• Tidak ada hasil yang ditemukan

Arsitektur Ruang Pendidikan Islam di Lin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Arsitektur Ruang Pendidikan Islam di Lin"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ARSITEKTUR RUANG PENDIDIKAN ISLAM DI LINGKUNGAN MINORITAS

MUSLIM SEBAGAI CERMINAN DAKWAH ISLAM

Studi Kasus: Yayasan Anak Emas, Kota Denpasar, Provinsi Bali

Andika Saputra Alumni S-2 Teknik Arsitektur Universitas Gadjah Mada

Sleman, Yogyakarta, Indonesia e-mail: andikasapoetra87@yahoo.com

Muhammad Rochis Alumni S-1 Teknik Arsitektur Universitas Warmadewa

Denpasar, Bali, Indonesia

e-mail: muhammadrochis_90@yahoo.com

Abstract

Islam require followers to search of knowledge (al-ilm), so the space of Islamic education has an important role for Muslim in Province of Bali. Through the visual structure of the architectural space of Islamic education can be seen the strategy of da'wah of Islam in Province of Bali. This early study aim to acknowledging the strategy of da’wah of Islam in the minority neighborhood of Muslim which is reflected from the architectural space of Islamic education. This study use a qualitative-inductive method with a variables (1) the arrange order of space; and (2) the forming element of space. Locus of this study in Denpasar City and the object of study used Yayasan Anak Emas. The findings showed that (1) the open space in front of the area of education and not-massive fence aim to give the openness impression which is a reflection of community of Muslim that is open to all society; and (2) the fusion forming element of space between the Balinese style architecture, modern architecture, and the characteristic of identity of Islam aim to reflect the strategy of da'wah of Islam that respect local culture which is not contrary with Islam and means that Islam is relevant for all time and personality of Muslim which openness to the times and life in accordance with Islamic value.

Keywords: architectural space of Islamic education, minority neighborhood of Muslim, da’wah of Islam

Abstrak

Islam mewajibkan umatnya untuk mencari dan menguasai ilmu, sehingga ruang pendidikan Islam memiliki peran penting bagi umat Islam di Provinsi Bali. Melalui struktur visual arsitektur ruangnya dapat diketahui strategi dakwah Islam di Provinsi Bali. Kajian awal ini bertujuan untuk mengetahui strategi dakwah Islam di lingkungan minoritas Muslim yang tercermin dari arsitektur ruang pendidikan Islam. Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, kajian ini menggunakan metode kualitatif-induktif dengan variabel (1) tata atur ruang; dan (2) elemen pembentuk ruang. Lokus kajian di Kota Denpasar yang merupakan kabupaten di Provinsi Bali dengan jumlah umat Islam terbanyak dan obyek kajian adalah Yayasan Anak Emas yang merupakan pelopor pendidikanplaygroupdi Provinsi Bali. Hasil kajian menunjukkan bahwa (1) ruang terbuka di area depan ruang pendidikan dan pagar pembatas yang tidak masif bertujuan untuk memberikan kesan keterbukaan yang merupakan cerminan umat Islam yang terbuka kepada seluruh kalangan dan lapisan masyarakat; dan (2) perpaduan elemen pembentuk ruang antara arsitektur gaya Bali, arsitektur modern, dan ciri khas identitas Islam bertujuan untuk mencerminkan strategi dakwah Islam yang menghargai budaya setempat yang tidak bertentangan dengan Islam serta memiliki makna bahwa Islam relevan sepanjang zaman dan kepribadian umat Islam yang membuka diri dari perkembangan zaman dan hidup sesuai dengan nilai-nilai Islam.

Kata kunci: arsitektur ruang pendidikan Islam, lingkungan minoritas Muslim, dakwah Islam

Pendahuluan

Ziauddin Sardar1menyatakan bahwa, sepanjang sejarahnya masyarakat Islam dikenal sebagai masyarakat ilmu dikarenakan Islam mendorong batasan potensial umatnya untuk mencari ilmu sebagai wujud penghambaan dirinya kepada Allah

Subhaanahu wa Ta’ala. Giatnya umat Islam mempelajari ilmu yang ditunjukkan sepanjang

sejarah Peradaban Islam dikarenakan Islam menempatkan ilmu sebagai landasan amal, sehingga mempelajari dan menguasai ilmu merupakan kewajiban bagi seluruh umat Islam, sebagaimana perintah Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam

berikut,

(2)

Menurut Imam Muhammad bin Abdul Wahhab, menguasai ilmu adalah langkah pertama sebelum beramal, berdakwah, dan bersabar atas segala gangguan yang dihadapi di jalan dakwah3. Bagi umat Islam, menguasai ilmu tidak ditujukan untuk ilmu itu sendiri (scientism), namun untuk melakukan perbaikan (al-ishlah) terhadap diri sendiri, keluarga, masyarakat dan negara, sebagai wujud penghambaan dirinya kepada AllahSubhaanahu wa Ta’ala.

Tingginya kedudukan dan derajat ilmu di dalam Islam menjadikan ruang pendidikan Islam mendapatkan perhatian sejak awal dirintis dan dituntunkan oleh Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam dan sepanjang sejarah umat Islam hingga masa kini yang terus mengalami perkembangan seiring dengan berjalannya waktu dan kebutuhan umat. Konsistensi perhatian umat Islam terhadap ruang pendidikan Islam sepanjang sejarah menjadikannya memiliki kelebihan dan kekuatan serta telah memberikan sumbangan yang besar bagi gerakan keilmuan, kebudayaan, dan Peradaban Islam4.

Bercermin dari ruang pendidikan Islam yang dirintis oleh Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam, yaitu ash-shuffah, tidak saja secara fungsional merupakan tempat untuk menyampaikan dan memahami ilmu, namun juga merupakan ruang untuk merencanakan strategi dakwah5. Ruang pendidikan Islam sejak awal dirintisnya memiliki keterikatan dan tidak dapat dilepaskan dari kegiatan dakwah Islam, dikarenakan sebagaimana perkataan Imam Muhammad bin Abdul Wahhab bahwa mencari dan memahami ilmu adalah langkah awal untuk beramal dan berdakwah. Sehingga ruang pendidikan Islam merupakan cerminan dari Islam yang menempatkan ilmu-amal-dakwah-sabar sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan.

Begitu pula bagi umat Islam di Provinsi Bali yang hidup dan berkehidupan di tengah lingkungan mayoritas umat Hindu-Bali, ruang pendidikan Islam memiliki peran yang sangat penting. Di satu sisi untuk membentuk generasi umat yang memahami dan mengamalkan Islam secara kaffah, sehingga hidup di tengah lingkungan minoritas Muslim tidak menjadikan identitas ke-Islam-an umat hilang. Di sisi lain untuk membentuk generasi umat yang dapat menunjukkan bahwa Islam adalah rahmat bagi seluruh alam di tengah lingkungan minoritas Muslim.

Jumlah terbanyak umat Islam di Provinsi Bali terdapat di Kota Denpasar yang merupakan ibukota Provinsi Bali, sehingga menjadikannya sebagai pusat kegiatan pemerintahan, ekonomi, dan pendidikan bagi seluruh masyarakat Bali pada umumnya, dan umat Islam di Provinsi Bali pada khususnya, yaitu mencapai 135.861 jiwa6 pada tahun 2009 dengan menduduki peringkat kedua jumlah umat beragama terbanyak di Kota Denpasar setelah umat Hindu-Bali, yaitu mencapai angka 15,18%.

Hingga tahun 2009, di Kota Denpasar terdapat 31 ruang pendidikan Islam yang tidak tersebar merata di empat kecamatan Kota Denpasar dengan rincian 22 ruang pendidikan TK, 5 ruang pendidikan SD, 3 ruang pendidikan SMP, dan 1 ruang pendidikan SMA. Jika dibandingkan dengan jumlah umat Islam di Kota Denpasar, maka ruang pendidikan Islam yang tersedia masih kurang dari aspek jumlah, terkhusus pada jenjang pendidikan SD hingga SMA yang menjadikan umat Islam memberikan perhatian lebih dengan memanfaatkan secara maksimal ruang-ruang pendidikan Islam yang tersedia, baik secara fungsional maupun sebagai petanda citra Islam dan dakwah Islam di tengah lingkungan minoritas Muslim. Menggunakan pendekatan Amos Rapoport7, ruang pendidikan Islam secara arsitektural merupakan sebuah institusi yang dibangun dengan berbagai tujuan yang kompleks, tidak hanya sekedar struktur visual, namun memuat sejumlah makna untuk dikomunikasikan. Ruang pendidikan Islam tidak saja sekedar struktur fisik untuk memenuhi tingkat kebutuhan dan kenyamanan kegiatan yang diwadahi, namun melalui struktur fisiknya dapat diketahui gagasan, tujuan, dan pesan-pesan mengenai kegiatan dan identitas pihak pembangunnya. Dengan mengkaji ruang pendidikan Islam di Provinsi Bali secara arsitektural dapat diketahui strategi dakwah yang dilakukan umat Islam di lingkungan minoritas Muslim. Kajian ini merupakan kajian awal yang bertujuan untuk mengetahui strategi dakwah Islam di lingkungan minoritas Muslim yang tercermin dari arsitektur ruang pendidikan Islam. Hasil kajian ini dapat memberikan manfaat dalam tiga aspek. Pertama, bagi pelaku pendidikan Islam di daerah minoritas Muslim pada umumnya, dan di Provinsi Bali pada khususnya, hasil kajian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk menyesuaikan antara strategi dakwah dengan arsitektur ruang pendidikan Islam, sehingga gagasan dan tujuan dakwah yang ditetapkan tercermin dalam wujud arsitektur ruangnya. Kedua, bagi praktisi arsitektur, hasil kajian ini dapat digunakan sebagai panduan untuk melakukan kegiatan perancangan arsitektur ruang pendidikan Islam di lingkungan minoritas Muslim. Dan ketiga, hasil kajian ini dapat memperkaya khazanah keilmuan Arsitektur Islam mengenai arsitektur ruang pendidikan Islam yang pada masa mendatang dapat ditindaklanjuti dengan kajian-kajian serupa hingga dapat dirumuskan teori, konsep, dan prinsip arsitektur ruang pendidikan Islam, terkhusus pada konteks lingkungan minoritas Muslim.

Metode Penelitian

(3)

ruang pendidikan Islam sebagai cerminan dakwah Islam. Berdasarkan metode penelitian yang digunakan, lokus dan obyek kajian ditentukan dengan menggunakan teknik purposive, yaitu Kota Denpasar dikarenakan merupakan kabupaten di Provinsi Bali dengan jumlah umat Islam terbanyak dan obyek kajian Yayasan Anak Emas yang merupakan salah satu yayasan penyelenggara pendidikan Islam di Kota Denpasar berdasarkan pada beberapa pendekatan sebagai berikut:

1. Yayasan Anak Emas didirikan oleh Fauzi Hamid Basulthana, Lc, MpdI yang merupakan ulama dan tokoh umat Islam di Provinsi Bali yang dikenal dengan ciri khas metode dakwahnya yang kultural.

2. Yayasan Anak Emas didirikan atas inisiatif pribadi pendirinya yang tidak berafiliasi kepada salah satu organisasi masyarakat (ormas) Islam.

3. Yayasan Anak Emas merupakan pelopor pendidikanplaygroupdi Provinsi Bali.

Gambar 1. Peta lokasi ruang pendidikan Islam Anak Emas (Sumber: Berbagai sumber, 2014)

Yayasan Anak Emas hingga kini memiliki dan mengelola dua ruang pendidikan Islam di Kota Denpasar. Ruang pertama mewadahi pendidikan Islam jenjangToddler,Playgroup, dan Taman Kanak-Kanak, sekaligus kantor yayasan yang berlokasi di Jalan Teuku Umar No.17, Kecamatan Denpasar Barat. Dan ruang kedua mewadahi pendidikan Islam jenjang Sekolah Dasar yang berlokasi di Jalan Buana Raya No.99x Kecamatan Denpasar Barat.

Logika induksi merupakan pola penalaran dari khusus ke umum. Induksi sebagai metode penelitian

berangkat dari obyek kajian untuk merumuskan sebuah teori berdasarkan analisis dan abstraksi terhadap data-data yang didapatkan. Semakin banyak jumlah obyek kajian yang dilibatkan maka teori yang dibangun akan semakin kuat dan semakin luas persebaran obyek kajian yang dilibatkan maka teori yang dibangun akan semakin bersifat general.

Kajian awal ini yang melibatkan obyek kajian dalam jumlah dan lingkup yang terbatas menjadikan temuan kajiannya bersifat lokal, yaitu hanya berlaku pada obyek kajian yang dilibatkan. Seiring penambahan jumlah obyek kajian pada kajian-kajian selanjutnya yang berada di daerah yang berbeda serta didirikan dan dikelola oleh berbagai kalangan umat Islam yang berbeda akan didapatkan temuan kajian yang komprehensif serta temuan kajiannya bersifat general untuk dapat menjelaskan fenomena arsitektur ruang pendidikan Islam di Provinsi Bali sebagai cerminan dakwah Islam di lingkungan minoritas Muslim.

Dalam kajian awal ini digunakan variabel yang difungsikan sebagai panduan jalannya kajian, bukan difungsikan untuk verifikasi. Variabel yang digunakan meliputi (1) tata atur ruang; dan (2) elemen pembentuk ruang. Dalam kajian selanjutnya dapat dilakukan penambahan variabel kajian untuk didapatkan hasil kajian yang menyeluruh dari berbagai aspek arsitektural yang terkait dengan strategi dakwah Islam di lingkungan minoritas Muslim yang tercermin melalui ruang pendidikan Islam.

Diagram 1. Kerangka penelitian (Sumber: Analisis, 2014)

(4)

kisi-kisi wawancara yang bersifat terbuka untuk dilakukan pendalaman pada saat wawancara bersama narasumber. Penentuan narasumber menggunakan teknik purposive dengan pendekatan otoritas dan kepemilikan data obyek kajian. Narasumber yang digunakan dalam kajian awal ini adalah sebagai berikut:

1. Fauzi Hamid Basulthana, Lc, MpdI, sebagai pendiri dan pembina Yayasan Anak Emas. 2. Dianti Januliawati sebagai Kepala Sekolah

TK Anak Emas.

3. Ernawati sebagai Koordinator Kelompok Bermain TK Anak Emas.

4. Aris Fatmawati sebagai guru SD Anak Emas.

Dikarenakan keterbatasan waktu dan sifat kajian ini yang merupakan kajian awal, data non-fisik yang didapatkan belum mencapai taraf jenuh, sehingga pada kajian selanjutnya dapat dilakukan pendalaman data kepada narasumber di atas hingga mencapai taraf jenuh dan penambahan jumlah narasumber dengan menggunakan teknik snowball sampling sesuai arahan dari narasumber yang digunakan dalam kajian ini.

Profil Obyek

Yayasan Anak Emas didirikan oleh Fauzi Hamid Basulthana, Lc, MpdI dan istri pada 13 November 1997 yang didorong oleh rasa ketidakpuasan terhadap kualitas dan kuantitas pendidikan Islam di Bali pada umumnya, dan di Kota Denpasar pada khususnya, serta keinginan dan cita-cita untuk mendakwahkan Islam di tengah lingkungan minoritas Muslim melalui jalur pendidikan. Yayasan Anak Emas dengan slogannya Ilmu-Amal-Dakwah-Sabar ditujukan oleh pendirinya untuk melahirkan generasi emas umat Islam yang dapat menunjukkan dan mendakwahkan Islam yang merupakan rahmat bagi seluruh alam kepada seluruh kalangan dan lapisan masyarakat dan senantiasa dapat menjaga nama baik Islam di tengah lingkungan mayoritas non Muslim.

Awal mulanya Yayasan Anak Emas menggunakan nama Ad-Dzahabi yang diambil dari nama anak pertama pendiri dan terinspirasi dari nama seorang ulama besar, yaitu Imam Dzahabi. Penggunaan nama

Ad-Dzahabi mengalami hambatan dalam proses perizinan yayasan disebabkan merupakan nama Arab dan nama yang asing di tengah lingkungan mayoritas Hindu-Bali. Untuk memudahkan proses perizinan dilakukan perubahan nama menjadi Yayasan Anak Emas yang tetap digunakan hingga kini.

Awal mula berdiri dan menjalankan kegiatan pendidikannya banyak pihak, baik dari kalangan pemerintah maupun umat Islam sendiri, meragukan kualitas pendidikan yang diberikan oleh Yayasan Anak Emas. Bagi kalangan pemerintah keraguan tersebut disebabkan kepemilikan dan pengelolaannya oleh swasta, sedangkan bagi umat Islam sendiri keraguan tersebut disebabkan nama Yayasan Anak Emas tidak mencerminkan tradisi Islam

dan ciri khas pendidikan Islam yang pada umumnya menggunakan nama Arab.

Pada tahun 1998, Yayasan Anak Emas membuka ruang pendidikan Islam untuk jenjang playgroup

bersebelahan dengan ruang hunian pendiri dengan rujukan playgroup al-Falah Surabaya yang menjadikannya sebagai playgroup pertama di Provinsi Bali. Awal berjalannya, Playgroup Anak Emas memiliki 30 orang murid dengan seluruh infrastruktur dan kelengkapan pembelajaran dirancang sendiri oleh pendiri. Pada tahun 2001, ruang pendidikan Playgroup Anak Emas mengalami penambahan bangunan kantor di samping ruang hunian pendiri yang tetap difungsikan hingga kini.

Pada tahun 2003, Yayasan Anak Emas membuka jenjang pendidikan Taman Kanak-Kanak dengan lokasi yang relatif dekat dengan ruang pendidikan

playgroup. Pada tahun 2013 setelah selesai pembangunan bangunan 4 lantai, TK Anak Emas dipindahkan dan menempati area yang sama dengan

playgroupdi atas lahan milik pribadi pihak pendiri. Seiring waktu menjalankan pendidikannya, Yayasan Anak Emas mendapatkan pengakuan terhadap kualitas pendidikan Islam yang diberikannya yang menitikberatkan pada penanaman dan pemahaman adab kepada anak murid. Atas permintaan dari umat Islam di Kota Denpasar, Yayasan Anak Emas pada tahun 2008 membuka jenjang pendidikan Islam tingkat Sekolah Dasar di atas lahan sewa seluas 38,5 are dan mulai menjalankan kegiatan pendidikannya pada tahun ajaran 2009.

Gambar 2. Kegiatan pendidikan TK Anak Emas (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2014)

Yayasan Anak Emas telah mendirikan dan mengelola ruang pendidikan Islam dari tingkat

Toddler untuk anak berusia 1-2 tahun, Playgroup

(5)

Gambar 3. Kegiatan pendidikan SD Anak Emas (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2014)

Untuk menjalankan kegiatan pendidikannya, Yayasan Anak Emas memiliki beragam fasilitas. Jenjang pendidikan Islam Playgroup dan TK Anak Emas memiliki fasilitas (1) ruang kelasplaygroup; (2) ruang kelas TK 4 lantai di mana lantai 1 diperuntukkan untuk ruang sentra sains dan bahan alam, sentra persiapan, serta sentra olahtubuh; lantai 2 diperuntukkan untuk ruang sentra seni kreasi dan sentra balok; lantai 3 diperuntukkan untuk ruang sentra bermain peran; dan lantai 4 diperuntukkan untuk ruang sentra memasak; (3)bale bengong yang difungsikan sebagai panggung untuk tempat latihan pertunjukan; (4) area bermain di ruang terbuka; (5)

mushola; (6) ruang kantor yayasan 2 lantai; dan (7) ruang serbaguna.

Gambar 4. Bangunan sentra olah tubuh (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2014)

Gambar 5. Area bermain di ruang luar TK (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2014)

Jenjang pendidikan Islam SD Anak Emas memiliki fasilitas (1) ruang kelas yang diperuntukkan untuk kelas 1-4 yang terdiri dari kelas A dan B dan kelas 5-6 yang terdiri dari kelas pria dan wanita; (2) ruang kantor yang diperuntukkan untuk ruang guru, kepala sekolah, dan ruang tamu; (3) ruang perpustakaan; (4) ruang laboratorium komputer; (5) ruang UKS; (6) ruang serbaguna; (7) area bermain di ruang terbuka; dan (8)mushola.

Gambar 6. Area bermain di ruang luar SD (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2014)

Ruang pendidikan Islam SD Anak Emas sedang mengalami perluasan ke arah Timur yang direncanakan untuk memperluas lingkup dakwah Yayasan Anak Emas dengan membuka ruang pendidikan Islam untuk jenjang Sekolah Menengah Pertama dan untuk mewadahi pendidikan Akademi Sirah yang merupakan pengembangan kegiatan dakwah pendiri, selain beberapa kegiatan pengkajian Islam yang diperuntukkan untuk kalangan umum umat Islam yang telah rutin diselenggarakan di ruang pendidikan Playgroup dan TK Anak Emas.

Gambar 7. Pengembangan ruang pendidikan Islam SD Anak Emas (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2014)

Analisis

1. Ruang Pendidikan Toddler, Playgroup, TK. Di ruang pendidikan Islam Anak Emas jenjang

(6)

dan TK didasarkan faktor ketersediaan lahan yang awal mulanya merupakan lahan hunian pribadi pendiri yayasan kemudian perlahan mengalami perluasan untuk mewadahi fungsi pendidikan. Perletakan bangunan berdasarkan ketersediaan lahan menjadikan bangunan kelas TK terletak di area paling belakang ruang pendidikan dikarenakan bangunan yang paling akhir didirikan, yaitu selesai pada tahun 2013.

Perletakan bangunan playgroup, bangunan sentra persiapan, bangunan mushola, dan bangunan serbaguna membentuk ruang terbuka yang difungsikan untuk ruang bermain di ruang luar bagi murid. Perletakan bangunan ruang kelas dan ruang bermain yang berada di area belakang ruang pendidikan dimaksudkan untuk memberikan keamanan dan kenyamanan bagi murid dengan menjauhkannya dari sirkulasi kendaraan dan jalan utama di area depan ruang pendidikan. Faktor keamanan dan kenyamanan bagi murid yang berkegiatan di ruang terbuka ditingkatkan dengan perletakan bangunan sebagai elemen pembentuk ruang terbuka, sehingga murid tidak dapat mengakses sirkulasi kendaraan dan jalan utama yang memiliki tingkat bahaya tinggi bagi anak-anak.

Keterangan: (1) Kantor yayasan; (2) Bangunan playgroup; (3) Bangunan TK; (4) Bangunan sentra persiapan; (5) Bangunan serbaguna; (6) Mushola; (7) Bale bengong; (8) Bangunan garasi; (9) Hunian pendiri yayasan; (10) Area bermain; (11) Area parkir

Gambar 8. Layout ruang pendidikan Islam TK Anak Emas (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2014)

Di area depan ruang pendidikan toddler,

playgroup, dan TK terdapat ruang terbuka yang difungsikan untuk ruang parkir kendaraan bermotor dan untuk memberikan jarak pandang yang leluasa, sehingga ruang pendidikan dapat terlihat dari arah jalan utama oleh masyarakat luas. Perletakan ruang terbuka di area depan ruang pendidikan dan pagar yang tidak masif sebagai elemen pembentuk ruangnya yang menjadi pemisah antara ruang pendidikan dengan ruang publik dimaksudkan untuk memberikan kesan keterbukaan sebagai cerminan umat Islam yang terbuka kepada seluruh kalangan dan lapisan masyarakat dan menjunjung tinggi toleransi.

Perletakan bangunan kantor yayasan di area depan ruang pendidikan dimaksudkan untuk memberikan kemudahan akses bagi pengunjung dan sebagai buffer untuk memberikan privasi kegiatan pembelajaran di ruang kelas yang berada di belakang bangunan kantor yayasan, serta agar mudah terlihat dari arah jalan utama sehingga fungsinya sebagai ruang pendidikan Islam mudah diketahui dan dikenali oleh masyarakat melalui penanda-penanda yang melekat pada elemen pembentuk ruang bangunan kantor yayasan, yaitu penggunaan warna terang dan berbagai atribut kanak-kanak yang identik dengan ruang pendidikan.

Gambar 9. Ruang terbuka di area depan ruang pendidikan Islam TK Anak Emas (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2014)

(7)

menyampaikan pesan strategi dakwah Islam secara kultural di lingkungan minoritas Muslim.

Sebagaimana bangunan hunian pendiri yayasan, seluruh bangunan yang semula berdiri di ruang pendidikan toddler, playgroup, dan TK menerapkan elemen pembentuk ruang yang berciri khas-kan arsitektur gaya Bali, yaitu bangunan yang kini difungsikan untuk ruang serbaguna, ruang kelas

playgroup, dan bangunan bale bengong yang difungsikan untuk ruang berlatih pertunjukan.

Gambar 10. Bangunan ruang kelas playgroup (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2014)

Gambar 11. Bangunan bale bengong (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2014)

Gambar 12. Bangunan hunian pendiri yayasan bersebelahan dengan bangunan kantor yayasan

(Sumber: Dokumentasi pribadi, 2014)

Berbeda dengan bangunan yang telah semula berdiri, bangunan baru di ruang pendidikan toddler,

playgroup, dan TK menerapkan elemen pembentuk ruang bergaya arsitektur modern. Tampak dari jalan utama bangunan hunian pendiri yayasan yang menerapkan elemen arsitektur gaya Bali yang tampak tradisional bersebelahan dengan bangunan kantor yayasan yang menerapkan elemen arsitektur modern, sehingga keduanya tampak kontras yang dimaksudkan untuk menyampaikan pesan bahwa Islam relevan sepanjang zaman dan untuk mencerminkan bahwa umat Islam tidak menutup diri terhadap perkembangan zaman.

2. Ruang Pendidikan SD.

Dalam ruang pendidikan Islam Anak Emas jenjang SD terdapat 3 bangunan yang dibangun bertahap seiring kebutuhan kegiatan pendidikan dengan perkembangan ruang pendidikan ke arah Timur berdasarkan faktor ketersediaan lahan, sehingga bangunan yang berada paling Barat merupakan bangunan yang paling awal didirikan dan bangunan yang berada paling Timur merupakan bangunan yang paling akhir didirikan yang hingga kini masih dalam proses pembangunan.

Bangunan pertama memanjang linier ke arah utara-selatan, bangunan kedua membentuk huruf U, dan bangunan ketiga memanjang linier ke arah timur-barat. Perletakan bangunan di ruang pendidikan SD menempel pada dinding belakang lahan, sehingga membentuk ruang terbuka di area depan ruang pendidikan yang berbatasan langsung dengan jalan lingkungan. Terdapat empat ruang terbuka di ruang pendidikan SD, yaitu (1) ruang terbuka di timur bangunan pertama yang difungsikan untuk ruang parkir guru dan pegawai; (2) ruang terbuka di depan bangunan kedua yang difungsikan untuk ruang bermain murid di ruang luar; (3) ruang terbuka di timur bangunan kedua yang difungsikan untuk ruang parkir pengunjung dan wali murid dan pada waktu-waktu tertentu difungsikan untuk ruang olahraga dan kegiatan bersama di ruang luar; dan (4) ruang terbuka di barat dan di depan bangunan ketiga yang direncanakan untuk pengembangan ruang parkir yang hingga kini masih dalam proses pembangunan.

Keterangan: (1) Bangunan pertama; (2) Bangunan kedua; (3) Bangunan ketiga (sedang dalam pembangunan); (4) Bangunan garasi; (5) Area parkir guru dan karyawan; (6) Area bermain; (7) Area parkir pengunjung dan wali murid; (8) Pengembangan area parkir

(8)

Ruang terbuka yang berada di area depan ruang pendidikan dan dibatasi dari jalan lingkungan dengan pagar yang relatif rendah dan bentuk yang tidak masif dimaksudkan untuk memudahkan masyarakat mengetahui fungsi ruang dan kegiatan yang diselenggarakan di dalam ruang pendidikan Islam SD Anak Emas serta untuk mencerminankan umat Islam terbuka kepada seluruh masyarakat dan menjunjung tinggi toleransi.

Gambar 14. Ruang terbuka di timur bangunan pertama (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2014)

Gambar 15. Ruang terbuka di depan bangunan kedua (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2014)

Gambar 16. Ruang terbuka di timur bangunan kedua (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2014)

Elemen pembentuk ruang luar bangunan kelas menggunakan warna terang yang bertujuan selain untuk menstimulasi murid, juga dimaksudkan untuk memudahkan masyarakat untuk mengetahui dan

mengenali fungsi ruang yang merupakan ruang pendidikan. Sedangkan elemen pagar yang merupakan elemen pemisah antara ruang pendidikan dan ruang publik dibiarkan apa adanya dengan bahan batako ekspos dikarenakan bukan merupakan elemen pembentuk ruang yang berpengaruh langsung dalam kegiatan pembelajaran juga dimaksudkan untuk menyampaikan pesan larangan Islam terhadap gaya hidup berlebih-lebihan dalam menggunakan harta dan membelanjakan harta untuk sesuatu yang tidak dibutuhkan.

Gambar 17. Pagar pendidikan Islam SD Anak Emas (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2014)

Pembahasan

Ruang pendidikan Islam yang didirikan dan dikelola Yayasan Anak Emas memiliki karakteristik yang mencerminkan strategi dakwah Islam yang dilakukannya di tengah lingkungan minoritas Muslim, sebagaimana pemaparan analisis di atas. Pertama, ruang terbuka di area depan ruang pendidikan yang dipisahkan dari jalan akses dengan elemen pagar yang tidak masif dimaksudkan untuk memberikan kesan keterbukaan kepada masyarakat bahwa umat Islam bersifat terbuka kepada seluruh kalangan dan lapisan masyarakat, sebagaimana ditunjukkan oleh Yayasan Anak Emas pada jenjang pendidikan Islam Sekolah Dasar yang memiliki seorang guru wanita non Muslim yang diberi amanah sebagai guru wali kelas dan guru pelajaran Bahasa Bali.

Gambar 18. Pelajaran Bahasa Bali di SD Anak Emas dengan guru non-Muslim

(9)

Menghadirkan kesan keterbukaan melalui ruang terbuka dan pagar yang tidak masif juga dimaksudkan untuk mencegah tumbuhnya kecurigaan umat non Muslim terhadap kegiatan umat Islam, terkhusus kegiatan pendidikan Islam, yang muncul disebabkan berbagai pemberitaan yang tidak benar oleh berbagai media terhadap Islam yang mengidentikkan kegiatan ke-Islam-an sebagai kegiatan terorisme dan anti toleransi.

Kesan keterbukaan yang ingin ditunjukkan Yayasan Anak Emas terhadap kegiatan pendidikannya dikuatkan dari aspek lokasi keberadaan ruang pendidikannya. Ruang pendidikan Islam Anak Emas jenjangtoddler,playgroup, dan TK berada di tengah pusat kegiatan ekonomi di Kota Denpasar menjadikan kegiatan pendidikannya dapat dilihat dan diketahui oleh masyarakat luas. Beberapa meter di arah timur ruang pendidikan bersebelahan dengan gereja Katolik, sehingga kesan keterbukaan yang dihadirkan merupakan upaya untuk menjalin kerukunan dan menumbuhkan sikap saling memahami dan menghargai antar umat beragama. Sedangkan ruang pendidikan Islam Anak Emas jenjang SD berada di tengah permukiman umat Islam dan umat non Muslim bertujuan agar murid dapat langsung belajar menjalin ukhuwah dengan warga Muslim serta hidup dan ber-muamalahdengan warga non Muslim sesuai dengan nilai-nilai Islam untuk menunjukkan Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam dan menunjukkan kepribadian umat Islam yang ramah dan toleran.

Gambar 19. Lokasi TK Anak Emas di pusat kegiatan ekonomi Kota Denpasar

(Sumber: Dokumentasi pribadi, 2014)

Dalam kegiatan pendidikannya untuk menumbuhkan sikap keterbukaan, murid dibimbing dan dilatih untuk dapat membaur dan bersosialisai dengan warga non Muslim melalui kerjasama dengan warga non Muslim dan kegiatan berbagi kepada warga non Musli terutamanya pada bulan Romadhon. Berdasarkan hal tersebut, keterbukaan dalam kegiatan pendidikan Islam Anak Emas terhadap masyarakat tercermin dan memiliki keterkaitan dengan tata atur ruang pendidikan dan elemen pembentuk ruang pendidikan yang memisahkan antara ruang pendidikan dengan ruang publik.

Kedua, elemen pembentuk ruang pendidikan Yayasan Anak Emas memadukan antara elemen

arsitektur gaya Bali dan elemen arsitektur modern yang memiliki makna untuk dapat dipahami oleh umat Islam dan umat non Muslim. Bagi umat Islam, perpaduan elemen pembentuk ruang dimaksudkan untuk menyampaikan pesan bahwa Islam relevan sepanjang zaman. Mengingat kondisi sebagian umat Islam di Kota Denpasar khususnya yang meyakini Islam tidak lagi relevan pada masa kini dan Islam tidak dapat menghadirkan solusi terhadap permasalahan kekinian. Yayasan Anak Emas melalui pendidikan Islam yang didirikan dan dikelolanya dan berbagai program dakwah yang dilaksanakan oleh pihak pendiri bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada umat Islam untuk kembali kepada keyakinan bahwa Islam adalah kebenaran mutlak yang relevan sepanjang zaman. Perpaduan elemen pembentuk ruang tersebut juga dimaksudkan untuk menyampaikan pesan bahwa umat Islam tidak boleh jumud dan menutup diri dari perkembangan zaman, namun jangan sampai larut dengan perkembangan zaman yang akan menyebabkannya jauh dari nilai-nilai Islam dan meyakini serta menerapkan nilai-nilai yang bukan Islam.

Gambar 20. Lokasi SD Anak Emas di tengah permukiman umat Islam dan non-Muslim

(Sumber: Dokumentasi pribadi, 2014)

Bagi umat Islam dan umat non Muslim, penerapan elemen pembentuk ruang berciri khas arsitektur gaya Bali dimaksudkan untuk mencerminkan strategi dakwah Islam secara kultural, bahwa umat Islam menghargai budaya setempat yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai Islam dan menjauhi strategi dakwah yang konfrontatif yang dapat menyebabkan tegangan sosial antara umat Islam dengan umat non Muslim maupun menimbulkan sikap apatis dari kalangan umat Islam sendiri.

(10)

Gambar 21. Penggunaan baju Endek di SD Anak Emas (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2014)

Terkait dengan penerimaan dan penerapan budaya setempat yang tidak bertengangan dengan nilai Islam sebagai strategi dakwah Islam, dalam kegiatan pendidikannya Yayasan Anak Emas selain memberikan pelajaran Bahasa Arab agar murid dapat mempelajari Islam langsung dari sumber utamanya, dan pelajaran Bahasa Inggris agar murid dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman, juga diberikan pelajaran Bahasa Bali agar murid dapat bersosialisasi dan membaur secara sosial dengan masyarakat yang mayoritasnya merupakan warga Hindu-Bali, serta penggunaan seragam model baju Endek yang merupakan ciri khas pakaian Bali pada hari Jum’at yang merupakan hari paling utama dn paling diagungkan oleh umat Islam dalam sepekan. Berdasarkan hal tersebut, kegiatan pendidikan Islam Yayasan Anak Emas yang menerapkan strategi dakwah Islam secara kultural tercermin dan memiliki keterkaitan dengan elemen pembentuk ruang pendidikannya yang menerapkan perpaduan elemen pembentuk ruang berciri khas arsitektur gaya Bali, elemen arsitektur modern dan elemen berciri khas identitas Islam.

Penutup

Yayasan Anak Emas memanfaatkan arsitektur ruang pendidikan Islam yang didirikan dan dikelolanya tidak saja secara fungsional untuk mewadahi kegiatan pendidikan Islam yang diselenggarakan, namun struktur visualnya memuat sejumlah makna untuk dikomunikasikan berkaitan dengan strategi dakwah Islam di tengah lingkungan minoritas Muslim yang diperuntukkan kepada seluruh kalangan dan lapisan masyarakat.

Dari kajian awal ini dapat disimpulkan dua poin sesuai dengan variabel kajian yang digunakan. Pertama, tata atur ruang yang membentuk ruang terbuka di area depan ruang pendidikan merupakan cerminan dari keterbukaan umat Islam kepada seluruh kalangan dan lapisan masyarakat untuk menunjukkan bahwa Islam merupakan rahmat bagi seluruh alam dan menunjukkan kepribadian umat Islam yang ramah dan menjunjung tinggi toleransi. Kedua, elemen pembentuk ruang yang digunakan

merupakan cerminan dari strategi dakwah Islam yang menghargai budaya setempat yang tidak bertentangan dengan Islam serta bermakna bahwa Islam relevan sepanjang zaman, dan kepribadian umat Islam yang membuka diri dari perkembangan zaman secara kritis dan hidup sesuai dengan nilai-nilai Islam.

Diagram 2. Kesimpulan kajian arsitektur ruang pendidikan Islam di lingkungan minoritas Muslim

(Sumber: Analisis, 2014)

Referensi

1Ziauddin Sardar (ed). 2000. Merombak Pola Pikir

Intelektual Muslim. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2Imam Al-Ghazali. 2001.Ihya Ulumiddin Jilid 1; Ilmu

Dan Keyakinan. Jakarta: Penerbit Republika.

3Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin. 1999. Syarhu

Tsalatsatil Ushul (terj). Jakarta: Darul Haq.

4Abuddin Nata. 2012. Sejarah Sosial Intelektual

Islam Dan Institusi Pendidikannya. Jakarta: Penerbit Raja Grafindo Persada.

5Huri Yasin Husain. 2011. Fikih Masjid. Jakarta:

al-Kautsar.

6Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. 2010.Bali Dalam

Angka 2010. Denpasar: BPS Provinsi Bali.

7Amos Rapoport. 1969. House, Form, and Culture.

Gambar

Gambar 1. Peta lokasi ruang pendidikan Islam Anak Emas(Sumber: Berbagai sumber, 2014)
Gambar 2. Kegiatan pendidikan TK Anak Emas(Sumber: Dokumentasi pribadi, 2014)
Gambar 7. Pengembangan ruang pendidikan Islam SDAnak Emas (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2014)
Gambar 9. Ruang terbuka di area depan ruang
+5

Referensi

Dokumen terkait

Orang tua adalah pendidik dalam keluarga. Setiap orang tua tentu menginginkan anaknya menjadi orang yang berkembang secara sempurna. Mereka menginginkan anaknya yang

Seperti pada daerah kardia, kelenjar pilorus disusun oleh sel-sel kuboidal yang berfungsi menghasil- kan mukus untuk melindungi mukosa usus dari asam lambung serta

Beberapa operasi pada komputer yang mengkonversikan koordinat objek tiga dimensi ke posisi pixel pada layar komputer : Transformasi, yang dipresentasikan dengan perkalian

Tujuan dari penelitian ini adalah merancang dan menguji coba sebuah RPP dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation pada materi lensa cembung

Batik mempunyai tempat yang istimewa dalam dunia tekstil. Hal ini kerana, penggunaan batik bukan saja tertumpu pada pakaian tetapi juga dalam bentuk kraf seperti beg, bungkusan

Seperti yang dinyatakan Rosyidah, bahwa minat juga dipengaruhi dari luar individu, dimana jika fasilitas yang tersedia sudah baik akan membuat mahasiswa menjadi lebih

Pada Tabel 20 item angket 20 diperoleh bahwa 48,57% siswa atau hampir setengahnya siswa sangat setuju tujuan siswa mengikuti bimbingan belajar adalah untuk dapat

Animasi yang dihasilkan oleh fungsi run.Probnormal(), adalah memperagakan nilai peluang (luas daerah di bawah kurva) dari suatu sebaran normal, dengan berbagai rata- rata dan /