• Tidak ada hasil yang ditemukan

MEMBIDIK KETERAMPILAN BERBAHASA SISWA DE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MEMBIDIK KETERAMPILAN BERBAHASA SISWA DE"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

MEMBIDIK KETERAMPILAN BERBAHASA SISWA DENGAN

MODEL PEMBELAJARAN TEMBAKAN BUSER NAKAL

Dr. Sofyan, M.Pd

1

PENDAHULUAN

Pendidikan adalah kebutuhan manusia yang sangat mendasar. Manusia akan tertinggal tanpa pendidikan. Proses pelaksanaan pendidikan dapat mengacu pada pilar belajar untuk melakukan sesuatu (learning to do). Pilar ini lebih menekankan pada konsep bahwa proses pembelajaran yang berlansung mengarah pada aktivitas siswa (student centre). Siswa diharuskan mampu mengaktualisasi keterampilan yang dimilikinya, di samping bakat dan minat yang dimilikinya sejak awal. Siswa tidak hanya dituntut mengem-bangkan kemampuan sains sebagai proses kreatif dari otak kiri, tetapi siswa juga harus mengembangkan kreativitas seni, budaya, imanjinasinya, dan kecerdasan berbahasa sebagai bentuk dari kreativitas otak kanan. Pada akhirnya melahirkan jiwa-jiwa yang berkarakter. Menciptakan lulusan sekolah yang berkarakter inilah usaha yang perlu dilakukan sejak dini, sehingga pada akhirnya siswa mengikuti proses pembelajaran di sekolah tidak hanya berorientasi sekedar untuk lulus ujian akhir.

Memasuki era globalisasi dan era masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) Tahun 2015, tuntutan akan lulusan sekolah yang lebih kreatif semakin diperlukan. Siswa tidak hanya dituntut memiliki aspek akademik yang mumpuni, tetapi lebih jauh dari itu, siswa harus memiliki visi tentang masa depannya yang lebih jauh. Visi tersebut adalah tentang penguasaan keterampilan yang lebih baik dan siap menghadapi tantangan yang lebih serius. Salah satu tantangan yang serius dan mestinya dapat dikuasai dan ditaklukkan adalah penguasaan dan pengembangan ekonomi kreatif.

(2)

Dalam konsep sekolah modern, urusan ekonomi kreatif bukan hanya berada pada wilayah sekolah kejuruan (vocational school), tetapi juga menjadi wilayah atau bagian yang harus dikuasai oleh sekolah umum. Oleh sebab itu, maka sejalan dengan kemajuan teknologi, trend, dan issue perubahan arah pendidikan saat ini siswa sudah harus dipersiapkan secara baik untuk memiliki pengetahuan, sikap, keterampilan, bahkan spiritual yang baik untuk mewujudkan impian masyarakat yang menguasai dan mengembangkan ekonomi kreatif. Upaya tersebut tentu saja harus melalui sebuah proses belajar dan pembelajaran.

Menurut Slamet (1987: 2), belajar adalah sesuatu proses perubahan, yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhaan hidupnya. Belajar dalam arti luas adalah proses perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan dan penilaian dalam berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi. Perubahan tingkah laku dalam proses belajar adalah akibat dari interaksi dengan lingkungan. Interaksi ini biasanya berlangsung disengaja. Kesengajaan itu sendiri tercermin dari adanya faktor-faktor berikut: 1) kesiapan (readines), yaitu kepastian baik fisik maupun mental untuk melakukan sesuatu; 2) motivasi, yaitu dorongan dari diri sendiri untuk melakukan sesuatu; dan 3) tujuan yang ingin dicapai.

Ketiga faktor tersebut mendorong seseorang untuk melakukan proses belajar. Guru merupakan tenaga kependidikan yang bersifat profesional, dan bertugas membelajarkan siswanya agar mencapai tujuan pendidikan, maka harus berbeda dalam kondisi yang memungkinkannya dapat belajar. Belajar dapat dimengerti sebagai suatu proses di mana siswa yang tadinya tidak dapat melakukan prilaku tertentu, sekarang dapat melakukannya.

(3)

Sementara itu, pembelajaran menurut Menurut Sadiman (1984:7), adalah usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri siswa. Sedangkan menurut Degeng (1993:2) pembelajaran adalah suatu upaya untuk membelajarkan siswa. Uno (2006:2), berpendapat bahwa proses pembelajaran memiliki hakikat perencanaan dan perancangan sebagai usaha untuk membelajarkan siswa. itulah sebabnya dalam pembelajaran siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi siswa dapat berinteraksi dengan seluruh sumber belajar dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Dengan demikian pembelajaran merupakan suatu proses yang dilakukan secara sadar, terencana yang menggunakan sumber-sumber belajar dalam rangka membelajarkan peserta didik.

Tujuan pembelajaran dengan merencanakan dan mendesain kegiatan yang terorganisasi adalah untuk mencapai proses pembelajaran yang efektif. Menurut Muchith (2008:6), pembelajaran yang efektif adalah jika pembelajaran tersebut mampu memberikan atau menambah informasi atau pengetahuan baru bagi siswa, bukan dengan biaya dan waktu sedikit tetapi menghasilkan siswa yang cerdas atau pintar.

Dalam proses pembelajaran siswa merupakan subjek yang belajar dan guru merupakan subjek yang mengajar. Mengajar adalah menbantu seseorang atau kelompok melakukan kegiatan belajar sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung efektif. Ciri-ciri pembelajaran yaitu: (1) pembelajaran merupakan upaya sadar dan sengaja, pembelajaran bukan kegiatan insidental tanpa persiapan; (2) pembelajaran merupakan pemberian bantuan yang memungkinkan siswa dapat belajar. Dalam hal ini guru harus menganggap siswa sebagai individu yang mempunyai unsur-unsur dinamis yang dapat berkembang bila disediakan kondisi yang menunjang. Jadi status guru tidak mutlak mementukan apa dan bagaimana siswa harus belajar (drivt teaching), melainkan ada suasana demokratis; dan (3) pembelajaran lebih menekankan pada pengaktifan siswa, karena yang belajar adalah siswa, bukan guru.

(4)

psikomotorik. Dengan demikian tujuan pembelajaran adalah agar siswa mencapai perkembangan optimal dalam ketiga aspek tersebut. Untuk mencapai tujuan yang sama itu, siswa melakukan kegiatan belajar, sedangkan guru melakukan pembelajaran. Kedua kegiatan tersebut saling melengkapi untuk mencapai tujuan yang sama.

Aktivitas belajar dan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh bahasa sebagai media komunikasi. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sikap, keterampilan, dan spiritual siswa dalam upaya menwujudkan penguasaan ekonomi kreatif. Bahasa merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang keilmuan. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu siswa mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain. Selain itu, pembelajaran bahasa juga membantu siswa mampu mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat, dan bahkan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imajinatif yang ada dalam dirinya.

Secara umum permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia tidak jauh berbeda dengan pembelajaran lainnya, yaitu rendahnya motivasi belajar siswa sebagai akibat minimnya inovasi penerapan model-model pembelajaran oleh guru. Namun demikian kekhasan pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai bidang humaniora yang mempelajari tentang fenomena dan perilaku kehidupan sosial membutuhkan suatu keterampilan tersendiri bagi guru dalam membelajarkan siswanya. Munculnya anggapan bahwa pelajaran Bahasa Indonesia itu mudah, tanpa membutuhkan usaha belajar pun bisa dikuasi, menyebabkan pembelajaran menjadi membosankan. Faktor lain adalah, minimnya penggunaan media, implementasi model pembelajaran yang tidak inovatif, metode mengajar yang tidak variatif, sehingga situasi kelas menjadi monoton dan membosankan, dan pola pembelajaran yang hanya berpusat kepada guru. Guru tidak berusaha menggali potensi kreativitas berbahasa dari siswanya. Pembelajaran hanya berpusat pada guru dan hanya terbatas pada ruang kelas. Dampak dari ini semua membuat siswa tidak tertarik dan bosan dalam belajar.

(5)

membuat siswa lebih bersemangat untuk mewujukan kebutuhannya sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Dalam kondisi seperti ini peran guru hanyalah sebagai inspirator. Guru bertugas memberikan semangat, memfasilitasi, dan memberikan inspirasi-inspirasi yang dapat membuka wawasan bagi siswa untuk dapat mengaktualisasikan pengetahuan dan keterampilan yang dikuasainya.

Model desain pembelajaran merupakan representasi dari pandangan tentang bagaimana orang belajar. Model juga merupakan pedoman di mana seorang guru menciptakan pembelajaran. Model membantu guru mengonsep sebuah proses atau sistem. Model membantu menyederhanakan kompleksitas ke situasi nyata dengan langkah-langkah yang umum yang dapat diterapkan di berbagai keadaan (Gustafson, 2002, 1). Dalam konteks ini, model berfungsi sebagai acuan, petunjuk, atau pedoman yang dapat digunakan untuk menuntun guru dalam mendesain sistem pembelajaran sehingga pada akhirnya diperoleh desain sistem pembelajaran yang efektif dan terukur untuk dilaksanakan.

Model pembelajaran merupakan gambaran proses rancangan sistematis tentang pengembangan pembelajaran baik mengenai proses maupun bahan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dalam upaya pencapaian tujuan. Model dalam pembelajaran bukanlah sesuatu yang dapat membingungkan. Reigeluth (1983: 21), mengungkapkan:

...Instructional model (not to be confused with instructional development model; see following discussion) is usually an integrated set of strategy components, such as: the particular way the content ideas are sequenced, the use of overviews and summaries, the use of examples, the use of practice, and the use of different strategies for motivating the students.

Menurut pendapat di atas, bahwa model pembelajaran tidak harus membingungkan, jika kita mengikuti perkembangan dan diskusi yang telah dilakukan. Model pembelajaran merupakan suatu set komponen strategi yang terintegrasi, seperti: ide-ide tentang karakter tentu dalam mengurutkan materi pembelajaran, penggunaan ikhtisar dan ringkasan, penggunaan contoh-contoh, penerapan praktik atau latihan, dan penggunaan strategi pembelajaran yang berbeda untuk memotivasi para siswa. Dengan kata lain, bahwa model merupakan seperangkat langkah-langkah umum yang memberikan pedoman untuk merancang suatu pembelajaran.

(6)

Model pengajaran yang benar-benar model pembelajaran, seperti kita membantu siswa memperoleh informasi, ide-ide, nilai-nilai, cara, berpikir, dan rata-rata mengekspresikan diri mereka sendiri, mengajarkan bagaimana cara belajar. Bahkan, hasil jangka panjang pembelajaran yang paling penting memungkinkan siswa meningkat kemampuan untuk belajar lebih mudah dan efektif di masa depan, baik karena pengetahuan dan keterampilan yang telah mereka peroleh maupun penguasaan yang lebih yang telah mereka dapatkan (Joyce, at.al, 2009: 6). Lebih jauh Joyce mengungkapkan, bahwa model pengajaran adalah deskripsi dari lingkungan belajar, termasuk perilaku kita sebagai guru saat model digunakan. Model memiliki banyak kegunaan, mulai dari perencanaan pelajaran dan kurikulum, merancang bahan ajar, dan termasuk di dalamnya merancang program-program multimedia untuk pembelajaran. Dapat dikatakan, bahwa model merupakan sebuah acuan yang memberikan arahan secara lengkap bagi guru untuk merencanakan pembelajaran termasuk di dalamnya perancangan multimedia pembelajaran.

Meskipun dalam bahasa ungkap yang berbeda, konsep model pembelajaran sebagaimana dipaparkan oleh para ahli memiliki beberapa kesamaan. Kesamaan-kesamaan tersebut intinya adalah bahwa model berbentuk prosedur yang memiliki langkah-langkah yang dapat dipedomani. Model pada prinsipnya memiliki unsur-unsur yang tersusun secara terstruktur yang menggambarkan sebuah alur dan pedoman atau langkah-langkah untuk melakukan suatu kerja dalam hal ini pembelajaran. Model dapat berupa gambar/grafis tetapi dapat juga berupa uraian langkah-langkah kerja, contoh, strategi, materi pembelajaran, serta praktik atau latihan-latihan. Dapat disimpulkan, bahwa yang dimaksud dengan model pembelajaran dalam penelitian ini adalah suatu gambaran pola pikir dari suatu konsep dalam bentuk langkah-langkah nyata (berbentuk diagram) yang dapat dipedomani untuk proses pembelajaran

(7)

persoalan-persoalan dalam pembelajaran keterampilan berbahasa. Hal ini penting dilakukan mengingat pembelajaran harus selalu diperbaharui.

Model pembelajaran yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah Model “Tembakan Buser Nakal” atau disingkat Model TBN. Model TBN didasari oleh konsep pembelajaran yang dikembangkan oleh Ki Hajar, bahwa guru harus menghamba pada sang anak. Artinya, bahwa guru harus melayani kebutuhan pembelajaran yang dibutuhkan siswa. Guru harus menjadi mitra, teman, sekaligus orang tua dalam proses pembelajaran, baik dalam situasi pembelajaran di sekolah maupun di luar jam belajar. Di samping itu, pembelajaran dengan model Tembakan Buser Nakal berbasis kepada budaya dan sejarah di mana siswa tersebut tumbuh atau kearifan lokal. Dalam konteks ini, maka pembelajaran lebih menekankan pada pendekatan konstruktivistik dan berorientasi kontekstual tetapi tetap mengedepankan visi masa depan yang up to date.

Model pembelajaran TBN merupakan pengembangan dari pendekatan saintifik dalam Kurikulum 2013. Model TBN merupakan model pembelajaran yang dikembangkan untuk menciptakan suatu pembelajaran yang kreatif berbasis kelas dan keatifan siswa dengan memperhatikan prinsip-prinsip kontekstual. Model TBN merupakan akronim dari langkah-langkah dalam pembelajaran keterampilan berbahasa Indonesia yang inovatif. Kata Tembakan dapat diurai, sebagai berikut: (T) Temukan; (E) Elaborasi; (M) Merancang; (B) Berdiskusi; (A) Analisis; dan (Kan) Komunikasikan. Sementara itu, kata Buser Nakal dapat diurai: (Bu) Budaya; (Ser) Sejarah dan (Nakal) naskah lokal.

(8)

Langkah-langkah kegiatan pembelajaran model TBN, adalah sebagaimana diuraikan berikut ini.

1. Temukan

Tahap ini siswa diminta secara aktif untuk memenukan dan menuliskan ide kreatif yang akan dituliskan dan dibicarakan dalam pembelajaran. Ide kreatif tersebut tentu saja berhu-bungan dengan kompetensi yang akan dicapai, yaitu keterampilan memahami teks prosesur. Ide yang diminta dari siswa adalah yang berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki. Siswa menuliskan ide kreatifnya dalam lembar kerjanya.

2. Elaborasi

Ide yang telah dituliskan pada tahap pertama, selanjutnya didalami secara cermat. Pada tahap ini siswa diminta untuk mendalami dan menjelaskan secara cermat ide yang akan dituangkan dalam keterampilan menulis, termasuk di dalamnya ide-ide pendukung yang diperlukan untuk memperkuat ide utama.

3. Merancang

Setelah menemukan dan melakukan pendalaman, tahap berikutnya siswa diminta untuk merancang draf tulisan prosedur yang akan dikembangkan. Tahap ini penting dilakukan agar siswa tidak kehilangan jejak tentang tahapan-tahapan yang akan dituliskan dan akan dikomunikasikan. Rancangan dibuat dalam bentuk kerangka tulisan. Langkah ini penting dilakukan. Penting karena langkah ini merupakan panduan bagi siswa untuk dapat belajar dan terampil dalam menulis.

4. Berdiskusi

Berdiskusi merupakan tahapan di mana siswa meminta pendapat teman-temannya dan sebaliknya, memberikan masukan kepada teman lainnya. Langkah ini diperlukan untuk membangun komnukasi interpersonal siswa dan membangun interkasi multiarah bagi siswa untuk meyakini, bahwa topik atau ide yang telah ia tentukan dapat dikerjakan dengan baik. Berdiskusi juga dilakukan untuk membangun budaya dan karakter saling menghargai dan bersikap jujur serta bertanggung jawab atas apa yang telah dibuat.

5. Analisis

(9)

siswa dapat meminta pendapat guru, teman, dan mencari data dari berbagai sumber.

6. Komunikasikan

Tahap komunikasi merupakan tahapan di mana siswa menyampaikan hasil unjuk kerjanya berupa teks prosedur yang sudah ia kerjakan. Pada tahap mengkomunikasikan, siswa dapat melakukannya melalui beberapa cara, yaitu diskusi kelas, majalah dinding, dan melalui group jejaring sosial yang dibentuk di kelas. Pada tahan komunikasi ini, siswa berusaha menyampaikan karya terbaik yang dia buat dan siap menerima masukan dari temannya atau pembaca.

7. Buser

Buser merupakan akronim dari Budaya dan Sejarah. Mengapa budaya dan sejarah? Hal ini dilandasi oleh teori, bahwa siswa akan lebih mudah menuangkan ide kreatif dari apa yang ia kenal. Budaya dan sejarah yang dimaksudkan dalam model pembelajaran ini adalah budaya dan sejarah masyarakat Jambi. Di samping siswa telah mengenal dan mengetahui secara kontekstual, penggunaan topik budaya dan sejarah Jambi adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa dalam rangka menjaga, mengembangkan, dan mengaplikasikan nilai-nilai budaya dan sejarah dalam kehidupannya sehari-hari. Hal ini penting mengingat derasnya pengaruh budaya dan sejarah asing masuk ke dalam sendi-sendi pengetahuan dan sikap siswa. Melalui model pembelajaran Tembakan Buser Nakal ini maka diharapkan siswa memiliki kearifan dan kecerdasan lokal di tengah-tengah perkembangan yang semakin mengglobal.

8. Nakal

Nakal merupakan akronim dari ‘naskah lokal.” Istilah naskah dalam penelitian tindakan ini diidentikkan dengan teks. Model ini mengacu kepada paradigma baru pembelajaran Bahasa Indonesia, yaitu pembelajaran berbasis teks. Teks dalam konteks ini berarti satuan bahasa yang dimediakan secara tertulis atau lisan dengan tata organisasi tertentu untuk mengungkapkan makna dalam konteks tertentu pula. Pengertian ini berimplikasi, bahwa teks dapat muncul dalam bentuk lisan maupun tulisan yang tidak terlepas dari sistem bahasa pada konteksnya.

(10)

Pengangkatan tema kearifan lokal dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada siswa dalam membangun pengetahuan baru berdasarkan pengalaman dan konteks (lingkungan) tempat tinggalnya. Hal ini untuk mempermudah kemampuan siswa memahami dan mengaplikasikan pengetahuan, sikap, dan keterampilan barunya dalam pembelajaran.

Posisi dan peran guru dalam model pembelajaran Tembakan Buser Nakal adalah sebagai inspirator, fasilitator, dan pembimbing, sekaligus sebagai sumber belajar bagi siswa. Sebagai inspirator, guru harus memberikan inspirasi-inspirasi ide yang akan ditulis oleh siswa. Sebagai fasilitator dan pembimbing guru berkewajiban memfasilitasi dan membimbing siswa jika mengalami kebuntuan terhadap apa yang sedang ia kerjakan. Sebagai narasumber, guru harus memberikan informasi, pendapat, dan penjelasan yang dibutuhkan siswa. Atas dasar pemikiran sebagaimana diuraikan, maka penting dilakukan uji efektivitas model TBN dalam sebuah penelitian tindakan kelas ini.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Sebagaimana prinsip PTK, yaitu penelitian dilakukan tidak mengganggu aktivitas pembelajaran yang dilakukan guru dan berusaha mencari solusi atas pesoalan yang dihadapi guru dalam pembelajaran. Di samping itu, bahwa PTK berortientasi pada proses bukan pada hasil akhir.

Langkah-langkah dalam penelitian ini sebagaimana ciri PTK adalah dilakukan dalam bentuk siklus. Siklus dalam penelitian ini ada 2, yakni Siklus 1 yang terdiri dari 3 pertemuan, dan siklus 2 yang juga terdiri atas 3 pertemuan. Setiap siklus meliputi lagkah-langkah: 1) perencanaan; 2) pelaksanaan; 3) obsevasi; dan 4) refleksi.

(11)

Instrumen pengumpulan data penelitian terdiri dari: 1) lembar observasi siswa dan guru; 2) lembar unjuk kerja; 3) pedoman wawancara; 4) jurnal kelas; 5) dokumentasi foto dan video. Analisis data menggunakan deskriptif kualitatif dengan teknik triangulasi. Triangulasi yang digunakan adalah triangulasi sumber, metode, dan ahli.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pelaksanaan pembelajaran keterampilan berbahasa model TBN melalui 2 siklus mencerminkan adanya peningkatan pemahaman pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Grafik perbedaan pencapaian kompetensi pengetahuan siswa dalam penguasaan keterampilan menulis teks prosedur pada Siklus 1 dan Siklus 2 tergambar dalam grafik berikut ini.

0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7

0.8 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

0% 70%

18% 13%

35% 63%

3% 0%

Grafik 1. Tingkat Pencapaian Kognitif Siswa Siklus 1 dan Siklus 2

(12)

yang diajarkan secara efektif dapat dipelajari secara individu dan berkelompok. Efektivitas pembelajaran ini sejalan dengan pendapat Reigeluth dan Merrill (1979) (dalam Degeng, 1989: 167), bahwa salah satu indikator keefektifan pembelajaran adalah kecepatan kerja. Semakin cepat seorang siswa menampilkan unjuk-kerja, makin efektif pengajaran. Sehubungan dengan pendapat ini, penerapan model pembelajaran TBN untuk pembelajaran keterampilan berbahasa telah mampu mengefektifkan siswa melakukan unjuk kerja tepat waktu. Hal ini terlihat dari ketepatan waktu siswa dalam mengerjakan tulisan dan ketepatan menyampaikan pesan melalui keterampilan berbicara. Pesan-pesan pembelajaran dalam model Tembakan Buser Nakal disajikan secara jelas dan dapat membangkitkan kreativitas siswa. Sebagaimana diungkapkan Clark, 1983 (dalam Ali dan Asrori, 2004: 54), bahwa faktor-faktor yang mendukung perkembangan kreativitas adalah situasi yang menekankan inisiatif diri untuk menggali, mengamati, bertanya, merasa, mengklasifikasikan, mencatat, menerjemahkan, memperkirakan, menguji hasil perkiraan, dan mengkomunikasikan.

Sementara itu, grafik perbedaan pencapaian kompetensi keterampilan siswa dalam penguasaan keterampilan menulis dan keterampilan berbicara topik teks prosedur pada Siklus 1 dan Siklus 2 tergambar dalam grafik berikut ini.

0

Grafik 2. Tingkat Pencapaian Keterampilan Siswa Siklus 1 dan Siklus 2

(13)

penampilan, penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, serta penguasaan isi dikuasai secara baik. Hal ini terlihat dari tingkat penguasaan pada Siklus 2. Tingkat keterampilan yang baik ini belum sepenuhnya terlihat pada Siklus1.

Grafik perbedaan pencapaian kompetensi sikap siswa dalam penguasaan keterampilan menulis dan berbicara pada topik teks prosedur pada Siklus 1 dan Siklus 2 tergambar pada grafik berikut.

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1

11 22 33 44 55 66 77 88 99 10 11 12 1310 11 12 13

50%58%

73%

48% 63%

93%

98% 100%

98% 98%

Grafik 3. Tingkat Pencapaian Sikap Siswa Siklus 1 dan Siklus 2

Berdasarkan Grafik 3 tentang aktivitas pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran TBN dapat diketahui, bahwa siswa dapat melibatkan diri secara aktif dalam proses pembelajaran. Siswa memiliki motivasi yang tinggi untuk aktif terlibat dalam proses unjuk kerja. Hal ini terlihat dari aktivitas interaksi siswa yang telah bersikap positif dalam pembelajaran dan melakukan proyek. Aktivitas yang positif ini dapat menumbuhkan semangat dan motivasi belajar siswa. Siswa bersama guru terlibat aktif dalam diskusi dalam pembelajaran dan unjuk kerja.

(14)

Siswa harus dipandang sebagai suatu pribadi yang mampu dan memiliki kemampuan untuk melakukan aktivitas pembelajaran. Siswa harus dapat melakukan atau mekonstruk dan bertindak atau berbuat sesuatu, menciptakan, mengungkapkan, mencari apa yang ia inginkan dalam proses pembelajaran. Siswa harus dibimbing dalam mengkonstruk pengalaman-pengalaman kontekstualnya di dalam kelas. Dalam hal ini guru hanya bertugas sebagai seorang pembimbing, fasilitator, dan inspirator sesuai dengan desain pesan pembelajaran yang diharapkan. Sehubungan dengan paradigma pembelajaran yang berpusat kepada siswa, sikap siswa dalam pembelajaran telah memperlihatkan sikap yang positif. Siswa mampu bertanggung jawab, santun, bekerja sama, berdisiplin yang baik, dan mampu menghargai orang lain, baik dalam proses pembelajaran maupun di luar. Sikap ini menggambarkan hal yang positif, bahwa model TBN mampu menciptakan situasi pembelajaran yang menginspirasi. Menurut siswa model pembelajaran dapat mereka ikuti dengan baik. Proses pembelajaran lebih bervariasi dan tidak monoton. Kehadiran aneka sumber belajar dalam pembelajaran keterampilan menulis membantu siswa untuk melakukan latihan menulis dan berbicara. Siswa dapat memahami cara menulis, dan dapat meningkatkan motivasi belajar dengan berbagai sumber.

(15)
(16)

Aktivitas sebagaimana tergambar dalam foto kegiatan mencerminkan adanya penguasaan akademik, sikap, dan keterampilan yang sangat baik. Siswa mampu menghasilkan gagasan untuk mengembangkan kemampuan akademik dalam aspek menulis dan berbicara. Sikap dan keterampilan yang sangat baik dicerminkan dari kemampuan secara bertanggung jawab, berdisiplin, jujur, dan saling menghargai dalam memproduksi film dokumenter. Sikap dan keterampilan ini tercermin tidak hanya terjadi saat komuniklasi dan interaksi di atara siswa semata, tetapi juga terjalin antara siswa dengan guru, dan siswa, guru dengan tokoh masyarakat sebagai sumber belajar. Dampak positif inilah sebenarnya yang diharapkan dari sebuah pembelajaran. Pembelajaran yang sukses adalah pembelajaran yang membangun relevansi antara dunia sekolah dengan dunia kehidupan nyata yang ada di masyarakat dan kemajuan yang ada. Penguasaan keterampilan siswa dalam berbahasa dengan berbasiskan budaya dan sejarah lokal mencerminkan kepedulian siswa akan akar budaya dan sejarah di mana mereka tinggal.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil implementasi dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: (1) Model TBN dapat diimplementasikan sebagai model yang menginspirasi siswa dalam belajar dan dapat mengintegrasikan aneka sumber dalam pembelajaran keterampilan Berbahasa Indonesia khususnya keterampilan menulis dan berbicara; dan (2) Model TBN terbukti efektif dalam meningkatkan keefektifan pencapaian hasil belajar siswa dan dapat meningkatkan motivasi belajar Bahasa Indonesia siswa Kelas X Mia 6 SMA Negeri 2 Kota Jambi.

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Degeng, I.N.S. Ilmu Pengajaran Taksonomi Variable. Jakarta: Pusat Antar Universitas Depdikbud RI, Dirjen Dikti. 1989.

Dimyati dan Mujiyono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. 2006.

Gredler, Margaret E.Bell. Learning and Instructional Theory Into Practic, Edisi Keenam.Terj. Yusufhadi Miarso.Jakarta: Rajawali, 2011.

Gustafson, K.L. dan Robert, M.B. Survey of Instructional Development ModelsFourth Edition. New York: Syracuse University, 2002.

Joyce, B., at.al. Models of Teaching Eigth Edition. Boston, New York: Pearson, 2009.

Miarso, Yusufhadi. “Survei Model Pengembangan Pembelajaran,” Makalah

Disampaikan sebagai bahan ajar kuliah peserta didik S3 Program Studi Teknologi Pendidikan Pascasarjana UNJ, (Jakarta, 2011), h. 2.

http://fadlibae.wordpress.com/2011/12/03/.

Miles dan Humberman. Analisis Data Kualitatif. Terjemahan Tjetjep Rohendi, R. Jakarta: UI Press. 1992.

Nurhamid, dkk. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang. 2003.

Prawiradilaga, Dewi Salma. Prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group dan Universitas Negeri Jakarta. 2008.

Reigeluth, C.M. Instructional-Design Theories and Models: An Overview of their Current Status. Hillsdale, New Jersey: Syracuse University, 1983.

Reiser, R.A. Trend and Issues in Instructional Design and Technology. Upper Saddle River, New Jersey: Pearson Education, 2007.

Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana. 2009.

Santrock, John W. Psikologi Pendidikan. Texas at Dallas: McGraw-Hill Company Inc. 2007.

Smaldino, S.E., dkk. Instructional Technology & Media For Learning Teknologi Pembelajaran dan Media untuk Belajar. New Jersey: Pearson Prentice Hall. 2008.

Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2006.

Suparman, M. Atwi. Desain Instruksional Modern. Jakarta: Erlangga. 2012.

Winataputra, Udin, S. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud Proyek Peningkatan Mutu Guru Kelas Sekolah Dasar Setara. 1998.

Gambar

Grafik 1. Tingkat Pencapaian Kognitif Siswa Siklus 1 dan Siklus 2
Grafik 2. Tingkat Pencapaian Keterampilan Siswa Siklus 1 dan Siklus 2
Grafik 3. Tingkat Pencapaian Sikap Siswa Siklus 1 dan Siklus 2

Referensi

Dokumen terkait

Hasil tersebut sesuai dengan penelitian sebelumnya yang membandingkan kadar feritin serum kelompok klasifikasi hipotiroid, yaitu hipotiroid nyata dan subklinis yang dibandingkan

Jalur, jenjang, dan Jenis Pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 yang diselenggarakan Pemerintah Daerah, dan /atau Masyarakat, dapat diwujudkan dalam

Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah dan kerangka konseptual, maka yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah: terdapat pengaruh yang signifikan

Glycine max (L.) Merr., cv BR-16 yang ditanam secara hidroponik (Doblinski et al ., 2003), sedangkan trans-sinamat, asam ferulat dan asam p - kumarat menurunkan

Karena kedua sinyal baik dari modal hammer maupun accelerometer sangat kecil, maka sinyal tersebut diperbesar dengan menggunakan amplifier agar sinyal analog tersebut dapat

kecemasan ibu menopause di Kelurahan Sorosutan Umbulharjo Yogyakarta menunjukkan bahwa ibu pre menopause sebagian besar tidak mengalami kecemasan dalam menghadapi

Kembali ke pembahasan semula, mengenai informasi rahasia yang berkaitan dengan keamanan negara, dimana dari lima pasal yang terdapat dalam Bab I Buku II KUHP tersebut yang

This handout consists of theoretical foundations of English for Various Instructions, such as New Paradigms in English Teaching and Learning in Indonesia, The roles of