• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Museum Teknologi Telekomunikasi dengan Pendekatan Semiotika Arsitektur Postmodern di Kota Baru Parahyangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perancangan Museum Teknologi Telekomunikasi dengan Pendekatan Semiotika Arsitektur Postmodern di Kota Baru Parahyangan"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Perancangan Museum Teknologi Telekomunikasi dengan

Pendekatan Semiotika Arsitektur Postmodern di Kota

Baru Parahyangan

Muhammad Aldi Maulana

Jurusan Arsitektur, Fakultas Arsitektur dan Desain, Itenas, Bandung

Email:

aldimaulanaaldi53@gmail.com

ABSTRAK

Kota Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang berstatus sebagai Ibu Kota Provinsi Jawa Barat yang sering dijadikan sebagai kota destinasi masyarakat Indonesia untuk melakukan berbagai kegiatan. Dalam kegiatan itu sendiri Kota Bandung termasuk kota yang banyak akan peninggalan-peninggalan sejarah, baik itu dalam pembentukan suatu kota maupun benda – benda peninggalan-peninggalan yang fungsi bangunannya museum. Peran di Kota Bandung ini kurang diminati oleh masyarakat, karena masyarakat untuk saat ini berfikir museum adalah tempat destinasi dengan pilihan terakhir. Dengan melihat fenomena yang terjadi pada saat ini tidak sedikit masyarakat Indonesia yang kurang akan kesadaran dan kepedulian terhadap museum karena museum pada saat ini belum memiliki daya tarik yang menjadikan museum sebagai destinasi utama untuk dikunjungi dalam waktu senggang atau masa libur. Mengusung konsep “Semiotika” diharapkan dapat mempresentasikan bangunan museum sebagai tempat peninggalan sejarah khususnya Telekomunikasi, dengan merancang dengan sebuah makna yang menggandung unsur-unsur telekomunikasi, kemudian diaplikasikan kedalam sebuah bangunan. Dilihat dari gaya bangunan dan fungsi bangunan keduanya sama-sama patut dilestarikan dan diperkenalkan pada masyarakat agar bisa mengenal dan memahami bahwa Indonesia memiliki banyak peninggalan sejarah yang menarik khususnya pada telekomunikasi.

Kata kunci : Arsitektur Postmodern, Museum Telekomunikasi, Semiotika. ABSTRACT

Bandung is one of the cities in Indonesia which has the status of the capital city of West Java Province which is often used as a destination city for Indonesians to carry out various activities. In the activity itself, the city of Bandung is one of the cities with many historical heritages, both in the formation of a city and heritage objects whose function is a museum building. The role of the city of Bandung is less attractive to the public, because people currently think that museums are the last choice destination. By looking at the current phenomenon, there are many Indonesians who lack awareness and concern for museums because museums do not currently have the charm that makes museums the main destination to visit in their spare time or on holidays. Carrying the concept of "Semiotics" is expected to present the museum building as a place of historical heritage, especially telecommunications, by designing with a meaning that contains elements of telecommunications, then applied to a building. Judging from the style of the building and the function of the building, both of them should be preserved and introduced to the public in order to know and understand that Indonesia has many interesting historical heritages, especially in telecommunications.

(2)

1. PENDAHULUAN

Melihat dari pergerakan era suatu berkembangnya zaman, kebiasaan dalam pola hidup ikut berubah. Yang dimana perkembangan ini meliputi berbagai bidang aktivitas, banyak orang lebih berpikir untuk menghabiskan pengeluarannya dan aktivitas berupa produk gaya hidup, rekreasi, kesehatan, dan kebugaran. Salah satu cara untuk menjaga keberlangsungan berpengetahuan dalam asal usul dan sejarah dalam bidang teknologi diharapkan dapat mempertunjukkan dan melakukan perlindungan yang baik terhadap ‘benda-benda’ peninggalan yang bersifat berkembangnya suatu teknologi terutama dalam Telekomunikasi, sehingga benda dan alat-alat teknologi yang muncul memiliki suatu identitas asal mulanya hingga perkembangan selanjutnya.

Dilihat dalam area Kota Bandung, sebuah kota yang negaranya di Indonesia memiliki status sebagai Kota yang berada di posisi Provinsi Jawa Barat, terutama sebuah proyek yang bersekala yang berada di Kota Baru Prahyanagn akan menjadikan penampung dari segala fasilitas dan fungsi perkotaan, dengan luas 1.250 Ha yang dimana pembangunan secara fisik dimulai pada tahun 2000.

Museum dapat menjadi sarana pengetahuan umum yang berfungsi sebagai pusat konservasi, sekaligus informasi yang dapat membantu mengenai bentuk bentuk hasil asal usul perkembangan suatu teknologi. Museum juga mempunyai sifat universal, sehingga dapat diakses oleh berbagai kalangan ditinjau dari berbagai aspek baik usia, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial, dan lain sebagainya. Oleh karena itu Bangunan Sarana yang bersifat Edukatif berbasis Teknologi yang akan dibangun ini memiliki aspek-aspek yang sangat mempengaruhi proses perencanaan bangunan, yaitu aspek-aspek dari arsitektur, dengan mengikuti perkembangan jaman namun tetap seirama dengan bangunan lokal diharapkan gaya arsitektur dapat diterima oleh masyarakat masa kini dan menjadi tempat yang berhasil menarik pengunjung untuk datang [1]. Aspek yang kedua adalah iklim lokasi tempat bangunan didirikan, bangunan yang akan dirancang harus memperhatikan iklim setempat agar dapat beradaptasi dengan lingkungan dan dapat meminimalisir penggunaan energi yang berlebihan. Penggunaan identitas lokal sangat dianjurkan untuk bangunan baru agar melestarikan kebudayaan lokal dan sekaligus sebagai identitas bangunan yang kuat terhadap daerah tempat bangunan ini dibangun [1]. Lokasi pembangunan berada di Jalan Raya Parahyangan. Seperti pada Gambar 1.

Gambar 1. Lokasi Tapak

(3)

2. EKSPLORASI DAN PROSES RANCANGAN

2.1 Metode Pendekatan Perancangan

Metode pendekatan perancangan yang digunakan dalam perancangan Tec-Communicatedv atau museum teknologi telekomunikasi ini adalah metode five steps design process yakni tahap identifikasi masalah tentang museum yang mencakup tujuan, lingkup proyek, dan penentuan permasalahan, tahap persiapan dengan mengumpulkan data, tahap pengajuan proposal tentang cara pemecahan sederhana terhadap desain dari hasil analisis kedalam suatu konsep rancangan, tahap evaluasi berupa diskusi dari hasil pengajuan konsep rancangan dan pengajuan alternatif desain, dan tahap pengembangan konsep rancangan yang dituangkan kedalam desain bangunan museum telekomunikasi.

2.2 Identifikasi Lokasi

Lokasi site pembangunan berada di kawasan Bandung Barat, Jalan Parahyangan Raya, dimana lokasi memiliki lingkungan yang cukup padat kendaraan, yang mana memiliki akses masuk dan keluarnya kota Baru Parahyangan dengan melewati jalan tol Padalarang, dan juga area pada tapak tidak padat akan lingkungan penduduk melaikan area pada tapak berdekatan dengan Museum Puspa IPTEK Sundial. Dengan lokasi yang memiliki potensi sebagai peruntukan lahan, sudah sesuai dengan ketentuan regulasi yang sudah di tetapkan oleh pemerintah daerah. Hal ini dapat memberikan keuntungan dalam aspek aksesibilitas dan aspek komersil pada bangunan Museum.

Praturan mentri pekerjaan umum Nomor : 29/PRT/M/2006, Tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung, ada beberapa syarat yang harus diperhatikan dalam pedoman peraturan persyaratan, di antaranya KDB, KLB, KDH dan GSB. Pembangunan yang berada di Jalan Raya Parahyangan ini memiliki maksimal 40 % dengan posisi jalan Arteri, Kolektor mapun local, maksimal KLB pada lokasi tapak yaitu 1 dengan KDH minimum sebesar 30 %, yang diamana memiliki garis sepadan bangunan (GSB) setengah dari Jalan Raya Parahyangan yaitu 12 m². Dalam tapak pembangunan juga ada beberapa titik yang fungsi bangunannya sebagai komersil dan hunian [2]. Seperti pada Gambar 2.

Gambar 2. Tata Guna Lahan Disekitar

Sumber : http://www.earth.google.com/; diakses 22 juni 2019, diolah

Lokasi tapak pada pembangunan museum telekomunikasi ini berada pada Jalan Panyawangan, yang dimana lokasi jalur keluar masuknya Kota Baru Parahyangan. Area tersebut berada dipusat komersial dan fasilitas penunjang lainnya, yang dimana berada di pusat Kota Baru Parahyangan. Dengan proses perkembangan dan kenaikan pertumbuhan penduduk, area komersial di Kota Baru Parahyanagan akan menjadikan pusat prekonomian untuk memajukan kota mandiri. Fasilitas yang berada di Kota Baru Parahyangan Memiliki fasilitas pendidikan, hotel, rekreasi, perbelanjaan, fasilitas umum dan sosial [3].

(4)

2.1 Elaborasi Tema

Tema yang diterapkan dalam perancangan Museum Teknologi Telekomunikasi ini adalah Semiotika Arsitektur Postmodern. Prinsip yang diterapkan oleh Charles Jenck bahwa dalam arsitektur postmodern memiliki suatu metode pengembangan semiotika yaitu dengan menjadikan suatu petanda dan makna dari fungsi Museum Telekomunikasi [4].

Arsitektur postmodern ini, dikembangkan oleh tokoh yang bernama Charles Jencks, dimana bentuk semiotik yang berkaitan langsung dengan suatu makna dan maksud dari berbagai hal baik itu dalam bentukan dan gaya dari sebuah desain. Sehingga pengaplikasiannya bahwa makna tersebut diungkapkan berupa bentuk, ritme, warna tekstur, dan sebagainya yang dinamakan suprasegmen arsitektural dari berbagai komponen arsitektural [5]. Dengan menerapkan suatu desain Semiotika Arsitektur Postmodern dapat mengemukakan suatu bangunan yang bersifat fungsional dalam halnya fungsi dari suatu identitas bangunan, dan menggambarkan bangunan yang modern dapat membuat suatu bangunan memiliki umur yang panjang (bentukan dan material yang bersifat modern) [5]. Seperti pada Tabel 1.

Tabel 1. Elaborasi Tema

Elaborasi Teama

Museum Semiotika Arsitektur Postmodern

Mean

Museum adalah lembaga, tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan dan pemanfaatan benda-benda bukti material hasil budaya manusia serta alam dan lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa.

Secara visual arsitektur ini dilihat bagaikan atau seperti bercerita makna dan maksud baik dari segi harmoni, karakter, dan kesatuan, atau karena wujud dan strukturnya berasal dari pembentukan pertanda dan berpadu dengan fungsi bangunan.

Adalah prinsip desain dengan menekankan seni dalam arsitektur yang modern dimana termasuk interpretasi skeptic terhadap budaya, sejarah, ekonomi dengan dekonstruksi dan pasca-struktualisme.

Problem

Perawatan benda – benda koleksi yang bersejarah dengan baik dengan menjadikan suatu bangunan yang edukasi terhadap masyarakat.

Suatu ruang dalam yang menjadi objek untuk di olah, mengikuti bentukan dari pola bentuk bangunan ruang luar dmana desain fisik bangunan harus memiliki suatu makna atau cerita dari sejarah museum itu sendiri.

Dalam pembangunan suatu zona tidak adanya mengembangkan suatu ide dalam bentukan desain yang modern secara iconic terhadap postmodern.

Fact

Tidak adanya barang lama yang di produksi kembali dan pencarian akan barang-barang langka sangat sulit, sehingga pengguna atau suatu organisasi berkaitan dengan prasejarah tidak dapat menikmati.

Semiotika ini salah satu yang dikembangkan oleh Charles Jhenks yang dimana sebagai Postmodern. Konsep ini merupakan pendekatan desain yang bermaksud aliran Historicism dengan suatu cerita dan iconic yang diterapkan pada bangunan.

Semakin meningkatkan potensi perkembangan era modern desain bangunan dikawasan sekitar.

Need

Semakin berkembangnya zaman, suatu benda selalu berkembang dengan pesat sehingga adanya tempat menyimpan dan memamerkan benda yang sudah dahulu digunakan. Untuk digunakan edukasi baik itu dalam bentuk benda maupun sejarah.

Membutuhkan desain sarana rekreasi yang memiliki desain ruang dalam yang efektif & edukasi serta memiliki desain fasad yang memberikan kesan arsitektur masa kini .

Desain bangunan yang mampu meminimalisir dampak kerugian yang besar terhadap alam dan lingkuangan / ciri khas kawasan sekitar.

Goal

Menciptakan sarana edukasi berupa museum yang baik dengan fasilitas – fasilitas yang mendukung akan peminat dari pengguna museum. Dan dijadikan suatu bangunan edukasi yang dapat memperluas ilmu pengetahuan umum.

Menerapkan Semiotika Arsitektur dengan menghadirkan suatu makna dari pola pengembangan yang memiliki makna dari fungsi bangunan bersejarah, dan menerapkan rancangan bangunan baik itu dalam atau luar bangunan secara berkesinambungan

Memberikan pemahaman pada masyarakat tentang perkembangan zaman yang makin cangggih dengan bentukan dan desain efektif terhadap lingkungan sekitar, sehingga bangunan masih layak untuk yang akan datang.

(5)

3. HASIL RANCANGAN

3.1 Konsep Zoning Pada Sirkulasi Tapak

Secara garis besar, tapak dibagi menjadi 3 zona utama yaitu zona publik, zona private, dan zona servis. Ketiga zona ini ditempatkan berdasarkan kondisi dan situasi yang ada di sekitar tapak. Zona publik merupakan zona lantai dasar bangunan utama yang dilengkapi dengan fasilitas pendukungnya, zona

private merupakan area ruang kerja bagi pengelola, yang dimana dapat diakses dari pintu samping

bangunan Museum Telekomunikasi, sedangkan zona servis ditempatkan berada di bagian belakang tapak agar tidak menggangu lingkungan pada bangunan utama dan sekitarnya. Seperti pada Gambar 3.

Gambar 3. Pembagian Zona dan Sirkulasi Dalam Tapak 3.2 Konsep Zoning Dalam Bangunan

Konsep zoning tapak yang bersifat makro, ada juga zoning mikro yang meliputi setiap lantai

bangunan yang dijadikan sebagai ruangan. Terdapat tiga zona bangunan yang di bagi

berdasarkan jenis pelaku dengan kegiatan, yaitu zona pengguna publik, Service dan Privat.

Pengelompokan zona ini dibedakan dengan keterangan warna yang berbeda – beda tiap jenis

zonanya. Zona publik ditandai dengan warna biru, zona service di tandai dengan wana kuning

dan zona privat di tandai dengan warna merah.

Pada bangunan museum teknologi telekomunikasi ini di rancangan memiliki dua lantai dan satu

semi basement. Lantai dasar dan lantai satu di peruntukan sebagai area public sebagai mana

berfungsi sebagai museum telekomunikasi, kemudia pada lantai dasar terdapat ruang privat area

pengelola serta pada lantai semi basement terdapat ruang utilitas dan parkir mobil dan motor.

Seperti pada Gambar 4.

Gambar 4. Pembagian Zona Dalam Bangunan

PUBLIC SERVICE

(6)

Pada bangunan Museum Telekomunikasi terdapat dua massa bangunan, dimana bangunan massa pertama didominasi dengan ruang pamer berbagai macam jenis teknologi telekomunikasi baik itu berupa bendanya, papan sejarah dan dilengkapi miniatur yang berhubungan dengan telekomunikasi, studio

replica siaran, serta dilengkapi dengan ruang perpustakaan. Kemudian pada bangunan massa kedua

dijadikan area edukasi terbuka yang dilengkapi dengan Studio 2D, dilengkapi dengan coffe shop dan kantin serta ruang pengelola Museum Telekomunikasi.

3.3 Konsep Gubahan Masa

Berdasarkan penjelasan per-bentukan masa bangunan memiliki suatu makna dan petanda dari ketiga bentuk tersebut, bangunan yang fungsinya telepon genggam yang memiliki dua fungsi dimna fungsi pertama sebagai suatu pendengar dari penyampaian pesan atau informasi sedang kan fungsi keduanya penyampaikan suatu pesan atau informasi dengan pengaplikasian pada bangunan bahwa fungsi pertama sebagai ruang pamer dan fungsi ke dua sebagai tempat diskusi bagi pengguna museum. Seperti pada Gambar 5.

Massa awal memiliki bentuk kubus dengan peletakan kiri dan kanan, dan di tengah berbentuk lingkaran.

Awal bentukan kubus

bertransformasi sebagai respon terhadap akhir dari bentukan bangunan.

Dari awal bentukan

memposisikan dengn arah yang dapat menyesuaikan bentuk dan kontur lahan.

Transformasi pada bangunan di mulai pada lantai semi basement.

Transformasi pada lantai dasar dengan memiliki bentuk dasar yang memiliki ruang lebih besar.

Transformasi pada lantai kedua dengan memiliki bentuk dasar sama. Dan memiliki penghubung.

(7)

Gambar 5. Gubahan Masa

3.4 Fasad Bangunan

Desain fasad pada bangunan museum telekomunikasi juga berkaitan dengan analisa tapak, dimana fasad bangunan mengarah Utarasebagaiman hasil dari analisa tapak terkait orientasi matahari terhadap lokasi tapak. Dengan menyesuaikan tema “Semiotika Arsitektur Postmodern” yang memiliki makna dari suatu fasad yaitu sepeti adanya suara yang memiliki gelombang. Seperti pada Gambar 6.

Gambar 6. Desain dan Fasad Bangunan

Mengarah pada Tenggara lebih dominan dengan dinding Metal Cladding dan fasad bergelombang, dengan meminimalkan kaca pada bangunan, dikarenakan pada siang hari dan sore hari pada lokasi tapak tidak adanya terdapat bangunan tinggi dan pepohonan tinggi yang dimana lokasi tapak secara langsung terpapar sinar matahari secara langsung, dengan menambahkan Shadding Device dan Dinding Cladding matahari pada siang dan sore hari dapat di tahan oleh fasad bangunan. Seperti pada Gambar 7.

Gambar 7. Desain Fasad Bangunan

Penambahan atap bangunan dengan bentang lebar berbentuk lingkaran pada massa bangunan satu.

Pada lingkaran di tengah

diantara 2 bentukan

transformasi, membentuk

lubang yang melebar

penglihatan

Merancang dalam pemilihan warna dan shading device pada fasad bangunan juga dapat memaksimalkan cahaya alami dari bukaan.

(8)

Kemudian pada fasad bangunan tampak samping barat daya, masih konsisten dengan penambahan pada dinding bangunan dengan Metal Cladding¸ fasad yang bergelombang, dan penambahan fasad seperti garis yang menghubungkan jaringan dengan secara tidak stabil dengan menambahkan lampu led pada garisan tersebut. Sehingga hubungan pada bangunan massa satu dan massa dua, memiliki tingkat perbedaan baik itu secara fungsi maupun secara bentukan bangunan.

3.5 Interior Bangunan

Pada massa pintu masuk utama bangunan musem teknologi telekomunikasi, terdapat pintu putar yang mengarahkan pengunjung masuk ke dalam bangunan setealah membeli tiket. Dengan bermaterial alumunium dan kaca pengguna dapat melihat dari luar ke dalam bangunan dengan pemandangan patung tokoh penemu telekomunikasi.

Kemudian pada pintu masuk utama bangunan museum teknologi telekomunikasi disambut dengan berbagai tokoh penemuan telekomunikasi dengan bentuk pantung, kemudian dilengkapi dengan sejarah awal mulanya penemuan pada tokoh tersebut. Seperti pada Gambar 8.

Gambar 8. Interior Bangunan Pintu Masuk dan Hall/Ruang Penerima

Ada beberapa benda yang disediakan pada bangunan museum teknologi telekomunikasi yang berada pada tengah bangunan, dimana benda tersebut terdapat tower, parabola serta alat – alat atau perangkat dari telekomunikasi yang disajikan dengan bentuk miniatur. Dengan suasana yang menampilkan barang yang memiliki identitas sebagai telekomunikasi, pengguna dapat menambah wawasan bahwa ada urutan alat – alat yang digunakan dalam proses menyajiakan suatu telekomunikasi. Seperti pada Gambar 9.

(9)

Penyajian material interior yang di gunakan pada bangunan museum teknologi telekomunikasi ini menggabungkan antara materil batu, materil kayu, dan material karpet. Dimana pada material batu ini digunakan pada dinding dan tiang pondasi bangunan, material kayu ini digunakan sebagai panggung yang dijadikan pajangan alat – alat telekomunikasi, serta pada bagian material karpet disajikan sebagai lantai bangunan agar adanya perbedaan antara setiap ruangan yang berfungsi sebagai ruang pamer berbeda.

3.6 Exterior Bangunan

Pada exterior bangunan museum teknologi telekomunikasi memiliki dua massa bangunan yang dihubungkan dengan jalan yang berbentuk bundaran, dimana pada bundaran ini dijadikan sebagai area

plaza atau titik kumpul. Dengan bangunan yang menghadap ke arah tenggara yang berhadapan dengan

Jalan Parahyangan Raya. Dengan dilengkapi beberapa vegetasi yang dipilih dapat mereduksi kebisingan, debu dan asap yang bertebaran, dikarenakan pada jalan Prahyangan Raya cukup pada akan kendaraan. Seperti pada Gambar 10.

Gambar 10. Exterior Bangunan Museum Telekomunikasi

Pada samping bangunan museum teknologi telekomunikasi juga terdapat beberapa view yang menyegarkan mata, seperti air pancuran dan beberapa jenis tanaman perdu yang memiliki beberapa warna, serta pengguna bangunan dapat melihat area sekitar dengan segar dan nyaman, dengan pemandangan area yang terbuka. Rancangan pada tapak merancang area dengan terbuka agar aktivitas bagi pengguna dapat terasa lebih leluasa sehingga pengguna tidak adanya rasa tekanan jika menggunakan fasilitas museum teknologi telekomunikasi ini. Seperti pada Gambar 11.

(10)

Bangunan museum ini juga merancang pejalan kaki dengan beberapa area yang membuat pengguna dapat memiliki semangat untuk mengitari bangunan sekitar, pada site terdapat beberapa lorong yang mengarahkan pengguna ke pintu masuk museum teknologi telekomunikasi. Dengan material kombinasi besi dan polycarbonat pengguna museum dapat leluasa meilihat pemandangan di sekitar. Seperti pada Gambar 12.

Gambar 12. Exterior Bangunan Museum Telekomunikasi

Pada bangunan museum telekomunikasi ini juga di manjakan dengan peneduh yang bermaterialkan polycarbonate, sehingga pengunjung dapat berteduh jika terjadinya hujan dan juga dapat melihat secara leluasa. Pada area site pembangunan museum telekomunikasi terdapat kontur yang curam, sehingga perancangan pada tapak merancangan beberapa taman area sekitar dengan dilengkapi tangga yang menurun. Pada area ini juga memiliki fungsi yang dimana sebagai penampung air hujan, air hujan yang turun akan di tamping kemudian di salurkan ke resorvoar bawah, sehingga adanya penambahan air bersih yang digunakan sebgai penyiraman tanaman. Seperti pada Gambar 13.

Gambar 13. Exterior Bangunan Museum Telekomunikasi

(11)

3.7 Rancangan Struktur

Sistem struktur yang digunakan dalam rancangan bangunan museum telekomunikasi yaitu rangka kaku (rigit frame system). Dimana struktur kerangka kaku yang terdiri atas komposisi antara kolom-kolom dan balok-balok. Kolom sebagai unsur vertical berfungsi sebagai penyalur beban dan gaya menuju ke tanah, sedangkan balok adalah unsur horizontal yang berfungsi sebagai pemegang media pembagian beban dan gaya kolom. Kedua unsur ini harus tahan terhadap tekuk dan lentur.

Pada pemilihan struktur pondasi, bangunan telekomunikasi ini menggunakan pondasi tiang pancang, yang dimana pile cape memiliki diameter 150 cm x 150 cm, kemudian tiang-tiang pile cape memiliki empat sisi yang satu tiangnya memiliki dimensi jari-jari 30 cm, dimana tiang pancang ini di pasang hingga kedalaman tanah keras.

Struktur rangka pada bangunan museum telekomunikasi ini memiliki strktur kolom 45 cm x 80 cm dan kolom strktur lingkaran yang memiliki jari-jari 50 cm, dengan hitungan yang memiliki bentang lebar terpanjang dan tinggi bangunan. Pada balok induk bangunan ini memiliki dimensi 45 cm x 80 cm, sedangkan untuk balok anak memiliki dimensi 35 cm x 50 cm, dengan plat lantai beton yang memiliki ketebalan 12 cm dan 15 cm.

Kemudian pada struktur atap bangunan ini menggunakan cruved truss system, dimana material yang digunakan sebagai kuda-kuda atap ini yaitu bei hollow 10 inc sedangkan untuk rangka pada sistem ini menggunakan material besi pipa yang memiliki dimensi 5 inc, dan dibantu dengan besi reng 3 ø. Seperti pada Gambar 14.

Gambar 14. Aksonometri Struktur

4. KESIMPULAN

Museum Tec-Communicated atau teknologi telekomunikasi yang berlokasi pada jalan Raya Parahyangan di Kota Baru Prahyangan ini, mengangkat tema dengan suatu makna atau petanda (Semiotic) dari fungsi bangunan telekomunikasi lewat prinsip desain Postmodern yang di kembangkan

(12)

oleh Charles Jenks. Area kawasan Jalan Raya Parahyangan yang dimana memiliki jalur akses pintu masuk tol dikenal area yang cukup padat dengan kendaraan, tidak hanya itu kawasan Jalan Raya Parahyangan ini juga dijadikan area aktivitas masyarakat sebagai tempat berolahraga dan meningkatan kebugaran sehingga dapat membangun ruang terbuka yang bias di akses, serta Jalan Raya Parahyangan ini juga berdekatan dengan Museum Puspa IPTEK Sundial yang dimana punya kesamaan fungsi yang akan di bangun sebagai Museum teknologi telekomunikasi, dengan itu juga membuka fasilitas yang menjadikan warga sekitar menambah wawasan dengan menghadirkan beberapa jenis teknologi yang mampu berkembang dari zaman dahulu hingga sekarang.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Zoest, Aart van., (1978). “Semiotika, Pemakaiannya, Isinya, dan Apa Yang Dikerjakan Denganya (terjemah)”. Bandung, Unpad.

[2] Peraturan Mentri Pekerjaan Umum Nomor : 29/PRT/M/2006, Tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung.[Diakses 22 juni 2020].

[3] Draft Rancangan Peraturan Pasal 11 Undang – Undang No 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya. [Diakses 26 juni 2020]

[4] Dharma, Agus., (2010). “Semiotika Dalam Arsitektur”. Yogyakarta, Gunadarma.

Gambar

Gambar 1. Lokasi Tapak
Gambar 2. Tata Guna Lahan Disekitar
Tabel 1. Elaborasi Tema
Gambar 3. Pembagian Zona dan Sirkulasi Dalam Tapak
+6

Referensi

Dokumen terkait

Penurunan konsentrasi logam berat seng (Zn) terjadi pada sampel kedua, hal ini dipengaruhi oleh jarak dari sumber pencemar yang semakin jauh, kuat arus, serta kemampuan

Berdasarkan hasil analisis kebutuhan guru kelas II dari salah satu SD di daerah Kalasan dan daerah Kentungan, peneliti terdorong untuk melaksanakan penelitian dan pengembangan

Sistem komunikasi penyuluhan berbasis teknologi informasi atau media baru perlu menjadi perhatian penting, terutama untuk merangsang pengembangan minat petani muda

Oleh karena itu, teori komunikasi massa harus selalu berdampingan dengan teori-teori sosial Pada dasarnya, esensi Teori Kritis adalah konstruktivisme, yaitu memahami

SAVE untuk menyimpan file data model karakter yang sudah diubah, menu ini berbeda dengan menu SAVE dan SAVE AS pada menu file dan khusus digunakan untuk menyimpan file data

Selai (User) den atau bisa Tampilann G pilan Halam aman ini m ini bisa dia in itu data ngan mengk langsung nya seperti p Gambar 5.2 man Lokas menginforma akses pada M Sumber Ai

Beban belajar setiap mata pelajaran pada sistem kredit semester dinyatakan dalam satuan kredit semester (sks). Beban belajar satu sks meliputi satu jam pembelajaran tatap muka, satu

Implikasi dari keadaan hyper-globalization adalah kebutuhan rekonstruksi ulang wewenang Mahkamah Konstitusi dalam melakukan constitutional review atas perjanjian internasional