• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH ASAS LANDASAN PENDIDIKAN MATA KU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH ASAS LANDASAN PENDIDIKAN MATA KU"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara umum, pendidikan sebagai usaha sadar yang selalu bertolak dari sejumlah landasan serta sejumlah asas-asas tertentu. Landasan dan asas tersebut sangat penting, karena pendidikan merupakan pilar utama terhadap perkembangan manusia dan masyarakat bangsa tertentu. Pendidikan juga sebagai usaha yang sengaja digunakan untuk mengembangkan kemampuan dan potensi yang pada dasarnya dimiliki oleh manusia agar bermanfaat bagi kelangsungan kehidupannya. Beberapa diantara landasan pendidikan tersebut adalah landasan filosofis, kultural, sosiologis dan psikologis yang sangat memegang peranan penting dalam menentukan tujuan pendidikan. Selanjutnya landasan ilmiah dan teknologis akan mendorong pendidikan untuk menjemput masa depan.

Kajian berbagai landasan-landasan pendidikan itu akan membentuk wawasan yang tepat tentang pendidikan. Dengan wawasan dan pendidikan yang tepat, serta dengan menerapkan asas-asas pendidikan yang tepat pula, akan dapat memberi peluang yang lebih besar dalam merancang dan menyelenggarakan program pendidikan yang tepat wawasan. Makalah ini akan memusatkan paparan dalam berbagai landasan dan asas pendidikan, serta beberapa hal yang berkaitan dengan penerapannya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan landasan pendidikan? 2. Apa saja yang termasuk dalam landasan pendidikan? 3. Apa yang dimaksud dengan asas-asas pendidikan? 4. Apa saja yang termasuk dalam asas-asas pendidikan? 5. Bagaimana cara menerapkan asas-asas pendidikan? 1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan penulisan makalah ini antara lain:

(2)

2. Untuk mengetahui dan memahami macam-macam dari landasan pendidikan.

3. Untuk mengetahui dan memahami tentang asas-asas pendidikan.

4. Untuk mengetahui dan memahami macam-macam dari asas-asas pendidikan.

5. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana cara menerapkan asas-asas pendidikan.

1.4 Metode Penulisan

(3)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Landasan Pendidikan

Landasan pada umumnya berarti tempat berpijak atau tumpuan. Dalam bahasa inggris disebut dengan istilah foundation yang artinya pondasi dasar. Dalam membuat sebuah bangunan yang kuat hendaknya dibuat sebuah pondasi dasar yang kuat pula. Dengan demikian bangunan tersebut tidak akan goyah ataupun roboh karena adanya pondasi yang kuat dan kokoh.

Begitu pula dalam pendidikan, diperlukan sebuah landasan pendidikan yang kokoh agar mampu mencapai tujuan dari pendidikan tersebut. Jadi, dengan demikian landasan pendidikan adalah sesuatu yang menjadi dasar pijakan dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan.

2.2 Macam-macam Landasan Pendidikan

Umumnya ada lima macam landasan pendidikan, yakni: (1) Landasan Filosofis Pendidikan, (2) Landasan Kultural Pendidikan, (3) Landasan Sosiologis Pendidikan, (4) Landasan Psikologis Pendidikan, (5) Landasan Ilmiah & Teknologis Pendidikan.

2.2.1 Landasan Filosofis Pendidikan

Landasan filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau hakikat pendidikan yang berusaha menelaah masalah-masalah pokok. Dalam landasan pendidikan, filsafat memberikan konsep dasar yang dibutuhkan sebagai prakarsa, baik bagi masyarakat maupun pemerintahan dalam membentuk formulasi dan orientasi pendidikan.

(4)

Menurut Tatang (2010) ada tiga aliran utama dalam filsafat di dunia yaitu idealisme, realisme dan pragmatisme.

a. Idealisme

Hakikat realitas bersifat ideal/kejiwaan/spiritual/rohaniah. Manusia memperoleh pengetahuan melalui berpikir, intuisi atau mengingat kembali. Kebenaran pengetahuan diuji melalui konsistensi ide-ide. Hakikat nilai diturunkan dari realitas absolut (Tuhan).

Implikasinya adalah pendidikan hendaknya bertujuan untuk mengembangkan bakat, kepribadian dan kebajikan sosial para siswa agar mereka dapat melaksanak kehidupan yang baik dalam masyarakat sesuai nilai-nilai yang diturunkan Yang Absolut.

Kurikulum berisikan pendidikan liberal dan pendidikan vokasional; kurikulum harus memuat pengetahuan dan nilai-nilai esensial kebudayaan; sebab itu kurikulum cenderung sama untuk semua siswa.

Kurikulum Idealisme bersifat subject matter centered. Metode dialektik diutamakan, namun demikian beberapa metode efektif yang mendorong belajar dapat diterima. Guru harus unggul dalam hal intelektual maupun moral serta bertanggungjawab menciptakan lingkungan landasan filosofis pendidikan bagi para siswa. Adapun siswa berperan bebas dalam mengembangkan kepribadian dan bakat-bakatnya.

b. Realisme

Hakikat realitas bersifat fisik/material dan objektif. Keberadaan dan perkembangan realitas diatur dan diorganisasikan oleh hukum alam. Manusia adalah bagian dan dihasilkan dari alam itu sendiri, hakikat pribadi ditentukan dari apa yang dapat dikerjakannya. Manusia mampu berpikir tetapi ia dapat bebas atau tidak bebas. Pengetahuan diperoleh manusia melalui penginderaan, kebenaran pengetahuan diuji melalui fakta. Hakikat nilai diturunkan dari hukum alam atau kebiasaan adat istiadat masyarakat.

(5)

Kurikulum berpusat pada isi mata pelajaran. Adapun mata pelajaran terdiri atas sains, matematika, ilmu kemanusiaan dan sosial, serta nilai-nilai. Kurikulum tersebut harus memuat pengetahuan dan nilai-nilai esensial kebudayaan yang diberlakukan sama untuk semua siswa.

Kurikulum Realisme bersifat subject matter centered. Metode mengajar yang utama adalah pembiasaan. Para siswa hendaknya belajar melalui pengalaman langsung ataupun pengalaman tidak langsung. Peranan guru cenderung otoriter, guru harus menguasai pengetahuan dan ketrampilan teknik mengajar. Guru memiliki kewenanangan dalam membentuk prestasi siswa. Adapun siswa berperan menguasai pengetahuan, harus taat pada aturan dan disiplin.

Idealisme dan realisme memiliki kesamaan dalam orientasi pendidikannya, yaitu Essensialisme. Namun masih memiliki gagasan yang berbeda mengenai filsafat umumnya maka kedua aliran ini tetap memiliki perbedaan pula dalam hal tujuan pendidikan, isi kurikulum, metode pendidikan serta peranan pendidik dan peranan peserta didiknya.

c. Pragmatisme

Hakikat realitas bersifat plural dan terus menerus berubah. Manusia adalah hasil evolusi biologis, psikologis dan sosial. Pengetahuan diperoleh manusia melalui pengalaman. Pengetahuan bersifat relatif. Teori uji kebenaran pengetahuan disebut pragmatisme/instrumentalisme karena pengetahuan dianggap benar apabila dapat diaplikasikan. Hakikat nilai berada dalam proses perbuatan manusia, bersifat kondisional, relatif dan memiliki kualitas individual dan sosial.

Implikasinya adalah pendidikan bertujuan agar siswa dapat memecahkan permasalahan hidup individual maupun sosial.

(6)

kebutuhan siswa. Adapun siswa berperan bebas untuk mengembangkan bakat dan mintanya. Orientasi pragmatisme adalah Progresivme atau Rekonstruksionisme. 2.2.2 Landasan Kultural Pendidikan

Landasan kultural mengandung makna norma dasar pendidikan yang bersumber dari norma kehidupan berbudaya yang dianut oleh suatu bangsa. Untuk memahami kehidupan berbudaya suatu bangsa kita harus memusatkan perhatian kita pada berbagai dimensi (Sastrapratedja, 1992). Kebudayaan terkait dengan ciri manusia sendiri sebagai makhluk yang harus berkembang, maka kebudayaan juga terkait dengan usaha pemenuhan kebutuhan manusia dalam menghadapi lingkungannya. Kebudayaan merupakan suatu sistem yang terkait dengan sistem sosial. Kebudayaan dari satu pihak bukan hanya mengkondisikan suatu sistem sosial dalam arti ikut serta membentuk atau mengarahkan, tetapi juga dikondisikan oleh sistem sosial.

Kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan timbal balik, sebab kebudayaan dapat dilestarikan maupun dikembangkan dengan jalur mewariskan kebudayaan tersebut dari generasi ke generasi penerus dengan jalan pendidikan, baik secara formal maupun informal.

Aspek budaya merupakan hakikat kodrat manusia. Salah satu sisi aspek budaya ini berakar dari tiga potensi kejiwaan manusia, yaitu cipta, rasa, dan karsa. Potensi cipta mempunyai daya kreatif, rasa mempunyai daya kepekaan, dan potensi karsa mengandung daya motivasi. Dengan kemampuan tiga potensi kejiwaan, manusia selalu cenderung untuk membuat perubahan yang berguna bagi kelangsungan dan perkembangan kehidupannya. Karena tanpa perubahan dan perkembangan itu, mustahil manusia mampu melangsungkan kehidupannya. Seluruh daya upaya untuk mencipta perubahan dan perkembangan itulah yang dimaksud kebudayaan.

(7)

sosial dapat dinikmati bukan hanya oleh manusia individual saja, tetapi juga oleh setiap komponen sosial. Bahkan alam atau makhluk lainnya pun, seperti hewan, tumbuhan, dan mineral dijamin bisa tetap eksisdalam keseimbangan ekosistemnya. Karena itu, menjadi jelas dan logis jika dirumuskan bahwa pendidikan sebenarnya adalah persoalan tentang pembudayaan, dan sebaliknya, kebudayaan adalah persoalan tentang keseluruhan sistem rangkaian kegiatan pendidikan.

Adapun arah kegiatan pendidikan itu adalah menanamkan nilai kebudayaan dalam diri peserta didik. Hal itu selanjutnya dapat mendorong untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai kebudayaan. Di samping itu, karena kebutuhan hidup selalu mengalami perubahan, maka orientasi kegiatan pendidikan bisa juga terarah pada suatu penciptaan nilai-nilai kebudayaan baru yang kiranya mampu mengimbangi perubahan kebutuhan hidup yang terjadi. Jadi, proses pendidikan berjalan secara stimulan, yaitu sementara mengikuti kebudayaan yang ada, sambil berusaha mencipta nilai-nilai kebudayaan baru.

Jika seluruh kegiatan pendidikan mengikuti nilai-nilai kebudayaan yang ada, hal itu bisa mengakibatkan kehidupan masyarakat menjadi statis dan cenderung tidak berkembang dan terancam punah. Sedangkan jika seluruh kegiatan pendidikan diarahkan pada penciptaan nilai-nilai baru, kehidupan bermasyarakat menjadi dinamis dan cenderung mengalami perubahan pesat, dan pada gilirannyajustru bisa merusak tata kehidupan masyarakat itu sendiri. Secara terpisah, kedua sasaran itu rupanya tidak menguntungkan bagi eksestensi kehidupan manusia, yang bernilai guna hanyalah hasil dari seluruh kegiatan pendidikan, yaitu berupa perkembangan. Jadi, proses pendidikan harus diarahkan pada pembinaan pertumbuhan kreativitas untuk melakukan perubahan demi perkembangan dalam mencapai tujuan akhir kehidupan.

2.2.3 Landasan Sosiologis Pendidikan

(8)

tersebut. Untuk terciptanya kehidupan bermasyarakat yang rukun dan damai, terciptalah nilai-nilai sosial yang dalam perkembangannya menjadi norma-norma sosial yang mengikat kehidupan bermasyarakat dan harus dipatuhi oleh masing-masing anggota masyarakat.

Terdapat tiga macam norma dalam kehidupan bermasyarakat, antara lain:

a. Paham Individualisme, dilandasi teori bahwa manusia lahir merdeka dan hidup merdeka. Masing-masing boleh berbuat apa saja menurut keinginannya masing-masing, asalkan tidak mengganggu keamanan orang lain (Oesman & Alfian, 1992). Dampak dari paham ini menimbulkan cara pandang lebih mengutamakan kepentingan individu di atas kepentingan masyarakat. Dalam masyarakat seperti ini, usaha untuk mencapai pengembangan diri antar anggota masyarakat satu dengan yang lain saling berkompetisi sehingga menimbulkan dampak yang selalu menang dan kuat dalam bersaing sajalah yang dapat eksis.

b. Paham Kolektivisme, memberikan keududukan yang berlebihan kepada masyarakat dan kedudukan anggota masyarakat secara perseorangan hanyalah sebagai alat bagi masyarakatnya.

c. Paham Integralistik, masyarakat yang menganut paham ini saling berhubungan erat satu sama lain secara organis.Masyarakat integralistik menempatkan manusia tidak secara individualis melainkan dalam konteks strukturnya manusia adalah pribadi namun juga relasi. Kepentingan masyarakat secara keseluruhan diutamakan tanpa merugikan kepentingan pribadi.

Landasan sosiologis pendidikan di Indonesia menganut paham integralistik yang bersumber dari norma kehidupan masyarakat: (1) kekeluargaan dan gotong royong, kebersamaan, musyawarah untuk mufakat, (2) kesejahteraan bersama menjadi tujuan hidup bermasyarakat, (3) negara melindungi warga negaranya, dan (4) selaras serasi seimbang antara hak dan kewajiban.

(9)

masyarakat, seorang individu tidak mampu bertahan dan melangsungkan kehidupannya. Berdasarkan fakta itu, materi pendidikan perlu digali dari hakikat manusia sebagai makhluk sosial.

Selanjutnya, nilai kebersamaan tersebut ditumbuh-kembangkan di dalam diri setiap peserta didik melalui seluruh rangkaian kegiatan pendidikannya. Pengembangan aspek sosial ini, pada titik akhir dari seluruh rangkaian kegiatan pendidikan, membentuk perilaku individual yang bertanggung jawab terhadap kehidupan sosial kemasyarakatannya. Kepada semua peserta didik, ditanamkan sikap dan perilaku moral sosial, seperti tolong-menolong, saling membantuantara si kaya terhadap si miskin, si pandai terhadap si bodoh, si kuat terhadap si lemah, dan sebagainya.

Jadi, landasan sosial pendidikan mempunyai sasaran utama yaitu penanaman dan pengembangan moral kerja sama, agar bisa mencegah tumbuhnya moral liberalisme individual merajalela, diubah dan dibudayakan menjadi hukum kemanusiaan, yaitu si kuat menolong si lemah si kaya membantu si miskin, dan seterusnya. Atas pengaruh sosiologis, proses pendidikan yang ideal adalah terarah kepada mempertahankan dan meningkatkan keselarasan hidup, baik dalam interaksi sosial, stratifikasi sosial, maupun dalam hubungan di antara kelompok sosial.

2.2.4 Landasan Psikologis Pendidikan

(10)

dimaksudkan agar orang didalam kehidupannya dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Lingkungan manusia terdiri dari lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik adalah segala sesuatu yang ada di sekitar anak yang non-manusia. Sedangkan lingkungan sosial adalah semua orang yang ada dalam kehidupan anak, yakni orang yang bergaul dengan anak, melakukan kegiatan bersama atau bekerja sama.

Tugas pendidikan yang terutama adalah memberikan bimbingan agar pertumbuhan anak dapat berlangsung secara wajar dan optimal. Oleh karena itu, diperlukan pengetahuan tentang hukum-hukum dasar perkembangan kejiwaan manusia agar tindakan pendidikan yang dilaksanakan berhasil guna dan berdaya guna. Hukum dasar yang perlu kita harapkan dalam membimbing anak dalam proses pendidikan antara lain:

a. Tiap anak memiliki sifat kepribadian yang unik

Artinya, anak memiliki sifat-sifat khas yang dimiliki oleh dirinya sendiri dan tidak dimiliki oleh anak lain. Keunikan tersebut dipengaruhi oleh faktor keturunan (heredity), lingkungan (environment), diri (self).

b. Tiap anak memiliki kecerdasan yang berbeda-beda

Sejak anak dilahirkan, mereka memiliki potensi yang berbeda-beda dan bervariasi. Mereka juga mempunyai indeks kecerdasan yang berbeda-beda. Pendidikan memberi hak kepada anak-anak untuk mengembangkan potensinya.

c. Tiap tahap pertumbuhan mempunyai ciri tertentu

Karena tiap pertumbuhan anak memiliki ciri-ciri tertentu hal ini dapat mebantu pendidik untuk mengatur strategi pendidikan dengan kesiapan anak untuk menerima, memahami dan menguasai bahan pendidikan sesuai kemampuan.

(11)

perkembangan secara bertahap, perilaku manusia pun cenderung mengalami perubahan dan perkembangan secara bertahap pula. Oleh sebab itu, pelaksanaan pendidikan dengan tahapan-tahapannya. Dalam hal ini, seluruh kegiatan penyelenggaraan pendidikan dipandang perlu dikembangkan berdasar pada psikologi perkembangan peserta didik.

Orientasi umum psikologi perkembangan dalam hal aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik memberi petunjuk terhadap pendidik dalam hal menyiapkan dan mengorganisasi materi pendidikan, serta memberi arah bagaimana membina peserta didik agar mau belajar secara bebas, tanpa terbebani sesuatu apapun. Khususnya aspek kognisi yang menekankan pada pemahaman tentang nilai kegunaan bagi pemecahan masalah dan berguna bagi kreativitas menciptakan ide baru.

Selanjutnya, psikologi juga memberikan andil yang bermanfaat bagi pembentukan perilaku nyata dan praktis, seperti mendorong kegiatan bekerja dan belajar, mau menolong, dan sebagainya. Khusus bidang psikologi sosial, pengaruhnya terhadap pendidikan berupa pembinaan peserta didik agar memiliki konsep diri yang riil. Untuk itu, pendidik perlu berusaha secara optimal untuk mengembangkan presepsi terhadap lingkungan secara wajar, dan mengembangkan sikap dan perasaan secara positif. Kecuali itu, motivasi peserta didik juga perlu dikembangkan melaluipemberian tugas-tugas yang menantang dan menanamkan harapan dengan jalan sering memberikan pengalaman yang berhasil.

Kemudian, pendidikan perlu mengembangkan hubungan akrab dalam kegiatan bimbingan dan konseling dalam belajar berkelompok. Hubungan yang akrab bisa dikembangkan dengan jalan menanamkan ketertiban untuk mencegah perilaku saling mengganggu. Dalam rangka keberhasilan di masa mendatang, sikap kepemimpinan perlu juga dikembangkan. Sebab, di samping berguna bagi sukses belajar bersama, juga berguna bagi sukses berorganisasi di kemudian hari. 2.2.5 Landasan Ilmiah dan Teknologis Pendidikan

(12)

mengikat dan mengharuskan pelaksana pendidikan untuk menerapkannya dalam usaha pendidikan. Norma dasar tersebut harus mengandung ciri-ciri keilmuan yang hakiki, antara lain:

a. Ontologis, yakni adanya objek penalaran yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dapat diamati dan diuji

b. Epistomologis, yakni adanya cara untuk menelaah objek tersebut dengan metode ilmiah

c. Aksiologis, yakni adanya nilai kegunaan bagi kepentingan dan kesejahteraan lahir batin

Manfaat ilmu pengetahuan dan teknologi yang melandasi pendidikan harus mampu untuk:

a. Memberikan kesejahteraan lahir dan batin setinggi-tingginya b. Mendorong pemanfaatan pengembangan sesuai tuntutan zaman c. Menjamin penggunaannya secara bertanggung jawab

d. Memberi dukungan nilai-nilai agama dan nilai luhur budaya bangsa e. Mencerdaskan kehidupan bangsa

f. Meningkatkan produktivitas, efisiensi dan efektivitas sumber daya manusia

2.3 Pengertian Asas-asas Pendidikan

Asas pendidikan memiliki arti hukum atau kaidah yang menjadi acuan kita dalam melaksanakan kegiatan pendidikan.

2.4 Macam-macam Asas-asas Pendidikan 2.4.1 Asas Tut Wuri Handayani

Asas Tut Wuri Handayani merupakan gagasan yang mula-mula dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara seorang perintis kemerdekaan dan pendidikan nasional. Tut Wuri Handayani mengandung arti pendidik dengan kewibawaan yang dimiliki mengikuti dari belakan dan memberi pengaruh, tidak menarik-narik dari depan, membiarkan anak mencari jalan sendiri, dan bila anak melakukan kesalahan baru pendidik membantunya.

(13)

tindakan (hukuman) dari pendidik. Hal itu tidak menjadikan masalah karena menurut Ki Hajar Dewantara setiap kesalahan yang dilakukan anak didik akan membawa pidananya sendiri, kalau tidak ada pendidik sebagai pemimpin yang mendorong datangnya hukuman tersebut. Dengan demikian, setiap kesalahan yang dialami anak tersebut bersifat mendidik.

Menurut Asas Tut Wuri Handayani, pendidikan dilaksanakan tidak menggunakan syarat paksaan, pendidikan menciptakan tertib dan damai (orde en vrede), pendidikan tidak memanjakan anak, pendidikan menciptakan iklim, tidak terperintah, memerintah diri sendiri dan berdiri di atas kaki sendiri (mandiri dalam diri anak didik).

Asas Tut Wuri Handayani yang dikumandangkan oleh Ki Hajar Dewantara ini kemudian dikembangkan oleh Drs. R.M.P. Sostrokartono dengan menambahkan dua semboyan lagi menjadi satu kesatuan asas, yaitu:

a. Ing Ngarso Sung Tulodo (jika di depan memberi contoh)

b. Ing Madyo Mangun Karso (jika ditengah-tengah memberi dukungan dan semangat)

c. Tut Wuri Handayani (jika di belakang memberi dorongan) 2.4.2 Asas Belajar Sepanjang Hayat

Pendidikan Indonesia bertujuan meningkatkan kecerdasan, harkat, dan martabat bangsa, mewujudkan manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkualitas, mandiri hingga mampu mebangun diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya, memenuhi kebutuhan pembangunan dan bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.

Asas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut pandang dari sisi lain terhadap pendidikan seumur hidup (life long education). Kurikulum yang dapat merancang dan diimplementasikan dengan memperhatikan dua dimensi yaitu dimensi vertikal dan horisontal.

Dimensi vertikal dari kurikulum sekolah meliputi keterkaitan dan kesinambungan antar tingkatan persekolahan dan keterkaitan dengan kehidupan peserta didik di masa depan.

(14)

2.4.3 Asas Kemandirian dalam Belajar

Dalam kegiatan belajar mengajar, sedini mungkin dikembangkan kemandirian dalam belajar itu dengan menghindari campur tangan guru, namun guru selalu siap untuk ulur tangan bila diperlukan. Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan menempatkan guru dalam peran utama sebagai fasilitator dan motivator.

2.5 Penerapan Asas-asas Pendidikan 2.5.1Penerapan Asas Tut Wuri Handayani

Berdasar pada keadaan yang kita temui sekarang, penerapan asas pendidikan Tut Wuri Handayani diuraikan sebagai berikut:

a. Peserta didik mendapat kebebasan untuk memilih pendidikan dan ketrampilan yang diminatinya di semua jenis, jalur, dan jenjang pendidikan yang disediakan oleh pemerintah sesuai peran dan profesinya dalam masyarakat. Peserta didik bertanggung jawab atas pendidikannya sendiri.

b. Peserta didik mendapat kebebasan untuk memilih pendidikan kejuruan yang diminatinya agar dapat mempersiapkan diri untuk memasuki lapangan kerja bidang tertentu yang diinginkannya.

c. Peserta didik memiliki kecerdasan yang luar biasa diberikan kesempatan memasuki program pendidikan dan ketrampilan sesuai dengan gaya dan irama belajarnya.

d. Peserta didik yang memiliki kelainan atau cacat fisik atau mental memperoleh kesempatan utnuk memilih program pendidikan dan ketrampilan sesuai dengan cacat yang disandang agar dapat bertumbuh menjadi manusia yang mandiri.

(15)

Berikut diuraikan usaha-usaha pemerintah untuk menjawab tantangan penerapan asas pendidikan sepanjang hayat dengan cara pengadaan sarana dan prasana, kesempatan, serta sumber daya manusia yang menunjang:

a. Usaha pemerintah memperluas kesempatan belajar telah mengalami peningkatan. Terbukti dengan semakin banyaknya peserta didik dari tahun ke tahun yang dapat ditampung baik dalam lembaga pendidikan formal dan non formal; berbagai jenis pendidikan; dan berbagai jenjang pendidikan dari TK (Taman Kanak-kanak) sampai perguruan tinggi. b. Usaha pemerintah dalam pengadaan dan pembinaan guru dan tenaga

kependidikan pada semua jalur, jenis, dan jenjang agar meraka dapat melaksanakan tugasnya secara proporsional. Dan pada gilirannya dapat meningkatkan kualitas hasil pendidikan di seluruh tanah air. Pembinaan guru dan tenaga guru dilaksanakan baik di dalam maupun di luar negeri. c. Usaha pembaharuan kurikulum dan pegembangan kurikulum dan isi

pendidikan agar mampu memenuhi tantangan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas melalui pendidikan.

d. Usaha pengadaan dan pengembangan sarana dan prasarana yang semakin meningkat: ruang belajar, perpustakaan, media pengajaran, bengkel kerja, sarana pelatihan dan ketrampilan, sarana pendidikan jasmani.

e. Pengadaan buku ajar yang diperuntukkan bagi berbagai program pendidikan masyarakat yang bertujuan untuk: (1) meningkatkan sumber penghasilan keluarga secara layak dan hidup bermasyarakat secara berbudaya melalui berbagai cara belajar, (2) menunjang tercapainya tujuan pendidikan manusia seutuhnya.

f. Usaha pengadaan berbagai program pembinaan generasi muda: kepemimpinan dan ketrampilan, kesegaran jasmani dan daya kreasi, sikap patriotisme dan idealisme, kesadaran berbangsa dan bernegara, kepribadian dan budi luhur.

(16)

h. Usaha pengadaan berbagai program peningkatan peran wanita dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya dalam upaya mewujudkan keluarga sehat, sejahtera dan bahagia; peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi, ketrampilan serta ketahanan mental.

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pendidikan bertujuan membangun sumber daya manusia yang mutunya sejajar dengan mutu sumber daya manusia negara lain. Untuk dapat mewujudkan tujuan pendidikan diperlukan adanya landasan-landasan serta asas-asas yang berlaku dalam pendidikan.

Landasn-landasan dalam pendidikan, antara lain: landasan filosofis, landasan kultural, landasan sosiologis, landasan psikologis serta landasan ilmiah dan teknologis. Sedangkan asas-asas dalam pendidikan, antara lain: asas tut wuri handayani, asas belajar sepanjang hayat, asas kemandirian dalam belajar.

Pemerintah telah mengusahakan berbagai cara dalam upaya peningkatan mutu pendidikan sesuai dengan asas-asas pendidikan yang berlaku di Indonesia, antara lain: (1) Pembinaan guru dan tenaga pendidikan di semua jalur, jenis, dan jenjang pendidikan, (2) Pengembangan sarana dan prasarana sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi, (3) Pengembangan kurikulum dan isi pendidikan sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi serta pengembangan nilai-nilai budaya bangsa, (4) Pengembangan buku ajar sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perkembangan budaya bangsa.

3.2 Kritik dan Saran

(17)

orang lain yang di anggap ideal. Akan tetapi kita diharapkan mampu menyelenggarakan kegiatan pendidikan dan pembelajaran sesuai dengan tuntutan berbagai landasan dan asas pendidikan.

Demikian makalah ini kami susun, kami menyadari bahwa makalah yang telah kami selesaikan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karen itu kritik dan saran dari para pembaca sangat kami harapkan demi mendekati atau bahkan mencapai kesempurnaan tersebut.

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Tirtarahardja, U. & Sulo, S.L.L. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Husamah., Arian Restian., & Rohmad Widodo. 2015. Pengantar Pendidikan. Malang: UMM Press.

(19)

Referensi

Dokumen terkait

Kompetensi ini dijabarkan menjadi kompetensi guru kelas atau guru mata pelajaran sesuai dengan jenjang pendidikan tempat guru mengajar (PAUD/TK/RA, SD/MI, SMP/MTs,

Rajah 1 menunjukan model kajian yang merangkumi faktor- faktor yang hendak dikaji dalam kajian ini selaras dengan tujuan utama kajian, iaitu mengukur tahap kesediaan

Pengaruh perlakuan suhu terhadap persentase jumlah kecambah biji kedawung pada hari ke-15 hari setelah tanam menunjukkan terdapat dua perlakuan suhu yang menghasilkan nilai

Yang benar adalah, seperti dalam menggabungkan alat fibonacci retracement dengan support dan resistance, garis trend, dan candle untuk menemukan entri yang lebih baik, akan lebih

Trend, yaitu gerakan yang berjangka panjang yang menunjukkan adanya kecenderungan menuju ke satu arah kenaikan dan penurunan secara keseluruhan dan bertahan dalam jangka waktu

Hasil pengamatan yang dilakukan peneliti pada pelaksanaan asesmen di SLB G Daya Ananda, pelaksanaan asesmen dilakukan di kelas observasi yang sebenarnya sudah

Berdasarkan penelitian tentang Uji Coba Kartu Pemantauan Minum Tablet Tambah Darah (Fe) Ter - hadap Kepatuhan Konsumsi Ibu Hamil, diperoleh simpulan sebagai berikut:

Premi asuransi kesehatan,asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuranasi dwi guna dan asuransi beasiswa yang dibayar oleh Wajib Pajak Orang Pribadi, kecuali jika dibayar oleh