• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penegakan Hukum Hak Merek di Indonesia S

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Penegakan Hukum Hak Merek di Indonesia S"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS GADJAH MADA

FAKULTAS HUKUM

MAKALAH

PENEGAKAN HUKUM HAK MEREK DI INDONESIA:

STUDI KASUS SOMASI SONY CORP. ATAS DOMAIN

SONY ARIANTO KURNIAWAN

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pascatengah semester III

dalam mata kuliah Hukum dan Teknologi (Kelas C) Tahun Akademik 2016/2017

Oleh:

Cindra Rahmaniar Ade T. 15/379421/HK/20419

Ilham Maulana Ash S. 15/382517/HK/20584

Vansona Stalony 15/377678/HK/20410

Yoseph Adwitiya Adhi 15/382612/HK/20679

(2)

ii

UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS HUKUM

MAKALAH

PENEGAKAN HUKUM HAK MEREK DI INDONESIA:

STUDI KASUS SOMASI SONY CORP. ATAS DOMAIN

SONY ARIANTO KURNIAWAN

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pascatengah semester III

dalam mata kuliah Hukum dan Teknologi (Kelas C) Tahun Akademik 2016/2017

Oleh:

Cindra Rahmaniar Ade T. 15/379421/HK/20419

Ilham Maulana Ash S. 15/382517/HK/20584

Vansona Stalony 15/377678/HK/20410

Yoseph Adwitiya Adhi 15/382612/HK/20679

(3)

iii

PERSEMBAHAN

Makalah berjudul ”Penegakan Hukum Hak

Merek di Indonesia: Studi Kasus Somasi Sony Corp. atas Domain Sony Arianto Kurniawan” ini penulis persembahkan kepada:

1. Veri Antoni, S.H., M.Hum., dari Departemen

Hukum Dagang selaku dosen mata kuliah Hukum

dan Teknologi (Kelas C) sekaligus dosen

pembimbing penulis dalam pembuatan makalah.

2. Anugrah Anditya, S.H., M.T. dan Wahyu Yun

Santoso, S.H., M.Hum., LL.M., selaku dosen

mata kuliah Hukum dan Teknologi (Kelas C)

yang telah memberikan ilmu kepada penulis

terkait dasar-dasar Hukum dan Teknologi.

3. Rekan-rekan pengambil mata kuliah Hukum dan

Teknologi (Kelas C) Tahun Akademik 2016/2017

yang senantiasa memberi inspirasi dan dukungan.

4. Orang tua, sahabat, relasi, dan semua pihak yang

(4)

iv

Sebuah kesadaran yang nyata muncul dari lubuk hati yang paling dalam,

puji syukur senantiasa penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas

karunia-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Penulis menyadari bahwa

makalah ini dapat diselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu,

dengan segenap kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Veri Antoni, S.H., M.Hum., selaku dosen pembimbing penulis dalam

pembuatan makalah dalam mata kuliah Hukum dan Teknologi (Kelas C).

2. Anugrah Anditya, S.H., M.T. dan Wahyu Yun Santoso, S.H., M.Hum.,

LL.M., selaku dosen mata kuliah Hukum dan Teknologi (Kelas C) yang

telah memberikan ilmu kepada penulis dari awal hingga tengah semester.

3. Orang tua, sahabat, dan seluruh pihak yang telah memberi dukungan dan

bantuan dalam penulisan makalah ini.

Semoga kebaikan dari semua pihak tersebut senantiasa mendapatkan

balasan dari Tuhan Yang Maha Esa.

Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah dalam bentuk studi kasus

ini dapat dijadikan sebagai upaya pemahaman materi mengenai salah satu objek

kajian Hukum dan Teknologi, khususnya dalam hal ini adalah Hak atas Kekayaan

Intelektual, yang ke depannya diharapkan mampu diimplementasikan dengan

baik. Akhirnya semoga niat baik ini mendapat rida dari Tuhan Yang Maha Esa

dan mendapat dukungan dari semua komponen masyarakat.

Tiada gading yang tak retak, lautan pun pasti berombak, danau yang

tenang pun tentu beriak. Kritik dan saran yang konstruktif dari semua pihak yang

sangat memahami tentang kemajuan dunia pendidikan senantiasa sangat penulis

harapkan guna perbaikan di masa-masa yang akan datang. Walau sedikit, semoga

kehadiran makalah ini tetap memberi makna.

Yogyakarta, 19 Oktober 2016,

(5)

v

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

PERSEMBAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Batasan Istilah ... 5

BAB II METODOLOGI PENELITIAN ... 6

A. Jenis Penelitian ... 6

B. Teknik Pengumpulan Data ... 6

C. Teknik Analisis Data ... 6

D. Instrumen Penelitian ... 7

BAB IV PEMBAHASAN ... 8

A. Landasan Yuridis-formal dan Dasar Hukum ... 8

B. Analisis Hukum dan Bentuk Perlindungan Hukum ... 10

BAB V PENUTUP ... 17

A. Kesimpulan ... 17

(6)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tulisan ini akan membahas mengenai suatu permasalahan yang

berkaitan dengan hak kekayaan intelektual: suatu studi kasus tentang Somasi

Sony Corp. terhadap Sony Andrianto Kurniawan.

Pada tahun 2010, Sony AK atau Sony Arianto Kurniawan, salah

seorang blogger Indonesia, terjebak kasus dengan pihak Sony Corp. lantaran

memakai embel-embel nama ‘Sony’ di situs pribadinya. Sony Arianto

dihadapkan dengan dua pilihan sulit: melepas nama ‘Sony’ di situsnya, atau

diseret Sony Corp. ke meja hijau.1 Kasus menimpa blogger yang berhadapan

dengan perusahaan karena masalah merek, seperti yang dialami Sony AK

dengan Sony Corp, merupakan kejadian pertama kali yang menimpa blogger

di Indonesia karena kebanyakan yang terjadi di Indonesia adalah kasus

cybersquatting2, yang memang motivasinya berbeda, yaitu untuk memeras

atau mencari uang dari pihak tertentu.

Cybersquatting sendiri merupakan penyerobotan nama suatu merek

tertentu dalam sebuah nama domain, yang biasanya digunakan untuk dijual

lagi kepada pihak-pihak tertentu agar bisa mendapatkan materi dalam jumlah

tertentu. Di Indonesia, kasus seperti ini beberapa kali pernah terjadi.3

1

Sebagaimana dinyatakan secara luas di depan publik. Ulasan selengkapnya dapat dilihat di laman http://inet.detik.com/read/2010/03/17/122944/1319422/399/sony-corp-dan-sony-ak-sepakati-dua-hal, diakses pada 18 Oktober 2016.

2

Cybersquatting atau penyerobotan Domain Name, sebagaimana dilansir dari laman

https://xitux.wordpress.com/tugas-eptik/pengertian-cybersquatting-dan-typosquatting/, adalah jenis kejahatan dunia maya (Cybercrimes), masuk ke dalam kategori domain hijacking (Pembajakan Domain) yang dilakukan dengan cara mendaftarkan domain nama perusahaan atau nama orang lain dan kemudian berusaha menjualnya kepada perusahaan atau orang lain atau kepada pemilik asli domain tersebut, dengan harga yang lebih mahal.

3

Cybersquatting (atau domain squatting) didefinisikan menurut Hukum Federal Amerika Serikat adalah mendaftarkan atau menggunakan nama domain dengan niat buruk untuk mengambil keuntungan dari merek dagang milik orang lain. Orang yang melakukan praktik ini disebut dengan cybersquatter. Tujuan dari cybersquatting adalah menjual nama domain dengan harga lebih mahal dari harga registrasi perusahaan atau orang ternama yang belum sadar atau berniat mendaftarkan suatu domain. Selengkapnya lihat Jane C. Ginsberg, 2007, Trademark and Unfair

(7)

2

Pihak Sony Corp. melayangkan somasi dalam surat somasinya

melalui Kantor Kuasa Hukum Hadiputranto, Hadinoto, and Partners. Raksasa

elektronik asal Jepang itu pada intinya ingin Sony AK untuk menghentikan

semua penggunaan nama domain http://www.sony-ak.com miliknya, sebab

yang menggunakan merek ‘Sony’ dianggap milik Sony Corp. Isinya

menegaskan pengertian dan persetujuan penuh terhadap keinginan-keinginan

Sony Corp. untuk tidak menggunakan nama domain yang menggunakan

merek ‘Sony’ atau merek-merek lainnya yang secara substansial memiliki

persamaan pada keseluruhannya atau terhadap merek-merek yang serupa atau

memiliki persamaan pada pokoknya dengan merek ‘Sony’.

Mendapat somasi tersebut, Sony AK pun langsung menghubungi

perwakilan hukum Sony Corp. di Indonesia bermaksud memberikan

klarifikasi agar masalah ini tidak berlarut-larut dan sampai pada gugatan

hukum.

Berikut adalah bunyi balasan dari Sony Arianto kepada pihak

perwakilan hukum Sony Corp Indonesia atas somasi yang diberikan

kepadanya.

Saya sudah menerima e-mail mengenai keberatan pengunaan nama domain

sony-ak.com. Sebelumnya saya ingin menyampaikan beberapa poin mengenai

domain tersebut.

1) Domain sony-ak.com saya daftarkan karena berawal dari nama saya

“sony” dari Sony nama depan saya, “-ak” merupakan singkatan dari

nama belakang saya “Arianto Kurniawan”.

2) Domain tersebut sudah saya daftarkan sejak July 28, 2003

(www.whois.sc/sony-ak.com)

3) Saya mengisi sony-ak.com dengan tulisan-tulisan saya pribadi, karena

kompetensi saya di bidang IT dan saya hobby menulis, dan saya suka

knowledge sharing maka saya menulis segala sesuatu mengenai IT pada

(8)

4) Situs sony-ak.com saya beri label Sony AK Knowledge Center karena

sebagai media knowledge sharing saya pribadi dengan semua pembaca

online di seluruh dunia

5) Sony AK Knowledge Center mengandung kata SONY tapi Sony AK

Knowledge Center bukanlah MEREK.

6) Sony AK Knowledge Center tidak berbadan hukum dan saya juga tidak

ada niat untuk membuat badan hukum atas label tersebut.

7) Sony AK Knowledge Center juga bukan organisasi dan tidak mendapat

profit apa-apa.

8) Sony AK Knowledge Center juga tidak berhubungan dengan

produk-produk “SONY Corporation” Jepang, walaupun di surat Anda

menyebutkan bahwa usaha kelas 41 (seputar pendidikan) mungkin

bersinggungan dengan konten kita, tapi saya dari dalam hati tidak ada

niat sedikitpun untuk sengaja “mendompleng” nama SONY Corporation.

9) Saya juga tidak ada niat untuk membuat bingung para audience dengan

menanggapi

10) Saya tidak melakukan promosi apapun sejak situs ini berdiri tahun 2003,

paling-paling semua berawal dari internet dan masuk search engine.

Demikian beberapa poin yang ingin saya sampaikan mengenai latar

belakang domain sony-ak.com yang saya gunakan. Intinya saya mau

membuka diskusi mengenai penyelesaian masalah ini.

Dalam kasus Sony AK, jika masalah ini dibawa ke ranah hukum,

banyak pengamat hukum yang optimis kekalahan akan berada di pihak Sony

Corp karena kurang kuatnya alasan yang diajukan oleh pihak Sony Jepang.

Seperti nama merek dagang yang tidak terdaftar di Indonesia, tidak adanya

kesamaan jenis produk komersil yang dijajakan, bahkan selain tidak komersil,

Sony AK pun tidak membuat situs tersebut untuk meraih keuntungan dari

nama Sony.4

4

(9)

4

Hingga pada akhirnya, pihak Sony Corp. datang ke Indonesia

untuk menemui Sony Arianto, melakukan mediasi atas kasus ini. Untuk

menunjukkan keseriusan mediasinya, Sony Indonesia bahkan sampai

menghadirkan Presiden Direkturnya, Koji Wakaizumi, ke Indonesia. Hasil

dari mediasi tersebut menghasilkan dua kesepakatan antara Sony Corp

dengan Sony Arianto, yakni (1) untuk melakukan improvement, yakni

rekonstruksi logo dan (2) meminta Sony AK untuk memperkuat disclaimer di

situsnya.5

B. Rumusan Masalah

Dari beberapa uraian pada latar belakang di atas, penulis

menemukan permasalahan yang memerlukan pembahasan lebih mendalam

seperti yang tersebut di bawah ini.

1. Bagaimana dasar yuridis dari perbuatan hukum somasi yang dilayangkan

oleh pihak Sony Corp. kepada Sony Arianto Kurniawan?

2. Apakah somasi yang dilayangkan oleh pihak Sony Corp. kepada Sony

Arianto Kurniawan dapat dibenarkan?

C. Tujuan Penulisan

Penulisan makalah ini dilakukan untuk memenuhi tujuan-tujuan

yang diharapkan dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan, khususnya dalam

bidang hukum dan teknologi. Secara umum, tujuan dari penulisan ini adalah

1. untuk menjelaskan dasar yuridis dari perbuatan somasi yang dilakukan

oleh pihak Sony Corp. kepada Sony Arianto Kurniawan; dan

2. untuk memahami legitimasi dari benar atau tidaknya gugatan yang

dilayangkan oleh pihak Sony Corp. kepada Sony Arianto Kurniawan;

5

Setelah melakukan perundingan, akhirnya pihak Sony AK dengan Sony Corp. berdamai, yaitu dengan cara mengganti tampilan situsnya sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak, juga penggantian logo dan penambahan disclaimer yang berisi Sony AK Knowledge Center: “This

website is administrated by Sony Arianto Kurniawan and not related to Sony Corporation or its

affiliate at all”. Selengkapnya dapat dilihat di

(10)

D. Batasan Istilah

Dalam melakukan penyusunan makalah ini, penulis merasa perlu

adanya batasan istilah agar objek yang dibahas tidak meluas dan penulisan

bisa terarah. Berdasarkan hal tersebut, penulis menggunakan pembatasan

istilah sebagaimana yang tersusun di bawah ini.

1. Merek, menurut Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001

tentang Merek, adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata,

huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur

tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan

perdagangan barang atau jasa.

2. Nama Domain, sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 1 angka 20

Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi

Elektronik, adalah alamat internet penyelenggara negara, Orang, Badan

Usaha, dan/atau masyarakat, yang dapat digunakan dalam berkomunikasi

melalui internet, yang berupa kode atau susunan karakter yang bersifat

unik untuk menunjukkan lokasi tertentu dalam internet.

3. Somasi, menurut J. Satrio dalam artikel Beberapa Segi Hukum Tentang

Somasi (Bagian I)6, dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tidak

dikenal istilah somasi, namun dalam doktrin dan yurisprudensi istilah

somasi digunakan untuk menyebut suatu perintah atau peringatan (surat

teguran). Somasi merupakan peringatan atau teguran agar debitur

berprestasi pada suatu saat yang ditentukan dalam surat somasi.

6

(11)

BAB II

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitan ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif

merupakan penelitian dengan meneliti gejala-gejala dan untuk memahaminya

tidak mudah dilakukan menggunakan alat ukur, melainkan dengan naluri dan

perasaan (Margono, 2007:105).

B. Teknik Pengumpulan Data

Penulis melakukan pengumpulan data dalam penulisan makalah ini

hanya menggunakan satu teknik, yaitu:

1. Studi Pustaka

Studi pustaka merupakan alat pengumpulan yang utama dalam

melakukan penelitian kualitatif karena pemecahan rumusan masalah

diajukan secara logis dan rasional melalui pendapat, teori, atau

hukum-hukum yang diterima, baik yang mendukung maupun yang menolong

rumusan masalah tersebut. Perpustakaan dan sumber dari internet

merupakan sumber utama penulis dalam menyusun makalah ini. Hal

yang didapatkan dapat berupa pengertian, hasil kajian, atau hal lain yang

tentunya dapat menunjang terselesaikannya makalah ini.

C. Teknik Analisis Data

Suharsimi Arikunto (2002:275) berpendapat bahwa dalam langkah

memilih pendekatan penelitian telah dikemukakan beberapa desain

eksperimen, di antaranya telah disertai rumus atau cara analisis data. Teknik

analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif.

Selanjutnya, peneliti menggunakan langkah kerja agar penelitian yang

dilakukan bertahap dan fokus terhadap hal yang dituju. Dalam hal ini, teknik

(12)

1. Studi pustaka dilakukan oleh peneliti dalam mencari sumber data

mengenai penelitian. Dengan fasilitas buku di perpustakaan digital

Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, internet, serta melalui sumber

lain, penulis akan memperoleh data untuk dianalisis lebih lanjut.

2. Komunikasi intensif dilakukan kepada pihak-pihak yang dirasa

bertanggung jawab dan mempunyai efek besar terhadap hasil penelitian,

dalam hal ini adalah dosen Hukum dan Teknologi dan dosen Teknik

Elektro dan Teknologi Informasi Fakultas Teknik UGM.

3. Penyusunan makalah berupa penentuan tujuan penelitian dan perumusan

masalah. Penulis menyusun kerangka makalah dan mulai menyusun

makalah berdasarkan data yang diperoleh.

4. Pencarian kasus dengan cara studi pustaka dilakukan di lingkungan

Perpustakaan Fakultas Hukum UGM.

5. Pengolahan data dan penyusunan makalah secara lengkap disusun

berdasarkan data yang telah diperoleh dengan menggunakan metode

kualitatif berdasarkan buku dan jurnal referensi yang ada.

6. Pembuatan kesimpulan adalah tahap terakhir yang dilakukan oleh penulis

setelah melakukan pemahaman teoretis dan observasi sekilas di lapangan.

Dalam hal ini penulis memandang dan menjawab rumusan masalah dari

pihak netral tanpa memihak siapapun.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan keseluruhan alat yang digunakan

oleh penulis dalam menyusun makalah ini. Penulis menggunakan instrumen

penelitian sebagai berikut.

1. Komputer Laptop

2. Media internet

3. Online journal

4. Buku referensi

5. Ballpoint

(13)

BAB III

PEMBAHASAN

A. Landasan Yuridis-formal dan Dasar Hukum

Perlindungan hukum hak atas merek merupakan upaya yang diatur

oleh undang-undang guna mencegah terjadinya pelanggaran oleh orang yang

tidak berhak dan beritikad tidak baik dalam kegiatan bisnisnya. Oleh karena

itu, perolehan hak merek harus melalui pendaftaran terlebih dahulu.

Perlindungan terhadap hak atas merek yang dilindungi hanyalah merek yang

sudah terdaftar dan merupakan pengakuan atas pembenaran akan hak atas

merek seseorang yang dapat dibuktikan dengan sertifikat pendaftaran merek

sehingga dapat memperoleh perlindungan hukum. Pendaftaran merek

berdasarkan sistem konstitutif (first to file system) yang berarti hak atas merek

hanya dapat diberikan kepada pendaftar yang terlebih dahulu

mendaftarkannya.

Hak atas merek dapat dicabut jika tidak digunakan atau jika

pendaftaran merek tersebut melanggar merek dari pihak lain. Setiap merek

terdaftar dilindungi oleh undang-undang. Perlindungan terhadap merek yang

terdaftar mendapat perlindungan dengan jangka waktu selama 10 (sepuluh)

tahun sejak tanggal penerimaan pendaftaran merek dan dapat pula

diperpanjang sebagaimana diatur dalam Pasal 28 Undang-undang Nomor 15

Tahun 2001 tentang Merek.

Jika terjadi pelanggaran terhadap suatu merek dan/atau merek

terkenal, pemilik merek terdaftar dapat mengajukan gugatan terhadap orang

maupun badan hukum yang secara tanpa hak telah menggunakan merek

tersebut untuk barang maupun jasa yang dapat mempunyai persamaan pada

pokoknya atau keseluruhannya dengan merek terkenal untuk barang maupun

jasa sejenis, ketentuan merek terkenal dilihat dengan memperhatikan

pengetahuan umum masyarakat mengenai merek tersebut di dalam bidang

usaha yang bersangkutan, juga dapat dilihat dari reputasi merek terkenal

(14)

atau pemasaran produk secara besar-besaran dan investasi di beberapa negara

di dunia yang dilakukan oleh pemiliknya, serta disertakan bukti untuk

pendaftaran merek tersebut di beberapa negara.

Pengaturan merek dalam peraturan perundang-undangan di

Indonesia telah diatur dalam Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang

Merek, dengan ketentuan dasar:

Pasal 1 ayat (1), Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama,

kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari

unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan

perdagangan barang atau jasa.

Pasal 1 ayat (2), Merek Dagang adalah Merek yang digunakan pada

barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara

bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan barang-barang

sejenis lainnya.

Pasal 1 (3), Merek Jasa adalah Merek yang digunakan pada jasa

yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara

bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan jasa-jasa sejenis lainnya.

Ruang lingkup merek yang diatur dalam Undang-Undang No. 15

tahun 2001 tentang Merek dipertegas melalui pasal 2 “Merek sebagaimana

diatur dalam Undang-undang ini meliputi Merek Dagang dan Merek Jasa”.

Sedangkan untuk nama domain, belum ada undang-undang khusus

yang mengatur secara spesifik terkait domain. Peraturan perundang-undangan

Indonesia yang mengatur tentang nama domain sampai saat ini masih

dilekatkan pada esensi Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik, di mana Pasal 1 angka 20 menyebutkan

bahwa Nama Domain adalah alamat internet penyelenggara negara, Orang,

Badan Usaha, dan/atau masyarakat, yang dapat digunakan dalam

berkomunikasi melalui internet, yang berupa kode atau susunan karakter yang

(15)

10

B. Analisis Hukum dan Bentuk Perlindungan Hukum

1. Bentuk Perlindungan Hukum dalam Kasus Sony Corp. v. Sony AK Sony Arianto Kurniawan sebagai pemilik dari blog dari

Sony-ak.com mengisi halaman-halaman blognya dengan tulisan-tulisan

pribadinya, karena hobinya menulis dan kegemarannya terhadap dunia IT

dan kesukaannya terhadap knowledge sharing maka ia gemar menulis

segala sesuatu mengenai IT di dalam domainnya tersebut, situs

sony-ak.com itu sendiri ia membubuhi label Sony AK Knowledge Center

karena ia gunakan sebagai media knowledge sharing pribadi dengan

semua pembaca media online di seluruh dunia, Sony AK Knowledge

Center memang mengandung kata SONY tetapi Sony AK Knowledge

Center tersebut bukanlah sebuah merek, Sony AK Knowledge Center

tersebut tidaklah berbadan hukum dan juga tidak ada niat bagi Sony

Arianto Kurniawan untuk menjadikan label tersebut sebagai badan

hukum, Sony AK Knowledge Center juga bukanlah sebuah organisasi

dan tidak mendapatkan profit apapun dari Sony Corp. Japan karena Sony

AK Knowledge Center tidak berhubungan langsung dengan

produk-produk yang dimiliki oleh Sony Corp. Japan.

Sony AK sendiri tidak pernah melakukan promosi apapun terhadap

situs blognya sejak situsnya tersebut didirikan pada tahun 2003,

semuanya hanya berawal dan berkembang dari internet melalui search

engine. Pemilik dari situs Sony-AK.com itu sendiri tidak bermaksud

untuk mendompleng reputasi dari Sony Corp. Japan untuk kepentingan

komersial, justru tindakan sebaliknya yang ada di dalam blog tersebut

dibuat sebagai kontribusinya dalam dunia pendidikan informasi dan

teknologi yang dapat dibagikan secara gratis. Diterangkan lebih lanjut

lagi, unsur kata “Sony” yang di dalam blognya tersebut diambil dari

nama pemiliknya itu sendiri yaitu Sony Arianto Kurniawan. Selain itu

juga di dalam blog tersebut tidak ada hal-hal yang memiliki bahan ulasan

yang menyangkut- pautkan dengan atau berhubungan langsung dengan

(16)

memiliki itikad yang baik dengan menambahkan keterangan yang dengan

jelas menerangkan bahwa situs blognya tersebut tidak adanya keterkaitan

dengan pihak Sony Corp. Japan maupun pihak perusahaan afiliasinya.1

2. Analisis Kasus Sony Corp. v. Sony AK berdasarkan Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek

Hak terhadap merek merupakan suatu hak kebendaan yang oleh

karena itu hak tersebut dapat untuk dipertahankan oleh siapa saja, dalam

hal ini dapat dipertegas bahwa dengan diberikannya hak gugat kepada

pemegang merek, dan dengan adanya sanksi pidana bagi siapapun yang

melanggar hak tersebut, sebagaimana diatur dalam Pasal 76, Pasal 90,

dan Pasal 91 Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek.

Dalam menentukan ada atau tidak adanya indikasi dalam pelanggaran

merek kasus sengketa nama domain Sony-AK.com, maka berikut adalah

syarat yang harus dipenuhi:

a. Adanya bukti bahwa pihak Sony Corp. Japan memiliki hak yang sah

atas merek yang terkait, yaitu dengan cara pendaftaran atau

pemakaian pertama, tanggal pendaftaran atau pemakaian pertama

tersebut harus terlebih dahulu dari tanggal efektif pendaftaran nama

domain tersebut.

b. Nama domain tersebut harus memiliki persamaan keseluruhan atau

pada pokoknya terhadap merek pihak yang merasa telah dirugikan.

c. Bagi pihak pendaftar nama domain atau registrant tidak hanya

sekadar mendaftarkan nama domain tersebut, melainkan juga

menggunakannya untuk memperdagangkan barang maupun jasa

yang sejenis. Namun, apabila untuk merek terkenal, unsur persamaan

jenis barang maupun jasanya dapat dikesampingkan terlebih dahulu.

d. Pihak registrant nama domain telah mendaftarkan dan memakai

nama domain tersebut dengan itikad yang buruk.

1

(17)

12

Dalam perkembangan kasus tersebut dikemukakan bahwa pihak

dari Sony Corp. Japan mengklaim bahwa mereka merupakan pemegang

dari merek terkenal “SONY”. Oleh karena itu, perlu ditinjau lagi

mengenai masalah merek terkenal tersebut. Pasal 6 ayat (3)

Undang-undang Merek mengatur mengenai merek yang dilarang untuk

didaftarkan kepada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, yaitu

dijelaskan sebagai berikut:

“(3) Permohonan juga harus ditolak oleh Direktorat Jenderal apabila Merek tersebut atau lambang nasional maupun internasional, kecuali atas persetujuan tertulis dari pihak yang berwenang; atau

c. merupakan tiruan atau menyerupai tanda atau cap atau stempel resmi yang digunakan oleh negara atau lembaga Pemerintah, kecuali atas persetujuan tertulis dari pihak yang berwenang.”2

3. Analisis Kasus Sony Corp. v. Sony AK berdasarkan Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

Ketentuan mengenai kepemilikan nama domain dan

penggunaannya telah diatur dalam Pasal 23 Undang-undang Nomor 11

Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yang dinyatakan

sebagai berikut.

“(1) Setiap penyelenggara Negara, orang, badan usaha, dan/atau masyarakat berhak memiliki nama domain berdasarkan prinsip pendaftar pertama.

(2) Kepemilikan dan penggunaan nama domain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus didasarkan pada itikad baik, tidak melanggar prinsip persaingan usaha secara sehat, dan tidak melanggar hak orang lain.

(3) Setiap penyelenggara Negara, orang, badan usaha, atau masyarakat yang dirugikan karena penggunaan nama domain secara tanpa hak oleh orang lain, berhak mengajukan gugatan

2

(18)

pembatalan nama domain dimaksud.”3

Dalam hal untuk memperoleh nama suatu domain, para pihak yang

bersangkutan untuk meminta nama domain tersebut telah dinyatakan

secara pribadi bertanggung jawab dan menjamin bahwa pengajuan

permintaan pendaftaran nama domain yang dilakukannya tersebut yaitu

telah didasari dengan suatu itikad baik dan tidak merugikan bagi

kepentingan dari pihak manapun.

Dalam kasus ini berarti kemiripan nama domain bukan

satu-satunya ukuran untuk mengklaim bahwa telah terjadinya suatu

pelanggaran hukum, akan tetapi tetap harus dilihat pula bagaimana

penggunaan nama domain tersebut, dalam kasus ini telah dibuktikan

bahwa pihak Sony-AK dalam nama domainnya tidak ada konten tertentu

yang berisikan konten yang berusaha mengubah pencitraan mengenai

Sony.com, karena ketika pencitraan yang dimunculkan tidak sesuai

dengan standar dari perusahaan yang sebenarnya maka hal tersebut tentu

akan mempengaruhi pemasaran produk di dalam pasaran masyarakat,

pencitraan merek merupakan salah satu dari strategi dalam meraih

keunggulan yang kompetitif. Maka dari itu, tidak ada perbuataan dari

Sony-AK yang dapat menimbulkan kerugian harta materiil dan imateriil

bagi pihak Sony Corp. Japan.

4. Analisis Kasus Sony Corp. v. Sony AK berdasarkan UDRP (The

Uniform Domain Name Dispute Resolution Policy)

Dalam mekanisme penyelesaian masalah atas nama domain yang

digariskan oleh ICANN4 pada dasarnya adalah dikembalikan kepada para

pihak sendiri untuk menempuh alternatif penyelesaian sengketa yang

dipilih, yakni dapat diselesaikan dengan musyawarah untuk mufakat

(resolved by the parties themselves), mekanisme peradilan umum (the

3

Pasal 23 Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

4

(19)

14

courts)5 atau Arbitrasi yang di-approved oleh ICANN’s ADRP

(approved dispute resolution provider), atau lembaga-lembaga

pengambil putusan keadilan lain yang dikenal secara umum.6

Karena telah diketahui bahwa pihak Sony-AK tidak bermaksud

mendompleng nama domain Sony Corp. dan diketahui pula bahwa pihak

Sony-AK menggunakan blognya tersebut untuk kepentingan sarana

berbagi ilmu pengetahuan dan bukan digunakan untuk sarana penjualan

dari merek Sony Corp., ada indikasi mengenai kebingungan mengenai

keterkaitan nama domain dengan pihak Sony Corp. Namun, hal tersebut

dilakukan atas dasar ketidaksengajaan karena kemiripan nama dari

pemilik domain Sony-AK dan pihak Sony-AK sendiri tidak

menggunakannya untuk kepentingan komersial dari pengguna internet.

Dengan demikian, somasi dari pihak Sony Corp. tersebut ini tidak sesuai

dengan Paragraf 4 huruf b kalimat ke-IV dalam UDRP (IIIA.370)7

sehingga mekanisme penyelesaian dalam kasus ini berdasarkan ICANN

dapat dilakukan melalui musyawarah untuk mufakat (resolved by the

parties themselves) tanpa melalui mekanisme peradilan umum.

5. Analisis Kasus Sony Corp. v. Sony AK berdasarkan Kebijakan PANDI (Pengelola Nama Domain Indonesia)

Perlindungan hukum terhadap merek yang ada di Indonesia terkait

tindakan cybersquatting dalam upayanya pemerintah Indonesia melalui

pendelegasian wewenangnya kepada PANDI (Pengelola Nama Domain

Indonesia), PANDI yang dalam perkembangannya membuat aturan

terhadap nama domain yang tetap berdasarkan pada pasal 23

Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi

5

Menurut UDRP, suatu pihak tersebut dapat meminta pengelola nama domain untuk membatalkan, memindahkan, ataupun mengubah nama domain yang telah didaftarkan oleh pihak pemegang nama domain, karena adanya putusan atau perintah dari lembaga pengadilan maupun forum arbitrase yang berwenang, nama domain tersebut dapat dimohonkan untuk pembatalannya apabila dianggap telah didaftarkan dengan itikad buruk.

6

Selengkapnya lihat penjelasan Edmon Makarim (2003) dalam bukunya, Kompilasi Hukum

Telematika, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm. 294. 7

(20)

Elektronik, PANDI mempunyai kewenangan untuk mengelola nama

domain dalam media internet, PANDI8 merupakan badan hukum yang

dibentuk oleh perwakilan dari komunitas teknologi informasi dan telah

memenuhi syarat sebagai badan hukum yang ada di Indonesia,

memberikan persyaratan untuk membuat nama domain dengan

mencantumkan pedoman pemberian nama suatu domain dengan syarat

yaitu, penamaan suatu domain harus memenuhi ketentuan dan

persyaratan terhadap nama merek atau nama tanda dagang yang memiliki

hak cipta yang dilindungi oleh Undang-undang Hak Kekayaan

Intelektual dari registrant yang dapat berasal dari badan usaha, instansi

atau organisasi yang didukung dan dapat dibuktikan dengan sertifikat

merek yang dilindungi oleh Undang-undang HAKI. PANDI merupakan

salah satu mitra pemerintah dalam membangun sarana informasi

komunikasi dalam negeri maupun internasional yang sebagaimana

maksud dan tujuan didirikannya PANDI.

Dalam proses pencegahan pelanggaran terkait nama domain,

PANDI menerapkan kebijakan nama domain yang sesuai dengan

Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik, Rancangan

Peraturan Pemerintah tentang Penyelenggaraan Informasi dan Transaksi

Elektronik (RPP-PITE), juga Peraturan Menteri Komunikasi dan

Informatika Nomor 28/PER/M.KOMINFO/9/2006 yang mengelola nama

domain khusus untuk situs web resmi pemerintah, baik pemerintah pusat

maupun pemerintah daerah. Proses pencegahan pelanggaran terkait nama

domain yang dilakukan oleh PANDI juga telah menggunakan software

tertentu dan dilakukan dengan menggunakan sistem registrasi yang

berlaku atau yang sedang berjalan. Dalam proses registrasi inilah PANDI

dapat melakukan pencegahan terkait pelanggaran penggunaan nama

domain yang mempunyai kesamaan dengan nama domain pihak lain

sehingga dalam upayanya, PANDI depat menolak pendaftaran nama

8

(21)

16

domain yang ternyata terbukti dan tidak sesuai dengan Kebijakan Nama

Domain (.id) yang telah tertanam pada sistem pendaftaran yang berlaku.

Dalam hal ini, terkait kasus Sony-AK, pihak Sony Corp. Japan

dapat meminta pembatalan nama domain Sony-AK.com terkait kebijakan

yang dikeluarkan oleh PANDI. Akan tetapi hal tersebut tidak dapat

dilakukan dikarenakan pihak Sony-AK sendiri tidak mempunyai itikad

tidak baik dalam membuat situs blognya tersebut dan tidak melanggar

hak dari pihak Sony Corp. Japan dalam penjualan produk apapun yang

dikeluarkan oleh Sony Corp. Japan. Oleh karena itu, pihak dari Sony-AK

tidak dapat dikatakan bahwa telah melanggar kebijakan yang dikeluarkan

(22)

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa

1. Karakteristik suatu nama domain yang dalam beberapa hal memiliki

perbedaan dengan merek dagang. Meskipun secara fungsi merek dapat

dipersamakan dengan suatu nama domain, sedangkan secara hakikat

keduanya jelas berbeda, berdasarkan hal tersebut maka pemegang suatu

merek terkenal dapat mempertahankan haknya sebagai hak pemilik dari

merek terkenal tersebut terhadap tindakan cybersquatting.

2. Perlindungan hukum terkait sengketa nama domain diatur dalam

Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi

Elektronik yang mengatur mengenai kepemilikan nama domain serta

penggunaannya.

3. Pendaftaran merek berdasarkan sistem konstitutif (first to file system)

yang berarti hak atas merek hanya dapat diberikan kepada pendaftar yang

terlebih dahulu mendaftarkannya.

4. Dalam menentukan ada atau tidak adanya indikasi dalam pelanggaran

merek kasus sengketa nama domain Sony-AK.com, maka berikut adalah

syarat yang harus dipenuhi:

a. Adanya bukti bahwa pihak Sony Corp. Japan memiliki hak yang sah

atas merek yang terkait, yaitu dengan cara pendaftaran atau

pemakaian pertama, tanggal pendaftaran atau pemakaian pertama

tersebut harus terlebih dahulu dari tanggal efektif pendaftaran nama

domain tersebut.

b. Nama domain tersebut harus memiliki persamaan keseluruhan atau

pada pokoknya terhadap merek pihak yang merasa telah dirugikan.

c. Bagi pihak pendaftar nama domain atau registrant tidak hanya

sekadar mendaftarkan nama domain tersebut, melainkan juga

(23)

18

yang sejenis. Namun, apabila untuk merek terkenal, unsur persamaan

jenis barang maupun jasanya dapat dikesampingkan terlebih dahulu.

d. Pihak registrant nama domain telah mendaftarkan dan memakai

nama domain tersebut dengan itikad yang buruk.

5. Analisis kasus Sony Corp. v. Sony AK berdasarkan beberapa peraturan

yang berlaku dapat disimpulkan sebagai berikut.

a. Berdasarkan Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek,

hak terhadap merek merupakan suatu hak kebendaan yang oleh

karena itu hak tersebut dapat untuk dipertahankan oleh siapa saja,

dalam hal ini dapat dipertegas bahwa dengan diberikannya hak gugat

kepada pemegang merek, dan dengan adanya sanksi pidana bagi

siapapun yang melanggar hak tersebut, sebagaimana diatur dalam

Pasal 76, Pasal 90, dan Pasal 91.

b. Berdasarkan Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik, kemiripan nama domain bukan

satu-satunya ukuran untuk mengklaim bahwa telah terjadinya suatu

pelanggaran hukum, akan tetapi tetap harus dilihat pula bagaimana

penggunaan nama domain tersebut, dalam kasus ini telah dibuktikan

bahwa pihak Sony-AK dalam nama domainnya tidak ada konten

tertentu yang berisikan konten yang berusaha mengubah pencitraan

mengenai Sony Corp.

c. Berdasarkan UDRP (The Uniform Domain Name Dispute Resolution

Policy), karena pembuatan domain Sony AK dilakukan atas dasar

ketidaksengajaan karena kemiripan nama dari pemilik domain

Sony-AK dan pihak Sony-Sony-AK sendiri tidak menggunakannya untuk

kepentingan komersial dari pengguna internet, maka mekanisme

penyelesaian dalam kasus ini berdasarkan ICANN dapat dilakukan

melalui musyawarah untuk mufakat (resolved by the parties

themselves) tanpa melalui mekanisme peradilan umum.

d. Berdasarkan Kebijakan PANDI (Pengelola Nama Domain

(24)

domain Sony-AK.com terkait kebijakan yang dikeluarkan oleh

PANDI. Akan tetapi hal tersebut tidak dapat dilakukan dikarenakan

pihak Sony-AK sendiri tidak mempunyai itikad tidak baik dalam

membuat situs blognya tersebut dan tidak melanggar hak dari pihak

Sony Corp. Japan dalam penjualan produk apapun yang dikeluarkan

(25)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, 2002, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi V, Rineka Cipta, Jakarta.

Ginsberg, Jane C., 2007, Trademark and Unfair Competition Law 748, Foundation Press, New York.

Makarim, Edmon, 2003, Kompilasi Hukum Telematika, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Margono, 2007, Metodologi Penelitian Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta.

Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia Nomor 28/PER/M.KOMINFO/9/2006

Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek

http://archive.icann.org/en/udrp/udrp-policy- 24oct99.htm, diakses pada 18 Oktober 2016.

http://inet.detik.com/read/2010/03/17/122944/1319422/399/sony-corp-dan-sony-ak-sepakati-dua-hal, diakses pada 18 Oktober 2016.

http://otentik.kunci.or.id/?p=25, diakses pada 18 Oktober 2016.

http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4cbfb836aa5d0/beberapa-segi-hukum-tentang-somasi-bagian-i-brioleh-j-satrio, diakses pada 18 Oktober 2016.

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl6558/kasus-nama-domain, diakses pada tanggal 18 Oktober 2016.

https://cybersquattinggg.wordpress.com/2013/10/27/cybersquatting-2/, diakses pada 18 Oktober 2016.

https://www.pandi.or.id/sites/default/files/u1/2.pdf, diakses pada 18 Oktober 2016.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mencapai tujuan tersebut, sejak tahun 2005 Bank Indonesia menerapkan kerangka kebijakan moneter dengan inflasi sebagai sasaran utama kebijakan moneter (  Inflation

Sedangkan bantuan yang dilakukan PA antara lain berupa pemberian informasi akademik yang relevan, pemberian orientasi program studi, pengembangan sikap dan dan kebiasaan

Berdasarkan hasil penelitian tentang metode terbaik dalam mengajak siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran bagaimanakah prosedur penggunaan metode demonstrasi

Dibangun menggunakan markup language standar untuk situs mobile, yaitu XHTML Mobile Profile, dan menggunakan Active Server Pages (ASP) untuk konten dinamisnya,

PENGEMBANGAN TES KEMAMPUAN BAHASA INGGRIS BERWAWASAN KONSERVASI DALAM RANGKA PENGUATAN VISI INTERNASIONALISASI UNIVERSITAS NEGERI

Untuk mendapatkan ekstraksi fitur bentuk dari gambar objek daun tembakau dilakukan konversi citra ke dalam bentuk format HSV dengan mengimplementasikan besaran nilai

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan serta Berdasarkan tujuan penelitian yang telah disampaikan di Bab I, pembahasan hasil penelitian dijabarkan sesuai

Pada prinsipnya dipakai saat operasi atau melakukan tindakan steril dengan keadaan aseptik, untuk mencegah kotoran dan rambutan jatuh saat melakukan tindakan yang