• Tidak ada hasil yang ditemukan

konsep dasar pemikiran pendidikan islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "konsep dasar pemikiran pendidikan islam"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

Konsep dasar pemikiran pendidikan islam

tugas ini disusun untuk memenuhi tugas akhir

mata kuliah Pemikiran Pendidikan Islam Dosen pengampu : Machnunah Ani Zulfah M.Pd.I

Oleh : Kelompok 1

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS KH. A. WAHAB HASBULLAH

(2)

I. Kompetensi Mata Kuliah

No Kompetensi Dasar Indikator kompetensi

1 Memahami konsep tentang pemikiran pendidikan islam

menjelaskan pengertian pemikiran pendidikan islam

Menjelaskan pemikiran berprinsip filosofis Menjelaskan pemikiran berprinsip hipotesis dan teoritis

(3)

II. Rangkuman Materi

A. Pengertian Pemikiran Pendidikan Islam

Secara etimologi, pemikiran berasal dari kata dasar “pikir” (dari bahasa Arabركف ), yang berarti proses, cara, atau aktifitas memikir, yakni menggunakan akal budi untuk memutuskan suatu masalah dengan mempertimbangkan segala sesuatu secara bijaksana. Dengan kata lain, pemikiran adalah upaya cerdas dari proses kerja akal dan kalbu untuk melihat gejala dan berusaha mencari solusinya secara bijaksana (A. Susanto, 2009: 2-3)

Sedangkan pendidikan merupakan sutau proses penyiapan generasi muda untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efisien (Azra, 2002:3). Pendidikan tidak hanya sebagai transfer of knowledge, melainkan transformasi nilai-nilai dan pembentukan karakter dengan segala aspeknya. Sementara pengajaran merupakan proses pengalihan ilmu pengetahuan daro seorang pengajar (guru) kepada orang yang diajar (murid, Islam lebih luas cakupannya dan lebih luhur tujuannya karena tidak hanya mencetak manusia menjadi orang yang berpengetahuan

dan mampu menjalankan tugas kepemimpinan di dunia, namun juga mencetak manusia menjadi hamba Allah yang berbahagia di sisi Tuhannya (akhirat).

(4)

mudahnya mereka menggunakan ilmu pengetahuan mereka demi kepentingan individual semata, tidak demi kemaslahatan umat. Pendidikan Islam lebih mengarahkan manusia untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat secara seimbang, tahu bagaimana berakhlak yang baik terhadap Allah sebagai Penciptanya, terhadap sesame manusia maupun makhluk Tuhan yang diglainnya.

Secara terminologi, pemikiran pendidikan Islam adalah serangkaian pengembangan peserta didik secara paripurna (A. Susanto, 2009: 3-4). Jadi lewat pendekatan ini diharapkan pendidikan Islam mampu menghantarkan peserta didik menjadi manusia seutuhnya, bukan hanya cerdas dan berilmu, melainkan juga berakhlakul karimah.

B. Prinsip-prinsip Pemikiran Pendidikan Islam

1. Pemikiran Pendidikan Islam Berprinsip Filosofis

Pemikiran filosofis pendidikan Islam dapat kita lihat dari pola pemikiran Islam yang berkembang di dunia saat ini, terutama dalam menjawab berbagai tantangan dan perubahan yang selalu terjadi dan akan terjadi pada era modernitas. Ciri-ciri dari berfikir kefilsafatan diantaranya :

a) Radikal, sampai keakarnya

b) Universal, pengalaman umum atau menyeluruh c) Konseptual, adanya/timbul konsep baru

d) Koheren, berkaitan atau sesuai dengan kaidah berfikir e) Konsisten, tidak berubah-ubah

f) Sistematis

g) Secara bebas, namun tetap bertumpu pada ilmu h) Pemikiran yang bertanggung jawab

i) Komprehensif, tidak ada bagian lagi

Ada empat model pemikiran keislamaman menurut Abdullah (1996) yang dikutip oleh Muhaimin, yaitu :

(5)

a) Tekstualis Salafi

Aliran ini berusaha untuk memahami ajaran dan nilai-nilai mendasar yang terkandung dalam al-Quran dan al-Sunnah dan melepaskan diri dari atau kurang memperhatikan konteks dinamika pergumulan masyarakat muslim yang mengitarinya baik pada era klasik ataupun modern. Masyarakat yang diidam-idamkan adalah masyarakat salaf di era nabi Muhammad saw. dan para sahabatnya. Landasan pemikiran aliran ini hanya ada dua yaitu al-Quran dan al-Sunnah dan tanpa menggunakan pendekatan keilmuan yang lain. Dalam menjawab berbagai tantangan zaman, aliran ini hanya menggunakan al-Quran dan al-Sunnah. Ini menunjukkan bahwa aliran ini lebih bersikap regresif dan konservatif.

Jika kita lihat kepada pemikiran filsafat pendidikan, ada dua tipe yang lebih dekat dengan aliran tekstualis salafi, yaitu aliran pendidikan yang termasuk dalam kategori tradisional (perennialism dan essentialism). Perennialism menghendaki kembalinya kepada jiwa yang menguasai abad pertengahan, sedangkan tekstualis salafi menghendaki agar kembali ke masyarakat salaf (era Nabi dan sahabat). Namun intinya, kedua aliran ini sama-sama regresif. Adapaun essentialism menghendaki pendidikan yang bersendikan atas nilai-nilai yang tinggi, yang hakiki kedudukannya dalam kebudayaan, dan nilai-nilai ini sampai kepada manusia tentunya telah teruji oleh waktu. Tektualis Salafi menjunjung tinggi nilai-nilai salaf dan perlu dilestarikan keberadaannya, karena masyarakat salaf dipandang sebagai masyarakat yang ideal.

Tekstualis salafi yaitu memahami ajaran dan nilai-nilai yang

mendasar yang terkandung dalam al

(6)

Dalam konteks pemikiran filsafat pendidikan Islam, aliran ini menyajikan kajian tentang pendidikan secara manquli, yakni memahami atau menafsirkan nas-nas tentang pendidikan dengan nas yang lain, atau dengan mengambil pendapat sahabat. Aliran ini berusaha membangun konsep pendidikan Islam melalui kajian tekstual-lughawi atau berdasarkan kaidah-kaidah bahasa Arab dalam memahami al-Quran, hadits Nabi, dan perkataan sahabat, serta memperhatikan praktik pendidikan pada era salaf, untuk selanjutnya berusaha mempertahankan dan melestarikan nilai-nilai tersebut hingga saat ini. Dalam bangunan pemikiran filsafat pendidikan Islam, model ini dapat dikategorikan sebagai tipologi perenial-tekstualis salafi dan

sekaligus esensial-tekstualis salafi. Untuk menyederhanakan model ini, maka dapat kita sebut dengan istilah perenial-esensial salafi.

Aliran ini dapat kita lihat sebagaimana yang kita ketahui dari sejarah bahwa ada golongan-golongan yang hanya menggunakan al-Quran secara tekstual semata tanpa melihat

konteks. Padahal dalam pendidikan harus dilihat terlebih dahulu apa yang dibutuhkan anak didik dan masyarakat secara umum. b) Tradisionalis Madzhabi

(7)

bertumpu kepada ijtihad dalam menyelesaikan persoalan-persoalan tentang ketuhanan, kemanusiaan, dan kemasyarakatan. Kitab kuning menjadi rujukan pokok aliran ini.

Aliran ini menonjolkan akan wataknya yang tradisional dan madzhabi. Tradisional ditunjukkan dalam bentuk sikap, cara berpikir, dan bertindak yang selalu berpegang teguh pada nilai, norma, dan adat kebiasaan yang telah turun temurun dan tidak mudah terpengaruh oleh situasi sosio historis dengan berubahnya masyarakat dan zaman. Watak madzhabi dari aliran ini diwujudkan dalam kecenderungannya mengikuti aliran, pemahaman, atau doktrin yang dianggap sudah relatif mapan pada masa sebelumnya.

Dengan ketradisionalan dan kemadzhabannya, aliran ini dalam pengembangan pemikiran filsafat pendidikan Islam lebih menekankan pada pemberian penjelasan dari materi-materi pemikiran para pendahulunya tanpa adanya perubahan substansi pemikiran pendahulunya. Pendidikan Islam dengan model ini berupaya mempertahankan dan mewariskan nilai, tradisi, dan budaya serta praktik sistem pendidikan terdahulu dari satu generasi ke generasi berikutnya tanpa mempertimbangkan konteks perkembangan zaman yang dihadapinya. Melihat wataknya yang sedemikian itu, aliran ini juga lebih dekat dengan perennialism dan essensialism, karena wataknya yang masih regresif dan konservatif. Aliran ini disebut tipologi perenial-esensial madzhabi.

Aliran ini membangun konsep pendidikan Islam melalui kajian terhadap khazanah pemikiran Islam terdahulu, baik dalam hal tujuan pendidikan, kurikulum, hubungan guru murid, metode pendidikan, sampai kepada lingkungan pendidikan yang dirumuskan.

(8)

dirasa baik. Namun di sini masih ada sikap tertutup dari aliran ini yang tidak menerima hal-hal yang baru, dan menurut hemat penulis, sikap ini yang kurang bijak karena apapun di dunia ini selalu berubah. kontemporer, tanpa mempertimbangkan muatan-muatan khazanah intelektual muslim era klasik. Aliran ini lebih dalam aliran filsafat pendidikan, hal ini tercermin dari wataknya yang ingin bebas dari bayang-bayang masa lalu dan modifikatif. Dengan wataknya yang demikian, aliran ini tidak berkepentingan untuk merujuk kepada pemikiran-pemikiran terdahulu karena yang dahulu hanya cocok untuk masa lalu.

Dalam konteks pemikiran filsafat pendidikan Islam, sikap bebas dan modifikatif ini tidak berarti kebebasan mutlak tanpa adanya keterikatan. Pendidikan Islam yang modernis memiliki sikap keterbukaan dan dinamis menuju ke arah yang lebih maju. Untuk mencapai kemajuan tersebut diperlukan keterbukaan untuk membaca teori orang lain, melalui transformasi, al qur’an dan al hadits dengan

(9)

Praktik seperti ini banyak kita temukan pada era ini terutama di lembaga pendidikan Islam modern. Dalam pendidikannya telah banyak menggunakan peralatan-peralatan modern dan juga menggunakan metode-metode yang berasal dari luar, namun hal ini tidak membuatnya kehilangan tujuan utama dari pendidikan Islam tersebut.

d) Neo-Modernis

Aliran pemikiran ini berupaya untuk memahami ajaran dan nilai dasar yang bersumber dari al-Quran dan al-Sunnah dengan mengikutsertakan dan mempertimbangkan khazanah intelektual muslim klasik serta mencermati kesulitan dan kemudahan yang ditawarkan dunia modern. Jadi aliran ini selalu mempertimbangkan al-Quran, al-Sunnah, khazanah klasik, dan pendekatan-pendekatan keilmuan era modern. Maka dari situlah terkenal ungkapan “memelihara hal-hal yang baik yang telah ada sambil mengembangkan nilai-nilai baru yang lebih baik.”

Berdasarkan prinsip-prinsip yang dipakai dan melihat akhir dari jargon di atas menunjukkan adanya sikap dinamis dan progresif serta rekonstruktif walaupun tidak bersifat radikal. Karean itulah, di dalam konteks pemikiran filsafat pendidikan Islam aliran ini dapat dikategorkan sebagai tipologi perenial-esentialis kontekstual-falsifikatif.

Aliran ini dipandang sebagai aliran pembaruan yang mencoba mengintegrasikan secara menyeluruh antara dasar-dasar Islam, khazanah keislaman klasik, dan hal-hal yang baru dan baik. Ini merupakan upaya yang luar biasa dalam Memahami ajaran dan nilai-nilai al qur’an

(10)

pengembangan pendidikan agama Islam yang selalu berkembang mengikuti perkembangan zaman.

2. Pemikiran Pendidikan Islam Berprinsip Hipotesis dan Teoritis a) Pemikiran Berprinsip Hipotesis

Secara bahasa hipotesis berasal dari dua kata, yaitu hypo artinya sebelum dan thesa artinya pernyataan atau pendapat. Secara istilah hipotesis adalah suatu pernyataan yang pada waktu diungkapkan belum diketahui kebenarannya, tetapi memungkinkan untuk diuji dalam kenyataan empiris. Karena hipotesis merupakan pernyataan sementara yang masih lemah kebenarannya. Kemudian para ahli menafsirkan arti hipotesis adalah sebagai dugaan terhadap hubungan antara dua variabel atau lebih (Kerlinger,1973:18 dan Tuckman,1982:5). Selanjutnya Sudjana (1992:219) mengartikan hipotesis adalah asumsi atau dugaan mengenai suatu hal yang dibuat untuk menjelaskan hal itu yang sering dituntut untuk

(11)

Hipotesis dalam suatu penelitian sangat penting untuk memandu penelitian. Manfaatnya dapat dirinci sebagai berikut:

1) Memberikan tujuan yang bertujuan dan pengumpulan data yang mungkin ternyata tidak ada hubungannya dengan masalah yang diteliti.

Penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan suatu fenomena keagamaan tertentu yang terjadi di masyarakat. Karena itu, .

Menurut Sugiyono, hipotesis yang baik memiliki beberapa karakteristik, diantaranya:

1) Merupakan dugaan terhadap keadaan variabel mandiri, perbandingan keadaan variabel pada berbagai sampel, dan merupakan dugaan tentang hubungan antara dua variabel atau lebih

2) Dinyatakan dalam kalimat yang jelas, sehingga tidak menimbulkan berbagai penafsiran

3) Dapat diuji dengan data yang dikumpulkan dengan metode-metode ilmiah.

b) Pemikiran Berprinsip Teoritis

Suatu penelitian perlu mengkaji teori dan menjadikannya landasan agar penelitian yang dilakukan tidak sekedar coba-coba. Teori adalah seperangkat konstruk (konsep), definisi, dan proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik, melalui spesifikasi hubungan antar variabel, sehingga

(12)

dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena. Teori merupakan pokok penyataan mengenai sebab-akibat atau adanaya hubungan positif antara gejala yang diteliti dari satu atau beberapa faktor tertentu dalam masayarakat. Oleh sebab itu, pada setiap penelitian teori-teori wajib diperlukan untuk mendukung hipotesis yang dibuat.

Teori adalah alur logika atau penalaran, yang merupakan seperangkat konsep, definisi, dan Menurut Suryabrata, dalam

memilih teori harus memperhatikan prinsip kemutakhiran (recency) dan relevansi (relevance). Kecuali penelitian historis, penelitian perlu menghindarkan menggunakan bacaan yang sudah lama, karena sumber yang lama mungkin memuat teori dan konsep yang sudah tidak berlaku lagi yang kebenarannya sudah dibantah oleh teori yang lebih baru atau hasil penelitian yang lebih kemudian. Prinsip relevansi maksudnya adalah bahwa sumber teori haruslah relevan atauterkait dengan masalah yang sedang digarap. Apabila suatu penelitian hendak menyelidiki tentang sikap remaja terhadap tata tertib sekolah , maka haruslah dilakukan kajian teori tentang sikap, remaja, dan tata tertib sekolah, sebagai dasar pijkan penelian tersebut.

Jadi, untuk melakukan penelitian harus dilakukan dengan melihat bangunan yang lebih dulu dibuat oleh generasi pendahulu atau orang lain. Sehingga teori merupakan bangunan atas fakta-fakta yang sudah diketahui sebelumnya. Atas dasar pondasi teori tersebut, seorang peneliti berpartisipasi menyususn

(13)

pengetahuan di atasnya. Dapat disimpulkan bahwa teori merupakan informasi yang diberikan oleh para pendahulu untuk menjadi panduan dalam memahami realitas, baik fisik maupun sosial. Dengan demikian, .

Gambaran tentang pola pikir dan berbuat dalam pelaksanaan pendidikan islam, diperlukan kerangka berpikir teoritis yang mengandung konsep-konsep ilmiah tentang kependidikan islam, disamping konsep-konsep operasionalnya dalam masyarakat. Ada beberapa alasan mengapa ilmu pendidikan diperlukan diantaranya :

1) Pendidikan sebagai usaha membentuk pribadi manusia harus melalui proses yang panjang, dalam proses pembentukannya diperlukan perhitungan yang matang, kehati – hatian dan teori yang tepat.

2) Pendidikan islam bersumber dari nilai-nilai ajaran islam harus bisa menanamkan atau membentuk sifat hidup yang dijiwai nilai-niai tersebut.

3) Islam sebagai agama wahyu yang diturunkan oleh allah dengan tujuan untuk menyejahterakan dan membahagiakan hidup dan kehidupan umat manusia di dunia dan akhirat. 4) Ruang lingkup pendidikan islam mencakup segala bidang

kehidupan manusia di dunia, oleh karena itu pembentukan sikap dan nilai-nilai islamiah dalam pribadi manusia dilakukan melalui proses kependidikan yang berjalan atas kaidah-kaidah ilmu pengetahuan kependidikan.

5) Teori-teori, hipotesis dan asumsi-asumsi kependidikan yang bersumberkan ajaran islam belum tersusun secara ilmiah sehingga diperlukan penyusunan secara sistematis ilmiah yang didukung dengan hasil penelitian yang luas.

Oleh karena itu dari segi teoritis pendidikan islam berarti konsep berpikir yang bersifat mendalam dan terperinci tentang

teori menempatkan dua fungsi yaitu menjadi

(14)

masalah kependidikan yang bersumberkan ajaran islam mulai dari rumusan-rumusan konsep dasar, pola, sistem, tujuan, metode dan materi kependidikan islam yang disusun menjadi ilmu yang bulat.

Peran dan Kriteria Teori

Teori merupakan alat dari ilmu (tool of science). Sebagai alat dari ilmu, landasan teori memiliki beberapa manfaat, yaitu:

1) Memperdalam pengetahuan tentang bidang yang diteliti 2) Mengetahui hasil-hasil penelitian yang berhubungan yang

sudah pernah dilaksnaaan. 3) Memperjelas masalah penelitian.

4) Meramalkan fakta atau memprediksi fakta.

Adapun peranan fakta, antara lain: alasan untuk menolak teori yang ada; menyebabkan lahirnya teori baru; memberi dorongan untuk mempertajam atau memperhalus rumusan teori yang ada. Kegunaan suatu teori ilmiah dijadikan acuan dalam riset ilmiah harus memenuhi enam kriteria. Keenam kriteria itu adalah sebagai berikut:

1) Inklusif. Suatu teori yang dijadikan acuan dalam riset ilmiah harus sesuai dengan jumlah dan jenis fenomena yang dikaji dalam riset itu.

2) Konsisten. Konsisten suatu menentukan apakah teori itu dapat menjelaskan temuan-temuan baru tanpa mengubah asumsi-asumsi yang mendasarinya.

3) Akurat. Akurat suatu teori adalah derajat ketepatan teori itu untuk digunakan dalam menjelaskan suatu fenomena dan membuat prediksi.

4) Relevan. Relevansi suatu teori tergantung pada kedekatan hubungan antara teori itu dengan informasi atau data yang dikumpulkan.

5) Berbuah atau fruitfulness. Keberbuahan suatu teroi menunjukkan pada produktivitas teori itu dalam merangsang ide-ide baru untuk riset-riset di masa yang akan datang. 6) Sederhana. Kesederhanaan kedalaman teori itu dalam

(15)

Prinsip filosofis, prinsip hipotesis dan prinsip teoritis memiliki teori terkait dengan derajat karakteristik dan fungsi yang berbeda, namun ketiganya saling berhubungan dan aplikatif dalam sebuah pemikiran ilmiah.

C. Pemikiran Kearah Pengembangan Dilalah Tarbawiyah Berdasarkan Firman dan Karunia Allah

1. Pengertian Dilalah Tarbawiyah

Dilalah dari segi bahasa berasal dari bahasa arab, yakni daala-yadulu-dilalah yang artinya petunjuk atau yang menunjukan.

Sedangkan kata tarbawiyah yang berasal dari kata tarbiyah

mengandung arti kependidikan. Jadi menurut pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa arti dilalah tarbawiyah adalah dalil-dalil tentang kependidikan.

2. Istilah-istilah Pendidikan dalam Al-Quran

Pada tanggal 31 Maret sampai dengan 8 april 1977, diselenggarakan Konferensi Dunia yang pertama tentang pendidikan Islam di Makkah. Dalam konferensi (yang diprakarsai dan dilaksanakan oleh King Abdul Aziz University) tersebut, dibicarakan mengenai penggunaan ketiga istilah (tarbiyah, ta’lim, dan ta’dib) untuk pengertian pendidikan Islam.

Salah satu hasil keputusannya, telah dirumusakn pengertian pendidikan Islam, sebagai berikut:

(16)

Dari beberapa istilah tersebut term yang paling populer digunakan dalam praktek pendidikan Islam ialah term al-Tarbiyah. Sedang term al-Ta’dib, al-Ta’lim, riyadloh, irsyad, dan tadris jarang sekali digunakan. Padahal istilah-istilah tersebut telah digunakan sejak awal pertumbuhan pendidikan Islam. Dari masing-masing istilah tersebut dalam hal-hal tertentu memiliki kesamaan makna. Namun secara esensial, setiap term memiliki perbedaan , baik secara tekstual maupun kontekstual.

a. Pengertian Bahasa 1) Tarbiyah

Dalam leksikologi Al-Qur’an dan As-Sunnah tidak ditemukan istilah al-tarbiyah, namun terdapat beberapa istilah kunci yang seakar dengannya, yaitu al-rabb, rabbayani, nurabbi, yurbi, dan rabbani. Dalam mu’jam bahasa arab, kata al-tarbiyah memiliki tiga akar kebahasaan, yaitu:

 Rabba, yarbu, tarbiyah: yang memiliki makna “tumbuh”

(zad) dan “berkembang” (nama). Pengertian ini juga didasarkan Q.S. ar-Rum ayat 39: “Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah.” Artinya, pendidikan (tarbiyah) merupakan proses menumbuhkan dan mengembangkan apa yang ada pada peserta didik, baik secara fisik, psikis, sosial maupun spiritual.

 Rabba, yurbi, tarbiyah: yang memiliki makna tumbuh

(nasya’a) dan menjadi besar atau dewasa (tara’ra’a). Artinya, pendidikan (tarbiyah) merupakan usaha untuk menumbuhkan dan mendewasakan peserta didik, baik secara fisik, psikis, sosial, maupun spiritual.

 Rabba, yarubbu, tarbiyah: yang memiliki makna

(17)

usaha untuk memelihara, mengasuh, merawat, memperbaiki dan mengatur kehidupannya.

Menurut Abul A’la al-Maududi kata rabbun terdiri dari dua huruf “ra” dan “ba” tasydid yang merupakan pecahan dari kata tarbiyah yang berarti pendidikan, pengasuhan, dan sebagainya. Selain itu kata ini mencakup banyak arti seperti “kekuasaan, perlengkapan, pertanggung jawaban, perbaikan, penyempurnaan, dan lain-lain”. Kata ini juga merupakan predikat bagi suatu kebesaran, keagungan, kekuasaan, dan kepemimpinan. Berangkat dari pengertian tersebut maka tarbiyah didefinisikan sebagai proses bimbingan terhadap potensi manusia (jasmani, ruh dan akal) secara maksimal agar dapat menjadi bekal dalam menghadapi kehidupan dan masa depan. Dan selanjutnya menurut Muhammad an Naquib Al Attas kata tarbiyah pada dasarnya mengandung arti: Mengasuh, menanggung, memberi makan, mengembangkan, memelihara, membuat, menjadikan bertambah dalam pertumbuhan, membesarkan, memproduksi hasil-hasil yang sudah matang dan menjinakkan.

2) Ta’lim

Merupakan kata benda buatan (mashdar) yang berasal dari akar kata ‘allama. Sebagian para ahli menerjemahkan istilah tarbiyah dengan pendidikan, sedangkan ta’lim diterjemahkan dengan pengajaran. Yang berarti pengajaran yang bersifat pemberian atau penyampaian pengertian, pengetahuan, dan ketrampilan. Penunjukan kata ta’lim pada pengertian pendidikan, sesuai dengan firman Allah SWT:

Artinya: Dan dia mengajarkan (‘allama) kepada adam nama-nama (benda-benda seluruhnya), kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: “sebutkanlah kepada-ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar”. (Q.S. Al-Baqarah ayat 31).11

(18)

dimaksudkan mengandung makna yang terlalu sempit. Pengertian ta’lim hanya sebatas proses pentransferan seperangkat nilai antar manusia. Ia hanya dituntut untuk menguasai nilai yang ditransfer secara kognitif dan psikomotorik, akan tetapi tidak dituntut pada domain afektif. Menurut Rasyid Ridha adalah proses tranmisi berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan ketentuan tertentu. Pemaknaan ini didasarkan atas Q.S. al-Baqarah ayat 31 tentang allama tuhan kepada Adam As. Kemudian menurut al-Maraghi pengajaran dilaksanakan terhadap, sebagaimana tahapan Adam As. mempelajari, menyaksikan dan menganalisa asma-asma yang diajarkan oleh Allah kepadanya. Ini berarti bahwa al-ta’lim mencakup aspek kognitif belaka, belum mencapai domain lainnya.

3) Ta’dib

Istilah ta’dib berasal dari akar kata addaba, yuaddibu, ta’diiban yang mempunyai arti antara lain: membuatkan makanan, melatih akhlak yang baik, sopan santun, dan tata cara pelaksanaan sesuatu yang baik. Kata addaba yang merupakan asal kata dari ta’dib disebut juga muallim, yang merupakan sebutan orang yang mendidik dan mengajar anak yang sedang tumbuh dan berkembang.

(19)

Nabi SAW yang Artinya: “Tuhanku telah mendidikku, sehingga menjadikan baik pendidikan ku”. Hadist ini memberikan asumsi bahwa kompetensi Muhammad sebagai seorang rosul dan misi utamanya adalah pembinaan akhlak. Sehingga, implikasinya terhadap seluruh aktifitas pendidikan Islam seharusnya memiliki relevensi dengan peningkatan kualitas budi pekerti sebagaimana yang diajarkan rosulullah.

b. Pengertian Secara Istilah

Untuk memahami pengertian istilah pendidikan, Syed Muhammad Naquib Al-Attas memberikan konsep sebagai berikut: Pendidikan adalah suatu proses penamaan sesuatu ke dalam diri manusia. Terdapat tiga unsur dasar yang terkandung dalam membentuk pendidikan yaitu: Proses, kandungan dan penerima. Hal ini dapat dipahami bahwa suatu proses penanaman mengacu kepada metode dan sistem untuk menanamkan pada diri manusia apa yang disebut pendidikan secara bertahap.

Ahmad D. Marimba merumuskan Pendidikan Islam adalah Bimbingan jasmani rohani berdasarkan hukum-hukum Agama Islam mengenai terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. Menurut definisi tersebut ada 3 unsur yang mendukung tegaknya pendidikan Islam.

Pertama harus ada usaha yang berupa bimbingan bagi pengembangan potensi jasmani dan rohani secara berimbang. Kedua, usaha tersebut berdasarkan atas ajaran Islam. Ketiga, usaha tersebut bertujuan agar dididik pada akhirnya memiliki kepribadian utama menurut ukuran Islam (kepribadian muslim).

Adapun beberapa pendapat para ahli tentang pengertian pendidikan Islam antara lain:

(20)

lebih sempurna, baik yang berkaitan dengan potensi akal, perasaan maupun perbuatan.

Menurut Oemar Muhammad al-Thoumy al-Syaibani Pendidikan Islam diartikan sebagai usaha mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan pribadinya atau kehidupan kemasyarakatannya dan kehidupan dalam alam sekitarnya melalui proses kependidikan.

Pendidikan Islam menurut Miqdad Yeljin (seorang guru besar Islam Ilmu social di Universitas Muhammad bin Su’ud di Riyadh Saudi Arabia) adalah diartikan sebagai usaha menumbuhkan dan membentuk manusia muslim yang

(21)

LATIHAN SOAL

1. Jelaskan pengertian pemikiran pendidikan islam !

2. Sebutkan 4 model pemikiran keislaman menurut Abdullah !

3. Jelaskan perbedaan dari keempat model pemikiran keislaman menurut Abdullah!

4. Jelaskan pengertian pemikiran pendidikan islam berprinsip hipotesis ! 5. Sebutkan karakteristik hipotesis yang baik menurut Sugiono !

6. Mengapa ilmu pendidikan diperlukan. Jelaskan alasanya !

7. Kegunaan suatu teori ilmiah dijadikan acuan dalam riset ilmiah harus memenuhi beberapa kriteria. Sebutkan !

8. Jelaskan pengertian dilalah tarbawiyah ! 9. sebutkan konsep dasar pendidikan islam !

Referensi

Dokumen terkait

(lebih dari 10000 spesies, 1500 genus, 17 famili), memiliki mata majemuk yang besar dan tympanium di ruas abdomen pertama, bersifat teresterial dan aktif siang hari. 

Didalam metode harga pokok proses, biaya overhead pabrik terdiri dari biaya produksi selain bahan baku dan bahan penolong dan biaya tenaga kerja (baik yang langsung

This means there is the effect of using articulation learning model by using mnemonic to learn the results of EntomologyLearning Outcomesof Fifth Grade College

Setelah anda mempelajari dengan teliti proses bisnisnya, selanjutnya anda wajib mencatat dan mengumpulkan Data-data seperti dokumen apa saja yang dibutuhkan dari

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP RETURN ON ASSETS (ROA) PADA BANK.. PEMBANGUNAN

Hasil yang diperoleh dari penelitian, minat belajar IPS dalam pendekatan project based learning siswa kelas 4 SDN Sidorejo Lor 07 Kota Salatiga, dapat juga disajikan

Understanding the meaning of functional text and short simple essay like recount, narrative, and procedure in daily activity in context and to assess knowledge B..

Menurut Spath (2003) bahwa dalam mengevaluasi keefektifan proses discharge planning perlu dilakukan follow-up setelah pasien pulang dari rumah sakit yang dapat