• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fiqih Muamalat dalam Perspektif Empat Ma

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Fiqih Muamalat dalam Perspektif Empat Ma"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

Fiqih Muamalat dalam Perspektif Empat Madhab

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Fiqih

Dosen Pengampu : H. Fakhruddin, Lc. PgD. MSi.

Disusun Oleh :

Febryan Hidayat (124211045)

Prodi Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI WALISONGO

(2)

2013

I. Pendahuluan

Islam adalah agama yang sempurna, tepat dalam semua aspek kehidupan di setiap zaman dan peradaban: dahulu, sekarang, dan yang akan datang, di antaranya dalam bidang muamalah dan perekonomian.

Sehingga para ulama mujtahid dari kalangan para sahabat, tabi’in, dan yang setelah mereka tidak henti-hentinya mempelajari semua yang dihadapi kehidupan manusia dari fenomena dan permasalahan tersebut di atas dasar ushul syariat dan kaidah-kaidahnya. Yang bertujuan untuk menjelaskan dan menjawab hukum-hukum permasalahan tersebut supaya dapat dimanfaatkan pada masa-masanya dan setelahnya.

Oleh karena itu, pemakalah akan membahas masalah-masalah tentang fiqih muamalat baik yang sudah dikaji oleh Imam Madhab mapun yang belum.

II. Rumusan Masalah

1.Wilayah Kajian Fiqih Muamalat

2. Contoh Hasil Ijtihad Keempat Madhab beserta Dalilnya 3. Munaqasyah dan Tarjih

4. Fenomena Kontemporer yang Belum Dikaji Para Imam Madhab III. Pembahasan

1.Wilayah Kajian Fiqih Muamalat A. Pengertian Jual Beli

Jual beli menurut pengertian lughawi adalah saling menukar (pertukaran). Dan kata

عيبلا

(jual) dan

ءارشلا

(beli) dipergunakan biasanya dalam pengertian yang sama. Dua kata ini masing-masing mempunyai makna dua yang satu sama lain bertolak belakang.

Menurut pengertian syara’/istilah, jual beli ialah pertukaran harta atas dasar saling rela. Atau memindahkan milik dengan ganti yang dapat dibenarkan. Adapun jual beli menurut terminologi, para ulama’ berbeda pendapat dalam mendefinisikannya, antara lain:

Menurut Madhab Hanafiah, jual beli adalah pertukaran harta (benda) dengan harta berdasarkan cara khusus yang dibolehkan.

Menurut Madhab Malikiyah, jual beli ada dua macam yaitu jual beli yang bersifat umum dan jual beli yang bersifat khusus.

(3)

ialah bahwa benda yang ditukarkan adalah dzat (berbentuk), ia berfungsi sebagai objek penjualan, jadi bukan manfaatnya atau bukan hasilnya.

Jual beli dalam arti khusus ialah ikatan tukar-menukar sesuatu yang bukan kemanfaatan dan bukan pula kelezatan yang mempunyai daya tarik, penukarannya bukan emas dan bukan pula perak, bendanya dapat direalisir dan ada seketika (tidak ditangguhkan), tidak merupakan utang baik barang itu ada dihadapan si pembeli maupun tidak, barang yang sudah diketahui sifat-sifatnya atau sudah diketahui terlebih dahulu. 1

Menurut Madhab Syafi’i, jual beli dalam arti bahasa adalah tukar menukar yang bersifat umum sehingga masih bisa ditukar dengan barang yang lain, seperti menukar uang dengan pakaian atau berupa barang yang bermanfaat suatu benda. Seperti akad ijarah, dengan demikian akad ijarah termasuk dalam arti jual beli menurut bahasa atau juga berupa sikap dan tindakan tertentu. 2

B. Hukum Jual Beli

Secara asalnya, jua-beli itu merupakan hal yang hukumnya mubah atau dibolehkan. Sebagaimana ungkapan Al-Imam Asy-Syafi'i rahimahullah: dasarnya hukum jual-beli itu seluruhnya adalah mubah, yaitu apabila dengan keridhaan dari kedua-belah pihak. Kecuali apabila jual-beli itu dilarang oleh Rasulullah shalallahu alahi wasalam. Atau yang maknanya termasuk yang dilarang oleh beliau shalallahu alahi wasalam. 3

C. Syarat-syarat Jual Beli

a. Sama-sama ridha baik penjual maupun pembeli, kecuali orang yang dipaksa dengan kebenaran.

b. Bahwa boleh melakukan transaksi, yaitu dengan syarat keduanya orang yang merdeka, mukallaf, lagi cerdas.

c. Yang dijual adalah yang boleh diambil manfaatnya secara mutlak (absolut). Maka tidak boleh menjual yang tidak ada manfaatnya, seperti nyamuk dan jangkerik. Dan tidak boleh pula yang manfaatnya diharamkan seperti arak dan babi. Dan tidak boleh pula sesuatu yang mengandung manfaat yang tidak dibolehkan kecuali saat terpaksa, seperti anjing dan bangkai kecuali belalang dan ikan.

d. Bahwa yang dijual adalah milik sang penjual, atau diijinkan baginya menjualnya saat transaksi.

1 e-Book Jual Beli dalam Hukum Islam, hal 1-2

(4)

e. Bahwa yang dijual sudah diketahui bagi kedua belah pihak yang melakukan transaksi dengan melihat atau dengan sifat.

f. Bahwa harganya sudah diketahui.

g. Bahwa yang dijual itu sesuatu yang bisa diserahkan, maka tidak boleh menjual ikan yang ada di laut, atau burung yang ada di udara, dan semisal keduanya, karena adanya unsur penipuan. Dan syarat-syarat ini untuk menampik kedzaliman, penipuan, dan riba dari kedua belah pihak. 4

2. Contoh Hasil Ijtihad Keempat Madhab beserta Dalilnya

Dalam pembahasan masalah ijtihad para imam, pemakalah mengambil tema tentang, "Jual Beli dengan Uang Muka". Salah satu sistem jual-beli yang kini berkembang, yaitu pemberlakuan uang panjar sebagai tanda pengikat kesepakatan. Istilah ini dikenal dengan DP (Down of Payment), atau uang muka. Biasa pula disebut dengan istilah "tanda jadi". Bagaimanakah tinjauan syari'at terhadap sistem panjar ini?

Gambaran bentuk jual beli ini yaitu, sejumlah uang yang dibayarkan di muka oleh seorang pembeli barang kepada si penjual. Bila transaksi itu mereka lanjutkan, maka uang muka itu dimasukkan ke dalam harga pembayaran. Kalau tidak jadi, maka uang yang dibayarkan di muka menjadi milik si penjual. Secara ringkas, sistem jual beli seperti ini dikenal dalam masyarakat kita dengan pembayaran DP atau uang jadi. dalam istilah jawa disebut panjer, Wallahu A'lam.

Dalam permasalahan ini, terdapat perbedaan dikalangan para ulama tentang jual beli dengan uang muka, yang terbagi dalam beberapa pendapat:

Pendapat Pertama, berpendapat bahwa jual-beli dengan uang muka ini tidak sah, ini adalah pendapat mayoritas ulama di kalangan Hanafiyyah, Malikiyyah dan Syafi'iyyah.

Al Khathabi mengatakan: Para ulama berselisih pendapat tentang boleh tidaknya jual beli ini, Malik, Syafi'I menyatakan ketidaksahannya, karena adanya hadits dan karena terdapat syarat fasad (rusak) dan Al-gharar (spekulasi), Juga, jual-beli seperti ini termasuk dalam kategori memakan harta orang lain dengan cara bathil. Demikian juga Ash-habul Ra'yu (madzhab Abu Hanifah) menilainya tidak sah”

Ibnu Qudamah mengatakan: Demikianlah pendapat Imam Maalik, As-Syafi'i dan Ash-hab Ra'yu dan juga diriwayatkan dari Ibnu Abbas dan Al Hasan Al Bashri.

Yang menjadi argumentasi pendapat ini, di antaranya sebagaimana berikut ini: a. Hadits Amru bin Syuaib, dari ayahnya, dari kakeknya bahwa ia berkata:

(5)

َىههنه

Artinya: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang jual beli dengan sistem uang muka. Imam Maalik berkata: “Dan inilah adalah yang kita lihat – wallahu A'lam- seorang membeli budak atau menyewa hewan kendaraan kemudian berkata: ‘Saya berikan kepadamu satu dinar dengan ketentuan apabila saya membatalkan (tidak jadi) membeli atau tidak jadi menyewanya, maka uang yang telah saya berikan itu menjadi milikmu”

b. Jenis jual beli dengan uang muka, termasuk dalam kategori memakan harta orang lain dengan cara batil, karena disyaratkan oleh si penjual tanpa ada harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu’. (An Nissa': 29)

c. Dalam jual beli dengan sistem uang muka tersebut, terdapat dua syarat batil: syarat yang menunjukkan kebatilannya. Pertama, syarat memberikan uang panjar. Kedua, syarat mengembalikan barang transaksi dengan perkiraan salah satu pihak tidak ridha.

(6)

disebutkan waktunya, jelas tidak sah. Demikian juga apabila dikatakan: Saya mempunyai hak memilih. (Terserah) kapan saya ingin mengembalikan dengan tanpa dikembalikan uang pembayarannya”. Menurut Ibnu Qudamah, demikian ini menunjukkan Qiyas (analogi).

Pendapat Kedua, berpendapat bahwa jual beli dengan uang muka hukumnya boleh, ini adalah pendapat madzhab Hambaliyyah. Dan diriwayatkan bolehnya jual beli ini dari Umar, Ibnu Umar, Sa'id bin Al Musayyib dan Muhammad bin Sirin.

Al Khathabi mengatakan: Telah diriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa beliau memperbolehkan jual beli ini dan juga diriwayatkan dari Umar.

Imam Ahmad cenderung mengambil pendapat yang membolehkannya dan menyatakan. Aku tidak akan mampu menyatakan sesuatu sedangkan ini pendapat Umar radhiyallahu‘anhu yaitu bolehanya jual-beli dengan uang muka. Imam Ahmad juga mendhoifkan hadits larangan jual-beli yang seperti ini, disebabkan terputus.

Argumentasi pendapat yang membolehkan ini, yaitu sebagaimana berikut ini: 1. Atsar yang berbunyi: bangunan penjara untuk Umar dari Shafwan bin Umayyah, (dengan ketentuan) Apabila Umar suka. Bila tidak, maka Shafwan berhak mendapatkan uang sekian dan sekian.

Al-Atsram berkata: “Saya bertanya kepada Ahmad: "Apakah Anda berpendapat demikian?" Beliau menjawab: "Apa yang harus kukatakan? Ini Umar radhiyallahu ‘anhu (telah berpendapat demikian)”

2. Hadits Amru bin Syuaib adalah lemah, sehingga tidak dapat dijadikan sandaran dalam melarang jual beli dengan sistem uang muak ini.

(7)

benar pandangan yang mengatakan, bahwa uang muka telah dijadikan syarat oleh penjual tanpa ada imbalannya.

4. Tidak sahnya qiyas (analogi) jual beli ini dengan al-khiyar al majhul (hak pilih terhadap barang yang tidak diketahui), karena syarat dibolehkannya uang muka ini adalah dibatasinya waktu menunggu. Dengan dibatasinya waktu pembayaran, batal analogi tersebut, dan hilangnya sisi yang dilarang dari jual beli tersebut.

3. Munaqasyah dan Tarjih

Jual beli dengan uang muka hukumnya ini sah, baik telah menentukan batas waktu pembayaran sisanya atau belum menentukannya. Dan secara syar’i, penjual memiliki hak menagih pembeli untuk melunasi pembayaran setelah sempurna jual beli dan terjadi serah terima barang. Dibolehkannya jual beli 'urbuun ini ditunjukkan oleh perbuatan Umar bin Al Khathab. Imam Ahmad menyatakan tentang jual beli seperti ini boleh dan dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma juga membolehkannya. Sa'id bin Al Musayyib dan Muhammad bin Sirin mengatakan: “Diperbolehkan bila ia tidak ingin, untuk mengembalikan barangnya dan mengembalikan bersamanya sejumlah harta.”.

Sedangkan hadits yang diriwayatkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang berbunyi:

َىههنه

ل

ل ُوسسس

ل ره

ههسسلللا

َىللسسص

ه

هلسسلللا

ههسسييلهعه

م

ه للسسس

ه وه

ن

ي سسع

ه

عهسسييبه

ن

ه َابهريعلليا

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang jual beli dengan uang muka, ini merupakan hadits yang lemah (dhaif), Imam Ahmad dan selainnya telah mendhaifkannya, sehingga (hadits ini) tidak bisa dijadikan sandaran.

Majlis Fikih Islam, dalam seminar ke-8 berkesimpulan dibolehkannya jual beli dengan uang muka. Berikut ini ketetapan-ketetapan yang telah disepakati:

(8)

sejumlah uang (muka yang dibayarkan) tersebut menjadi milik penjual. Transaksi ini selain berlaku untuk jual beli juga berlaku untuk sewa menyewa, karena menyewa berarti membeli fasilitas.

Di antara jual beli yang tidak diperbolehkan dengan sistem uang muka adalah jual beli yang memiliki syarat harus ada serah terima pembayaran atau barang transaksi di lokasi akad (jual beli as-salm) atau serah terima keduanya (barter komoditi riba fadhal dan Money Changer). Dan dalam transaksi jual beli murabahah tidak berlaku bagi orang yang mengharuskan pembayaran pada waktu yang dijanjikan, namun hanya pada fase penjualan kedua yang dijanjikan.

Kedua: Jual beli dengan uang muka dibolehkan bila waktu menunggunya dibatasi secara pasti, uang muka tersebut dimasukkan sebagai bagian pembayaran, bila sudah dibayar lunas. Dan menjadi milik penjual bila si pembeli tidak jadi melakukan transaksi pembelian.

Namun perlu diingat bila penjual mengembalikan uang muka tersebut kepada pembeli ketika gagal menyempurnakan jual belinya, maka itu lebih baik dan lebih besar pahalanya disisi Allah sebagaimana Rasululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda:

ن

ي مه

ل

ه َاقهأه

َامرلهس

ي مل

هللهَاقهأه

هللللا

هلتهرهثيعه

“Barangsiapa yang berbuat iqaalah dalam jual belinya kepada seorang muslim maka Allah akan bebaskan ia dari kesalahan dan dosanya”

Iqalah dalam jual beli dapat digambarkan, seseorang membeli sesuatu dari seorang penjual, kemudian pembeli ini menyesal membelinya. Karena menegtahui sangat rugi atau sudah tidak membutuhkan lagi, atau tidak mampu melunasinya, lalu pembeli itu mengembalikan barangnya kepada penjual dan si penjual menerimanya kembali (tanpa mengambil sesuatu dari pembeli). 5

Wallahu a’lam

4. Fenomena Kontemporer yang belum Dikaji Para Imam Madhab

Disini saya akan mengambil masalah yang belum dikaji oleh para Imam madhab yakni Bursa Saham. Prinsip dasarnya, sebuah pasar modal itu adalah tempat dimana bertemunya para pemilik modal (investor) dan para manager investasi (fund manager). Investasi sendiri sebenarnya adalah menanamkan modal para sektor

5

(9)

tertentu baik sektor keuangan maupun sektor real pada periode waktu tertentu untuk mendapatkan keuntungan yang diharapkan (expected return).

Dalam pandangan syariah Islam, pada dasarnya sebuah investasi itu hukumnya halal dan syah, selama dalam teknisnya tidak terkandung hal-hal yang mengalahi prinsip dasar dari transaksi yang halal. Dalam Islam dikenal istilah mudharabah yaitu dua pihak yang melakukan kerja sama menguntungkan.

Prinsip Dasar yang harus Dipenuhi

1. Bebas Bunga

Dari sisi akad dan perjanjian, harus ada kepastian tidak adanya unsur riba atau bunga. Sebagai gantinya, yang digunakan adalah sistem bagi hasil yang adil atau dikenal dengan akad mudharabah.

Bila sebuah investasi disepakati dengan cara memberikan biaya dalam bentuk bayaran tertentu yang berujud bunga atas besarnya nilai dana yang diinvestasikan, maka jelaskan letak keharamannya. Seperti yang terjadi pada obligasi karena merupakan salah satu bentuk riba.

2. Sektor Investasi

Investasi yang ditanamkan harus dipastikan pada barang-barang yang halal, bukan pada hal yang haram. Maka Islam tidak membenarkan bila investasi itu pada perusahaan minuman keras, peternakan babi, barang najis dan juga dunia hiburan, kasino, perjudian dan sejenisnya. Begitu juga investasi pada bidang perdangan drugs dan obat terlarang tentu juga haram menurut Islam.

Yang sering kecolongan adalah investasi pada industri makanan yang tidak bisa dipastikan kehalalannya. Selain pada jenis produk dari industri itu, penting juga diperhatikan pola mekanisme operasional yang tidak sesuai dengan syariah. Seperti yang melanggar kesopanan dan etika Islam, seperti industri hiburan yang bersifat hura-hura dan melanggar batas pergaulan laki-laki dan wanita. Termasuk di dalamnya dunia pornografi dengan derivasinya. 3. Tidak Spekulatif

Islam sangat memperhatikan masalah hak milik seseorang, sehingga menjauhkan setiap orang dari berspekulasi yang hanya akan menimbulkan kerugian. Sebab yang sering terjadi adalah sifat gambling ketimbang perhitungan masak dalam sebuah analisa untung rugi.

Tindakan yang Sering Dilakukan yang Menyalahi Prinsip Muamalat Islam

(10)

Sebenarnya praktek berikut ini bukan hanya dilarang dalam Islam, tetapi etika bisnis secara umumnya pun tidak membenarkan hal itu terjadi. Bahkan regulasi di pasar modal itu sendiri telah melarangnya. Pelaku dari praktek yang menyalahi aturan ini bisa saja investornya sendiri. Atau mungkin juga sang plialang saham. Dan bisa juga dilakukan oleh akuntan publik, konsultan atau internal emitment itu sendiri. Bisa juga merupakan kerjasama atau makar yang dilakukan secara kolektif di antara mereka, walau pun ada juga kemungkinan dilakukan secara sendiri-sendiri. Semua itu tentu diharamkan dalam Islam, sebab termasuk cara mendapatkan harta dengan cara yang batil. Diantaranya adalah prkatek berikut ini sebagaimana yang dituturkan oleh Dr. Setiawan Budi Utomo dalam Fiqh Kontemporernya mengutip bukunya Smith Skousen : Akuntansi Intermediate ; 207.

a. Margin trading

Margin trading adalah perdagangan saham melalui pembelian saham dengan uang tunai dan meminjam kepada pihak ketiga untuk membayar tambahan saham yang dibeli. Pembeli margin berharap menadapatkan keuntungan yang berlipat ganda dengan modal yang sedikit.

b. Short Selling

Short Selling adalah penjualan saham yang dimiliki oleh penjual short, saham yang dijual secara short tersebut diperoleh dengan meminjam dari pihak ketiga. Penjual short meminjam saham dengan harapan membeli saham tersebut nantinya pada harga yang rendah. Dan secara simultan mengembalikan saham yang dipinjam, juga memperoleh keuntungan atas penurunan harganya.

c. Insider Trading

Insider Trading adalah perdangan saham yang dilakukan dengan menggunakan informasi dari orang dalam, dapat dilakukan oleh orang dalam (insider) atau pihak yang menerima, mendapatkan serta mendengar informasi tersebut.

d. Corner

Corner adalah sejenis manipulasi pasar dalam bentuk menguasai pasokan saham yang beredar di pasar sehingga pelakunya dapat menentukan harga saham di bursa. Dengan adanya corner ini, harga dapat direkayasa dengan cara melakukan transaksi fiktif atau transaksi semu.

e. Window Drassing

(11)

yang berat dan ringannya tergantung dari tingkat dan jenis perkara yang dilakukan. 6

Berikut saya nukilan fatwa dari Badan Fiqih Islam di bawah Organisasi Robithoh Alam Islami / Liga Muslim Dunia (Muslim World League) :

Segala puji hanya milik Allah subhanahu wata'ala, sholawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Nabi yang tiada nabi setelahnya, yaitu pemimpin kita sekaligus Nabi kita Muhammad shalallahu alahi wasalam dan kepada keluarganya, dan sahabatnya radhiahu anhum

Amma ba'du: Sesungguhnya anggota rapat al-Majma' al-Fiqhi di bawah Robithoh Alam Islami pada rapatnya ke-14 yang diadakan di kota Makkah al-Mukaromah dan dimulai dari hari Sabtu tanggal 20 Sya'ban 1415 H yang bertepatan dengan tanggal 21 Januari 1995 M, telah membahas permasalahan ini (jual beli saham) dan kemudian menghasilkan keputusan berikut:

1. Karena hukum dasar dalam perniagaan adalah halal dan mubah, maka mendirikan suatu perusahaan publik yang bertujuan dan bergerak dalam hal yang mubah adalah dibolehkan menurut syari'at.

2. Tidak diperselisihkan akan keharaman ikut serta menanam saham pada perusahaan-perusahaan yang tujuan utamanya diharamkan, misalnya bergerak dalam transaksi riba, atau memproduksi barang-barang haram, atau memperdagangkannya.

3. Seorang muslim tidak boleh membeli saham perusahaan atau badan usaha yang pada sebagian usahanya menjalankan praktek riba, sedangkan pembelinya mengetahui hal itu.

4. Bila ada seseorang yang terlanjur membeli saham suatu perusahaan sedangkan ia tidak mengetahui bahwa perusahaan tersebut menjalankan transaksi riba, lalu di kemudian hari ia mengetahui hal tersebut maka ia wajib untuk keluar dari perusahaan tersebut.

Keharaman membeli saham perusahaan tersebut telah jelas berdasarkan keumuman dalil-dalil al-Qur'an dan as-Sunnah yang mengharamkan riba. Hal ini dikarenakan membeli saham perusahaan yang menjalankan transaksi riba sedangkan pembelinya telah mengetahui akan hal itu, berarti pembeli telah ikut ambil andil dalam transaksi riba.

(12)

saham telah memiliki bagian dan andil darinya. Hal ini disebabkan orang-orang yang mengutangkan atau menerima piutang dengan ketentuan membayar bunga, sebenarnya adalah perwakilan dari pemilik saham, dan mewakilkan seseorang untuk melakukan pekerjaan yang diharamkan hukumnya tidak boleh.

Semoga sholawat dan salam yang berlimpah senantiasa dikaruniakan kepada Nabi Muhammad shalallahu alahi wasalam, beserta keluarga dan sahabatnya. Dan segala puji hanya milik Allah, Tuhan semesta Alam. 7

IV. Kesimpulan

Jual beli ialah pertukaran harta atas dasar saling rela. Dan hukumnya adalah mubah, adapun syaratnya mereka sama-sama ridho atas jual beli tersebut.

Memang terjadi perbedaan pendapat dikalangan para ulama, apakah di bolehkan atau tidak masalah uang muka dalam jual beli, akan tetapi pendapat yang paling kuat adalah uang muka dalam jual beli hukumnya boleh.

Adapun masalah jual beli saham, hukumnya boleh selama tidak bertentangan dengan syari'at.

V. Penutup

Demikianlah makalah yang dapat saya susun. Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan baik dalam penulisan maupun isinya. Karena sesungguhnya kesempurnaan adalah hanya milik Allah. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif untuk perbaikan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat dan menambah referensi pengetahuan kita, terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA

Sarwat, Ahmad. e-Book Fiqih Muamalat. Kampus Syariah. 2009. E-Book Jual Beli dalam Hukum Islam.

E-Book Transaksi Jual Beli dalam Hukum Islam.

Dr. Muhammad Arifin Badri. e-Book Hukum Saham dalam Fiqih Islam. Gresik. 2009. Syaikh Muhammad Ibrahim at-Tuwaijri. e-Book Ensiklopedia Islam Al-Kamil, Bab

Fiqih Muamalat. IslamHouse.com 2012. http://almanhaj.or.id/content/2648/slash/0/hukum-jual-beli-dengan-uang-muka/

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Leech (dalam Chaer, 2010:56) maksim penghargaan atau pujian merupakan kaidah kesantunanpeserta tutur memperbanyak pujian kepada orang lain atau mengurangi

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur memiliki 4 (empat) sasaran strategis dan 30 Indikator Kinerja Utama (IKU) beserta 30 target kinerja yang mendukung

If the going concern basis was no longer appropriate, net realisable value on the basis of a short-term sale would have to be adopted instead, and the assets would be included

Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. Kata Kunci : Balanced Score Card, Perusahaan. Poliplas Makmur Santosa Ungaran adalah perusahaan manufaktur yang

Acuan yang diperhatikan dalam mendinamiskan kelompok P3A adalah unsur-unsur dinamika yaitu tentang tujuan kelompok, struktur kelompok, fungsi kelompok, fungsi

bangunan gedung dan struktur lain, dan.. Pembebanan gempa pada strutur gedung lokasi studi mengacu pada aturan SNI 1726:2012 tentang gempa, dimana pada struktur

Kebijakan untuk mengembangkan sistem informasi dilakukan oleh manajemen puncak karena manajemen menginginkan untuk meraih kesempatan yang ada yang tidak dapat diraih oleh sistem

penentuan sampel ini menggunakan teknik purposive sampling , yakni menentukan sampel dengan pertimbangan tertentu yang dipandang dapat memberikan data secara maksimal