• Tidak ada hasil yang ditemukan

ESTIMASI CADANGAN AIR TANAH DI DAERAH TE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ESTIMASI CADANGAN AIR TANAH DI DAERAH TE"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

ESTIMASI CADANGAN AIR TANAH DI DAERAH TELUK MEKAKI

KECAMATAN SEKOTONG, KABUPATEN LOMBOK BARAT

MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS

Marenda Dwi Jatmiko, Dr. Suhayat Minardi, S. Si., MT., Drs. Teguh Ardianto, M. Si. Program Studi Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Mataram,

Jalan Majapahit 62 Mataram 83125

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian air tanah di daerah teluk mekaki yang menjadi salah satu prospek pariwisata di provinsi NTB. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui lapisan geologi, letak akuifer dan cadangan air tanah di daerah penelitian berdasarkan distribusi nilai resistivitas. Pengukuran dilakukan pada area seluas 159.900 m2 dan berdasarkan prinsip pengukuran geolistrik resistivitas 2 dimensi yang terdiri dari 6 lintasan paralel dengan jarak bentangan 210 m dan spasi antar lintasan sekitar 50 m. Hasil penampang 2 dimensi dari masing – masing lintasan kemudian diinterpolasi menggunakan software Rockworks 15 untuk mendapatkan pemodelan 3 dimensi. Berdasarkan distribusi nilai resistivitas diketahui bahwa lapisan geologi di daerah penelitian terdiri atas lempung, lempung pasiran, batu lempung, batu gamping, batu pasir dan tufa dengan lensa – lensa batu gamping. Hasil inversi dari software Res2dinv menunjukkan adanya variasi kedalaman zona akuifer pada lintasan 1 s.d 6. Kedalaman akuifer pada lintasan pertama sampai keenam berkisar antara 13,9 m s.d 35,4 m, 13,9 m s.d 27,5 m, 13,9 m s.d 27,5 m, 2,56 m s.d 20,4 m, 8,23 m s.d 35,4 m dan 35,4 m s.d 44,1 m. Hasil pemodelan 3 dimensi menunjukkan ada 2 daerah keterdapatan air tanah, yaitu berupa zona akuifer melayang dengan cadangan air tanah sekitar 400,97 m3 dan zona akuifer bebas dengan cadangan air tanah sekitar 9.842,88 m3.

Kata kunci : akuifer, cadangan air tanah, lapisan geologi, resistivitas ABSTRACT

The research of groundwater has been conducted in the bay area of Mekaki which became one of the prospects of tourism in West Nusa Tenggara province. The goal of research are to determine the geological layers, the location of aquifer and estimates of groundwater reserves in the research area based on the distribution of resistivity values. Measurements carried out on an area of 159.900 m2 by applying the principle of 2-dimensional geoelectric resistivity method. Measurements consists of 6 lines with the stretch of lines 210 m and the distance between the line spacing of about 50 m. The results of 2-dimensional cross-section of each line then interpolated using software Rockworks 15 to get a 3-dimensional modeling. Based on the distribution of resistivity values is known that geological layers in the research area consists of clay, sandy clay, claystone, limestone, sandstone and tuff with lenses of limestone. The results of the inversion software Res2dinv shows the variation of the depth of the aquifer zone on line 1 up to 6. Aquifer depth on the first line up to sixth line ranged from 13.9 m up to 35.4 m, 13.9 m up to 27.5 m, 13.9 m up to 27.5 m, 2.56 m up to 20.4 m, 8.23 m up to 35.4 m and 35.4 m up to 44.1 m. 3-dimensional modeling results indicate there are two areas of groundwater, the first is perched aquifer zone with the groundwater reserves amounted to 400.97 cubic meter and the second is unconfined aquifer zone with the groundwater reserves amounted to 9,842.88 cubic meter.

(2)

I. PENDAHULUAN

Air permukaan dan air tanah merupakan sumber air utama yang digunakan masyarakat untuk memenuhi berbagai kebutuhan. Air permukaan sebagian besar dipergunakan untuk memenuhi kegiatan pertanian, industri, pembangkit tenaga listrik dan keperluan domestik lainnya. Penggunaan air tanah umumnya masih terbatas untuk kebutuhan air minum, rumah tangga, sebagian industri dan pertanian di wilayah dan musim-musim tertentu. Sumber daya air merupakan sumber daya alam yang terbarui, namun demikian ketersediaannya tidak selalu sesuai dengan waktu, ruang, jumlah dan mutu yang dibutuhkan. Pertambahan penduduk dan pertumbuhan ekonomi telah meningkatkan penggunaan sumber daya air secara kuantitas maupun kualitas.

Berdasarkan hasil wawancara dengan karyawan PT. TMI, teluk Mekaki merupakan salah satu daerah prospek wisata di provinsi NTB yang saat ini dikelola oleh PT. Teluk Mekaki Indah (TMI). Derah tersebut akan dibangun kawasan wisata Mekaki Bay Resort dengan 14 hotel bintang 4 dan 5, dengan fasilitas lapangan golf, ecotourism, diving, snorkeling dan surfing. Teluk Mekaki terletak di ujung barat daya pulau Lombok atau secara administratif terletak di wilayah Dusun Rambut Petung, Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Kegiatan industri pariwisata di daerah ini tentunya akan membutuhkan pemanfaatan air permukan maupun air tanah secara optimal untuk memenuhi kebutuhan. Pemanfaatan air tanah sebagai sumber daya pemasok air dapat dipilih karena memiliki beberapa keuntungan, yaitu kualitas air umumnya baik, biaya investasi relatif rendah dan pemanfaatannya dapat dilakukan di tempat yang membutuhkan (insitu). Berdasarkan data hidrogeologi, teluk mekaki merupakan daerah dengan keterusan air sangat rendah, air tanah dangkal hanya terdapat dalam jumlah terbatas (DISTAMBEN, 2000). Berdasarkan hal ini maka salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk mengetahui potensi ketersediaan air tanah di daerah ini yaitu dengan melakukan survei geofisika.

Metode geolistrik merupakan salah satu metode geofisika yang sangat populer dan sering digunakan baik dalam survei geologi maupun eksplorasi. Hal ini disebabkan karena metode geolistrik sangat bagus untuk mengetahui kondisi atau struktur geologi

bawah permukaan berdasarkan variasi tahanan jenis batuannya. Terutama untuk daerah yang mempunyai kontras tahanan jenis yang cukup jelas terhadap sekitarnya, misalnya untuk keperluan eksplorasi air tanah. Air yang menempati rongga - rongga dalam tanah memiliki sifat konduktif terhadap aliran listrik sehingga menyebabkan nilai resistivitasnya sangat rendah. Nilai resistivitas yang rendah inilah akan menimbulkan kontras terhadap nilai resistivitas batuan disekitarnya yang tidak mengandung air tanah. Menurut Lowrie (2007) parameter fisika utama dalam batuan pada survei geolistrik adalah resistivitas dan konduktivitas. Anomali terbentuk ketika terdapat kontras resistivitas dalam batuan seperti dike meneralisasi atau ore body, yang akan menimbulkan kontras resistivitas dengan batuan sekitarnya.

Berdasarkan uraian di atas maka pada penelitian ini akan diterapkan model pengukuran geolistrik 2 dimensi dengan beberapa lintasan paralel, kemudian hasil dari pengukuran tersebut akan diinterpolasi untuk mendapatkan model 3 dimensi. Hasil pemodelan 3 dimensi diharapkan dapat menggambarkan sifat heterogenitas lapisan geologi pada arah horizontal di daerah penelitian sehingga akan didapatkan data yang representatif. Survei geolistrik resistivitas dimaksudkan untuk mengetahui titik-titik yang menjadi pendugaan adanya air tanah, serta untuk mengetahui cadangan air tanah yang tersedia di daerah penelitian.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Tanah

Air tanah adalah air yang berada di bawah permukaan tanah. Air tanah yang berada di bawah permukaan terbagi atas dua zona yang berbeda. Lapisan yang berada di bawah permukaan tanah dan sebagian besar berisi air dan udara disebut daerah tidak jenuh (unsaturated zone), sedangkan daerah jenuh (saturated zone) merupakan lapisan yang penuh dengan air dan berada di bawah daerah tidak jenuh (Ralph, 1983).

2.2 Hidrogeologi

(3)

dalam perjalanannya dan kondisi batuan tempat air itu berada.

Secara hidrogeologi terdapat beberapa istilah mengenai keterdapatan air tanah, diantaranya :

 Akuifer (Aquifer) adalah lapisan yang dapat menyimpan dan mengalirkan air dalam jumlah yang ekonomis. Contoh : pasir, kerikil, batu pasir, batu gamping rekahan.  Akuiklud (Aquiclude) adalah lapisan yang

mampu menyimpan air, tetapi tidak dapat mengalirkan dalam jumlah yang berarti misalnya lempung, serpih, tuf halus dan lanau.

 Akuifug (Aquifuge) adalah lapisan batuan yang kedap air, tidak dapat menyimpan dan mengalirkan air, misalnya batuan kristalin, metamorf kompak.

 Akuitard (Aquitard) adalah lapisan yang dapat menyimpan air dan mengalirkan dalam jumlah yang terbatas, misalnya lempung pasiran (sandy clay)

2.3 Akuifer

Akuifer sering pula disebut waduk air atau formasi batuan pembawa air. Ada berbagai formasi geologi yang dapat berfungsi sebagai akuifer. Formasi geologi tersebut adalah endapan aluvial, batu gamping, batuan vulkanik, batu pasir serta batuan beku dan batuan metamorf (Todd, 1980). Sekitar 90% air tanah terdapat pada endapan aluvial yang merupakan bahan lepas seperti pasir dan kerikil.

Berdasarkan litologinya (Wuryantoro, 2007), akuifer dapat dibedakan menjadi 4 macam, yaitu:

a. Akuifer bebas atau akuifer tidak tertekan (Unconfined Aquifer)

Akuifer bebas atau akuifer tak tertekan adalah air tanah dalam akuifer tertutup lapisan impermeable, dan merupakan akuifer yang mempunyai muka air tanah. Akuifer bebas ini merupakan akuifer jenuh air (saturated). Lapisan pembatasnya yang merupakan aquitard, hanya pada bagian bawahnya dan tidak ada pembatas aquitard di lapisan atasnya karena batas di lapisan atas berupa muka air tanah. Jadi permukaan air tanah bebas adalah batas antara zone yang jenuh dengan air tanah dan zone yang aerosi (tak jenuh) di atas zone yang jenuh. Akuifer jenuh disebut juga sebagai phriatic

aquifer, non artesian aquifer atau free aquifer.

b. Akuifer bocor (Leakage Aquifer)

Akuifer bocor dapat didefinisikan suatu akuifer dimana air tanah terkekang di bawah lapisan yang setengah kedap air sehingga akuifer disini terletak antara akuifer bebas dan akuifer terkekang.

c. Akuifer melayang (Perched Aquifer) Akuifer disebut akuifer melayang jika di dalam zone aerosi terbentuk sebuah akuifer di atas lapisan impermeable. Akuifer melayang ini tidak dapat dijadikan sebagai suatu usaha pengembangan air tanah, karena mempunyai variasi permukaan air dan volumenya yang kecil.

d. Akuifer tertekan (Confined Aquifer) Akuifer tertekan adalah suatu akuifer dimana air tanah terletak dibawah lapisan kedap air (impermeable) dan mempunyai tekanan lebih besar daripada tekanan atmosfer. Air yang mengalir (no flux) pada lapisan pembatasnya, karena confined aquifer merupakan akuifer yang jenuh air yang dibatasi oleh lapisan atas dan bawahnya.

Gambar 2.1 Penampang skematis yang menggambarkan akuifer bebas dan akuifer tertekan (Todd, 2005)

2.4 Karakteristik Akuifer

Kuantitas air bawah tanah yang dapat disimpan atau diteruskan oleh akuifer tergantung pada karakteristik akuifer tersebut. Karakteristik akuifer meliputi porositas, konduktivitas hidrolik dan specific yield (porositas efektif). Berikut penjelasan mengenai karakteristik akuifer tersebut. 1. Porositas

(4)

pembentukan porositas primer terjadi selama proses pengendapan berlangsung (syngenetic), yaitu terbentuknya ruang antar butiran komponen penyusunan batuan sedimen. Sedangkan porositas sekunder terbentuk setelah proses litifikasi (postgenetic), baik melalui pelarutan (contoh : batu gamping) dan atau pengkekeran (joint) akibat tekanan oleh gejala tektonik.

Perbandingan antara volume total ruang pori dan volume total batuan disebut porositas total atau absolut, sedangkan perbandingan antara ruang pori yang saling berhubungan dan volume total batuan disebut porositas efektif.

Porositas menurut Koesoemadinata (1978) adalah :

(2.1)

Sedangkan porositas efektif didefinisikan sebagai (Koesoemadinata, 1978) :

(2.2)

2. Konduktivitas Hidrolik (Permeabilitas) Merupakan unit kecepatan dari kemampuan lapisan batuan untuk meloloskan air (Todd, 1980). Konduktivitas hidrolik dipengaruhi oleh sifat fisik yaitu porositas, ukuran butir, susunan butir, bentuk butir dan distribusinya.

3. Specific Yield (Sy)

Specific yield atau porositas efektif merupakan perbandingan dalam persen (%) air yang dapat diambil dari tanah atau batuan yang jenuh air dibandingkan dengan volume total batuan atau tanah (Todd, 1980).

Tabel 2.1 Nilai specific yield (Sy) dari beberapa macam batuan

2.5 Sifat Kelistrikan Batuan

Batuan merupakan suatu jenis materi sehingga batuan pun mempunyai sifat-sifat kelistrikan. Sifat kelistrikan batuan adalah karakteristik batuan untuk menghambat atau meneruskan arus listrik yang dialirkan ke dalamnya. Arus listrik ini dapat berasal dari alam itu sendiri akibat terjadinya ketidakseimbangan, atau arus listrik yang sengaja dimasukkan ke dalamnya. Pada bagian batuan, atom-atom terikat secara ionik atau kovalen. Karena adanya ikatan ini maka batuan mampunyai sifat menghantarkan arus listrik. Aliran arus listrik di dalam batuan/mineral dapat digolongkan menjadi tiga macam yaitu konduksi elektronik, konduksi elektrolitik dan konduksi dielektrik (Lilik, 1990).

2.6 Resistivitas Batuan

Dari semua sifat fisika batuan dan mineral, resistivitas memiliki variasi harga yang sangat banyak. Resistivitas pada mineral-mineral logam harganya berkisar antara 10-5 Ωm hingga 107 Ωm, dengan komposisi yang bermacam-macam akan menghasilkan range resistivitas yang bervariasi. Range resistivitas maksimum yang mungkin adalah dari 1,6 x 10-8Ωm (perak asli) hingga 1016 Ωm (belerang murni). Berdasarkan harga resistivitas listriknya, batuan dan mineral dapat dikelompokkan menjadi tiga (Telford, 1990), yaitu :

1. Konduktor : 108<

< 1 Ωm

2. Semikonduktor : 1 <

< 107 Ωm

3. Isolator :

> 107 Ωm

Variasi resistivitas material bumi ditunjukkan pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Resistivitas Material Geologi Common

Rock/Material Resistivity (m)

(5)

Sand (pasir) 1 – 1000 Sumber : Paulin, 2008

2.7 Metode Geolistrik Resistivitas

Dalam eksplorasi geofisika, metode geolistrik tahanan jenis merupakan metode geolistrik yang mempelajari sifat resistivitas (tahanan jenis) listrik dari lapisan batuan di dalam bumi. Berdasarkan pada tujuan penyelidikan, metode geolistrik tahanan jenis dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu metode resistivitas mapping dan metode resistivitas sounding (Telford, 1990).

2.8 Dasar Kelistrikan

Metode resistivitas listrik bekerja berdasarkan pengukuran beda potensial pada permukaan bumi yang dihasilkan oleh arus searah yang mengalir di bawah permukaan, sehingga dapat ditentukan distribusi resistivitas bawah permukaan dan interpretasi material bumi. Hukum Ohm, pertama diperkenalkan oleh ahli fisika Jerman George Simon Ohm, yang menyatakan bahwa beda potensial akibat suatu beban berbanding lurus dengan arus listrik. Hubungan antara besarnya beda potensial listrik V , kuat arus listrik I dan besarnya resistansi atau tahanan kawat penghantar R (Lowrie, 2007) adalah :

IR

V  (2.3)

Karena variasi material geologi memiliki resistansi yang berbeda dalam aliran arus, maka kita dapat mengukur arus dan tegangan untuk memperoleh resistansi dan menentukan jenis material bawah permukaan. Berdasarkan Gambar 2.2 dijelaskan bahwa dua resistor dengan panjang l yang berbeda dengan luas penampang A. Jika kedua resistor terbuat dari material yang sama, hal tersebut terlihat jelas bahwa kedua resistor tidak akan memiliki resistansi yang sama. Resistansi resistor pada Gambar 2.2 bergantung pada panjang, luas penampang, dan sifat material yang digunakan dalam pembuatannya, yang kita sebut dengan resistivitas yang dilambangkan dengan

, dapat dituliskan :

A

Jika persamaan 2.3 disubstitusikan ke dalam persamaan 2.5, maka didapatkan nilai resistivitas

sebesar :

l

Sedangkan sifat konduktivitas

batuan adalah kebalikan dari resistivitas :

E

Gambar 2.2 Dua resistor dengan panjang (l) yang berbeda dan luas penampang (A) yang berbeda

Satuan resistivitas yaitu m. Konduktansi (1/) adalah kebalikan dari resistansi (), dan konduktivitas (1/m) kebalikan dari resistivitas (Lowrie, 2007).

2.9 Dua Elektroda Arus pada Permukaan Apabila jarak (r) antar dua elektroda arus dibuat dengan jarak tertentu (Gambar 2.3), potensial dekat permukaan akan dipengaruhi oleh kedua elektroda arus tersebut, maka elektroda potensial pada permukaan tanah homogen isotropik dengan resistivitas

(Telford, 1990)

(6)



2.10Survei Geolistrik

Dalam survei geolistrik, nilai resistivity yang dihitung bukan merupakan nilai resistivity medium sebenarnya tetapi suatu nilai semu dimana resistivity medium homogen akan memberikan nilai resistansi yang sama pada susunan elektroda yang sama (Loke, 2000). Menurut Telford et al (1990), meskipun resistivity semu tidak mencerminkan secara langsung resistivity medium, namun distribusi nilai resistivity semu hasil pengukuran mengandung informasi distribusi resistivity medium. Untuk menentukan true resistivity bawah permukaan harus dilakukan inversi terhadap nilai resistivity semu terukur (Loke, 2000).

Terdapat beberapa macam konfigurasi elektroda dalam survei geolistrik. Konfigurasi elektroda yang biasa digunakan dalam survei geolistrik bersama dengan faktor geometrinya (Telford, 1990; Loke, 2000; Lowrie, 2007) dapat dilihat pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4 Konfigurasi elektroda dalam survei geolistrik dan faktor geometrinya

2.11Konfigurasi Dipole – Dipole

Pengukuran dengan konfigurasi dipole-dipole menggunakan 4 elektroda,

masing-masing 2 elektroda arus (C1 dan C2) dan 2 elektroda potensial (P1 dan P2).

Gambar 2.5 Susunan elektroda konfigurasi dipole – dipole

Keterangan gambar : A,B = Elektroda arus M,N = Elektroda potensial

C1,C2 = Arus yang terukur pada elektroda

Pada konfigurasi ini, arus diinjeksikan melalui elektroda A dan B. Sedangkan beda potensial diukur melalui elektroda M dan N. Berdasarkan persamaan 2.12 yaitu :

(7)

III. METODOLOGI PENELITIAN

Instrumen utama yang digunakan di dalam penelitian metode geolistrik resistivitas di Teluk Mekaki, Dusun Rambut Petung, Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat, Provinsi NTB adalah : satu unit alat Geolistrik G-Sound dengan ketelitian 10-2 yang digunakan dalam mengukur arus dan beda potensial di daerah penelitian, satu buah Global Positioning System (GPS) tipe MAP 60CSx untuk menentukan posisi titik pengukuran dan beberapa perangkat lunak yang digunakan dalam pengolahan data geolistrik ini adalah Software (Res2dinv, Rockworks 15, Surfer 10) dan MS Excel 2010.

Tahapan yang pertama dalam penelitian ini adalah menentukan titik pengukuran sesuai dengan tata cara dan skema yang sudah diibuat. Tahap yang kedua adalah persiapan alat yang akan digunakan untuk pengukuran pada titik yang sudah dibuat di lokasi penelitian dan selanjutnya adalah tahap pengambilan data di lokasi penelitian berdasarkan titik-titik yang sudah dibuat. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 12 - 16 Februari 2014 dengan panjang maksimal lintasan pengukuran adalah 210 meter yang terdiri dari 6 lintasan paralel dengan spasi antar lintasan sekitar 50 meter. Akuisisi data geolistrik dilakukan dengan menggunakan konfigurasi dipole - dipole dimana spasi antar elektroda adalah 15 meter. Tahap yang berikutnya adalah proses pengolahan data dan analisis data berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengukuran di lokasi penelitian. Tahapan yang dilakukan pada proses pengolahan data yaitu, menentukan nilai resistivitas semu dari data pengukuran berdasarkan persamaan 2.14 menggunakan MS. Exel 2010. Selanjutnya dilakukan proses inversi menggunakan software Res2dinv, kemudian penampang 2D distribusi nilai resistivitas hasil inversi diinterpolasi menggunakan software Rockworks 15 untuk mendapatkan pemodelan 3D. Dari data yang ada selanjutnya dilakukan interpretasi terhadap distribusi nilai resistivitas dalam penampang 2D maupun 3D, sehingga dapat dideskripsikan lapisan geologi, letak akuifer dan perkiraan cadangan air tanah di daerah penelitian.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengolahan data geolistrik berupa penampang 2D yang menggambarkan variasi nilai resistivitas secara lateral dan vertikal.

Hasil pengukuran lintasan pertama sampai lintasan keenam menunjukkan anomali rendah dan tinggi yaitu warna biru tua dan ungu. Anomali rendah dan tinggi pada pengukuran lintasan pertama ditunjukkan dengan nilai resistivitas 6.5 Ωm dan 3.972,83 Ωm. Anomali rendah dan tinggi pada pengukuran lintasan kedua ditunjukkan dengan nilai resistivitas 0,2 Ωm dan 58.567,37 Ωm. Anomali rendah dan tinggi pada pengukuran lintasan ketiga ditunjukkan dengan nilai resistivitas 3,78 Ωm dan 4.617,43 Ωm. Anomali rendah dan tinggi pada pengukuran lintasan keempat ditunjukkan dengan nilai resistivitas 11,78 Ωm dan 33.167 Ωm. Anomali rendah dan tinggi pada pengukuran lintasan kelima ditunjukkan dengan nilai resistivitas 7,67 Ωm dan 6.327 Ωm. Anomali rendah dan tinggi pada pengukuran lintasan keenam ditunjukkan dengan nilai resistivitas 5,7 Ωm dan 1.928 Ωm.

4.1 Hasil Penampang 2D Lintasan 1

Pengukuran lintasan pertama berada pada posisi 8º 49’ 43.3” LS dan 115º 55’ 51.4” BT sampai 8º 49’ 49.4” LS dan 115º 55’ 48.8” BT (Gambar 4.1).

Gambar 4.1 Hasil inversi data lintasan 1 Secara umum terdapat beberapa lapisan dengan nilai resistivitas yang berbeda. Penampang lintasan pertama didominasi oleh low resistivity zone (warna biru tua - biru muda)

(8)

diinterpretasikan sebagai claystone (batu lempung), limestone (batu gamping), dan sandstone (batu pasir) yang berbentuk butir – butir renggang (loose) tapi padat (compact) dengan fragmen – fragmen yang menyatu dan mengeras (cemented). Lapisan ini diduga sebagai aquifer zone karena memiliki karakteristik porosity dan permeability yang cukup baik dan terdapat pada kedalaman 13,9 m – 35,4 m. Terakhir, lapisan dengan nilai resistivitas lebih dari 312 Ωm (warna orange –

ungu) diinterpretasikan

sebagai perpaduan antara sandstone (batu pasir) dan tuffs (tufa). Batuan ini merupakan jenis batuan sedimen yang mengandung mineral kuarsa. Lapisan ini berada pada kedalaman lebih dari 35,4 m di bawah permukaan tanah.

4.2 Hasil Penampang 2D Lintasan 2 s.d 6 Distribusi nilai resistivitas pada penampang lintasan 2 s.d 6 menunjukan hasil yang tidak jauh berbeda dengan hasil penampang lintasan 1. Secara umum lintasan 2 s.d lintasan 6 tersusun atas lapisan clay (lempung), sandy clay (lempung pasiran), claystone (batu lempung), limestone (batu gamping), sandstone (batu pasir) dan tuffs (tufa dengan lensa – lensa batu gamping). Hasil penampang lintasan 2 s.d 6 ditunjukkan pada Gambar 4.2, 4.3, 4.4, 4.5 dan 4.6.

Gambar 4.2 Hasil inversi data lintasan 2

Gambar 4.3 Hasil inversi data lintasan 3

Gambar 4.4 Hasil inversi data lintasan 4

Gambar 4.5 Hasil inversi data lintasan 5

Gambar 4.6 Hasil inversi data lintasan 6 Pengukuran lintasan 2 s.d lintasan 6 dilakukan pada posisi :

1. Lintasan 2 : 8º 49’ 40.1” LS dan 115º 55’ 55.7” BT sampai 8º 49’ 46.4” LS dan 115º 55’ 52.5” BT

2. Lintasan 3 : 8º 49’ 43.1” LS dan 115º 55’ 57.6” BT sampai 8º 49’ 48.4” LS dan 115º 55’ 53.1” BT

3. Lintasan 4 : 8º 49’ 43.4” LS dan 115º 55’ 58.5” BT sampai 8º 49’ 49.7” LS dan 115º 55’ 55.9” BT

(9)

5. Lintasan 6 : 8º 49’ 46.7” LS dan 115º 56’ 01.2” BT sampai 8º 49’ 53.2” LS dan 115º 55’ 59.7” BT

Hasil interpretasi lintasan 1 s.d lintasan 6 dapat dilihat pada lampiran 1.

4.3 Hasil Pemodelan 3D

Hasil distribusi nilai resistivitas dalam penampang 2D dari lintasan pertama sampai keenam kemudian digabungkan menggunakan software Rockworks 15. Hasil pemodelan 3D dapat disajikan dalam 3 model :

1. Slicing vertikal (Gambar 4.7). 2. Slicing horizontal (lampiran 2) 3. Solid model 3D (Gambar 4.8)

Gambar 4.7 Hasil slicing vertikal pemodelan 3D lintasan 1 s.d 6

Pada gambar 4.7 terlihat distribusi nilai resistivitas dalam penampang 2D untuk masing – masing lintasan pengukuran. Distribusi nilai resistivitas masing – masing lintasan pengukuran kemudian diinterpolasi menggunakan software Rockworks 15 untuk mendapatkan hasil pemodelan 3D. Hasil pemodelan 3D dapat dikelompokkan menjadi 5 zona. Zona pertama ditunjukkan oleh warna ungu dengan nilai resistivitas rendah, yaitu sebesar 0,58 Ωm (log resistivity -0,232). Nilai resistivitas yang rendah dapat disebabkan karena perubahan sifat fisis di bawah permukaan, yaitu perubahan daya hantar listrik akibat adanya kandungan air laut yang bersifat lebih elektrolit dibandingkan air tanah. Zona pertama dapat diinterpretasikan sebagai daerah terjadinya intrusi air laut (air asin). Daerah yang diduga terjadinya proses intrusi air laut berada pada koordinat 8º 49.699’ LS dan 115º 55.914’ BT dengan kedalaman 54 m di bawah permukaan tanah (lampiran 2). Zona kedua ditunjukkan oleh warna biru dengan nilai resistivitas berkisar antara 1 - 10 Ωm (log

(10)

(a)

(b)

(c)

Gambar 4.8 Solid model 3D lintasan 1 s.d 6 (a) Tampak arah barat – selatan (b) Tampak arah utara – timur (c) tampak bagian bawah

4.4 Perkiraan Cadangan Air Tanah

Hasil interpretasi data daerah penelitian, diketahui terdapat dua daerah yang mengandung air tanah, yaitu pada zona yang disebut akuifer melayang (perched aquifer) dan akuifer bebas (unconfined aquifer). Diasumsikan lapisan penyusun pada zona

akuifer melayang berupa lempung (clay), sedangkan lapisan penyusun pada zona akuifer bebas berupa batu pasir sedang. Berdasarkan Tabel 2.1, Porositas efeksif (specific yield) batuan di daerah penelitian sebesar 3 % untuk lempung dan 27 % untuk batu pasir sedang. Hasil perkiraan cadangan air tanah di daerah penelitian pada zona akuifer melayang dengan volume batuan keseluruhan ± 13.365,55 m3 adalah ± 400,97 m3, sedangkan cadangan air tanah di daerah penelitian pada zona akuifer bebas dengan volume batuan keseluruhan ± 36.455,11 m3 adalah ± 9.842,88 m3.

Keberadaan air tanah zona akuifer melayang dapat dijumpai pada koordinat 8º 49.757’ LS dan 115º 55.922’ BT dengan kedalaman 2 m, 8º 49.714’ LS dan 115º 55.902 BT dengan kedalaman 12 m, 8º 49.842’ LS dan 115º 56.006’ BT dengan kedalaman 18 m, 8º 49.691’ LS dan 115º 55.917’ BT dengan kedalaman 48 m, sedangkan keberadaan air tanah berupa zona akuifer bebas umumnya tersebar merata dengan kedalam sekitar 13,9 m – 35,4 m di bawah permukaan tanah. Zona akuifer melayang ditunjukkan pada Gambar 4.9 sedangkan zona akuifer bebas ditunjukkan pada Gambar 4.10.

Gambar 4.9 Zona akuifer melayang (perched aquifer)

(11)

V. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data pengukuran geolistrik resistivitas pada area penelitian seluas 159.900 m2, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Lapisan geologi daerah penelitian terdiri dari perpaduan lapisan clay (lempung), sandy clay (lempung pasiran), claystone (batu lempung), limestone (batu gamping), sandstone (batu pasir) dan tuffs (tufa) dengan lensa – lensa batu gamping. 2. Terdapat variasi kedalaman zona akuifer

pada masing – masing lintasan pengukuran. Kedalaman akuifer pada lintasan pertama berkisar antara 13,9 m – 35,4 m. Kedalaman akuifer pada lintasan kedua berkisar antara 13,9 m – 27,5 m. Kedalaman akuifer pada lintasan ketiga berkisar antara 13,9 m – 27,5 m. Kedalaman akuifer pada lintasan keempat berkisar antara 2,56 m – 20,4 m. Kedalaman akuifer pada lintasan kelima berkisar antara 8,23 m – 35,4 m. Kedalaman akuifer pada lintasan keenam berkisar antara 35,4 m – 44,1 m.

3. Terdapat dua zona keterdapatan air tanah di daerah penelitian yaitu berupa zona akuifer melayang (perched aquifer) dan zona akuifer bebas (unconfined aquifer). Cadangan air tanah pada zona akuifer bebas sekitar 9.842,88 m3, sedangkan cadangan air tanah pada zona akuifer melayang sekitar 400,97 m3.

DAFTAR PUSTAKA

Heath, Ralph C., 1983, Basic Ground – Water Hydrology, Virginia : U.S. Geological Survey.

Hendrajaya, Lilik, dan Idam Arif, 1990, Geolistrik Tahanan Jenis, Bandung : Laboratorium Fisika Bumi ITB.

Koesoemadinata, R. P., 1987, Geologi Minyak dan Gas Bumi, Bandung : ITB.

Loke, M. H., 2000, Electrical Imaging Survey for Environmental and Engineering Studies, Malaysia : Geotomo Software.

Lowrie, W., 2007, Fundamentals of Geophysics, New York : Cambridge University Press.

Parulian, Paulin H. B., 2008, Pemodelan 3D Zona Mineralisasi Endapan Emas

Sistem Epitermal Daerah “Z” untuk

Menentukan Titik Ore Shott pada Bor Eksplorasi, Depok : Universitas Indonesia.

Ridwan, Tato, dan Sudadi, Purwanto, 2000, Peta Hidrogeologi Pulau Lombok, Mataram : Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi NTB.

Telford, W.M., L.P. Geldart, and R.E. Sheriff, 1990, Applied Geophysics, New York : Cambridge University Press.

Todd, D. K., 1980, Groundwater Hydrology (Second Edition), New York : John Wiley and Sons.

Todd, D. K., 2005, Groundwater Hydrology (Third Edition), New York : John Wiley and Sons.

(12)

LAMPIRAN 1

Pengukuran

Nilai Resistivitas

(Ωm)

Kedalaman (m) Jenis Batuan

Lintasan 1

6,2 – 29,7 2,56 – 20,4 Clay (lempung), sandy clay (lempung pasiran)

65 - 312 13,9 – 35,4

Claystone (batu lempung), limestone (batu gamping),

sandstone (batu pasir)

> 312 > 35,4 Sandstone (batu pasir), tuffs (tufa)

Lintasan 2

1,21 –

40,45 2,56 – 20,4

Clay (lempung), sandy clay (lempung pasiran)

63,9 - 240 13,9 – 27,5

Claystone (batu lempung), limestone (batu gamping),

sandstone (batu pasir)

> 569 20,4 – 53 Sandstone (batu pasir), tuffs (tufa)

Lintasan 3

3,19 – 44,5 2,56 – 13,9 Clay (lempung), sandy clay (lempung pasiran)

107 - 258 13,9 -27,5

Claystone (batu lempung), limestone (batu gamping),

sandstone (batu pasir)

> 439 > 27,5 Sandstone (batu pasir) dan Tuffs (tufa)

Lintasan 4

15,1 –

67,75 2,56 – 8,23

Clay (lempung), sandy clay (lempung pasiran)

172,1 - 436 2,56 – 20,4 limestone (batu gamping) dan sandstone (batu pasir)

> 626 > 20,4 Sandstone (batu pasir) dan Tuffs (tufa)

Lintasan 5

5,26 –

116,7 2,56 – 20,4

Clay (lempung), sandy clay (lempung pasiran) dan claystone (batu lempung)

164 - 387 8,23 – 35,4 limestone (batu gamping) dan sandstone (batu pasir)

> 387 > 35,4 Sandstone (batu pasir) dan Tuffs (tufa)

Lintasan 6

5,13 –

138,9 2,56 – 35,4

Clay (lempung), sandy clay (lempung pasiran) dan claystone (batu lempung)

187 -383 35,4 – 44,1 limestone (batu gamping) dan sandstone (batu pasir)

(13)

LAMPIRAN 2

Gambar L.2.1 Slicing Horizontal Distribusi

Nilai Resistivitas Kedalaman 2 m

Gambar L.2.2 Slicing Horizontal Distribusi Nilai Resistivitas Kedalaman 12 m

Gambar L.2.3 Slicing Horizontal Distribusi Nilai Resistivitas Kedalaman 18 m

(14)

Gambar

Tabel 2.1 Nilai specific yield (Sy) dari
Gambar 2.3  Dua elektroda arus dan dua elektroda potensial pada permukaan tanah homogen isotropik dengan resistivitas (Telford, 1990)
Gambar 2.4  Konfigurasi elektroda dalam survei geolistrik dan faktor geometrinya
Gambar 4.1 Hasil inversi data lintasan 1
+6

Referensi

Dokumen terkait

membanggakan karena pendidikan agama Islam kadang dianggap remeh oleh beberapa kalangan. Kemudian selanjutnya XI IPS 4 memiliki ketuntasan yang cukup besar yaitu 100%

Triangulasi sumber adalah teknik untuk menguji data yang dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.. Sumber untuk mengecek keabsahan data

Berdasarkan penelitian mengenai Pengaruh Program Tayangan Kontes Dangdut D’Academy di Televisi Swasta Indosiar dengan Minat Siswa Non Dangdut Sekolah Musik ADSOR

Untuk badan usaha yang berstatus penanaman modal dalam negeri bentuk usahanya tidak harus dalam bentuk badan hukum, lain halnya dengan penanaman modal asing, pembentuk

Setelah memenuhi kebutuhan sistem, proses selanjutnya adalah menerangkan kegunaan form-form yang ada di dalam aplikasi sistem penunjang keputusan pemilihan keputusan

Tindak tutur deklaratif ( 宣言型) yaitu suatu pernyataan yang dapat mengubah kondisi atau kenyataan yang berbeda dengan keadaan sebelumnya.. Wujud dari tindak tutur

244 PT.SUMBER GRAHA SEJAHTERA CABANG PURBALINGGA (BAJONG) 245 PT.YIMEI GROUP INTERNATIONAL. 246 CV AGRAPRANA FURNITURE

¾ Integral berulang pada daerah tipe-1 dapat diubah ke daerah tipe-2 de- ngan cara mencari invers batas daerahnya... Irisan kedua tabung adalah ben- da B yang di oktan