• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH KESIAPAN INDONESIA DALAM MENGHAD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH KESIAPAN INDONESIA DALAM MENGHAD"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

KESIAPAN INDONESIA DALAM

MENGHADAPI

MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)

Makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Sosiologi dan Politik

Disusun oleh :

Rizki Apriliyandi (434334022014083)

Winda Mariska (434334022014 )

Akbar Ramadhan (434334022014 )

Putwi Desnawati (434334022014 )

(2)

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mengenai Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

Studi kasus ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan studi kasus ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Bandung, Januari 2016

(3)
(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sebuah era baru dalam integrasi ekonomi regional negara-negara anggota ASEAN akan kita songsong dalam waktu dekat. Indonesia bersama sembilan negara anggota ASEAN lainnya telah menyepakati perjanjian ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Kesembilan negara tersebut diantaranya adalah Malaysia, Singapura, Thailand, Brunei Darussalam, Kamboja, Myanmar, Laos, Filipina, dan Vietnam. MEA adalah bentuk integrasi ekonomi ASEAN dimana diadakannya sistem perdagangan bebas antar negara-negara ASEAN. Perdagangan bebas yang dimaksud adalah tidak adanya hambatan tarif (bea masuk 0-5%) maupun hambatan non-tarif bagi negara-negara anggota ASEAN. Ini dilakukan agar daya saing ASEAN meningkat dan menarik investasi asing serta bisa menyaingi India dan Cina. MEA dibentuk agar memungkinkan satu negara menjual barang dan jasa dengan mudah ke negara-negara lain di seluruh Asia Tenggara sehingga dapat memunculkan kompetisi yang ketat.

Menjelang memasuki Masyarakat Ekonomi ASEAN, sebenarnya masih banyak sekali masalah-masalah yang belum terselesaikan dan akan dihadapi oleh pemerintah Indonesia. Masalah tersebut meliputi kesiapan tenaga kerja Indonesia untuk bersaing dengan tenaga kerja negara asing, pertumbuhan perekonomian di daerah-daerah yang lambat, masuknya budaya-budaya asing yang menyebabkan pudarnya budaya asli Indonesia, dan kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai peluang yang timbul dari diterapkannya MEA.

(5)

arus perdagangan barang atau jasa tetapi juga pasar tenaga kerja profesional seperti akuntan, notaris, psikiater, dokter, dan lain sebagainya.

Menurut Staf Khusus Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Dita Indah Sari yang dikutip dalam (Dewi, 2008) “MEA mensyaratkan adanya penghapusan aturan-aturan yang sebelumnya menghalangi perekrutan tenaga kerja asing. Pembatasan, terutama dalam sektor tenaga kerja profesional, didorong untuk dihapuskan sehingga MEA akan lebih membuka peluang tenaga kerja asing untuk mengisi berbagai jabatan serta profesi di Indonesia yang selama ini tertutup atau minim tenaga asingnya.”

Berdasarkan masalah-masalah di atas, maka perlu diketahui sejauh mana kesiapan Indonesia dalam menghadapi MEA. Selain dampak-dampak terhadap Indonesia, perlu juga diketahui potensi-potensi MEA bagi Indoenesia. Jauh sebelumnya, harus diketahui juga bagaimana sejarah MEA terbentuk.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarakan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan permasalah sebagai berikut :

1. Bagaimana sejarah terbentuknya Masyarakat Ekonomi ASEAN?

2. Bagaimana kesiapan Indonesia terhadap Masyarakat Ekonomi ASEAN? 3. Potensi apa saja yang dihasilkan dari Masyarakat Ekonomi ASEAN

terhadap Indonesia?

1.3. Tujuan

Adapaun tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah :

1. Mengetahui lebeih jauh mengenai sejarah terbentuknya MEA. 2. Mengetahui kesiapan Indonesia terhadap MEA.

(6)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Sejarah Terbentuknya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

Gagasan mengenai Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) melalui proses yang panjang. Pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) di Kuala Lumpur tahun 1997, para pemimpin ASEAN memutuskan untuk mengubah ASEAN menjadi distrik yang stabil, makmur, sangat kompetitif dengan perkembangan ekonomi yang adil, dan mengurangi kemiskinan dan kesenjangan sosial-ekonomi. Dibuatlah tiga pilar untuk mewujudkan hal-hal tersebut, yaitu Masyarakat Politik-Keamanan ASEAN, Masyarakat Ekonomi ASEAN, dan Masyarakat Sosial-Budaya ASEAN.

Lalu pada KTT di Bali tahun 2003, para pemimpin ASEAN menyatakan bahwa Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan menjadi tujuan dari integrasi ekonomi regional pada tahun 2020. Namun pada pertemuan seluruh Menteri Ekonomi dari negara-negara ASEAN di Kuala Lumpur tahun 2006, disepakati bahwa memajukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dengan target yang jelas dan jadwal untuk pelaksanaannya. Pada KTT ASEAN ke-12 tahun 2007, para pemimpin negara ASEAN berkomitmen untuk memajukan pembentukan komunitas ASEAN pada tahun 2015 yang diusulkan di ASEAN visi 2020 dan ASEAN Concord II melalui penandatanganan Deklarasi Cebu.

2.2. Masyarakat Ekonomi ASEAN

(7)

Tahun 2015 adalah tahun penting bagi agenda integritas ASEAN. Secara ekonomi, ASEAN menjadi wilayah dengan pencapaian yang signifikan. Di Asia Tenggara rata-rata GDP meningkat dua kali lipat hingga sekarang.

Pada periode yang sama ASEAN juga menjadi wilayah yang sangat berpengaruh dalam perluasan pasar baik secara regional maupun global. Dengan total populasi lebih dari 622 juta jiwa, ASEAN menjadi basis konsumen yang besar selain China dan India.

Masayarakat Ekonomi ASEAN sendiri memiliki empat pilar utama yang meliputi :

(1) Terbentuknya pasar dan basis produksi tunggal, (2) Kawasan berdaya-saing tinggi,

(3) Kawasan dengan pembangunan ekonomi yang merata, dan; (4) Integrasi dengan perekonomian dunia.

Secara luas, pada karakteristik pertama akan adanya bebasnya arus barang, jasa, investasi, tenaga kerja, dan arus permodalan, priority integration sector

(PIS), dan pengembangan sektor food-agriculture-forestry antar negara ASEAN. Adapun sektor-sektor yang diprioritaskan dalam integrasi MEA adalah :

(8)

12. Jasa logistik

Pada karakteristik kedua, negara-negara ASEAN akan saling bahu-membahu dalam membuat kebijakan persaingan, melakukan perlindungan konsumen, pembangunan infrastruktur, kerjasama energi, perpajakan, dan e-commerce. Pada karakteristik ketiga, akan saling membantu dalam mengembangkan usaha kecil menengah dan mempersempit kesenjangan pembangunan antar negara ASEAN. Sedangkan pada karakteristik keempat, para negara ASEAN akan melakukan pendekatan koheren terhadap hubungan ekonomi eksternal dan berpartisipasi untuk meningkatkan jaringan suplai global.

Tujuan utama dari MEA ini sendiri berada pada pilar keempat yaitu Integrasi dengan perekonomian dunia. Setelah keempat pilar mencapai kestabilan, maka kemudian dibuatlah cetak biru (blueprint) atau rancangan rencana untuk periode MEA 2016-2025.

2.3. Kesiapan Indonesia terhadap Masyarakat Ekonomi ASEAN

Dalam menghadapi MEA seluruh anggota ASEAN diharuskan memiliki kesiapan yang matang agar tidak terjadi ketimpangan dalam pelaksanaannya. Selain itu, kesiapan yang matang akan mewujudkan kestabilan integrasi dalam MEA itu sendiri.

Indonesia sebagai negara terbesar di ASEAN memiliki beberapa persiapan. Kesiapan Indonesia dalam menghadapi MEA per tahun 2014 terdapat lima poin, diantaranya :

1. Produk industri yang berdaya saing lebih tinggi daripada negara ASEAN lainnya.

2. Kategori produk yang berdaya saing setara dengan negara ASEAN lainnya. 3. Kelompok produk yang mempunyai daya saing sedang.

4. Kategori produk yang memiliki daya saing lemah. 5. Kelompok produk yang berdaya saing sangat lemah.

(9)

1. Penyesuaian, persiapan dan perbaikan regulasi baik secara kolektif maupun individual (reformasi regulasi);

2. Peningkatan kualitas sumber daya manusia baik dalam birokrasi maupun dunia usaha ataupun profesional;

3. Penguatan posisi usaha skala menegah, kecil, dan usaha pada umumnya; 4. Penguatan kemitraan antara sektor publik dan swasta;

5. Menciptakan iklim usaha yang kondusif dan mengurangi ekonomi biaya tinggi, yang juga merupakan tujuan utama pemerintah dalam program reformasi komprehensif di berbagai bidang seperti perpajakan, kepabeanan, dan birokrasi;

6. Pengembangan sektor-sektor prioritas yang berdampak luas dan komoditi unggulan;

7. Peningkatan partisipasi institusi pemerintah maupun swasta untuk mengimplementasikan cetak biru (blueprint) MEA;

8. Reformasi kelembagaan dan kepemerintahan. Pada hakikatnya cetak biru (blueprint) MEA juga merupakan program reformasi bersama yang dapat dijadikan referensi bagi reformasi di Negara Anggota ASEAN termasuk Indonesia;

9. Penyediaan kelembagaan dan permodalan yang mudah diakses oleh pelaku usaha dari berbagai skala;

10. Perbaikan infrastruktur fisik melalui pembangunan atau perbaikan infrastruktur seperti transportasi, telekomunikasi, jalan tol, pelabuhan, revitalisasi, dan restrukturisasi industri.

Faktor pembangunan dan siknkronisasi hukum di Indonesia dalam menghadapi MEA pun harus diperhatikan sebagai salah satu kesiapan terhadap MEA. Jika dikaji dalam hal pembentukan peraturan perundang-undangan di Indonesia yang mendukung terhadap terlaksananya MEA ini, pembentukan produk hukum tersebut harus sejalan dengan arah pembangunan hukum nasional sebagai dasar dalam menciptakan dan membentuk peraturan perundang-undangan yang di maksud.

(10)

perubahan sosial menuju ke arah modernisasi yang dikemas dalam proses legislasi yang teratur dan berkesinambungan dengan memasukkan aspek sosiokultural yang mendukung arah perubahan tersebut, Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan hukum nasional kita terus mengalami perubahan ke arah modernisasi dengan catatan tetapmemasukkan aspek sosiokulturalnya.

Walapun dilihat dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007, belum terlihat secara konkret dukungan pembangunan hukum nasional dalam menghadapi perubahan perdagangan internasional yang salah satunya dalam bentuk MEA.

Namun memang kaitannya dengan akan berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Sudah seharusnya Arah Pembangunan Hukum Nasional, yang secara tersirat sebelumnya dalam RPJPN, diarahkan untuk mendukung dimulainya MEA tersebut. Hal ini menjadi penting agar pelaksanaan forum MEA ini khususnya bagi Indonesia dapat implementasikan bagi setiap pemangku kepentingan yang terlibat. Namun demikian arah pembangunan hukum tersebut tetap harus dengan berpedoman kepada koridor arah Pembangunan Nasional secara umum dengan memasukkan aspek sosial-budaya yang mendukung arah perubahan tersebut.

Jika melihat pilar MEA 2015, terdapat beberapa pengaturan di bidang hukum yang perlu untuk segera ada penyesuaian (adjustment). Setidaknya terdapat 14 (empat belas) bidang pengaturan peraturan perundang-undangan yang perlu untuk disesuaikan dengan akan berlakunya AEC tersebut yaitu :

(11)

7. Kehutanan

Sehingga terdapat dua hal yang perlu dilakukan dalam menyesuaikan arah pembangunan hukum nasional dengan akan diselenggarakannya Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Pertama, perlunya membuat tema guna menetukan arah pembangunan hukum nasional yang mengadopsi nilai dan tujuan MEA yang dapat mempengaruhi pembangunan hukum nasional Indonesia. Kedua, menyesuaikan substansi atau muatan yang terdapat dalam 14 (empat belas) bidang peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pelaksanaan MEA. Dalam membuat tema pun arah pembangunan hukum nasional serta penyesuaian peraturan perundang-undangan dimaksud harus sejalan dengan semangat dan tujuan yang terdapat dalam AEC atau Masyarakat Ekonomi ASEAN dengan tetap mengedepankan koridor dalam RPJPN dan kondisi sosial-budaya masyarakat Indonesia.

2.4. Potensi-potensi Masyarakat Ekonomi ASEAN bagi Indonesia

Potensi-potensi yang memungkinkan untuk Indonesia memiliki peluang yang lebih dibandingkan negara ASEAN lainnya diantaranya adalah :

(12)

2. Indonesia merupakan negara tujuan investor ASEAN. Proporsi investasi negara ASEAN di Indonesia mencapai 43% atau hampir tiga kali lebih tinggi dari rata-rata proporsi investasi negara-negara ASEAN yang hanya sebesar 15%.

3. Indonesia berpeluang menjadi negara pengekspor, dimana nilai ekspor Indonesia ke intra-ASEAN hanya 18-19% sedangkan ke luar ASEAN berkisar 80-82% dari total ekspornya, Hal ini berarti peluang untuk meningkatkan ekspor ke intra-ASEAN masih harus ditingkatkan agar laju peningkatan ekspor ke intra-ASEAN berimbang dengan laju peningkatan impor dari intra-ASEAN.

4. Liberalisasi perdagangan barang ASEAN akan menjamin kelancaran arus barang untuk pasokan bahan baku maupun bahan jadi di kawasan ASEAN karena hambatan tarif dan non-tarif sudah tidak ada lagi. Kondisi pasar yang sudah bebas di kawasan dengan sendirinya akan mendorong pihak produsen dan pelaku usaha lainnya untuk memproduksi dan mendistribusikan barang yang berkualitas secara efisien sehingga mampu bersaing dengan produk-produk dari negara lain. Di sisi lain, para konsumen juga mempunyai alternatif pilihan yang beragam yang dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan, dari yang paling murah sampai yang paling mahal. Indonesia sebagai salah satu negara besar yang juga memiliki tingkat integrasi tinggi di sektor elektronik dan keunggulan komparatif pada sektor berbasis sumber daya alam, berpeluang besar untuk mengembangkan industri di sektor-sektor tersebut di dalam negeri

5. Indonesia sebagai negara dengan jumlah populasi terbesar akan memperoleh keunggulan tersendiri, yang disebut dengan bonus demografi. Perbandingan jumlah penduduk produktif Indonesia dengan negara-negara ASEAN lain adalah 38:100, yang artinya bahwa setiap 100 penduduk ASEAN, 38 adalah warga negara Indonesia. Bonus ini diperkirakan masih bisa dinikmati setidaknya sampai dengan 2035, yang diharapkan dengan jumlah penduduk yang produktif akan mampu menopang pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pendapatan per kapita penduduk Indonesia.

(13)

Berdasarkan pembahasan diatas kami mencoba untuk memberikan pendapat masing-masing mengenai MEA dan kesiapan Indonesia dalam menghadapinya.

3.4.1.Rizki Apriliyandi

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) merupakan momentum berharga bagi negara-negara di ASEAN. Terdapat peluang-peluang yang bisa dimanfaatkan negara-negara di ASEAN untuk memajukan perekonomiannya baik secara lokal maupun global.

Namun demikian MEA bagi Indonesia seperti halnya dua mata pisau, dimana terdapat dampak positif dan negatifnya. Dampak positifnya ialah akselerasi di bidang ekonomi dalam berbagai macam sektor. Selaiin itu, dengan adanya potensi-potensi yang dimiliki Indonesia dalam menghadapi MEA dapat menjadikan Indonesia sebagai negara terdepan dalam MEA itu sendiri. Namun hal itu harus diiringi dengan peningkatan SDM, penyesuaian regulasi, peningkatan kondisi ekonomi yang kondusif, peningkatan infrastruktur dan perbaikan lembaga dan permodalan di Indonesia.

Sedangkan dampak negatifnya dapat ditimbulkan dari kurangnya kesigapan dan kesiapan Indonesia dalam menghadapinya.

(14)

BAB III KESIMPULAN

3.1. Kesimpulan

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) terbentuk dari hasil Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN secara bertahap dan ditetapkan pada KTT di Bali pada tahun 2003.

Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan tujuan dari integrasi ekonomi regional kawasan Asia Tenggara yang diberlakukan pada tahun 2015. Arah pembangunan hukum berkaitan dengan MEA tetap harus dengan berpedoman kepada koridor arah Pembangunan Nasional secara umum dengan memasukkan aspek sosial-budaya yang mendukung arah perubahan tersebut.

Indonesia sebagai negara terbesar di ASEAN memiliki beberapa persiapan. Kesiapan Indonesia dalam menghadapi MEA per tahun 2014 terdapat lima poin, diantaranya :

1. Produk industri yang berdaya saing lebih tinggi daripada negara ASEAN lainnya.

2. Kategori produk yang berdaya saing setara dengan negara ASEAN lainnya. 3. Kelompok produk yang mempunyai daya saing sedang.

4. Kategori produk yang memiliki daya saing lemah. 5. Kelompok produk yang berdaya saing sangat lemah

Potensi-potensi yang memungkinkan untuk Indonesia memiliki peluang yang lebih dibandingkan negara ASEAN lainnya diantaranya adalah :

1. Indonesia merupakan pasar potensial yang memiliki luas wilayah dan jumlah penduduk yang terbesar di kawasan (40% dari total penduduk ASEAN).

2. Indonesia merupakan negara tujuan investor ASEAN. 3. Indonesia berpeluang menjadi negara pengekspor

(15)
(16)

DAFTAR PUSTAKA

ASEAN Integration Monitoring Office (AIMO) and Public Outreach and Civil Society Division (POCS) 2015 : A Blueprint for GrowthASEAN Economic Community 2015:Progress and Key AchievementsASEAN. Jakarta. The ASEAN Secretariat.

Putra, Sony Surya Manggala (2015) : ENAM PERAN MAHASISWA S1 INDONESIA DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015.

http://www.asean.org/asean-economic-community/

http://binaswadaya.org/bs3/tantangan-mea-2015-kita-harus-menyerang-bukan-bertahan/

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu aspek yang ditekankan dalam setiap pembelajaran praktik keperawatan komunitas adalah kemampuan mahasiswa dalam melakukan proses pengkajian terkait

Kemendiknas 2010 tentang system Pendidikan Nasional pasal 3 menyatakan bahwa “Pendidikan Nasional berfungsi membentuk watak serta peradaban bangsa yang

Selain itu, telah dilakukan optimalisasi sintesis polimer PNIPA agar polimer memiliki viskositas yang optimal dalam penggunaan aplikasinya sebagai sumber radiasi

Urgensi Ilmu Muna>sabah dalam Menafsirkan Ayat-ayat Al-Qur’an Telah diketahui bahwasanya wahyu dalam al-Qur’an tidak bisa dipisah satu dengan yang lainnya, baik antara ayat

[r]

Untuk merubah energi tersebut dibutuhkan media atau alat yang dapat memindahkan panas, alat tersebut adalah absorber, absorber merupakan alat yang mampu menyerap

Model pembelajaran langsung ( direct intstruction ) yang diterapkan pada pembelajaran berbicara khususnya berwawancara diharapkan dapat meningkatkan keterampilan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, di hulu (level kebijakan) telah banyak sekali kebijakan pemerintah yang dilahirkan sebagai upaya percepatan penanggulangan