• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keselamatan dan Spiritualitas docx 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Keselamatan dan Spiritualitas docx 1"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

ARTIKEL ILMIAH

SALVATION & SPIRITUALITY

(sebuah studi reflektif mengenai keselamatan dan relevansinya terhadap

kehidupan orang percaya)

Oleh

DONI ABADI NABABAN NIM. 06.13.197

Pekanbaru, Mei 2016

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN SEKOLAH TINGGI THEOLOGIA ARASTAMAR RIAU

(STT STAR)

SALVATION & SPIRITUALITY

(sebuah studi reflektif mengenai keselamatan dan relevansinya terhadap kehidupan orang percaya)

Oleh: Doni Abadi Nababan

Abstraksi

(2)

constantly assails our own sense of honor. Second, Moses’ perspective also teaches us how to treat others. Christian are as guilty as the world in showing favoritism. (Richard Pratt Jr.)

Berbicara mengenai keselamatan sangatlah erat kaitannya dengan kehidupan spiritualitas seseorang, apabila seseorang tersebut telah menyadari dan memahami arti dan makna dari keselamatan yang telah ia peroleh, dan hal itu sangat mempengaruhi bagaimana kehidupan orang tersebut dalam kesehariannya. Pada bagian ini penulis ingin mencoba mengeksplorasi apa hubungan antara keselamatan dengan kehidupan ‘spiritualitas’ Kristen dengan penjelasan secara sistematis dan komprehensif serta penggunaan bahasa yang sederhana agar setiap orang yang membaca dapat dengan mudah untuk memahami isinya. Keyword : Keselamatan, Spiritualitas.

PENDAHULUAN

Setiap agama yang ada di dunia ini mengajarkan ajaran tetang soteriologi atau keselamatan. Namun masing-masing pengertiannya sangat berbeda dengan keselamatan dalam iman Kristen. Penekanan agama-agama lain dalam keselamatan pada umumnya adalah hukum kausalitas atau sebab-akibat, artinya mereka berpendapat bahwa keselamtan hanya diperoleh dengan perbuatan baik atau usaha manusia. Dengan perbuatan yang baik, manusia mendapatkan dan keselamatan setelah kematian.

Lalu bagaimana dengan pengertian dalam agama Kristen?, Menurut Jonar Situmorang (2015), soteriologi atau keselamatan adalah doktrin atau pengajaran tentang keselamatan yang dikerjakan oleh Allah dalam dan melalui Yesus Kristus. Disebut rencana keselamatan karena segala sesuatu yang berkaitan dengan karya keselamatan, sudah dirancang bahkan ditetapkan oleh Allah jauh sebelum manusia diciptakan. Rencana dan keputusan Allah untuk mengutus Yesus sebagai penebus dosa sudah dibuat Allah sebelum dunia dijadikan. (1 Petrus 1:20-21)1. Tetapi dalam tulisan ini penulis tidak hanya sekadar membahas keselamatan

sepenuhnya, namun juga menggali bagaiamana keselamatan itu dapat membawa setiap orang Kristen sampai kepada titik kehidupan spiritualitas yang baik dan benar.

Dewasa ini diakibatkan kurangnya minat seseorang (atau mungkin merasa tidak terlalu penting) untuk belajar secara komprehensif mengenai pengajaran dan doktrin agamanya, maka hal tersebut dapat membuat orang itu tidak mampu merefleksikan ajaran agamanya dalam kehidupan nyata, karena tidak adanya keyakinan dan kepastian yang telah ia ketahui dan pegang erat. Maka, berangkat dari asumsi di atas, penulis ingin menjelaskan secara singkat, padat dan jelas tentang keselamatan yang mempengaruhi tingkat spiritualitas seseorang.

(3)

APA ITU KESELAMATAN ?

Namun pertama-tama perlu untuk memahami apa yang dimaksudkan dengan keselamatan secara spesifik dan lebih luas, baik itu secara umum maupun khusus. Secara umum istilah Selamat atau Keselamatan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan,

Selamat: terbebas dari bahaya, malapetaka, bencana; tidak kurang suatu apa; tidak mendapat gangguan; kerusakan, dsb. Keselamatan: perihal (keadaan, dsb) selamat; kesejahteraan; kebahagiaan dsb.2

Dalam Ensiklopedia Alkitab masa kini, Keselamatan, Ibrani yesyu’a dan Yunani

Soteria, berarti tindakan atau hasil dari pembebasan atau pemeliharaan dari bahaya atau penyakit, mencakup keselamatan, kesehatan dan kemakmuran. Pergeseran arti ‘keselamatan’ dalamn Alkitab bergerak dari ihwal fisik kelepasan moral dan spiritual. Demikianlah bagian-bagian paling depan PL berkembang dari menekankan cara-cara hamba Allah yang secara perseorangan terlepas dari tangan musuh-musuh mereka, ke pembebasan umat-Nya dari belenggu dan bermukimnya di tanah yang makmur; bagian-bagian paling akhir PL memberikan tekanan yang lebih besar pada keadaan-keadaan dan kualitas-kualitas kerterberkatan secara moral dan religius, dan memperluasnya sampai melampaui batas-batas kebangsaan. PB dengan jelas menunjukkan keterbukaan manusia kepada dosa, bahaya dan kekuatan dosa, dan kelepasan dari dosa yang hanya dapat diperoleh dalam Kristus. Alkitab memberikan pernyataan-pernyataan yang makin lama makin jelas tentang bagaimana Allah menyediakan dasar keselamatan, menwarkannya, dan bagaimana Dia sendiri pada diri-Nya adalah satu-satunya keselamatan manusia.3

Secara khusus arti keselamatan dalam bahasa Yunani kata kerjanya adalah (sozo) yang berarti “menyelamatkan” dalam bahasa ibrani (palingenesia), (to save); kata bendanya adalah (soteria) yang berarti “keselamatan” (salvation), “kelepasan” (deliverance), “perlindungan” (preservation).4 Manusia diciptakan dalam keadaan kudus dan tanpa dosa oleh Allah.

Manusia diciptakan sempurna adanya. Manusia pertama yaitu Adam dan Hawa hidup dalam keadaan yang tak bercacat dan tak bernoda dan Allah memberikan perintah kepada mereka untuk memlihara taman Eden. Manusia diciptakan oleh Allah dengan kehendak bebas (free will) dan bebas memilih yang baik dan yang jahat. Tetapi, karena memilih yang salah maka

2 Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ke-IV (Gramedia Pustaka : Jakarta, 2008).

3 J.D. Douglas, Ensiklopedia Alkitab Masa Kini, Jilid II (YKBK: Jakarta, 2011) hal. 375.

(4)

hubungan dengan Allah putus dan secara rohani mengalami kematian. Dengan demikian keselamatan dibutuhkan oleh orang-orang sudah mengalami kematian rohani.5

Menurut hemat penulis, keselamatan dalam iman Kristen adalah sebuah tindakan nyata yang di kerjakan oleh Allah kepada manusia untuk melepaskan manusia dari belenggu dosa, dan di tebus dari pasar dosa (agorazo/eksagorazo) yang bertujuan agar manusia itu mendapatkan hidup yang baru, hidup yang utuh, dan hidup yang mulia. Dengan itu, manusia akan menyadari dan mengalami sendiri bagaiman karya keselamatan yang diberikam Allah kepada manusia sehingga manusia akan kagum terhadap tindakan Allah yang telah menunjukkan kasih-Nya. (bdk. Yoh 3:16).

APA ITU SPIRITUALITAS ?

Tidak tidak ada satu defenisi secara luas yang disepakati tentang spiritualitas, para ilmuwan sosial telah menetapkan spiritualitas sebagai pencarian untuk yang dikaitkan dengan kudus, untuk sesuatu yang diatur terpisah dari umumnya dan pantas dihormati. Dimensi transenden dalam pengalaman manusia ditemukan saat-saat dimana pertanyaan individu tentang makna keberadaan secara pribadi dan upaya untuk menempatkan diri dalam konteks ontologis6 yang lebih luas.7

Menurut Waaijman, arti tradisional dari spiritualitas adalah proses re-formasi yang “bertujuan utnuk memulihkan bentuk asli manusia, sebagai gambar Tuhan”. Untuk mencapai hal ini, re-formasi yang berorientasi pada cetakan, yang merupakan bentuk asli watak: dalam Taurat Yudaisme, dalam agama Kristen, dalam Buddha. Pada zaman modern spiritualitas telah datang yang berarti pengalaman internal dari individu. Ini masih menunjukkan suatu proses transformasi, tetapi dalam konteks yang terpisah dari lembaga keagamaan yang terorganisir: “spiritualitas tetapi tidak religius”. Houtman dan Aupers menunjukkan bahwa spiritualitas modern merupakan perpaduan antara psikologi Humanistik, mistis dan tradisi esoteris8 dan agama-agama timur.9 Waaijman menunjukkan bahwa “spiritualitas” adalah

hanya salah satu istilah dari berbagai kata-kata yang menunjukkan praksis spiritualitas.10

5 Daun, Paulus, Keselamatan Dalam Kitab Roma(Yayasan Daun Family: Manado, 1994).

6 Ontologis adalah cabang ilmu filsafat yang berhubungan dengan hakikat hidup (mis: alasan,tujuan,dsb.)

7 Saucier, Spiritual but Not Religius, 2007.

8 Esoteris artinya bersifat khusus, rahasia.dsb.

9 Dikutip dari jurnal ilmu pengetahuan & religus online (Houtman, Dick;Aupers,Stef (2007) The Spiritual Turn and the Decline of Tradition: The Spread of Post-Christian Spirituality in 14 Western Countries, 1981-2000”, Journal for the secientific Study of Religion. 46 (3): 305-320).

Link: http://onlinelibrary.wiley.com/journal/10.1111/%28ISSN%291468-5906

(5)

Secara etimologi, istilah Spirit berarti “hal yang menjiwai atau prinsip vital dalam manusia dan hewan”. Kata ini berasal dari bahasa Perancis kuno (Old French) Espirit, yang berarti dari akta Latin Spiritus, artinya “jiwa, keberanian, semangat, nafas”, dan berhubungan dengan Spirare, “bernafas”. Dalam Vulgata dari kata Latin Spiritus digunakan untuk menerjemahkan istilah Yunani Pneuma (angin,nafas, roh)11dan Ibrani Ruah.(nafas, roh).12

Menurut Kamus Multi Terminologinya Stenly R. Paparang, Spiritual: batin (rohani); berkenaan dengan jiwa atau agama, dan Spiritualitas: kerohanian; kejiwaan; kehidupan rohani; keadaan ciri dan sebagainya.13

Tischler (2002) menuliskan bahwa spiritualitas berhubungan dengan emosi atau perilaku dan sikap tertentu dari seorang individu. Menjadi seorang yang spiritual berarti menjadi seorang yang terbuka, memberi, dan penuh kasih. Spiritualitas adalah kebutuhan bawaan manusia untuk berhubungan dengan sesuatu yang lebih besar dari diri manusia itu. Istilah “sesuatu yang lebih besar dari manusia” adalah sesuatu yang di luar diri manusia dan menarik perasaan akan diri orang tersebut.14

Wigglesworth membagi pengertian spiritualitas ini menjadi dua komponen, yakni secara vertika dan horizontal :15

 Komponen vertical, yaitu sesuatu yang suci, tidak berbatas tempat dan waktu, sebuah kekuatan yang tinggi, sumber, kesadaran yang luar biasa. Keinginan untuk berhubungan dengan seuatu yang transenden dan ingin diberi petunjuk olehnya.

 Komponen horizontal, yaitu melayani teman-teman manusia dan planet secata keseluruhan.

Komponen vertikal dari Wigglesworth seiras dengan pengertian spiritualitas dari Scheurs (2002) yang memberikan pengertian spiritualitas sebagai hubungan personal terhadap sosok transenden. Spiritualitas mencakup inner life individu, idealisme, sikap, pemikiran, perasaan, dan pengharapannya terhadap yang mutlak. Spiritualitas juga mencakup bagaiman individu mengekspresikan hubungannya dengan sosok transenden tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu juga sejalan dengan pendapat Elkins (1988) yang mengartikan spiritualitas sebagai suatu cara menjadi dan mengalami sesuatu yang datang melalui kesadaran akan 11 Barclay, M. Jr. Kamus Yunani-Indonesia(BPK Gunung Mulia: Jakarta, 2011).

12 D.L Baker, Kamus singkat Ibrani-Indonesia(BPK Gunung Mulia: Jakarta, 1997).

13 Stenly R. Paparang, Kamus Multi Terminologi(DELIMA: Departemen Literatur dan Media Arastamar) SETIA, Jakarta, 2012.

14 Tischler, Spirituaity in Business: Theory, Practice, and Future Direction(USA Press: 2008).

(6)

dimensi transenden dan memiliki karakteristik beberapa nilai yang dapat di identifikasi terhadap diri sendiri, kehidupan, dan apa pun yang di pertimbangkan seseorang sebagai yang kuasa. Sedangkan komponen horizontal dari Wigglesworth sependapat dengan pengertian spiritualitas dari Fernando (2006), yang mengatakan bahwa spiritualitas juga bisa tentang perasaan akan tujuan, makna, dan perasaan terhubung dengan orang lain. pendapat ini tidak memasukkan agama dalam mendefinisikan spiritual dan spiritualitas. Spiritualitas dapat di ekspresikan dalam kehidupan sehari-hari termasuk juga di dalam pelayanan.

Spiritualitas yang digunakan dalam pembahasan ini mengacu pada kedua-duanya, baik secara horizontal dan vertikal, yaitu spiritualitas sebagai suatu hal yang hubungan personal terhadap sosok yang bersifat transendental dan dengan perlikau atau sikap tertentu dari seorang individu, menjadi seorang yang terbuka, memberi, dan penih kasih terhadap sesama manusia.

SPIRITUALITAS KRISTEN

Spiritualitas Kristen adalah keberadaan seseorang yang berada di dalam relasi yang benar dengan Allah, sesama, dan ciptaan yang lain. yang dimaksudkan dengan benar disini bukan berbicara tentang what is (apa yang terjadi), melainkan what ought to (apa yang seharusnya terjadi). Pada waktu kita berbicara tentang apa yang seharusnya terjadi, maka tentu saja sebagai orang Kristen kita mengacunya pada apa yang dinyatakan oleh Firman Tuhan. Sejak Allah menciptakan segalanya, Ia telah menetapkan dan yang merupakan mandat budaya bagi manusia, yaitu, Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.” Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. Allah memberkati mereka; penuhilah bumi dan tahlukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi” (Kej. 1:26-28).

(7)

Ayat-ayat di atas menyatakan bahwa sejak awal manusia diciptakan untuk menjadi gambar Allah (imago Dei), yaitu seorang yang merefleksikan kemuliaan Allah dalam seluruh aspek hidupnya. Sedangkan relasi dengan ciptaan lain adalah relasi antara penguasa dan yang dikuasai, pengola dan yang dikelola, serta pemeihara dan yang dipelihara. Semua itu dijalankan berdasarkan pada wibawa dan aturan ilahi yang diberikan kepada manusia.

Seiras dengan pendapat Rahmiati Tanudjaja (2002) menulis, spiritualitas menurut Firman Tuhan adalah keberadaan seseorang yang tahu bagaimana ia harus berelasi dengan Tuhan, sesama, dirinya sendiri dan ciptaan lain dan hidup berdasarkan apa yang ia tahu tersebut. Pengetahuan itu tidak bersumber dari pola pikir manusia melainkan harus bersumber dari pola pikir Allah yang telah dinyatakan melalui Firman-Nya. Ia sebagai pencipta segala sesuatu di dunia ini, Ia jugalah yang mengetahui bagaimana semua ciptaan-Nya harus menjalani kehidupan mereka masing-masing.16

DINAMIKA SPIRITUALITAS KRISTEN

Spiritualitas Kristen merupakan relasi antara pribadi yang utuh dengan Roh Allah yang meneguhkan pengakuan dan pernyataan perjanjiannya di dalam Yesus Kristus sebagai jalan kebenaran dan hidup yang baru di mulai setelah pembebasan dari kuasa dosa dan maut.17 Telah berjalan berabad-abad sejak berdirinya kekristenan sampai kini, bahwa

kerohanian orang percaya tidak hanya “tindakan instan sekali selamanya oleh pekerjaan Roh Kudus” yang menghasilkan pertobatan dan lahir baru (regenerasi). Kerohanian (spiritualitas) itu ibarat benih yang memiliki potensi untuk tumbuh dan berkembang dalam pengenalan akan Kristus sampai “kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahun yang benar tentang anak Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus” (Ef. 4:13). Dinamika atau penggerak kehidupan spiritual Kristen oleh Rasul Paulus di uraikan berkenaan langsung dengan peranan Roh Kudus dalam perkembangan watak Kristiani. Roh yang melampaui batas-batas alamiah akan mendorong dan mengarahkan pada pertumbuhan rohani yang dinamis dan makin dewasa dalam pengenalan akan Yesus Kristus. Paulus sadar bahwa untuk perkembangan watak spiritual membutuhkan dorongan adikodrati dan hal ini nampak jelas dalam penggunaan istilah buah berbentuk tunggal (Gal. 5:22) untuk memperlihatkan bahwa semua sifat yang disebutkannya

16 Tanudjaja, Rahmiati, Anugerah Demi Anugerah dalam Spiritualitas Kristen yang Sejati, Veritas (Jurnal Teologi dan Pelayanan), (SAAT: Malang, 2002). Hal. 177.

(8)

merupakan suatu keseluruhan yang padu, yaitu watak yang dipenuhi Roh.18 Maka dapatlah

kita simpulkan bahwa pentingya peranan Roh Kudus dalam menggerakkan kehidupan spiritualitas Kristen menjadi lebih baik lagi, oleh sebab itu haruslah setiap orang percaya meminta bimbingan dan pendampingan dari Roh Kudus agar di mampukan untuk memiliki dan mejalani kehidupan spiritualitas yang baik.

HUBUNGAN ANTARA SPIRITUALITAS & KESELEMATAN

Seperti yang telah kemukaan pada pendahuluan bahwa dalam agama lain penekanan keselamatan itu adalah perbuatan baik atau usaha manusia. Dengan perbuatan yang baik manusia mendapatkan ketenangan dan keselamatan. Hal ini sangat berseberangan dengan iman Kristen.

Yang pertama harus diakui bahwa era pascamodern membawa pengaruh yang signifikan bagi kebangkitan spiritualitas, seperti yang dikemukakan oleh David B. Perrin:

“People continue to search for meaning in life that takes them beyond the answers that rational thought, accumulation of material good, position of power and influence, or sometimes even the organized religius can provide. This search led many to open up the mysterius and sacred dimension of life in new ways - ways that have lead to proliferation of new spiritualities”.19

Pengaruh pacsamodernisme juga berdampak pada kekristenan dalam memandang spiritualitas Kristen. Spiritualitas Kristen dipandang sebagai aspek penting yang harus diberi ruang utama selain doktrin.

Keselamatan merupakan penerapan karya Kristus terhadap kehidupan seseorang. Oleh karena itu, doktrin keselamatan ini memiliki daya tarik dan hubungan khusus karena berkaitan langsung dengan keputusan seseorang yang paling penting.20

Milliard (1958) mengatakan, panggilang khusus (keselamatan/pilihan) secara logis mendahului pertobatan dan menuntun kepada pertobatan itu. Sampai di sini kita harus bertanya apakah kelahiran kembali juga mendahului pertobatan atau justru sebaliknya.21

Masalah ini yang secara tradisional telah memisahkan golongan Armenian dengan golongan Calvinis. Golongan Armenian bersikeras bahwa pertobatan itu merupakan suatu prasyarat

18 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru(BPK Gunung Mulia, Jakarta 1993). Hal. 197-198.

19 Ester Gunawan, yang dikutip dari David B. Perrin, studying Christian Spirituality(New York: Routlege, 2007). Hal. 84.

20 Milliard. J Erickson, Teologi Kristen(Gandum Mas: Jakarta, 2004). Hal. 69.

(9)

kepada kelahiran kembali.22 Jadi menurut golongan Armenian seseorang bertobat dan menjadi

percaya, oleh karena itu Allah menyelamatkan dan mengubah dia dan kehidupan spiritualnya. Di pihak lain, golongan Calvinis beranggapan bahwa apabila semua orang betul-betul orang berdosa, sama sekali rusak moral (total depravity) dan tidak mampu menaggapi anugerah Allah, maka tidak mungkin ada orang yang bertobat kecuali dia lebih dulu dilahirkan kembali kembali oleh Allah. Pertobatan dan iman bukan merupakan kemampuan manusia.23 Namun

demikian bukti dari Alkitab menunjukkan bahwa yang patut didukung sebenarnya adalah pandangan bahwa pertobatan mendahului kelahiran kembali. Diantaranya terdapat tanggapan Paulus kepada kepala penjara di Filipi, dalam hal ini penulis sependapat dengan pernyataan Milliard J. yang menganggap bahwa kelahiran kembali merupakan bagian dari penyelamatan, “percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat; engkau dan seisi rumahmu” (Kis. 16:31).24

Apa pun itu yang menjadi pendapat dari beberapa golongan tertentu, yang pasti keselamatan dan spiritualitas dalam ke-Kritstenan memiliki hubungan yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Selaras dengan pendapat Simon Chan (2002) yang menuliskan, memahami keselamatan sebagai proses yang progresif memberinya arah dan tujuan; memahaminya sebagai proses dengan banyak segi memberinya kekayaan dan kedalaman. Pemahaman rentang keselamatan memenuhi syarat untuk mengembangkan teologi rohani yang sesuai. Tidak mengherankan jika dipahami Injili popular, yang menekankan pengalaman pertobatan melaui krisis secara berlebihan, muncul dengan “Spiritualitas” khusus dan satu demi satu, tetapi ia harus menghasilkan teologi rohani secara sistematis.25

Menurut hemat penulis, keselamatan dan spiritualitas adalah sebuah hal yang berkesinambungan, atau merupakan sebuah tindak lanjut, mengapa demikian?, karena setelah memahami arti dan makna keselamatan dengan benar dan meyakini dengan pasti bahwa keselamatan telah di terima oleh seseorang, maka keyakinan itu akan membawa orang tersebut kepada kehidupan rohani (spiritualitas) yang baik. Selaras dengan pandangan Reformed mengenai kelahiran kembali dan hubungannya dengan keselamatan yaitu

22 Milliard, yang dikutip dari (H. Orton Wiley, Christian Theology(Kansas City, Mo: Beacon Hill, 1958). Vol. 2. Hal.378.

23 John Murray, Penggenapan & Penerapan Penebusan (Momentum: Surabaya, 2010).

24 Milliard, Op.Cit. hlm. 138

(10)

hubungan sebab-akibat26 (Kausalitas)27, menurut mereka perubahan hidup (spiritualitas) itu

dicerminkan dalam kehidupan yang disadari sebagai suatu panggilan yang berkuasa dari Allah28. Dan sebaliknya, menurut penulis, apabila seseorang belum memahami apa arti dari

keselamatan dan belum meyakinkan dirinya akan keselamatan, maka orang tersebut hanya memiliki kehidupan rohani yang biasa-biasa saja. berbeda dengan kalangan lainnya yang beranggapan bahwa keselamatan diperoleh dengan cara melakukan tindakan moral. Ini merupakan pemahaman yang salah dalam iman Kristen yang sesungguhnya, karena keselamatan tidak diperoleh karena mutu kehidupan rohani yang baik, melainkan kehidupan rohani yang baik (spiritualitas) adalah hasil dari pemahaman dan keyakinan tentang keselamatan yang baik dan benar. Jadi setiap orang Kristen yang belum memiliki kehidupan rohani (spiritualitas) yang baik, maka dapatlah kita berpendapat bahwa orang tersebut belum, menerima, memahami dan yakin akan keselamatan yang telah ditawarkan oleh Yesus Kritus.

Dalam buku “Katekismus Singkat Westminster I” menulis jawaban atas pertanyaan: “Apakah yang dimaksud dengan pertobatan yang memimpin kepada hidup?” inilah jawaban yang diberikan :

“Pertobatan yang memimpin kepada hidup adalah anugerah yang menyelamatkan, yang dengannya seorang berdosa, oleh suatu kesadaran sejati akan dosanya, dan pemahaman akan belas kasihan Allah di dalam Kristus, dengan kesedihan dan kebencian yang sungguh-sungguh terhadap dosa, berpaling dari dosa kepada Allah, dengan ketetapan hati, serta usaha yang sungguh-sungguh untuk mencapai ketaatan baru.”29

Kehidupan Kristen, menurut sifatnya maupun defenisinya, merupakan kehidupan yang sangat berbeda dengan cara hidup kita sebelumnya. Berbeda dengan suatu kehidupan yang mati di dalam dosa dan pelanggaran, kehidupan Kristen merupakan suatu kehidupan yang baru.30Kehidupan yang baru dalam hal harus kita pahami sebagai spiritualitas Kristen.

Dalam Kisah Para Rasul kita dapat menjumpai Pertus sedang menganjurkan perubahan arah hidup, “Karena itu sadarlah dan bertobatlah, supaya dosamu dihapuskan” (Kis. 3:19). Artinya perubahan arah hidup sesorang (spiritualitas) tidak terlepas dari iman dan keselamatan yang telah ia terima dan yakini. Seperti yang dikatakan oleh Milliard, pertobatan (metanoia) merujuk kepada tanggapan manusia atas tawaran keselamatan serta pendekatan dari pihak Allah.

26 Berkhof, Louis, Teologi Sistematika, Doktrin Keselamatan(Momentum: Surabaya, 2012) hal. 129

27Kausalitas adalah istilah filsafat yang artinya hubungan sebab-akibat. (sesuatu hal dapat terjadi adalah akibat dari sesuatu yang lainnya)

28Ibid, Berkhof, hal. 130.

29 Williamson, G.I, Katekismus Singkat Westminster 1(Momentum : Surabaya, 1999).

(11)

(Jonar Situmorang: 2015), menulis, dalam kekritstenan, pertobatan merupakan bukti responnya atas hal yang dipercayai dan di imani (keselamatan). Boleh saja seseorang berkata bahwa dirinya adalah orang beriman dan percaya kepada Tuhan Yesus. Namun, bila tidak disertai dengan pertobatan dalam hidupnya maka keimanannya itu patut dipertanyakan.31

Pertobatan selalu mempunyai arti berbalik dari jalan semula, berubah/berbalik dari dosa dan dari jalan kita sendiri, kepada Allah. Intinya adalah pertobatan itu menuju pada perubahan, yang tentunya ke arah yang baik dan benar. Berangkat dari pemahaman inilah saya selalu belajar untuk menjalani setiap proses kehidupan menuju ke arah yang lebih baik lagi, kembali kepada hakikatnya yang semula, yaitu semua manusia diciptakan termasuk saya adalah menurut gambar dan rupa Allah (Imago Dei).

KESIMPULAN

Kehidupan spiritualitas yang baik merupakan konsekuensi logis dari keselamatan yang telah di terima oleh seseorang yang percaya kepada Kristus yang adalah Juruselamat bagi dunia (Yoh 3:16). Itulah sebabnya mengapa Rasul Paulus menuliskan surat kepada jemaat yang berada di Filipi untuk tetap mengerjakan keselamatan mereka (Filipi 2:12), artinya ada sebuah perintah yang menekankan sebuah tindakan nyata, baik itu pelayanan kepada Tuhan, maupun terhadap sesama manusia sebagai tanda rasa ucapan syukur mereka bahwa mereka telah memperoleh kehidupan kekal tersebut. Kecerdasan spiritualitas (SQ) tidak pernah terlepas dari relasi seseorang dengan Allah, dan kecerdasan itulah yang akan membawa orang tersebut kepada kecerdasan emosional (EQ) dan intelektualnya (IQ) yang membuat hubungannya juga baik dengan sesama dan lingkungannya dimana ia berada. Apabila ia menghendaki hidupnya diperkenan oleh Allah, maka tolak ukur Allah harus menjadi acuan di dalam hidupnya.

Tesis pertama dari 95 Tesis Luther berbunyi demikian: “Tuhan dan Guru kami Yesus Kristus, ketika Dia berkata, Poenitentiam agite, berkendak agar keseluruhan hidup orang-orang percaya haruslah merupakan pertobatan”. Kata-kata ini menggarisbawahi suatu hal yang amat penting mengenai pertobatan. Calvin, tokoh besar reformasi lainnya, mengemukakan hal yang sama:32

31 Situmorang, Jonar, Soteriologi, Doktrin Keselamatan, (ANDI: Yogyakarta, 2015). hlm. 93.

(12)

Tentu saja pemulihan gambar Allah (Imago Dei) tidak terjadi dalam sekejap atau satu hari atau satu tahun; tetapi melalui kemajuan yang bertahap dan terkadang bahkan perlahan, Allah menghapuskan dari diri kaum pilihan-Nya kecemaran daging, membersihkan mereka dari kesalahan, menguduskan mereka bagi diri-Nya sendiri sebagai bait-Nya, membaharui pikiran mereka semuanya menjadi kemurnian sejati, agar mereka dapat menjalankan pertobatan di sepanjang hidup mereka dan tahu bahwa peperangan ini hanya akan berakhir saat mereka mati.33 Artinya, agar kehidupan spiritualitas seseorang menjadi lebih baik dan

mengalami proses pertobatan untuk pemulihan gambar Allah, harus terjadi secara terus-menerus, dan tidak dapat hanya terjadi sekali, melainkan berlangsung sampai akhir hayat orang tersebut.

Melalui tulisan singkat ini penulis berharap dapat memberikan kontribusi yang positif dan bahan refleksi untuk pertumbuhan iman para pembaca pada umumnya dan khusunya untuk setiap mahasiswa/I Sekolah Tinggi Teologi Arastamar Riau (STT STAR) yang sedang menjalani proses studi dan masa pembentukan, agar setiap progress pertumbuhan kita dalam segala hal harus ke arah Kristus (Ef. 4:15) sehingga kita dapat mempersembahkan suatu kehidupan yang kudus dan yang berkenan kepada Allah. “sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia : Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!” (Roma 11:36).

~ Laus Deo ~

DAFTAR PUSTAKA

Anthony, Hoekema, Diselamatkan Oleh Anugerah, Momentum: Surabaya, 2010 Barclay M. Jr., Kamus,Yunani-Indonesia, BPK Gunung Mulia : Jakarta, 2011

Berkhof, Louis, Teologi Sistematika, Doktrin Keselamatan, Momentum: Surabaya, 2012 Calvin,Yohanes, Institutio, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1980

Daun, Paulus, Keselamatan Dalam Kitab Roma, Yayasan Daun Family : Manado, 1994 David B. Perrin, Studying Christian Spirituality, New York: Routlege, 2007

(13)

D.L. Baker, Kamus singkat Ibrani-Indonesia, BPK Gunung Mulia : Jakarta, 1997

Hasan,Sutanto. Perjanjian baru Interlinear Yunani-Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru (PBIK), Jilid II, LAI : Jakarta, 2004

J.D Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Jilid II, YKBK: Jakarta, 2011

John Murray, Penggenapan & PenerapanPenebusan, Momentum: Surabaya, 2010 Lembaga Alkitab Indonesia (LAI), Jakarta.

Milliard, J. Erickson, Teologi Kristen, Gandum Mas : Jakarta, 2004 Saucier , Spiritual but Not Religius, 2007.

Sanders, Oswald, Roh Kudus Penolong Kita, YKBK : Jakarta, 1965

Stenly R. Paparang, Kamus Multi Terminologi (DELIMA: Departemen Literatur dan Media Arastamar) SETIA Jakarta. 2012.

Smith, Wigglesworth, On Spiritual Gifts, Whitaker House: 1998

Sinclair B. Ferguson, J.I Packer, David. F. Wright, New Dictionary of Theology, InterVarsity Press: USA, 1988

Situmorang, Jonar, Soteriologi, Doktrin Keselamatan, ANDI: Yogyakarta, 2015 Simon, Chan, Spiritual Theology, ANDI: Yogyakarta, 2002

Tischler, Spirituality in Business: Theory, Practice, and Future Directions, USA Press: 2008

Tim Penyusun, Kamus Besar bahasa Indonesia, Edisi Ke-IV,Gramedia Pustaka: Jakarta, 2008

Williamson, G.I, Katekismus Singkat Westminster 1, Momentum: Surabaya, 1999 Waaijman , Kees, Spirituality, Forms, Foundation, Methods, Peeters, 2002

Jurnal Ilmu Pengetahuan & Teologi

Esther Gunawan, Veritas (Jurnal Teologi dan Pelayanan) (SAAT: Malang 2013).

Houtman, Dick; Aupers, Stef (2007), "The Spiritual Turn and the Decline of Tradition: The Spread of Post-Christian Spirituality in 14 Western Countries, 1981-2000",

Dikutip dari jurnal ilmu pengetahuan dan religious (Journal for the Scientific Study of Religion) Link : http://onlinelibrary.wiley.com/journal/10.1111/%28ISSN%291468-5906. Tanudjaja, Rahmiati, Anugerah Demi Anugerah dalam Spiritualitas Kristen yang Sejati,

(14)

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan pekerja yang bekerja dengan sikap batang badan cenderung kombinasi baik tegak, membungkuk, miring, atau memutar yang lain mempunyai risiko 2,68 kali lebih besar

Serangan Organisma Pengganggu Tumbuhan (OPT) tahun 2015 yang dilaporkan oleh Pangamat Hama Perkebunan (POPT Perkebunan) ke Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten

Dari hasil analisa yang sudah dilakukan rancangan masuk dalam kategori aman, sehingga sebelum dilakukan proses pembuatan dibuat gambar teknik yang dilengkapi dengan gambar

Dalam kontek hukum Internasional tidak terdapat satupun definisi atau pengertian yang baku mengenai apa yang dimaksud dengan pelanggaran berat HAM, tetapi

Identitas nasional secara terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa yang lain.Berdasarkan

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat yang telah diberikanNya sehingga Tugas Akhir ini dapat diselesaikan. Tugas Akhir dengan judul “ANALISIS PERBAIKAN PELAYANAN

Mempertimbangkan bahwa indicator miskin dan rentan miskin dari BPS tidak sesuai dalam mengukur kebutuhan difabel atas jaminan kesehatan, maka kepesertaan JAMKESSUS

Menghitung hasil modifikasi perencanaan Trial and Error.. Jumlah kebutuhan material beton, baja tulangan dan nilai efisiensinya pada Lantai 1 Gedung Pascasarjana UMS hasil