PENGARUH BERBAGAI SENYAWA ORGANIK KOMPLEKS TERHADAP
PLANLET
ANGGREK
DENDROBIUM
EFFECT OF COMPLEX ORGANIC COMPOUNDS ON GROWTH PLANLET
OF DENDROBIUM ORCHID
1
Sitti Raodah Garuda, 2Murniati D, 3Feranita Haring1 1
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua 2,3
Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar
ABSTRACT
Uniqueness of stunning Dendrobium variety such as shapes, colors, and sizes are main attraction of this plant. Germination oforchid seeds can be carried out in a laboratory with in vitro techniques.Medium used for germination of orchid seeds are Vacin and Went medium. Researcher stried to add other substances that may increase growth explants, such as complex organic compounds. Study aims to determine effect of complex organic compounds into growth medium VW Dendrobium plantlets. Research used complete randomized design consist five treatment:VW medium without extract (control), VW medium+banana extract, VW medium+ melon extrac, VW medium+guava extract and VW medium+pepaya extract, with three replications, each replication consist two culture bottles.. Each culture bottle planted four planlets. Addition of complex organic compounds such as melon extract gave best vegetative growth of leaves quantity, roots quantity, root length and fresh weight. While guava extract provide best results to plantlet high and saplings. Plant lets with melon extract treatment showed appearance of muscular orchid plantlets is characteristic of plants that can survive during acclimatization. While both guava extract is best used for purpose of orchid plantlets regeneration.
Key-words: complex organic compounds;in vitro techniques
INTISARI
Keunikan Dendrobium seperti variasi bentuk, warna, dan ukuran menjadi daya tarik. Perkecambahan benih anggrek dilakukan di laboratorium dengan teknik in vitro. Media yang digunakan adalah Vacin dan Went. Peneliti menambahkan zat lain yang dapat meningkatkan pertumbuhan eksplan, seperti senyawa organik kompleks. Tujuan: mengetahui pengaruh penambahan senyawa organik kompleks terhadap pertumbuhan planlet anggrek Dendrobium. Penelitian berbentuk RAL lima perlakuaan. dengan tiga ulangan, tiap ulangan terdiri dua botol kultur. Tiap botol kultur ditanami empat planlet. Penambahan senyawa organik kompleks berupa ekstrak melon memberikan pertumbuhan vegetatif terbaik, sedangkan ekstrak jambu biji memberikan hasil terbaik terhadap tinggi planlet dan jumlah anakan. Planlet dengan perlakuan ekstrak melon menunjukkan penampilan planlet anggrek yang lebih kekar merupakan ciri tanaman yang dapat bertahan pada saat aklimatisasi, sedangkan ekstrak jambu biji baik digunakan untuk tujuan regenerasi planlet anggrek.
PENDAHULUAN
Kesadaran masyarakat akan
pentingnya estetika semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat dari tingginya permintaan akan tanaman hias yang banyak dijadikan sebagai penghias ruangan, baik di rumah, hotel, restoran maupun perkantoran. Salah satu tanaman hias yang banyak digemari oleh masyarakat adalah anggrek. Anggrek termasuk dalam keluarga tanaman hias berbunga dan merupakan salah satu tanaman hias yang berbunga indah dan sangat populer di masyarakat karena keindahan warna, corak, ukuran, dan bentuk bunga yang menarik serta tahan lama sampai empat bulan. Selain itu anggrek memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi.
Dendrobium adalah salah satu genus anggrek yang memiliki jenis dan keindahan
cukup beragam. Keindahan anggrek
Dendrobium tidak diragukan lagi, anggrek ini menjadi primadona bisnis anggrek di Indonesia, bahkan di dunia. Kendati sebagai
gudangnya anggrek Dendrobium, belum
banyak silangan yang dihasilkan oleh Indonesia. Walaupun demikian, sumbangan
spesies asli Dendrobium dalam
memperkaya khasana anggrek dunia sangat
besar. Kekayaan ragam spesies asli
Dendrobium cukup memuaskan para pehobi anggrek. Dalam mengembangkan anggrek
Dendrobium perlu dilakukan perbanyakan tanaman secara cepat agar anggrek spesies tetap terjaga kelestariaannya (Agus 2005).
Anggrek umumnya diperbanyak
dengan cara vegetatif maupun generatif.
Perbanyakan secara vegetatif dapat
dilakukan secara konvensional dan non konvensional. Adapun perbanyakan dengan cara vegetatif konvensional melalui setek, keiki, dan pembelahan rumpun. Adapun perbanyakan vegetatif non konvensional
dapat dilakukan dengan perbanyakan mata tunas, anther meristem maupun mata pada tangkai bunga dengan teknik kultur in vitro. Perbanyakan generative, yaitu dengan biji, dilakukan bila ingin memperoleh anggrek hibrida baru. Biji anggrek sangat kecil dan tidak mengandung cadangan makanan (endosperm). Di alam, perkecambahan benih anggrek terjadi karena adanya kerjasama dengan mikoriza. Perkecambahan
benih anggrek dapat dilakukan di
laboratorium dengan teknik in vitro.
Keberhasilan perkecambahan anggrek secara in vitro sangat ditentukan oleh suplai unsur hara yang diberikan pada media buatan. Oleh karena itu, pada media harus tersedia cadangan makanan berupa sumber
karbon yang diperlukan bagi
perkecambahan benih. Dengan demikian usaha memperbanyak dan memelihara tanaman secara in vitro juga harus mengacu pada tuntutan kehidupan tanaman di lapangan. Media tumbuh berperan banyak dalam sistem pertumbuhan tanaman secara
in vitro karena media merupakan penyedia nutrisi bagi tanaman yang akan dikulturkan.
Pemilihan media yang sesuai bagi
pertumbuhan benih perlu mendapat
perhatian, agar benih dapat berkecambah dan tumbuh dengan baik. Media yang
selama ini sering digunakan untuk
perkecambahan benih anggrek adalah media Vacin dan Went (VW) yang terdiri dari unsur hara makro, unsur hara mikro, pepton, arang aktif, agar-agar, dan gula. Media kultur jaringan ini semakin berkembang, karena para peneliti berusaha menambahkan
zat-zat lainnya yang mungkin dapat
meningkatkan pertumbuhan eksplan ataupun kalus, salah satunya adalah senyawa organik kompleks.
Penambahan senyawa organik
dilakukan karena pada umumnya merupakan sumber gula, vitamin, zat pengatur tumbuh, dan asam amino. Ekstrak buah-buahan adalah salah satu jenis senyawa organik kompleks yang banyak digunakan. Menurut Mulyadi (1998), ada berbagai jenis sumber senyawa organik kompleks yang banyak digunakan untuk perbanyakan anggrek, seperti ekstrak tomat, pisang, toge, kentang maupun ubi yang dapat ditambahkan ke dalam media tertentu. Media ini berguna sebagai tempat tumbuh dan penyedia unsur hara, mineral, asam amino, zat pengatur tumbuh yang dibutuhkan bahan tanaman untuk tumbuh. Hasil penelitian Krisnayani, dkk (1999) menunjukkan bahwa pemberian ekstrak pisang sebanyak 100 g L-1 pada
media kultur mampu menstimulasi
pertumbuhan planlet Dendrobium. Adapun pada penelitian yang dilakukan Paulina (1971), pemberian air kelapa muda dan
ekstrak pisang sebanyak 150 g L-1
memberikan pertumbuhan yang baik pada anggrek Dendrobium.
Penelitian Dyah Widyastuti & Purbadi (2003), menggunakan senyawa
organik kompleks untuk anggrek
Dendrobium berupa bubur ubi kayu dan ubi jalar sebanyak 50 g L-1 yang ditambahkan
pada media VW. Hasil penelitian
memperlihatkan bahwa pemberian bubur ubi
kayu berpengaruh baik terhadap
pertumbuhan tinggi planlet, jumlah, dan luas daun. Adapun pemberian bubur ubi jalar menghambat pertumbuhan luas daun, jumlah, dan panjang akar.
Penggunaan senyawa organik
kompleks berupa ekstrak buah-buahan
dalam media in vitro anggrek perlu
dilakukan lebih lanjut, mengingat Indonesia sebagai negara tropis memiliki berbagai macam buah dengan kandungan vitamin, mineral, serat dan lain-lain yang dapat
menjadi alternatif dalam memperkaya
nutrisi media yang digunakan dalam pengembangan anggrek secara in vitro.
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh penambahan senyawa organik kompleks ke dalam media VW terhadap pertumbuhan planlet anggrek
Dendrobium.
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu. Penelitian
dilaksanakan di Laboratorium Kultur
Jaringan Jurusan Budidaya Pertanian,
Fakultas Pertanian.Universitas Hasanuddin Makassar. Berlangsung mulai Juli 2011 sampai Februari 2012.
Bahan. Bahan yang digunakan adalah planlet anggrek Dendrobium, senyawa untuk media VW, alkohol 70 persen dan 96 persen, NaoH 0,1N, HCL 0,1N, pepton, air kelapa, gula, arang aktif, agar-agar, senyawa organik kompleks, berupa buah yang telah masak, yaitu pisang ambon, pepaya, melon, dan jambu biji, aquades, kertas pH, label, almunium foil, korek api, perekat bening, dan tissu. Alat yang digunakan adalah
autoklaf, oven, timbangan analitik,
Erlenmeyer, gelas piala, gelas ukur, cawan petri, batang pengaduk, pinset, gunting, laminar air flow, lampu Bunsen, botol kultur, semprotan, scalpel, dan alat tulis menulis.
kultur. Masing-masing botol kultur ditanami empat planlet sehingga terdapat 120 planlet.
Media yang digunakan adalah media VW yang sebelumnya dibuatkan dahulu larutan stok sesuai dengan yang dibutuhkan. Dalam pembuatan media tanam masing-masing larutan stok diambil sesuai dengan
konsetrasi yang dibutuhan, kemudian
ditambahkan gula sebanyak 20 g L-1, pepton 1,5 g L-1, arang aktif 0,5 g L-1, air kelapa 200 mL L-1. Lalu masing-masing perlakuan ditambahkan ekstrak buah sebanyak 100 g L-1 yang diperoleh dengan menimbang buah sebanyak 100 g dan dicampur dengan aquades sebanyak 50 mL lalu diblender dan
terakhir ditambahkan aquades sampai
mendekati 1000 mL. Kemudian dilakukan pengukuran pH, jika pH larutan kurang dari 5,6 ditambah NaOH 0,1N dan bila pH lebih dari 5,6 ditambah HCl 0,1N sampai pH larutan mencapai 5,6. Setelah pH larutan sesuai lalu ditambahkan agar-agar sebanyak tujuh gram dalam satu liter media.
Larutan media lalu dipanaskan sambil
diaduk sampai mendidih, kemudian
dituangkan ke dalam botol-botol kultur sebanyak masing-masing 10 ml dan segera ditutup dengan aluminium foil. Botol-botol yang telah tertutup rapat dimasukkan ke dalam autoklaf untuk disterilkan. Sterilisasi media ini dilakukan pada tekanan 15 psi dan suhu 120 oC selama 17 menit (Edhi 2005).
Sebelum penanaman laminar air flow disterilkan dengan alkohol 70 persen
kemudian dilap dengan kertas tissu
selanjutnya UV laminar air flow dinyalakan ± satu jam sebelum digunakan. Pada saat penanaman digunakan alkohol 96 persen untuk mensterilkan pinset dan skalpel dengan metode celup bakar.
Pemindahan planlet anggrek
dilakukan dalam laminar air flow setelah anak semai berumur tiga bulan yang kurang lebih berukuran satu cm dan jumlah daun
dua helai. Anak semai yang telah siap disubkultur dikeluarkan dari botol media kemudian langsung dipindahkan ke dalam botol media perlakuan, setiap botol media perlakuan ditanam empat anak semai, lalu ditutup kembali dengan aluminium foil. Setelah semua botol media perlakuan telah ditanami lalu diberi label berupa tanggal penanaman dan ulangan.
Botol-botol anggrek kemudian
disimpan dalam ruang inkubasi, botol diatur sesuai perlakuan dan ulangan. Kondisi ruangan dijaga pada suhu 25 hingga 27 oC dengan sinar lampu neon 40 watt untuk setiap rak.
Parameter. Pengamatan dan pengumpulan data dilakukan pada akhir subkultur atau empat bulan setelah tanam. Komponen yang diamati meliputi:
1. Tinggi planlet (cm), diukur dari pangkal batang sampai ujung daun terpanjang. 2. Jumlah daun (helai), dihitung semua
daun yang terbentuk.
3. Jumlah anakan (anakan), dihitung jumlah anakan yang terbentuk.
4. Jumlah akar (helai), dihitung semua akar yang terbentuk.
5. Panjang akar (cm), diukur dari pangkal akar sampai ujung akar terpanjang. 6. Berat segar (gram),ditimbang pada akhir
HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji BNT pada Tabel 1 menunjukkan
bahwa perlakuan ekstrak jambu biji
menghasilkan rata-rata planlet tertinggi dan berbeda nyata dengan perlakuaan kontrol dan perlakuan ekstrak pisang ambon, tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan ekstrak melon dan ekstrak pepaya.
Uji BNT menunjukkan bahwa
pemberiaan senyawa organik kompleks tidak berbeda nyata dengan perlakuan
kontrol, tetapi perlakuan ekstrak jambu biji memberikan jumlah anakan yang paling banyak dibandingkan perlakuan lainnya.
Perlakuan ekstrak jambu biji
memberikan pengaruh yang paling baik terhadap tinggi planlet dan jumlah anakan dibandingkan dengan perlakuan kontrol, ekstrak melon, ekstrak pisang, dan ekstrak pepaya. Hal ini terjadi karena pada ekstrak jambu biji mengandung unsur-
Tabel 1. Rata-Rata Tinggi Planlet (cm) Anggrek Dendrobium pada Berbagai Senyawa Organik Kompleks.
PERLAKUAN RATA-RATA (cm) NPBNT (0,05)
Ekstrak Jambu Biji 2,221a 0,481
Ekstrak Melon 2,117a
Ekstrak Pepaya 1,883ab
Ekstrak Pisang 1,613b
Kontrol 1,558b
unsur hara yang diperlukan bagi pertumbuhan planlet anggrek Dendrobium. Salah satu unsur tersebut adalah fosfor, di sini perlakuan ekstrak jambu biji memiliki kandungan fosfor yang paling tinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Fosfor berperan dalam proses fotosintesis dan
respirasi pada tanaman sehingga
pertumbuhan vegetatif tanaman akan
berjalan lancar. Hal ini sesuai dengan pendapat Benyamin Lakitan (2001), bahwa fosfor merupakan bagian yang esensial dari berbagai gula fosfat yang berperan dalam reaksi-reaksi pada fase gelap fotosintesis, respirasi, dan berbagai proses metabolisme lainnya. Fosfor juga merupakan bagian dari nukleotida (dalam RNA dan DNA) dan
fosfolipida penyusun membran.
Ditambahkan oleh Livy (1993) bahwa untuk
pertumbuhan vegetatif, anggrek
membutuhkan unsur-unsur nitrogen, fosfor, dan kalium yang tinggi.
Ekstrak jambu biji juga mengandung unsur Fe yang paling tinggi. Unsur ini
berperan dalam aktivitas respirasi dan fotosintesis serta membantu pembentukan protein yang berpengaruh pada anggrek dalam awal perkembangannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Livy (2004), bahwa Fe berperan dalam proses oksidasi dan reduksi dalam fotosintesis dan respirasi serta berperan dalam pembentukan molekul protein.
Selain memiliki kandungan fosfor dan besi yang paling tinggi, buah jambu biji juga memiliki kandungan vitamin C yang cukup
tinggi. Unsur ini berfungsi sebagai
antioksidan untuk mencegah atau
mengurangi pencoklatan dan penghitaman eksplan sehingga dengan adanya unsur tersebut proses metabolisme dalam tubuh tanaman dapat berjalan lancar untuk merangsang pertumbuhan tanaman yang dikulturkan, hal ini sesuai dengan pendapat Dyah & Surachman (1994), bahwa penambahan vitamin C ke dalam media
kultur anggrek dapat merangsang
Kandungan protein yang terdapat dalam ekstrak jambu biji dapat pula meningkatkan konsentrasi nitrogen dalam media yang penting dalam pembentukan protein karena protein tersusun atas unsur nitrogen. Kandungan unsur nitrogen yang tinggi dapat pula memacu pertumbuhan vegetatif planlet anggrek Dendrobium. Hal ini sejalan dengan pendapat Gardner et al (1985), bahwa nitrogen merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman sebab merupakan penyusun dari semua protein dan asam nukleat, asam amino, amida yang esensial untuk pembelahan dan pembesaran atau
pemanjangan sel. Ditambahkan oleh
Mulyani (1996), bahwa nitrogen sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, khususnya pada batang,
cabang, dan daun. Menurut Djoehana (1986), nitrogen berperan merangsang pertumbuhan vegetatif, seperti menambah tinggi tanaman dan merangsang tumbuhnya anakan.
Uji BNT pada Tabel 2 menunjukkan
bahwa perlakuan ekstrak melon
menghasilkan rata-rata jumlah daun
terbanyak dan berbeda nyata dengan perlakuaan kontrol, tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan ekstrak jambu biji, ekstrak pisang ambon, dan ekstrak pepaya.
Tabel 2. Rata-Rata Jumlah Daun (helai) Anggrek Dendrobium pada Berbagai Senyawa Organik Kompleks
PERLAKUAN RATA-RATA (helai) NPBNT (0,05)
Ekstrak Melon 4,250a 0,816
Ekstrak Jambu Biji 4,042a
Ekstrak Pisang 3,625ab
Ekstrak Pepaya 3,500ab
Kontrol 3,000b
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada taraf uji BNT α = 0,05.
Tabel 3.Rata-Rata Jumlah Akar (helai) Anggrek Dendrobium pada Berbagai Senyawa Organik Kompleks
PERLAKUAN RATA-RATA (helai) NPBNT (0,05)
Ekstrak Melon 3,458a 0,991
Ekstrak Jambu Biji 3,250ab
Ekstrak Pisang 2,708abc
Ekstrak Pepaya 2,375bc
Kontrol 1,958c
Tabel 4. Rata-Rata Panjang Akar (cm) Anggrek Dendrobium pada Berbagai Senyawa Organik Kompleks
PERLAKUAN RATA-RATA (cm) NPBNT (0,05)
Ekstrak Melon 1,539a 0,406
Ekstrak Jambu Biji 1,312ab
Ekstrak Pepaya 1,242ab
Ekstrak Pisang 1,080bc
Kontrol 0,818c
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada taraf uji BNT α = 0,05.
Uji BNT pada Tabel 3 menunjukkan
bahwa perlakuan ekstrak melon
menghasilkan rata-rata jumlah akar
terbanyak dan berbeda nyata dengan perlakuaan kontrol dan perlakuaan ekstrak pepaya, tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan ekstrak jambu biji dan ekstrak pisang ambon.
Uji BNT pada Tabel 4 menunjukkan
bahwa perlakuan ekstrak melon
menghasilkan rata-rata panjang akar
terpanjang dan berbeda nyata dengan perlakuan kontrol dan perlakuaan ekstrak pepaya, tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan ekstrak jambu biji dan ekstrak pisang ambon.
Tabel 5. Rata-Rata Berat Segar (g) Anggrek Dendrobium pada Berbagai Senyawa Organik Kompleks
PERLAKUAN RATA-RATA (g) NPBNT (0,05)
Ekstrak Melon 0,193a 0,048
Ekstrak Jambu Biji 0,178a
Ekstrak Pisang 0,129b
Ekstrak Pepaya 0,123b
Kontrol 0,111b
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada taraf uji BNT α = 0,05.
Uji BNT pada Tabel 5 menunjukkan
bahwa perlakuan ekstrak melon
menghasilkan rata-rata berat segar tertinggi dan berbeda nyata dengan perlakuaan kontrol, ekstrak pisang ambon, dan ekstrak papaya tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan ekstrak jambu biji.
Hasil pengamatan pada akhir
percobaan menunjukkan bahwa perlakuan ekstrak melon memberikan pengaruh yang paling baik terhadap jumlah daun, jumlah
akar, panjang akar, dan berat segar planlet anggrek Dendrobium. Hal ini terjadi karena pada ekstrak melon terkandung unsur hara mikro, seperti vitamin B1 (thiamin) yang paling tinggi dibandingkan ekstrak lainnya. Thiamin merupakan salah satu unsur yang berperan penting dalam pembiakan in vitro
berpengaruh baik terhadap pertumbuhan tanaman yang dikulturkan. Vitamin yang sering digunakan adalah vitamin dari kelompok vitamin B, yaitu vitamin B1, vitamin B2, dan vitamin B6. Dari ketiga vitamin ini yang terpenting adalah vitamin B1. Menurut Dyah & Purbadi (2003), thiamin merupakan salah satu faktor
penambah panjang akar planlet
Dendrobium. Penambahan thiamin sebanyak 0,06 mg l-1 larutan media adalah salah satu faktor yang menyebabkan pertambahan panjang akar meningkat.
Selain mengandung vitamin B1 dan air yang paling tinggi, ekstrak melon juga memiliki unsur hara makro yang cukup tinggi seperti kalsium, unsur ini berperan penting sebagai pengikat antar- molekul
membran sehingga membran dapat
berfungsi secara normal pada semua sel untuk membentuk jaringan tanaman seperti daun maupun akar. Kalsium juga dapat memicu aktivitas beberapa enzim. Hal ini sesuai dengan pendapat Gardner et al
(1985), bahwa kalsium merupakan penyusun dinding sel dan pengatur selektif membran sel, unsur ini juga berfungsi dalam pembelahan dan pemanjangan sel. Kalsium memengaruhi perkembangan meristem akar dan pucuk dalam pertumbuhan tanaman.
Ekstrak melon selain memiliki unsur hara makro yang cukup tinggi juga mengandung unsur hara mikro yang lebih lengkap dibandingkan ekstrak lainnya, hal ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 6. Komposisi Kimia 100 gram Berbagai Jenis Ekstrak
Komposisi kimia
Jenis Ekstrak
Pisang Ambon Melon Jambu Biji Pepaya
Energi (kal) 84 23 55 63
Protein (g) 0,84 0,6 0,9 1
KH (g) 21,85 6 10 16,1
Lemak (g) 0,2 - 0,3 0,2
Fosfor (mg) 26 - 28 9
Besi (mg) 0,67 0,4 1,1 0,9
Kalsium (mg) 8,4 17 1,4 18
Niacin (mg) - 1,0 - -
Thiamin (mg) - 0,065 0,02 0,05
Nicotinamida (mg) - 0,5 - -
Air (mL) - 93,0 - 82
Serat (g) - 0,4 - -
Vitamin A (mg) 0,04 2.400 - 0,015
Vitamin C (mg) 100,85 30 95 9,1
Sumber: Oey (1992), Prajnanta (1999), dan Rismunandar (1989).
Adanya komposisi unsur hara yang lebih lengkap dalam ekstrak melon dapat
memacu aktivitas pembelahan dan
pembesaran sel, terutama pada daerah
meristem yang menyebabkan perpanjangan sel, karena sel-sel yang baru terbentuk
mengalami pembesaran dan akhirnya
berdiferensiasi membentuk daun dan akar yang banyak. Perpanjangan sel dapat memengaruhi ukuran akar tanaman sehingga akar akan bertambah panjang pula. Hal ini sejalan dengan pendapat Setyati, S (1993), bahwa laju pembelahan sel yang terjadi dalam jaringan meristem dipengaruhi oleh persediaan bahan makanan yang dibutuhkan tanaman, seperti zat pengatur tumbuh dan vitamin. Ditambahkan oleh Januar & Justika (1983) bahwa aktivitas meristem akar dan ujung batang dapat menyebabkan terjadinya pertumbuhan ke bawah dan ke atas. Menurut Bety (2004), penelitian media alternatif
untuk anggrek Dendrobium menunjukkan
bahwa pupuk daun yang cocok untuk pertumbuhan planlet anggrek Dendrobium
adalah pupuk daun yang mengandung vitamin B1, senyawa ini penting untuk pertumbuhan anggrek.
Keseimbangan unsur hara yang ada pada media kultur dengan komposisi kimia ekstrak melon yang tergolong seimbang dapat memenuhi kebutuhan planlet anggrek
Dendrobium akan ketersediaan unsur hara. Setyati, S (1993) mengemukakan bahwa laju pembelahan sel, perpanjangan sel, serta pembentukan jaringan tergantung dari ketersediaan unsur hara. Bila proses diferensiasi sel berjalan dengan cepat maka pertumbuhan tanaman dalam membentuk organ batang, daun, dan akar berjalan cepat. Selain adanya keseimbangan unsur hara pada ekstrak melon, diduga unsur-unsur hara tersebut berada dalam kondisi yang optimal, yaitu tidak terlalu tinggi dan jumlahnya juga tidak rendah, sehingga dapat mengaktifkan sel-sel untuk melakukan
pembelahan. Suseno, H (1981)
mengemukakan bahwa unsur yang
dibutuhkan hendaknya berada dalam
konsentrasi yang tepat, karena pada
konsentrasi yang berlebih unsur hara tersebut dapat menghambat pertumbuhan
dan produksi tanaman. Ditambahkan oleh Pracaya (1995), bahwa dalam kultur jaringan, media harus terdiri dari unsur-unsur yang diperlukan tanaman dalam jumlah yang cukup untuk menjamin pertumbuhan eksplan. Media harus terdiri dari campuran garam-garam mineral sebagai sumber hara makro, mikro, gula, protein, vitamin, dan zat pengatur tumbuh.
KESIMPULAN
Penambahan senyawa organik
kompleks berupa ekstrak melon
memberikan pertumbuhan vegetatif yang lebih baik terhadap jumlah daun, jumlah akar, panjang akar, dan berat segar. Ekstrak jambu biji memberikan hasil terbaik terhadap tinggi planlet dan jumlah anakan planlet anggrek Dendrobium yang ditanam melalui teknik in vitro.
Planlet dengan perlakuan ekstrak melon menunjukkan penampilan planlet anggrek yang lebih berat dan kekar, merupakan ciri tanaman yang akan dapat bertahan pada saat aklimatisasi dilakukan. Adapun ekstrak jambu biji baik digunakan untuk tujuan regenerasi atau perbanyakan planlet anggrek. Persada, Jakarta. 78 Hlm
Djoehana, S., 1986. Pupuk dan Pemupukan. CV. Simplex, Jakarta. 46 Hlm
Dyah, W. D. & Surachman, 1994. Pengaruh Berbagai Macam Bahan Nabati Pada
Pertumbuhan Bibit Anggrek
DendrobiumSecara In vitro. Bulletin Penelitian Tanaman Hias. Balai Penelitian Tanaman Hortikultira Cipanas, Cianjur. 6:8-14
--- dan Purbadi, 2003. Pengaruh Bubur Ubi Kayu dan Ubi Jalar Terhadap Pertumbuhan Planlet Anggrek Dendrobium.
http://www.pempropsu.go.id/download.php? filename=Pengaruh%20Bubur%20Ubi%20 Kayu.pdf&id=KA-01. [31 Januari 2011].
Edhi, S., 2005. Kultur Jaringan Anggrek Skala rumah Tangga. Agro Media Pustaka, Jakarta. 56 Hlm
Gardner, F. P., R. B. Pearce & R. L.
Mitchell, 1985. Fisiologi Tanaman
Budidaya. (Terjemahan Herawati Susilo). Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Suseno, Hari 1981. Fisiologi Tumbuhan, Metabolismee Dasar dan Beberapa Aspeknya. Institut Pertanian Bogor, Bogor. 134 Hlm
Januar, D. & Justika B., 1983. Dasar-Dasar Fisiologi Tanaman. PT. Suryandama Utama, Semarang. 78 hlm.
Krisnayani, B., P. Sumarjo, & T. Wardiyati. 1999. Pengaruh Kultivar dan Konsentrasi Ekstrak Pisang Dalam Media Anggrek Dendrobium sp. Prosidium Seminar Anggrek Nasional 2001. Perhimpunan Anggrek Indonesia. 26(2)7-11
Lily, A., 2004. Dasar Nutrisi Tanaman. Rineka Cipta, Jakarta. 85 hlm
Livy, W., 1993. Budidaya Anggrek. Penebar Swadaya, Jakarta. 65 hlm
Mul Mulyani, 1996. Pupuk dan Pemupukan. Rineka Cipta, Jakarta. 104 hlm.
Oey, K. N., 1992. Analisis Bahan Makanan. Universitas Indonesia Press, Jakarta. 93 hlm.
Paulina, 1971. Banana Homogenate,
Coconut Water, Peptone and Auxin as Nutrient Supplement in the in vitro Culture of Dendrobium and Phalaenopsis Ovules. The Southeast Asian regional Center for Graduate study and Research in Agriculture, The Philippines. 51:43-51.
Pracaya. C. R., 1995. Kultur Jaringan Teknik Perbanyakan Tanaman Secara Modern. Penebar Swadaya, Jakarta. 56 hlm.
Prajnanta, F., 1999. Budidaya Tanaman Pepaya. Penebar Swadaya, Jakarta. 76 hlm.
Rismunandar, 1989. Jambu Biji. Sinar Baru, Bandung. 59 hlm.
Sarwono, B., 2005. Mengenal dan Membuat
Anggrek Hibrida. Agro media Pustaka, Jakarta. 78 hlm
Setyati, Sri 1993. Pengantar Agronomi. Gramedia, Jakarta. 81 hlm.
Yusnita, 2004. Kultur Jaringan Cara