• Tidak ada hasil yang ditemukan

RINGKASAN SEJARAH TEORI SOSIOLOGI sastra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "RINGKASAN SEJARAH TEORI SOSIOLOGI sastra "

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

SOSIOLOGI AKUNTANSI

RINGKASAN SEJARAH TEORI SOSIOLOGI : TAHUN- TAHUN AWAL KELAHIRANNYA

OLEH : KELOMPOK I

MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

(2)

RINGKASAN SEJARAH TEORI SOSIOLOGI : TAHUN- TAHUN AWAL KELAHIRANNYA

KEKUATAN – KEKUATAN SOSIAL DALAM PERKEMBANGAN TEORI SOSIOLOGI Revolusi Politik

Teori sosiologi lahir dari rentetan revolusi yang dipicu oleh Revolusi Prancis tahun 1989 dan berlanjut hingga abad ke-19. Banyak dampak positif yang ditimbulkan terhadap masayarakat, akan tetapi yang menjadi menarik perhatian para teoritisi adalah dampak

negatifnya yaitu berbagai kekacauan dan gangguan yang mucul khsusnya di Perancis. Yang mana mereka menginginkan kembalinya keteraturan dalam masyarakat dan berusaha menemukan tatanan social yang baru. Tatanan social baru inilah yang menjadi perhatian para teretisi sosiologi yaitu, Comte, Durkhim, dan Parsons.

Revolusi Industri dan Kelahiran Kapitalis

Revolusi industry yang berlangsung di beberapa masyarakat Barat, terdiri dari beberapa perkembangan yang saling terkait dan berpuncak pada transformasi dunia Barat dari system pertanian menuju system industry besar-besaran. Perubahan yang terjadi ini berdampak munculnya birokrasi besar ekonomi yang sangat dibutuhkan industry dan system ekonomi kapitalis sehingga muncul pasar bebas tempat diperjualbelikan barang-barang industry. Adanya system ekonomi kapitalis ini memunculkan gerakan buruh dan berbagai gerakan radikal untuk menghapuskan system tersebut yang dirasa merugikan bagi kaum buruh.

Kelahiran Sosialisme

Serangkaian perubahan terjadi untuk menghapuskan system industry dan kapitalisme. Beberapa sosiolog menyebutkannya sebagai sosialisme sebagai solusi atas masalah-masalah industry. Karl Max merupakan pendukung hancurnya system kapitalis dan digantinya system ini

dengan system sosialis. Karl Max menghabiskan waktunya untuk mengkritisi berbagai aspek masyarakat kapitalis dan terlibat dalam aktivitas politik yang dapat membantu lahirnya

masyarakat sosialis.

(3)

social. Mereka lebih takut pada sosialisme daripada kapitalisme sehingga ketakutan ini yang justru berperan membentuk teori sosiologi daripada dukungan Max terhadap sosialisme.

Feminisme

Awal kemunculan feminisme diperkirakan pada tahun 1630-an, adapun puncak aktivitas dan tulisan feminisme itu pada gerakan pembebasan sejarah barat modern. Karya-karya feminisme muncul pada tahun 1780 dan 1790-an dengan mengangkat perdebatan revolusi amerika dan prancis, dan pada tahun 1850-an di mana fokus mereka lebih pada gerakan yang

menentang perbudakan dan perjuangan hak politik bagi kaum kelas menengah, adapun gerakan dalam perjuangan hak pilih perempuan baru sekitar pada awal abad ke-20.

Dari pergolakan itulah yang juga memberi dampak pada perkembangan sosiologi. Khususnya bagi perempuan yang mempelajari ilmu sosial, seperti Harriet Martineau, Jane Addams, Marianne Weber dan lainnya. Namun pada perjalanannya, karya-karya mereka terpinggirkan bahkan terhapus oleh sejumlah laki-laki yang memonopoli sosiologi. Adapun tokoh sosiologi yang sentral posisinya yaitu seperti Spencer hingga Weber, memberikan tanggapan yang terbelakang pada argumen-argumen feminis, bahkan menganggap sebagai teori yang remeh untuk ditanggapi secara kritis dari apa yang mereka sebut sebagai sosiologi. Meski dari kaum perempuan telah menuliskan sosiologi secara signifikan.

Urbanisasi

Urbanisasi merupakan salah satu dari sekian dampak yang ditimbulkan oleh revolusi industri. Sekitar abad ke-19 dan 20 orang-orang pedesaan mulai meninggalkan kampung halaman mereka untuk berpindah ke kota, yang mereka anggap menjanjikan dengan segala macam pekerjaan yang ditawarkan oleh industri-industri yang ada. Adapun kebanyakan dari para kaum urban tersebut mengalami kendala yang cukup sulit, mereka harus beradaptasi dengan situasi perkotaan yang sangat berbeda dengan situasi saat mereka berada di desa.

Dari persoalan itulah memunculkan sifat kehidupan yang saling bertolak belakang antara kota dan desa. Adapun tokoh sosiolog yang tertarik pada hal ini adalah Max Weber dan G.

(4)

Perubahan di Wilayah Agama

Sektor yang juga ikut terkena dampak dari revolusi politik, revolusi industri dan urbanisasi adalah masalah religiusitas. Dalam hal ini juga melibatkan ahli sosiolog yang juga dari latar belakang. Mereka mengusung tujuan dalam sosiologi, sama dengan tujuan agama. Seperti memperbaiki kehidupan orang-orang yang tak beraturan dengan terjadinya revolusi di dunia barat tersebut.

Tokoh sosiolog yang terlibat dalam hal ini adalah Comte, yang bahkan menjadikan sosiologi sebagai agama baru. Durkheim, Talcott Parson dan Marx, namun marx lebih

mengkritisi dalam hal ini.

Tumbuhnya Ilmu Pengetahuan

Di saat ilmu sosiologi berkembang di tengah-tengah kemajuan industri dan teknologi di dunia barat, banyak ilmu pengetahuan yang mendapat perhatian dalam masyarakat karena dipandang sukses seperti fisika dan biologi. Mengenai hal itu, sosiologi diharapkan dapat mengikuti keberhasilan fisika dan biologi, namun mengenai itu masih diperdebatkan oleh para sosiolog. Seperti Weber yang memandang bahwa ilmu sosial sulit untuk mengadopsi model ilmu ilmiah.

(5)

Definisi Sosiologi

Macam-macam definisi tentang sosiologi yang dikemukakan beberapa ahli.

1. Pitirim Sorokin: sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala sosial (misalnya gejala ekonomi, gejala keluarga, dan gejala moral), sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala non-sosial, dan yang terakhir, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial lain.

2. Roucek dan Warren: sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia

dalam kelompok-kelompok.

3. William F. Ogburn dan Mayer F. Nimkopf : sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya, yaitu organisasi sosial.

4. J.A.A Von Dorn dan C.J. Lammers: sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang

struktur-struktur dan proses-proses kemasyarakatan yang bersifat stabil.

5. Max Weber: Sosiologi adalah ilmu yang berupaya memahami tindakan-tindakan sosial.

6. Selo Sumardjan dan Soelaeman Soemardi: Sosiologi adalah ilmu kemasyarakatan yang

mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial termasuk perubahan sosial.

7. Paul B. Horton: sosiologi adalah ilmu yang memusatkan penelaahan pada kehidupan

kelompok dan produk kehidupan kelompok tersebut.

8. Soejono Soekanto: sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatian pada segi-segi kemasyarakatan yang bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum kehidupan masyarakat.

9. William Kornblum: sosiologi adalah suatu upaya ilmiah untuk mempelajari masyarakat

dan perilaku sosial anggotanya dan menjadikan masyarakat yang bersangkutan dalam berbagai kelompok dan kondisi.

(6)

Auguste Comte

Auguste Comte adalah seorang filsuf Perancis yang dikenal karena memperkenalkan bidang ilmu sosiologi serta aliran positivisme.

Lahir : 19 Januari 1798, Montpellier, Perancis Meninggal : 5 September 1857, Paris, Perancis Pendidikan : École Polytechnique

Orang tua : Rosalie Boyer

Pasangan : Caroline Massin (m. 1825–1842)

Auguste Comte merupakan filosof dan warga negara Perancis yang hidup di abad ke-19 setelah revolusi Perancis yang terkenal itu. Ia belajar di sekolah Politeknik di Paris, tetapi ia dikeluarkan karena ia seorang pendukung Republik, sedangkan sekolahnya justru royalistis.

Aliran positivisme merupakan aliran produk pemikiran Comte yang cukup berpengaruh bagi peradaban manusia. Aliran Positivisme ini kemudian di abad XX dikembangluaskan oleh filosofkelompok Wina dengan alirannya Neo-Positivisme (Positivisme-Logis)

Sejarah telah melukiskan bahwa masalah perolehan pengetahuan menjadi problem aktual yang melahirkan aliran Rasionalisme dan Empirisme yang pada gilirannya telah melahirkan aliran Kritisisme sebagai alternatif dan solusi terhadap pertikaian dua aliran besar tersebut. Disinilah arti penting dari kemunculan Positivisme yang merupakan representasi jawaban berikutnya terhadap problem-problem mendasar tersebut.

Auguste Comte menerima dan mengalami secara langsung akibat-akibat negatif secara langsung revolusi tersebut khususnya dibidang sosial, ekonomi, politik, dan pendidikan. Pengalaman pahit yang dilalui dan dialaminya secara langsung bersama bangsanya itu,

memotivaisi dirinya untuk memberikan alternatif dan solusi ilmiah-filosofis dengan mengembangkan epistemologi dan metodologi sebagaimana buah pikirannya itu tercermin di

dalam aliran Positivisme. Aliran ini menjadi berkembang dengan subur karena didukung oleh para elit-ilmiah dan maraknya era industrialisasi saat itu.

(7)

Meskipun Comte tidak menguraikan secara lebih rinci masalah apa yang menjadi obyek sosiologi, tetapi ia mempunyai asumsi bahwa sosiologi terdiri dari dua hal, yaitu:

1. sosial statis,

Menurut Comte, sebagai sosial statis sosiologi merupakan sebuah ilmu pengetahuan yang mempelajari timbal balik antara lembaga kemasyarakatan.dan

2. sosial dinamis

Sedangkan sosial dinamis yaitu melihat bagaimana lembaga-lembaga tersebut berkembang.

Auguste Comte & Hukum 3 Tahap

Auguste Comte meninggal pada tahun 1857 dengan meninggalkan karya-karya seperti Cours de Philosophie Possitive, The Sistem of Possitive Polity, The Scientific Labors Necessary

for Recognition of Society, dan Subjective Synthesis. Di antara karya-karyanya Auguste Comte,

Cours de Philosphie Possitive dapat dikatakan sebagai masterpiece-nya, karena karya

itulah yang paling pokok dan sistematis. Buku ini dapat juga dikatakan sebagai representasi bentangan aktualisasi dari yang di dalamnya Comte menulis tentang tiga tahapan perkembangan manusia.

Menurut Comte, perkembangan manusia berlangsung dalam tiga tahap, diantaranya : 1. Tahap Teologis

pada tahap ini manusia mengarahkan pandangannya kepada hakekat yang batiniah (sebab pertama). Di sini, manusia percaya kepada kemungkinan adanya sesuatu yang mutlak. Artinya, di balik setiap kejadian tersirat adanya maksud tertentu.

2. Tahap Metafisik

Tahap ini bisa juga disebut sebagai tahap transisi dari pemikiran Comte. Tahapan ini sebenarnya hanya merupakan varian dari cara berpikir teologis, karena di dalam tahap ini dewa-dewa hanya diganti dengan kekuatan-kekuatan abstrak, dengan pengertian atau dengan benda-benda lahiriah, yang kemudian dipersatukan dalam sesuatu yang bersifat

(8)

3. Tahap Positif

Pada tahap positif, orang tahu bahwa tiada gunanya lagi untuk berusaha mencapai pengenalan atau pengetahuan yang mutlak, baik pengenalan teologis maupun metafisik. Ia tidak lagi mau mencari asal dan tujuan terakhir seluruh alam semesta ini, atau melacak hakekat yang sejati dari “segala sesuatu” yang berada di belakang segala sesuatu. Sekarang orang berusaha menemukan hukum-hukum kesamaan dan urutan yang terdapat pada fakta-fakta yang disajikan kepadanya, yaitu dengan “pengamatan” dan dengan “memakai akalnya”. Pada tahap ini pengertian “menerangkan” berarti fakta-fakta yang khusus dihubungkan dengan suatu fakta umum. Dengan demikian, tujuan tertinggi dari tahap positif ini adalah menyusun dan dan mengatur segala gejala di bawah satu fakta yang umum.

Bagi comte, ketiga tahapan tersebut tidak hanya berlaku bagi perkembangan rohani seluruh umat manusia, tetapi juga berlaku bagi di bidang ilmu pengetahuan. Dalam hal ini, comte menerangkan bahwa segala ilmu pengetahuan semula dikuasai oleh pengertian-pengertian teologis, sesudah itu dikacaukan dengan pemikiran metafisis dan akhirnya dipengaruhi hukum positif. Jelasnya, ketiga tahapan perkembangan umat manusia itu tidak saja berlaku bagi suatu bangsa atau suku tertentu, akan tetapi juga individu dan ilmu pengetahuan.

Henri de Saint-Simon

Saint-simon adalah seorang positivis, ia percaya bahwa studi terhadap fenomena sosial harus menggunakan teknik ilmiah sama sebagaimana yang digunakan dalam ilmu-ilmu alam. Sedangkan di sisi radikal, ia melihat perlunya reformasi sosialis, khususnya perencanaan sistem ekonomi terpusat.

Nama Lengkap : Henri de Saint-Simon

Alias : No Alias

Profesi : -

Agama : Kristen

Tempat Lahir : Paris, Perancis

(9)

Zodiac : Balance

Warga Negara : Perancis

Istri : Mlle de Champgrand

Claude Henri de Rouvroy, comte de Saint-Simon, atau Henri de Saint-Simon adalah pria berkebangsaan Perancis yang lahir pada 17 Oktober 1760. Ia adalah seorang teoris di bidang sosial dan menjadi penemu French Socialism (Ilmu Sosial Perancis).

Saat terjadi Revolusi Perancis, Saint-Simon mengemukakan teori reorganisasi dalam lembaga yang dikontrol oleh beberapa pemilik industri dengan beberapa ahli ilmu pengetahuan dan para pendeta. Tujuan dari lembaga yang dibentuknya adalah terciptanya hal - hal yang

bermanfaat untuk kehidupan dan kedamaian secara universal.

Saint-Simon menyebut teori ilmu berlembaga olehnya mempengaruhi perkembangan dari ilmu sosiologi dan ekonomi dalam studi ilmu pengetahuan. Teori Saint-Simon telah mempengaruhi masyarakat Perancis dan lembaga - lembaga di Eropa pada abad ke-19. Pekerjaan utamanya, "Nouveau Christianisme" pada tahun 1825 bertujuan untuk modernisasi dan menciptakan pandangan baru tentang perkembangan Katolicism dan Protestantism serta membentuk Christianity untuk menyederhanakan dan menyamakan elemen penting dari kehidupan beragama.

Henri de Saint-Simon mengenyam pendidikan dengan guru privat. Setelah lulus sekolah privat, ia melanjutkan pendidikan pada akademi servis militer pada usia 17 tahun untuk membantu para koloni Amerika di Perancis. Ia pernah menjadi seorang kapten artileri di Yorktown pada tahun 1781. Ia hidup dengan bergelimangan harta saat zaman Revolusi Perancis pada tahun 1789, dan sampai pada suatu saat ia mengalami kebangkrutan dan mulai untuk melanjutkan pendidikannya. Saint-Simon melanjutkan pendidikan dengan mengambil kursus di École Polytechnique dan mengenalkan dirinya pada perbedaan ilmu pengetahuan.

Proyek pertamanya adalah Lettres d'un habitant de Genève à ses contemporains (1803; Letters of an Inhabitant of Geneva to His Contemporaries) yang mengemukakan tentang keharusan menempatkan para pendeta dan para pemegang kekuasaan harus memberikan

(10)

Nouveau Christianisme menjadi pekerjaan yang tak terselesaikan karena Saint-Simon meninggal pada 19 Mei 1825 sebelum proyeknya tercapai namun, rekannya, Olinde Rodrigues, Barthélemy Prosper Enfantin, and Amand Bazard mendirikan Sekolah Saint-Simonism.

Pendidikan

 Menyelesaikan pendidikan dengan guru privat.  Pendidikan pembantu militer.

Karir

 Seorang kapten artileri di Yorktown pada tahun 1781.

 Mengonstruksi kanal antara Samudra Atlantik dengan Samudra Pasifik yang tersambung dengan Kota Madrid.

Emile Durkheim

Emile Durkheim (1858-1917) lahir di Epinal, Perancis 15 April 1858. Ia keturunan pendeta Yahudi dan ia sendiri belajar untuk menjadi pendeta (rabbi). Tetapi, ketika berumur 10 tahun ia menolak menjadi pendeta. Sejak itu perhatiannya terhadap agama lebih bersifat akademis ketimbang teologis (Mestrovic, 1988).

Ia bukan hanya kecewa terhadap pendidikan agama, tetapi juga pendidikan masalah kesusastraan dan estetika. Ia juga mendalami metodologi ilmiah dan prinsip moral yang diperlukan untuk menuntun kehidupan sosial. Ia menolak karir tradisional dalam filsafat dan berupaya mendapatkan pendidikan ilmiah yang dapat disumbangkan untuk pedoman moral masyarakat.

(11)

Hasratnya terhadap ilmu makin besar ketika dalam perjalanannya ke Jerman ia berkenalan dengan psikologi ilmiah yang dirintis oleh Wilhelm Wundt (Durkheim, 1887/1993). Beberapa tahun sesudah kunjungannya ke Jerman, Durkheim menerbitkan sejumlah buku diantaranya adalah tentang pengalamannya selama di Jerman (R. Jones, 1994). Penerbitan buku itu membantu Durkheim mendapatkan jabatan di Jurusan Filsafat Universitas Bordeaux tahun 1887. DI sinilah Durkheim pertama kali memberikan kuliah ilmu sosial di Universitas Perancis. Ini adalah sebuah prestasi istimewa karena hanya berjarak satu dekade sebelumnya kehebohan meledak di Universitas Perancis karena nama Auguste Comte muncul dalam disertasi seorang

mahasiswa. Tanggung jawab utama Durkheim adalah mengajarkan pedagogik di sekolah pengajar dan kuliahnya yang terpenting adalah di bidang pendidikan moral. Tujuan instruksional umum mata kuliahnya adalah akan diteruskan kepada anak-anak muda dalam rangka membantu menanggulangi kemerosotan moral yang dilihatnya terjadi di tengah masyarakat Perancis.

Tahun-tahun berikutnya ditandai oleh serentetan kesuksesan pribadi. Tahun 1893 ia menerbitkan tesis doktornya, The Devision of Labor in Society dalam bahasa Perancis dan tesisnya tentang Montesquieu dalam bahasa Latin (W. Miller, 1993). Buku metodologi utamanya, The Rules of Sociological Method, terbit tahun 1895 diikuti (tahun 1897) oleh hasil penelitian empiris bukunya itu dalam studi tentang bunuh diri. Sekitar tahun 1896 ia menjadi profesor penuh di Universitas Bordeaux. Tahun 1902 ia mendapat kehormatan mengajar di Universitas di Perancis yang terkenal, Sorbonne, dan tahun 1906 ia menjadi profesor ilmu sangat terkenal lainnya, The Elementary Forins of Religious Life, diterbitkan pada tahun 1912.Kini Durkheim sering dianggap menganut pemikiran politik konservatif dan pengaruhnya dalam kajian sosiologi jelas bersifat konservatif pula. Tetapi dimasa hidupnya ia dianggap berpikiran liberal dan ini ditunjukkan oleh peran publik aktif yang dimainkannya dalam membela Alfred Drewfus, seorang kapten tentara Yahudi yang dijatuhi hukuman mati karena penghianatan yang oleh banyak orang dirasakan bermotif anti-yahudi (Farrel, 1997).

Durkheim merasa sangat terluka oleh kasus Dreyfus itu, terutama oleh pandangan anti-Yahudi yang melatarbelakangi pengadilannya. Namun Durkheim tidak mengaitkan pandangan anti-Yahudi ini dengan rasialisme di kalangan rakyat Perancis. Secara luas ia melihatnya sebagai

(12)

Bila masyarakat mengalami penderitaan maka perlu menemukan seorang yang dapat dianggap bertanggung jawab atas penderitaannya itu. Orang yang dapat dijadikan sebagai sasaran pembalasan dendam atas kemalangannya itu, dan orang yang menentang pendapat umum yang diskriminatif, biasanya ditunjuk sebagai kambing hitam yang akan dijadikan korban. Yang meyakinkan saya dalam penafsiran ini adalah cara-cara masyarakat menyambut hasil pengadilan Dreyfus 1894. keriangan meluap di jalan raya. Rakyat merayakan kemenangan atas apa yang telah dianggap sebagai penyebab penderitaan umum.

Sekurang-kurangnya mereka tahu siapa yang harus disalahkan atas kesulitan ekonomi

dan kebejatan moral yang terjadi dalam masyarakat mereka; kesusahan itu berasal dari Yahudi. Melalui fakta ini juga segala sesuatu telah dilihat menjadi bertambah baik dan rakyat merasa terhibur (Lukes, 1972:345).

Perhatian Durkheim terhadap perkara Dreyfus berasal dari perhatiannya yang mendalam seumur hidupnya terhadap moralitas modern. Menurut Durkheim, jawaban atas perkara Dreyfus dan krisis moral seperti itu terletak di akhir kekacauan moral dalam masyarakat. Karena perbaikan moral itu tak dapat dilakukan secara cepat dan mudah, Durkheim menyarankan tindakan yang lebih khusus, seperti menindak tegas orang yang mengorbankan rasa benci terhadap orang lain dan pemerintah harus berupaya menunjukkan kepada publik bahwa menyebarkan rasa kebendaan itu adalah perbuatan menyesatkan dan terkutuk. Ia mendesak rakyat agar “mempunyai keberanian untuk secara lantang menyatakan apa yang mereka pikirkan dan bersatu untuk mencapai kemenangan dalam perjuangan menentang kegilaan publik (Lukas, 1972:347).

Tetapi minat Durkheim terhadap sosialisme juga dijadikan bukti bahwa ia menentang pemikiran yang menganggapnya seorang konservatif, meski jenis pemikiran sosialismenya sangat berbeda dengan pemikiran Marx dan pengikutnya. Durkheim sebenarnya menamakan Marxisme sebagai “seperangkat hipotesis yang dapat dibantah dan ketinggalan zaman” (Lukes, 1972:323). Menurut Durkheim, sosialisme mencerminkan gerakan yang diarahkan pada

pembaharuan moral masyarakat melalui moralitas ilmiah dan ia tak tertarik pada metode politik jangka pendek atau pada aspek ekonomi dari sosialisme. Ia tak melihat proletariat sebagai

(13)

Durkheim, sosialisme mencerminkan sebuah sistem dimana didalamnya prinsip moral ditemukan melalui studi sosiologi ilmiah di tempat prinsip moral itu diterapkan.

Durkheim berpengaruh besar dalam pembangunan sosiologi, tetapi pengaruhnya tak hanya terbatas di bidang sosiologi saja. Sebagian besar pengaruhnya terhadap bidang lain tersalur melalui jurnal L’annee Sociologique yang didirikannya tahun 1898. Sebuah lingkaran intelektual muncul sekeliling jurnal itu dan Durkheim berada dipusatnya. Melalui jurnal itu, Durkheim dan gagasannya mempengaruhi berbagai bidang seperti antropologi, sejarah, bahasa dan psikologi yang agak ironis, mengingat serangannya terhadap bidang psikologi.

Durkheim meninggal pada 15 November 1917 sebagai seorang tokoh intelektual Perancis tersohor. Tetapi, karya Durkheim mulai memengaruhi sosiologi Amerika dua puluh tahun sesudah kematiannya, yakni setelah terbitnya The Structure of Social Action (1973) karya Talcott Parsons.

Maximilian Weber

Maximilian Weber (lahir di Erfurt, Jerman, 21 April 1864 – meninggal di München,

Jerman, 14 Juni 1920 pada umur 56 tahun) adalah seorang ahli ekonomi politik dan sosiolog dari

Jerman yang dianggap sebagai salah satu pendiri ilmu sosiologi dan administrasi negara modern.

Karya utamanya berhubungan dengan rasionalisasi dalam sosiologi agama dan pemerintahan, meski ia sering pula menulis di bidang ekonomi. Karyanya yang paling populer adalah esai yang

berjudul Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme, yang mengawali penelitiannya tentang

sosiologi agama. Weber berpendapat bahwa agama adalah salah satu alasan utama bagi perkembangan yang berbeda antara budaya Barat dan Timur.

Dalam karyanya yang terkenal lainnya, Politik sebagai Panggilan, Weber mendefinisikan negara sebagai sebuah lembaga yang memiliki monopoli dalam penggunaan kekuatan fisik secara sah, sebuah definisi yang menjadi penting dalam studi tentang ilmu politik Barat modern.

(14)

(protestan) memiliki pengaruh besar dalam perkembangan sistem ekonomi di Eropa dan Amerika Serikat, namun tentu saja ini ditopang dengan faktor lain diantaranya adalah rasionalitas terhadap upaya ilmiah, menggabungkan pengamatan dengan matematika, ilmu tentang pembelajaran dan yurisprudensi, sistematisasi terhadap administrasi pemerintahan dan usaha ekonomi. Studi agama menurut Weber semata hanyalah meneliti satu emansipasi dari pengaruh magi, yaitu pembebasan dari pesona. Hal ini menjadi sebuah kesimpulan yang dianggapnya sebagai aspek pembeda yang sangat penting dari budaya yang ada di barat.

Max Weber dengan baik mengaitkan antara Etika Protestan dan Semangat Kapitalis (Die

Protestan Ethik Under Giest Des Kapitalis). Tesisnya tentang etika protestan mempengaruhi

pertumbuhan ekonomi kapitalis. Ini sangat kontras dengan anggapan bahwa agama tidak dapat menggerakkan semangat kapitalisme.

Karya Weber tentang The Protestan Ethic and Spirit of Capitalism menunjukkan dengan

baik keterkaitan doktrin agama dengan semangat kapitalisme. Etika protestan tumbuh subur di Eropa yang dikembangkan seorang yang bernama Calvin, saat itu muncul ajaran yang menyatakan seorang pada intinya sudah ditakdirkan untuk masuk surga atau neraka, untuk mengetahui apakah ia masuk surga atau neraka dapat diukur melalui keberhasilan kerjanya di dunia. Jika seseorang berhasil dalam kerjanya (sukses) maka hampir dapat dipastikan bahwa ia ditakdirkan menjadi penghuni surga, namun jika sebaliknya kalau di dunia ini selalu mengalami kegagalan maka dapat diperkirakan seorang itu ditakdirkan untuk masuk neraka.

Upaya untuk merebut kehidupan yang indah di dunia dengan “mengumpulkan” harta benda yang banyak (kekayaan) material, tidak hanya menjamin kebahagiaan dunia, tetapi juga sebagai media dalam mengatasi kecemasan. Etika Protestan dimaknai oleh Weber dengan kerja yang luwes, bersemangat, sungguh-sungguh, dan rela melepas imbalan materialnya. Dalam perkembangannya etika Protestan menjadi faktor utama bagi munculnya kapitalisme di Eropa dan ajaran Calvinisme ini menebar ke Amerika Serikat dan berpengaruh sangat kuat disana.

(15)

menjadi kodrat manusia-manusia rasional, artinya pengejaran bagi kepentingan-kepentingan pribadi diutamakan daripada memikirkan kepentingan dan kebutuhan kolektif seperti yang dikehendaki oleh Kar Marx. Islam pun sebenarnya berbicara tentang kaitan antara makna-makna doktrin dengan orientasi hidup yang bersifat rasional. Dalam salah satu ayat disebutkan bahwa setelah menyelesaikan ibadah shalat, diperintahkan untuk bertebaran di muka bumi ini dalam rangka mencari karunia Allah SWT. Namun dalam Islam ada mekanisme penyeimbangan yang digunakan untuk membatasi kepemilikan pribadi dengan kewajiban membayar zakat, infaq dan shadaqah.

Menurut Max Weber bahwa suatu cara hidup yang teradaptasi dengan baik memiliki ciri-ciri khusus kapitalisme yang dapat mendominasi yang lainnya merupakan kenyataan yang real ketika masa-masa awal revolusi industri, ketika Weber hidup, kenyataan-kenyataan itu mejadi sesuatu yang benar-benar nyata dipraktekkan oleh manusia. Hidup harus dimulai di suatu tempat dan bukan dari individu yang terisolasi semata melainkan sebagai suatu cara hidup lazim bagi keseluruhan kelompok manusia.

Kita perlu mengkritik mengenai teorinya Weber tentang etika protestan dan semangat kapitalis ini. Dalam penelusuran sejarah, ternyata setelah Weber mempublikasikan tulisannya mengenai etika protestan justru keadaan ekonomi masyarakat protestan semakin menurun dan disisi lain mayoritas katolik justru sedang bangkit. Ini adalah bola api yang bisa berbalik membakar teorinya Weber sendiri, karna etika protestan dan semangat kapitalis yang menjadi teorinya tidak dapat dijadikan ramalan masadepan.

Selain membicarakan tentang kaitan antara Protestan dan Kapitalisme, Weber juga membicarakan tentang agama Tiongkok yakni Konfusionisme dan Taoisme, perhatian Weber pada agama ini tampaknya menunjukkan besarnya perhatian Weber atas kenyataan-kenyataan sosial dalam kehidupan manusia. Dalam tulisan-tulisannya yang lain, Weber juga sempat membicarakan masalah-masalah Islam. Hadirnya tulisan tentang Konfusionisme dan Taoisme dalam karya Weber ini dapat dipandang sebagai perbandingan antara makna agama di Barat dan di Timur. Ia banyak menganalisa tentang masyarakat agama, tentu saja dengan analisa yang rasional dan handal serta sama sekali tidak ada maksud untuk mendiskriminasikan agama

(16)

Weber memusatkan perhatiannya pada unsur-unsur dari masyarakat Tiongkok yang mempunyai perbedaan jauh dengan budaya yang ada di bagian barat bumi (Eropa) yang dikontraskan dengan Puritanisme. Weber berusaha mencari jawaban “mengapa kapitalisme tidak berkembang di Tiongkok?” dalam rangka memperoleh jawaban atas pertanyaan sederhana diatas, Webar melakukan studi pustaka atas eksistensi masyarakat tiongkok. Bagaiman eksistensi itu dipahami Weber dalam rangka menuntaskan apa yang menjadi kegelisahan empiriknya, maka yang dilakukana adalah memahami sejarah kehidupannya,

Dalam berbagai dokumen yang diteliti oleh Weber, bahwa masyarakat Tiongkok

memiliki akar yang kuat dengan kehidupan nenek-moyang mereka sejak tahun 200 SM, Tiongkok pada saat itu merupakan tempat tinggal para pemimpin kekaisaran yang membentuk benteng-benteng di kota-kota Tiongkok, disitu juga merupakan pusat perdagangan, namun sayangnya mereka tidak mendapatkan otonomi politik, ditambah warganya yang tidak mempunyai hak-hak khusus, hal ini disebabkan oleh kekuatan jalinan-jalinan kekerabatan yang muncul akibat keyakinan keagamaan terhadap roh-roh leluhur. Hal lainnya adalah gilda-gilda yang bersaing merebutkan perkenan kaisar. Sebagai imbasnya warga kota-kota Tiongkok tidak pernah menjadi suatu kelas setatus terpisah. Namun jika kita cermati dinegara beragamakan Taoisme dan Konfucuisme kini mampu berkembang dan banyak kapitalis dimana-mana mungkin hal itu sudah tidak relevan lagi dengan fakta sosial saat ini.

Pada bagian awal buku ini weber menuliskan tentang politik dan kekuasaan, ada berbagai hal yang menarik untuk diulas bagi banyak teoritik sosial. Tentang Negara Weber mendifinisikan negara sebagai sebuah lembaga yang memiliki monopoli dalam penggunaan kekuatan fisik secara sah, definisi ini menjadi sangat berharga karna sumbangsihnya dalam studi tentang ilmu politik barat modern. Pada bagian satu buku ini diterangkan tentang adanya tiga justifikasi batiniah yang menjadi legitimasi dasar bagi dominasi. Legitimasi dasar bagi dominasi ini yang pertama ialah otoritas atas masa lalu abadi atau sering disebut sebagai dominasi tradisional, karma disini ada otoritas atas adat istiadat yang dikeramatkan. Otoritas seperti ini dipakai patriach dan penguasa patrimonial dimasa lalu, salah satunya adalah adat yang mengangkat seorang pemimpin atas dasar darah keturunan atau dari suku tertentu. Yang kedua merupakan

(17)

contohnya seperti yang diperaktikan seorang Nabi, pangliama perang terpilih, atau pemimpin-pemimpin politik yang memang mempunyai sebuah kharisma. Yang ketiga merupakan dominasi karma legalitas, dominasi ini didasari oleh sebuah hukum yang memang sudah terbentuk. Legalitas ini timbul karena keyakinan pada keabsahan statula legal dan komnpetensi fungsional yang beralas pranata yang dibuat secara rasional. Contohnya pemimpin yang dipilih secara demokratis melalui pemilu yang berdasarkan undang-undang yang berlaku seperti halnya Negara kita dan Negara-negara lain yang demokratis.

Ada yang perlu dikritik dalam karya Weber mengenai perkembangan rasionalisasi

hukum, menurutnya perkembangan hukum diawali pewahyuan ala kharismatik, tahapan ini merupakan penciptaan hukum dari ketiadaan hukum sama sekali. Tahapan ini ditandai dengan mode bersifat kharimatik. Tahapan yang kedua menurut Weber adalah penciptaan hukum secara empiris, pengadaan hukum empiris ini tercipta melalui proses teknis yang merupakann kreatifitas manusia itu sendiri, tahapan kedua ini ditandai dengan metodenya yang bersifat empirical. Selanjutnya adalah tahapan imposition atau pembebanan hukum oleh kekuatan-kekuatan sekuler, dan yang terakhir merupakan tahapan profesional, artinya hukum yang dibuat oleh orang-orang yang benar-benar mempunyai kemampuan didalamnya karna mereka mendapatkan pendidikian formal dengan metode ilmiah dan logis formal. Kesimpulanya Weber melihat masyarakat selalu akan berkembang dari kharismatik tradisional menuju tahapan-tahapan yang sudah ditentukan diatas. Tapi jika kita melihat berbagai perkembangan hukum, proses itu tak berjalan linier menaiki tangga secara berurutan, justru perubahannya bisa saja terjadi secara gradual atau acak. Hal ini bisa ditemukan pada kondisi masyarakat yang mengalami revolusi. Ditengah-tengah dunia modern kita masih menemukan fakta banyaknya masyarakat tradisional yang begitu kesulitan dalam menyesuaikan hukum yang mengikatnya oleh hukum formal yang diciptakan negara, ini mengakibatkan kementalan antara kualitas hukum dan kualitas masyarakat, alasannya adanya masyarakat yang tak bisa mencerna hukum sehingga terjadi pemboikotan secara tidak langsung.

Ada kasus yang lebih menarik dikaitkan dengan perkembangan hukum manusia saat ini, contoh beberapa negara yang menggunakan syariat Islam, tentu saja bisa merupakan penolakan

(18)

hukum manusia saat ini. Tentu tidak serta merta dapat dikatakan ketinggalan, karna berada pada tahap satu dari perkembangan manusia yang diungkapkan Weber sebelunya, justru kharismatik tradisional mapu melampaui hukum manusia profesiaonal sekalipun.

Weber selain dari salah satu pendiri ilmu sosiologi juga merupakan pendiri administrasi Negara modern, dalam karyanya weber banyak menulis tentang ekonomi dan pemerintahan. Kaitannya dengan birokrasi weber mengutarakan banyak hal termasuk didalamnya tentang karakteristik sebuah birokrasi. Ada beberapa karakteristik sebuah birokrasi yang merupakan kepiawaian modern yang berfungsi secara spesifik diantaranya : adanya prinsip area

yurisdiksional yang sudah ditetapkan dan resmi, adanya prinsip-prinsip hirarki jabatan dan tingkat-tingkat kewenangan, manajemen yang yang didasarkan pada dokumen-dokumen tertulis juga adanya menejemen yang benar-benar terspesialisai. Pada bagian yang tak kalah pentingnya, Weber mengulas bagaimana pemangkuan jabatan itu merupakan sebuah panggilan. Hingga pada sebuah kesimpulan Weber melihat birokrasi sebagai contoh klasik rasionalisasi.

Cukup banyak yang bisa ditemukan dari ide-ide cemerlang Max Weber mengenai birokrasi, sehingga saya pikir ini adalah PR bagi pembaca untuk dapat menghatamkan tulisan dalam buku yang penuh makna ini. Bagian ini memang merupakan acuan mengapa Weber dikatakan sebagai salah satu pendiri adanya administrasi modern.

Buku ini merupakan jendela melihat masa lalu untuk memahami kerangka teoritik Weber. Ia tak kalahnya dengan hantu tua Karl Marx bahkan ia menjadi salah seorang yang membalikan perspektif teoritik Marx. Diantaranya ketika Weber mengatakan pada suatu kesimpulan bahwa faktor material bukanlah satu-satunya faktor yang dapat mempengaruhi gagasan, namun sebaliknya gagasan itu sendiri mempengaruhi struktur material. Weber juga mencoba melengkapi kekurangan dari marx terbukti didalam karyanya mengenai stratifikasi dimana stratifikasi sosial diperluas hingga mencakup stratifikasi berdasarkan prestis, status atau kekuasaan. Pada dasarnya karya Weber lebih menekankan tentang proses rasionalisasi yang selalu mendasari semua teoritiknya.

(19)

dalam buku ini. Weber merupakan penulis yang paling buruk dibandingkan dengan tokoh sosiologi lain dalam menjelaskan ide gagasannya, makanya banyak kalangan begitu kesulitan menangkap pemikiran Weber sehingga lebih memilih buku yang sudah dianalisa oleh tokoh lain sesudah Weber. Namun dibalik itu semua Weber mempunyai ide yang cemerlang, ia mempunyai pemikiran yang hebat yang bisa ditemukan dalam buku ini. Kerumitan dalam memahami buku sosiologi Max Weber ini dapat diatasi dengan kesungguhan mempelajarinya.

PERKEMBANGAN SOSIOLOGI JERMAN

Karl Marx (1818-1883)

 Marx merupakan mahasiswa di Universitas Berlin yang dipengaruhi oleh filsuf Jerman G. W. F. Hegel (1770 – 1831).

 Konsep inti filsafat Hegel o Dialektika

 adl kerangka berpikir dan citra manusia.

 adl kerangka berpikir yang menekankan pentingnya proses, hubungan, dinamika, konflik, dan kontradiksi.

 adl pandangan bahwa dunia tidak diciptakan oleh unsur statis melainkan oleh proses, hubungan, dinamika, konflik, dan kontradiksi.

 Idealisme

o menitikberatkan arti penting pemikiran dan produk mental daripada dunia material.

o adl definisi sosial atas dunia fisik dan material yg paling banyak menjadi persoalan, bukan dunia itu sendiri.

o dlm bentuk yg ekstrem, yang ada hanyalah pikiran dan konstruk psikologis. o selain itu mementingkan gagasan yang dihasilkan dari proses tersebut.

 Marx bersifat kritis terhadap konsep – konsep Hegel, ex: Hegel cenderung hanya menerapkan dialektika pada gagasan, sementara Marx merasa bahwa dialektika pun berlaku pada aspek kehidupan yang lebih material, misal: ekonomi.

(20)

sempurna, Mahakuasa, dan Kudus), sementara mereka mereduksi diri mereka sendiri sebagai makhluk yang tidak sempurna, tak berdaya, dan penuh dosa. Feuerbach menegaskan bahwa agama semacam ini harus ditaklukkan, dan penaklukan itu dapat dibantu oleh filsafat materialis dimana orang (bukan agama) menjadi objek dan tujuan tertinggi bagi dirinya sendiri.

 Marx dipengaruhi sekaligus bersikap kritis terhadap Hegel dan Feuerbach. Marx mengambil posisi ini bukan karena diterapkannya orientasi materialis namun juga karena minatnya pada aktivitas – aktivitas praktis.

 Marx mengambil posisi yang berbeda, dengan menyatakan bahwa masalah kehidupan modern dapat dilacak kembali pada sumber riil dan material (misal: kapitalisme) dan dengan demikian solusinya hanya dapat ditemukan pada dihancurkannya struktur – struktur tersebut dengan aksi kolektif orang dalam jumlah besar.

 Marx setuju dengan kritik Feuerbach terhadap Hegel terkait dengan beberapa persoalan (misalnya pada materialisme dan penolakan terhadap teori Hegel yang abstrak), namun ia lebih tidak puas terhadap pendapat Feuerbach sendiri. Hal ini dikarenakan Feuerbach memfokuskan diri pada dunia religius sementara Marx percaya bahwa yang harus dianalisis adalah dunia sosial, khususnya ekonomi.

 Ekonomi Politik Marx  adanya teori nilai kerja, yang menyatakan bahwa laba kapitalis didasarkan pada eksploitasi buruh. Para kapitalis menjalankan tipuan yang agak sederhana dengan membayar pekerjanya lebih rendah daripada yang seharusnya mereka terima, karena mereka menerima upah yang lebih rendah daripada nilai yang benar – benar mereka hasilkan dalam satu periode kerja.

 Marx tidak pernah menganggap dirinya seorang sosiolog.

 Teori Marx  menawarkan teori masyarakat kapitalis yang didasarkan pada pandangannya mengenai hakikat manusia. Marx percaya bahwa pada dasarnya menusia itu produktif, artinya untuk bertahan hidup mereka perlu bekerja di dalam alam dengan cara mengolahnya. Untuk menghasilkan makanan, pakian, peralatan, dan tempat berlindung, dan kebutuhan lain yang memungkinkan mereka hidup. Produktivitas mereka adalah cara yang sangat alamiah yang mereka gunakan untuk mengekspresikan dorongan kreatif dasar mereka. Selain itu, dorongan – dorongan ini diekspresikan secara bersama –sama dengan manusia lain (manusia sbg makhluk sosial).

 Konsep alienasi  yaitu putusnya hubungan alamiah antarorang dan antara orang dengan yang mereka produksi. Alienasi terjadi karena kapitalisme berubah menjadi sistem dua kelas dimana kaum kapitalis yang berjumlah sedikit menguasai proses produksi, produk, dan waktu kerja bagi orang yang bekerja untuknya.

Max Weber (1864-1920)

 Weber bekerja dalam tradisi Marxian dimana mencoba melengkapi teori Marx.

(21)

teori Marxian hanya melacak seluruh perkembangan historis ke dalam basis ekonomi dan melihat seluruh struktur hanya dibangun di atas basis ekonomi saja.

 Salah satu determinasi ekonomi yang tampaknya paling tidak disukai Weber adalah pandangan bahwa ide hanyalah refleksi dari kepentingan material (khususnya ekonomi), bahwa kepentingan material menentukan ideologi.

 Weberian termasuk sejarawan, filsuf, ekonom, dan teoritisi politik Jerman.

 Pemikiran Weber juga dipengaruhi oleh Immanuel Kant (1724-1804) dan Friedrich Nietzsche (1844-1900).

 Teori Weber  Weber tertarik pada pertanyaan umum mengapa institusi di dunia barat tumbuh begitu progresif ke arah rasional, sementara sejumlah hambatan yang begitu kuat tampak mencegah perkembangan serupa di dunia lain.

 Weber melihat birokrasi (dan proses historis birokrasi) sebagai contoh klasik rasionalisasi, namun kini rasionalisasi sangat tepat bila diilustrasikan dengan restoran cepat saji.

 Penerimaan teori Weber  karena Weber terbukti lebih dapat diterima secara politis, karena bersifat liberal terkait dengan sejumlah isu dan lebih konservatif untuk isu lain (misalnya peran negara).

Georg Simmel (1858-1918)

 Adalah teman sejawat Weber yang merupakan pendiri Masyarakat Sosiologi Jerman, yang merupakan seorang teoritisi sosiologi yang tidak lazim.

 Gagasan – gagasan Simmel begitu berpengaruh di Chicago terutama karena sejumlah tokoh dominan pada tahun – tahun awal kehadiran mazhab Chicago, seperti Albion Small dan Robert Park.

 Keganjilan teori Simmel adalah lingkup analisisnya yang merupakan isu – isu dalam skala kecil, khususnya tindakan dan interaksi individu. Namun hal inilah yang menjadikannya dapat dipahami oleh para teoritisi sosiologi Amerika pada masa awal perkembangannya.

 Selain itu Simmel membuat buku yang berjudul Philosophy of Money yang memberikan perhatian pada munculnya ekonomi uang pada dunia modern yang terpisah dari individu dan mulai mendominasi.

ASAL USUL SOSIOLOGI INGGRIS

Philips Adams (1968) menjelaskan bahwa sosiologi Inggris dibangun pada abad ke-19 oleh 3 sumber yang seringkali berbenturan yaitu ekonomi politik, ameliorisme, dan evolusi sosial.

(22)

Para pemikir Inggris cenderung memfokuskan perhatiannya pada individu yang membangun struktur – struktur tersebut. Saat membicarakan struktur yang besar maka mereka cenderung mengumpulkan dara pada level individu dan selanjutnya menggabungkannya untuk menciptakan satu potret kolektif.

Ameliorisme

Adalah hasrat untuk memecahkan masalah sosial dengan memperbaiki individu. Karena sosiolog Inggris tidak dapat atau tidak akan melacak sumber masalah seperti kemiskinan di tengah – tengah masyarakat secara keseluruhan, sehingga biang keladi dari masalah ini dianggap bersumber dari individu itu sendiri.

Evolusi Sosial

Evolusi sosial terjadi pada paruh kedua abad ke-19. Pada era ini karya yang paling berpengaruh adalah karya Auguste Comte. Comte tertarik terhadap struktur masyarakat yang lebih besar, orientasi ilmiah (positivistik), orientasi komparatifnya, dan teori evolusinya. Namun sejumlah pemikir Inggris mempertajam konsepsi mereka sendiri tentang dunia yang bertentangan dengan sejumlah ekses yang ditimbulkan oleh teori Comtian.

Herbert Spencer (1820-1903)

Salah satu pandangan liberalnya, yang tidak akur ketika disandingkan dengan konservatisme, adalah penerimaannya terhadap laissez-faire, ia merasa bahwa negara tidak boleh mencampuri urusan – urusan pribadi, kecuali dalam fungsi yang agak pasif berupa perlindungan terhadap rakyatnya. Ini berarti Spencer tidak seperti Comte, tidak tertarik pada reformasi sosial, ia ingin agar kehidupan sosial berkembang bebas dari kontrol eksternal.

Spencer memiliki perspektif yang menarik, yaitu dengan melihat masyarakat sebagai organisme. Sehingga dia memberikan seluruh perhatian pada struktur masyarakat, kesalingterkaitan antar bagian – bagian masyarakat, dengan fungsi bagian – bagian tersebut bagi satu sama lainya maupun bagi sistem secara keseluruhan.

2 perspektif utama tentang teori evolusi menurut Spencer:

1. Masyarakat tumbuh karena bertambahnya jumlah individu dan menyatunya kelompok (perkumpulan). Peningkatan ukuran masyarakat membawa struktur sosial yang lebih besar dan lebih terdiferensiasi, sekaligus peningkatan diferensiasi fungsi yang dimainkannya.

(23)

berfungsi menyatukan masyarakat (ex: penaklukan militer) dan menyediakan lebih banyak jumlah orang yang diperlukan bagi perkembangan masyarakat industri.

TOKOH KUNCI DALAM SOSIOLOGI ITALIA AWAL

Vilvedo Pareto (1848-1923) cukup berpengaruh pada jamannya, namun relevansi kontemporernya sangat minim. Terjadi ledakan singkat terhadap karya Pareto (1935), ketika teoritisi utama Amerika Talcott Parsons memberikan perhatiannya.

Pareto mengembangkan teori perubahan sosial yang bertentangan dengan teori Marxian. Pareto menawarkan teori perbahan sosial, yang memandang bahwa masyarakat niscaya didominasi oleh elite kecil yang beroperasi pada basis kepentingan diri yang mendapatkan hidayah. Elite ini menguasai massa rakyat, yang didominasi oleh kekuatan nonrasional. Karena miskin dengan kapasitas rasional, menurut sistem yang dikemukakan Pareto, massa tidak akan menjadi kekuatan revolusioner.

PERKEMBANGAN MARXISME EROPA DI PENGHUJUNG ABAD KE-19

Referensi

Dokumen terkait

Pada hari tersebut sesuai dengan hasil dari citra USG, di dalam uterus telah di-temukan embrio dan pada kebuntingan hari ke-30, serta ditemukan juga detak jantung pada

Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara pengetahuan mengenai penanganan penyakit diabetes dengan kepatuhan melaksanakan diet diabetes.. Partisipan penelitian adalah

sudah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai obat tradisional (Cardenas, 1999). serratifolia memiliki senyawa bioaktif yang memiliki aktivitas sebagai

Beberapa keberhasilan yang menonjol dari pencapaian sasaran ini adalah: (1) Dipergunakannya informasi hasil analisis harga pangan dalam perumusan kebijakan nasional,

Analisis Hukum Islam Terhadap Konsep Berkeluarga Menurut Pelaku Pernikahan Dini Karena Hamil di Luar Nikah di Kecamatan Babadan, Kabupaten Ponorogo. Berdasarkah

Scaffolding adalah bangunan peralatan (platform) yang dibuat untuk sementara dan digunakan sebagai penyangga tenaga kerja, bahan-bahan serta alat-alat

Sedang PT mengimplementasikan kegiatan identifikasi Wana Hijau Pesaguan telah dan inventarisasi tetapi belum mencakup untuk seluruh jenis flora dan fauna yang

Logistik Ordinal dilakukan dengan estimasi data training untuk menentukan model logit awal, uji signifikansi menggunakan uji rasio Likelihood dan uji Wald,