• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebijakan fiskal pada masa krisis (2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kebijakan fiskal pada masa krisis (2)"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

KETERANGAN PERS

POKOK-POKOK KEBIJAKAN FISKAL DAN POSTUR RAPBN 2015 15 AGUSTUS 2014

RAPBN 2015 disusun pada masa transisi antara Pemerintah dan DPR saat ini kepada Pemerintah dan DPR baru hasil Pemilihan Umum 2014. Oleh karena itu, RAPBN 2015 disusun sebagai baseline budget, dalam arti hanya memperhitungkan kebutuhan pokok penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat. Hal itu ditujukan untuk memberi ruang gerak bagi pemerintahan baru untuk melaksanakan program/kegiatan sesuai dengan platform, visi, dan misi yang telah direncanakan. RAPBN 2015 juga menjadi bagian awal pelaksanaan RPJMN ketiga periode 2015–2019 dari empat tahapan pelaksanaan RPJPN 2005–2025.

Selain memenuhi amanat UUD Tahun 1945, RAPBN 2015 disusun dengan mengacu pada UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, dan RKP tahun 2015. Di samping itu, penyusunan RAPBN 2015 juga memperhatikan kesepakatan Pemerintah dengan DPR dan pertimbangan DPD pada Pembicaraan Pendahuluan RAPBN 2015.

RKP tahun 2015 sendiri disusun dengan tema “Melanjutkan Reformasi Pembangunan Bagi Percepatan Pembangunan Ekonomi yang Berkeadilan.” Berdasarkan tema tersebut, tema kebijakan fiskal tahun 2015 adalah “Penguatan Kebijakan Fiskal dalam Rangka Percepatan Pertumbuhan Ekonomi yang Berkelanjutan dan Berkeadilan.” Kebijakan fiskal tahun 2015 tetap ditujukan untuk optimalisasi pendapatan negara, peningkatkan kualitas belanja negara,

pengendalian defisit APBN, serta pengendalian utang negara.

Dengan tetap menerapkan 4 pilar strategi pembangunan (pro growth, pro job, pro poor, pro environment), RAPBN 2015 diarahkan untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan nasional dalam RKP 2015, seperti pertumbuhan ekonomi 5,6 persen, angka kemiskinan menjadi 9-10 persen, dan tingkat pengangguran terbuka sebesar 5,5-5,7 persen. Selain itu, sasaran

pembangunan 2015 yang akan dicapai adalah antara lain peningkatan taraf pendidikan penduduk menjadi 8,37 tahun, jumlah peserta jaminan kesehatan menjadi 86,4 juta jiwa, rasio polisi dengan jumlah penduduk menjadi sebesar 1 berbanding 582, serta penurunan biaya logistik nasional menjadi 23,6 persen dari PDB. Terkait lingkungan dan SDA, Pemerintah menargetkan indeks kualitas lingkungan hidup mencapai sebesar 64,5, peningkatan rasio elektrifikasi menjadi 83,18 persen, bauran energi baru dan terbarukan 6 persen serta pembangunan infrastruktur limbah di 764 kawasan.

(2)

Tiongkok. Ke depannya, perekonomian global diperkirakan akan membaik karena dampak penurunan kinerja ekonomi global yang terjadi pada awal tahun 2014 diperkirakan hanya sementara. Selain itu, perbaikan ekonomi negara-negara maju seiring masih berlanjutnya

stimulus moneter akan turut menopang pemulihan kinerja ekonomi global. Namun, potensi risiko masih tetap ada dan perlu diwaspadai, khususnya terkait dengan peningkatan risiko geopolitik yang dapat menyebabkan kenaikan harga minyak, perlambatan ekonomi Tiongkok, dan normalisasi kebijakan the Fed. Sementara itu, mengamati perkembangan perekonomian domestik, tahun 2015 mendapat tantangan antara lain kondisi pasar keuangan di dalam negeri yang fluktuatif dan ketidakseimbangan neraca pembayaran.

Dalam kerangka tersebut, asumsi dasar ekonomi makro yang digunakan dalam RAPBN 2015 adalah sebagai berikut: (1) pertumbuhan ekonomi 5,6 persen; (2) inflasi 4,4 persen; (3) suku bunga SPN 3 bulan 6,2 persen; (4) rata nilai tukar rupiah Rp11.900 per dolar Amerika Serikat; (5) harga minyak mentah Indonesia (ICP) USD105 per barel; (6) lifting minyak mentah 845 ribu barel per hari dan lifting gas bumi 1.248 ribu barel setara minyak per hari.

Dengan basis kebijakan fiskal dan asumsi dasar ekonomi makro ke depan, pendapatan negara dalam RAPBN 2015 direncanakan mencapai Rp1.762,3 triliun, sedangkan belanja negara direncanakan mencapai Rp2.019,9 triliun. Dengan konfigurasi seperti itu, dalam RAPBN 2015 terdapat defisit anggaran sebesar Rp257,6 triliun atau 2,32 persen terhadap PDB.

Pendapatan negara direncanakan terdiri atas penerimaan perpajakan Rp1.370,9 triliun, PNBP Rp388,0 triliun, dan penerimaan hibah Rp3,4 triliun. Dalam rangka mencapai target pendapatan negara, langkah-langkah yang ditempuh dalam kebijakan penerimaan perpajakan tahun 2015 antara lain penggalian potensi wajib pajak orang pribadi golongan pendapatan tinggi dan menengah atas, menggali sektor ekonomi non-tradable seperti properti, jasa keuangan dan perdagangan, dan menggali potensi pajak dari beberapa transaksi ekonomi strategis; penyesuaian kebijakan kepabeanan dan pajak penghasilan; pemberian insentif fiskal, penerapan kebijakan hilirisasi pada sektor/komoditas tertentu; serta penyesuaian tarif cukai hasil tembakau. Sementara itu, kebijakan optimalisasi PNBP meliputi optimalisasi lifting migas dan pengendalian cost recovery, serta perbaikan sistem dan administrasi PNBP.

Anggaran belanja negara untuk tahun 2015 direncanakan sebesar Rp2.019,9 triliun, terdiri atas belanja Pemerintah Pusat sebesar Rp1.379,9 triliun serta anggaran transfer ke daerah dan dana desa sebesar Rp640,0 triliun. Kebijakan anggaran belanja Pemerintah Pusat dalam RAPBN tahun 2015 akan diarahkan mendukung pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan yang efektif dan efisien, mendukung pencapaian sasaran pembangunan yang berkelanjutan, meningkatkan efektivitas kebijakan subsidi yang tepat sasaran, mendukung percepatan pencapaian minimum essential force di bidang pertahanan, mendukung pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup dalam rangka ketahanan pangan, air, dan energi, meningkatkan dan memperluas akses pendidikan yang berkualitas, meningkatkan kualitas pelaksanaan SJSN di bidang kesehatan dan ketenagakerjaan, serta meminimalkan dampak ketidakpastian melalui dukungan cadangan risiko fiskal.

(3)

27,7 persen dari PDN neto, dukungan pelaksanaan otonomi khusus Papua, Papua Barat dan NAD serta pembangunan infrastruktur untuk Papua dan Papua Barat sebesar Rp16,5 triliun. Transfer ke daerah juga mendukung penyelenggaraan urusan keistimewaan DIY sebesar Rp0,5 triliun serta pendanaan Desa sebesar Rp9,1 triliun, secara bertahap sesuai dengan amanat UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

Defisit RAPBN 2015 direncanakan akan dibiayai dengan pembiayaan bersumber dari dalam negeri sebesar Rp281,4 triliun dan pembiayaan bersumber dari luar negeri sebesar negatif Rp23,8 triliun. Kebijakan umum pembiayaan yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah diarahkan antara lain meliputi: pengendalian rasio utang terhadap PDB, pemanfaatan utang untuk kegiatan produktif, kebijakan negative net flow atas pinjaman luar negeri, pengalokasian penyertaan modal negara (PMN) kepada BUMN untuk percepatan pembangunan infrastruktur dan peningkatan kapasitas usaha BUMN, pengalokasian dana PMN kepada organisasi/lembaga keuangan internasional dan badan usaha lain untuk memenuhi kewajiban Indonesia sebagai anggota dan mempertahankan persentase kepemilikan modal, pengalokasian dana bergulir untuk penyediaan fasilitas pembiayaan dalam rangka memenuhi ketersediaan rumah murah bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dan untuk memberikan stimulus bagi koperasi, usaha mikro, kecil, dan menengah (KUMKM) berupa penguatan modal

Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal dan Postur APBN 2015

Asumsi dasar ekonomi makro dalam APBN tahun 2015 ditetapkan dan disepakati sebagai berikut :

1. Pertumbuhan ekonomi sebesar 5,8 Persen; 2. Tingkat inflasi sebesar 4,4 Persen;

3. Nilai tukar rupiah rata-rata Rp 11.900/USD;

4. Tingkat suku bunga SPN 3 bulan sebesar 6,0 Persen;

5. Harga minyak mentah Indonesia rata-rata USD 105/barel; 6. Lifting minyak rata-rata 900 ribu barel/hari; dan

(4)

Wawancara Dengan Direktur Penyusunan APBN

Beberapa tahun belakangan ini APBN mengalami perubahan. Perubahan terhadap APBN diajukan oleh Pemerintah dan disahkan oleh DPR dalam Undang-undang (UU) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP). Berdasarkan UU No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, perubahan atau penyesuaian terhadap APBN dimungkinkan untuk dilakukan. Dalam Pasal 27 ayat (3) diatur mengenai kemungkinan perubahan APBN dan hal-hal yang menjadi syarat dilakukannya perubahan APBN. Perubahan APBN dilakukan bila terjadi beberapa hal. Pertama, perkembangan ekonomi makro yang tidak sesuai dengan asumsi yang digunakan dalam APBN. Kedua, perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal. Ketiga, keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran anggaran antara unit organisasi, antar kegiatan, dan antar jenis belanja. Keempat, keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih (SAL) tahun sebelumnya harus digunakan untuk pembiayaan anggaran

pada tahun yang berjalan.

Untuk mendapat gambaran yang lebih detil, bersama ini wawancara kami dengan Kunta W.D. Nugraha, Direktur Penyusunan APBN, mengenai perubahan APBN tahun 2014.

Apa latar belakang perubahan APBN 2014?

Beberapa hal yang melatarbelakangi perlunya perubahan APBN 2014 antara lain perkembangan indikator ekonomi makro selama Triwulan I 2014 yang jauh meleset dari perkiraan awal. Indikator tersebut dapat dilihat dari perlambatan pertumbuhan ekonomi, pelemahan nilai tukar, dan rendahnya realisasi lifting migas, penurunan baseline penerimaan perpajakan. Dampaknya, adanya potensi penurunan pendapatan negara dan peningkatan belanja negara yang mengakibatkan potensi peningkatan defisit APBN. Untuk itu, perlu dilakukan penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) Neto guna menutup defisit APBN.

Mengapa dalam APBNP cenderung terjadi pengurangan anggaran ? Apakah sudah pernah dalam APBNP terjadi kenaikan anggaran?

(5)

untuk Program Percepatan dan Perluasan Perlindungan Sosial (P4S) termasuk penambahan penyaluran subsidi pangan atau raskin, PKH, BSM dan beasiswa bidik misi; dan Bantuan

Langsung Sementara Masyarakat (BLSM).

Pos apa saja yang biasanya mengalami perubahan dalam APBNP?

Pos yang diubah dengan APBNP adalah pos-pos yang sensitif terhadap perubahan asumsi ekonomi makro, antara lain pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai, bea masuk/keluar,

belanja subsidi energi, dan pembayaran bunga utang.

Penerimaan pajak selalu tidak mencapai target beberapa tahun terakhir. Bagaimana

Bapak melihat hal tersebut?

Pemerintah membuat beberapa skenario atas tidak terpenuhinya target penerimaan pajak beberapa tahun terakhir. Upaya perbaikan senantiasa dilakukan oleh pemerintah. Langkah-langkah tersebut dilakukan secara terstruktur dan berkesinambungan. Mulai dari pembenahan pelayanan dan administrasi, peningkatan dan perluasan basis pajak, penyusunan data pajak yang terintegrasi, perbaikan regulasi perpajakan, serta peningkatan pengawasan pemungutan pajak. Dalam lima tahun terakhir (2008-2012), penerimaan perpajakan tumbuh rata-rata 15,6 persen. Capaian itu lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan alamiahnya sebesar 12,2 persen. Dalam kurun waktu itu, perkembangan tax ratio menunjukkan adanya perkembangan, yaitu dari 11,0 persen pada tahun 2009 menjadi 11,5 persen pada tahun 2013. Pada tahun 2014 target tax ratio direncanakan mencapai 12,4 persen. Perlu kami sampaikan bahwa target tax ratio tersebut dihitung berdasarkan perhitungan tax ratio yang hanya mencakup penerimaan

perpajakan pusat (tax ratio dalam definisi sempit).

Apa saja kebijakan yang disiapkan untuk mengatasi over quota BBM bersubsidi?

Serangkaian upaya penghematan subsidi energi dalam APBNP 2014 dilakukan dengan upaya untuk mengendalikan besaran subsidi energi dalam level yang manageable. Hal ini dilakukan untuk memitigasi dampak terhadap kenaikan subsidi energi yang diakibatkan oleh perubahan asumsi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Dalam APBN 2014, volume BBM bersubsidi telah ditetapkan sebesar maksimal 46 juta kiloliter. Pemerintah akan berupaya mengendalikan konsumsi BBM bersubsidi agar tidak melampaui kuota yang telah ditetapkan. Untuk itu, akan dilakukan serangkaian langkah-langkah pengendalian. Pertama, mengimplementasikan Peraturan Menteri ESDM Nomor 01 Tahun 2013 tentang Pengendalian Penggunaan BBM antara lain pelarangan penggunaan BBM bersubsidi untuk kendaraan dinas, pertambangan, dan kehutanan. Kedua, peningkatan pengawasan BBM bersubsidi oleh BPH Migas. Ketiga, konversi BBM ke Gas (BBG). Keempat, pengurangan nozzle BBM PSO (bersubsidi) di SPBU.

Referensi

Dokumen terkait

Rumusan masalah yang diajukan yaitu: bagaimana implementasi hak dan kewajiban bagi narapidana wanita hamil/menyusui dalam lembaga permasyarakatan sesuai dengan

Pantai Sindangkerta dijadikan kawasan Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) dengan keputusan Bupati Pemerintah Daerah Kabupaten Tasikmalaya Nomor: 660.1/Kep/165/I.H/2000

Apabila selesai dari shalat Shubuh, beliau masuk ke tempat khusus i’tikaf beliau.” Salah seorang pewari berkata, “Kemudian ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha meminta izin

Aplikasi sistem informasi penjualan barang berbasis web menyediakan media pelayanan berupa input keluhan, kritik, saran dan polling yang diharapkan akan membantu perusahaan

Dapat disimpulkan bahwa pemberian daun katuk sebagai komponen ransum ayam kampung dengan level 10%, dapat meningkatkan konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan

Penelitian ini merupakan tahap awal dalam pengembangan tekhnologi tersebut, yaitu dalam upaya menemukan media yang baik dalam induksi kalus BML-Palu.. Penelitian ini

senantiasa mengingat kepada Allah yang.. Konselor juga akan memberikan ayat Al- Qur’an sebagai nilai dalam bimbingan konseling Islam. Treatment Proses pemberian

Berdasarkan pendapat di atas, keterampilan menjelaskan adalah penyampaian informasi atau bahan pelajaran secara lisan atau verbal yang diorganisasikan. Guru terlebih