• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kontribusi Pekerja Anak Terhadap Sosial Ekonomi Keluarga Di Pasar V Kebun Kelapa Desa Amal Bakti, Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kontribusi Pekerja Anak Terhadap Sosial Ekonomi Keluarga Di Pasar V Kebun Kelapa Desa Amal Bakti, Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kontribusi

Kontribusi berasal dari bahasa inggris yaitu contribute, contribution,

maknanya adalah keikutsertaan, keterlibatan, melibatkan diri ataupun sumbangan.

Berarti dalam hal ini kontribusi dapat berupa materi maupun tindakan. Hal yang

bersifat materi misalnya seorang individu memberikan pinjaman terhadap pihak

lain demi kebaikan bersama. Dengan berkontribusi berarti individu tersebut telah

terintegrasi dengan komunitas dan lingkungannya. Dengan cara berkontribusi

berarti individu tersebut juga berarti berusaha meningkatkan efisiensi dan

efektivitas hidupnya. Hal ini dilakukan dengan cara menajamkan posisi dan

perannya, sesuatu yang kemudian menjadi bidang spesialis.

kontribusi dapat diartikan seorang anak memposisikan dirinya dalam peran

keluarga dalam membantu dalam aspek social maupun aspek ekonomi.

2.2. Anak

2.2.1. Pengertian Anak

Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam

dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya, anak juga

penerus cita-cita perjuangan bangsa yang memiliki peran strategis, dan

mempunyai cirri dan sifat khusus yang diharapkan dapat menjamin kelangsungan

(2)

seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik, mental

maupun sosial, dan mempunyai akhlak yang mulia.

Secara umum dikatakan anak adalah seorang yang dilahirkan dari

perkawinan antar seorang perempuan dengan seorang laki-laki dengan tidak

menyangkut bahwa seseorang yang dilahirkan oleh wanita meskipun tidak pernah

melakukan pernikahan tetap dikatakan anak. Anak juga merupakan cikal bakal

lahirnya suatu generasi baru yang merupakan penerus cita-cita perjuangan bangsa

dan sumber daya manusia bagi pembangunan nasional. Anak adalah aset bangsa.

Masa depan bangsa dan negara dimasa yang akan datang berada ditangan anak

sekarang. Semakin baik kepribadian anak sekarang maka semakin baik pula

kehidupan masa depan bangsa. Begitu pula sebaliknya, apabila kepribadian anak

tersebut buruk maka akan bobrok pula kehidupan bangsa yang akan datang. Pada

umumnya orang berpendapat bahwa masa kanak-kanak merupakan masa yang

panjang dalam rentang kehidupan. Bagi

Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan

Anak, anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk pada saat

dalam kandungan. Anak merupakan mahkluk sosial, yang membutuhkan

pemeliharaan, kasih sayang dan tempat bagi perkembangannya, anak juga

mempunyai perasaan, pikiran, kehendak tersendiri yang kesemuanya itu kehidupan anak, masa kanak-kanak

seringkali dianggap tidak ada akhirnya, sehingga mereka tidak sabar menunggu

saat yang didambakan yaitu pengakuan dari masyarakat bahwa mereka bukan lagi

(3)

tiap fase perkembangan pada masa kanak-kanak (anak). Perkembangan pada suatu

fase merupakan dasar bagi fase selanjutnya. Menurut Konvensi Hak Anak pasal 1,

anak berarti setiap manusia yang berusia dibawah delapan belas tahun kecuali,

berdasarkan undang undang yang berlaku untuk anak-anak, kedewasaan telah

dicapai lebih cepat.

Menurut The Minimum Age Convention Nomor 138 (1973), pengertian

anak adalah seorang yang berusia 15 tahun ke bawah. Sementara itu UNICEF

mendefinisikan anak sebagai penduduk yang berusia 0 sampai dengan 18 tahun.

Undang–undang RI Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak,

menyebutkan bahwa anak adalah mereka yang belum berusia 21 tahun dan belum

menikah. Sedangkan undang – undang perkawinan menetapkan batas usia 16

tahun. (Huraerah, 2006:31).

Sebagai anak tentu mereka mempunyai hak dan kewajiban, anak

mempunyai hak asasi yang disebut Hak Asasi Anak. Hak Asasi Anak meliputi:

1. Hak untuk bertahan hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi

secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta

mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

2. Hak atas suatu nama sebagai indentitas diri dan status

kewarganegaraan.

3. Hak untuk beribadah menurut agamanya, berfikir, dan berekspresi

sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya, dalam bimbingan

(4)

4. Hak mengetahui orang tuanya, dibesarkan, dan diasuh oleh orang

tuanya sendiri.

5. Dalam hal karena suatu sebab orangtuanya tidak dapat menjamin

tumbuh kembang anak, atau anak dalam keadaan terlantar maka

anak tersebut diasuh atau diangkat sebagai anak asuh atau anak

angkat oleh orang sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

6. Hak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai

dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual, dan sosial.

7. Hak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka

pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai

dengan bakatnya.

8. Hak memperoleh pendidikan luar biasa bagi anak yang

menyandang cacat dan mendapatkan pendidikan khusus bagi anak

yang memiliki keunggulan.

9. Setiap anak berhak menyatakan dan didengarkan pendapatnya,

menerima, mencari dan memberikan informasi, sesuai dengan

tingakt kecerdasan dan usianya demi pengembangan dirinya sesuai

dengan nilai-nilai kesusilaan dan kepatutan.

10.Hak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul

dengan anak yang sebaya, bermain, dan berekreasi seusai minat,

(5)

11.Hak memperoleh rehabilitasi, bantuan sosial, dan pemeliharaan

taraf kesejahteraan sosial bagi anak yang menyandang cacat.

Dan setiap anak juga memiliki kewajiban yaitu:

1. Menghormati orang tua, wali, dan guru

2. Mencintai keluarga, masyarakat dan teman.

3. Mencintai tanah air, bangsa dan negara.

4. Menunaikan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya.

5. Melaksanakan etika dan akhlak yang mulia.

Kewajiban negara dalam memberikan hak – hak anak tertuang pada

Konvensi Hak – Hak Anak yang telah ratifikasi oleh pemerintah Indonesia, yaitu:

1. Menghormati dan menjamin hak – hak anak

2. Mempertimbangkan kepentingan utama anak

3. Menjamin adanya perlindungan anak

4. Menghormati hak anak dan mempertahankan identitasnya

5. Jaminan anak tidak dipisahkan dengan orang tuanya

6. Jaminan hak pribadi anak (Prinst, 1997: 103-109)

Demikian juga pengakuan terhadap anak secara internasional dilakukan

oleh Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) melalui suatu konvensi yaitu pada tahun

1989. Prinsip-prinsip yang dianut dalam konveksi hak anak adalah

a. Non Diskriminasi (Pasal 2), semua hak anak yang diakui dan terkandung

(6)

b. Kepentingan terbaik untuk anak (Pasal 3), semua tindakan yang

menyangkut anak, pertimbangannya adalah apa yang terbaik untuk anak.

c. Kelangsungan hidup dan perkembangan anak (Pasal 6), hak hidup yang

melekat pada diri setiap anak harus diakui atas perkembangan hidup dan

perkembangannya harus dijamin.

d. Penghargaan terhadap pendapat anak (Pasal 12) pendapat anak terutama

yang menyangkut hal-hal yang mempengaruhi kehidupannya perlu

diperhatikan dalam setiap pengambilan keputusan

WIB).

Sistem struktural masyarakat, anak seringkali dianggap sebagai pelaksana

dari keputusan yang ditetapkan oleh orang dewasa karena masih belum memiliki

kapasitas untuk mandiri. Anak hanya dianggap sebagai konsumen dari budaya

yang telah dikembangkan oleh orang dewasa. Agar proses menuju kematangan

sebagai seorang individu diperlukan tindakan sosialisasi dari orang-orang dewasa

sekitarnya. Sehubungan dengan konsep pemaknaan anak (children), pada masa

kanak-kanak (childhood) beberapa ahli sosiologi seperti Jenks serta James dan

Prout menyatakan ada beberapa ciri-ciri paradigma tentang anak yaitu:

a. Masa kanak-kanak (childhood) dipahami sebagai sebuah konstruksi sosial.

Pandangan ini memilki perbedaan dan kematangan biologis yang

memandang bahwa masa kanak-kanak sebagai sebuah gambaran natural

dan universal. Memandang childhood sebuah komponen struktural dan

(7)

b. Childhood merupakan sebuah variabel dari analisis sosial. Hal ini tidak

bisa terlepas dari variabel lain seperti gender, kelas, dan etnisitas. Analisis

komparatif dan cross-kultrural lebih mengungkapkan keberagaman dari

childhood dari pada sebuah fenomena yang bersifat tunggal dan universal.

c. Hubungan sosial anak. Hubungan sosial anak dan budaya merupakan studi

yang berguna dalam hak (right) anak, bebas dari perspektif dan

kepentingan orang dewasa (adults).

d. Anak merupakan dan harus dipandang sebagai subjek yang aktif dalam

konstruksi dan determinasi dari kehidupan sosial mereka sendiri,

kehidupan di seputar mereka dan dari masyarakat dimana mereka tinggal.

Anak bukanlah subjek pasif dari struktur dan proses sosial

e. Childhood merupakan sebuah fenomena dalam kaitan dengan mana

hermeneutik ganda dari ilmu pengetahuan sosial merupakan pernyataan

yang benar atau tajam (acutely). Untuk menyatakan sebuah paradigma

baru dari sosiologi, childhood juga perlu ikut terlibat dalam proses

rekonstruksi childhood dalam masyarakat (James, Prout, & Allans, 1997:

8).

2.2.2. Pekerja Anak

Pekerja anak merupakan sebuah istilah untuk mempekerjakan anak kecil,

dimana istilah pekerja anak ini memilki konotasi pengeksploitasian anak kecil atas

tenaga mereka, dengan gaji yang kecil atau pertimbangan bagi perkembangan

pribadi mereka, keamanannya, kesehatan, dan prospek masa depannya

(8)

Ketentuan Undang-Undang Ketenagakerjaan No. 25 Tahun 1997 Pasal 1

Ayat 20 menyatakan bahwa yang dimaksud dengan anak adalah seorang laki-laki

atau wanita yang berumur kurang dari 15 tahun. Disamping itu, Instruksi Menteri

Dalam Negeri No. 3/1999 yang dikeluarkan pada tanggal 26 Januari 1999 tentang

Pelaksanaan Penanggulangan Pekerja Anak juga menyatakan bahwa yang disebut

pekerja anak adalah anak yang berusia di bawah 15 tahun yang sudah melakukan

pekerjaan berat dan berbahaya baik yang tidak bersekolah maupun yang

bersekolah.

Pekerjaan berat dan berbahaya yang dimaksudkan di sini adalah suatu

kegiatan yang dilakukan oleh pekerja anak yang dapat mengganggu proses

tumbuh kembang anak, baik fisik maupun nonfisik.

Menurut Undang-Undang Ketenagakerjaan No. 13 tahun 2003 pengertian pekerja

anak sebagai berikut:

a.Tenagakerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna

menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan

sendiri maupun untuk masyarakat.

b.Anak adalah setiap orang yang berumur di bawah 15 tahun. Pengertian

tersebut berlaku bagi tenagakerja anak yang bekerja di sektor formal

seperti perusahaan/lembaga.

Sedangkan batasan usia tenagakerja di sektor informal tercantum dalam

Undang-Undang No. 20 Tahun 1999 tentang Pengesahan Konvensi ILO 138

tentang Usia Minimum Anak Untuk Diperbolehkan Bekerja (Lembaran Negara

(9)

konvensi ini dijelaskan bahwa dalam hal pekerjaan nonindustri (pertanian,

perdagangan, dan sektor informal lainnya) usia minimum tidak kurang dari 15

tahun. Menurut Biro Pusat Statistik (BPS) yang dimaksud pekerja anak adalah

anak usia kerja (10-14 tahun) yang melakukan pekerjaan dengan maksud

memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan keuntungan dan lamanya

bekerja paling sedikit 1 jam secara kontinu dalam seminggu yang lalu. Bekerja

juga mengandung arti yang luas yang mencakup semua sektor baik secara formal

maupun informal. Namun BPS hanya mengenal pengkategorian pekerjaan sektor

pertanian, industri, perdagangan, kontruksi, serta transportasi dan jasa (diolah dari

data situs www. BPS.go.id).

Secara teori, batasan pengertian tenaga kerja anak bermacam-macam

tergantung siapa yang memberikan batasan dan untuk tujuan apa. Pekerja anak

diartikan sebagai anak yang harus melakukan pekerjaan yang menghalangi

mereka bersekolah dan membahayakan kesehatan, fisik dan mentalnya (Damanik,

2006). Para ahli mendefenisiskan pekerja anak juga diartikan sebagai anak yang

aktif bekerja, yang membedakannya dengan anak yang pasif bekerja, karena tidak

semua pekerjaan yang dilakukan oleh anak dapat menjadikan anak sebagai

pekerja.

Selain itu, Pekerja anak adalah anak-anak yang melakukan pekerjaan secara

rutin untuk orang tuanya atau untuk orang lain yang membutuhkan sejumlah besar

waktu, dengan menerima imbalan atau tidak (Tjandraningsih, 1995). Kertonegoro

(1997), pekerja anak merupakan tenaga kerja yang dilakukan anak dibawah umur

(10)

bahwa pekerja anak adalah orang laki-laki atau wanita yang berumur kurang dari

15 tahun selain membantu keluarga, pada komunitas tertentu misalnya pada sektor

pertanian, perikanan, dan industri kerajinan yang dari sejak kecil mereka sudah

dididik untuk bekerja. Menurut Manurung (1998), Pekerja anak adalah mereka

yang berusia 10-14 tahun dan sedang bekerja paling sedikit satu jam secara

kontinyu dalam seminggu.

Fenomena pekerja anak di Indonesia merupakan masalah serius karena

mengancam kualitas kehidupan anak, hak-hak mereka dan masa depan mereka

sekaligus masa depan bangsa. Oleh karena itulah pekerja anak merupakan salah

satu kategori anak-anak yang perlu mendapat perlindungan khusus. Konvensi ILO

No.138 (disahkan Pemerintah Indonesia melalui UU No.1 Tahun 2000) mengenai

usia minimum untuk diperbolehkan bekerja menyatakan bahwa usia minimum

bagi anak untuk diperbolehkan bekerja adalah 15 tahun jika pekerjaan itu tidak

mengganggu kesehatan, keselamatan, pendidikan, dan pertumbuhannya.

Sementara usia minimum untuk diperbolehkan bekerja atau melakukan pekerjaan

yang berbahaya tidak boleh kurang dari 18 tahun. Namun ternyata masih banyak

anak berusia kurang dari 15 tahun yang harus bekerja di Indonesia.

2.2.3. Karakteristik Pekerja Anak (Buruh Anak)

Pekerja anak bekerja demi meningkatkan penghasilan keluarga atau rumah

tangganya secara langsung maupun tidak langsung. Hubungan kerja yang

diterapkan pada pekerja anak ada bermacam-macam bentuk, yaitu buruh, magang,

(11)

pekerjaannya sebagai magang, dan tenaga kelurga, mereka ada yang dibayar dan

ada yang tidak dibayar (Tjandraningsih, 1995).

Menurut Usman dan Nachrowi (2004), jika ditinjau dari pendidikan pekerja anak,

pekerja anak baik disektor garmen maupun rotan atau kayu adalah anak-anak yang

minimal menduduki bangku sekolah dasar (SD), ataupun tamatan SD. Namun

karena pekerjaan inilah yang menyebabkan anak-anak yang asih duduk di bangku

SD sebagan harus drop-out dari sekolahnya dikarenakan waktu mereka sebagian

besar dihabiskan untuk bekerja

Menurut Tjandraningsih (1995), sebagian besar pekerja anak disektor

industri manufaktur hanya mempunyai pendidikan rendah. Dari segi pendidikan,

anak-anak yang bekerja disinyalir cenderung mudah putus sekolah, baik putus

sekolah lantaran bekerja terlebih dahulu atau putus sekolah dahulu baru kemudian

bekerja (Bagong, 1999). Menurut White & Tjandraningsih (1999), di sektor

industri formal, pekerja anak umumnya berada dalam kondisi jam kerja yang

panjang, berupah rendah, menghadapi resiko kecelakaan kerja dan gangguan

kesehatan, atau menjadi sasaran pelecehan dan sewenang-wenang orang dewasa.

Secara umum karakteristik tenaga kerja anak tidak jauh berbeda, kecuali

dari segi usia, dengan karakteristik tenaga kerja dewasa perempuan, bahkan

tenaga kerja laki-laki (Tjandraningsih & Haryadi, 1995).

2.2.4. Faktor Penyebab munculnya Tenaga Kerja anak (Buruh Anak)

Menurut Usman dan Nachrowi (2004: 100), faktor-faktor yang menjadi

penyebab anak-anak bekerja dapat ditinjau dari dua sisi, yaitu penawaran (supply)

(12)

yang melatarbelakangi masyarakat yang menyediakan tenaga anak-anak untuk

bekerja, sedangkan sisi permintaan untuk menunjukkan faktor-faktor yang

mendukung pengusaha memutuskan untuk menggunakan pekerja anak sebagai

faktor produksi.

Dari sisi penawaran, menurut berbagai penelitian yang dilakukan di dalam

maupun luar negeri, kemiskinan merupakan faktor utama yang membuat

anak-anak masuk ke pasar tenaga kerja. ILO dan Unicef (1994) menyebutkan bahwa

kemiskinan merupakan akar permasalahan terdalam dan faktor utama anak-anak

terjun ke dunia kerja. Bencana alam, buta huruf, ketidakberdayaan, kurangnya

pilihan untuk bertahan hidup, serta kemiskinan orangtua yang membuat semakin

buruknya keadaan yang dihadapi oleh keluarga sehingga mereka merasa terpaksa

meletakkan anaknya ke dunia kerja.

Penjelasan di atas dapat diringkas bahwa faktor utama yang membuat

anak-anak masuk ke pasar kerja adalah sebagai berikut:

a.Kemiskinan

b.Pendidikan

c.Perubahan proses produksi

d.Ketidaktauan oang tua tentang konvensi hak-hak anak dan undang-undang

tentang anak. sesuai dengan konvensi hak anak

e.Faktor nilai budaya masyarakat

2.2.3. Kesejahteraan Anak

Kesejahteraan anak adalah suatu tata kehidupan anak yang dapat menjamin

(13)

maupun sosial. Hal ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 4 tahun 1979 tentang

kesejahteraan anak. Dasar dari undang-undang ini mengacu kepada pasal 34 UUD

1945, yang menyatakan fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh Negara.

Apabila ketentuan pasal 34 UUD 1945 ini diberlakukan secara konsekwen, maka

kehidupan fakir miskin dan anak terlantar akan terjamin (Siregar, 2014: 43).

Dalam pasal 2 Undang-Undang Nomor 4 tahun 1979, juga disebutkan

hak-hak anak sebagai berikut:

a. Anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan, dan bimbingan

berdasarkan kasih sayang di dalam keluarga maupun di dalam asuhan

khusus untuk tumbuh kembang secara wajar

b. Anak berhat atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan

kehidupan sosialnya sesuai dengan kebudayaan dan kepribadian bangsa

untuk menjadi warga Negara yang baik dan berguna

c. Anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan baik semasa dalam

kandungan maupun seseudah dilahirkan

d. Anak berhak atas perindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat

membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangannnya

secara wajar

Menurut kamus istilah kesejahteraan sosial, defenisi kesejahteraan sosial

adalah keadaan sejahtera pada umumnya yang meliputi keadaan jasmaniah,

rohaniah, dan sosial dan bukan hanya perbaikan dan pemberantasan keburukan

sosial tertentu saja, jadi merupakan suatu keadaan dan kegiatan (Suparlan,

(14)

2.3. Pengertian Sosial Ekonomi

Pengertian sosial ekonomi tidak dapat di bahas secara bersamaan, kedua

kata ini, dalam pengertiannya selalu di bahas secara sendiri–sendiri. Istilah sosial

(social dalam bahasa inggris) dalam ilmu sosial memiliki arti yang berbeda beda,

misalnya istilah sosial dalam sosialisme dengan istilah departemen sosial, jelas

kedua-duanya menunjukkan makna yang sangat jauh berbeda. Menurut Soekanto

apabila istilah sosial pada ilmu sosial menunjuk pada objeknya, yaitu masyarakat,

sosialisme suatu ideologi yang berpokok pada prinsip pemikiran umum atas alat

alat produksi dan jasa jasa dalam bidang ekonomi.

Sedangkan istilah sosial pada departemen sosial, menunjukkan pada

kegiatan-kegiatan di lapangan sosial. Artinya kegiatan-kegiatan yang di tujukan

untuk mengatasi persoalan yang di hadapi masyarakat dalam bidang

kesejahteraan, seperti tuna karya, tuna susila, tuna wisma, orang jompo, anak

yatim piatu, dan lain-lain. Selain itu Soekanto (1993: 464) mengemukakan bahwa

istilah sosial pun berkenaan dengan pelaku interpersonal, atau yang berkaitan

dengan proses proses sosial. (Supardan, 2009: 27).

Ekonomi atau economic dalam banyak literatur ekonomi disebutkan berasal

dari bahasa Yunani yaitu “Oikos atau Oiku” dan “Nomos” yang berarti peraturan

rumah tangga. Dengan kata lain pengertian ekonomi adalah semua yang

menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan dalam rumah tangga,

tentu saja yang dimaksud dan dalam perkembangannya kata rumah tangga bukan

(15)

anak-anaknya, melainkan juga rumah tangga yang lebih luas yaitu rumah tangga

bangsa, negara, dan dunia.

Definisi sosial pada dasarnya bisa diartikan sebagai kemasyarakatan.

Dapat juga diartikan sebagai suatu keadaan yang menghadirkan orang lain dalam

kehidupan manusia. Kehadiran orang lain itu bisa bersifat nyata maupun tidak

nyata. Kehadiran manusia secara nyata bisa dirasakan baik melalui audio dan

visual. Sedangkan untuk kehadiran manusia tidak nyata bisa berupa imajinasi,

kenangan, khayalan, dan lain sebagainya. Definisi sosial ini terkait pada

hubungan-hubungan manusia dengan lingkungan masyarakat, manusia dengan

manusia lainnya, manusia dengan kelompoknya, dan manusia dengan organisasi

yang diikutinya. Hal ini juga berkaitan langsung dengan istilah bahwa manusia

merupakan makhluk sosial di muka bumi. Karena manusia tidak bisa hidup

sendirian dan pasti akan selalu membutuhkan orang lain dalam kehidupannya

sehari-hari

15 mei 2014 pukul 10.00).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

sosial ekonomi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan

kebutuhan masyarakat antara lain sandang, pangan, perumahan, pendidikan,

kesehatan, dan lain lain. Kehidupan sosial ekonomi harus di pandang sebagai

sistem (sistem sosial), yaitu keseluruhan bagian bagian atau unsur-unsur yang

saling berhubungan dalam satu kesatuan.

Untuk melihat kedudukan sosial ekonomi seseorang dilihat dari

(16)

1. Pendapatan

Pendapatan dapat didefinisikan sebagai upah, gaji, keuntungan, sewa, dan

setiap aliran pendapatan yang diterima. Namun, cara lain untuk melihat

generasi sumber penghasilan (pendapatan) adalah dalam bentuk kompensasi

pekerja, jaminan sosial, uang pensiun, kepentingan atau dividen, royalti,

piutang, tunjangan atau tunjangan lain dari pemerintah, masyarakat, atau

bantuan keuangan keluarga.

Pendapatan dapat dilihat dalam dua istilah, relatif dan mutlak. Pendapatan

mutlak, sebagaimana diteorikan oleh ekonom John Maynard Keynes, adalah

hubungan yang seiring dengan kenaikan pendapatan, sehingga akan

meningkatkan konsumsi, tetapi tidak pada tingkat yang sama. Pendapatan

relatif menentukan seorang atau tabungan keluarga dan konsumsi berdasarkan

pendapatan keluarga dalam kaitannya dengan orang lain. Pendapatan adalah

sebuah ukuran yang umumnya digunakan sebagai status sosial ekonomi

masyarakat karena relatif mudah untuk mengetahui seorang individu.

Keluarga dengan pendapatan yang lebih tinggi dapat mengumpulkan

kekayaan dan tidak hanya fokus pada pemenuhan kebutuhan pokok (tersier)

tetapi pemenuhan kebutuhan sekunder dan tersier sambil dapat mengkonsumsi

dan menikmati kemewahan. Sedangkan keluarga dengan pendapatan yang

rendah hanya bisa memenuhi kebutuhan pokoknya (tersier), bahkan mereka

terkandang meminjam uang dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan

pokoknya.

(17)

Tingkat pendidikan sesuai dengan status sosial ekonomi karena merupakan

fenomena “cross cutting” untuk semua individu. Pencapaian pendidikan

individu dianggap sebagai cadangan untuknya atas semua prestasi dalam hidup,

yang tercermin melalui nilai-nilai atau derajatnya. Akibatnya, pendidikan

memainkan sebuah peran dalam pendapatan.

Pendidikan memberikan dorongan dan dengan demikian meningkatkan

penghasilan. Sebagaimana disampaikan pada grafik, derajat tertinggi, gelar

profesional dan doktor, membuat pendapatan mingguan tertinggi sementara

mereka tanpa ijazah sekolah tinggi terhukum secara finansial. Tingkat

pendidikan yang lebih tinggi berhubungan dengan hasil ekonomi dan

psikologis yang lebih baik (yaitu: pendapatan lebih, kontrol yang lebih, dan

dukungan sosial dan jaringan yang lebih besar).

Pendidikan memainkan peranan penting dalam mengasah keterampilan

seorang individu yang membuat dia sebagai orang yang siap untuk mencari dan

memperoleh pekerjaan, serta kualifikasi khusus yang mengelompokkan orang

dengan status sosial ekonomi tertinggi dari status sosial ekonomi terendah.

Annette Lareau berbicara pada gagasan budidaya terpadu, di mana orang tua

kelas menengah mengambil peran aktif dalam pendidikan dan pengembangan

anak-anak mereka dengan menggunakan kendali mengorganisir kegiatan dan

mendorong rasa hak melalui diskusi.

Laureau berpendapat bahwa keluarga dengan pendapatan rendah tidak

berpartisipasi dalam gerakan ini, menyebabkan anak-anak mereka memiliki

(18)

lahir dari dua perbedaan dalam membesarkan anak. Secara teori, keluarga

berpenghasilan rendah memiliki anak yang tidak berhasil sedangkan anak-anak

berpenghasilan menengah, yang merasa berhak, yang argumentatif, dan lebih

siap untuk kehidupan dewasa.

3. Pekerjaan

"Pekerjaan yang bergengsi" sebagai salah satu komponen status sosial

ekonomi, terdiri dari pendapatan dan pencapaian pendidikan. Status pekerjaan

sesuai dengan tingkat pendidikan suatu individu yaitu melalui, mendapatkan

pekerjaan yang lebih baik, mengeskplorasi dan mempertahankan posisi yang

lebih baik. Status pekerjaan akibatnya menjadi sebuah indikator untuk posisi

sosial kita atau status dalam masyarakat, maka menggambarkan karakteristik

pekerjaan, pengambilan membuat kemampuan dan pengendalian emosi, dan

psikologis tuntutan pada pekerjaan.

Pekerjaan dirangking oleh jajak pendapat (antara organisasi lainnya) dan

pendapat dari masyarakat umum yang disurvei. Beberapa pekerjaan yang

paling bergengsi adalah dokter dan ahli bedah, pengacara, insinyur kimia dan

biomedis, spesialis komputer, dan komunikasi analis. Pekerjaan ini, dianggap

dikelompokkan dalam klasifikasi status sosial ekonomi tinggi, memberikan

lebih banyak pekerjaan menantang dan kemampuan dan kontrol yang lebih

besar terhadap kondisi kerja. pekerjaan dengan peringkat yang lebih rendah

adalah pekerja pramusaji makanan, petugas counter, bartender dan pembantu,

pencuci piring, tukang sapu, pelayan dan pembantu rumah tangga, pembersih

(19)

secara signifikan kurang dan lebih melelahkan, secara fisik berbahaya, dan

memberikan otonomi yang kurang.

Berdasarkan dari pendapatan, pekerjaan, pendidikan, maka masyarakat

dapat digolongkan kedalam kedudukan sosial ekonomi rendah, sedang dan tinggi.

1. Golongan masyarakat berpenghasilan rendah. Yaitu masyarakat yang

menerima pendapatan lebih rendah dari keperluan untuk memenuhi tingkat

hidup yang minimal. Untuk memenuhi tingkat hidup yang minimal,

mereka perlu mendapatkan pinjaman dari orang lain.

2. Golongan masyarakat berpenghasilan sedang. Yaitu pendapatan yang

hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok dan tidak dapat

menabung.

3. Golongan masyarakat berpenghasilan tinggi. Yaitu selain dapat memenuhi

kebutuhan pokok, juga sebagian dari pendapatannya itu dapat ditabungkan

dan digunakan untuk kebutuhan yang lain.

Untuk melihat kedudukan seseorang ditengah-tengah masyarakat, banyak

faktor yang harus di perhatikan, baik dari sudut pandang sosial maupun ekonomi.

Sebab dari dalam suatu masyarakat pasti terdapat sesuatu yang dihargai dan di

pandang masyarakat mungkin berupa, perumahan, makanan, rekreasi, kesehatan

maupun lingkungan.

(20)

Seseorang belum dianggap sehat sekalipun ia tidak berpenyakit jiwa dan

ataupun raga. Orang tersebut masih harus dinyatakan sehat secara sosial. Hal ini

dianggap perlu karena penyakit yang diderita seseorang atau sekelompok

masyarakat umumnya ditentukan selaku oleh perilakunya tahu keadaan sosial

budayanya yang tidak sehat.(Selamet: 2009, 4-5).

2.3.1. Sosial Ekonomi Dalam Bingkai Kesejahteraan Masyarakat

Kesejateraan sosial sering diidentifikasikan dengan kesejahteraan

masyarakat atau kesejehateraan umum. Namun ada baiknya jika kata tersebut

diilah, yaitu kesejahteraan dan sosial. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI), istilah sejahtea artinya aman, sentosa makmur, selamat. Sedangkan

kesejahteraan artinya keamanan, keselamatan, ketentraman, kesenangan hidup,

dan kemakmuran. Di dalam kamus Ilmu Kesejahteraan Sosial disebutkan bahwa

kesejahteraan sosial adalah keadaan sejahtera yang meliputi keadaan jasmaniah,

rohaniah, dan sosail tertentu saja. Istilah kesejahteraan sosial bukanlah hal yang

baru dalam wacana global dan nasional. PBB telah mengatur masalah ini

sebagai salah satu bidang kegaiatan masyarakat internasional. Di Indonesia

sendiri, kesejahteraan sosial telah ada dalam sistem ketatanegaraan Indonesia

(Suharto,2009:1)

Dalam Undang – undang No. 11 Tahun 2009, tentang Kesejateraan Sosial

menyebutkan bahwa kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya

kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak

dan mampu mengembangkan diri sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya

(21)

PBB mendefiniskan kesejahteraan sosial sebagai suatu kegiatan yang

terorganisir dengan tujuan membantu penyesuaian timba balik anatara indiviu –

individu dengan lingkungan sosial mereka. Tujuan ini dicapai secara seksama

melalui teknik – teknik dan metode – metode dengan maksud supaya

memungkinkan individu – individu, kelompok – kelompok, maupun komunitas

– komunitas untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan dan memecahkan masalah

– masalah penyesuaian diri mereka terhadap perubahan pola – pola masyarakat

serta melalui tindakan kerja sama untuk memperbaiki kondisi ekonomi dan

sosial.

tanggal 6 april pukul 01.13 WIB).

Fahrudin (2012) menyebutkan dua tujuan kesejahteraan sosial, yang

pertama yaitu untuk mencapai kehidupan sejahtera dalam arti tercapainya

standart kehidupan pokok seperti sandang, pangan, perumahan, kesehatan, dan

relasi – relasi yang harmonis dengan lingkungannya. Yang kedua yaitu untuk

mencapai penyesuaian diri yang baik khususnya dengan masyarakat di

lingkungannya, dengan menggali sumber – sumber, meingkatkan dan

mengembangkan taraf hidup yang memuaskan.

Istilah kesejahteraan sosial telah lama dikenal di Indonesia, bahkan konsep

kesejahteraan sosial telah ada dalam sistem ketatanegaraan Indonesia.

Kesejhateraan sosial memiliki beberapa makna yang relatif berbeda walaupun

substansinya tetap sama dan mencakup tiga konserpasi, yaitu :

1. Kondisi kehidupan atau keadaan sejahtera, yakni terpenuhinya

(22)

2. Institusi, bidang kegaiatan yang melibatkan lembaga kesejateraan

sosial dan berbsgai profesi kemanusiaan yang menyelenggarakan

usaha kesejahteraan sosial dan pelayanan sosial.

3. Aktivitas, yakni suatu kegiatan – kegiatan usaha yang

menyelenggarakan usaha kesejahteraan sosial dan pelayanan sosial.

Kesejahteraan sosial dapat diukur dari indikator – indikator yang pertama

jumlah dan pemerataan pendapatan. Pendapatan berhubungan dengan lapangan

kerja, kondisi usaha dan faktor ekonomi lainnya. Penyediaan lapangan kerja

mutlak dilakukan oleh semua pihak agar masyarakat memiliki pendapatan tetap

untuk keberlangsungan hidupnya. Adapun yang menjadi indikator dalam

pendapatan adalah, jenis pekerjaan orang tuam jumlah pendapatan setiap bulan,

tabungan, dan kepemilikan rumah. Indikator kedua adalah pendidikan. Pendidikan

yang merata dan dapat diakses dengan mudah oleh setiap lapisan masyarakat

dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia, Indikator ketiga adalah

kesehatan. Menurut WHO, kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera dari badan

jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial

dan ekonomis. Keadaan yang sehat dari individu adaah hal yang diperlukan untuk

mendapatkan pendapatan dan pendidikan. Mayarakat yang sakit akan sulit

memperjuangkan kesejahteraan diri dan keluarganya. Indikator kesehatan ini

dapat diukur dari frekuensi makan setiap hari, kemampuan untuk berobat ke

dokter, dan kemamuan untuk membeli obat – obatan. Ketiga hal tersebutlah yang

(23)

mencapai kesejahteraan

diakses pada tanggal 6 april 2014 pukul 00.12 WIB).

Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kesejahteraan

sosial adalah berbagai usaha yan dikembangkan untuk meningkatkan taraf hidup

manusia, baik secara fisik, mental, emosional, sosial, ekonomi dan kehidupan

spiritual agar terwujud kehidupan yang layak dan bermartabat.

2.4. Keluarga

Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama

dengan keterikatan aturan, emosional dan individu mempunyai peran

masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga. Keluarga adalah unit terkecil dari

masyarakat yang terdiri dari suami istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau

ibu dan anaknya (Suprajitno, 2004).

Keluarga merupakan kelompok primer yang terpenting dalam masyarakat.

Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan

organisasi terbatas, dan mempunyai ukuran minimum, terutama pihak – pihak

yang pada awalnya mengadakan suatu ikatan, dengan kata lain, keluarga tetap

merupakan bagian dari masyarakat total yang lahir dan berada didalamnya, yang

secara berangsur – angsur akan melepaskan ciri – ciri tersebut karena tumbuhnya

mereka kearah kedewasaan. Keluarga sebagai organisasi, mempunyai perbedaan

dari organisasi – organisasi lainnya, yang terjadi hanya sebagai sebuah proses

(Khairuddin, 1997:4).

Pada hakikatnya, keluarga merupakan hubungan seketurunan maupun

(24)

keturunannya yang merupakan satuan khusus. Keluarga pada dasarnya merupakan

suatu kelompok yang terbentuk dari suatu hubungan seks yang tetap.

(Su’adah,2005:22-23).

Pengertian lain mengenai keluarga oleh Mudzakkir, keluarga merupakan

unit terkecil dalam masyarakat didalamnya terdapat konsep dan nilai serta

pembagian kerjanya masing – masing. Di dalam keluarga tradisional, peran

domestik merupakan wilayah yang identik dengan perempuan sedangkan peran

public adalah wilayahnya laki – laki ( Mudzakkir, 2010:20).

Selanjutnya Iver dan Page memberikan ciri – ciri umum keluarga yang

meliputi:

1. Keluarga merupakan hubungan perkawinan.

2. Berbentuk perkawinan atau susunan kelembagaan yang berkenan dengan

hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk dan dipelihara.

3. Suatu sistem tata – tata norma termasuk perhitungan garis keturunan.

5. Ketentuan – ketentuan ekonomi yang dibentuk oleh anggota – anggota

kelompok yang mempunyai ketentuan khusus terhadap kebutuhan –

kebutuhan ekonomi yang berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai

keturunan dan membesarkan anak.

6. Merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga yang walau

bagaimanapun tidak mungkin menjadi terpisah terhadap kelompok

keluarga (Su’adah, 2005:22).

Bentuk - bentuk keluarga menurut Polak (dalam Khairuddin, 1997:9)

(25)

1. Keluarga Inti ( Nuclear Family) yaitu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu

dan anak – anak yang belum menikah.

2. Keluarga Besar ( Extended Familiy) yaitu satuan keluarga yang meliputi

lebih dari satu generasi dan satu lingkungan kaum keluarga yang lebih luas

daripada ayah, ibu dan anak – anaknya.

Peranan umum keluarga dalam perkembangan sosial anak merupakan tempat

anak belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial dalam hubungan

interaksi dengan kelompoknya. Pengalaman – pengalaman dalam interaksi sosial

keluarganya turut menentukan cara tingkah laku terhadap orang lain dalam

pergaulan sosial diluar keluarga (Gerungan, 2004:195).

Keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak yang belum menikah

disebut keluarga batih (Soerjono, 2004:23)

Sebagai unit pergaulan terkecil yang hidup dalam masyarakat, keluarga

batih mempunyai peranan-peranan tertentu, yaitu (Soerjono, 2004: 23):

a. Keluarga batih berperan sebagai pelindung bagi pribadi-pribadi yang

menjadi anggota, dimana ketentraman dan keterlibatan diperoleh dalam

wadah tersebut.

b. Keluarga batih menumbuhkan dasar-dasar bagi kaidah-kaidah

pergaualan hidup.

c. Keluarga batih merupakan unit sosial ekonomis yang secara materil

(26)

d. Keluarga batih merupakan wadah dimana manusia mengalami proses

sosialisasi awal, yakni suatu proses dimana manusia mempelajari dan

mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat.

Keluarga pada dasarnya merupakan suatu kelompok yang terbentuk dari

suatu hubungan seks yang tetap, untuk menyelenggarakan hal-hal yang berkenaan

dengan keorangtuaan dan pemeliharaan anak.

Peran keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh

seseorang dalam konteks keluarga. Peran keluarga menggambarkan seperangkat

perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam

posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan

dan pola perilaku dari keluarga, kelompok, dan masyarakat (Setiadi, 2008) .Suatu

keluarga terdiri dari Ayah, Ibu dan Anak merupakan keluarga batin / inti. Dalam

keluarga besar masih ada pribadi-pribadi lain seperti nenek, kakek, paman dan

lain-lain.

Keluarga sebagai landasan Utama dan pertama bagi anak yang

memberikan berbagai macam bentuk dasar sebagai berikut :

a. Di dalam keluarga yang teratur dengan baik dan sejahtera seorang anak

termasuk anak dengan kecacatannya akan memperoleh latihan-latihan

dalam mengembangkan sikap social yang baik dan kebiasaan berprilaku

misalnya anak melakukan tugas-tugas tertentu dan mengikuti tatacara

keluarganya, belajar disiplin diri dan disiplin waktu agar kelak kebiasaan

(27)

hubungannya dengan teman-teman, serta mendukung kelancaran

perkembangan daya pikir (kognitif) dan prestasi disekolah.

b. Didalam keluarga dan hubungan-hubungan antar anggota keluarga

membentuk pola penyesuaian sebagai dasar bagi hubungan social dan

interaksi social yang lebih luas. Anak akan belajar dari latihan-latihan

dasar untuk mengembangkan sikap social yang baik,

kebiasaan-kebiasaan bertingkah laku yang memudahkan terbentuknya perilaku

positif.

Dengan demikian melalui keluarga maka kebutuhan fisik, intelektual,

social, emosional dan kebutuhan moral anak termasuk anak dengan kecacatan

dapat terpenuhi dengan baik oleh keluarganya serta lingkungannya.

Bila ditinjau berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 21 Tahun 1994

mengenai penyelenggaraan pembangunan keluarga sejahtera, telah dirumuskan

delapan fungsi keluarga sebagai jawaban menuju terbentuknya sumber daya

pembangunan yang handal dengan ketahanan keluarga yang kuat dan mandiri

yaitu :

1. Fungsi Keagamaan

Dalam keluarga dan anggotanya fungsi ini perlu didorong dan

dikembangkan agar kehidupan keluarga sebagai wahana persemian nilai –

nilai luhur budaya bangsa untuk menjadi insan agamis yang penuh iman

dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

(28)

Fungsi ini memberikan kesempatan kepada keluarga dan seluruh

anggotamya untuk mengembangkan kekayaan budaya bangsa yang

beraneka ragam dalam suatu kesatuan, sehingga dalam hal ini diharapkan

ayah dan ibu untuk dapat mengajar dan meneruskan tradisi, kebudayaan

dan sistem nilai moral kepada anaknya.

3. Fungsi Cinta Kasih

Untuk memberikan landasan yang kokoh terhadap hubungan anak dengan

anak, suami dengan istri, orang tua dengan anaknya serta hubungan

kekerabatan antar generasi, sehingga keluarga menjadi wadah utama

bersemainya kehidupan yang penuh cinta kasih lahir dan batin.

4. Fungsi Melindungi

Fungsi ini menambah rasa aman dan kehangatan pada setiap anggota

keluarga.

5. Fungsi Reproduksi

Fungsi yang merupakan mekanisme untuk melanjutkan keturunan yang

direncanakan dapat menunujang terciptanya kesejahteraan manusia di

dunia yang penuh iman dan takwa.

6. Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan

Fungsi yang memberikan peran kepada keluarga untuk mendidik

keturunan agar bisa melakukan penyesusain dengan alam kehidupan

dimasa yang akan dating.

7. Fungsi Ekonomi

(29)

8. Fungsi Pembinaan Lingkungan

Agar setiap keluarga mampu menempatkan diri secara serasi, selaras,

seimbang.

fungsi keluarga tidak saja didalam lingkungan keluarga sendiri tetapi juga

didalam masyarakat. Melihat pendapat tersebut nyata bahwa tugas dan fungsi

keluarga bukan merupakan fungsi yang tunggal tapi jamak. Secara sederhana

dapat dikemukakan bahwa tugas orang tua adalah :

1. Menstabilkan situasi keluarga: dalam arti stabilitasi situasi ekonomi

rumah tangga

2. Mendidik anak

3. Pemeliharaan fisik dan psikis keluarga, termasuk disini kehidupan

religious (Ahmadi, 2002:246)

Keluarga juga dikenal sebagai dasar umat manusia, karena itu keluarga

sebagai fundamental bagi kehidupan masyarakat.Tidak satupun lembaga

masyarakat yang lebih efektif membentuk anak secara fisik tetapi juga sangat

berpengaruhi secara psikologis.Dalam usaha kesejahteraan anak ada program

penting untuk anak yang terdiri dari usaha untuk meningkatkan ksejahteraan

sosial anak termasuk bagi anak didalam keluarga maupun di dalam keluarga

pengganti. Karena itu baik buruknya struktur keluarga dan masyarakat sekitar

memberikan pengaruh baik buruknya pertumbuhan kepribadan anak (Kartono,

1998 : 57).

Fungsi Keluarga Menurut WHO (1978) ada lima yaitu :

(30)

a. Untuk meneruskan keturunan.

b. Memelihara dan membesarkan anak.

c. Memenuhi kebutuhan gizi keluarganya

d. Memelihara dan merawat anggota keluarganya

2. Fungsi Psikologis

a. Memberikan kasih sayang dan rasa aman

b. Memberikan perhatian diantara anggota keluarga

c. Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga

d. Memberikan identitas keluarga

3. Fungsi Sosialisasi

a. Membina sosialisasi pada anak

b. Membina norma – norma tingkah laku sesuai dengan tingkah

perkembangan anak

c. Meneruskan nilai – nilai keluarga

4. Fungsi Ekonomi

a. Mencari sumber – sumber penghasilan untuk memenuhi

kebutuhan keluarga

b. Pengaturan dan penggunaan penghasilan keluarga untuk

memenuhi kebutuhan keluarga

c. Menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga di masa yang

anak dating.

Misalnya : pendidikan anak, jaminan hari tua.

(31)

a. Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan,

keterampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan

minat yang dimiliki.

b. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan

dalam memenuhi perannya sebagai orang dewasa.

Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan arti pentingnya

keluarga dalam perkembangan anak baik secara fisik maupun

psikologis.

2.5. Kerangka Pemikiran

Kemiskinan merupakan faktor utama pekerja anak. Suatu rumah tangga

dikatakan sebagai rumah tangga miskin atau tidak, tentunya akan tergantung pada

pendapatan rumah tangga tersebut, semakin kecil pendapatan dari suatu rumah

tangga, maka kemungkinan adanya pekerja anak akan semakin besar. Sebaliknya

semakin besar pendapatan dari ruma tangga, maka kemungkinan adanya pekerja

anak akan semakin kecil.

Sekalipun kemiskinan merupakan pendorong utama anak-anak terjun ke

dunia kerja, tidak semua orang miskin membiarkan anak-anaknya terjun ke dunia

kerja. Berarti ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi anak bekerja. Anak-anak

cepat masuk ke pasar tenaga kerja karena dipengaruhi beberapa faktor seperti

faktor ekonomi, sosial, budaya, dan psikososial. Dapat juga dari penawaran

sebuah perusahaan, jika perusahaan meminta dan masyarakat menyediakan

(32)

Sebagian anak merasa harus membantu orang tua khususnya dalam bidang

ekonomi, karena itu mereka memasuki dunia kerja, tetapi terkadang mereka

memilih pekerjaan yang tidak sesuai dengan umur mereka, seperti hal nya dalam

pekerja batu bata, zat-zat yang terkandung dapan menggangu pernapasan si anak,

sehingga dapat membahayakan kesehatan mereka

Bagan Alur Pikir

2.6. Konsep Penelitian

Konsep adalah proses dan upaya penegasan dan pembatasan makna konsep

dalam suatu penelitian. Untuk menghindari salah pengertian atas makna konsep

konsep yang di jadikan objek penelitian, maka seorang peneliti harus menegaskan

dan membatasi makna konsep konsep yang di teliti. (Siagian, 2011: 138). Pekerja Anak

Sosial ekonomi keluarga

1. Pendapatan 2. Pendidikan 3. Pekerjaan

4. Kesehatan

Berkontribusi

(33)

Dengan kata lain, peneliti berupaya menggiring para pembaca hasil

penelitian itu memaknai konsep sesuai dengan yang diinginkan dan dimaksudkan

oleh peneliti, jadi definisi konsep adalah pengertian yang terbatas dari suatu

konsep yang dianut dalam suatu penelitian (Siagian, 2011: 136-138). Untuk lebih

memahami pengertian mengenai konsep-konsep yang akan digunakan, maka

peneliti membatasi konsep yang digunakan sebagai berikut:

1. Kontribusi adalah keikutsertaan, keterlibatan, melibatkan diri ataupun

sumbangan.

2. Pekerja anak adalah anak yang harus melakukan pekerjaan yang

menghalangi mereka bersekolah dan membahayakan kesehatan, fisik dan

mentalnya

3. Sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kondisi dimana msyarakat sendiri

yang menjadi penentu dan peran yang dimilikinya dalam kehidupan

bersama.

4. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala

keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Surat Penetapan Pemenang Pekerjaan Konstruksi Renovasi Gedung Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang oleh Panitia Pengadaan Nomor : PEN-

Berdasarkan Berita Acara Penetapan Daftar Pendek ( Short List ) Nomor : 05/PBJ-Kons/KS-4/08/2012 tanggal 11 Mei 2012 dengan ini diumumkan Hasil Evaluasi Seleksi Sederhana Penyedia

Bagi peserta yang berkeberatan atas penetapan pemenang pelelangan tersebut di atas diberikan kesempatan untuk mengajukan sanggahan kepada Panitia

Berdasarkan Berita Acara Penetapan Daftar Pendek ( Short List ) Nomor : 05/PBJ-Kons/KP-4/08/2012 tanggal 11 Mei 2012 dengan ini diumumkan Hasil Evaluasi Seleksi Sederhana Penyedia

In general, plant material and to a lesser extent soil compaction influenced the dynamic processes in the soil affecting microbial activity and water stable aggregation. Higher

di atas dengan struktur paling atas sebagai penanggung jawab program, kedua sebagai Tim Pengarah yang terdiri dari pimpinan lapisan kedua atau sesuai dengan

A pub- lished dataset (McWilliam et al., 1993), obtained by destructive sampling of a fourth forest site, ‘Fazenda Embrapa’, which was similar in structure and close to the

ISPRS Annals of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume II-2/W2, 2015 Joint International Geoinformation Conference 2015, 28–30 October 2015,