dianggap penting oleh peneliti. Jadi pendekatan post- hoc adalah pendekatan yang berorientasi pada riset dan dikembangkan untuk produk – produk spesifik pada suatu jangkauan waktu tertentu. Dengan demikian kekuatanya sangat bergantung pada pengetahuan pemasar terhadap produk dan pasar yang ditekuninya. Pengetahuan inilah yang akan membimbing pemasar menentukan atribut – atribut yang layak digunakan sebagai analisis segmentasi yang dilakukan, serta menentukan kepekaan pemasar dalam mengamati pasar (Thompson, 2000). 2.6 Statistika Deskriptif

Statistika Deskriptif adalah metode- metode yang berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian suatu gugus data sehingga memberikan informasi yang berguna. Pengklasifikasian menjadi statistika deskriptif dan statistika inferensia dilakukan berdasarkan aktivitas yang dilakukan. Statistika deskriptif hanya memberikan informasi mengenai data yang dipunyai dan sama sekali tidak menarik inferensia atau kesimpulan apapun tentang gugus induknya yang lebih besar.

Kumpulan data yang diperoleh data statistika dekriptif akan tersaji dengan ringkas dan rapi serta dapat memberikan informasi inti dari kumpulan data yang ada. Informasi yang dapat diperoleh dari statistika deskriptif ini anatara lain ukuran pemusatan data, ukuran peyebaran data, serta kecenderungan suatu gugus data (Ronald, 1995).

(29)

METODOLOGI PENELITIAN

Bahan Penelitian

3.1 Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dari satu sumber yaitu data primer. 3.1.1 Data Primer

Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari jawaban kuisioner yang disebar ke pada responden yang ditemui.

3.2 Teknik Pengambilan Sampel

Populasi adalah keseluruhan subjek atau pengamatan yang diteliti (Arikunto, 2002:108). Populasi dalam penelitian ini adalah warga pemirsa yang berada di lingkup Jawa Tengah. Sampel adalah sebagian untuk diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Soekidjo, 2005: 79).

Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel menggunakan Purposive sampling atau judgmental sampling yaitu penarikan sampel yang dilakukan memiih subjek berdasarkan kriteria spesifik yang ditetapkan peneliti. Sedangkan tahapan yang dilakukan dalam pengumpulan dan analisis data dalam penelitian ini adalah responden atau pemirsa program berita KOMPAS TV di Kecamatan Kendal, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah dan mahasiswa S1 Universitas Muhammadiyah Semarang (UNIMUS), yang dilakukan pada bulan Juli sampai Agustus 2013.

(30)

3.3 Penyusunan Kuisioner.

Kuisioner yaitu daftar pernyataan mengenai gambaran umum dari responden, serta sebuah set pertanyaan yang secara logis berhubungan dengan masalah penelitian, dan tiap pertanyaan merupakan jawaban- jawaban yang mempunyai makna dalam menguji hipotesis guna mendapatkan data primer yang merupakan sumber data yang diperoleh dari pihak – pihak yang berhubungan dengan penelitian ini (Sudjana, 1997: 5).

Pada penelitian ini pemberian skor untuk masing- masing jawaban dalam kuisioner adalah 1= Rendah 2= Sedang dan 3= Tinggi. Skala penilaian dari setiap variabel tersebut digunakan skala interval, yaitu data yang sudah diurutkan (rangking) objek dan sudah memberikan interval subjek satu dengan yang lainnya.

3.3.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Kuisioner. Uji validitas dengan menggunakan hipotesis: : Item kuesioner tidak valid

: Item kuesioner valid

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kevaliditasan dari instrumen (kuesioner) yang digunakan dalam pengumpulan data yang diperoleh dengan cara mengkorelasi setiap skor variabel jawaban responden dengan total skor masing-masing variabel, kemudian hasil korelasi dibandingkan dengan nilai kritis pada taraf siginifikan 0,05 dan 0,01. Tinggi rendahnya validitas instrumen akan menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud.

(31)

Adapun perhitungan korelasi Pearson’s Moment Product, dengan rumus seperti yang dikemukakan oleh Arikunto (1998):

Statistik Uji: r

Dengan r = koefisien korelasi x = skor item kuesioner

y = skor total tiap faktor kesioner n = banyaknya observasi

jika > maka ditolak sehingga dapat disimpulkan item pernyataan signifikan, sehingga kuisioner tersebut valid.

Uji reliabilitas digunakan teknik Cronbach’s Alpha dengan pengujian hipotesis sebagai berikut :

: Item kuisioner tidak reliabel : Item kuisioner reliabel

Statistik Uji : = 1- ]

Dengan : = nilai Cronbach Alpha c = banyaknya item/ pertanyaan varian item kuisioner ke-j,

dengan [ - ( ]

= varian dari total skor item kuesioner,

(32)

x = = =

Jika Cronbach alpha > maka ditolak sehingga dapat disimpulkan item pernyataan signifikan. Hal ini berarti bahwa kuesioner tersebut reliabel. Untuk keperluan uji validitas dan reliabelitas ini digunakan sampel sebanyak 50 responden. 3.3.2 Pengambilan Data Responden

Sampel yang digunakan sebanyak 50 responden dengan metode penyampelan

judgment sampel (kebijaksanaannya) sendiri yang dalam hal ini cukup mewakili, dan dari

20 desa yang ada di pilih 8 desa sebagai sampel. 3.3.3 Analis Data

Tahapan yang dilakukan dalam analisis data adalah:

a. Deteksi outlier, data yang merupakan outlier dikeluarkan dari analisis. b. Uji KMO dan Barlet untuk kelayakan data dapat dianalisis.

c. Uji multikolinieritas.

d. Uji kebebasan antar variabel yang digunakan. e. Pembentukan klaster dan anggota klaster. f. Validasi hasil.

(33)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Diskripsi Obyek Penelitian (Responden)

Identitas responden dalam penelitian ini, akan dijelaskan tentang jenis kelamin responden, umur responden, pendidikan responden, pekerjaan responden dan pendapatan responden yang diambil dari 50 kuisioner yang dibagikan kepada responden.

4.2 Karakteristik Responden

Karakteristik responden dalam penelitian ditinjau dari jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan dan pendapatan dapat disajikan pada table berikut ini:

4.2.1 Jenis Kelamin Responden

Tabel 4.1 Jenis Kelamin Responden

No Jenis Kelamin Frekuensi Prosentasi

1. 2. Laki-laki Perempuan 32 18 64 % 36 % Jumlah 50 100%

Berdasarkan table 4.1 di atas dapat diketahui bahwa dari 50 orang responden, sebagian besar adalah laki-laki yaitu 32 orang (64 %) dan sisanya perempuan 18 orang (36). Hal ini disebabkan rata-rata responden pemirsa KOMPAS TV yang ditemui pada saat penelitian sebagian besar laki-laki.

(34)

4.2.2 Umur Responden

Tabel 4.2 Distribusi Umur Responden

No Rentang Umur (Tahun) Frekuensi Prosentasi

1. 2. 3. 4. 5. < 20 tahun 20- 30 tahun 31- 40 tahun 41- 50 tahun >51 tahun 0 32 10 6 2 0 % 64 % 20 % 12 % 4 % Jumlah 50 100%

Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat diketahui bahwa dari 50 responden, sebagian besar responden dalam penelitian ini memiliki tingkatan umur antara 20 - 30 tahun yaitu sebanyak 32 orang (64 %). Sedangkan yang paling kecil memiliki tingkatan umur lebih dari 51 tahun yaitu 2 orang (4 %), setelah usia dibawah 20 tahun yaitu (0 %). Hal ini disebabkan karena pada saat dilakukan penelitian tidak ditemui responden yang berusia dibawah 20 tahun.

(35)

4.2.3 Tingkat Pendidikan Responden

Tabel 4.3 Distribusi Tingkat Pendidikan Responden

No Tingkat Pendidikan Frekuensi Prosentasi

1. 2. 3. 4. 5. < SMA SMA Diploma Mahasiswa Sarjana 0 8 3 22 17 0 % 16 % 6 % 44 % 34 % Jumlah 50 100 %

Berdasarkan tabel 4.3 di atas menunjukan bahwa responden dalam penelitian ini terbanyak memiliki tingkat pendidikan sebagai mahasiswa yaitu (44 %) sedangkan yang paling sedikit memilik tingkat pendidikan diploma tiga yaitu 3 orang (6 %), setelah pendidikan tingkat dibawah Sekolah Menengah Atas (SMA) yaitu (0 %). Sementara lainya yaitu pendidikan tingkat diploma 3 orang (6 %), SMA 8 orang (16 %), dan tingkat sarjana 17 orang (34 %). Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa pendidikan responden dalam penelitian ini cukup tinggi.

(36)

4.2.4 Pekerjaan Responden

Tabel 4.4 Distribusi Pekerjaan Responden

No Pekerjaan Responden Frekuensi Prosentasi

1. 2. 3.

Pegawai Negeri Sipil (PNS) Karyawan Swasta Mahasiswa 16 12 22 32 % 24 % 44 % Jumlah 50 100 %

Berdasarkan tabel 4.4 tersebut di atas menunjukan bahwa responden dalam penelitian ini yang terbanyak adalah mahasiswa yaitu 22 orang (44 %). Kemudian Pegawai Negeri Sipil sebanyak 16 orang (32 %). Sedangkan yang paling sedikit adalah karyawan swasta yaitu 12 orang (24 %). Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa, pada saat dilakukan penelitian rata-rata responden pemirsa KOMPAS TV yang ditemui sebagian besar adalah mahasiswa.

(37)

4.2.5 Pendapatan Responden

Tabel 4.5 Distribusi Pendapatan Responden

No Pendapatan Responden Frekuensi Prosentasi

1. 2. 3. 4. 5. 6. < Rp.1.000.000,- (Mahasiswa berpenghasilan) Rp.1000.000,- - Rp.2000.000,- Rp.2000.000,- -Rp.3000.000,- Rp.3000.000,- -Rp.4000.000,- > R.4000.000,-

Mahasiswa tidak berpenghasilan

3 5 20 4 1 17 6 % 10 % 40 % 8 % 2 % 34 % Jumlah 50 100 %

Berdasarkan tabel 4.5 tersebut di atas dapat diketahui bahwa mahasiswa yang berpendapatan <Rp. 1.000.000-, sebanyak 3 orang (6 %), yang berpendapatan antara Rp. 1.000.000-, - Rp. 2.000.000 sebanyak 5 orang (10 %), yang berpendapatan antara Rp. 2.000.000-, - Rp. 3.000.000-, sebanyak 20 orang (40 %), yang berpendapatan antara Rp. 3.000.000,- Rp.4.000.000,- sebanyak 4 orang (8 %), sedangkan yang berpenghasilan diatas Rp. 4.000.000,- sebanyak 1 orang (2 %), sementara mahasiswa yang tidak berpenghasilan adalah sebanyak 17 orang ( 34 %). Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa, pada saat dilakukan penelitian rata-rata responden pemirsa KOMPAS TV yang ditemui sebagian besar adalah responden yang berpenghasilan antara Rp. 2000.000-, - Rp.4.000.000-,

(38)

4.2.6 Frekuensi Menonton Kompas Televisi

Tabel 4.6 Frekuensi Menonton Kompas Televisi

No Frekuensi Menonton Jumlah Responden Prosentasi 1.

2. 3.

1-2 kali dalam seminggu 3-5 kali dalam seminggu 6-7 kali dalam seminggu

23 13 14 46 % 26 % 28 % Jumlah 50 100 %

Berdasarkan tabel 4.6 tersebut di atas menunjukan bahwa responden yang menonton Kompas Televisi, 1- 2 kali dalam satu minggu ada sebanyak 23 orang (46 %), sedangkan yang menonton 3-5 kali dalam seminggu sebanyak 13 orang (26 %). Sementara yang menonton 6- 7 kali dalam seminggu ada sebanyak 14 orang (28 %). Hasil penelitian tersebut di atas menunjukan bahwa saat dilakukan penelitian, sebagain besar masyarakat menonton siaran Kompas Televisi frekuensinya 1- 2 kali dalam satu minggu.

(39)

4.2.7 Perbandingan Menonton Kompas Televisi dengan TV lain

Tabel 4.7 Perbandingan Menonton Kompas Televisi dengan TV lain No Perbandingan menonton Jumlah Responden Prosentasi 1

2 3

Lebih sering Kompas Televisi Lebih sering televisi lain Sama 1 39 10 2 % 78 % 20 % Jumlah 50 100 %

Berdasarkan tabel 4.7 tersebut di atas menunjukan bahwa responden yang lebih sering menonton Kompas Televisi, ada sebanyak 1 orang (2 %), sedangkan yang menonton Televisi lain ada sebanyak 39 orang (78 %). Sementara yang menonton antara Kompas Televisi dan Televisi lain atau sama – sama keduanya ada sebanayk 10 orang (20 %). Hasil penelitian tersebut di atas menunjukan bahwa saat dilakukan penelitian, sebagain besar masyarakat lebih sering menonton siaran Televisi lain dibanding menonton Kompas Televisi.

(40)

4.2.8 Program Acara Hiburan yang Diminati Pemirsa

Tabel 4.8 Program Acara Hiburan yang Diminati Pemirsa No Program Acara Jumlah Responden Prosentasi 1. 2 3. 4. 5. 6. Suka-Suka Stand up Komedi Super Mom Jalan Sesama New Star Musik (k-20) 15 25 1 0 1 8 30 % 50 % 2 % 0 % 2 % 16 % Jumlah 50 100 %

Berdasarkan tabel 4.8 tersebut di atas menunjukan bahwa responden yang suka menonton acara hiburan Stand up Komedi di Kompas Televisi, ada sebanyak 25 orang (50 %). Sedangkan yang suka menonton acara Suka - Suka sebanyak 15 orang (30 %), dan yang suka acara musik (k- 20) ada sebanyak 8 orang (16 %). Responden yang suka acara

Super Mom dan New Star sebanyak 1 orang (2 %), sedangkan acara Jalan Sesama tak ada

satupun responden yang menyukai acara ini atau kosong (0 %). Hasil penelitian tersebut di atas menunjukan bahwa saat dilakukan penelitian, sebagain besar responden menyukai acara hiburan Stand up Komedi, dan acara hiburan yang responden tidak sukai adalah acara Jalan Sesama.

(41)

4.2.9 Program Acara Pendidikan

Tabel 4.9 Program Acara Pendidikan

No Program Acara Jumlah Responden Prosentasi 1 2 3 4 Kita bisa Sience Is Fun Foreign Documentery Versus 12 14 13 11 24 % 28 % 26 % 22% Jumlah 50 100 %

Berdasarkan tabel 4.9 tersebut di atas menunjukan bahwa responden yang suka menonton acara hiburan Sience Is Fun di Kompas Televisi, ada sebanyak 14 orang (28 %). Sedangkan yang suka menonton acara Foreign Documentery sebanyak 13 orang (26 %), yang suka acara kita bisa ada sebanyak 12 orang (24 %), dan yang suka acara Versus sebanyak 11 orang (22 %). Hasil penelitian tersebut di atas menunjukan bahwa saat dilakukan penelitian, sebagain besar responden menyukai acara hiburan Sience Is Fun, dan acara hiburan yang responden tidak sukai adalah acara Versus.

(42)

4.2.10 Program Acara Budaya

Tabel 4.10 Program Acara Budaya

No Program Acara Jumlah Responden Prosentasi 1. 2. 3. 4. Word of Wayang Jejak Nusantara Urban Penjuru kota 2 38 8 2 4 % 76 % 16 % 4 % jumlah 50 100 %

Berdasarkan tabel 4.10 tersebut di atas menunjukan bahwa responden yang suka menonton program acara budaya Jejak Nusantara di Kompas Televisi, ada sebanyak 38 orang (76 %). Sedangkan yang suka menonton acara Urban 8 orang (16 %), yang suka acara Word of Wayang ada sebanyak 2 orang (4 %), dan yang suka acara Penjuru Kota sebanyak 2 orang (2 %). Hasil penelitian tersebut di atas menunjukan bahwa saat dilakukan penelitian, sebagain besar responden menyukai acara hiburan Jejak Nusantara, dan acara budaya yang responden tidak sukai adalah acara Word of Wayang dan Penjuru Kota, keduanya mempunyai nilai yang sama yaitu 2 orang (4 %).

(43)

4.2.11 Program Acara Ekonomi Bisnis

Tabel 4.11 Program Acara Ekonomi Bisnis

No Program Acara Jumlah Responden Prosentasi

1. 2. 3. Kompas 100 Tekno Agung Podomoro 26 16 8 52 % 32 % 16 % Jumlah 50 100 %

Berdasarkan tabel 4.11 tersebut di atas menunjukan bahwa responden yang suka menonton acara hiburan Kompas 100 di Kompas Televisi, ada sebanyak 26 orang (52 %). Sedangkan yang suka menonton acara Tekno sebanyak 16 orang (32 %), dan yang suka acara Agung Podomoro sebanyak 8 orang (16 %). Hasil penelitian tersebut di atas menunjukan bahwa saat dilakukan penelitian, sebagain besar responden menyukai acara Kompas 100, dan acara Ekonomi Bisnis yang responden tidak sukai adalah acara Agung Podomoro.

(44)

4.3 Hasil Penelitian 4.3.1 Uji Validitas

Uji validitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah instrumen tersebut mempunyai kevalidan atau kesahihan. Berdasarkan hasil pengujian menggunakan SPSS 16, semua butir pernyataan yang diajukan kepada responden adalah valid, dimana signifikansi pada baris kedua masing-masing indikator valid pada taraf 5% karena mempunyai signifikansi di bawah 0,05 dan valid pada taraf 1% karena juga mempunyai signifikansi di bawah 0,01.

Tabel 4.12 Hasil Uji Validitas dari Kuisioner

Variabel r hitung Sig Keputusan Daya tangkap siaran Kompas Televisi 0.156 <0,05 Item valid Respon masyarakat terhadap Kompas TV 0.017 <0,05 Item valid Program Kompas TV sudah mencirikan budaya

daerah

0.138 <0,05 Item valid Keberadaan Kompas TV penting 0.406 <0,05 Item valid

Kualitas siaran Kompas TV 0.351 <0,05 Item valid

Kualitas program Kompas TV 0.439 <0,05 Item valid Program Kompas TV sudah memenuhi kebutuhan

masyarakat

0.353 <0,05 Item valid Menonton Kompas TV untuk memperoleh

hiburan, informasi dan mengisi waktu luang

0.093 <0,05 Item valid Anda merasa puas dengan tayangan KompasTV 1.000 <0,05 Item valid

4.3.2 Uji Reliabilitas

Data yang valid maka dilanjutkan dengan uji realiabilitas, yang bertujuan untuk mengukur tingkat reliabel alat ukur, dengan menggunakan rumus Cronbach’s Alpha. Adapun hasil uji reliabilitas variabel penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini:

(45)

Tabel 4.13 Uji Reliabilitas Variabel

Indikator r Alpha Keterangan

Daya tangkap siaran Kompas Televisi 0,678 Reliabel

Respon masyarakat terhadap Kompas TV 0,733 Reliabel

Program Kompas TV sudah mencirikan budaya daerah 0,645 Reliabel

Keberadaan Kompas TV penting 0,639 Reliabel

Kualitas siaran Kompas TV 0,647 Reliabel

Kualitas program Kompas TV 0,603 Reliabel

Program Kompas TV sudah memenuhi kebutuhan masyarakat

0,608 Reliabel Menonton Kompas TV untuk memperoleh hiburan,

informasi dan mengisi waktu luang

0,717 Reliabel Anda merasa puas dengan tayangan KompasTV 0.644 Reliabel

Berdasarkan tabel 13 di atas dapat diketahui bahwa keseluruhan variabel pada pengujian reliabilitas diperoleh nilai Cronbach’s Alpha lebih tinggi dari persyaratan yang harus dilalui yaitu > 0,60 (Imam Ghozali, 2002), maka hasil data hasil angket memiliki tingkat reliabilitas yang baik, atau dengan kata lain data hasil angket dapat dipercaya. Hal ini berarti pengukuran dengan pengumpulan data yang dilakukan dapat memberikan hasil yang konsisten bila dilakukan pengukuran kembali terhadap subyek yang sama. Dengan demikian dapat digunakan untuk penelitian.

4.3.3 Deteksi Outlier

Data Outlier (pencilan) adalah data yang secara nyata berbeda dengan data- data yang lain. Pada penelitian ini, tidak mendeteksi outlier atau pencilan, karena data yang digunakan untuk penelitian adalah hasil dari penyebaran kuisioner.

(46)

4.4 Uji KMO dan Bartlett

Langkah menguji variabel-variabel yang telah ditentukan, pertama dengan menentukan besaran nilai Barlett Test of Sphericity, yang digunakan untuk mengetahui ada atau tidak korelasi yang signifikan antar variabel. Kedua dengan Keiser-Meyers-Oklin (KMO) Measure of Sampling Adequacy, yang digunakan untuk mengukur kecukupan sampel dengan cara membandingkan besarnya koefisien korelasi yang diamati dengan koefisein korelasi parsialnya. Berdasarkan hasil analisis Uji KMO dan Bartlet, menggunakan program SPSS 16 diperoleh nilai output KMO 0,689> 0,05 maka sampel sudah layak untuk dianalisis. Sedangkan harga statistik Bartlet B= 0.000 < 0, 5 sehingga sampel sudah layak untuk dianalisis. Nilai Measure of Sampling Adequasy (MSA) dari kesembilan variabel lebih besar dari 0,5 sehingga variabel-variabel tersebut masih bisa diprediksi dan bisa dianalisis lebih lanjut.

4.4.1 Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas adalah tidak adanya korelasi yang sempurna atau besar diantara variabel-variabel independen. Nilai korelasi antara variabel observed yang tidak diperbolehkan adalah sebesar 0.9 atau lebih. Dengan menggunakan program SPSS. 16, nilai

Variance Inflation Vactors (VIF) kesembilan variabel didapat Levence Statistics sebesar 1.

583 dengan sign 0.226. Ini artinya nilai untuk masing –masing variabel < 10 sehingga mengindikasikan tidak terjadinya multikolinieritas.

(47)

4.4.2 Pembentukan Klaster

4.4.3 Uji Kebebasan antar Variabel.

Berdasarkan penghitungan yang dilakukan diperoleh nilai Chi-kuadrat hitung 6.231 dengan sign 0,13, berarti variabel yang digunakan bersifat tidak saling bebas sehingga analisis multivariate layak digunakan.

4.4.4 Final Klaster

Final klaster yang terbentuk (dengan 3 klaster) seperti pada Tabel 3 berikut. Tabel 4.14 Interpretasi Klaster pada Final Klaster.

Variabel klaster klaster

1 2 3 1 2 3

Daya tangkap siaran Kompas Televisi

0,02 0,20 0,78 Rendah sedang tinggi Respon masyarakat

terhadap Kompas TV

0,32 0,64 0,04 Rendah sedang tinggi Program Kompas TV

sudah mencirikan budaya daerah

0,12 0,46 0,42 Rendah sedang tinggi

Keberadaan Kompas TV penting

0,36 0,56 0,08 Rendah sedang tinggi Kualitas siaran Kompas

TV

0,3 0,6 0,1 Rendah sedang tinggi Kualitas program

Kompas TV

0,3 0,64 0,06 Rendah sedang tinggi Program Kompas TV

sudah memenuhi kebutuhan masyarakat

0,32 0,38 0,3 Rendah sedang tinggi

Menonton Kompas TV untuk memperoleh hiburan, informasi dan mengisi waktu luang

0,22 0,58 0,2 Rendah sedang tinggi

Anda merasa puas dengan tayangan KompasTV

(48)

4.4.5 Profil Klaster

Tabel 4.15 Jumlah Anggota Klaster Berdasarkan acara TV yang ditonton.

No Dasar Pengklasteran Klaster

1 (rendah) 2 (sedang) 3 (tinggi) 1 Daya tangkap siaran Kompas Televisi 0,02 0,20 0,78 2 Respon masyarakat terhadap Kompas TV 0,32 0,64 0,04 3 Program Kompas TV sudah mencirikan

budaya daerah

0,12 0,46 0,42

4 Keberadaan Kompas TV penting 0,36 0,56 0,08

5 Kualitas siaran Kompas TV 0,3 0,6 0,1

6 Kualitas program Kompas TV 0,3 0,64 0,06

7 Program Kompas TV sudah memenuhi kebutuhan masyarakat

0,32 0,38 0,3

8 Menonton Kompas TV untuk memperoleh hiburan, informasi dan mengisi waktu luang

0,22 0,58 0,2

9 Anda merasa puas dengan tayangan KompasTV

0,48 0,5 0,02

Berdasarkan tabel 15, diatas menunjukan bahwa

1. dari 50 responden dalam penelitian ini memberikan penilaian rendah terhadap daya tangkap siaran Kompas Televisi sebanyak 1 orang (0,02 %), memberikan penilaian sedang sebanyak 10 orang (0,20 %) dan yang memberikan penilaian tinggi sebanyak 39 orang (0,78 %). Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa diwilayah tempat tempat tinggal responden sebagian besar menangkap siaran Kompas TV dengan bagus. 2. dari 50 responden dalam penelitian ini memberikan penilaian rendah terhadap respon

masyarakat terhadap keberadaan Kompas Televisi sebanyak 16 orang (0,32 %), memberikan penilaian sedang sebanyak 32 orang (0,64 %) dan yang memberikan penilaian tinggi sebanyak 2 orang (0,04 %);

(49)

Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa sebagian besar responden memberikan penilaian sedang terhadap keberadaan Kompas Televisi.

3. dari 50 responden dalam penelitian ini memberikan penilaian rendah terhadap program Kompas TV sudah mencirikan budaya daerah sebanyak 6 orang (0,12 %), memberikan penilaian sedang sebanyak 23 orang (0,46 %) dan yang memberikan penilaian tinggi sebanyak 21 orang (0,42 %). Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa sebagian besar responden memberikan penilaian sedang terhadap program Kompas Televisi. 4. dari 50 responden dalam penelitian ini memberikan penilaian rendah terhadap

keberadaan Kompas TV penting sebanyak 18 orang (0,36 %), memberikan penilaian sedang sebanyak 28 orang (0,56 %) dan yang memberikan penilaian tinggi sebanyak 4 orang (0,08 %). Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa sebagian besar responden memberikan penilaian sedang terhadap Keberadaan Kompas TV penting.

5. dari 50 responden dalam penelitian ini memberikan penilaian rendah terhadap kualitas siaran Kompas TV sebanyak 15 orang (0,3 %), memberikan penilaian sedang sebanyak 30 orang (0,6 %) dan yang memberikan penilaian tinggi sebanyak 5 orang (0,1 %). Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa sebagian besar responden memberikan penilaian sedang terhadap kwalitas siaran Kompas TV;

(50)

6. dari 50 responden dalam penelitian ini memberikan penilaian rendah terhadap Kualitas siaran Kompas TV sebanyak 15 orang (0,3 %), memberikan penilaian sedang sebanyak 32 orang (0,64 %) dan yang memberikan penilaian tinggi sebanyak 3 orang (0,06 %). Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa sebagian besar responden memberikan penilaian sedang terhadap kwalitas program Kompas TV.

7. dari 50 responden dalam penelitian ini memberikan penilaian rendah terhadap Kualitas siaran Kompas TV sebanyak 16 orang (0,32 %), memberikan penilaian sedang sebanyak 19 orang (0,38 %) dan yang memberikan penilaian tinggi sebanyak 15 orang (0,3 %). Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa sebagian besar responden memberikan penilaian sedang terhadap program Kompas TV sudah memenuhi kebutuhan masyarakat.

8. dari 50 responden dalam penelitian ini memberikan penilaian rendah terhadap Kualitas siaran Kompas TV sebanyak 11 orang (0,22 %), memberikan penilaian sedang sebanyak 29 orang (0,58 %) dan yang memberikan penilaian tinggi sebanyak 10 orang (0,2 %). Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa sebagian besar responden memberikan penilaian sedang terhadap tujuan menonton Kompas TV untuk memperoleh hiburan, informasi dan mengisi waktu luang.

9. dari 50 responden dalam penelitian ini memberikan penilaian rendah terhadap Kualitas siaran Kompas TV sebanyak 24 orang (0,48 %), memberikan penilaian sedang sebanyak 25 orang (0,5 %) dan yang memberikan penilaian tinggi sebanyak 1 orang (0,02 %). Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa sebagian besar responden memberikan penilaian sedang terhadap kepuasan menonton tayangan Kompas TV.

(51)

4.4.6 Validasi hasil.

Hasil uji MANOVA diperoleh nilai F test untuk Hotelling Trace sebesar 30.535 dan

sign pada 0,000 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antar klaster dengan

variabel yang digunakan. Selain itu, pada Test of Between- Subjects Effects memilik

variance yang berbeda (sign 0.000< 0,05 sehingga ditolak), sehingga menyalahi asumsi MONOVA. Variabel sebelumnya memiliki variance yang sama (sign 0,028 > 0,05 sehingga diterima).

(52)

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

1. Berikut hasil dari penelitian terhadap program acara dan keberadaan KOMPAS TV, a. Pemirsa memberikan penilaian sedang terhadap daya tangkap siaran acara Kompas TV

sebesar 20 %.

b. Pemirsa memberikan penilaian sedang respon masyarakat terhadap siaran acara Kompas TV sebesar 64 %.

c. Pemirsa memberikan penilaian sedang terhadap program acara Kompas TV sudah mencirikan budaya daerah sebesar 46 %.

d. Pemirsa memberikan penilaian sedang terhadap keberadaan Kompas TV penting sebesar 56 %.

e. Pemirsa memberikan penilaian sedang terhadap kualitas siaran Kompas TV sebesar 60 %.

f. Pemirsa memberikan penilaian sedang terhadap kualitas program Kompas TV sebesar 64 %.

g. Pemirsa memberikan penilaian sedang terhadap program Kompas TV sudah memenuhi kebutuhan masyarakat sebesar 38 %.

h. Pemirsa memberikan penilaian yang sedang terhadap menonton Kompas TV untuk memperoleh hiburan, informasi dan mengisi waktu luang sebesar 58 %.

(53)

i. Pemirsa memberikan penilaian sedang terhadap kepuasan dengan tayangan Kompas TV sebesar 50 %.

2. Dari hasil penelitian, pemirsa memberikan respon keberadaan Kompas TV dengan nilai tinggi sebesar 0,04 %, kwalitas siaran 0,01 %, kwalitas program 0,06 % dan kepuasan pemirsa terhadap tayangan Kompas TV sebesar 0,02 %. Artinya bahwa pihak Kompas TV perlu meningkatkan kekurangan dari ketiga variabel diatas.

3. Dengan menggunakan program SPSS.16, diketahui bahwa, Re scaled Distance Cluster

Combine, yaitu tiga klaster memiliki jarak paling besar. Maka, pada tiga klaster

dimungkinkan untuk diambil sebagai jumlah klaster yang baik. Dari dendogram terlihat ke tiga klaster tersebut beranggotakan responden, 8, 4, 10 dan seterusnya 9.

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan untuk penelitian ini adalah

1. Kompas TV disarankan bisa meningkatkan baik mutu siaran, kualitas siaran, serta program acara dari pada televisi lainya, sehingga lebih banyak pemirsa yang menonton acara yang di tayangkan di Kompas TV;

2. Kompas TV disarankan bisa memberikan kepuasan dengan tayangan Kompas TV yang selama ini ditayangkan;

3. Kompas TV disarankan bisa mempertahankan dan menjaga kredibilitasnya yang selama ini sudah baik, sehingga Kompas TV tetap manjadi pilihan bagi pemirsanya.

Gambar

Tabel 1. Acara Kompas TV
Tabel 4.1 Jenis Kelamin Responden
Tabel 4.2 Distribusi Umur Responden
Tabel 4.5 Distribusi Pendapatan Responden
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis Cluster dengan metode K-Means Cluster, diperoleh hasil bahwa segmen pasar produk facial foam di Kota Jember yang terbentuk adalah dua klaster yaitu:

Berdasarkan pengujian metode K-Means dan Fuzzy C-Means yang telah disajikan diatas maka proses selanjutnya adalah melakukan pengukuran performance dari kedua metode

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui Desa mana saja yang masuk kedalam kelompok desa tertinggal di kabupaten Asahan dengan menggunakan Analisis

Hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis menggunakan metode K-Means clustering dapat dijadikan sebagai acuan bagi pihak Universitas dan dosen dalam proses pengembangan

Analisis klaster merupakan analisis yang bertujuan untuk mengelompokkan objek-objek ke dalam beberapa kelompok di mana objek-objek pada satu kelompok memiliki

Tujuan penelitian ini adalah bagaimana penerapan datamining dengan metode clustering menggunakan algoritma K-Means untuk meneglompokkan data nilai mahasiswa program

Data tersebut akan dikelompokan dengan metode clustering menggunakan algoritma k-means dengan hasil yang diharapkan adalah berupa informasi mengenai kelompok data kecelakaan lalu

Melakukan proses klastering data tingkat loyalitas pelanggan menggunakan metode K- Means dengan optimalisai algoritma median dalam penentuan pusat klaster awal supaya dapat menghasilkan