• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS HUKUM BISNIS PARIWISATA ID

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TUGAS HUKUM BISNIS PARIWISATA ID"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS HUKUM BISNIS PARIWISATA

NAMA : PASCALIANO MANUGETE

NIM : 2012235036

KELAS : PBU 8 BATCH 3 UPW

1. KEJAHATAN

Menurut B. Simandjuntak kejahatan merupakan “suatu tindakan anti sosial yang merugikan, tidak pantas, tidak dapat dibiarkan, yang dapat menimbulkan kegoncangan dalam masyarakat.” Sedangkan Van Bammelen merumuskan:

Kejahatan adalah tiap kelakuan yang bersifat tidak susila dan merugikan, dan menimbulkan begitu banyak ketidaktenangan dalam suatu masyarakat tertentu,

sehingga masyarakat itu berhak untuk mencelanya dan menyatakan penolakannya atas kelakuan itu dalam bentuk nestapa dengan sengaja diberikan karena kelakuan

tersebut.

diantara para sarjana. R. Soesilo membedakan pengertian kejahatan secara juridis dan pengertian kejahatan secara sosiologis. Ditinjau dari segi juridis, pengertian

kejahatan adalah suatu perbuatan tingkah laku yang bertentangan dengan undangundang. Ditinjau dari segi sosiologis, maka yang dimaksud dengan kejahatan adalah

perbuatan atau tingkah laku yang selain merugikan si penderita, juga sangat merugikan masyarakat yaitu berupa hilangnya keseimbangan, ketentraman dan ketertiban.

J.M. Bemmelem memandang kejahatan sebagai suatu tindakan anti sosial yang menimbulkan kerugian, ketidakpatutan dalam masyarakat, sehingga dalam masyarakat terdapat kegelisahan, dan untuk menentramkan masyarakat, negara harus menjatuhkan hukuman kepada penjahat.

M.A. Elliot mengatakan bahwa kejahatan adalah suatu problem dalam

masyarakat modem atau tingkah laku yang gagal dan melanggar hukum dapat dijatuhi hukurnan penjara, hukuman mati dan hukuman denda dan seterusnya.

W.A. Bonger mengatakan bahwa kejahatan adalah perbuatan yang sangat

anti sosial yang memperoleh tantangan dengan sadar dari negara berupa pemberian penderitaan.

(2)

J.E. Sahetapy dan B. Marjono Reksodiputro dalam bukunya Paradoks Dalam Kriminologi menyatakan bahwa, kejahatan mengandung konotasi tertentu, merupakan suatu pengertian dan penamaan yang relatif, mengandung variabilitas dan dinamik serta bertalian dengan perbuatan atau tingkah laku (baik aktif maupun pasif), yang dinilai oleh sebagian mayoritas atau minoritas masyarakat sebagai suatu

perbuatan anti sosial, suatu perkosaan terhadap skala nilai sosial dan atau perasaan hukum yang hidup dalam masyarakat sesuai dengan ruang dan waktu.

KORUPSI

Korupsi (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere = busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok) menurut Transparency

International adalah perilaku pejabat publik, baik politikus|politisi maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan

menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka.

Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar mencakup unsur-unsur sbb: perbuatan melawan hukum;

penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana; memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi; merugikan keuangan negara atau perekonomian negara;

Selain itu terdapat beberapa jenis tindak pidana korupsi yang lain, diantaranya: memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan);

penggelapan dalam jabatan; pemerasan dalam jabatan;

ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara); menerima gratifikasi (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara).

Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan jabatan resmi untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintah|pemerintahan rentan korupsi dalam prakteknya. Beratnya korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam bentuk penggunaan pengaruh dan dukungan untuk memberi dan menerima pertolongan, sampai dengan korupsi berat yang

diresmikan, dan sebagainya. Titik ujung korupsi adalah kleptokrasi, yang arti harafiahnya pemerintahan oleh para pencuri, di mana pura-pura bertindak jujur pun tidak ada sama sekali.

Korupsi yang muncul di bidang politik dan birokrasi bisa berbentuk sepele atau berat,

(3)

Tergantung dari negaranya atau wilayah hukumnya, ada perbedaan antara yang dianggap korupsi atau tidak. Sebagai contoh, pendanaan partai politik ada yang legal di satu tempat namun ada juga yang tidak legal di tempat lain.

KORUPSI SEBAGAI SUATU BENTUK KEJAHATAN

Aspek kejahatan (delik)

Delik atau disebut juga perbuatan yang dapat dihukum, atau disebut juga peristiwa pidana, sering dianalogikan dengan pengertian "Strafbaar feit" yaitu suatu kelakuan manusia yang diancam dengan pidana oleh peraturan undang-undang. Jadi merupakan kelakuan yang secara umum dilarang dengan ancaman pidana. (Vos , 1950 : 25)

"Delik" atau juga dikenal sebagai "Strafbaar feit " menurut Pompe adalah : suatu pelanggaran yang dilakukan karena kesalahan di pelanggar dan diancam dengan pidana untuk

mempertahankan tata hukum , menyelamatkan kesejahteraan umum.

Berdasarkan hukum positif adalah suatu kejadian yang oleh undang-undang dirumuskan sebagai perbuatan yang dapat dihukum.

Jonkers merumuskan delik sebagai kelakuan yang melawan hukum yang dilakukan dengan sengaja (opzet) ataupun alpa (culpa) oleh orang yang dapat dipertanggungjawabkan.

Delik mempunyai sifat melarang atau mengharuskan suatu perbuatan tertentu dengan ancaman pidana kepada yang melakukannya. Delik harus ditujukan pada hal-hal :

1. Memperkosa suatu kepentingan hukum atau menusuk suatu kepentingan hukum. 2. Membahayakan suatu kepentingan hukum :

- concrete delicten : mislnya kejahatan membahayakan keamanan umum bagi orang atau barang, pemalsuan, manipulasi sehingga menimbulkan kerugian

- abstract delicten : misalnya sumpah palsu, penghasutan , dsb.

Delik merupakan bentuk perbuatan hukum, yang seharusnya melindungi kepentingan hukum. Kepantingan hukum yang diaksud adalah : kepentingan negara, masyarakat dan individu. Kepantingan ini dapat berubah seiring dengan waktu.

Perkembangan paradigma kejahatan antara kejahatan konvensional ke bentuk kejahatan

inkonvensional berdampak pada perkembangan rumusan delik yang diatur dalam konstitusi dasar maupun dalam undang-undang organic.

Risalah penjelasan undang-undang membuat ukuran delik berkembang menjadi "rechtdelicten" (kejahatan) dan "westdelicten"(pelanggaran).

Ilmu pengetahuan menjelaskan bahwa kejahatan (rectdelicthten) merupakan perbuatan dalam keinsyafan batin manusia yang dirasa sebagai perbuatan tidak adil disamping itu juga sebagai perbuatan tiding adil menurut undang-undang.

Elemen dasar untuk menentukan bahwa secara legal suatu perbuatan melawan kepentingan hukum harus mengandung unsur :

- bagian objective yang terdiri dari perbuatan dan akibat, merupakan kejadian yang menentang hukum positifsebagai ansir melawan hukum (onrechtmatige) yang dapat dihukum dengan pidana - bagian subyektif yang merupakan anasir kesalahan delik.

Pompe membagi rumusan perbuatan dalam 3 elemen strafbaar faith : 1. wederecthtelijkheid ( unsur melawan hukum)

2. schuld (unsur kesalahan)

(4)

Elemen subsociale menambahkan doktrin dalam hukum pidana untuk menyempurnakan konstruksi pemikiran mengenani dasar penjatuhan pidana terhadap suatu perbuatan yang merugikan kepentingan masyarakat / negara.

Subsociale adalah suatu keadaan psikologis yang berakibat timbulnya kegelisahan dalam

masyarakat, kacau, dsb, sebagai akibat suatu delik, sehingga perangkat negara tidak mampu lagi mengendalikan dan mempertahankan tertib masyarakat.

Korupsi - kejahatan - kesengajaan

Kejahatan pada umumnya dilakukan dengan kesengajaan. Kesengajaan adalah manifestasi dari keinsyafan pasti, dimana subyek hukum sdar bahwa melakukan perbuatan melawan hukum. Dalam stlelsel hukum pidana disebutkan bahwa kesengajaan adalah kesalahan.

Asas legalitas (asas nullum delictum) yang secara tradisional merupakan sendi utama hukum pidana ,yang digunakan untuk memasukkan suatu perbuatan ke dalam kriteria kejahatan,

meskipun asas legilitas ini seringkali tidak mampu menjerat suatu tindak pidana inkonvensional untuk dikenai sanksi. Korupsi sebagai bentuk kesengajaan yang dilakukan oleh subyek hukum untuk kepentingan pribadi jelas-jelas mengandung sifat melawan hukum dan seringkali tak tersentuh karena belakunya asas legalitas. Maka dipandang perlu interpretasi yang luas untuk menggunakan asas legalitas tersebut.

Korupsi sebagai suatu bentuk kejahatan.

Pembentuk undang-undang menjelaskan tentang korupsi sebagai suatu kejahatan dimana pada umumnya memuat aktivitas yang merupakan manifestasi dari perbuatan korupsi dalam arti luas mempergunakan kekuasaan atau pengaruh yang melekat pada seorang (pegawai negeri) atau karena kedudukan istimewa pada jawatan umum yang secara tidak patut atau menguntungkan diri sendiri maupun orang yang menyuap sehingga dapat dikualifier sebagai tindak pidana korupsi dengan segala akibatnya berhubungan dengan hukum pidananya dan hukum acaranya. Keseluruhan perumusan dalam hal tindak pidana korupsi interpretasi terhadap perbuatan tersebut merupakan penarikan, perluasan perumusan dari sekedar aturan dalam KUHP.

Dari segi perbuatan dan akibat yang timbul , korupsi mengandung elemen : 1. tindakan yang menimbulkan kerugian negara / perekonomian negara 2. tindakan melibatkan pejabat negara dengan suap menyuap :

- didahului dengan hadiah / janji - tidak melaporkan kejadian tersebut

3. tindakan penyalahgunaan kewenangan : - pemerasan, - proyek tidak sehat Sebagai suatu bentuk kejahatan, korupsi memiliki Subyek hukum , yakni : 1. setiap orang

2. seorang pemborong / pemegang proyek dan penjual barang 3. pejabat

4. hakim / aparat hukum

Sebagai suatu bentuk kejahatan, dalam tindakan Korupsi terkandung unsur : a. Melawan hukum

(5)

pengertian melawan hukum (BW 1365) atau onrechtmatige daad.

Diartikan melawan hukum dalam arti luas adalah untuk memperoleh pembuktian tentang perbuatan yang dapat dihukum atau memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu badan daripada memenuhi ketentuan untuk membuktikan terlebih dahulu adanya kejahatan /

pelanggaran , serta dalam kelanjutannya mempermudah penuntutan / pemeriksaan di siding pengadilan.

DR. Andi Hamzah dalam "Korupsi di Indonesia masalah dan pemecahannya " pengertian melawan hukum adalah : tidak mempunyai hak sendiri untuk menikmati keuntungan (korupsi) tersebut. Di sisi lain, yurisprudensi MA no. 42 K / Kr / 1965 tanggal 8 Januari 1966 dalam pertimbangannya tentang hilangnya sifat melawan hukum :

Seseorang yang telah melakukan korupsi dapat dibuktikan tidak dapat dipidana dikarenakan hilangnya sifat melawan hukumnya karena :

-kepentingan umum dilayani -Negara tidak dirugikan

-Terdakwa tidak menikmati keuntungan. b. Memperkaya diri sendiri

Memperkaya artinya : suatu perbuatan yang dilakukan sehingga harta miliknya sendiri atau orang lain atau suatu badan menjadi bertambah dalam arti jumlah maupun nilai. Misalnya : dilakukan dengan mengambil, menjual, mendepositokan, meminjamkan, mempergunakan dan lain-lain dan perbuatan tersebut dimaksud bersifat melawan hukum.Bagi seorang tersangka / terdakwa diberi kesempatan untuk membuktikan perihal pertambahan harta tersebut.

c. Secara langsung / tidak langsung merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. Keuangan negara adalah : keuangan daerah atau badan yang menggunakan modal atau kelonggaran -kelonggaran dari negara atau dana yang diperoleh untuk kepentingan sosial, kemanusiaan, dll, subsidi dari pemertintah pusat maupun daerah.

Untuk membuktikan kerugian keuangan negara ini dapat dimintakan keterangan ahli seperti BPKP (Badan Keuangan dan Pembanguan), dll.

Perekonomian negara adalah : segala usaha pemerintah demi kemakmuran rakyatnya yang meliputi usaha-usaha di bidang pertanian, industri, perdagangan, perhubungan , dll.

Contohnya : untuk melindungi perindustrian dalam negari pemerintah telah mengambil tindakan yang dikenal dengan nama proteksionisme untuk melindungi perkembangan industri dalam negeri terhadap industri negara lain , sehingga industri dalam negeri dapat menjadi komoditi yang handal di negeri sendiri dan diharapkan mampu menembus pasaran luar negeri.

Mengimpor dari luar negeri apalagi tidak membayar bea masuk akan merugikan perekonomian negara. Walau akibat korupsi tidak selalu dapat menimbulkan kerugian negara secara langsung , tetapi harus diperhatikan luasnya dampak korupsi yaitu kerugian dari segi birokrasi , sosial, budaya, dan akan mengurangi daya tahan nasional sehingga akibatnya berpengaruh besar pada sektor-sektor strategis pembangunan bangsa.

Dampak negatif korupsi dirasakan meluas dalam kehidupan masyarakat dikarenakan selain menggerogoti kredibilitas pemerintah juga merusal disiplin dan moral bangsa. Maka pelaku tindak pidana korupsi sudah seharusnya dituntut.

Percobaan dalam melakukan korupsi diatur sebagai delik tersendiri dengan sanksi yang sama dengan jika perbuatan tersebut selesai dilakukan.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJAHATAN KORUPSI

(6)

perkembangannya sarat dengan aneka kebutuhan.

Dari sudut pandang seorang ahli dibidang sosiologi dan manajemen, Abraham Maslow , dalam relasi sosial , "kebutuhan" merupkan hal penting yang memotivasi seseorang melakukan pekerjaan.

Maslow mengemukakan suatu hierarkhi kebutuhan manusia dari tingkat yang paling tinggi hingga tingkat dasar yakni : Kebutuhan aktualisasi diri, harga diri, sosial, keamanan, fisiologi. Dengan kata lain, teori Maslow ini menggambarkan bahwa manusia sebagai pribadi yang bereksistensi dalam kodratnya sebagai makhluk sosial memiliki serangkaian kebutuhan yang tidak terbatas pada sandang, pangan, papan (perumahan) saja.

Motivasi pemenuhan kebutuhan ini, dalam proses sosial merupakan motif dasar pada perilaku seseorang .

Perubahan peradaban manusia kearah modernisasi, telah meninggalkan struktur sosial yang tradisional (closed social stratification) menjadi struktur sosial masyarakat modern (open social stratification). Peralihan ini membawa dampak manusia cenderung ingin menduduki stratifikasi yang paling atas dalam kehidupan sosial. Adalah hal yang manusiawi karena pada status sosial tinggi identik dengan prestasi, prestige dan previelege yang berkaitan erat dengan pemenuhan berbagai kebutuhan hidup. Secara eksplisit perubahan system sosial tampak pada gaya hidup, perubahan tata nilai, dsb.

Kecenderungan yang demikian inilah menyebabkan kehidupan sosial yang notabene dipengaruhi kondisi politik dan ekonomi suatu negara secara makro menuntut seseorang untuk dinamis mencari upaya tertentu yang berujung pada kekayaan.

Orientasi sosial yang semula hanya sebatas pemenuhan kebutuhan kekerabatan antar manusia mengalami pergeseran dengan menempatkan kekayaan dan keuangan sebagai dasar membangun relasi sosial. Patologi kejahatan menempatkan manipulasi sebagai salah satu cara mencapai tujuan sesuai orientasi tersebut. Penelitian kriminologi menemukan timbulnya berbagai kejahatan sebagai manifestasi kelemahan birokrasi yang berdifusi dengan perkembangan ilmu dan

teknologi.

Sebagai suatu system sosial , Indonesia adalah negara hukum bercorak "Welfare State" yang secara integral diwujudkan melalui tujuan negara sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4 ( yakni : memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abdi dan keadilan sosial……..) secara normative menjadi legalisasi keterlibatan pemerintah dalam berbagai bidang kehidupan.

Indonesia dengan sistem pemerintahan yang menganut doktrin Trias Politika , membagi keberadaan lemabga birokrasi dalam distribusi kekuasan legislatif, eksekutif dan

yudikatif.System sosial ini diharapkan mampu mengakomodir proses sosial pada

heterogenitasnya masyarakat Indonesia dan aneka hierarkhi kebutuhan sehingga orientasi terhadap kekayaan ditujukan pada nilai kesejahteraan umum sebagimana tujuan negara Indonesia.

Aspek majemuk dalam perilaku yang bersifat koruptif, motif-motif di bidang politik , telah memberi petunjuk bahwa korupsi dapat dilakukan dalam berbagai bentuk dan disebabkan beberapa faktor , yakni (1) dari struktur sosial dan system sosial, (2) dari orientasi sosial pada kekayaan kebendaan dan keuangan (3) dari perubahan sosial dan modernisasi (4) dari kelemahan system birokrasi.

(7)

dengan hukum, kendala yang dihadapi adalah objek dan akibat perbuatan telah melebur sebagai suatu system budaya yang tidak mungkin dirubah tanpa komitmen dan kerangka pemahaman ideologi yang sama dalam kehidupan bernegara.

PERKEMBANGAN HUKUM KEJAHATAN KORUPSI

A. Korupsi sebagai implementasi Hukum Pidana Khusus

Dampak dari berkembangnya peradaban manusia, berpengaruh bagi munculnya bentuk kejahatan baru bahkan kejahatan inkonvensional. Hal ini dapat dijelaskan , bahwa manusia pada dasarnya memiliki hasrat untuk hidup secara teratur, dan seantiasa menciptakan keteraturan.

Dalam berbagai penyelidikan ilmu tentang tingkah laku manusia , diasumsikan bahwa manusia mencita-citakan ketertiban yang sempurna untuk membentuk masyarakat yang ideal. Tetapi dalam praktek sehari-hari masyarakat menunjukkan fakta sosial kondisi sosial, stratifikasi sosial dan organissi sosial yang tidak seperti digambarkan dalam variable-variabel masayarakat ideal. Perubahan ini merupakan gejala / phenomena sosial.

Pertumbuhan beraneka ragam perilaku kejahatan menurut pengertian masyarakat, selalu mencakup pencerminan kepentingan mayoritas warga masyarakat atau kepentingan umum. Melalui suatu penilaian ini dibangun perumusan hukum yang mengandung norma-norma perilaku kejahatan sebagai pencerminan nilai-nilai fundamental hukum pidana (legal terms of crime). Ini akan terus berkembang menurut waktu dan tempat serta berubahnya formulasi tergantung pada pengaruh perubahan kondisi sosial, politik, ekonomi dan budaya.

Hubungan antara kejahatan umum dan hukum pidana seringkali tidak terdapat keseragaman batasan untuk menentukan unsur-unsur suatu kejahatan. Rumusan hukum tentang kejahatan biasanya mengandung unsur perilaku anti sosial dengan akibat merugikan dan unsur perbuatan yang merupakan pelanggaran norma hukum dengan disertai sikap batin yang jahat.

Namun dalam berbagai literature ditemukan bahwa rumusan kejahatan dilengkapi dengan syarat-syarat dilakukan dengan sengaja atau alpa, adanya kemampuan bertanggungjawab . Harus ada hubungan batin yang kuat dengan perbuatan yang terjadi , terdapat hubungan kausalitas antara perbuatan dan akibat yang dilarang, dengan diancam hukuman pidana.

Pola perilaku kejahatan inkonvensional seperti korupsi, dipandang sebagai kejahatan yang memiliki pola dan ciri sendiri. Maka dipandang perlu tatanan hukum baru disamping berlakunya hukum pidana materil yang sudah ada.

Hukum pidana yang dimaksudkan harus mengandung asas legalitas. Asas legalitas dalam suatu perundang-undangan baru di luar perundangan yang sudah ada, mengandung tiga masalah prinsipil :

a. pada dasarnya peraturan hukum pidana tidak berlaku surut, namun dalam praktek sering terjadi sebaliknya

b. pada dasarnya, dalam penentuan perbuatan pidana harus lebih dahulu dinyatakan dengan peraturan dalam undang-undang tidak lengkap , sehingga perlu berpegang pada hukum dengan pengertian yang lebih luas.

c. pada dasarnya untuk penerapan peraturan hukum pidana inkonkrito tidak boleh dipergunakan analogi , namun dalam perkembangan dari cara berpikir yang lebih maju dan mempunyai alasan yang kuat atas timbulnya kejahatan kongkrit yang berbahaya bagi kepentingan umum dapat digunakan analogi.

(8)

peraturan dalam undang-undang yang berlaku secara umum.

Ketentuan dalam pasal 1 ayat 2 KUHP banyak menimbulkan masalah, maka perlu ditinjau kembali asas kemanfaatan dari hukum peralihan dengan pertimbangan bahwa :

a. Tidak ada hukum yang berdiri sendiri tanpa pengaruh dari lapangan hukum yang lain, sehingga hukum pidana akan tetap memperhatikan perkembangan hukum pada umumnya , bahkan lapangan hukum sendiri.

b. Dasar perubahan undang-undang yang baru adalah karena perubahan perasaan / keyakinan / kesadaran hukum rakyat yang melalui badan pembentuk UU mengadakan UU baru , untuk perbuatan pidana yang terjadi kemudian , sehingga perubahan UU yang karena sifatnya berlaku sementara tidak termasuk perubahan

c. Perubahan UU baru yang menyangkut berat atau ringan ancaman pidananya tidak akan mempunyai arti , karena di dalam praktiknya hakim tetap memegang asas kebebasan dalam menjatuhkan pidana yang diancamkan.

d. Asas temporis delicti yang berlaku secara tertulis maupun tidak tertulis sudah menjadi asas yang menjamin kepastian hukum serta keadilan hukum.

Dalam pandangan hukum yang lebih luas, menganggap hukum positif tidak hanya berupa undang-undang saja akan berpendapat bahwa dibentuknya Hukum Kejahatan Korupsi sebagai stelsel hukum pidana khusus yang mengandung penyimpangan sekalipun tidak dimuat secara tegas dalam KUHP , adalah sangat sesuai dengan ketentuan asas Lex Specialis Derogat Legi Generalis.

Dasar pertimbangan munculnya undang- undang baru sebagai anasir kejahatan inkonvensional adalah atas dasar pasal 103 KUHP yang menegaskan bahwa : ketentuan dalam bab I- VIII buku ke satu ini berlaku juga bagi perbuatan-perbuatan yang oleh ketentuan perundangan lain diancam dengan pidana kecuali jika oleh undang-undang ditentukan lain.

B. PERKEMBANGAN HUKUM KEJAHATAN KORUPSI DI INDONESIA

Selama kurun waktu 1960 - 1970, dirasakan kenisbian dan potensi yang tinggi dari perbuatan korupsi.. Perbuatan korupsi terus bergerak dibelakan pergolakan politik, sampai saat berakhirnya kabinet seratus menteri pada tahun 1966.

a. Peperpu 1958 membedakan 2 jenis perbuatan korupsi , yakni : (1) perbuatan pidana korupsi dikaitkan dengan unsur kejahatan dan pelanggaran yang dapat dikenai hukuman pokok dan hukuman tambahan , serta (2) perbuatan korupsi yang dapat dikenai putusan perampasan (beslag) perdata, tindakan fiscal dan pengembalian utang negara secara paksa dan penyelidikan keuangan di bank

b. Pemerintah Kabinet Ampera berusaha keras mengatasi korupsi, dan dikeluarkanlah sarana pemberantasan korupsi, yakni UU nomor 24 Prp tahun 1960 dilengkapi dengan Keppres nomor 228 tahun 1967 tertanggal 2 Desember 1967 yang memberikan tambahan kekuatan hukum yang represif dan effisien untuk pemberantasan korupsi .

c. Kekhasan UU ini adalah dibentuknya Tim pemberantasan Korupsi yang dipimpin dan dikoordinir Jaksa Agung bagi semua penegak hukum yang berwenang melakukan penyidikan dan penuntutan perkara korupsi baik yang dilakukan oleh orang sipil maupun ABRI.

(9)

penegakan hukum.

Berdasarkan sejarah tumbuhnya korupsi di Amerika Serikat, memberi petunjuk dalam upaya pemberantasan kejahatan korupsi melibatkan secara aktif berbagai komponen penyelenggara negara dan penegak hukum. Misalnya turut melibatkan dinas perpajakan, intelijen negara, badan legislative, team dan komisi.

d. Perubahan baru untuk menggantikan UU nomor 24 Prp tahun 1960 adalah UU nomor 3 tahun 1971, diproses dalam jangka waktu relative singkat . Rancangan diajukan oleh Menkeh pada tanggal 11 Juli 1970 dan diteruskan oleh presiden kepada DPR Gotong Royong pada 13 Agustus 1970, disetujui oleh DPR Gotong Royong pada 12 Maret 1971 dan sahkan menjadi UU tentang pemberantasan Tindak Pidana Korupsi pada 29 Maret 1971.

Ciri khas dari undang-undang ini adalah :

- perbuatan pidana korupsi mengandung unsur melawan hukum formil dan materil, terdapat ketentuan khusus tentang pengusutan, penuntutan, pemeriksaan dan putusan pengadilan dengan maksud mempercepat prosedur penyelesaian perkara korupsi.

- Pengurangan Hak Asasi Manusia yang sangat diperlukan dalam keadaan terpaksa menjadi salah satu ciri dari hukum pidana penyimpangan sesuai dengan kebutuhan hukum masyarakat.

- Pembuktian yang dibebankan kepada terdakwa dan kewajiban penuntut umum untuk tetap memberikan pembuktian , memberi gambaran watak hukum yang kontradiktif dan sekaligus menjamin dua kepentingan yang saling berhadapan. Di satu pihak terdakwa telah membuktikan bahwa tidak melakukan pidana korupsi, dan di lain pihak penuntut umum telah dapat

membuktikan tentang kesalahan terdakwa, sehingga sama-sama memberikan pembuktian meski bertolak belakang.

e. Undang-undang nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi , merupakan perubahan UU sebelumnya gar dapat menjangkau modus operandi penyimpangan meuangan negara atau perekonomian negara yang semakin canggih.

Ciri khas UU ini adalah :

- bahwa subyek pelaku tindak pidana korupsi diperluas dalam bentuk orang per orang dan koorporasi.

- lebih mengutamakan rumusan tindak pidana korupsi dalam pendekatan pelanggaran hukum formil.

- Telah ditentukan ancaman hukumanpidana minimum khusus, pidana denda yang lebih tinggi dan ancaman pidana mati yang merupakan ancaman pemberat pidana, pidana penjara bagi pelaku tipikor yang tidak dapat membayar pidana tambahan berupa uang pengganti kerugian negara.

- Dalam hal tindak pidana korupsi yang sulit pembuktiannya, dibentuklah Tim Pemberantas tindak pidana korupsi dibawah koordinasi Jaksa Agung, sedangkan proses penyidikan dan penuntutan dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. f. Undang-undang nomor 20 tahun 2001 tentang perubahan UU no 31 tahun 1999 tentang

Pemberantasan Tipikor. Undang-undang ini dikeluarkan mengingat korupsi merupakan kejahatan sistemik dan meluas yang selain merugikan keuangan negara juga melanggar hak-hak sosial ekonomi masyarakat secara luas.

Hal-hal yang khas dalam UU ini antara lain :

- pembuktian terbalik bersifat "premium remedium"

(10)

- negara berhak mengajukangugatan perdata terhadap harta benda terdakwa yang disembunyikan atau tersembunyi dan baru diketahui setelah putusan pengadilan memperoleh hukum tetap.

Sumber

http://hukum-dan-umum.blogspot.com/2012/04/definisi-arti-kejahatan.html

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Gambar 1.1, dapat dilihat bahwa pada mesin laser cutting CNC persentase biaya yang dikeluarkan untuk melakukan pembelian suku cadang adalah sebesar 76,13% dari

Establishment of Sustainable Investment Consultancy and Entrepreneurship Development Center for Entrepreneurs oriented towards solving the problems of pre-establishment

Gambar 4.2 Grafik Waktu Operasi Rele Gangguan Tanah Pada Recloser Gatotkaca Terhadap Arus Gangguan

Tujuan dari penyususnan skripsi adalah untuk mengetahui apakah peningkatan minat belajar IPA dapat diupayakan melalui model pembelajaran NHT siswa kelas V SD N 1 Ampel

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: jumlah jenis tumbuhan bawah yang ditemukan di RPH Kalirajut yaitu 32 jenis yang terdiri dari 17 famili, sedangkan di

8) Berdasarkan potensi yang ada serta masalah yang dihadapi, maka strategi pembangunan industri gula nasional difokuskan pada (i) peningkatan produktivitas dan

Terkait dengan anak putus sekolah dari pendidikan dasar yang tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, masih menjadi masalah besar. Kendala tersebut dapat