• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Peta Klasifikasi Tanah dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengembangan Peta Klasifikasi Tanah dan"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

67

Pengembangan Peta Klasifikasi Tanah dan Kedalaman Batuan

Dasar untuk Menunjang Pembuatan Peta Mikrozonasi Jakarta

Dengan Menggunakan Mikrotremor Array

M. Asrurifak, Masyhur Irsyam , Bigman M Hutapea

Pusat Penelitian Mitigasi Bencana (PPMB-ITB)

M. Ridwan

Puslitbang Kementrian Pekerjaan Umum

Aldiar Vidi Pramatatya, Dedy Dharmawansyah

Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan ITB

ABSTRACT: Studi ini dimaksudkan untuk memperoleh peta klasifikasi berdasarkan data bor dangkal (kedalam 30 m) dan peta kedalaman batuan dasar di Jakarta berdasarkan data interpretasi Microtremor array. Studi ini merupakan bagian dari penelitian mahasiswa S2, S3 dan program mikrozonasi Jakarta, dimana metodologi yang digunakan untuk analisis bawah permukaan meliputi: 1) review dan studi literatur mengenai kondisi geologi, 2) pengumpulan data-data bor sekunder dan pengambilan data mikrotremor array, 3) Pengolahan data mikrotremor dengan metode Spatial Autocorrelation (SPAC), 4) Pemodelan struktur kecepatan gelombang-S 1D dan 2D 5) Pembuatan peta klasifikasi site dan kedalaman batuan dasar. Hasil dari studi ini berupa peta klasifikasi tanah dan peta kedalaman batuan dasar di lokasi penelitian yang akan digunakan sebagai data dan parameter dalam penyusunan peta mikrozonasi gempa, dimana peta mikrozonasi gempa ini diperlukan sebagai masukan dalam proses lanjutan kajian risiko bencana gempabumi agar langkah-langkah mitigasi bencana gempa selanjutnya dapat diformulasikan dan diimplementasikan.

Keywords: klasifikasi tanah, batuan dasar, microtremor array

1

PENDAHULUAN

Wilayah kepulauan Indonesia merupakan daerah rawan gempa karena secara geografis berada di daerah konvergensi beberapa lempeng tektonik aktif. Dilihat dari data sejarah kegempaan yang pernah terjadi, hampir seluruh wilayah Indonesia merupakan daerah dengan tingkat kejadian gempa yang cukup tinggi. Dalam beberapa tahun terakhir ini seringkali terjadi gempa dengan kekuatan yang beragam, dimana gempa-gempa dengan kekuatan sedang-besar seringkali menimbulkan dampak yang cukup besar di daerah yang terkena gempa seperti kerusakan pada bangunan gedung, infrastruktur dan korban jiwa.

Untuk mengurangi tingkat risiko terhadap gempa, pemerintah telah memprogramkan penyusunan peta mikrozonasi dengan prioritas DKI Jakarta dan beberapa kota besar lainnya di Indonesia. Khusus untuk DKI Jakarta rencananya peta mikrozonasi dibuat sampai level 4 yang dibuat secara rinci dalam skala 1:25.000, dengan memperhitungkan hasil analisis respons tanah berdasarkan hasil penyelidikan geoteknik lengkap, hasil studi seismologi

terapan, analisis vulnerability, perhitungan kerugian, dan evaluasi risiko.

Untuk mengetahui kedalaman batuan dasar dan menambah kelengkapan data tanah di Jakarta terkait dengan penyusunan peta mikrozonasi, maka dalam kegiatan ini akan dilakukan penyelidikan tanah dengan melakukan pengeboran dangkal untuk mendapatkan data site class (kedalaman 30 m) dan dengan menggunakan metode microtremor array. Metode Spatial Autocorrelation (SPAC) akan digunakan untuk analisis data microtremor untuk memperoleh kurva dispersi dan pemodelan struktur kecepatan gelombang S. Interpretasi model struktur kecepatan gelombang S 1D hasil uji mikrotremor

array ditujukan untuk penentuan kedalaman batuan dasar dan klasifikasi tanah.

(2)

68

Spatial Autocorrelation (SPAC), 4) Pemodelan struktur kecepatan gelombang-S 1D dan 2D 5) Pembuatan peta klasifikasi site dan kedalaman batuan dasar.

Hasil dari studi ini berupa peta klasifikasi tanah dan kedalaman batuan dasar di lokasi penelitian sebagai bahan masukkan untuk penyusunan peta mikrozonasi gempa.

2

METODOLOGI

Metodologi dan proses analisis untuk mendapatkan peta klasifikasi tanah ini meliputi:

a. Studi literatur dan pengumpulan data sekunder hasil penyelidikan tanah yang ada di wilayah Jakarta dari Dinas Perindustrian dan Energi Provinsi DKI Jakarta khususnya dan Dinas atau instansi lain yang mempunyai data geoteknik wilayah Jakarta yang memungkinkan untuk dimanfaatkan datanya;

b. Mensortir data geoteknik agar bisa digunakan untuk analisis perambatan gelombang dari batuan dasar ke permukaan tanah dengan ketentuan informasi data minimal yang harus ada adalah sebagai berikut:

Ada informasi lokasi titik bor (ada koordinat longitude dan latitude).

Ada informasi deskripsi lapisan tanah hingga kedalaman 30-40 m. maka apabila memungkinkan bisa dilakukan survey lapangan untuk mendapatkan koordinat titik bor tersebut dengan GPS;

c. Mengembangkan suatu sitem basis data yang berisi informasi data geoteknik hasil penyelidikan tanah tersebut dalam format

Graphycal Information System (GIS);

d. Melakukan pengolahan data tanah untuk selanjutnya supaya bisa ditentukan klasifikasi tanah (site class);

Metodologi survey mikrotremor array dilakukan dengan konfigurasi dibuat berbentuk segitiga dengan tujuan untuk memperoleh memperoleh kurva dispersi mikrotremor dengan metode SPAC. Ukuran segitiga

array dirancang sesuai dengan target kedalaman yang diperlukan.

Pengukuran pada satu lokasi pengamatan dilakukan dengan memasang 4 buah sensor pada tiap segitiga array dimana 1 buah diletakkan dipusat lingkaran dan 3 buah menyebar diluar lingkaran, Durasi pengukuran yang diperlukan untuk setiap segitiga array adalah sekitar 45 menit – 1.5 jam untuk array besar dan 30 - 45 menit untuk array kecil.

Prosesing data mikrotremor array dilakukan dengan beberapa tahap sebagai berikut:

a. Estimasi kecepatan fase dilakukan dengan metode Spatial Autokorelasi (SPAC) dengan menggunakan persamaan berikut :

dimana

 

0

,

adalah fungsi SPAC pada titik pusat array melingkar.

Dengan integral dari persamaan diatas diperoleh :

Jo(x) adalah Bessel function dari x, c(ω) adalah kecepatan fase pada tiap frekuensi ω.

Kecepatan fase c(ω) dihitung dengan mencocokan (fitting) koefisien SPAC pada frekuensi f terhadap fungsi Bessel.

b. Estimasi Kecepatan Gelombang Geser (Vs)

c. Profil kecepatan gelombang geser 1-D diperoleh dari hasil inversi dari kurva dispersi mikrotremor pada setiap lokasi pengukuran dengan menggunakan algoritma genetika. Pada dasarnya cara ini dilakukan untuk mendapatkan model yang paling baik (mendekati kondisi sebenarnya) dengan misfit paling minimum.

3

HASIL ANALISIS

Data yang diambil dari data borlog adalah N-SPT, dari nilai tersebut ditentukan site class disetiap titik yang ditinjau, yaitu dengan merata-ratakan N-SPT untuk 30 m lapisan teratas sesuai dengan aturan yang ada di SNI 1726-2012. Penentuan site class

berdasarkan nilai N rata-rata yang dimaksud adalah seperti yang terlihat pada Tabel-1.

(3)

69

Tabel-1

. Klasifikasi tanah (SNI 1726-2012)

Klasifikasi

Situs Deskripsi Umum

V

s

(m/dt)

N

S

u

(KPa)

SA Batuan Keras

V

s

1500

N/A N/A

SB Batuan

750

 

V

s

1500

N/A N/A

SC

Tanah sangat Padat dan Batuan Lunak

350

 

V

s

750

N

50

S

u

100

SD Tanah Sedang

175

 

V

s

350

15

 

N

50

50

 

S

u

100

SE Tanah Lunak

175

s

V

N

15

S

u

50

Setiap profil lapisan tanah dengan ketebalan lebih dari 3m dengan karakteristik sebagai berikut :

1. PI >20

2. Kadar air  40%

3. Kuat geser tak terdrainase

S

u

25KPa

SF Tanah Khusus Membutuhkan evaluasi khusus

(4)

70

Dalam penelitian ini didapat data tanah sebanyak 218 titik yang menyebar di Jakarta. Selanjutnya akan dibuat peta kontur site class dengan menggunakan 218 data tersebut. Adapun lokasi dan hasil dari perhitungan site class untuk 218 titik tersebut dapat dilihat pada Gambar-1. Dari peta diatas kemudian dibuat peta kontur N-SPT. Adapun peta kontur N_SPT dapat dilihat pada Gambar-2.

Jika dikelompokkan berdasarkan klasifikasi tanahnya menurut Tabel-1 diatas, maka site class

Jakarta maka dapat dilihat pet kelas situs seperti Gambar 3.

Hasil pengukuran Microtremor array yang sudah dilakukan hingga bulan September 2013 adalah sebanyak 16 titik yang tersebar sebagian besar wilayah Jakarta Utara dan Timur. Jadi data Microtremor array ini masih bersifat sementara karena akan dilakukan pengukuran lanjutan sehingga kerapatan titik pengamatan menjadi lebih baik hingga

mengasilkan peta kontur yang lebih representative. Peta kontur kedalaman batuan dasar dari 16 data pengukuran Microtremor array ini seperti yang terlihat pada Gambar-4.

4

DISKUSI DAN KESIMPULAN

Studi ini menampilkan

peta

klasifikasi

berdasarkan 218 data

bor dangkal (kedalam 30 m)

dan peta kedalaman batuan dasar di Jakarta

berdasarkan 16 data interpretasi Microtremor

array.

Peta sebaran site class di wilayah DKI Jakarta didominasi oleh tanah lunak dan tanah sedang. Untuk wilayah Jakarta Utara sebagian besar merupakan tanah lunak.

(5)

71

Gambar-3.

Peta sebaran klasifikasi tanah wilayah Jakarta dari 218 data titik bor.

Data yang digunakan untuk pembuatan peta klasifikasi tanah ini adalah 218 data bor yang sebarannya relatif belum merata, oleh karena itu peta klasifikasi tanah ini akan lebih representative bila data bor yang digunakan lebih banyak yang merata di seluruh wilayah Jakarta.

Data yang digunakan untuk pembuatan peta

kedalaman batuan dasar

ini adalah sebanyak

16

data microtremor array

yang sebarannya sebagian besar di wilayah Jakarta Timur, oleh karena itu peta

kedalaman batuan dasar

ini masih bersifat sementara dan akan lebih representatif bila pekerjaan

survey

microtremor array ini sudah dilakukan

lebih banyak dan merata di seluruh wilayah

Jakarta.

Hasil dari studi ini akan digunakan sebagai data dan parameter dalam penyusunan peta mikrozonasi gempa, dimana peta mikrozonasi gempa ini

(6)

72

Gambar-4.

Peta kontur kedalaman batuan dasar di wilayah DKI Jakarta berdasarkan 16 data

Microtremor array.

DAFTAR PUSTAKA

Atilla Ansal, Recents Advances in Earthquake Geotechnical engineering and Microzonation,

Geotechniccal, Geologycal, Earthquake Engineering, Kluwer Academic Publisher, 2004. Irsyam M., dkk, 2010, Ringkasan Hasil Studi Tim Revisi

Peta Gempa Indonesia, Laporan Studi.

Sitharam, Microzonation Studies in India: Experiments and Experiences, Department of Civil

Engineering, Indian Institute of Science, Bangalore, India.

SNI-1726-2012, Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung, Badan Standarisasi Nasional, 2012 Nath, S.K. and Thingbaijam,K.K.S., Seismic Hazard

Gambar

Gambar-2. Peta kontur nilai N-SPT rata-rata hingga kedalaman 30 m dari 218 data titik bor

Referensi

Dokumen terkait

Lubang penunjuk tanggal Jarum detik perekam waktu Jarum menit Tombol tekan untuk memulai dan mengakhiri untuk jarum perekam waktu dan penghitung Penghitung 30 menit

Parameter berat jenis susu dapat pula digunakan untuk mengetahui pemalsuan susu yang dengan bahan-bahan lain yang tidak seharusnya ada pada susu murni, selain itu berat jenis

Perbedaan konteks yang mempengaruhi pembentukan identitas telah menjadi isu utama dalam penelitian identitas pada abad 21 sehingga sudah banyak penelitian yang

Bahaya kebakaran merupakan suatu bencana yang dapat mengakibatkan kerugian besar yaitu berupa musnahnya tempat tinggal, instalasi-instalasi, perkantoran, alat peralatan

isikan distance dan isikan Trapezoidal Loads dan Uniform Loads  Klik OK.. Lakukan langkah yang sama pada balok yang menerima beban mati dinding = 501,96 Kg/m 2. b)

Dalam proses pembelajaran diperlukan media pembelajaran yang berfungsi sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi dan lingkungan belajar

This research obtained four species of kupang, namely Musculita senhousia (senhoue’s mussel or kupang renteng), Corbula faba (white clam or kupang putih), Corbula amurensis (asian

: Tidak boleh melakukan tindakan yang menyangkut risiko pribadi atau tanpa pelatihan yang sesuai.. Jika terduga bahwa masih ada asap, petugas penolong harus mengenakan