• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbankan Syariah Konsep dan Realitas da

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Perbankan Syariah Konsep dan Realitas da"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Perbankan Syariah antara Konsep dan Realitas dalam sudut pandang political will

Bank Islam atau di Indonesia disebut bank syariah merupakan lembaga keuangan yang berfungsi memperlancar mekanisme ekonomi di sektor riil melalui aktivitas kegiatan usaha (investasi, jual beli, atau lainnya) berdasarkan prinsip Syariah, yaitu aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan nilai-nilai Syariah yang bersifat makro maupun mikro. Nilai-nilai makro yang dimaksud adalah keadilan, maslahah, sistem zakat, bebas dari bunga (riba), bebas dari kegiatan spekulatif yang nonproduktif seperti perjudian (maysir), bebas dari hal-hal yang tidak jelas dan meragukan (gharar), bebas dari hal-hal yang rusak atau tidak sah (bathil), dan penggunaan uang sebagai alat tukar. Sedangkan nilai-nilai mikro yang harus dimiliki oleh pelaku perbankan syariah adalah sifat-sifat mulia yang dicontohkan oleh Rasulullah Salallahu Alaihi Wassalaam, yaitu shiddiq, tabligh, amanah, dan fathonah. Selain itu, dimensi keberhasilan bank syariah meliputi keberhasilan dunia dan akhirat (long term oriented) yang sangat memperhatikan kebersihan sumber, kebenaran proses, dan kemanfaatan hasil.

(2)

sedangkan dalam pembiayaan bank syariah bertindak sebagai pemilik dana atau shahibul maal. Selain itu, bank syariah juga dapat bertindak sebagai agen investasi yang mempertemukan pemilik dana dan pengusaha. bahwa dana yang dihimpun melalui prinsip wadiah yad dhamanah, mudharabah mutlaqah, ijarah, dan lain-lain, serta setoran modal dimasukkan ke dalam pooling fund. Pooling fund ini kemudian dipergunakan dalam penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan dengan prinsip bagi hasil, jual beli, dan sewa. Dari pembiayaan dengan prinsip bagi hasil diperoleh bagian bagi hasil/laba sesuai kesepakatan awal (nisbah bagi hasil) dengan masing-masing nasabah (mudharib atau mitra usaha); dari pembiayaan dengan prinsip jual beli diperoleh margin keuntungan; sedangkan dari pembiayaan dengan prinsip sewa diperoleh pendapatan sewa. Keseluruhan pendapatan dari pooling fund ini kemudian dibagihasilkan antara bank dengan semua nasabah yang menitipkan, menabung, atau menginvestasikan uangnya sesuai dengan kesepakatan awal. Bagian nasabah atau hak pihak ketiga akan didistribusikan kepada nasabah, sedangkan bagian bank akan dimasukkan ke dalam laporan rugi laba sebagai pendapatan operasi utama. Sementara itu, pendapatan lain, seperti dari mudharabah muqayyadah (investasi terikat) dan jasa keuangan dimasukkan ke dalam laporan rugi laba sebagai pendapatan operasi lainnya.

(3)

1984. Dengan berakhirnya masa pemerintahan Jenderal Numeiry pada 1985, proses Islamisasi sistem ekonomi menjadi tersendat. Proses penerapan sistem ekonomi dan keuangan Islam digalakkan lagi sejak 1990. Strategi pengembangan sektor perbankan yang dipilih oleh pemerintah Sudan adalah pengembangan secara komprehensif dengan langkah pertama mewajibkan semua bank melakukan konversi menjadi bank Islam. Penyiapan infrastruktur hukum dan kelembagaan dilakukan menyusul kemudian. Setelah Islamisasi sistem perbankan, Bank of Sudan (bank sentral Sudan) mendirikan Dewan Tinggi Pengawas Syariah (Sharia High Supervisory Board) di dalam struktur yang setingkat dengan dewan gubernur. Dewan Tinggi Syariah ini didirikan untuk memastikan bahwa operasi perbankan benar-benar sesuai dengan prinsip-prinsip Syariah dan bebas dari praktek-praktek yang menyerupai riba. Setelah selesainya Islamisasi sistem perbankan, surat berharga pemerintah (Treasury Bills) dan obligasi pemerintah (Government Bonds) yang masih berbasis bunga diganti dengan instrumen keuangan yang sesuai dengan sistem Islam.

(4)

produk yang dipilih oleh otoritas perbankan syariah ikut menentukan produk dan jasa yang ditawarkan kepada nasabah. Pendekatan pengembangan produk yang hati-hati terhadap prinsip-prinsip Syariah akan mengarah pada produk dan jasa yang selalu comply to Shariah principles (sesuai dengan prinsip-prinsip Syariah). Konsekuensinya, pengembangan produk menjadi lebih lambat. Sebaliknya, pendekatan pengembangan produk yang pragmatis dan market driven pada umumnya akan lebih mengarah pada variasi produk yang beraneka ragam seiring dengan produk serupa di perbankan konvensional. Pendekatan ini pada umumnya menganut ketentuan-ketentuan Syariah yang lebih longgar sehingga instrumen dan produk yang dihasilkan kreatif dan inovatif mengikuti permintaan pasar.

Sejak diberlakukannya syariah Islam di Sudan, undang-undang yang mengatur lembaga keuangan diperbarui sesuai prinsip Syariah. Undang-undang perbankan baru dikeluarkan pada tahun 1991 yang kemudian disempurnakan pada tahun 2003 untuk dapat disesuaikan dengan perubahan-perubahan perbankan di dalam negeri dan luar negeri. Dengan undang-undang yang baru, perbankan Sudan memiliki landasan hukum kuat untuk menjalankan operasinya secara syariah penuh. Misalnya, bank diperkenankan untuk membeli dan menjual aset untuk mendapatkan untung sehingga pola jual beli (Bai’) maupun pola sewa (Ijarah) dapat diterapkan secara menyeluruh. Bahkan, bank di Sudan memiliki gudang dan inventori barang yang akan dijualnya secara murabahah. Pada negara-negara tertentu memiliki akad khusus yang menjadi kekhasan perbankan syariah ditiap negara tersebut. Sudan memiliki akad perbankan syariah yang khas antara lain tawarruq, murabahah sederhana dan mugawla.

(5)

dengan pasar keuangan syariah internasional sehingga lembaga keuangan syariah Malaysia dapat bersaing di arena internasional.

Mayoritas penduduk Muslim Malaysia menganut mazhab (school of thought) Syafi’i. Meskipun memiliki madzhab yang sama dengan mayoritas Muslim Indonesia, aplikasi penerapan prinsip Syariah dalam dunia perbankan dapat berbeda, tergantung pada pemahaman dan pendapat ulamanya. Misalnya, menurut pendapat ulama Malaysia aliran dana sama dengan hutang dan juga sama dengan harta benda (cashflow = debt = property). Oleh karena hutang sama dengan harta benda, maka hutang dapat dijualbelikan dengan harga berapa pun. Sebagai contoh, piutang senilai Rp 1000 dapat dijual dengan harga diskon senilai Rp 800. Pendapat dengan prinsip ini berimplikasi pada akad dari produk dan instrumen keuangan syariah yang digunakan di Malaysia, seperti dibolehkannya Bai’ Al-Inah (sale and buyback) dan Bai’ Al-Dayn (jual beli hutang dengan diskon).

(6)

• Bertindak sebagai satu-satunya badan otoritas yang memberikan saran kepada BNM berkaitan dengan operasi perbankan dan asuransi syariah;

• Mengkoordinasi isu-isu Syariah tentang keuangan dan perbankan syariah, termasuk asuransi syariah; dan

• Menganalisis dan mengevaluasi aspek-aspek Syariah dari skim atau produk baru yang diajukan oleh institusi perbankan dan perusahaan takaful.

Keberadaan NSAC di dalam struktur bank sentral akan meningkatkan respons dan efektivitas pengambilan keputusan dan fatwa-fatwa yang berhubungan dengan masalah-masalah Syariah yang dihadapi oleh perbankan dan asuransi syariah. Namun demikian, independensi dewan syariah ini menjadi terbatas karena dewan syariah ini bukan merupakan lembaga independen tersendiri, melainkan berada dibawah dewan direktur bank sentral.

Berkaca dari berbagai sistem ataupun teori yang dibangun oleh negara lain lalu bagaimana dengan Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia? Sejauh ini sejak pertama kali perbankan syariah digulirkan pada tahun 1991 nilai pangsa pasar keuangan syariah dalam skala nasional masih kurang dari 5%. Menjadi tanda tanya besar bagi akademisi dan penggiat ekonomi syariah. Bagaimana membangun perbankan syariah yang mampu menyumbang dalam proporsi pasar lembaga keuangan secara nasional. Melihat pengembangan perbankan syariah yang terjadi di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh negara-negara Islam yang lain yang lebih dulu dikembangkan. Kita mengambil contoh bagaimana Sudan dalam mengislamisasi seluruh sistem keuangannya lalu Malaysia melalui ekampanye massal didukung dengan kemudahan masyarakatnya untuk mengakses produk keuangan syariah. Sebelum membahas kritik terhadap praktik perbankan syariah di Indonesia perlu kita ketahui bagaimana sejarah singkat pengembangan perbankan syariah di Indonesia.

(7)
(8)

sayriah yakni Otoritas Syariah yang mengeluarkan fatwa serta perizinan dikeluarkannya produk perbankan Syariah di Indonesia berada dibawah wewenang

Dari segi fikih perbankan syariah di Indonesia dengan mayoritas penduduknya bermazhab Syafii serupa dengan Malaysia dan negara Timur Tengah lain. Namun terdapat perbedaan dalam pengaplikasian akad-akad transaksi, dijelaskan sebelumnya bahwa Indonesia dengan prinsip kehati-hatian dan kepatuhan terhadap syariah memiliki perbedaan pandangan dengan Malaysia. Sehingga akad-akad syariah yang diputuskan untuk diterapkan oleh perbankan syariah menghindari akad-akad syariah yang bersifat kontroversial seperti Bai Al Inah dan Bai Al Dayn. Ulama-ulama di Indonesia sepakat bahwa kedua akad tersebut tidak sesuai dengan prinsip syariah. Kemudian dalam segi pembagian perbankannya, di Indonesia dikenal dengan adanya BUS (Bank Umum Syariah) dan UUS (Unit Usaha Syariah) kedua bentuk kelembagaan ini dalam segi legalitas framework tidak ada perbedaan seperti di Malaysia. Perbedaan antara BUS dan UUS hanya terletak dari kebebasan manajemennya, BUS merupakan badan usaha sendiri yang memiliki independensi kebijakan sehingga memiliki otonomi dalam memilih strategi bisnis dan pengembangannya. Sementara itu UUS adalah bagian dari perbankan konvensional yang menjalankan produk-produk keuangan syariah sehingga kurang memiliki kebebasan dalam menentukan kebijakan manajemennya.

(9)

memengaruhi besaran bagi hasil yang diperoleh nasabah serta berbagai praktik lainnya yang menjadi argumen untuk melemahkan perbankan syariah. Kemudian pemikiran yang berkembang apakah jika Indoesia berani menerapkan akad-akad yang kontroversial menjadi strategi tepat untuk meningkatkan market share perbankan syariah di Indonesia? Menurut penulis hal itu membuat persoalan baru yang lebih beresiko dalam sistem perbankan syariah. Kembali penulis memberi dukungan terhadap political will yang sinergis dan konsekuen diterapkan dalam perbankan syariah di Indonesia. Mulailah untuk mengubah paradigma orang-orang disekeliling kita untuk menabung dibank syariah alasannya adalah jika sikap pragmatis yang dipertahankan oleh sebagian besar masyarakat maka kembali lagi dengan political will perbankan syariah di Indonesia tidak berkembang dengan. Keterkaitan political will dengan pangsa pasar dalam kerangka sistem perbankan di Indonesia sangat berhubungan, argumennya adalah jika kita kembali melihat asal mula pendirian Bank Muamalat tidak lain dipelopori oleh permintaan pasar dalam pemenuhan kebutuhan bertransaksi syariah. Political-political will yang penulis harapkan adalah bagaimana pemerintah mendorong secara teknis melalui kebijakannya sehingga masyarakat sangat benar-benar terbuka aksesnya untuk menggunakan perbankan syariah, misalnya dalam penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) mulai digunakan sistem syariah dengan menggunakan bank-bank syariah berplat merah, atau dalam menyalurkan honorarium pegawainya pemerintah memberi pilihan melalui bank syariah atau konvesional. Melalui cara-cara kebijakan teknis yang didukung pemerintah maka pangsa pasar meningkat disertai perbaikan sistem-sistem perbankan syariah yang dinilai kurang syar’i.

Sumber Bacaan :

Ascarya. Akad dan Produk Bank Syariah. 2007. RajaGrafindo Persada : Jakarta.

Arifin, Zainul. Memahami Bank Syariah Lingkup, Peluang, Tantangan dan Prospek. 2000. Alvabet : Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

SOP tanpa kerusakan dan SOP tanpa kerusakan dan dilakukan secara mandiri dilakukan secara mandiri dengan sangat banyak dengan sangat banyak bimbingan bimbingan Tidak Tidak Skor

Senyawa kimia yang dapat digunakan sebagai pengendali nyamuk Aedes aegypti dengan cara membunuh larva adalah temepos 0,01%.. Pemusnahan nyamuk dewasa dapat

Data Primer untuk parameter keamanan yang dimaksud dalam penelitian kali ini yaitu keamanan gerak ketika berjalan diatas trotoar dalam hal ini ketika pejalan kaki

Kantor Kementrian Agama Kabupaten Demak bidang Penyelenggara Ibadah Haji dan Umroh dalam memberikan pelayanan dituntutbuntuk berpenampilan baik di setiap kegiatan

1) Pengujian hipotesis deskriptif pertama, rumusan hipotesisnya: Ho : penerapan metode hypnoteachingpada mata pelajaran fiqih di MTs N 1 Kudusdalam kategori baik..

Agar cakupan masalah pada penelitian ini tidak meluas maka peneliti memberi batasan hanya melakukan penelitian terkait dengan fasilitas yang berhubungan langsung

Salah satu perangkat pembelajaran yang dikembangkan pada program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) moda tatap muka, moda dalam jaringan (daring), dan