• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEDUDUKAN DAN PERANAN USIA LANJUT DI DAL (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KEDUDUKAN DAN PERANAN USIA LANJUT DI DAL (1)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

KEDUDUKAN DAN PERANAN USIA LANJUT DI DALAM DAN LUAR GEREJA

(Kebutuhan Dewasa Lanjut dalam Pembinaan Orang Dewasa Lanjut)

Pendahuluan

Pada dasarnya lansia sering diabaikan oleh gereja dengan alasan bahwa mereka sudah berada dalam lanjut usia maka peran dan kedudukannya tidak begitu diharapkan di dalam gereja. Ini adalah permasalahan yang sering di dapatkan di dalam gereja terhadap kedudukan dan peran lansia di dalam dan luar gereja. Peranan dan kedudukan lansia ini sebenarnya dapat

membantu merubah pola pikir dan meningkatkan kuantitas gereja. The older adult is they are vital human beings with gifts and abilities, still growing in their understanding of life and its responsibilities (Gangel, 1983:226). Dalam hal ini penulis memberikan penjelasan akan kedudukan dan peran lansia di dalam dan luar gereja.

(2)

Usia lanjut (lansia)1 adalah tahapan menuju penuaan dengan

melemahnya kondisi dan situasi jaringan penyusun tubuh dalam segi biologis maupun dalam segi ekonomis. Menurut ilmu gerontologia (ilmu mengenai usia lanjut)2, umur kronologis adalah umur yang dihitung dari jumlah tahun

yang sudah dilewati seseorang. Ini adalah umur yang umum kita kenal misalnya 50 tahun, 60 tahun. Menurut Hurlock, bahwa lansia mempunyai sejumlah karateristik, yaitu sebagai periode kemunduran; masa menghadapi efek penuaan yang tengah terjadi; masa menghadapi penilaian orang lain

1 Lanjut Usia adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang di mulai dengan danya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai mana di ketahui, ketika manusia mencapaiusia dewasa, ia mempunyai kemampuan reproduksi dan melahirkan anak. Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan kehilangan tugas dan fungsi ini, dan memasuki selanjutnya,yaitu usia lanjut, kemudian mati. Bagi manusia yang normal, siapa orangnya, tentu telah siap menerima keadaan baru dalam setiap fase hidupnya dan mencoba menyesuaikan diri dengankondisi lingkunganya. Menurut WHO Lansia dapat dibagi atas Middle aged antara 45-59 tahun, Elderly antara 60-74 tahun, Aged 75 tahun atau lebih. Sementara itu,menurut Pathy (1985) Lansia dapat dikelompokkan atas Young elderly antara 65-75 tahun dan Old elderly 75 tahun keatas. Dalam penelitian mengenai “Hubungan fungsi Keluarga DenganKualitas Hidup Lansia” menyatakan pada umumnya setelah orang memasuki lansia akan mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan

lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi semakin lambat. Sementara fungsi psikomotorik meliputi hal-hal yang berhubungan dengan

dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi krang cekatan. Dengan adanya penurunan kedua fungsi

tersebut, lansia juga mengalami perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan kepribadi an lansia

(http://www.academia.edu/8603013/BAB_I_BAB_II_BAB_III_DAFTAR_PUSTAKA)

2 Menurut ilmu gerontologia (ilmu mengenai usia lanjut), setiap orang memiliki tiga macam umur: umur secara kronologis, biologis, dan psikologis. a. Umur kronologis. Umur yang dihitung dari jumlah tahun yang sudah dilewati seseorang. Ini adalah umur yang umum kita kenal misalnya 50 tahun, 60 tahun, dan sebagainya. b. Umur biologis. Umur yang ditentukan berdasarkan kondisi tubuh. Hal ini dapat terjadi jika seseorang menjadi tua karena ia merasa tua.c. Umur psikologis. Umur yang diukur berdasarkan sejauh mana kemampuan seseorang merasakan dan berindak. Hal ini bisa terjadi pada seorang yang sudah berusia 80 tahun tapi merasa lebih muda dari orang yang di bawah umurnya

(3)

mengenai ketuaan dan penuaan diri; sering dianggap sebagai kelompok minoritas oleh masyarakat sehingga terabaikan; sebagai masa membutuhkan perubahan peran sesuai dengan penurunan daya pada masa tua; selalu tidak mudah dalam menyesuaikan diri dalam keluarga dan masyarakat; memiliki keinginan yang kuat untuk kembali muda (Sidjabat, 2014: 75).

Peranan dan Kedudukan Usia Lanjut di Dalam Gereja

Peranan dan kedudukan lansia di dalam gereja tidak dapat dipisahkan karena kedudukan lansia di dalam gereja mempengaruhi peranannya di dalam gereja itu sendiri. Maka ada beberapa peranan dan kedudukan lansia di dalam gereja adalah:

1. Lansia sebagai panutan,teladan, dan penasehat (Ayub 15:10, I Raja2

12:6,8)

Peranan dan kedudukan lansia di dalam hal ini adalah memberikan teladan sebagai orangtua yang memiliki pengalaman jika dibandingkan dengan kaum muda. Lansia yang memiliki pengalaman tentunya ia ingin berbagi kepada kaum muda baik dalam pengalaman iman maupun pengalaman membina keluarga. Sikap panutan, teladan, dan pemberi nasehat kelihatan dalam aktivitas setiap hari dari lansia untuk mendidik dan mengarahkan kehidupan kaum muda di dalam gereja. Panutan mencakup: karakter, dan spiritual keagamaan.

2. Lansia sebagai partisipator di dalam gereja

(4)

dalam gereja. Nasehat, keteladanan dan panutan lansia merupakan pendidikan non-formal bukan formal. Partisipasi berarti keikutsertaan lansia secara pribadi dalam komunitas gereja yang ada, dapat digalakkan melalui teknik-teknik yang telah dikembangkan di dalam gereja. Partisipasi ini lebih condong ke dalam kerja sama dengan kelompok yang muda di dalam gereja dan keikutsertaan lansia pada masa tuanya tidak pernah terlepas – tidak memiliki keterbatasan dalam mengkomunikasikan – pemahamannya di dalam

lingkungan ia berada. Sebagai partisipator lansia menstransformasikan ilmu yang dimiliki (baik dalam bentuk pengalaman maupun tindakan). Tujuannya untuk menyatakan yang benar, dan tepat berdasarkan pengalamannya di luar gereja maupun di dalam gereja.

Dengan demikian lansia telah menjadi partisipator mengembangkan gereja, dan hal ini juga mempengaruhi kebutuhan lansia untuk “selalu didengar” dalam berbagai situasi dan kondisi. Menurut teori Erikson, orang yang berusia lanjut lebih menonjolkan integritas atau pengalaman pribadi yang lebih mapan. Maklumlah pengalaman hidup mereka sudah panjang. Maka lansia sangat penting dalam hal mengembangkan gereja karena dalam melakukan tugasnya sabar dan bijaksana.

3. Lansia sebagai pengikat kesatuan

(5)

sesama lansia, saling berbagi info seputar pengalaman hidup, dan saling memberikan dukungan dalam penataan masa depan khususnya di dalam pembinaan spiritual dan ekonomi). Dalam hal rajin ke gereja juga mampu membagikan waktu untuk Tuhan, dan hal inilah yang memberikan kesatuan di dalam gereja sebab peranan mereka satu-persatu memperlihatkan secara tidak langsung di kalangan muda bahwa “inilah kami” agar kalangan muda dapat belajar dari rasa kesatuan di dalam komunitas gereja. Walaupun demikian maka tetap juga gereja terus membina iman (Maz.25:1-7, 71:1-24). Dengan memperhatikan saran dari Pengkhotbah 12:1-14 akan pergumulan orang pada masa tuanya (Sidjabat, 2014:165). Jadi, perlunya gereja menyadari kembali akan peran dan tugas dari gereja. Dan gereja harus menghargai kaum lansia sesuai dengan perintah dan tuntutan Alkitab dalam Efesus 6:1-2.

4. Peran dan kedudukan lansia sebagai subjek, bukan sebagai objek

Lansia lebih senang jika kehidupan mereka diutamakan dalam berbagai aspek gerejawi bahkan peranan dan kedudukan mereka dapat memberikan dampak bagi audiensnya.

Sebagian warga lansia ingin diperlakukan sebagai objek. Mereka mendengar dan mengaminkan khotbah atau renungan pendeta atau pembina. Sebagian lainnya mengajukan pertanyaan dan ingin berdiskusi. Mereka ingin berperan sebagai subjek dalam kegiatan pembinaan karena mereka ingin diaktifkan, metode dialog dan diskusi kelompok lebih tepat dikembangkan. Para lansia yang ikut dalam kelompok pembinaan harus diberanikan atau dibantu pula untuk menyatakan pemahaman dan perasaannya. “Maksud pertanyaan Bapa tadi adalah..”, demikian misalnya pendeta memberikan pertolongan. Kemudian, jawaban pun diberikan (Sidjabat, 2014 171).

(6)

5. Peranan dan kedudukan lansia sebagai Manusia yang Potensial3

Lansia secara menyeluruh mereka memberi kemampuan dan pengalaman profesional yang langka untuk didayagunakan dalam gereja. Artinya bahwa dalam sepanjang perjalanan hidup lansia memiliki profesi yang berpotensi di dalam setiap bidangnya. Hal inilah yang perlu diperhatikan di dalam gereja dengan tidak mengabaikan peranan lansia untuk terus berkreatifitas dan mengembangkan profesi yang ada. Walaupun di sisi lain bahwa penurunan kekuatan fisik telah menurun. Solusinya adalah gereja harus menempatkan lansia sebagai pribadi yang memiliki potensi di dalam pengalaman dan gereja sehingga kedudukan lansia dihargai dan tempatkan sebagai teladan. Gereja4

harus menempatkan lansia sebagai sumber ilmu yang baru dalam

pengembangan kebutuhan baik secara jasmani (kreatifitas-kreatifitas, skill dalam bidangnya yang diemban pada masa mudanya) maupun dalam rohani (pengalaman iman). Permasalahan sering terjadi kurangnya dukungan dari pihak gereja sehingga lansia ini mengalami tekanan dalam diri karena merasa tidak dihargai dalam skill atau profesi yang ada di dalam dirinya.

6. Gereja ada karena Lansia

Eksistensi gereja terus berkembang. Pada dasarnya bahwa gereja berdiri karena adanya warga gereja (muda – anak, remaja, dan dewasa) tetapi dengan perkembangan zaman, usia lansia yang dulu masih muda tentu sekarang sudah tua, sebab pertambahan umur. Artinya bahwa lansia adalah memiliki peranan yang aktif dan berkesinambungan di dalam gereja. Gereja harus

3Dalam buku yang berjudul “Ajarlah mereka melakukan” kumpulan karangan seputar Pendidikan Agama Kristen. Penyuting Dr. Andar Ismail.

(7)

mengerti akan peranan besar dari lansia di dalam gereja (apalagi kalau lansia pernah menjadi ketua majelis, penatua, atau pernah menjadi pendeta maka tiba saat pensiunnya), mereka inilah yang terus menjadi penyokong yang kuat di dalam gereja. Jadi, Allah yang mengaruniakan usia lanjut pada seseorang bukanlah untuk kesia-siaan. Itulah sebabnya pemazmur mengatakan dalam doanya: “Ya Allah, Engkau telah mengajar aku sejak kecilku, dan sampai sekarang aku memberitakan perbuatan-Mu yang ajaib, juga masa tuaku dan putih rambutku, ya Allah, janganlah meninggalkan aku, supaya aku

memberitakan kuasa-Mu kepada angkatan ini, keperkasaan-Mu kepada semua orang yang akan datang (Maz.71:17-18). Hal ini tampak lebih jelas lagi dengan adanya istilah ‘penatua/presbyteros5’ dan ‘tua-tua’ yang dipakai dalam

Alkitab, untuk menunjuk pada kedudukan pimpinan yang wibawanya diakui (Ismail, 2010:221-222).

Kedudukan dan Peranan Usia Lanjut di Luar Gereja

Selain kedudukan dan peranan lansia di dalam gereja, lansia juga memiliki kedudukan dan peranan di luar gereja. Kedudukan dan peranan inilah yang memberikan deskripsi akan kehidupan lansia di luar gereja (life older adults out church) sehingga tercermin di luar gereja hidup dari lansia. Ada beberapa kedudukan dan peranan lansia di luar gereja adalah:

1. Dalam Keluarga6

Menurut Thompson bahwa keluarga Kristen tempat-tempat

pembentukan yang istimewa di dalam Kristus, dan sesungguhnya para keluarga tersebut merupakan tempat pembentukan primer bagi iman, dan

5 Paulus hanya menyebut dua kelompok pejabat yang berbeda di dalam pembukaan suratnya kepada jemaat di Filipi: “penilik jemaat dan diaken” Lima puluh tahun setelah Paulus menulis surat ini, Polykarpus (7-155), murid rasul Yohanes, menulis surat penting kepada jemaat Filipi yang di dalamnya juga mengacu pada para pejabat di gereja itu (Strauch, 2008:52-53)

(8)

juga merupakan konteks yang berarti bagi kesinambungan pertumbuhan rohani dewasa (Thompson, 2012: 12). Artinya bahwa sebelum lansia menjadi lansia tentunya terlebih dahulu “ia” dididik dalam sebuah keluarga. Maka dalam keluarga kedudukan dan peranannya, yaitu:

a. Lansia sebagai Motivator dalam keluarga

Artinya bahwa lansia memiliki tanggungjawab dalam mengarahkan kehidupan anak-anaknya yang sudah berkeluarga. Tujuannya agar keluarga dapat belajar dari pengalaman lansia tentang sistem pengaturan kehidupan berumah tangga yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Maka lansia sebagai motivator dalam berbagai aspek keluarga, misalkan dalam manajemen keuangan, pengaturan sistem kerja yang baik, ketegasan dalam mendidik anak-anak, dan membina keluarga yang harmonis.

b. Lansia sebagai penasehat

Artinya bahwa karena lansia telah lebih dulu “tahu” akan pengalaman hidup maka cenderung bersifat mengatur – otoriter – di dalam keluarga. Nasehat seringkali merupakan nasehat berkepanjangan jika dilihat dan dinilai salah tindakan kedua anaknya dalam membina keluarga.

c. Cenderung mau “aktif” dan terlibat dalam pekerjaan rumah tangga

(9)

2. Masyarakat

Kedudukan lansia di dalam masyarakat biasanya tergantung dalam satu kultural masyarakat. Ada memang yang “dituakan” dan ada juga yang dianggap memiliki peran dan kedudukannya diabaikan (lansia dipandang lemah dalam segala segi baik dari fisik maupun dalam intelektual dalam mengikuti globalisasi).

3. Bangsa dan Negara

Tercantum dalam UU RI NO.13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia (lansia) pada pasal 6 bahwa:

1. Lanjut usia mempunyai kewajiban yang sama dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara.

2. Selain kewajiban yang dimaksud pada ayat 1 sesuai peran dan

fungsinya. Lanjut usia juga berkewajiban: Pertama, membimbing dan memberi nasehat secara arif berdasarkan pengetahuan dan

pengalamannya. Kedua, mengamalkan dan mentransformasikan ilmu pengetahuan, keahlian, keterampilan, kemampuan dan pengalaman yang dimilikinya kepada generasi penerus. Ketiga, memberikan keteladanan dalam segala aspek kehidupan kepada generasi penerus.7

Pembinaan Usia Lanjut

Sebagai lansia tentunya harus terus dilakukan pembinaan dalam kehidupannya setiap harinya. Tujuannya pembinaan untuk memudahkan, menolong, dan memberikan kenyamanan lansia di masa tuanya. Ada beberapa beberapa prinsip pembinaan adalah:

1. Orang dewasa lanjut tetap membutuhkan pembinaan iman.

Gereja dapat mengembangkan bahan pengajaran Alkitab khususnya dalam II Korintus 5:1-10. Akan tetapi, dibalik semua itu Allah telah menyediakan “tempat kediaman kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia”. Dan Titus 2:1-5 ditegaskan oleh Rasul Paulus kepada Titus bahwa laki-laki dan

(10)

perempuan tua, sebagai orang-orang berdosa yang kemudian beriman kepada Yesus Kristus, sama-sama membutuhkan pembinaan. Teapanya ditegaskan “Tetapi engkau, beritakanlah apa yang sesuai dengan ajaran yang sehat: laki-laki yang tua hendaklah hidup sederhana, terhormat, bijaksana, sehat dalam iman, dalam kasih dan dalam ketekunan. Demikian juga

perempuan-perempuan tua, hendaklah mereka hidup sebagai orang-orang yang beribadah, jangan memfitnah, jangan menjadi hamba anggur, tetapi cakap mengajarkan hal-hal baik” (Sidjabat, 2014:166-167).

2. Bahan-bahan pengajaran harus relevan

Dengan peningkatan kebutuhan lansia terhadap pengenalan akan Tuhan lebih pribadi (owneed faith) dan termasuk jaminan hidup yang kekal; tanggung jawab terhadap diri sendiri (menghadapi masa tua dengan kreatif); tanggung jawab terhadap keluarga (termasuk anak dan menantu); tanggung jawat terhadap gereja (warga jemaat) dan masyarakat.

3. Pendekatan dan pelayanan terhadap kelompok lansia perlu dikembangkan secara kreatif dengan memperhatikan perubahan sikap mental mereka dalam beberapa aspek, yaitu mereka belajar lebih berhati-hati (butuh waktu lama dalam menghubungkan gagasan mereka dengan waktu dengan pangalaman); terjadi penurunan kemampuan dalam memberikan

argumentasi karena sikap hati-hati; daya ingat terhadap hal-hal yang baru dipelajari terus berkurang, tetapi dalam hal-hal yang lama bertahan; 4. Membina orang dewasa lansia mencakup pemenuhan layanan bagi

(11)

penyimpanan barang secara pribadi, kunjungan dari saudara-saudara dan perhatian, serta sarana transportasi. Kebutuhan kesehatan mencakup makanan sehat dan bergizi, pertolongan mengatur waktu tidur dan olahraga dan pelaksanaan chek-up yang teratur. (Sidjabat, 2014: 172) 5. Pembinaan dan peranan dari gereja

Tugas gereja juga memperhatikan kebutuhan lansia dalam segi:

1. Kunjungan. Kunjungan merupakan tindakan aktif dari gereja untuk memperhatikan lansia pada masa tuanya. Kunjungan membantu lansia untuk lebih aktif dalam organisasi gereja seperti dalam persekutuan, dan doa. Gereja harus memberikan perhatian agar pertumbuhan imannya berkembang dan tidak mengalami stagnasi.

2. Melibatkan dalam satu organisasi. Lansia cenderung lebih menyukai jika gereja mempercayakan satu tanggung jawab kepada lansia, walaupun tidak sepenuhnya mampu untuk melaksanakan karena kelemahan fisik.

3. Memperhatikan kebutuhan jasmani. Hal ini gereja ikut berpartisipasi dalam memberikan dukungan kepada lansia. Memperhatikan

kebutuhan, gereja harus membantu dalam bagian kesehatan seperti pemberian obat gratis, dan pakaian. Khusus bagi yang menderita penyakit dan memerlukan obat medis.

4. Mendoakan. Gereja harus tetap mendoakan lansia agar agar lansia merasakan perhatian gereja melalui kunjungan dan dukungan dalam kebutuhan lansia.

5. Memberikan motivasi dalam menjaga kedamaian, mendukung panti jompo dan memberikan dukungan dalam pembiayaan hidup lansia yang tidak mampu.

Jadi, selain keluarga maka gereja juga harus mempehatikan kebutuhan dari lansia pada masa tuanya. Hal ini mencerminkan pelayanan gereja dan

(12)

KESIMPULAN

Berdasarkan penjelasan dari “Kedudukan Dan Peranan Usia Lanjut Di Dalam dan Luar Gereja (kebutuhan dewasa lanjut dalam pembinaan orang dewasa lanjut)” Maka dapat disimpulkan bahwa kedudukan dan peranan lansia (lanjut usia) sangat penting di dalam gereja. Gereja harus

memperhatikan lansia sebagai satu oknum yang mampu menyokong

kekokohan gereja karena lansia tentunya memiliki saran-saran, kritikan dan tanggapan yang mampu memberikan dukungan agar gereja lebih baik lagi.

Penulis memberikan satu masukan bahwa lansia bukan sekedar lansia yang tua tetapi lansia adalah lansia yang tua tetapi sekaligus memberikan dampak di dalam gereja maupun keluarga. Gereja harus memperhatikan lansia dalam segi dan kondisi apapun karena itulah gereja mulai dari sekarang harus memberikan support dalam mengembangkan pertumbuhan iman, kesehatan dan keakraban dalam satu kesatuan yang utuh. Sebab lansia juga ciptaan Tuhan.

Lansia membutuhkan pembinaan secara spiritual karena bisa saja lansia bergumul dalam permasalahan hidup yang sedang dialami baik dari perubahan bentuk fisik, mental dan kekuatan yang sudah melemah. Pembinaan inilah yang terus dikembangkan oleh gereja karena membina lansia harus memiliki kesabaran dalam beberapa hal seperti sikap yang kembali seperti “anak”. Jadi tanggung jawab gereja harus tetap memberikan dukungan agar lansia tetap merasakan perhatian dari gereja karena lansia butuh perhatian.

(13)

lansia mempunyai potensi dari segi pengalaman sebagai orangtua. Demikian juga peranan keluarga dalam membina orangtua yang lansia harus tepat, rutin, konkret dan memberikan, mencukupkna kebutuhan lansia.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Culy, Iris V.

2012 Dinamika Pendidikan Kristen. Jakarta: BPK.Gunung Mulia

Gangel, Kenneth O.

2001 Membina Pemimpin Pendidikan Kristen. Malang: Gandum Mas

Gangel, K.O., Wilhoit. J.S.

1983 The Christian Educakator’s Handbook on Adult Education. Canada England.

Sidjabat, B.S.

2014 Pendewasaan Manusia Dewasa. Bandung: Kalam Hidup

Strauch, Aleksander.

2008 Diaken dalam Gereja Penguasa atau Pelayan? Yogyakart: Andi

Thompson, Marjorie L.

2012 Keluarga sebagai Pusat Pembentukan. Jakarta: BPK.Gunung Mulia

(14)

2009 Bunga Rampai Pembinaan Warga Gereja. . Jakarta: BPK.Gunung Mulia

Sumber Internet:

www.bpkp.go.id/uu/filedownload/2/45/438.bpkp, diakses tanggal 21 Maret 2015.

http://www.sabda.org/c3i/book/export/html/4830, di akses tanggal 21 Maret 2015

Referensi

Dokumen terkait

Dengan mengukur reliabilitas tes, butir soal harus memenuhi criteria yang telah ditetapkan untuk validitas, indeks kesukaran dan daya pembeda dimana dari

Bank negara negotiable notes yaitu sertifikat yang dikeluarkan bank sentral malaysia untuk memenuhi asas bai’ al-inah, yang berbasiskan diskon yang digunakan untuk mengatur

UU Perkawinan yang menyatakan, “ Anak yang belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun atau belum pernah melangsungkan perkawinan ada di bawah kekuasaan orang

Pasal 55 Ayat (1) Undang-undang a quo , yang berbunyi, “Penyelesaian sengketa Perbankan Syariah dilakukan oleh pengadilan dalam lingkungan Peradilan Agama.” Dengan

Beberapa penelitian tentang likuiditas perbankan Syariah yaitu Sukmana dan Suryaningtyas (2016) yang membandingkan antara bank Syariah dengan bank konvensional, hasil

Namun pada hasil perhitungan LAR ( Loan at Risk ) terlihat bahwa diperoleh hasil 21% yang berarti masuk dalam kategori tidak efektif dengan batas nilai ≥20% yang

Maka dalam diri pemuda atau anggota akan muncul kesadaran atau. tergugah hatinya dalam melakukan kegiatan

Hubungan antara manajemen waktu dengan keberhasilan pembelajaran tutorial Merujuk pada tabulasi silang manajemen waktu dengan keberhasilan pembelajaran tutorial pada