• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN E GOVERNMENT id. docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENERAPAN E GOVERNMENT id. docx"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang

Informasi merupakan kebutuhan pokok setiap orang bagi pengembangan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta merupakan bagian penting bagi ketahanan nasional. Hak memperoleh informasipun merupakan hak asasi manusia dan keterbukaan informasi publik merupakan salah satu ciri penting negara demokrasi yang menjunjung tinggi kedaulatan rakyat untuk mewujudkan penyelenggaraan negara yang baik. Kebebasan memperoleh informasi publik merupakan sarana dalam mengoptimalkan pengawasan publik terhadap penyelenggaraan negara dan badan publik lainnya dan segala sesuatu yang berakibat pada kepentingan publik.

Dalam dinamika reformasi politik yang mengunggulkan demokratisasi kehidupan berbangsa dan bernegara, badan publik dalam konteks lembaga pemerintah diharapkan lebih adaptif terhadap tuntutan masyarakat yang menghendaki pelayanan publik lebik baik. Sebagai entitas yang bertanggung jawab terhadap seluruh rakyat, setiap institusi pemerintah harus menjalankan tugas pokok dan fungsi yang telah ditetapkan berdasarkan peraturan yang berlaku. Untuk menunjukkan eksistensi bahwa badan publik subordinat kekuasaan negara memiliki kesungguhan dalam menjalankan tugas kesejahteraan masyarakat, maka harus bekerja sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang melekat. Agar kinerjanya juga diketahui oleh publik, tentu harus membentuk unit kerja yang berkaitan dengan relasi publik, yang mampu menjebtani tugas pokok dan fungsi kelembagaan dengan kepentingan masyarakat.

(2)

berkembang secara pesat, dan disadari maupun tidak, perkembangan tersebut membuat batasan akan jarak dan waktu tak lagi menjadi hambatan. Perkembangan ini pula yang turut mempengaruhi masyarakat mengenai interaksinya dengan pemerintah. Adapun tuntutan masyarakat adalah pemerintahan yang bersih dan penyelenggaraan pemerintahan yang baik, terbuka, dan demokratis.

Indonesia merupakan salah satu negara yang telah mengguanakan internet dalam menyampaikan informasi serta pellayanan dari pemerintah kepada masyarakat. Sehingga yang dulu irasional dan tradisional sudah tidak digunakan lagi, dimana yang dahulunya segala sistem masih manual dan memerlukan waktu yang lama, serta proses yang panjang sudah diminimalisasikan di Indonesia ini. Sekarang zaman sudah lebih modern, perputaran waktu yang sangat singkat dan arus yang sangat canggih, pola pikir manusia telah semakin canggih. Hal ini telah terlihat beebrapa tahun terakhir, dimana pelayanan pemerintah berbasis internet mengalami pertumbuhan yang pesat.

(3)

Pelayanan publik menjadi titik strategis dalam mengawali pengembangan good governance di Indonesia, ada beberapa pertimbangan yang menjadi alasan terkait hal tersebut, yaitu (Dwiyanto,2005:13) :

a. Pelayanan publik selama ini menjadi ranah dimana negara yang mewakili oleh pemerintahan berinteraksi dengan lembaga-lembaga non-pemerintahan. Dalam ranah ini terjadi pengumpulan yang sangat intensif antara pemerintah dengan warganya.

b. Pelayanan Publik adalah ramah dimana berbagai aspek good governance dapat diartikulasikan secara relatif lebih mudah.

c. Pelayanan publik melibatkan kepentingan semua unsur good governance.

(4)

Pemerintahan memiliki kewajiban memberikan pelayanan publik yang merata keseluruh warga negara, sehingga dalam melaksanakan kewajibannya itu, pemerintah berusaha memperbaiki pelayanannya, dengan menggnakan teknologi informasi yang sesuai dengan kebutuhan. Dan dalam memenuhi kebutuhan tersebut pemerintah perlu menerangkan dan mengembangkan pelayanan yang berbasis elektronik.

Memiliki citra positif merupakan satu urgensi bagi setiap institusi dan organisasi di era globalisasi pada saat ini, tidak terkecuali pemerintah daerah. Hal ini disebabkan perkembangan teknologi komunikasi yang sangat pesat, telah mengakibatkan dunia menjadi satu desa kecil, dimana tidak ada lagi batas ruang dan waktu. Kondisi ini membawa pada satu konsekuensi terhadap keterbukaan informasi. Informasi yang terkait dengan suatu organisasi, perusahaan atau institusi yang berasal dari belahan dunia yang satu dapat diakses oleh masyarakat dari belahan dunia lainnya dalam hitungan detik. Akibatnya, informasi bukan lagi menjadi rahasia dan tidak lagi dapat ditutup-tutupi, termasuk citra dari suatu organisasi, perusahaan ataupun institusi. Dalam keterbukaan informasi sebagai imbas dari globalisasi ini, citra yang dimiliki oleh suatu perusahaan, organisasi, institusi bahkan pemerintah daerah, tidak dapat dirahasiakan dan disembunyikan lagi. Di satu sisi, kemajuan teknologi komunikasi ini mempunyai peranan yang sangat besar dalam membangun citra positif pemerintah daerah di suatu tempat kepada masyarakat luas, baik yang berada di Indonesia ini maupun yang berada di belahan dunia lainnya.

(5)

tertinggal demi transparansi informasi. Dalam situasi seperti ini, kebutuhan akan fungsi humas atau public relations tidak dapat dihindari lagi, sebab public relations merupakan salah satu elemen yang menentukan bagi kelangsungan kelancaran hubungan instansi kepada masyarakat maupun kepada pers yang dimana akan membantu badan publik tersebut menaikan citra dalam pemberitaan pers. Karena kita sudah berada di era keterbukaan informasi, yang dimana penyelenggalaraan transparasi publik oleh lembaga pemerintahan dibangun atas dasar arus informasi yang bebas. Seluruh proses badan publik atau pemerintahan, lembaga-lembaga, dan informasi perlu dapat diakses oleh pihak-pihak yang berkepentingan, dan informasi yang tersedia harus memadai agar dapat dimengerti dan dipantau.

Semangat transparansi informasi yang diunggulkan oleh UU no.14 Tahun 2008 harus diantisipasi oleh badan publik agar sejalan dengan terbentuknya masyarakat informasi yang demokratis. Badan publik, dalam konteks lembaga pemerintah harus memahami substansi transparansi informasi yang berpijak kepada kepentingan masyarakat ataupun pengguna informasi. Dengan menerapkan mekanisme akses informasi publik yang efisien, cepat, dan terjangkau publik maupun pers, maka organ pemerintah diharapkan peduli terhadap transparansi informasi untuk kesejahteraan dan keadilan masyarakat.

(6)

membangun keterbukaan informasi secara gampang dan mudah juga memelihara kepercayaan, pemahaman, citra instansi kepada khalayak dan dapat dilakukan secara one-to-one comunimunication bersifat interaktif.

Istilah cyber PR atau electronic PR (E-PR) digunakan untuk kegiatan Public Relations (PR) yang menggunakan media internet sebagai media publikasinya. Saat ini keberadaan media online tidak dapat dihindarkan lagi, karena media online internet dan komunikasi teknologi merupakan media yang membuat selruh dunia tersambung, sehingga dapat mendatangkan dampak sekaligus manfaat yang tidak bisa dibayangkan. Oleh karena itu PR memanfatkan keberadaan internet sebagai penyebaran informasi, yang pada akhirnya mempengaruhi persepsi publik pada perusahaan atau organisasi, karena PR menyajikan berbagai informasi di media online-nya tersebut. Baik atau buruknya penilaian publik pada perusahaan atau organisasi bisa saja terjadi, yang tentu saja sangat bergantung pada kualitas infomasi yang disajikan pad media online tersebut.

Di negara-negara maju, hasil dari pemanfaatan teknologi digital (Electronic Digital Services) telah melahirkan sebuah bentuk mekanisme birokrasi pemerintahan yang baru, yang mereka istilahkan sebagai Electronic Goverment (E-government). Berbagai defenisi yang ada mengenai E-government (tergantung dari negara yang bersangkutan) memperlihatkan sebuah keinginan yang sama, yaitu bertransformasinya bentuk-bentuk interaksi antara pemerintah dengan masyarakatnya yang terlampau birokratis, menjadi mekanisme hubungan interaksi yang jauh lebih bersahabat.

(7)

online government atau dalam konteks tertentu transformational government) yang dimana adalah penggunaan teknologi informasi oleh pemerintah untuk memberikan informasi dan pelayanan bagi warganya, urusan bisnis, serta hal-hal lain yang berkenaan dengan pemerintahan. Melalui proses transformasi tersebut, pemerintah dapat mengoptimalisasikan pemanfaatan kemajuan teknologi informasi untuk mengeliminasi sekat-sekat organisasi birokrasi, serta membentuk jaringan sistem manajemen dan proses kerja yang memungkinkan instansi-instansi pemerintah bekerja secara terpadu untuk menyederhanakan akses kesemua informasi dan layanan publik yang harus disediakan oleh pemerintah. Oleh karena itu, seluruh lembaga negara, masyarakat, dunia usaha, dan pihak-pihak berkepentingan lainnya dapat setiap saat memanfaatkan informasi dan layanan pemerintah secara optimal.

(8)

e-goverment, diupayakan untuk mengembangkan penyelenggaraan kepemerintahan yang berbasis elektronik dalam rangka meningkatkan kualitas layanan publik secara efektif dan efisien. Pengembangan e-goverment tersebut dilakukan dengan melakukan penataan sistem manajemen dan proses kerja di lingkungan pemerintah dengan mengoptimalisasikan pemanfaatan teknologi informasi.

Dalam era keterbukaan informasi ini, terutama dalam hal pelayanan informasi publik mengharuskan adanya komitmen dan konsistensi yang tinggi dari seluruh aparat pemerintah yang dapat memahami hakekat misi pemerintahan sebagai aparat pelayanan (Service), pemberdayaan (Empowerment), dan pembangunan (Development). Oleh karena itu keberadaan e-goverment di pemerintah, selain untuk memanfaatkan perkembangan terknologi internet, hal tersebut juga dilakukan sebagai cara untuk menyatukan komitmen dan konsistensi seluruh aparat pemerintah untuk mewujudkan good governance.

(9)

Participation, Transparency, Effectiveness and efficiency, Responsiveness,

Accountability, Equity and inclusiveness, Rule of Law.

Menurut Hidayat, 2006 : 45, penerapan e-government menjanjikan setidaknya tiga perubahan dasar, yaitu :

1. Proses otomatisasi : mengubah peran manusia dalam menjalankan proses yang meliputi menerima, menyimpan, processing, output, dan mengirimkan informasi.

2. Proses informasi : mendukung peran manusia dalam menjalankan proses informasi tersebut, misalnya : mendukung alur proses pengambilan keputusan, komunikasi, dan implementasi.

3. Proses transpormasi : membuat ICT baru untuk menjalankan proses informasi atau mendukung proses informasi. Contohnya adalah membuat metode baru dalam pelayanan publik. (Hidayat, 2006 : 45).\

Apa yang telah diuraikan di atas, peneliti berharap agar suatu pemerintahan dapat menunjukkan eksistensi sebagai pemerintah yang baik (good governance), salah satunya yaitu dengan menerapkan Cyber PR. Hal tersebut disesuaikan dengan perkembangan zaman (globalisasi) yang ditandai dengan berkembangnya teknologi online yaitu internet, dimana hal itu merupakan realitas kehidupan yang tidak mungkin dihindari. Globalisasi menjadikan dunia tidak lagi dibatasi secara tegas berdasarkan wilayah teritorial, globalisasi memungkinkan manusia secara mudah untuk melakukan kegiatan di setiap Negara di dunia ini, terutama dalam kegiatan untuk memperoleh informasi.

(10)

mengelola pengiriman dan pelayanan semua informasi pemerintah ke publik. Dengan cara ini rasa kepercayaan publik ke pemerintah akan benar-benar terwujud, karena yang sangat diharapkan oleh publik adalah transparansi dan pelayanan yang baik dari pemerintah.

Indonesia masuk dalam posisi ketujuh negara pengimplementasian E-Government dari 11 negara di Asia Tenggara. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik pada Pasal 7 Ayat 1 menyatakan, setiap Badan Publik wajib menyediakan, memberikan dan/atau menerbitkan Informasi Publik yang berada di bawah kewenangannya kepada Pemohon Informasi Publik, selain informasi yang dikecualikan sesuai dengan ketentuan. Untuk itu E-Government merupakan satu-satunya cara untuk dapat memberikan informasi pelayanan publik yang efektif dan efisien.

Data dari Ditjen Aptel Depkominfo menyebutkan bahwa dari 491 pemda di Indonesia, 423 pemda atau sekitar 86% baru memiliki situs web pada Januari 2008. Padahal teknologi informasi telah berkembang di Indonesia lebih dari 20 tahun yang lalu. Hal itu dipengaruhi oleh berbagai hal seperti birokrasi mulai dari perundang-undangan sampai kebijakan-kebijakan yang ada di pusat maupun daerah belum mampu mendukung perkembang e-government di Indonesia. Hal lain yang mempengaruhi adalah masalah keterbatasan, baik itu dalam hal anggaran maupun keterbatasan kemampuan untuk menjalankan e-government tersebut. Gordon B. Davis mengemukakan bahwa:

(11)

Informasi yang diterima merupakan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan, tepat waktu, dan akurat. Informasi ini pada dasarnya bersumber dari data yang sudah diolah sehingga mempunyai nilai tambah bagi penerimanya. Pentingnya informasi tentang sumber daya manusia terdapat dalam suatu organisasi merupakan salah satu tantangan yang harus dihadapi dalam kehidupan organisasional. Dikatakan tantangan, karena tanpa informasi tersebut suatu organisasi tidak mungkin terjadi atau sulit untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memanfaatkan sumberdaya manusia semaksimal mungkin. Oleh karena itu keterbukaan informasi melalui kemudahan komunikasi dan transportasi akibat pesatnya perkembangan teknologi dapat mempengaruhi pola pikir, sikap dan perilaku masyarakat. Adapun Pemerintah Daerah Provinsi Riau dalam hal ini berupaya mengembangan kegiatan humasnya melalui media online untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat guna memberikan pelayanan informasi publik.

(12)

Provinsi Riau melalui website yang dapat di akses oleh siapa dan kapan saja. Hal tersebut disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat untuk memperoleh informasi secara cepat dan mudah, dimana saat ini informasi telah menjadi suatu kebutuhan bagi masyarakat, karena informasi memiliki peran yang sangat penting dan menentukan untuk mencapai suatu tujuan.

Banyak diakui bahwa keberhasilan suatu program pemerintah antara lain juga sangat ditentukan oleh berhasil atau tidaknya aparat pelayanan pemerintah melalui Diskominfo & PDE Provinsi Riau untuk berperan secara aktif dalam memberi pelayanan informasi kepada publik secara luas. Peran pemerintah saat ini menjadi sorotan bagi masyarakat berkaitan dengan sering terjadinya kesimpangsiuran informasi karena banyaknya sumber informasi dari berbagai media, yang akhirnya justru mengundang kebingungan publik. Sorotan masyarakat terhadap peran pemerintah yang terkesan belum optimal dalam melakukan tugasnya itu sangat wajar, karena banyaknya kendala internal yang dihadapi oleh Diskominfo & PDE Provinsi Riau untuk melakukan tugas dan fungsinya termasuk dalam reposisinya guna mengantisipasi perkembangan teknologi komunikasi yang ada.

(13)

kemasyarakatan dapat berlangsung secara berdayaguna dan berhasilguna, bersih dan bertanggungjawab. Hal itu pun sebagaimana dilakukan oleh Pemerintah Daerah Provinsi Riau, dimana dengan menciptakan pemerintahan yang baik (good governance) pemerintah daerah Provinsi Riau berupaya untuk melakukan berbagai upaya pembenahan atau reformasi untuk menciptakan suatu good governance. Salah satu yang diharapkan adalah dengan memanfaatkan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi melalui cyber PR sebagai konsep e-government.

B. Rumusan Masalah

Terkait dengan transparasi publik, kita tengah berada di era keterbukaan informasi publik, dimana sekarang masyarakat menuntut lembaga pemerintah lebih adaptif terhadap tuntutan masyarakat yang menghendaki pelayanan publik lebik baik, disamping pelayanan yang baik sangat berkaitan dengan citra pemerintah, kebutuhan masyarakat akan informasi menjadi sangat penting untuk diperhatikan. Electronic Government merupakan bentuk dari implementasi penggunaan teknologi informasi bagi pelayanan pemerintah kepada publik. Yaitu bagaimana pemerintah memberikan informasi kepada masyarakat melalui sebuah portal web agar dapat membentuk citra yang positif sebagai good governance.

(14)

C. Identifikasi Masalah

Mencermati realitas dan latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana Manfaat dari Cyber PR Melalui Electronic Government ( E-Gov) Pemerintah Daerah Provinsi Riau Dalam Mewujudkan Good Governance?

2. Bagaimana Efisiensi dari Cyber PR melalui Electronic Government ( E-Gov) Pemerintah Daerah Provinsi Riau dalam mewujudkan Good Governance?

3. Bagaimana Partisipasi dari Cyber PR melalui Electronic Government ( E-Gov) Pemerintah Daerah Provinsi Riau dalam mewujudkan Good

Governance?

4. Bagaimana Transparansi dari Cyber PR melalui Electronic Government (E-Gov) Pemerintah Daerah Provinsi Riau dalam mewujudkan Good Governance?

5. Bagaimana Manajemen Perubahan dari Cyber PR melalui Electronic Government (E-Gov) Pemerintah Daerah Provinsi Riau dalam

mewujudkan Good Governance? D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:

1. Untuk Mengetahui Manfaat dari Cyber PR Melalui Electronic Government (E-Gov) Pemerintah Daerah Provinsi Riau Dalam Mewujudkan Good Governance.

2. Untuk Mengetahui Efisiensi dari Cyber PR Melalui Electronic Government (E-Gov) Pemerintah Daerah Provinsi Riau Dalam Mewujudkan Good Governance.

3. Untuk Mengetahui Partisipasi dari Cyber PR Melalui Electronic Government (E-Gov) Pemerintah Daerah Provinsi Riau Dalam Mewujudkan Good Governance.

4. Untuk Mengetahui Transparansi dari Cyber PR Melalui Electronic Government (E-Gov) Pemerintah Daerah Provinsi Riau Dalam Mewujudkan Good Governance.

5. Untuk Mengetahui Manajemen Perubahan dari Cyber PR Melalui Electronic Government (E-Gov) Pemerintah Daerah Provinsi Riau Dalam Mewujudkan Good Governance.

(15)

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang ilmu komunikasi dan dapat dijadikan sebagai acuan dalam melakukan penelitian secara lebih lanjut, terutama dalam meneliti lebih dalam yang berkaitan dengan penerapan Electronic Government dalam mewujudkan Good Governance di Pemerintahan Daerah Provinsi Riau.

2. Kegunaan praktis

Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan informasi mengenai pentingnya menyebarluaskan informasi kepada masyarakat dengan akses yang mudah dan efisien dari penerapan Cyber PR melalui Electronic Government ( E-Gov) Pemerintah Daerah Provinsi Riau dalam mewujudkan Good Governance.

F. Tinjauan Pustaka 1. Penelitian Terdahulu

2. Komunikasi

(16)

(komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa berupa gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan, dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati. Yang menjadi permasalahan ialah bagaimana caranya agar “gambaran dalam benak” dan “isi kesadaran” pada komunikator itu dapat dimengerti, diterima, dan bahkan dilakukan oleh komunikan (Effendy, 2005:11).

Wilbur Schramm (Effendy, 1992:32-33) dalam karyanya “How Communication Works”mengatakan the condition of success in communication diringkaskan sebagai berikut :

a. Pesan harus dirancangkan dan disampaikan sedemikian rupa sehingga dapat menarik perhatian sasaran yang dimaksud.

b. Pesan harus menggunakan tanda-tanda yang tertuju kepada pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan, sehingga sama-sama dapat dimengerti.

c. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi pihak komunikan, dan menyarankan suatu cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut.

(17)

2.1 Proses Komunikasi

Proses komunikasi terdiri dari dua cara, yaitu :

a. Proses secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan simbol sebagai media. Lambang media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambar, warna, dan sebagainya, yang secara langsung mampu menerjemahkan pikiran atau perasaan komunikator kepada komunikan

b. Proses secara sekunder. Adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama.” (Umar, 2002:5-6)

Proses komunikasi yang dipilih oleh seorang komunikator akan berpengaruh terhadap pemahaman komunikan dalam penerimaan pesan. Misalnya: ketika berkomunikasi dengan orang tuli, penggunaan bahasa dengan suara akan sia-sia berbeda bila menggunakan isyarat tangan, maka orang tuli tersebut akan lebih memahami maksud dan tujuan dari si pengirim pesan.

3. Ruang Lingkup Public Relations

(18)

relations mencakup tujuh bidang pekerjaan. Sebagaimana dikemukakan: “ The contemporary meaning and practice of public relations includes all of the

following activities and specialties (publicity, advertising, press agentry, public

affairs, issues management, lobbying and investor relations)”. Dengan demikian, menurut Cutlip dan rekan, perkembangan mukhir public relations mencakup seluruh kegiatan tersebut yaitu: publisitas, iklan, press agentry, public affairs, manajemen isu, lobi, dan hubungan investor.

Wahidin Saputra dan Rulli Nasrullah di dalam bukunya yang berjudul “Public Relations 2.0 Teori dan Praktik Public Relations di Era Cyber” ( 2011: 54-59) membagi ruang lingkup public relations berdasarkan jenis organisasi yang pada garis besarnya adalah humas pemerintah, humas perusahaan , dan humas internasional.

1. Humas (PR) Pemerintah

Lembaga-lembaga pemerintah pusat sampai tingkat daerah dilengkapi dengan bagian humas untuk mengelola informasi dan opini public. Informasi mengenai kebijaksanaan pemerintah disebarkan seluas-luasnya, dan opini public dikaji dan diteliti seefektif-efektifnya untuk keperluan pengambilan keputusan dan penentuan kebijaksanaan berikutnya. Wahidin Saputra dan Rulli Nasrullah dalam buku Public Relations 2.0 Teori dan Praktik Public Relations di Era Cyber” ( 2011: 54-59) mengutip Sam Black dalam bukunya, “Practical Public Relations” mengklarifikasikan humas menjadi humas pemerintah pusat (center government) dan humas pemerintahan daerah (local government).

(19)

Humas pemerintah pusat umumnya bertempat di departemen-departemen, serta badan-badan yang termasuk pemerintah pusat. Tugas humas pemerintahan pusat adalah menyebarkan informasi secara teratur mengenai kebijaksanaan, perencanaan, dan hasil yang telah dicapai; kedua, menerangkan dan mendidik publik mengenai perundang-undangan, peraturan-peraturan, dan hal-hal yang bersangkutan dengan kehidupan rakyat sehari-hari.

b. Humas (PR) Pemerintah Daerah

Humas pemerintah daerah pada hakikatnya sama saja dengan humas pemerintah pusat, dalam rangka pengorganisasian dan mekanisme kerja. Bedanya hanya dalam ruang lingkup.

2. Humas (PR) Perusahaan

Perusahaan merupakan organisasi yang memiliki kekhasan dalam sifat, fungsi dan tujuannya maka humas perusahaan mempunyai kekhasan pula, meskipun dalam aspek-aspek tertentu terdapat persamaan dengan jenis-jenis humas lainnya.

a. Hubungan dengan karyawan oleh humas (PR)

(20)

b. Hubungan dengan pemegang saham (stakeholder relationship)

Dalam perusahaan tertentu yang sudah go public, tugas humas juga bertambah yakni membina hubungan baik antara pemegang saham (stakeholder) dengan jajaran direksi selaku pelaksanaan kebijakan.

c. Hubungan dengan pelanggan (customer relationship)

Pelanggan adalah raja, demikian ungkapan ini menggambarkan begitu pentingnya kedudukan pelanggan dimata perusahaan. Hubungan yang harus dibina oleh humas (PR) antara lain; mempromosikan produk kepada mereka, antara lain dengan publikasi, event, berita pendekatan komunikasi konsumen, mencitrakan, serta program-program yang menyangkut social responsibility.

d. Hubungan dengan komunitas khalayak sekitar (community relations)

Perusahaan dengan target market tertentu, harus membina hubungan baiknya dengan konsumen, apabila telah terkumpul dalam suatu komunitas. Komunitas memiliki anggota yang pada umumnya loyal pada organisasi dan terikat secara emosional maupun pisikal. Dengan mengandeng komunitas diharapkan perusahaan mempunyai pelanggan tetap, yang ikut membantu penjualan produk secara langsung ataupun tidak ikut mempromosikan produk-produk dari perusahaan kepada anggotanya. Masukan-masukan dari komunitas juga menjadi nilai plus lagi yang didapatkan oleh perusahaan dari hubungan baik ini.

(21)

Pemerintah sebagai pemegang otoritas regulator adalah salah satu pihak yang harus dibina hubungan baiknya. Hubungan baik dengan pemerintah dapat membantu perusahaan untuk mengkomunikasikan apa yang dihadapi oleh kalangan pengusaha, misalnya dalam hal pajak dan bea masuk.

f. Hubungan dengan pers (pers relations)

Salah satu kekuatan besar yang dapat mengubah dunia adalah media, dalam hal ini adalah pers. Pers bergerak atas nama publik dan bekerja atau menyoroti isu-isu yang berkaitan dengan publik. Hubungan baik dengan pers memungkinkan perusahaan dengan segala produk-produknya, untuk memberikan citra positif perusahaan itu pada masyarakat.

3. Humas (PR) Internasional

Wahidin Saputra dan Rulli Nasrullah di dalam bukunya yang berjudul “Public Relations 2.0 Teori dan Praktik Public Relations di Era Cyber” ( 2011: 59) mengutip pernyataan John W. Hill, seorang Amerika yang dianggap pelopor dalam mengembangkan humas internasional, mengatakan bahwa humas internasional akan berkembang pesat apabila suasananya didukung oleh tiga unsur dominan, yakni :

a. Pemerintah yang mapan dan demokratis

(22)

c. Media yang besar dan merdeka, yang memperoleh pengawasan pemerintah secara minimal.

Pada penelitian yang akan dilakukan, penulis memfokuskan ruang lingkup tugas humas sebagai pelayanan publik melalui media internet (Cyber PR) dalam perwujudan Good Governance.

3.1 Cyber PR

Pemanfaatan media web untuk kepentingan PR merupakan penghematan besar atas biaya kertas, cetak dan pengirimannya. Hemat merupakan salah satu manfaat dari penggunaan cyber-PR, seperti yang diungkapkan oleh Onggo (2004 : 6):

“PR dalam dunia fisik dianggap lebih dapat mempengaruhi tanggapan dan respon pasar. Pengeluarannya pun lebih hemat dibandingkan pengeluaran iklan. E-PR (cyber-PR) dapat membuat organisasi lebih hemat mengingat E-PR tidak membutuhkan stastionery atau biaya cetak. Semakin murahnya biaya internet akan membuat biaya E-PR menjadi semakin terjangkau. “

(23)

dihindari, apalagi jika perusahaan atau organisasi sudah memiliki situs web (website) atau bahkan sudah menggunakan email.

Istilah Cyber PR atau Electronic PR (E-PR) digunakan untuk kegiatan Public Relations (PR) yang menggunakan media internet sebagai media publikasinya. Saat ini keberadaan media online tidak dapat dihindarkan lagi, karena media online internet dan komunikasi teknologi merupakan media yang membuat seluruh dunia tersambung, sehingga dapat mendatangkan dampak sekaligus manfaat yang tidak bisa dibayangkan. Oleh karena itu PR memanfatkan keberadaan internet sebagai penyebaran informasi, yang pada akhirnya mempengaruhi persepsi public pada perusahaan atau organisasi, karena PR menyajikan berbagai informasi di media online-nya tersebut. Baik atau buruknya penilaian publik pada perusahaan atau organisasi bisa saja terjadi, yang tentu saja sangat bergantung pada kualitas informasi yang disajikan pada media online tersebut.

Ardianto (2009: 152) menyatakan beberapa keuntungan yang dapat diperoleh PR dalam menggunakan internet untuk meningkatkan citra instansi, diantaranya :

a) Informasi cepat sampai pada publik;

b) Bagi PR, internet dapat berfungsi sebagai iklan, media, alat marketing, sarana penyebaran informasi, dan promosi;

c) Siapapun dapat mengakses internet; d) Tidak terbatas oleh ruang dan waktu;

e) Internet dapat membuka kesempatan melakukan hubungan komunikasi dalam bidang pemasaran secara langsung.

(24)

Dengan internet tidak ada lagi batasan antara ruang dan waktu dalam berkomunikasi dengan berbagai orang di berbagai belahan dunia. Internet mampu menghubungkan pihak yang satu dengan pihak lainnya secara bersamaan dengan prinsip komunikasi dua arah.

4. New Media

Abad ke-20 dapat digambarkan sebagai ‘zaman pertama media massa. Abad ini juga ditandai dengan berubahnya ketakjuban maupun ketakutan atas pengaruh media massa. Walaupun terjadi perubahan yang besar dalam lembaga dan teknologi media serta dalam masyarakat sendiri dan juga munculnya ‘ilmu komunikasi’, perdebatan publik mengenai signifikasi sosial yang potensial dari ‘media’ sepertinya tidak terlalu berubah. Penggambaran isu yang muncul selama dua atau tiga dekade awal pada abad ke-20 lebih dari sekedar kepentingan sejarah dan pemikiran awal memberikan poin rujukan untuk memahami masa kini. (McQuail, 2011:56)

Media massa perkembang begitu cepat. Seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi, komunikasi massa pun semakin canggih dan kompleks, serta memiliki kekuatan yang lebih dari masa-masa sebelumnya. Hal ini ditandai dengan munculnya media baru. Istilah ‘media baru’ telah digunakan sejak tahun 1960-an dan telah mencakup seperangkat teknologi komunikasi terapan yang semakin berkembang dan beragam.

Menurut Denis McQuail dalam bukunya Teori Komunikasi Massa (2011:43) ciri

utama media baru adalah adanya saling keterhubungan, aksesnya terhadap khalayak

individu sebagai penerima maupun pengirim pesan, interaktivitasnya, kegunaan yang

beragam sebagai karakter yang terbuka, dan sifatnya yang ada di mana-mana.

4.1 website

4.11 Pengertian dan Fungsi Website

(25)

(Pardosi, 2004:2). Website berdasarkan pengertian diatas salah satu contohnya adalah website www.riau.go.id yang mana dalam pengaplikasiannya terdapat informasi dan data-data tertentu.

Web adalah sistem pengiriman dokumen tersebar yang berjalan di internet (Falk, 1997: 76). Maksudnya adalah adanya suatu informasi yang mampu tersebar keseluruh dunia tanpa batas dan waktu dengan adanya sebuah jaringan internet. Perkembangan internet yang sangat cepat telah membentuk suatu komunitas pengguna internet yaitu world wide web (www) atau website. Pengertian website menurut Jack Febrian adalah:

“Sebuah lokasi di internet yang memiliki akses ke semua pengguna internet dan dapat saling bertukar dokumen dengan cara menghubungkan satu sama lain dalam suatu jaringan yang saling terhubung melalui jaringan komunikasi seperti kabel telepon” (Febrian, 2001:180).

Berbagai macam kalangan dalam hal ini mampu melakukan interaksi dan komunkasi serta perpindahan data melalui sebuah jaringan yang mampu menghubungan pihak satu dengan pihak lainnya tanpa adanya suatu batasan wilyah. “World Wide Web atau website adalah sebuah sistem untuk menjajaki dan mencari informasi” (La Quey, 1997: 133). Pencarian yang dilakukan terhadap informasi yang dibutuhkan tersebar dan terjaring secara luas dari berbagai kalangan.

(26)

dengan mengunakan perintah khusus dan program pencarian teks untuk menemukan informasi yang diinginkan. Salah satu keuntungan terbesar website adalah bahwa web merupakan sumber informasi super besar yang mencakup berbagai topik yang berbeda, dimana dalam hal ini dokumen-dokumen yang ada didalamnya memiliki keterkaitan satu sama lain.

Website pertama kali dibuat pada tahun 1991 di CERN (European Particle Physics Laboratory atau Laboratorium Fisika Partikel Eropa), suatu lembaga bagi penelitian fisika energi-tinggi di Jenewa, Swiss. Tujuan semula untuk membantu para fisikawan di berbagai lokasi yang berbeda dalam bekerja sama (Browne,1996: 32). Penggunaan website menjadi suatu hal yang penting, baik bagi individu, organisasi dan pemerintahan. Website merupakan alamat di internet yang dapat di akses oleh siapa saja bagi mereka yang mengetahui alamat tersebut dengan menggunakan browser. Website berisikan data-data, informasi dan gambar.

Sistem pengaksesan informasi dalam internet yang paling terkenal adalah website. Website berkembang menjadi fasilitas untuk menampilkan browser elektronik dan menyebabkan meningkatnya penggunaan intranet, ekstranet juga internet. Website dapat memperlebar ruang promosi, komunikasi dan berinterkasi.

(27)

pemerintahan dapat berfungsi menjadi sebuah pusat pelayanan di mana masyarakat dapat melakukan segala sesuatunya melalui website mulai dari pendaftaran, aktifitas kependudukan, mengikuti berbagai survei, pembayaran online atas segala pajak dan retribusi serta transaksi-transaksi lainnya.

5. Website Pemerintah (E- Government)

E-Government sendiri dapat diartikan sebagai pemanfaatan teknologi informasi (seperti internet, telepon, satelit) oleh institusi pemerintahan untuk meningkatkan kinerja pemerintah dalam hubungannya dengan masyarakat, komunitas bisnis, dan kelompok terkait lainnya (World Bank, 2001). Menurut Rogers WO Okut-Uma and Larry Caffrey (Eds), dalam buku Trusted Services and Public Key Infrastructure, Commonwelth Secretariat, London (2000), “E-government refers to the processes and structures pertinent to the electronic delivery of government services to the public.” Sementara itu, Kementerian Kominfo berpendapat bahwa e-government adalah aplikasi teknologi informasi yang berbasis internet dan perangkat digital lainnya yang dikelola oleh pemerintah untuk keperluan penyampaian informasi dari pemerintah ke masyarakat, mitra bisnis, pegawai, badan usaha, dan lembaga-lembaga lainnya secara online (dalam Hardiyansyah, 2003).

5.1Latar Belakang E-Government

(28)

“E-government refers to the use by government agencies of information technologies ( such as wide area networks, the internet, and mobile computing)that have the ability to transform relations with citezens, business, and other arms of government”. (dalam Indrajit, 2006:2)

E-government berdasarkan definisi The World Bank Group adalah penggunaan TI oleh kantor pemerintah melalui sebuah akses jaringan internet terhadap pemberian fasilitas dalam melakukan kerjasama antara pemerintah dengan masyarakat, bisnis maupun kerjasama antar institusi serta melaksanakan perbaikan dan peningkatan pelayanan masyarakat ke arah yang lebih baik menuju good governance. TI pada kantor pemerintah atau yang dikenal dengan e-government diharapkan dapat merubah sistem pelayanan pada manajemen pemerintahan.

Pendapat lain tentang e-government menurut Clay G. Wescott (Pejabat Senior Asian Development Bank) dalam buku e-government adalah:

“E-government is the use of information and communications technology (ICT) to promote more efficient and cost-effective government, facilitate more convenient government services, allow greater publik access to information, and make government more accountable to citizens. (dalam indrajit, 2006:4)

E-government dalam hal ini adalah penggunaan TI dan komunikasi dalam meningkatkan kinerja aparatur dan pelayanan publik yang effisien dan efektif serta lebih bertanggung jawab melalui akses informasi. E-government dapat meningkatkan performa kinerja pemerintah dan memperbaiki proses administratife serta memberikan kontribusi yang baik bagi pemerintah sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan terhadap masyarakat.

(29)

mengoptimalisasi proses pelayanan publik yang efisien, transparan dan efektif (Kurniawan, 2006). Istilah E-Government berhubungan dengan kemampuan untuk menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan hubungan antara pemerintah dan masyarakat, antara pemerintah dan pelaku bisnis, dan di antara instansi pemerintah. Teknologi tersebut termasuk e-mail. WAN (Wide Area Network), Internet, peralatan mobile computing (HP, laptop, PDA), dan berbagai teknologi lain yang berfungsi untuk menyebarluaskan informasi dan memberi pelayanan elektronik dalam berbagai bentuk.

Secara umum pengertian E-Government adalah sistem manajemen informasi dan layanan masyarakat berbasis internet. Layanan ini diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat. Dengan memanfaatkan internet, maka akan muncul sangat banyak pengembangan modus layanan dari pemerintah kepada masyarakat yang memungkinkan peran aktif masyarakat dimana diharapkan masyarakat dapat secara mandiri melakukan registrasi perizinan, memantau proses penyelesaian, melakukan secara langsung untuk setiap perizinan dan layanan publik lainnya. Semua hal tersebut dengan bantuan teknologi internet akan dapat dilakukan dari mana saja dan kapan saja (Abidin dalam Hardiyansyah, 2003).

Definisi E-Government memiliki kesamaan karakteristik, diantaranya adalah:

1.Merupakan suatu mekanisme interaksi baru (modern) antara pemerintah dengan masyarakat dan kalangan lain yang berkepentingan (stake holder); dimana

2.Melibatkan penggunaan teknologi informasi (terutama internet); dengan tujuan

3. Memperbaiki mutu (kualitas) pelayanan yang selama berjalan. (Indrajit, 2006:4-5).

(30)

jarak terhadap pelayanan publik yang lebih baik. Penerapan e-government menginginkan adanya perubahan dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat, sebagaimana yang dikatakan M. Khoirul Anwar dan Asianti Oetojo bahwa suatu sistem untuk penyelenggaraan pemerintahaan dengan memanfaatkan TI dan komunikasi terutama yang berkaitan dengan pemberian pelayanan kepada masyarakat (Anwar dan Oetojo, 2003:136). E-government menghasilkan hubungan dan memperluas akses publik untuk memperoleh informasi sehingga akuntabilitas pemerintah meningkat.

Menurut Heeks dalam Djunaedi (2002), e-government diartikan sebagai pemanfaatan ICT untuk mendukung pemerintahan yang baik (good governance). Lebih lanjut dijelaskan bahwa e-government mencakup:

1. E-Administration: untuk memperiki proses pemerintahan dengan menghemat biaya, dengan mengelola kinerja, dengan membangun koneksi strategis dalam pemerintahan sendiri, dan dengan menciptakan pemberdayaan.

2. E-citizen & e-Service: menghubungkan warga masyarakat dengan Pemerintahan dengan cara berbicara dengan warga dan mendukung akuntabilitas, dengan mendengarkan masyarakat dan mendukung demokrasi, dan dengan meningkatkan layanan publik.

3. E-Society: membangun interaksi di luar pemerintah dengan bekerja secara lebih baik dengan pihak bisnis, dengan mengembangan masyarakat, dengan membangun kerjasama dengan pemerintah, dan dengan membangun masyarakat madani.

(31)

TI pada kantor pemerintah atau yang dikenal dengan e-government lahir berdasarkan latar belakang sebagai berikut:

1. Peran informasi dan teknologi yang semakin canggih serta mendominasi di hampir semua bidang kehidupan sehingga mendorong kearah globalisasi.

2. Dalam era globalisasi akan dilandasi dengan kebutuhan informasi yang semakin meningkat diikuti dengan semakin berkembangnya jaringan internet, batas wilayah negara semakin tidak jelas, persaingan perdagangan semakin ketat.

3. Munculnya tuntutan masyarakat pada birokrat untuk meningkatkan kinerja dalam penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan.

4. Kemajuan teknologi informasi yang semakin maju dan mampu mendorong kegiatan. (Anwar, 2004:112-113)

(32)

4.2 Tujuan dan Manfaat E-Government

Berkembangnya TI dalam kehidupan dan pemerintah atau yang dikenal dengan e-government, membuka peluang baru bagi pemerintah dan masyarakat dalam mewujudkan pemerintahan yang transparan dan pelayanan publik yang lebih baik. TI pada sektor pemerintah atau yang biasa dikenal dengan e-government menurut Sutanta dalam bukunya yang berjudul Sistem Informasi Manajemen memiliki tujuan:

1. Penyediaan akses yang mudah terhadap informasi dan layanan pemerintah ke masyarakat dan dunia usaha.

2. Peningkatan kualitas layanan dengan cara peningkatan kecepatan, kesempurnaan dan proses yang efisien.

3. Penyediaan peluang yang lebih besar bagi masyarakat untuk lebih berpartisipasi dalam berbagai proses demokrasi.

4. Interaksi yang lebih baik antara pemerintah dan masyarakat bagi kemajuan pelayanan publik yang semakin baik.

(Sutanta, 2003: 166)

TI pada pemerintah atau yang dikenal dengan e-government merupakan penyediaan akses dari pemerintah untuk masyarakat, kalangan pebisnis dan portal bagi pemerintah lain dalam melakukan transaksi atas informasi yang diharapkan sehingga lebih efisien dan efektif serta memberikan peluang kepada masyarakat untuk berpartisipasi menyampaikan pendapatnya dan mewujudkan interaksi dan pelayanan publik yang lebih baik. Tujuan diterapkannya e-government merupakan suatu wujud dari pengembangan pelayanan publik yang dilakukan pemerintah dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas pemerintah sebagai wakil rakyat yang memegang penuh atas amanat rakyat dan keinginan rakyat.

(33)

Richardus Eko Indrajit mengemukakan tentang manfaat e-government antara lain adalah:

1. Memperbaiki kualitas pelayanan pemerintah kepada para stakeholder -nya (masyarakat, kalangan bisnis dan industry) terutama dalam hal kinerja efektivitas dan efisiensi di berbagai bidang kehidupan bernegara;

2. Meningkatkan transparansi, kontrol, dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintah dalam rangka penerapan konsep Good Corporate Government.

3. Mengurangi secara signifikan total biaya administrasi, relasi dan interaksi yang dikeluarkan pemerintah maupun stakeholder-nya untuk keperluan aktivitas sehari-hari.

4. Memberikan peluang bagi pemerintah untuk mendapatkan sumber-sumber pendapatan baru melalui interaksinya dengan pihak-pihak yang berkepentingan; dan

5. Menciptakan suatu lingkungan masyarakat baru yang dapat secara cepat dan tepat menjawab berbagai permasalahan yang dihadapi sejalan dengan berbagai perubahan global dan trend yang ada; serta

6. Memberdayakan masyarakat dan pihak-pihak lain sebagai mitra pemerintah dalam proses pengambilan berbagai kebijakaan publik secara merata dan demokratis.

(dalam Indrajit, 2006:5)

Pemanfaatan e-government yang tepat akan secara signifikan memperbaiki kualitas kehidupan masyarakat di suatu negara secara khusus, dan masyarakat dunia secara umum. TI pada sektor pemerintah atau yang dikenal dengan e-government sebaiknya dilaksanakan secara serius di bawah suatu kepemimpinan dan kerangka pengembangan yang holistik yang pada akhirnya akan memberikan atau mendatangkan keunggulan kompetitif secara nasional.

(34)

meningkatkan pelayanan yang prima dengan lebih transparan dan akuntabel mendukung terciptanya goog governance.

Dari uraian diatas, maka manfaat penerapan e-government pada instansi pemerintahan adalah mengingkatkan kualitas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dan pelaku bisnis, adanya transparansi dikalangan pemerintah, mempercepat pelayanan, meningkatkan partisipasi dan kontrol publik, penghematan biaya dan memberdayakan masyarakat dalam proses pengambilan kebijakan publik.

4.3 Tahapan Pembangunan dan Pengembangan E-Government

Proses pencapaian suatu kesempurnaan e-government didasarkan pada beberapa tahapan-tahapan. Riset yang dilakukan oleh Deloitte dan Touche menjabarkan bahwa e-government dalam pemerintahan terbagi menjadi enam tahapan, diantaranya adalah:

1) Tahap information publishing/dissemination, merupakan tahapan di mana masing-masing instansi di pemerintahan seperti dinas, badan atau minimal pemerintahan daerah tersebut memiliki sebuah situs website yang berisikan informasi dan pusat data yang dapat diakses sepanjang waktu.

2) Tahap “official” two-way transaction, dalam tahapan ini situs telah berkembang dengan melibatkan masyarakat dengan beberapa aktifitas interaktif yang sederhana seperti pengisian form-form kependudukan, survey-survey dan sebagainya.

3) Tahap multipurpose portals, dalam tahapan ini seluruh situs yang di miliki oleh berbagai instansi disatukan dalam sebuah portal sesuai dengan klasifikasinya.

4) Tahap portals personalization, pada tahapan ini masyarakat telah memiliki akses sendiri berupa login dan password sesuai dengan ketentuan yang ada sehingga masyarakat dapat terlayani lebih ‘customized’. Masing-masing masyarakat memiliki account sendiri sesuai dengan keperluan dan kepentingannya masing-masing tetapi masih terpisah untuk masing-masing instansi.

(35)

dalam tahapan ini pengelompokkan lebih diberatkan ke bagian-bagian yang mempunyai maksud dan tujuan yang sama, sehingga file-file dapat lebih sederhana dan sedikit dan mulai dikuranginya pengulangan informasi yang kadangkala dapat terjadi.

6) Tahap full integration and enterprise transformation, dalam tahapan ini, seluruh data-data, hasil transaksi dan pembayaran atau informasi yang telah masuk dan berasal dari berbagai pihak, baik masyarakat, pebisnis dan lainnya dapat langsung diolah dan diakses kembali dalam bentuk yang lain oleh masing-masing jenis pengakses. (Rianto Wijaya:1)

Tahapan-tahapan e-government di atas mengambil contoh website pemerintah sebagai salah satu unsur penyelenggaraan roda pemerintahan harus segera menerapkan e-government. Keberadaan website pada pemerintah merupakan bentuk awal penerapan e-government, karena website dianggap sebagai gerbang utama pemerintah dalam mempromosikan jati dirinya. Website merupakan jenis pelayanan bentuk e-government yang paling mudah pengerjaannya, biaya yang sedikit dan mudah digunakan.

Beberapa hal yang harus diperhatikan terhadap pembangunan e-government, antara lain adalah masalah platform, keamanan data, standar aplikasi, system pembayaran, kebutuhan teknologi dan koordinasi dengan berbagai departemen dan biro pemerintahan lain. Beberapa hal yang harus diperhatikan terhadap pembangunan e-government, antara lain adalah:

1. Masalah platform yang bisa dioperasikan pada berbagai apliksi. Standar umum semua aplikasi akan berbasiskan web, dan semua aplikasi dari seluruh departemenn dan bagian akan dijalankan disana. Karena itu perlu dipastikan bahwa semua aplikasi ini bisa dijalankan dan terkait antara satu dengan yang lain.

2. Keamanan data menggunakan firewall pada berbagai aplikasi dan juga enkripsi SSL (Secure Socket Layer) 128 bit yang saat ini sudah terbukti cukup baik untuk menjaga keamanan data.

3. Standar aplikasi perlu ditetapkan pada level nasional agar interaksi dan pertukaran data bisa berjalan dengan baik.

(36)

Level 1 : Kemampuan untuk publikasi secara online. Lebih banyak hanya sekedar memberikan informasi.

Level 2 : Adanya interaksi dari pelanggan, dengan menambahkan berbagai fasilitas yang memungkinkan pelanggan menghubungi dan berkomunikasi secara online.

Level 3 : Fasilitas transaksi dari pelanggan dimana mereka sudah bisa melakukan berbagai proses transaksi pembayaran secara online.

Level 4 : Interaksi penuh secara online, dengan melibatkan seluruh proses kerja internal dan penyediaan seluruh layanan secara online.

5. Terakhir adalah kerena e-government akan dilaksanakan secara nasional, perlu melakukan koorsinasi dengan berbagai departemen dan biro pemerintah lain agar aplikasinya bisa terhubung dan terintegrasi secara baik.

(Indrajit, 2005: 86)

Keterangan dan penjelasan diatas merupakan baberapa hal yang akan membawa pada hasil yang baik terhadap pengembangan dan pertumbuhan e-government. Hasil kajian dan riset dari Harvard JFK School of Government dalam buku yang berjudul e-government oleh Richardus Eko Indrajit yaitu untuk menerapkan konsep-konsep digitalisasi pada sektor publik. Tiga elemen sukses yang harus dimiliki dan diperhatikan dalam pengembangan e-government, yaitu:

1. Support, elemen pertama dan paling krusial yang harus dimiliki oleh pemerintah adalah keinginan (intent) dari berbagai kalangan pejabat publik dan politik untuk benar-benar menerapkan konsep e-government, bukan hanya sekedar mengikuti trend atau justru menentang inisiatif yang berkaitan dengan prinsip-prinsip e-government.

2. Capacity, adanya unsur kemampuan atau keberdayaan dari pemerintahan setempat dalam mewujudkan “impian” e-government terkait menjadi kenyataan.

3. Value, elemen pertama dan kedua merupakan dua aspek yang di lihat dari sisi pemerintah selaku pihak pemberi jasa (supply side). Berbagai inisiatif e-government tidak akan ada gunanya jika tidak ada pihak yang merasa diuntungkan dengan adanya implementasi konsep tersebut; dan dalam hal ini, yang menentukan besar tidaknya manfaat yang diperoleh dengan adanya e-government bukanlah kalangan pemerintah sendiri, melainkan masyarakat dan mereka yang berkepentingan (demand side).

(37)

Support dalam hal ini diartikan sebagai inisiatif pembangunan dan pengembangan e-government yang hidup oleh adanya unsur political will, hal tersebut disebabkan karena budaya birokrasi cenderung bekerja berdasarkan model manajemen top down. Support atau dukungan di sini maksudnya adalah bukan hanya omongan semata, namun lebih jauh lagi adalah pada dukungan yang diharapkan adalah dalam bentuk hal-hal sebagai berikut:

1. Disepakatinya kerangka e-government sebagai salah satu kunci sukses negara dalam mencapai visi dan misi bangsanya sehingga harus diberikan prioritas tinggi sebagaimana kunci-kunci sukses lain diberlakukan.

2. Dialokasikannya sejumlah sumber daya (manusia, finansial, tenaga, waktu, informasi, dan lain-lain) disetiap tatanan pemerintahan dalam membangun konsep inidengan semangat lintas sektoral.

3. Dibangunnya berbagai infrastruktur dan superstruktur pendukung agar tercipta lingkungan kondusif untuk mengembangkan e-government seperti adanya Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah yang jelas, ditugaskannya lembaga-lembaga khusus (penanggung jawab utama), disusunnya aturan main kerja sama dengan swasta dan lain sebagainya. 4. Disosialisasikannya konsep e-government secara merata, kontinyu,

konsisten, dan menyeluruh kepada seluruh kalangan birokrat secara khusus dan masyarakat secara umum melalui berbagai cara kampanye yang simpatik.

(Indrajit, 2006: 16)

Capacity merupakan unsur kemampuan atau keberdayaan dari pemerintah dalam mewujudkan e-government yang nyata. Tiga hal yang harus dimiliki pemerintah sehubungan dengan capacity pada e-government, diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Ketersediaan sumber daya yang cukup untuk melaksanakan berbagai inisiatif e-government, terutama yang berkaitan dengan sumber daya finansial.

2) Ketersediaan infrastruktur TI yang memadai karena fasilitas ini merupakan 50% dari kunci keberhasilan penerapan konsep e-government.

(38)

4) Perlu diperhatikan di sini bahwa ketiadaan satu atau lebih elemen prasyarat tersebut janganlah dijadikan alasan tertundanya sebuah pemerintah tertentu dalam usahanya untuk menerapkan e-government, terlebih-lebih karena banyaknya fasilitas dan sumber daya krusial yang berada di luar jangkauan (wilayah kontrol pemerintah).

(Indrajit, 2006: 17-18)

Pemerintah harus mencari cara yang efektif agar dalam waktu cepat dapat memiliki prasyarat tersebut. Melalui usaha-usaha kerja sama dengan swasta, bermitra dengan pemerintah daerah/ negara tetangga, merekrut SDM (Sumber Daya Manusia) terbaik dari sektor non publik, mengalihdayakan (outsourcing) berbagai teknologi yang tidak dimiliki dan lain sebagainya merupakan cara tepat dalam mewujudkan capacity dalam pembentukan e-government pada sektor pemerintah.

Value merupakan manfaat yang signifikan yang dirasakan oleh masyarakat selaku penikmat jasa, dan pemerintah selaku pemberi jasa di mana dalam hal ini konsep e-government dilakukan pada roda pemerintahannya. Perpaduan antara ketiga elemen terpenting di atas akan membentuk sebuah nexus atau pusat syaraf jaringan e-government yang akan membantu keberhasilan.

3.4 Proyek Pelayanan dan Tipe Relasi E-Government

Pemerintah membagi jenis pelayanan e-government kepada masyarakat melalui beberapa tipe. Jenis-jenis pelayanan tersebut adalah dengan melihatnya dari dua aspek utama, yaitu aspek kompleksitas dan aspek manfaat. Selengkapnya tentang jenis pelayanan aspek kompleksitas dan aspek manfaat adalah sebagai berikut:

(39)

2) Aspek manfaat, yaitu menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan besarnya manfaat yang dirasakan oleh para penggunanya.

(Indrajit, 2006:30)

Aspek kompleksitas menyangkut tentang bagaimana suatu aplikasi atau isi dalam sebuah website diterapkan guna memenuhi kebutuhan dan pelayanan publik kepada masyarakat. Aspek manfaat berkaitan dengan bagaimana suatu aplikasi pada website bermanfaat bagi publik, kalangan pebisnis maupun pemerintah terkait terhadap kebutuhan atas pelayanan publik. Berdasarkan hal tersebut, maka jenis-jenis proyek-proyek e-government dibagi menjadi tiga kelas utama, yaitu:

1. Publish, jenis ini merupakan implementasi e-government yang termudah karena selain proyeknya yang berskala kecil, kebanyakan aplikasinya tidak perlu melibatkan sejumlah sumber daya yang besar dan beragam.

2. Interact, pada kelas interact telah terjadi komunikasi dua arah antara pemerintah dengan mereka yang berkepentingan.

3. Transact, yang terjadi pada kelas ini adalah interaksi dua arah seperti pada kelas interact hanya saja terjadi sebuah transaksi yang berhubungan dengan perpindahan uang dari satu pihak ke pihak lainnya (tidak gratis masyarakat harus membayar jasa pelayanan yang diberikan oleh pemerintah atau mitra kerjanya).

(Indrajit, 2006: 29-32)

Kelas publish, terjadi sebuah komunikasi satu arah, di mana pemerintah mempublikasikan berbagai data dan informasi yang dimilikinya untuk dapat secara langsung dan bebas di akses oleh masyarakat dan pihak-pihak lain yang berkepentingan melalui internet. Alat yang digunakan adalah komputer atau handphone melalu medium internet, di mana alat-alat tersebut dipergunakan untuk mengakses situs (website) departemen atau devisi terkait.

(40)

searching bagi mereka yang ingin mencari data atau informasi secara sepesifik, kedua adalah pemerintah menyediakan kanal akses di mana masyarakat dapat melakukan diskusi dengan unit-unit tertentu yang berkepentingan, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Kelas transact terjadi interaksi dua arah sama seperti interact, akan tetapi dalam kelas ini jauh lebih rumit dibanding kelas interact karena ada transaksi yang berhubungan dengan perpindahan uang dari satu pihak ke pihak lainnya sehingga harus ada upaya sistem keamanan yang baik agar perpindahan uang dapat dilakukan secara aman hak-hak privacy berbagai pihak yang bertransaksi terlindungi dengan baik.

Proyek pelayanan publish, interact, transact pada e-government kemudian akan menghasilkan relasi bentuk baru seperti G2C, G2B, G2G dan G2E. Konsep bentuk relasi yang terjadi pada e-government diklasifikasikan Richardurs Eko pemerintah dengan pemerintah lainnya yang tidak hanya berkisar pada hal-hal yang berbau diplomasi semata, namun lebih jauh lagi untuk memperlancar kerjasama antar negara dan kerjasama antar enteti-enteti negara (masyarakat, industry, perusahaan, dan lain-lain) dalam melakukan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi perdagangan, proses-proses politik, mekanisme hubungan sosial dan budaya, dan lain sebagainya.

4. G2E (Government to Employes), aplikasi e-government yang diperuntukan untuk meningkatkan kinerja dan kesejahteraan para pegawai negeri atau karyawan pemerintahan yang bekerja di sejumlah institusi sebagai pelayan masyarakat.

(41)

G2C tujuannya adalah untuk mendekatkan pemerintah dengan masyarakat melalui kanal-kanal akses yang beragam agar masyarakat dapat dengan mudah menjangkau pemerintahnya untuk pemenuhan berbagai kebutuhan pelayanan sehari-hari. G2B merupakan bentuk relasi antara pemerintah dengan para pengusaha, dengan tujuan untuk memperlancar para praktisi bisnis dalam menjalankan roda perusahaannya. G2G merupakan interaksi antar satu pemerintah dengan pemerintah lainnya dengan tujuan untuk memperlancar kerjasama antar negara dan kerjasama antar entiti-entiti negara dalam melakukan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi perdagangan, proses-proses politik dan mekanisme hubungan sosial dan budaya. G2E tujuannya untuk meningkatkan kinerja dan kesejahteraan para pegawai negri atau karyawan pemerintahan yang bekerja di sejumlah institusi sebagai pelayan masyarakat.

Masyarakat membutuhkan pelayanan dari pemerintah untuk berbagai kepentingan. Proyek dan bentuk relasi e-government yang dilaksanakan merupakan upaya pemerintah dalam melayani masyarakat berbasis elektronik. Berdasarkan proyek-proyek dan bentuk relasi pada e-government, menggambarkan adanya bentuk komunikasi yang lebih efisien, efektif dan transparan antara pemerintah dan masyarakat dalam iklim negara yang demokratis.

6. Good Governance

(42)

madani (civil society). Good Governance berdasarkan pandangan ini berarti suatu kesepakatan menyangkut peraturan negara yang diciptakan bersama oleh pemerintah, masyarakat madani, dan sektor swasta. Kesepakatan tersebut mencakup keseluruhan bentuk mekanisme, proses, dan lembaga-lembaga dimana warga dan kelompok masyarakat mengutarakan kepentingannya, menggunakan hak hukum, memenuhi kewajiban, dan menjebatani perbedaan diantara mereka. Santosa menjelskan bahwa governance sebagaimana didefinisikan UNDP adalah pelaksanana politik, ekonomi, dan administrasi dalam mengelola masalah-masalah bangsa. Pelaksanaan kewenangan tersebut bisa dikatakan baik jika dilakukan dengan efektif dan efisien, responsif terhadap kebutuhan rakyat, dalam suasana demokratis, akuntabel serta transparan (Santosa dalam Tim ICCE UIN, 2005)

Sementara itu, OECD dan Bank Dunia mensinonimkan good governance dengan penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab sejalan dengan demokrasi, penghindaran slaah alokasi dana investasi yang langka dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun administratif, menjalankan disiplin anggaran, serta penciptaan legal and political framework bagi tumbuhnya aktivitas kewiraswastaan.

Kendati diawali oleh tawaran badan-badan internasional, namun citra good governance kini sudah menjadi bagian diskusi serius dalam wacana pengembangan paradigma birokrasi dan pengembangan kedepan. Sementara dalam bukunya, Tim ICCE UIN menyebutkan bahwa Lembaga Administrasi Negara (LAN) telah menyimpulkan sembilan aspek fundamental dalam perwujudan good governance, yaitu:

(43)

2. Transparan: artinya harus tersedia informasi yang memadai kepada masyarakat terhadap proses pembuatan dan pelaksanaan kebijakan

3. Responsif: artinya dalam proses pembuatan dan pelaksanaan kebijakan harus mampu melayani semua stakeholder

4. Setara dan inklusif: artinya seluruh anggota masyarakat tanpa terkecuali harus memperoleh kesempatan dalam proses pembuatan dan pelaksanaan sebuah kebijakan

5. Efektif dan efisien: artinya kebijakan dibuat dan dilaksanakan dengan menggunakan sumberdaya-sumberdaya yang tersedia dengan cara yang terbaik

6. Mengikuti aturan hukum: artinya dalam proses pembuatan dan pelaksanaan kebijakan membutuhkan kerangka hukum yang adil dan ditegakan

7. Partisipatif: artinya pembuatan dan pelaksanaan kebijakan harus membuka ruang bagi keterlibatan banyak aktor

8. Berorientasi pada konsensus (kesepakatan): artinya pembuatan dan pelaksanaan kebijakan harus merupakan hasil kesepakatan bersama diantara para aktor yang terlibat (Kurniawan, 2006).

7. Kerangka Berfikir

Untuk mengetahui bagaimana alur berfikir peneliti dalam menjelaskan permasalahan penelitian, maka dibuatlah kerangka berfikir sebagai berikut:

(44)

pemerintahan sehingga mempermudah masyarakat, pelaku bisnis, dan lembaga pemerintah lainnya dalam mengakses informasi lainnya yang telah disediakan.

Untuk mengetahui berapa besar penerapan e-Government itu sendiri khususnya di Diskominfo & PDE Provinsi Riau, peneliti menggunakan alat ukur performa pemerintahan yang menerapkan e-government yang diperkenalkan oleh Booz Allen dan Hamilton dalam studinya bersama Berstelment Foundation. Dimensi e-government atau yang dikenal dengan balanced e-government scorecard adalah alat ukur performa pemerintah yang menerapkan e-government. Stiftung dalam buku e-government in action oleh Richardus Eko Indrajit menggunakan lima dimensi dalam balanced e-government scorecard, antara lain sebagai berikut:

1. Dimensi pertama, manfaat, Berhubungan dengan kualitas dan kuantitas layanan yang diberikan dan bagaimana masyarakat mendapatkan manfaat dari layanan tersebut. Yang termasuk dalam kriteria ini adalah: 1) Cakupan layanan yang sudah diimplementasikan.

2) Bagaimana layanan tersebut bias diakses dalam one stop shop dari satu portal menuju berbagai layanan.

3) Kemudahan penggunaan dalam mendapatkan layanan tersebut. 2. Dimensi kedua, efisiensi. Efisiensi berhubungan dengan bagaimana

teknologi bisa mempercepat proses dan meningkatkan kualitas layanan. Kriteria dalam efisiensi, diantaranya:

1) Ketersediaan arsitektur proses, aplikasi, dan database yang bisa berjalan baik ketika dibutuhkan.

2) Perencanaan sumber daya dan keuangan secara baik.

3) Pemanfaatan platform TI dan teknologi secara maksimal pada keseluruhan aspek.

4) Kualitas dan ruang lingkup pelatihan bagi para staf dan pegawai. 3. Dimensi ketiga, partisipasi. Ini berhubungan dengan pertanyaan

apakah layanan yang diberikan memberikan kesempatan yang luas kepada masyarakat untuk memberikan partisipasi dalam penyampaian pendapat dan proses pengambilan keputusan. Beberapa kriteria dalam hal ini, diantaranya:

1) Akses langsung masyarakat terhadap orang yang berkepentingan melalui web.

2) Pertimbangan terhadap umpan balik dan keinginan masyarakat. 3) Pengaruh dan keterlibatan masyarakat dalam proses pengambilan

(45)

4) Kemungkinan untuk memperdebatkan topik yang menyangkut masyarakat umum (tersedianya fasilitas chatting, forum, milis). 4. Dimensi keempat, transparansi. Apakah pemerintah dalam hal ini

mendorong keterbukaan informasi menuju proses transparansi dalam pemerintahan. Kriteria transparansi, di antaranya:

1) Banyaknya informasi yang dikeluarkan pemerintah dalam proses pengambilan keputusan (misalnya konferensi pers, release hasil rapat kabinet, dan lain-lain).

2) Informasi status permohonan aplikasi yang diajukan masyarakat. Apakah masyarakat misalnya bisa menanyakan dan mengetahui dengan baik. Kriteria dalam hal ini, diantaranya:

1) Strategi pengembangan. 2) Kualitas kontrol dan review.

3) Keterlibatan dan motivasi pegawai. (dalam indrajit, 2005:43-44)

Berdasarkan uraian di atas maka terdapat lima dimensi yang menjadi alat ukur performa pemerintah yang menerapkan e-government. Teori balanced e-government scorecard yang terdiri dari dimensi manfaat, efisiensi, partisipasi, transparansi dan manajemen perubahan adalah alat ukur performa pemerintah.

Kriteria tiap-tiap dimensi tersebut ditandai oleh bentuk komunikasi yang terjadi dalam

dimensi-dimensi tersebut. Pada kelas publikasi bentuk komunikasi yang terjadi adalah

(46)

berinteraksi antara pemerintah dan mereka yang berkepentingan terhadap informasi yang ada dalam website www.riau.go.id dalam mewujudkan Good Governance.Dimensi transparansi, berhubungan dengan adanya keterbukaan dari segala bidang khususnya terhadap informasi di pemerintah Provinsi Riau pada e-government melalui website www.riau.go.id. Dimensi manajemen perubahan, menyangkut perencanaan strategi dan pengembangan strategi terhadap pelayanan publik khususnya di bidang informasi Provinsi Riau pada e-government melalui website www.riau.go.id dalam mewujudkan Good Governance. Dengan demikian

(47)
(48)

G. METODE PENELITIAN 1. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian deskriptif. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dikarenakan peneliti dalam melakukan usulan penelitian secara langsung di lapangan. Pengertian kualitatif menurut Sugiyono dalam bukunya Memahami Penelitian Kualitatif adalah : pendekatan ini digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagian instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi (Sugiyono, 2005 : 1).

Metode deskriptif, yaitu menggambarkan dan menganalisa data yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data berdasarkan keadaan yang nyata. Hal ini sejalan dengan Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya Metode Penelitian Komunikasi. Metode deskriptif, yaitu dengan cara mempelajari masalah-masalah dan tata cara yang berlaku dalam masyarakat, serta situasi-situasi tertentu dengan tujuan penelitian yaitu menggambarkan fenomena secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat . (Rakhmat, 2002 : 22).

(49)

Penelitian ini dilakukan di Dinas Komunikasi Informatika dan Pengolahan Data Elektronik Provinsi Riau. Sedangkan penelitian ini akan dilakukan selama kurang lebih dua bulan yakni dari bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober 2014.

1. Subjek dan Objek Penelitian

Keseluruhan objek penelitian terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbuhan, gejala, nilai atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian (Nawawi: 2003:65). Yang akan menjadi subjek dalam penelitian ini yaitu Kepala UPT Media Center Diskominfo & PDE Provinsi Riau, staf Diskominfo & PDE Provinsi Riau, kontributor (admin), dan masyarakat. Sedangkan objek dalam penelitian ini yaitu penerapan e-government dalam pembentukan citra positif Provinsi Riau.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Data Primer

Data primer yaitu data yang dapat langsung di lapangan, antara lain

mengenai tanggapan informan tentang data-data maupun informasi yang

diperlukan. Data primer secara khusus dikumpulkan untuk menjawab

pertanyaan peneliti, baik itu opini, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik),

kejadian atau kegiatan hasil pengujian, (Rosady 2010:138). Dalam penelitian

Gambar

Gambar tersebut memperlihatkan sifat interaktif koleksi atau pengumpulan

Referensi

Dokumen terkait

Diisi dengan jumlah peserta didik di wilayah kerja Puskesmas yang pada saat dilakukan penjaringan kesehatan ditemukan mempunyai satu atau lebih risiko gangguan kesehatan reproduksi

kendali penanggan banjir dengan sistem elektronik data proses yang menjadi peranan utamanya adalah sumber power listrik arus kuat yang ada, sistem kontrol motor

e. Mendokumentasikan data yang telah didapatkan dari panti. Mendokumentasikan data yang telah didapatkan dari panti... Dap Dapat at men mengap gaplik likasi asikan kan kon konsep

Pada Permodelan ini diasumsikan gas yang terdapat pada reaksi adalah gas ideal, sehingga memenuhin hukum persamaan gas ideal.. Pada simulasi ini digunakan model Moe melalui

Dalam proses pembelajaran guru harus dapat memberikan dukungan dan kesempatan kepada siswa untuk dapat menumbuhkan kemampuan berpikir kritisnya dengan cara menggunakan

Permasalahan air bersih di Desa Menyali Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng telah berlangsung lama hingga kini. Usaha pembuatan sistem penjernih air melalui kegiatan

Jalan keluar yang komprehensif dan integratif agar permasalahan di setiap tahap kegiatan stati stik dapat mencapai kualitas data yang semakin meningkat adalah

Dilihat dari ukuran butir, sortasi, dan kemas batu ini, maka batu ini telah mengalami jarak transport yang tidak terlalu jauh dari sumber sedimen Transport yang tidak