• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS TEORI HUKUM PENANAMAN MODAL ASING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TUGAS TEORI HUKUM PENANAMAN MODAL ASING"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Setiap negara selalu berusaha meningkatkan pembangunan, kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya. Usaha tersebut dilakukan dengan berbagai cara yang berbeda antara satu negara dengan negara lainnya. Salah satu usaha yang selalu dilakukan oleh negara adalah menarik sebanyak mungkin investasi asing masuk ke negaranya.1 Menarik investasi masuk sebanyak mungkin ke dalam suatu negara didasarkan pada suatu mitos yang menyatakan bahwa untuk menjadi suatu negara yang makmur, pembangunan nasional harus diarahkan ke bidang industri. Untuk mengarah kesana, sejak awal negara-negara tersebut dihadapkan kepada permasalahan minimnya modal dan teknologi yang merupakan elemen dasar dalam menuju industrialisasi. Jalan yang ditempuh untuk mengatasi masalah tersebut adalah mengundang masuknya modal asing dari negara-negara maju ke negara berkembang.2

Penanaman modal merupakan sektor utama yang sangat mempengaruhi negara-negara di dunia untuk menggerakkan roda perekonomian negara. Penanaman modal asing dapat berperan dalam pembangunan ekonomi, meningkatkan produksi, memberi perluasan kesempatan kerja, mengolah sumber-sumber potensi ekonomi di dalam negeri. Penanaman modal asing diharapkan dapat pula ikut berperan dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat dan pembangunan ekonomi pada umumnya. Penanaman modal asing juga dipandang sebagai bidang yang sangat menguntungkan bagi negara tuan rumah (host state), karena dengan adanya penanaman modal asing ini, negara penerima modal asing dapat menjamin dan mengalihkan modal dalam negeri yang tersedia untuk digunakan bagi kepentingan publik.3 Penanaman modal asing ke negara sedang berkembang pada prinsipnya bersangkutan dengan tiga hal pokok yaitu ekonomi, politis dan hukum. Tiga faktor tersebut mempunyai pengaruh besar terhadap masuknya modal asing ke suatu negara.4

1Ahmad Yulianto, “Peranan Multilateral Investment Guarantee Agency (MIGA) dalam Kegiatan Investasi”,

Jurnal Hukum Bisnis, Vol 22, Tahun 2003, hlm 39.

2Ridwan Khairandy,”Peranan Perusahaan Penanaman Modal Asing Joint Venture dalam Ahli Teknologi di

Indonesia”, Jurnal Hukum Bisnis, Vol 228, Tahun 2003, hlm 51.

3 M. Somarajah, 1994, The International Law on Foreign Investment, Cambridge U.P, Cambridge, hlm. 5.

4 Sumantoro, 1984, Bunga Rampai Permasalahan Penanaman Modal dan Pasar Modal, Binacipta, Bandung, hlm.

(2)

Kegiatan penanaman modal asing dari negara maju ke negara berkembang sebagian besar dilakukan oleh perusahaan multinasional (multinational Corporations). Penanaman modal asing langsung dari perusahaan multinasional dianggap sebagai strategi yang paling tepat untuk meningkatkan pembangunan ekonomi daripada pinjaman luar negeri atau pembelian lisensi, kontrak manajemen dan sebagainya yang harus dicari sendiri oleh perusahaan dalam negeri.5 Tujuan penanaman modal dijadikan ’mercusuar’ dalam kebijakan penanaman modal yang dilakukan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Departemen Teknis terkait dan Pemerintah Daerah. Tujuan dimaksud harus mampu mengarahkan kebijakan dasar penanaman modal yang diatur dalam Pasal 4 Undang – undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal atau biasa disebut UU Penanaman Modal.6 Kebijakan dasar penanaman modal tersebut adalah untuk [1] mendorong terciptanya iklim usaha nasional yang kondusif bagi penanaman modal untuk penguatan daya saing perekonomian nasional; dan [2] mempercepat peningkatan penanaman modal.7

Masuknya modal asing bagi perekonomian Indonesia merupakan tuntutan keadaan baik ekonomi maupun politik Indonesia. Alternatif penghimpunan dana pembagunan perekonomian Indonesia melalui investasi modal secara langsung jauh lebih baik dibandingkan dengan penarikan dana international lainnya seperti pinjaman luar negeri.8 Penanaman modal harus menjadi bagian dari penyelengaraan perekonomian nasional dan ditempatkan sebagai upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional, mewujudkan kesejahteraan masyarakat dalam suatu sistem perekonomian yang berdaya saing.9 Modal asing yang dibawa oleh investor merupakan hal yang sangat penting sebagai alat untuk mengintegrasikan ekonomi global. Selain itu, kegiatan investasi akan memberikan dampak positif bagi negara penerima modal, seperti mendorong pertumbuhan bisnis, adanya supply teknologi dari investor baik dalam bentuk proses produksi maupun teknologi.10 Di era reformasi, Pemerintah justru berupaya menarik sebanyak mungkin

5Albert Widjaya, 1982, Impak Kegiatan Perusahaan Multinasional Terhadap Keadaan Sosial dan Politk di

Indonesia, Binacipta, Bandung, hlm. 221.

6Penjelasan Atas Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal. 5 h 7 http://gubugpengetahuan.blogspot.com diakses tanggal 19 November 2016.

8 Undang-undang Nomor. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, Penjelasan umum alenia ke 2.

9Delisa A. Ridgway dan Mariya A.Talib, ”Globalization and Development: Free Trade, Foreign Aid, Investment

and The Rule of Law”, California Western International Law Journal, Vol 33, Spring 2003, hal. 335.

(3)

investasi asing melalui rentetan kunjungan kenegaraan ke luar negeri, privatisasi BUMN, penegakkan supremasi hukum, serta revisi terhadap berbagai undang-undang yang menyangkut bisnis dan investasi perpajakkan, ketenagakerjaan dan seterusnya. Semua upaya ini tentu bertujuan menciptakan iklim dunia usaha dalam negeri yang lebih kondusif demi meningkatkan

capital inflow yang pada gilirannya diharapkan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu, peranan PMA di Indonesia cukup mendukung juga perkembangan kehidupan ekonomi sesuai dengan konsep hukum dalam kegiatan ekonomi dan cita-cita hukum ekonomi Indonesia.

Beberapa pandangan dari para ahli berusaha menjelaskan bagaimana Investor – investor asing dapat masuk ke negara berkembang. Pada dasarnya negara berkembang seperti indonesia sangat membutuhkan peran investor dalam memajukan kehidupan ekonomi. Berdasarkan teori yang dikembangkan oleh Para ahli banyak faktor yang mempengaruhi negara maju untuk melakukan investasi kepada negara – negara berkembang. Maka dari itu dalam makalah yang berjudul “Kajian Teori Hukum Dalam Penanaman Modal Asing di Indonesia berdasarkan Undang – undang No 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal” penulis merasa tertarik untuk menelaah lebih lanjut apa saja teori – teori yang mempegaruhi investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia dan bagaimana pengaturan mengenai penanaman modal asing di Indonesia berdasarkan teori para ahli.

2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana teori – teori yang diungkapkan oleh Para Ahli mengenai penanaman modal asing?

2. Bagaimana praktek dan pengaturan penanaman modal asing berdasarkan ketentuan dalam Undang – Undang Nomor 25 Tahun 2005 tentang Penanaman Modal?

3. Tujuan Penulisan

(4)

1. Tujuan Objektif

a. Untuk mengetahui apa saja teori – teori yang diungkapkan oleh Para Ahli

mengenai penanaman modal asing ke negara berkembang.

b. Untuk mengetahui bagaimana pengaturan penanaman modal asing

berdasarkan Undang – Undang Nomor 25 Tahun 2005 tentang Penanaman

Modal Asing.

2. Tujuan Subjektif

Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Teori Hukum sebagai salah satu syarat untuk lulus mata kuliah tersebut di Magister Hukum Universitas Gadjah Mada.

BAB II

(5)

1. Teori - Teori yang Diungkapkan oleh Para Ahli Mengenai Penanaman Modal Asing ke Negara Berkembang.

Peran penting dari Penanaman Modal Asing (PMA) sebagai salah satu sumber penggerak pembangunan ekonomi yang pesat selama era Orde Baru tidak bisa disangkal. Selama periode tersebut, pertumbuhan arus masuk PMA ke Indonesia memang sangat pesat, terutama pada periode 80-an dan bahkan mengalami akselerasi sejak tahun 1994. Juga, tidak bisa dipungkiri bahwa pertumbuhan investasi dan PMA pada khususnya di Indonesia selama era Soeharto tersebut didorong oleh stabilitas politik dan sosial, kepastian hukum, dan kebijakan ekonomi yang kondusif terhadap kegiatan bisnis di dalam negeri, yang semua ini sejak krisis ekonomi 1997 hingga saat ini sulit sekali tercapai sepenuhnya

Pesatnya arus masuk PMA ke Indonesia selama periode pra-krisis 1997 tersebut tidak lepas dari strategi atau kebijakan pembangunan yang diterapkan oleh Soeharto waktu itu yang terfokus pada industrialisasi selain juga pada pembangunan sektor pertanian. Untuk pembangunan industri, pemerintah Orde Baru menerapkan kebijakan substitusi impor dengan proteksi yang besar terhadap industri domestik. Dengan luas pasar domestik yang sangat besar karena penduduk Indonesia yang sangat banyak, tentu kebijakan proteksi tersebut merangsang kehadiran PMA. Dan memang PMA yang masuk ke Indonesia terpusat di sektor industri manufaktur. Baru pada awal dekade 80-an, kebijakan substitusi impor dirubah secara bertahap ke kebijakan promosi eksport. Sejak krisis 1997 hingga sekarang pertumbuhan arus masuk PMA ke Indonesia masih relatif lambat jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga yang juga terkena krisis yang sama seperti Thailand, Korea Selatan dan Filipina. Bahkan hingga tahun 2001 arus masuk net PMA ke Indonesia negatif dalam jumlah dollar yang tidak kecil, dan setelah itu kembali positif terkecuali tahun 2003. Arus masuk net negatif itu disebabkan banyak PMA yang menarik diri atau pindah lokasi ke negara-negara tetangga.

(6)

setempat untuk bekerjasama. Modal asing juga membantu mengurangi problem neraca pembayaran dan tingkat inflasi, sehingga akan memperkuat sektor usaha negara dan swasta domestic dari negara tuan rumah atau yang sering disebut host country. Menurut beberapa pandangan dari Para Ahli terdapat beberapa teori Investor asing berkeinginan untuk menanamkan modalnya ke negara – negara berkembang, teori dari para ahli tersebut adalah sebagai berikut :

A. Teori Raymond Vernon (The Product Cycle Theory atau Teori Siklus Produk)

The Product Cycle Theory atau Teori Siklus Produk ini dikembangkan oleh Raymond Vernon (1966). Teori ini paling cocok diterapkan pada investasi asing secara langsung (foreign direct investment) dalam bidang manufacturing, yang merupakan usaha ekspansi awal perusahaan-perusahaan negara-negara maju seperti Amerika dengan mendirikan pabrik-pabrik untuk membuat barang-barang sejenis di negara lain.11 Hubungan antara induk perusahaan dan pendirian pabrik-pabrik sejenisnya untuk membuat barang yang sama atau serupa di negara lain disebut investasi “Horizontaly Intergrated”. The Product Cycle Theory ini menyatakan bahwa setiap teknologi atau proses produksi dikerjakan melalui tiga fase yaitu: pertama, fase permulaan atau inovasi; kedua, fase perkembangan proses; ketiga, fase pematangan atau fase standardisasi.12 Setiap fase tipe perekonomian negara mempunyai keunggulan/keuntungan komparatif atau principle of comparative advantage di dalam memproduksi barang-barang atau komponen produksinya Selama fase ini perusahaan-perusahaan negara maju seperti Amerika menikmati posisi monopoli karena kemampuan teknologinya belum tersaingi.13 Fase kedua proses manufacturing dan tempat produksi di luar negeri yang kemasukan aliran modal asing. Fase ketiga standarisasi proses manufacturing memungkinkan peralihan lokasi produksi ke negara berkembang terutama negara-negara industri baru (Newly Industrializing Countries) yang mempunyai keunggulan tingkat upah rendah.14

11Erman Rajagukguk, Hukum Investasi (Bahan Kuliah), (Jakarta: UI Press, 1995), hIm. 3-5.

12 Nindyo Pramono, Perkembangan Arus Investasi Ditinjau Dan Perspektif Hukum Bisnis, Jurnal Legislasi

Indonesia, Vol. 3 Nomor (Jakarta: DitJen Peraturan Perundang-undangan Departemen Hukum dan HAM RI, Juni 2006), hlm. 4.

(7)

The Product Cycle Theory membantu menjelaskan bahwa perusahaan multinasional dan persaingan oligopoli, perkembangan dan penyebaran teknologi industri merupakan unsur-unsur penentu utama terjadinya perdagangan dan penempatan lokasi-lokasi aktivitas ekonomi secara global melalui investasi dan timbulnya strategi perusahaan yang mengimplementasikan perdagangan dan produksi di luar negeri. The Industrial Organization Theory Vertical Integration atau Teori Organisasi Industri Integrasi Vertikal, teori ini cocok diterapkan pada

new multinationalism country atau negara multinasionalisme baru dan pada investasi yang terintegrasi secara vertikal, yakni produksi barang di beberapa pabrik yang menjadi input bagi pabrik-pabrik lain dan suatu perusahaan yang sejenis.15 Pendekatan teori ini berawal dari pemahaman bahwa biaya-biaya untuk bisnis di luar negeni dengan investasi baik direct ataupun indirect harus mencakup biaya-biaya lain yang dipikul perusahaan lebih banyak dan pada biaya-biaya-biaya-biaya yang diperuntukkan hanya untuk rsekadan mengekspor barang dari pabnik-pabrik dalam negeri; oleh karena itu perusahaan harus memiliki keunggulan kompensasi atau “Compensating Advantages” atau “keunggulan spesifik seperti kealihan teknis manajerial, keadaan perekonomian yang memungkinkan perolehan sewa secara monopoli untuk openasi perusahaannya di negara-negara lain.16

B. Teori Alan M. Rugnan

Teori Alan M. Rugman, bahwa penanaman modal asing atau Foreign Direct Investment (FDI) dipengaruhi oleh variabel lingkungan dan vaniabel internalisasi. Tiga jenis variabel lingkungan yang menjadi perhatian yaitu: ekonomi, non ekonomi, dan pemerintah.17 Variabel ekonomi biasanya berupa tenaga kerja dan modal, teknologi dan tersedianya sumber daya alam dan keterampilan manajemen. Menyusun sistem fungsi produksi keseluruhan suatu bangsa yang didefinisikan meliputi semua masukan faktor yang terdapat dalam masyarakat.18 Variabel non ekonomi meliputi variabel politik, sosial dan budaya masyarakat setiap negara

15Ibid., hlm. 6. 16Ibid., hlm. 7.

(8)

mempunyai kekhasan masing-masing.19 Bahwa kenyataannya setiap negara sesungguhnya mempunyai faktor spesifik negara yang khas. Faktor ketiga adalah variabel pemerintah yang harus diperhatikan oleh perusahaan penanaman modal asing di mana modal asing akan masuk. Setiap negara mempunyai kekhususan merek politiknya sendiri. Para politisi mencerminkan faktor spesifik lokasi bangsa. Selalu tendapat keragaman dalam campur tangan pemenintah dalam bisnis internasional (investasi).

C. Teori Kindleberger

Menurut teori hukum ini aspek yang paling sensitif dalam perekonomian internasional adalah aspek investasi langsung atau direct investment. Amerika Serikat dan Inggris berusaha membatasi investasi langsung oleh perusahaan-perusahaan yang berdomisili di dalam batas-batas kedua negara ini untuk membatasi tekanan pada neraca pembayaran mereka. Teori investasi langsung atau direct investment mempunyai banyak implikasi, yaitu :

a. Investasi langsung tidak akan terjadi dalam industri di mana ada persaingan murni. b. Perusahaan penanam modal tidak berkepentingan untuk mengadakan usaha bersama

atau joint venture dengan pengusaha setempat karena akan berusaha memiliki sendiri seluruh keuntungan; dan pada saat bersamaan para penanam modal setempat tentu tidak mau membeli saham-saham dan perusahaan induk serta penghasilan keseluruhan penanam modal menjadi kabur atau samarsamar dibandingkan dengan keadaan setempat yang dapat membawa banyak keuntungan sebagaimana mereka lihat.

c. Investasi langsung terjadi menurut dua arab industri yang sama, hal mi tidak akan terjadi apabila kegiatan didasarkan atas tingkat-tingkat laba umum. Hal mi untuk sebagian merupakan kejadian yang khas dalam persaingan oligopoli yaitu setiap perusahaan harus bertindak seperti dilakukan perusahaan yang lain untuk menghindarkan agar perusahaan lain tidak mendapatkan laba secara tidak terduga.

D. Teori Robbock & Simmond

Teori Robbock & Simmond melakukan pendekaatan melalui pendekatan global, pendekatan pasar yang tidak sempurna, pendekatan internalisasi, model siklus produk, produksi internasional, model imperialisasi Marxis. Melalui pendekatan global, kekuatan internal yang memengaruhi penanaman modal asing yaitu pengembangan teknologi atau produk baru, ketergantungan pada sumber bahan baku, memanfaatkan

(9)

mesin-mesin yag sudah usang, mencari pasar yang lebih besar. Kekuatan eksternal yang memengaruhi penanaman modal asing yaitu pelanggan, pemerintah, ekspansi ke luar negeri dari pesaing dan pembentukan Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE).

Muchammad Zaidun dalam orasi ilmiahnya, mengemukakan teori-teori yang berkaitan dengan kepentingan negara dalam bidang investasi, tinjauannya adalah dari sudut pandang kepentingan pembangunan ekonomi, yaitu melihat segi kepentingan ekonomi yang menjadi dasar pertimbangan perumusan kebijakan, lazimnya meminjam teori-teori ekonomi pembangunan sebagai dasar pijakan kebijakan hukum investasi yang cukup populer, antara lain:20

1. Teori Klasik dan Neo Klasik (The Classical and Neo Classical Theory on Foreign Investment)

Teori ekonomi klasik dalam penanaman modal asing menyatakan bahwa penanaman modal asing secara keseluruhan menguntungkan ekonomi negara penerima modal. Terdapat beberapa faktor yang mendukung pandangan teori klasik dan neo klasik, yaitu:

Pertama, merupakan fakta bahwa modal asing yang dibawa ke negara pemilik modal menjamin bahwa modal nasional/domestic yang tersedia dapat digunakan untuk kepentingan pembangunan dan kepentingan masyarakat. Masuknya modal dan penanaman modal asing kembali oleh penanaman modal asing yang berasal dari keuntungan yang tidak dikembalikan ke negaranya, akan meningkatkan tabungan dari negara penerima modal. Penghasilan pemerintah melalui pajak meningkat dan pembayaran pembayaran lain juga akan meningkat. Lebih jauh lagi, modal asing yang masuk ke negara penerima modal mengurangi pembatasan neraca pembayaran dari negara penerima modal. Secara umum, penanaman modal meningkatkan aktivitas ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.21

Pendukung dari teori neo klasik ini lebih jauh lagi berpendapat bahwa penanaman modal asing meningkatkan persaingan di bidang industri dengan

20 M. Sornarajah, 2010, The International Law on Foreign Investment, Cambridge University Press, Cambridge

USA, hlm. 45.

21An Chandrawulan, 2011, Hukum Perusahaan Multinasional, Liberalisasi Hukum Perdagangan Internasional

(10)

pengembangan produktivitas. Penanaman modal asing juga memperluas pasar bagi produsen negara penerima modal untuk memasarkan barang -barangnya ke pasaran dunia, membawa pada persaingan yang lebih besar dan kesempatan untuk pengalihan teknologi.22 Teori neo - klasik telah memainkan peranan yang sangat penting dalam mempengaruhi prinsip dasar dari hukum internasional dalam bidang penanaman modal asing. Kebanyakan perjanjian bilateral di bidang penanaman modal di antara negara - negara percaya bahwa masuknya penanaman modal asing akan mendorong pembangunan ekonomi dan membawa kemakmuran ekonomi negara mereka.23

2. Teori Kebergantungan (The Depency Theory)

Teori ini didasari oleh banyaknya penanaman modal asing yang dilakukan oleh perusahaan - perusahaan multinasional yang berkantor pusat di negara maju dan beroperasi melalui anak -anak perusahaannya di negara berkembang. Teori ini menyatakan bahwa perusahaan multinasional dalam menanamkan modalnya di negara berkembang dengan kebijakan global hanyalah untuk kepentingan induk perusahaan dan pemilik saham dari perusahaan multinasional tersebut yang berada di negara penanam modal. Negara pemilik modal menjadi sentral ekonomi di dunia, sedangkan negara -negara berkembang melayani kepentingan dari -negara pemilik modal. Pembangunan menjadi tidak mungkin dalam suatu negara berkembang sebagai pelaku ekonomi yang tidak penting kecuali dapat mengubah situasi dengan negara berkembang menjadi pusat ekonomi melalui penanaman modal asing.24

Menurut teori kebergantungan, penanaman modal asing di negara berkembang tidak menghasilkan pembangunan ekonomi yang berarti. Penanaman modal asing menahan pertumbuhan ekonomi dan kenaikan pemasukan di negara penerima modal.25 Perkembangan ekonomi negara berkembang dirasakan lamban karena berbagai alasan. Pertama, penanaman

22Ibid.

23Ibid., hlm. 54-55.

(11)

modal asing langsung yang banyak dilakukan oleh perusahaan multinasional biasanya menegakkan kebijakan global bagi kepentingan negara -negara maju yang kantor pusat dan pemilik sahamnya berada di -negara pemilik modal. Negara pemilik modal dari penanaman modal asing menjadi pusat ekonomi negara penerima modal hanya sebagai pelayan ekonomi yang tidak penting bagi pusat ekonomi.

Kedua, masuknya atau mengalirnya modal ke negara berkembang, terdapat ketentuan bahwa modal yang ditanam dan keuntungan yang diperoleh di negara penerima modal asing dapat dikembalikan ke negaranya. Berdasarkan ketentuan ini, dalam praktik penanaman modal asing mengembalikan baik modal asal maupun keuntungan dua kali lipat dari modal yang mereka bawa. Ketiga, penanaman modal asing menggunakan kekayaan alam tanpa memerhatikan kepentingan dan kebutuhan setempat, sebagai kibatnya mereka kehilangan pekerjaan dan mengalami kebangkrutan.Penanaman modal asing berdasarkan teori kebergantungan hanya menguntungkan perusahaan multinasional dan membuat kebergantungan negara berkembang dalam membangun ekonominya bergantung kepada penanaman modal asing dan tidak bermanfaat bagi negara penerima modal. Pada kenyataannya, di dunia saat ini dengan dikuranginya bantuan dana resmi terhadap negara-negara berkembang, penanaman modal menjadi sumber pendanaan yang penting bagi pembangunan proyek-proyek besar. Lebih jauh lagi, keberadaan teori kebergantungandalam penanaman modal asing langsung tetap dipertahankan di era globalisasi.26

3. Teori Penengah (The Middle Path Theory)

Teori ini muncul sebagai reaksi dari negara - negara berkembang dalam mengubah pandangannya terhadap perusahaan multinasional. Negara -negara berkembang mulai percaya diri dalam menghadapi perusahaan multinasional dan perusahaan multinasionalpun meninggalkan perannya sebagai alat dari kebijakan luar negeri negara pemilik modal. Teori penengah dikenal juga sebagai teori yang mengedepankan peran pemerintah atau negara dalam

(12)

melakukan strategi pembangunan ekonomi khususnya di negara - negara berkembang. Menurut teori ini, negara- negara harus merumuskan dan menyusun serta mengikuti tujuan -tujuan yang tidak mudah dilakukannya sebagai permintaan atau kepentingan dari kelompok - kelompok sosial, kelas - kelas atau masyarakat dalam wilayahnya.27

4. Teori Interfensi Negara (Government Intervention Theory)

Pendukung teori ini berpendapat, perlindungan terhadap invant industries di negara-negara berkembang dan kompetensi dengan industri di negara-negara maju merupakan hal yang esensial bagi pembangunan nasional (Grabowski). Teori ini melihat pentingnya peran negara yang otonom yang mengarahkan langkah kebijakan ekonomi termasuk investasi, peran negara dipercaya akan bisa mengintervensi pasar untuk mengoreksi ketimpangan pasar dan memberikan perlindungan kepada invant industries, kepentingan masyarakat, pengusaha domestik dan perlindungan lingkungan. Peran negara juga dapat memberi perlindungan bagi kepentingan para investor termasuk investor asing.

Bidang analisis ekonomi atas hukum atau “Economic Analysis of Law” muncul pertama kali melalul pemikiran utilitarianisme Jeremy Bentham yang menguji secara sistemik bagaimana orang bertindak berhadapan dengan insentif-insentif hukum dan mengevaluasi hasil-hasil menurut ukuran-ukuran kesejahteraan sosial (social welfare). Jeremy Bentham menerapkan, salah satu prinsip dan aliran utilitarianisme ke dalam lingkungan hukum yaitu manusia akan bertindak untuk mendapatkan kebahagiaan yang sebesar-besarnya dan mengurangi penderitaan. Bentham berpendapat, pembentuk undang-undang hendaknya dapat melahirkan undang-undang yang dapat mencerminkan keadilan bagi semua individu. Berpegang dengan prinsip di atas, perundang-undangan itu hendaknya dapat memberikan kebahagiaan yang besar bagi sebagian besar masyarakat (the greatest happiness for the greatest number).28

27Ibid.

(13)

Prinsip-prinsip hukum ekonomi internasional harus ditaati oleh Indonesia agar dapat menarik para investor asing menanamkan modalnya. Prinsip ini adalah prinsip ‘fair and equitable’ dan prinsip tanggung jawab negara sebagai kerangka acuan dan/atau sebagai dasar pengaturan penanaman modal asing. Tujuannya adalah untuk mewujudkan perlakuan yang sama (most favourable nation/MFN) antara investor asing dan investor dalam negeni. Para investor asing yang akan menanamkan modalnya di Indonesia terutama di daerah, pada umumnya mengharapkan aturan-aturan hukum penanaman modal yang memberikan kemudahan, perlindungan hukum dan kepastian hukum. Adanya sistem hukum yang memberi keadilan dan kepastian hukum membuat para investor asing tidak mengalihkan modalnya ke negara lain.

Penyerapan prinsip-prinsip hukum penanaman modal dalam rangka menciptakan iklim penanaman modal yang baik adalah untuk mewujudkan harmonisasi hukum penanaman modal. Hal ini didasarkan pemikiran bahwa peraturan yang seragam mengenai penanaman modal akan berdampak bagi masyarakat dan pemenintah untuk menyerap penanaman modal dan mengarahkan pemerintah membeni jalan keluar. Hal ini dapat dilihat dari salah satu dari tiga hal penting yang diperintahkan oleh konsiderans undang-undang ini, yakni: harmonisasi peraturan penanaman modal dengan perubahan perekonomian global dan kewajiban internasional Indonesia dalam berbagai kerja sama internasional dengan tetap mengacu kepada kedaulatan politik dan ekonomi nasional.29 Peraturan yang seragam akan menjamin dan memberi kemudahan kepada investor atau perusahaan untuk mudah masuk memobilisasi sumber daya, dan memberikan keuntungan pendapatan daerah dan kewenangan yang diatur dalam undang-undang. Peranan pemerintah dalam menciptakan iklim investasi diperlukan untuk mengatasi kegagalan pasar (market failure) atau kegagalan laissez faire mencapai efisien, Dalam hal mengatasi kegagalan tersebut pemerintah dapat melakukan intervensi melalui hukum dan peraturan.

29Mahmul, Siregaar, Undang- Undang Penanaman Modal dan PenyelesaianSengketa Perdagangan Internasional

(14)

Pemerintah mengatur dunia usaha dan transaksi untuk meminimalkan information asymetries dan mencegah monopoli. Dalam praktik, pemerintah acapkali gagal mengurangi kegagalan pasar, bahkan tidak jarang intervensi dan pemerintah malah memperburuk iklim investasi. Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah perlu menyusun kerangka acuan yang jelas agar kompetisi berjalan dengan baik. Pengaturan yang baik akan menciptakan persaingan antar dunia usaha sehingga hanya perusahaan efisien yang dapat bertahan hidup. Kondisi mi pada gilirannya akan menguntungkan konsumen.

2. Penanaman Modal Asing Berdasarkan pengaturan Undang – Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal

Undang-Undang Dasar 1945 menganut paham kedaulatan rakyat Indonesia yang mencakup baik aspek demokrasi politik maupun aspek demokrasi ekonomi. Berdasarkan kedua doktrin demokrasi tersebut, sistem sosial di Indonesia dapat dikembangkan menurut prinsip-prinsip demokrasi yang seimbang, sehingga menumbuhkan kultur demokrasi sosial yang kokoh. Dianutnya prinsip demokrasi ekonomi dan paham ekonomi pasar sosial dapat dilihat pada ketentuan Bab XIV UUD 1945. Ketentuan konstitusi tersebut harus mendasari perumusan berbagai ketentuan mengenai perekonomian dan kesejahteraan sosial di Indonesia. Pelaksanaan ketentuan konstitusi di bidang ekonomi tentu akan selalu bersentuhan dengan kecenderungan perkembangan masyarakat. Saat ini, pelaksanaan paham “welfare state” yang memberikan pembenaran konseptual terhadap kecenderungan intervensi pasar negara hendaknya dibatasi demi perkembangan dunia usaha yang sehat.30

Sebagaimana diketahui bahwa hukum ialah untuk kepentingan masyarakat di mana hukum tersebut berlaku. Pengertian dan sendi-sendi pokok yang dominan dalam hukum maupun peraturan perundang-undangan ialah tujuan negara, fungsi negara dan alat perlengkapan negara. Tujuan negara Indonesia adalah :31

1.Mencerdaskan kehidupan bangsa 2.Memajukan kesejahteraan umum

30Jimly Asshidiqie, Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi, Serpihan Hukum, Media,dan HAM ,

Konstitusi Press, Jakarta, 2006, Hlm. 153.

31Padmo Wahjono, Penjajagan Suatu Sistem Hukum Nasional Menuju Suatu Kerangka Hukum Nasional, Dalam

(15)

3.Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Rumusan tujuan negara ini menunjukkan dengan jelas masyarakat bernegara yang bagaimana yang akan kita rakit dengan menggunakan peraturan perundang-undangan sebagai alat (law as a tool of social engineering). Dalam konsep ini maka hukum adalah kesadaran keadilan dari rakyat. Negara yang menjalankan pemerintahannya berdasarkan atas kekuasaan hukum dan bertujuan untuk menyelenggarakan ketertiban hukum dinamakannegara hukum32

Pada negara hukum, dalam setiap pelaksanaan tindakan apapun baik oleh pemerintah maupun oleh warga negara harus didasari kepastian hukum dan harus dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Dalam kehidupan bernegara yang berdasarkan atas hukum, maka semua hubungan antara seseorang dengan lainnya, atau antara seseorang dengan alat-alat pemerintahan dan alat-alat negara diatur oleh peraturan-peraturan hukum.33 Hal ini sesuai dengan tujuan dari adanya hukum yang tertuju kepada cita kedamaian hidup antar pribadi (het recht wil de vrede). Karena itu sering dikatakan bahwa penegak hukum itu bekerja“to preserve peace”. Keadaan damai yang menjadi tujuan akhir norma hukum terletak pada keseimbangan antara dimensi lahiriah dan batiniah yang menghasilkan keseimbangan antara ketertiban dan ketentraman, antara keamanan dan ketenangan.34 Konsep ini pada akhirnya mengarah kepada konsep negara kesejahteraan (welfare state). Dengan adanya konsep

welfare state ini, berarti pula bahwa tanggung jawab negara terhadap perekonomian sebagai salah satu tulang punggung pembangunan negara sangat tinggi. Perkembangan dunia usaha sebagai bentuk perwujudan perkembangan ekonomi Indonesia yang cepat telah memperbesar jumlah transaksi dagang. Hal ini harus diimbangi dengan landasan hukum yang baik dan sesuai dengan perkembangan dunia usaha. Untuk itu perlu dilakukan upaya reformasi peraturan perundang-undangan terutama yang berkaitan dengan dunia usaha dan investasi. Tanpa adanya struktur hukum baru, Indonesia akan terhambat dalam memasuki era ekonomi global. Hal ini juga berarti akan menghilangkan keunggulan komparatif di bidang ekonomi saat ini.

Penanaman modal merupakan unsur penting dalam menunjang keberhasilan program pembangunan ekonomi nasional. Selain harus menjadi bagian dari penyelengaraan

32Musthafa Kamal Pasha, Pancasila UUD 1945 Dan Mekanisme Pelaksanaannya, MitraGama Widya,

Yogyakarta, 1988, Hlm. 111.

33Ibid.

(16)

perekonomiaan nasional, penanaman modal juga harus ditempatkan sebagai upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan, meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional, mendorong pembangunan ekonomi kerakyatan, serta mewujudkan kesejahteraan masyarakat dalam sistem perekonomian yang berdaya saing. Peraturan penanaman modal diperlukaan agar kegiatan modal di Indonesia dapat berjalan sesuai dengan tujuan pembangunan (khususnya modal asing) tidak merugikan kepentingan pembangunan Indonesia. Masalah modal asing di Indonesia sudah sejak awal kemerdekaan menjadi bagian dari pemikiran aktual program ekonomi Indonesia. Hal ini berkaitan dengan konsep perubahan ekonomi dari ekonomi kolonial ke ekonomi nasional. Secara esensial konsep ekonomi nasional, salah satu dimensinya adalah sebuah perekonomian dimana pemilikan, pengawasan, dan pengelolaan dibidang ekonomi berada ditangan golongan pribumi.

Dalam rangka mengatasi masalah-masalah yang muncul dalam penanaman modal, sistem hukum dan sistem ekonomi harus dapat bersinergi dan saling mendukung secara positif. Sebagai gambaran sinergisitas antara sistem hukum dan sistem ekonomi, Negara mengatur sistem penanaman modal dalam UU No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal yang dapat memberikan jaminan perlindungan dan kepastian hukum dengan tetap memperhatikan kepentingan ekonomi nasional yang berlandaskan demokrasi ekonomi dan sesuai dengan tujuan bernegara. Ketentuan hukum dan peraturan tentang penanaman modal harus tetap disesuaikan dengan perkembangan di era globalisasi, karena perekonomian dunia ditandai dengan kompetisi antar bangsa yang semakin kompetitif, sehingga kebijakan penanaman modal harus didorong untuk menciptakan daya saing perekonomian nasional guna mendorong integrasi perekonomian Indonesia menuju perekonomian global.

(17)

diformulasikan dalam Pembukaan dan Pasal 33 UUD 1945. Pasal 33 UUD 1945 memuat ketentuan mengenai semangat kebersamaan, semangat kekeluargaan, wadah usaha, dan sumber-sumber ekonomi yang harus digunakan untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat. Pengaturan kebijakan tentang penanaman modal asing secara resmi untuk pertama kalinya diatur dalam Undang - Undang No. 78 Tahun 1958 tentang Penanaman Modal Asing, akan tetapi karena pelaksanaan undang ini banyak mengalami hambatan, undang-undang tersebut dicabut dengan Undang - Undang No. 16 Tahun 1958. Sejak zaman orde baru, kebijakan penanaman modal terbuka bagi para investor asing yang akan menanamkan modalnya di Indonesia. Dengan mensahkan Undang - Undang No. 1 Tahun 1967 Tentang Penanaman Modal Asing yang kemudian direvisi dengan Undang - Undang No. 11 Tahun 1970 Tentang Penanaman Modal Asing, selain mengeluarkan peraturan kebijakan tentang penanaman modal asing, pemerintah juga mengeluarkan peraturan tentang penanaman modal dalam negeri, yaitu UU No. 6 tahun 1968 jo UU No. 12 Tahun 1970 penanaman modal asing dan penanaman modal dalam negeri.

(18)

penanam modal yang memiliki nilai ekonomis, sedangkan yang dimaksud dengan Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia. Dikaji dari bentuk kebijakannya, maka UUPM secara langsung mengabungkan kebijakan penanaman modal asing dan penanaman modal dalam negeri melalui satu undang-undang.

Pembentukan Undang - Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal didasarkan pada semangat untuk menciptakan iklim penanaman modal yang kondusif sehingga Undang - Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal Asing mengatur hal - hal yang dinilai penting, antara lain yang terkait dengan cakupan undang - undang, kebijakan dasar penanaman modal, bentuk badan usaha, perlakuan terhadap penanaman modal, bidang usaha, serta keterkaitan pembangunan ekonomi dengan pelaku ekonomi kerakyatan yang diwujudkan dalam pengaturan mengenai pengembangan penanaman modal bagi usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi, hak, kewajiban, dan tanggung jawab penanam modal, serta fasilitas penanaman modal, pengesahan dan perizinan, koordinasi dan pelaksanaan kebijakan penanaman modal yang di dalamnya mengatur mengenai kelembagaan, penyelenggaraan urusan penanaman modal, dan ketentuan yang mengatur tentang penyelesaian sengketa. Undang - Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, kemudian menjadi dasar dalam setiap pelaksanaan penanaman modal di Negara, melihat sangat pentingnya peranan penanaman modal maka harus di atur secara baik sesuai dengan kondisi yang ada pada masyarakat.

Menurut Undang - Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal Asing, Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di Negara Republik Indonesia. Penanaman Modal Asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri.35

Sedangkan Pasal 1 ayat (3) Undang - Undang Nomor 25 Tahun 2007 memberi pengertian penanaman modal asing sebagai kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang

(19)

menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanaman modal dalam negeri. Penanaman modal asing ini dapat dilakukan baik oleh perorangan warga negara asing, badan usaha asing, dan/atau pemerintah asing yang melakukan penanaman modal di wilayah Negara Republik Indonesia.36 Adapun Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 memberikan pengertian apa yang dimaksud dengan modal yaitu aset dalam bentuk uang atau bentuk lain yang bukan uang yang dimiliki oleh penanaman modal yang mempunyai nilai ekonomis.37 Batasan penanaman modal asing adalah perseorangan negara asing, badan usaha asing, dan/atau pemerintah asing yang melakukan penanaman modal di wilayah Negara Republik Indonesia. Undang - Undang Nomor 25 Tahun 2007 tidak memperinci bidang apa yang diperbolehkan bagi penanaman modal asing langsung. Pasal 2 menyatakan bahwa ketentuan dalam undang - undang ini berlaku bagi penanaman modal di semua sektor di wilayah Negara Republik Indonesia adalah penanaman modal langsung dan tidak termasuk penanaman modal tidak langsung atau portofolio.

Dari hal tersebut di atas, terlihat bahwa Undang - undang ini hanya mengatur penanaman modal asing yang dilakukan secara langsung. Sedangkan mengenai bidang -bidang usaha tidak terdapat dalam Undang - undang ini, tetapi terdapat dalam peraturan pelaksanaan yang berupa Peraturan Presiden Nomor 76 Tahun 2007 tentang Kriteria Dan Persyaratan Penyusunan Bidang Usaha Yang Tertutup Dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal dan Peraturan Presiden RI Nomor 77 tahun 2007 tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal serta Peraturan Presiden RI Nomor 111 tahun 2007 tentang Perubahan Terhadap Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2007. Mengenai penanaman modal asing langsung, terdapat 3 komponen yang berbeda, yaitu :38

1. Kepemilikan modal (equity capital) yaitu pembelian sejumlah saham dari suatu perusahaan oleh penanaman modal asing di suatu negara selain di negaranya;

2. Penanaman modal kembali di negara tempat modal ditanam yang berasal dari keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan penanam modal asing yang seharusnya

36Pasal 1 ayat (6) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal

37 Pasal 1 ayat (7) Undang - Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

38 Peter Malanczuk, International Law Provisions for the Protection of Foreign Investment, Public Lecture on

(20)

modal tersebut dikembalikan ke negara asal modal (reinvestedearning). Hal ini biasanya dilakukan oleh anak perusahaan yang berada di negara tersebut;

3. Pinjaman antar perusahaan (intracompany loans) yaitu peminjaman sejumlah modal baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang yang dilakukan di lingkungan intern dari perusahaan tersebut antara induk perusahaan dan anak perusahaan.

Menurut Pasal 3 ayat (1) Undang -Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, penanaman modal di Indonesia diselenggarakan berdasarkan asas - asas sebagai berikut:

1.Kepastian hukum

Asas dalam negara hukum yang meletakkan hukum dan ketentuan

peraturan perundang- undangan sebagai dasar dalam setiap kebijakan dan tindakan dalam penanaman modal.

2.Keterbukaan

Keterbukaan berarti atas hak masyarakat untuk memperoleh

informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang kegiatan penanaman modal.

3.Akuntabilitas

Asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir penyelenggaraan penanaman modal harus dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan peundang- undangan. 4.Perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal negara.

Asas perlakuan pelayanan non diskriminasi berdasarkan ketentuan

peraturan perundang - undangan, baik antara penanaman modal dalam negeri dan penananm modal dari suatu negara asing dan penanamanmodal dari negara asing lainnya. 5.Kebersamaan

Asas yang mendorong peran seluruh penanam modal secara bersama -sama dalam kegiatan usahanya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat.

6.Efisiensi Berkeadilan

Asas yang mendasari penanaman modal dengan mengedepankan

efisiensi berkeadilan dalam usaha untuk mewujudkan iklim usaha yang adil, kondusif dan berdaya guna.

7.Berkelanjutan

Asas yang secara terencana mengupayakan berjalannya proses pembangunan melalui penanaman modal untuk menjamin kesejahteraan dan kemajuan dalam segala aspek kehidupan baik masa kini maupun masa yang akan datang.

8.Berwawasan lingkungan

(21)

9.Kemandirian

Asas penanaman modal yang dilakukan dengan tetap mengedepankan potensi bangsa dan negara dengan tidak menutup diri pada masuknya modal asing demi terwujudnya pertumbuhan ekonomi.

10.Keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional

Asas yang berupaya menjaga keseimbangan kemajuan ekonomi wilayah dalam kesatuan ekonomi nasional.

Tujuan dari penanaman modal asing antara lain menurut Pasal 3 ayat (2) Undang -Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal sebagai berikut:

1.Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional; 2.Menciptakan lapangan kerja;

3.Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan;

4.Meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional; 5.Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional; 6.Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan;

7.Mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan dana yang berasal, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri;

8.Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

(22)

dalam pasal lain dalam UUPM, yaitu pasal 5 ayat 2 yang menyatakan bahwa Penaman modal asing wajib dalam bentuk perseroan terbatas berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan dalam wilayah Negara Republik Indonesia. Kecuali ditentukan lain oleh undang-undang. Adapun mekanisme permodalannya dapat dilakukan dengan cara:

a. Mengambil bagian saham pada saat pendirian perseroan tebatas; b. Membeli saham; dan

c. Melakukan cara lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pengertian penanaman modal asing dalam UUPM, hanyalah mencakupi penanaman modal asing yang bersifat langsung (foreign direct investment). Penanaman modal langsung diartikan bahwa pemilik modal menanggung resiko dari investasi tersebut dan pemilik modal secara langsung menjalankan perusahaannya yang besangkutan di wilayah Indonesia.

UPMA dalam Pasal 23 menegaskan, bahwa dalam bidang-bidang usaha yang terbuka bagi modal asing dapat diadakan kerja-sama antara modal asing dengan modal nasional dengan mengingat ketentuan dalam Pasal 3 di atas. Pemerintah menetapkan lebih lanjut bidang-bidang usaha, bentuk-bentuk dan cara-cara kerjasama antara modal asing dan modal nasional dengan memanfaatkan modal dan keahlian asing dalam bidang ekspor serta produksi barang-barang dan jasa-jasa. Pengertian modal nasional dalam Undang-undang ini meliputi modal Pemerintah Pusat dan Daerah, Koperasi dan modal swasta nasional. Adapun keuntungan yang diperoleh perusahaan modal asing sebagai hasil kerjasama antara lain modal asing dan modal nasional tersebut pada Pasal 23 setelah dikurangi pajak-pajak serta kewajiban-kewajiban lain yang harus dibayar di Indonesia, diizinkan untuk ditransfer dalam valuta asli dari modal asing yang bersangkutan seimbang dengan bagian modal asing yang ditanam.39 Untuk menanamkan modal di Indonesia, investor asing harus terlebih dahulu meneliti Daftar Negatif Investasi (DNI) yang berisi sektor usaha yang tertutup sama sekali terhadap semua bentuk penanaman modal, hanya tertutup untuk Penanaman Modal Asing, dan yang masih terbuka dengan persyaratan tertentu.

Sebagaimana diatur dalam Perpres No. 76 Tahun 2007 tentang Kriteria dan Persyaratan Penyusunan Bidang Usaha yang Tertutup dan Terbuka dengan Persyaratan di bidang

(23)

Penanaman Modal dan Perpres No. 77 Tahun 2007 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di bidang Penanaman Modal. Selain dari yang terdaftar, semua sektor terbuka untuk investor asing dengan kepemilikan hingga 100%. Persetujuan Penanaman Modal Asing akan dikeluarkan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) di Jakarta. Peran PMA sebagai sumber penting peralihan teknologi dan

knowledge lainnya. Peran ini bisa lewat dua jalur utama. Pertama, lewat pekerja-pekerja lokal yang bekerja di perusahaan-perusahaan PMA. Saat pekerja-pekerja tersebut pindah ke perusahaan-perusahaan domestik, maka mereka membawa pengetahuan atau keahlian baru dari perusahaan PMA ke perusahaan domestik. Kedua, lewat keterkaitan produksi atau

subcontracting antara PMA dan perusahaan-perusahaan lokal, termasuk usaha kecil dan menengah.

Dalam praktik pelaksanaan penanaman modal sering ditemukan Perjanjian - perjanjian bilateral antar negara berkenaan upaya promosi dan perlindungan terhadap kegiatan penanaman modal (asing). Di wilayah negara Republik Indonesia sendiri telah ditandatangani berbagai perjanjian bilateral menyangkut promosi dan perlindungan di bidang penanaman modal dengan banyak negara. Tujuan utama dari perjanjian bilateral dimaksud,untuk memastikan bahwa harta milik para investor tidak akan diambi alih tanpa adanya ganti rugi yang sifatnya Prompt, Adequate and Effective. Perjanjian seperti itu, mengandung ketentuan mengenai perlakuan non-diskriminatif, peralihan dana, dan prosedur penyelesaian sengketanya manakala terjadi sengketa antara pihak investor dengan pihak negara tuan rumah.40 Berkenaan penanaman modal asing dimaksud, diperlukan pengaturan pemerintah dalam memberikan arah terhadap penanaman modal asing yang dilaksanakan di Indonesia agar dapat berperan dalam pembangunan nasional. Kebijaksanaan penanaman modal asing di Indonesia, ditetapkan berdasarkan pemikiran bahwa penanaman modal asing harus dapat memberikan kontribusi untuk memperkuat struktur perekonomian nasional. Adanya berbagai pengaturan terhadap penanaman modal asing tidak lain dimaksudkan untuk memberikan peluang kepada penanam modal asing yang lebih luas dalam melaksanakan kegiatan penanaman modalnya melalui dukungan iklim penanaman modal yang kondusif.41

40Huala Adolf, Perjanjian Penanaman Modal dalam Hukum Perdagangan Internasional (WTO),Bandung, Refika

Aditama, 2004, hal. 10.

(24)

BAB III KESIMPULAN

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijabarkan di bab – bab sebelumnya Penulis menarik kesimpulan sebagai berikut :

(25)

daerah, dengan demikian teori – teori tersebut dapat diterapkan dalam rangka mendatangkan investor asing ke Indonesia.

Referensi

Dokumen terkait

METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D) (Sugiyono, 2008). Secara

tif dan kuantitatif. Data kualitatif merupakan penilaian, tanggapan,saran-saran, dan angket yang diperoleh yang diperoleh dari reviu ahli desain pembelajaran, ahli

Untuk memudahkan dalam menganalisis data, maka variabel yang digunakan diukur dengan mempergunakan model skala 5 tingkat (likert) yang memungkinkan pemegang polis dapat

Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar 0.031< 0.05 adanya perbedaan signifikan ini menunjukan bahwa Bank Asing memiliki kemampuan yang lebih baik

Sistem absensi bekerja dengan menggunakan inputan wajah ,sehingga dibutuhkan metode yang dapat mendeteksi dan mengenali wajah seseorang yang dimana metode

Pekerjaan yang bergengsi sebagai salah satu contoh komponen status sosial ekonomi, terdiri dari pendapatan dan pencapaian pendidikan.Status pekerjaan sesuai dengan tingkat

Dari hasil observasi yang dilaksanakan pada saat penerapan metode bermain peran berbantuan media kartu gambar untuk meningkatkan kemampuan berbahasa anak dengan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan secara umum dapat diambil kesimpulan bahwa tindak tutur ilokusi pada aktor dalam pementasan drama