• Tidak ada hasil yang ditemukan

Apakah UUD 1945 tetap menjaga eksistensi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Apakah UUD 1945 tetap menjaga eksistensi"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Apakah UUD 1945 tetap menjaga eksistensinya menjadi

jaminan hak asasi manusia seperti yang tertulis pada Uud 1945

pasal 28 E ayat 1 Pada kasus kerusuhan di ambon tahun 1999

Ignatius hari setya pintoko

A.111.14.0026

FAKULTAS HUKUM

(2)

Latar belakang

Konstitusi merupakan perangkat hukum dasar dalam sebuah negara dan menjadi

bagian yang tak terpisahkan dengan upaya-upaya penegakan hukum. Dalam

perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara, konstitusi merupakan pilihan

terbaik dalam memberikan ikatan idiologis antara yang berkuasa sengan rakyat

yang dikuasainya. Konstitusi hadir sebagai kata kunci kehidupan modern. Ia berisi

poin-poin mendasar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, tidak terkecuali

persoalan HAM.

Konstitusi merupakan nafas ketatanegaraan sebuah bangsa, tidak terkecuali bagi

bangsa Indonesia. Konstitusi sebagai perwujudan konsensus dan penjelmaan dari

kemauan rakyat memberikan jaminan atas keberlangsungan hidup berikut HAM

secara nyata. Oleh karena itu, jaminan atas HAM adalah bukti dari hakikat,

kedudukan dan fungsi konstitusi itu sendiri bagi seluruh rakyat Indonesia.

Menurut Carl Schmitt di dalam penjelasanya mengenai konstitusi dia

menjabarkanya menjadi 4 yaitu ke dalam arti absolut , relatif , positiv dan ideal.

Dalam kategori yang ideal dia menyebut bahwa konstitusi memuat atas HAM dan

perlindunganya.

(3)

Melihat dengan pendekatan Das sollen

Seperti yang tertulis pada pasal 28E ayat 1 UUD’45 “setiap orang bebas memeluk

agama dan beribadat menurut agamanya , memilih pendidikan dan pengajaran ,

memilih pekerjaan , memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah

negara dan meninggalkan serta kembali “ .

Undang-Undang No.39 tahun 1999 dan Undang-Undang No. 26 tahun 2000,

disebutkan bahwa : “Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat

pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan

merupakan anugrah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi

oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta

perlindungan harkat dan martabat manusia.”

(4)

Melihat dengan pendekatan Das sein

Melihat penanganan pemerintah dalam penanganan beberapa kasus seperti

peristiwa semanggi , trisakti , tanjung priuk , kasus pembunuhan aktivis marsinah ,

dan juga kasus kerusuhan ambon 1999. dengan didukung oleh berbagai informasi

dari media cetak dan elektronik , membuat saya mengerucut pada sebuat statmen

yang dapat dikatakan bahwa pemerintah masih dapat dikatakan belum

sepenuhnya memperjuangkan HAM pada rakyat indonesia.

Ini terbukti pada kasus priok semanggi dan trisakti , pemerintah masih

menggunakan kekerasan untuk menyelesaikan masalah belum lagi di tambah

dengan menggunakan kekuatan militer yang notabene mereka para tentara di latih

dan didik untuk bertempur di medan tempur , menggunakan mereka di dalam

penanganan kerusuhan sanagat lah sekali salah apalagi melihat dari nilai ksatria

merekalah yang harusnya melindungi rakyat bukan sebaliknya.

(5)

Pendahuluan

Konstitusi sebagai perwujudan penjelmaan dari kemauan rakyat memberikan

jaminan atas keberlangsungan hidup berikut HAM secara nyata. Oleh karena itu,

jaminan konstitusi atas HAM adalah bukti dari hakikat, kedudukan dan fungsi

konstitusi itu sendiri bagi seluruh rakyat Indonesia. Menyikapi jaminan UUD 1945

atas HAM, terdapat pandangan yang beragam. Setidaknya, ada tiga kelompok

pandangan, yakni : pertama, mereka yang berpandangan bahwa bahwa UUD 1945

tidak memberi jaminan atas HAM secara komprehensif ; kedua, mereka yang

berpandangan UUD 1945 memberikan jaminan atas HAM secara komprehensif ;

dan ketiga, berpandangan bahwa UUD 1945 hanya memberikan pokok-pokok

jaminan atas HAM.

HAM menjadi dasar kita dalam kehidupan bernegara dan bersosial antar individu

maupun kelompok. Dalam kesempatan ini saya akan membahas beberapa pokok

gagasan terhadap penegakan HAM terhadap masyarakat indonesia yaitu :

1. Apakah UUD 1945 tetap menjaga eksistensinya menjadi jaminan hak asasi

manusia seperti yang tertulis pada Uud 1945 pasal 28 E ayat 1 Pada kasus

(6)

Pembahasan

Apakah UUD 1945 tetap menjaga eksistensinya menjadi jaminan hak asasi manusia seperti yang tertulis pada Uud 1945 pasal 28 E ayat 1 Pada kasus kerusuhan di ambon tahun 1999 ?

Secara etimologis, hak asasi manusia terbentuk dari tiga kata, yaitu : hak, asasi, dan manusia. Dua kata pertama, hak dan asasi berasal dari bahasa Arab, sementara kata manusia adalah kata dalam bahasa Indonesia. Kata haqq berasal dari akar kata haqqa, yahiqqu, haqqaan yang berarti benar, nyata, pasti, tetap dan wajib. Kata asasiy  berasal dari akar kata assa, yaussu, asasaan yang berarti membangun, mendirikan, meletakkan. Kata itu dapat juga berarti asal, asas, pangkal, yang bermakna dasar dari segala sesuatu.

Menurut Jack Donnely , hak asasi manusia adalah hak-hak yang dimiliki manusia semata-mata karena ia manusia. Umat manusia memilikinya bukan karena diberikan kepadanya oleh masyarakat atau berdasarkan hukum positif, melainkan semata-mata berdasarkan martabatnya sebagai manusia.

Sementara Meriam Budiardjo, berpendapat bahwa hak asasi manusia adalah hak yang dimiliki manusia yang telah diperoleh dan dibawanya bersamaan dengan kelahirannya di dalam kehidupan masyarakat. Dianggap bahwa beberapa hak itu dimilikinya tanpa perbedaan atas dasar bangsa, ras, agama, kelamin dan karena itu bersifat universal.

Undang-Undang No.39 tahun 1999 dan Undang-Undang No. 26 tahun 2000, disebutkan bahwa : “Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugrah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.”

Menurut pendapat Jan Materson (dari komisi HAM PBB), dalam Teaching Human Rights, United Nations sebagaimana dikutip Baharuddin Lopa menegaskan bahwa HAM adalah hak-hak yang melekat pada setiap manusia, yang tanpanya manusia mustahil dapat hidup sebagai manusia.

John Locke menyatakan bahwa HAM adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai hak yang kodratif.

(7)
(8)

Kronologis peristiwa ambon 1999

AWAL PERISTIWA

Peristiwa kerusuhan di Ambon (Maluku) diawali dengan terjadinya perkelahian antara salah seorang pemuda Kristen asal Ambon yang bernama J.L, yang sehari-hari bekerja sebagai sopir angkot dengan seorang pemuda Islam asal Bugis, NS, penganggur yang sering mabuk-mabukan dan sering melakukan pemalakan (istilah Ambon "patah" ) khususnya terhadap setiap sopir angkot yang melewati jalur Pasar Mardika – Batu Merah. Saat itu tanggal 19 Januari 1999, masih dalam hari raya Idul Fitri (hari kedua), pemuda Bugis NS bersama temannya seorang pemuda Bugis lain bernama T, melakukan pemalakan di Batu Merah terhadap pemuda Kristen J.L selama beberapa kali ketika J.Lmengendari angkotnya dari jurusan Mardika – Batu Merah. Namun permintaan kedua pemuda Bugis tersebut tidak dilayaninya, karena J.L belum mempunyai uang, mengingat belum ada penumpang yang dapat diangkutnya, karena hari itu hari raya Idul Fitri.

Permintaan dengan desakan yang sama dilakukan oleh pemuda NS hingga kali yang ketiga saat pemuda Ambon J.L berada di terminal Batu Merah, malah pemuda Bugis NS tidak segan-segan mengeluarkan badiknya untuk menikam pemuda Ambon J.L. Untunglah J.L sempat menangkisnya dengan mendorong pintu mobilnya.

Merasa dirinya terancam, pemuda J.L langsung pulang ke rumahnya mengambil parang (golok) dan kembali ke terminal Batu Merah. Disana ia masih menemukan pemuda Bugis NS bersama temannya T. Ia kemudian memburunya, dan NS kemudian berlari masuk ke kompleks pasar Desa Batu Merah.

NS kemudian ditahan oleh warga Batu Merah, dan ketika ia ditanya apa permaslahannya, maka ia (NS) menjawab bahwa, "ia akan dibunuh oleh orang Kristen".

(9)

PECAHNYA KERUSUHAN DI MANA-MANA

Beberapa saat berselang atau sekitar 5 menit setelah peristiwa saling kejar-mengejar antara pemuda Muslim asal Bugis, NS dengan pemuda Kristen asal Ambon J.L, seperti ada komando, kerusuhan akhirnya pecah dimana-mana dalam kota Ambon.

Kira-kira jam 15.00 WIT ratusan masa Muslim muncul dari Desa Batu Merah (lokasi dimana pemuda Bugis NS dikejar dan berteriak akan dibunuh oleh oleh orang Kristen) bangkit menyerang warga Kristen di kawasan Mardika (tetangga desa Batu merah) dengan menggunakan berbagai alat tajam (parang, panah, tombak dan lain-lain) dengan seragam dan berikat kepala putih. Mereka sempat melukai, merusak dan mebakar rumah-rumah warga Kristen Mardika. Demikian juga pada waktu yang bersamaan, beberapa lokasi pemukiman Kristen seperti Galunggung, Tanah Rata, Kampung Ohiu, Silale dan Waihaong ikut diserang oleh kelompok penyerang Muslim. Beberapa orang warga Kristen terbunuh, ratusan rumah dibakar dan sebuah gereja yang terletak di kawasan Silale dirusak dan akhirnya dibakar oleh masa.

Dari lokasi-lokasi ini, kerusuhan berlanjut terus dan hanya berbeda waktu beberapa menit dari lokasi ke lokasi yang lain.

Warga Kristen yang mendiami lokasi Batu Gantung , Kudamati dan sekitarnya setelah mendengar penyerangan yang dilakukan oleh masa Muslim terhadap warga Kristen di Mardika, Galunggung, Kampung Ohiu, Waihaong dan Silale serta mendengar gereja Silale telah terbakar, bangkit amarahnya dan memberikan serangan balasan terhadap warga Muslim melalui pengrusakan dan pembakaran rumah-rumah di kawasan Batu Gantung dan Kompleks Pohon Beringin, serta melakukan pengrusakan dan pembakaran terhadap berbagai kendaraan seperti becak, sepeda motor dan mobil.

SALING MENYERANG

Setelah terjadi kerusuhan pada beberapa lokasi seperti tersebut di atas yang berlangsung sejak siang hingga menjelang malam tanggal 19 Januari 1999, maka memasuki malam hingga pagi hari tanggal 20 Januari 1999, suasana terasa semakin mencekam dengan semakin berkembangnya isu telah terjadi pertikaian antar sesama warga Ambon (Maluku) yang bernuansa SARA, terutama diantara kelompok yang beragama Kristen dan Muslim.

Beberapa lokasi di dalam wilayah kota Ambon terus berkecamuk. Di lokasi Pohon Puleh, Tugu Trikora dan Anthony Rhebok hingga tengah malam tanggal 19 januari 1999, terlihat masa diantara kedua kubu saling berhadap-hadapan dan mencoba untuk saling melakukan penyerangan dengan pelemparan batu yang diteruskan dengan pengrusakan dan pembakaran sejumlah rumah diantara kedua belah pihak, pembakaran kendaraan (becak, sepeda motor dan mobil) dan pembakaran sebuah sekolah Al Hilal di Jl. Anthony Rhebok. Sementara itu di kawasan Batu Merah Tanjung yang dihuni oleh mayoritas warga Muslim, terjadi pengrusakan, pembakaran terhadap rumah-rumah dan pembantaian terhadap beberapa warga Kristen. Di lokasi inipun sebuah gereja sempat dirusak kemudian dibakar oleh masa Muslim. Sedangkan di lokasi Puleh (Karang Panjang) warga Kristen sempat merusak dan membakar rumah-rumah warga Muslim, demikian juga sebuah mesjid yang terletak di lokasi ini.

Menjelang pagi hari tanggal 20 Januari 1999, terjadi penyerangan secara besar-besaran yang dilakukan oleh warga Kristen terhadap kompleks Pasar Gambus, kompleks Pasar Mardika dan kompleks Pasar Pelita yang berada di tengah-tengah jantung kota. Penyerangan ini dimulai dengan kosentrasi masa Muslim disekitar Jl. A. J. Patty menuju ke lapangan Merdeka Ambon yang diduga akan melakukan penyerangan ke gereja Maranatha (gereja Pusat Ambon).

(10)

TIMBUL FANATISME AGAMA YANG KUAT

Kerusuhan demi kerusuhan di Pulau Ambon pada akhirnya bersangkut paut dengan sikap toleransi warga yang berdomesili di Pulau Ambon. Sementara isu pertikaian yang bernuasa SARA semakin dipertajam sehingga menimbulkan panatisme antara masing-masing umat beragama. Berkenaan dengan itu maka pada tanggal 21 Januari 1999 warga Kristen yang berdomisili di Batu Gajah Dalam mendengar terbunuhnya 2 (dua) orang pendeta dan pembakaraan beberapa buah gereja dalam penyerangan yang dilakukan oleh warga Muslim dari jasirah Leihitu kemudian bangkit menyerang warga Muslim Dusun Batu Bulan dan membantai sejumlah warganya. Dari data di lapangan terungkap 150 buah rumah dibakar/dirusak, 5 (lima) orang dibunuh dan 1 (satu) buah Mesjid terbakar. Demikian juga pada tanggal yang sama warga Kristen yang berdomesili di Batu Gantung Dalam (Kampung Ganemo), Mangga Dua, Kudamati ikut melakukan penyerangan terhadap warga Muslim yang berada di sekitarnya. Dalam penyerangan ini 8 (delapan) orang meninggal dunia.. 5 (lima) orang warga Muslim diantaranya dibantai kemudian dibakar bersama mobil truk yang mengangkutnya di kawasan Mangga Dua karena diduga sebagai propokator dan membawa bahan peledak.

Sementara itu di kawasan Desa Hative Besar Kotamadya Ambon terjadi penyerangan dari warga Muslim asal Buton, Bugis dan Makasar dari Dusun Wailete yang berada di bawah wilayah Desa Hative Besar yang mengakibatkan puluhan rumah warga Kristen Desa Hative Besar terbakar. Peristiwa ini selain dipicu oleh dampak kerusuhan Ambon tanggal 19 Januari 1999, juga diakibatkan oleh dendam lama yaitu peristiwa kerusuhan yang terjadi pada bulan Nopermber 1998. Tindakan penyerangan warga Dusun Wailete tersebut dibalas oleh warga Kristen Desa Hative Besar yang membakar habis lokasi pemukiman mereka. Akibat Peristiwa ini ratusan rumah terbakar dan 4 (empat) orang Warga Muslim Meninggal, 1 buah Mesjid dan 1 buah Mushola terbakar.

PULAU AMBON TETAP BERGOLAK

Ketika beberapa lokasi Desa Kristen di luar pulau Ambon sebagaimana yang diuraikan di atas diserang dan dibumi hanguskan oleh warga Muslim, maka hingga akhir bulan Januari 1999 situasi di Pulau Ambon terus bergolak, melalui berbagai pertikaian antar kelompok yang bertikai (Muslim dan Kristen).

Dalam kurun waktu tersebut beberapa kejadian sempat terjadi dalam kota Ambon seperti di Gudang Arang, Batu Gong, Desa Passo dan beberapa lokasi lain dalam skala kecil.

Di Gudang Arang pada tanggal 23 Januari 1999 kira-kira jam 14.00 WIT masa Muslim asal BBM (Buton, Bugis, Makasar) dengan memanfaatkan aparat keamanan (bantuan) KOSTRAD yang berasal dari Ujung Pandang telah melakukan penyerangan dan pembakaran rumah-rumah warga Kristen di Gudang Arang.

Beberapa orang pemuda warga Kristen yang mencoba mempertahankan diri ditembak oleh aparat keamanan yang mengakibatkan 1 (satu) orang meninggal dunia dan 6 (enam) orang luka-luka karena tembakan aparat keamanan serta beberapa buah rumah rusak dan terbakar.

Melihat tindakan aparat keamanan yang memihak dalam bentuk memimpin penyerangan tersebut, salah seorang pemuda Kristen sempat membantai seorang aparat keamanan dengan parang (golok) hingga meninggal dunia.

(11)

pasal 28 E ayat 1 sebagai dasar kebebasan beragama

(12)

Penutup

konstitusi adalah merupakan atap dari pada pelanggaran dan kepastian atas HAM .HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan kiprahnya. Setiap individu mempunyai keinginan agar HAM-nya terpenuhi, tapi satu hal yang perlu kita ingat bahwa jangan pernah melanggar atau menindas HAM orang lain.

(13)

Daftar pustaka

1. manusia/emperordeva.wordpress.com/about/sejarah-hak-asasi-manusia/ - 72k -

 2.

http://imadekariada.blogspot.com/2008/08/ham-dalam-konstitusi-uud-1945-dan.html

3. http://nasional.kompas.com/read/2012/11/04/08580419/Kompleksitas.Konfik.

Ambon

Referensi

Dokumen terkait

Permintaan seseorang atau masyarakat terhadap suatu barang ditentukan oleh banyak faktor, antara lain : harga barang itu sendiri, harga barang lain yang mempunyai

mana pada waktu-waktu tertentu tidak ada larangan bagi negara untuk melakukan intervensi demi melindungi dan menjamin kemaslahatan umat, dengan mengambil berbagai langkah

Berdasarkan surat edaran dari Ditjen Pendidikan Islam nomor: DT.I.III/PP.04/571/2011 tentang Edaran Beasiswa Santri Pondok Pesantren dari Pemerintah Suriah Tahun

Stasiun Meulaboh yang memiliki tipe hujan ekuatorial menunjukkan penurunan tren pada indeks hujan sangat lebat(R95p) dan ekstrim(R99p) sedangkan terjadi peningkatan

“Program Perluasan Kepesertaan Jamsostek ini jadwalnya tidak bisa ditetapkan dalam sekali waktu, bisanya seiring dengan berjalannya program, karena melihat kondisi target

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, sehingga keberadaan pidana denda dan pidana penjara tersebut dapat dijadikan sebagai salah

Dari potensi lahan diatas maka peluang untuk pengembangan energi alternatif yang dapat dikembangan di Indonesia adalah melalui tanaman yang terdiri atas kelapa sawit, jarak pagar,

Fungsi diatas merupakan pilihan yang ada pada mode penyiraman tanaman 2 yang berada pada sisi kanan.Void pot2() { untuk mendefinisikan variable pot 2 atau