• Tidak ada hasil yang ditemukan

Untuk menurunkan tekanan darah tinggi 3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Untuk menurunkan tekanan darah tinggi 3"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Tanaman merupakan salah satu penopang hidup manusia yang sangat penting. Disamping itu tumbuhan juga memiliki peranan yang sangat penting untuk perkembangan makhluk hidup. Indonesia adalah negara yang sangat kaya dengan beraneka ragam tumbuh-tumbuhan atau tanaman.

Tanaman berkhasiat sebagai obat tradisonal yang dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit. Tanaman berkhasiat tersebut sangat bermanfaat di karenakan berbagai zat-zat bermanfaat yang dikandungnya. Tanaman obat bersifat alami, efek sampingnya tidak sekeras efek dari obat-obatan kimia modern. Tubuh manusia secara lebih mudah menerima obat dari bahan tanaman yang natural ini dibandngkan dengan obat kimiawi. Penemuan obat-obatan modern dewada ini ternyata mendukung penggunaan obat tradisional, banyak obat-obatan modern yang dibuat dari tanaman obat.

Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit kelainan metabolisme yang disebabkan kurangnya produksi insulin pada kelenjar pankreas, yang diakibatkan kurang aktifnya enzim glukokinase pada metabolisme glikolisis pada metabolisme glikolisis ( Redaksi Agromedia, 2009 : 11; Kopon, M.A, 2013:9).

Berikut Patokan nilai kriteria kadar gula darah normal, pradiabetes dan diabetes sebagai berikut :

(2)

instant, serta kurang adanya olahraga atau kerja fisik sehingga memicu terhambatnya proses metabolisme dalam tubuh terutama metabolisme glikolisis terhambat mengakibatkan penumpukan gula darah normal.

Berdasarkan data Diabetes Atlas IDF tahun 2010, Indonesia menduduki peringkat sembilan dengan 7,6 juta penduduk menderita diabetes. Ini berarti bahwa 6 dari 100 penduduk indonesia menderita penyakit diabetes mellitus. Kondisi itu bisa terus meningkat dan diperkirakan menjadi dua kali lipat pada tahun 2030 ( http://www.antaranews.com/berita/307183/prevalensi-diabetes-diprediksi-dua-kali-lipat). Sekitar 12 – 20% penduduk dunia diperkirakan mengidap penyakit ini. Setiap 10 detik 1 orang di dunia meninggal akibat komplikasi yang ditimbulkannya. Diperkirakan, 1 dari 8 orang di Jakarta mengidap diabetes. Tingginya jumlah penderita di daerah perkotaan antara lain disebabkan gaya hidup (Redaksi Agromedia, 2009 : 1-2).

Jumlah penderia Diabetes Mellitus di dunia versi WHO pada tahun 2000 & proyeksi jumlah penderita Diabetes Mellitus pada tahun 2030, Indonesia menduduki peringkat ke-4 terbesar dengan pertumbuhan 152% atau dari 8.426.000 orang pada tahun 2000 menjadi 21.257.000 pada tahun 2030(http.indodibetes.com).

Berikut ini merupakan data penderita penyakit Diabetes Mellitus yang terdapat pada RS Umum W.Z Johannes dan RS Bhayangkara Kota Kupang :

Tabel 1.2 Data Penyakit Diabetes Mellitus 2012/2013

Nama Rumah Sakit Jumlah Pasien Penderita Diabetes Mellitus

Tahun 2012 Tahun 2013

RSUD Prof Dr. W. Z Yohanes Kupang

1855 1258

Rumah Sakit Bhayangkara Kupang 447 439

(3)

2011 ada sebanyak 45,5 % kasus penyakit metabolik, di tahun 2012 ada 63,6 % kasus penyakit metabolik dan di tahun 2013 ada 81,6% kasus penyakit metabolik. Menurut tipe daerah, persentase di perkotaan relatif lebih tinggi dibandingkan di pedesaan (Bps:2013). Hal ini dipengaruhi gaya hidup di kota yang tidak sehat karena hiruk pikuk di perkotaan yang lebih senang dengan pola makan instant. Namun sesungguhnya banyak penderita gula darah jarang berobat ke rumah sakit.

Pengobatan penyakit gula darah atau Diabetes Mellitus (DM) dapat dilakukan dengan obat sintesis antara lain suntikan insulin, golongan sulfonilurea dan biguanid namun dapat mengakibatkan efek samping negatif bagi kesehatan (Sutanto, 2013 : 77). Selain obat sintetik, obat herbal juga dapat dipakai untuk menyembuhkan penyakit gula darah. Tanaman obat adalah tanaman yang memiliki khasiat obat dan digunakan untuk penyembuhan maupun pencegahan penyakit. Tanaman obat mempunyai efek yang mirip dengan struktur kimia obat-obatan sintetik, sehingga sangat bermanfaat dalam proses pengobatan berbagai penyakit termasuk penyakit Diabetes Mellitus.

Adapun tanaman yang sering di gunakan untuk pengobatan tradisional yaitu tanaman murbei (Morus alba) dan salak (Salacca edulis reinw). Murbei (Morus alba) merupakan tanaman asli dari Cina yang tersebar luas hampir di seluruh tempat baik di daerah dengan iklim tropis maupun sub tropis. Murbei dapat tumbuh baik pada ketinggian lebih dari 100 mdpl dan cukup matahari. Pohon murbei relatif besar dengan ketinggian 9-12 m serta diameter 0,5 cm. Buah Murbei banyak tumbuh liar pada tanah lembab dan sedikit asam, hidup di daerah subtropis yaitu daerah Afrika, Asia, dan Amerika. secara empiris masyarakat telah memanfaatkan murbei sebagai obat tradisional untuk flu, malaria, hipertensi, asma, obat hipertensi, palpitasi, iabetes, insomnia, vertigo, anemia, hepatitis dan diabetes melitus (Hariana, 2008).

(4)

pangkal menyempit. Bagian bawah dan tepi tangkai berduri tajam. Ukuran dan warna daun tergantung varietas (Anonim, 1992).

Salak bermanfaat untuk berbagai penyakit misalnya mencegah sembelit, Menurunkan dan mengobati penyakit diabetes, Mengobati ambeien, menstabilkan tekanan darah ( tinggi maupun rendah), dan memperlancar buang air besar (BAB).

Tanaman murbei (Morus alba) dan salak (Salacca edulis reinw) yang secara tradisional sudah sering digunakan memiliki kandungan senyawa yang bermanfaat seperti daun murbei mengandung flavonoid (anti inflamasi alami yang bermanfaat mengurangi risikoaterosklerosis/pengerasan arteri), salah satunya morusin yang ampuh melawan sel HeLakarsinoma serviks (Sel Kanker Serviks) manusia. Riset Seorang Profesor Departemen GiziInstitut Pertanian Bogor, murbei mengandung beragam senyawa antioksidan seperti kuersentin, isokuersentin, vitamin C, dan antosianin.

Konsentrasi antosianin buah murbei mencapai 348,98 mg/I yang akan meningkat hingga 544,83 mg/I pada penyimpanan hari ke-15. Kuersentin (salah satu jenis flavonoid) mencapai 1,12% per 100 gram buah segar. Sedangkan pada tanaman salak mengadung tanin, flavonoida, saponin dan sedikit alkaloida (Sahputera, 2008).

Uraian di atas merupakan dasar pemikiran yang melatar belakangi dan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Aktivitas Ekstrak Kombinasi Daun Murbei (Morus Alba) Dan Kulit Salak (Salacca edulis reinw) Terhadap Penyakit Gula Darah (Diabetes Mellitus)”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Komponen kimia apa saja yang terdapat dalam ekstrak kombinasi daun murbei (Morus alba) dan kulit salak (Salacca edulis reinw)?

2. Bagaimana sifat fisiko kimia ekstrak kombinasi daun murbei (Morus Alba) dan kulit salak (Salacca edulis reinw)?

3. Bagaimana aktivitas ekstrak kombinasi daun murbei (Morus Alba) dan kulit salak (Salacca edulis reinw) terhadap penyakit Diabetes Mellitus (DM)?

(5)

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengidentifikasi komponen kimia ekstrak kombinasi daun murbei (Morus alba) dan kulit salak (Salacca edulis reinw).

2. Untuk mengetahui sifat fisiko kimia ekstrak kombinasi daun murbei (Morus alba) dan kulit salak (Salacca edulis reinw).

3. Untuk mengetahui aktivitas ekstrak kombinasi daun murbei (Morus alba) dan kulit salak (Salacca edulis reinw) terhadap penyakit Diabetes Mellitus (DM).

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain :

1. Sebagai sumbangan pemikiran bagi masyarakat lokal untuk mengetahui manfaat kombinasi daun murbei (Morus alba) dan kulit salak (Salacca edulis reinw) terhadap penyakit Diabetes Mellitus (DM).

2. Sebagai bahan rujukan ke farmasi.

3. Sebagai pedoman bahan rujukan penelitian lanjutan. 1.5. Ruang Lingkup

Penelitian ini dibatasi pada:

1. sifat fisiko kimia ekstrak kombinasi daun murbei (Morus alba) dan kulit salak (Salacca edulis reinw).

2. kandungan kimia ekstrak kombinasi daun murbei (Morus alba) dan kulit salak (Salacca edulis reinw).

(6)

BAB II KAJIAN TEORI

2.1. Murbei (Morus Alba)

Gambar Tanaman Murbei (Adu: 2015)

2.1.1 penyebaran tanaman Murbei (Morus Alba)

Tanaman murbei banyak tumbuh liar pada tanah lembab dan sedikit asam, hidup di daerah subtropis dan tropis yaitu daerah Afrika, Asia, dan Amerika. Beberapa jenis murbei adalah Murus alba yang ada di asia timur (Negeri cina), Morus mesozigia yang ada di Afrika Selatan dan Tengah, Morus rubra yang ada di Amerika Utara, dan Morus insignis yang ada di Amerika Selatan.

2.1.2 Taksonomi Tanaman Murbei

Kingdom (Dunia/Kerajaan): Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisio (Pembagian): Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Classis (Kelas): Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas : Dilleniidae

Ordo (Bangsa): Urticales

Familia (Suku): Moraceae (suku nangka-nangkaan)

Genus (Marga): Morus

Species (Jenis): Morus alba L.

2.1.3 Penamaan

Nama ilmiah : Morus Alba

(7)

2.1.4 Morfologi Tanaman Murbei ( Morus Alba ) a. Akar

Tanaman murbei memiliki perakaran yang luas dan dalam. Tanaman yang berasal dari stek perakarannya mampu tumbu ke bawah mirip dengan akar tunggang hingga mencapai ke dalaman 10-15 cm dari permukaan tanah, sedangkan akar tanaman murbei yang sudah berumur tua mampu menembus kedalaman lebih dari 300 cm. Akar tanaman murbei termasuk akar tunggang dan warnanya putih kekuningan.

b. Batang

Batang berkayu berbentuk bulat, warna kulit batang muda hijau, dan setelah tua berwarna kelabu kecokelatan. Sosoknya berbentuk pohon yang tingginya sekitar 5-9 m.

No .

Daerah/Negara Nama

1 .

Indonesia Besaran

2. Inggris black mulberry, morus leaf, morus fruit, mulberry leaf, mulberry bark ; mulberry twigs, white mulberry, mulberry

3. Vietnam maymon, dau tam

4. Thailand Yaa nuat naeo

5. China sangye

6. sumatera kerta, kitau

(8)

Gambar batang murbei c. Daun

Tumbuh berselang-seling Tangkai daun 1-2,5 cm. Daun penumpu (stipula) berbentuk membujur panjang atau lanceolate. Lembaran daun berbentuk bulat telur dengan panjang 5-15 cm dan lebar 3-12 cm. Ujung daun runcing atau obtuse. Tepian daun bergigi atau serrate, kadang bergelombang tidak beraturan. Permukaan daun atas mengilap dan licin.

Gambar Daun Murbei

(9)

Bunga majemuk berbentuk tandan keluar dari ketiak daun. Mahkota berbentuk taju berwarna putih. Dalam satu pohon terdapat bunga jantan, betina dan bunga sempurna yang terpisah. Tanaman murbei berbunga sepanjang tahun.

e. Buah

Buahnya banyak yang berupa buah buni, berair dan rasanya enak. Buah murbei yang masih muda berwarna hijau, yang sudah tua berwarna merah dan rasanya asam, buah yang sudah matang berwarna hitam dan rasanya manis.

Gambar Buah Murbei

2.1.5 Kandungan Kimia Tanaman Murbei

(10)

Struktur Flavonoid dan Antosianin

Struktur Morusin Dan Kuersetin 2.1.6 Manfaat Tanaman Murbei

Murbei dikenal juga sebagai tumbuhan sutra karena dapat dijadikan tempat hidup ulat sutra. Selain bermanfaat dalam memproduksi sutra, secara empiris masyarakat telah memanfaatkan murbei sebagai obat tradisional untuk flu, malaria, hipertensi, asma, obat hipertensi, palpitasi, iabetes, insomnia, vertigo, anemia, hepatitis dan diabetes melitus (Hariana, 2008).

(11)

Gambar Pohon Salak

2.2.1 Penyebaran Tanaman Salak (Salacca Edulis Reinw)

Salak merupakan buah asli Indonesia yang tumbuh dengan mudah di negara kita yang beriklim tropis ini. Kita juga bisa menemukan tanaman salak dan membeli buah salak di mana-mana karena memang buah yang satu ini sangat mudah dijumpai.

Tanaman salak (Salacca edulis Reinw) diduga berasal dari Pulau Jawa dan sudah dibudidayakan sejak ratusan tahun silam. Pada masa penjajahan, tanaman ini dibawa ke pulau-pulau lain dan akhirnya tersebar luas sampai ke Filipina, Malaysia, Brunei dan Thailand (Nazarudin dan Kristiawati, 1997).

2.2.2 taksonomi salak (Salacca edulis Reinw)

Salak (Salacca edulis reinw) dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Rochani,1995) :

Kingdom Plantae

Divisi Spermatophyta

Sub divisi Angiospermae

Class Monocotyledonae

Ordo Lilifrorae

Famili Palmaceae

Genus Salacca

Spesies Salacca edulis reinw

2.2.3 Penamaan

Nama ilmiah: Salacca edulis Reinw

Daerah/negara Nama

Minangkabau Sala

Melayu, sunda, jawa, madura, bali, makassar, bugis

salak

Kalimantan Selatan Tusum

Thailand sala

(12)

2.2.4 Morfologi Tanaman salak (Salacca edulis Reinw) a. akar

Tanaman salak pondoh memiliki akar serabut dengan sistem perakaran dangkal sampai sedang, atau dengan kata lain bahwa penetrasi akar salak pondoh hanya mencapai kedalaman 10 cm hingga 50 cm (Purnomo, 2010).

Gambar akar salak (Adu:2015) b. batang

Batangnya hampir tidak kelihatan karena tertutup oleh pelepah daun yang tersusun rapat, pelepah dan tangkai daunnya berduri panjang (Steenis, 1975 dalam Sulastri, 1986; dan Harsoyo, 1999).

Gambar batang salak (Adu: 2015) c. daun

(13)

duduk daun tersebar berjejal di ujung batang, tangkai daun silinder, panjang 100 – 200 cm, pada bagian bawah dan tepi tangkai daun berduri banyak, tajam, pipih dengan panjang 4 – 5 cm, berwarna kelabu sampai kehitaman, helai daun memiliki panjang 140 – 300 cm, poros daun berduri temple, anak daun tipis berwarna hijau sampai kelabu, berbentuk garis lanset 50 x 4,5 cm dengan ujung meruncing, dan tepi berduri temple yang halus, pada sis bawah berlapis lilin. (Santoso, 1990 dan Purnomo, 2010).

Gambar daun salak (Adu: 2015) d. bunga

Menurut Sunarjono (2005), bunga salak ada tiga macam, yaitu bunga betina, jantan, dan campuran (sempurna), dimana bunga jantan terbungkus oleh seludang (spandex) dengan tangkai panjang sedangkan bunga betina terbungkus oleh seludang dengan tangkai pendek. Tongkol bunga jantan memiliki panjang 50 – 100 cm, terdiri atas 4 – 12 bulir silindris yang masing-masing panjangnya antara 7 – 15 cm, dengan banyak bunga kemerahan terletak di ketiak sisik-sisik yang tersusun rapat, sedangkan tongkol bunga betina panjangnya antara 20 – 30 cm, bertangkai panjang, terdiri atas 1 – 3 bulir yang panjangnya mencapai 10 cm.

(14)

Buah salak merupakan tipe buah batu berbentuk segitiga agak bulat atau bulat telur terbalik, runcing di pangkalnya dan membulat di ujungnya dengan panjang buah dapat mencapai 2,5 – 10 cm dengan ketebalan daging buah sekitar 1,5 cm. Buah salak tersusun dalam tandan dimana dalam setiap tandan terdiri dari 15 – 40 buah (Sulastri, 1986; dan Sunarjono, 2005). Buah salak terdiri atas kulit, daging buah dan biji. Kulit buah salak yang membungkus daging buah menyerupai sisik yang berbentuk segi tiga, berwarna kekuningan hingga coklat kehitaman atau kemerah-merahan yang tersusun seperti genting, dengan banyak duri kecil yang mudah putus di ujung masing-masing sisik. Daging buah tidak berserat berwarna putih kekuningan, kuning kecoklatan atau merah tergantung varietasnya, dan biasanya terdiri dari tiga septa dalam tiap buah. Biji salak yang masih muda berwarna pucat dan lunak, sedangkan setelah matang berwarna kuning hingga kehitaman dan keras, dan dalam setiap buah terdapat 1 – 3 biji (Sulastri, 1986; Budagara, 1998; Sunarjono, 2005; dan Purnomo, 2010).

Gambar buah salak f. biji

Berbiji monokotil, berbentuk bulat berwarna hitam atau kecoklatan.

(15)

2.2.5 Kandungan Kimia salak (Salacca edulis Reinw) Tanaman salak mengadung

tanin, flavonoida, saponin dan sedikit alkaloida (Sahputera, 2008)

O

OH O

OH

OH

OH OH OH

OH

OH HO

O

OH HO

HO OH

OH OH

(16)

Struktur flavonoid dan alkaloid

2.2.6 Manfaat Tanaman salak (Salacca edulis Reinw)

Salak bermanfaat untuk berbagai penyakit misalnya mencegah sembelit, Menurunkan dan mengobati penyakit diabetes, Mengobati ambeien, menstabilkan tekanan darah ( tinggi maupun rendah), dan memperlancar buang air besar (BAB).

2.3 Senyawa-Senyawa Metabolit Sekunder 2.3.1 Alkaloid

2.3.1.1 Sumber dan Klasifikasi Alkaloid

Alkaloid merupakan senyawa organik yang banyak terdapat dalam tumbuhan, bersifat basa, yang struktur kimianya mempunyai sistem lingkar heterosiklik dengan nitrogen sebagai hetero atomnya dan secara khas memiliki beberapa racun, stimulan, memiliki efek penghilang rasa sakit (Robinson, 1991:47). Senyawa organik bahan alam ini tidak mempunyai tata nama yang sistematik. Tata nama senyawa alkaloida dinyatakan dengan nama trivial berakhiran –ina (sama seperti karbohidrat dengan akhiran –osa), misalnya morfina, kuinina, atrpina. Sampai saat ini alkaloida telah diklasifikasikan atas beberapa cara.

(17)

sebagainya. Berikut merupakan contoh gambar struktur dari kelompok senyawa alkaloid :

Gambar 2.5 Struktur kelompok senyawa alkaloid

2.3.1.2 Sifat Fisikokimia Alkaloid

Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang paling banyak ditemukan di alam. Hampir seluruh senyawa alkaloid ditemukan pada tumbuhan yang tersebar luas di alam. Semua alkaloid mengandung paling sedikit sebuah atom organik, meskipun beberapa pseudo dan protoalkaloid larut dalam air. Garam alkaloid quartener sangat larut dalam air.

Kebanyakan alkaloid bersifat basa, sifat tergantung pada adanya pasangan elektron pada nitrogen. Jika gugus fungsional yang berdekatan dengan nitrogen bersifat melepaskan elektron, sebagai gugus alkil maka ketersediaan elektron pada nitrogen naik dan senyawa bersifat basa.

Pada temperatur kamar, kebanyakan alkaloid berupa padatan, beberapa diantaranya berupa cairan namun tidak banyak jumlahnya. Kebanyakan alkaloid adalah amina tersier dan memiliki satu atau lebih atom karbon asimetris sehingga dalam larutan dapat menunjukan kerja optis. Garam-garam alkaloida banyak digunakan sebagai obat (Sumardjo, 2004: 438).

Gambar 2.6 Struktur Dasar Alkaloid (Achmad, 1986: 48)

(18)

Alkaloid dapat ditemukan dalam berbagai bagian tumbuhan, seperti biji, daun, ranting dan kulit kayu. Sering kali kadar alkaloid dalam jaringan tumbuhan kurang dari 1%, akan tetapi kulit kayu dari tumbuhan tahunan kadang-kadang mengandung 10-15% alkaloid (Achmad, 1986:47). Hampir seluruh alkaloid yang ditemukan di alam mempunyai keaktifan fisiologis tertentu, ada yang sangat beracun tetapi ada pula yang sangat berguna dalam pengobatan.

Alkaloid, seperti golongan senyawa organik bahan alam lainnya, tidak mempunyai tatanama sistematik. Oleh karena itu, suatu alkaloid dinyatakan dengan nama trivial, misalnya kuinin, morfin, dan striknin. Hampir semua nama trivial ini diberi akhiran –in yang mencirikan alkaloid.

2.3.1.3 Manfaat Alkaloid

Alkaloid berfungsi sebagai hasil buangan nitrogen seperti urea dan asam urat dalam hewan. Alkaloid dapat melindungi tumbuhan dari serangan parasit atau pemangsa tumbuhan. Alkaloid sebagai pengatur tumbuh karena dari segi struktur, beberapa alkaloid merangsang perkecambahan (Robinson,1995 : 281).

2.3.1.4 Identifikasi Alkaloid a. Reagen Meyer

Pada pembuatan reagen meyer digunakan KI dan HgCl2, dilarutkan dalam

aquades. Hasil menunjukkan positif mengandung kelompok senyawa alkaloid apabila terdapat endapan putih dalam suasana sedikit asam (Mulyono 2005 : 71). Reaksi kimia reagen meyer sebagai berikut :

4 KI(aq) + HgCl2(aq) K2[HgI4](aq) + 2KCl(s)

K2HgI4(aq) 2K+(s) + HgI4-2(s)

Ketika reagen Meyer bereaksi dengan kelompok senyawa alkaloid Hg yang memiliki nomor atom yang paling besar dibandingkan dengan K, I dan Cl, akan berikatan dengan kelompok senyawa alkaloid menghasilkan endapan putih.

(19)

Pada pembuatan reagen Wagner digunakan KI dan I2 dilarutkan dalam

aquades. Hasil menunjukkan positif mengandung kelompok senyawa alkaloid apabila terjadi perubahan warna menjadi warna coklat (httpsi.uns.ac.idprofiluploadpublikasijurnalbio_ farmasi_ pdf). Reaksi kimia reagen wagner sebagai berikut :

I2(aq) + I-(aq) → I3- (aq)

KI(s) + I2(s) → K+(aq) + I3-(aq)

Reagen Wagner ketika bereaksi dengan kelompok senyawa alkaloid akan bereaksi dengan iodium yang memiliki nomor atom yang lebih besar dibandingkan dengan kalium menghasilkan warna coklat.

2.3.2 Flavonoid

2.3.2.1 Sumber dan Klasifikasi Flavonoid

Flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol yang ditemukan di alam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat berwarna merah, ungu dan biru, dan sebagian zat warna kuning yang ditemukan dalam tumbuh – tumbuhan.

Istilah flavonoid yang diberikan pada senyawa-senyawa fenol, berasal dari kata flavon, yakni nama dari salah satu jenis flavonoid yang terbanyak jumlahnya dan juga lazim ditemukan. Senyawa-senyawa flavonoid terdiri atas beberapa jenis, bergantung pada tingkat oksidasi dari rantai propana sistem 1,3 – diaril propana.

Flavonoid mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15 atom karbon. Struktur dasar flavonoid sebagai berikut :

Gambar 2.7 Struktur Dasar Flavonoid (Robinson, 1991: 191)

Flavonoid terdiri dari dua cincin benzena (C6) terikat pada suatu rantai

(20)

flavonoid terdapat dalam suatu bagian tumbuhan tinggi, seperti bunga, daun, ranting, buah, kayu, kulit kayu, biji dan akar. Senyawa flavonoid tertentu sering kali terkonsentrasi dalam suatu jaringan tertentu. Contohnya antosianidin merupakan zat warna bunga, buah dan daun. Sedikit saja catatan adanya flavonoid pada hewan, misalnya dalam kelenjar bau berang-berang, ‘propolis’ (sekresi lebah), dan didalam sayap kupu-kupu. Flavonoid tersebut berasal dari tumbuhan yang menjadi makanan hewan tersebut dan tidak dibiosintesis di dalam tubuh hewan (Harborne, 1987:10). 2.3.2.2 Sifat Fisikokimia Flavonoid

Flavonoid merupakan senyawa polifenol sehingga bersifat kimia senyawa fenol yaitu agak asam dan dapat larut dalam basa, dan karena merupakan senyawa polihidroksi (gugus hidroksil) maka juga bersifat polar sehingga dapat larut dalan pelarut polar seperti metanol, etanol, aseton, air, butanol, dimetil sulfoksida, dimetil formamida. Di samping itu dengan adanya gugus glikosida yang terikat pada gugus flavonoid sehingga cenderung menyebabkan flavonoid mudah larut dalam air. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu, biru, dan sebagai zat berwarna kuning yang ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan. Perkembangan pengetahuan menunjukkan bahwa flavonoid termasuk salah satu kelompok senyawa aromatik yang termasuk polifenol dan mengandung antioksidan.

Flavonoid merupakan senyawa polar, sehingga flavonoid juga dapat melarutkan senyawa lain yang bersifat polar seperti etanol, metanol, butanol, aseton, dimetilsulfoksida, air dan lain-lain. Sebaliknya, aglikon yang kurang polar seperti isoflavon, flavanon, serta flavonol cenderung lebih larut dalam pelarut seperti eter dan kloroform (Markham, 1988:15).

2.3.2.3 Manfaat Flavonoid

Untuk tumbuhan digunakan untuk pengaturan tumbuh,pengaturan fotosintesis. Untuk kerja antimikroba dan antivirus. Flavonoid dapat bekerja sebagai inhibitor pernapasan.

(21)

gangguan fungsi hati, antihipertensi, antimutagen, menurunkan agregasi keping darah (lempengelet) sehinnga dapat mengurangi pembekuan darah dan dapat menghambat pendarahan (Robinson, 1991:191-192).

2.3.2.4 Uji Flavonoid

Pada pengujian kelompok senyawa flavonoid dilakukan dengan uji Shinoda test atau metode Wilstater sianidin yakni menggunakan beberapa potongan pita Mg ditambah HCl 37%. Hasil positif ekstrak mengandung kelompok senyawa flavonoid ditandai dengan menghasilkan perubahan warna menjadi warna merah, kuning atau orange (httplib.uin-Malang.ac.idthesischapter_iv04530006-Fatima.ps.pdf). Reaksi kimia uji flavonoid sebagai berikut :

Reaksi HCl dalam air :

HCl(l) H+(l) + Cl-(l)

Reaksi pita magnesium dengan HCl : Mg(s) + 2H+(l) Mg2+(l) + H2(g)

Reaksi flavonoid dengan reagen Wilstater Sianidin sebagai berikut: C15H12O5(aq) + Mg(aq)2+ C15H9MgO5+(aq)

Pengujian shinoda test ketika HCl dan Mg direaksikan dengan kelompok senyawa flavonoid menghasilkan warna merah, orange atau kuning ketika kelompok senyawa flavonoid akan berikatan dengan Mg.

2.3.3 Tanin

2.3.3.1 Sumber dan Klasifikasi Tanin

Tanin (atau tanin nabati, sebagai lawan tanin sintetik) adalah suatu senyawa polifenol yang berasal dari tumbuhan, berasa pahit dan kelat, yang bereaksi dengan dan menggumpalkan protein, atau berbagai senyawa organik lainnya termasuk asam amino dan alkaloid.

(22)

bahan tanin nabati dari pohon ek untuk menyamak belulang (kulit mentah) hewan agar menjadi kulit masak yang awet dan lentur. Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angiospermae terdapat khusus dalam jaringan kayu. Menurut batasannya, tanin dapat bereaksi dengan proteina membentuk kopolimer mantap yang tak larut dalam air. Dalam industri, tanin adalah senyawa yang berasal dari tumbuhan, yang mampu mengubah kulit hewan yang mentah menjadi kulit siap pakai karena kemampuannya menyambung silang proteina(Harborne,1987:102).

2.3.3.2 Sifat Fisikokimia Tanin

1. Dalam air membentuk larutan koloid yang bersifat asam dan sepat.

2. Mengendapkan larutan alkaloid.

3. Larutan alkali tanin mampu mengoksidasi oksigen.

4. Mengendapkam protein dari larutannya dan bersenyawa dengan protein tersebut sehingga tidak dipengaruhi oleh enzim protiolitik.

5. Merupakan senyawa kompelks dalam bentuk campuran polifenol yang sukar dipisahkan sehingga sukar mengkristal.

6. Tanin dapat diidentifikasikan dengan kromotografi.

7. Senyawa fenol dari tanin mempunyai aksi adstrigensia, antiseptik dan pemberi warna.

2.3.3.3 Manfaat Tanin

(23)

Kompleks yang terbentuk berwarna biru tinta Atau hijau kehitaman.

2.3.4 Saponin

2.3.4.1 Sumber dan Klasifikasi Saponin

Saponin mula-mula diberi nama demikian karena sifatnya yang menyerupai sabun (bahasa latin sapo berarti sabun). Saponin adalah senyawa aktif permukaan kuat yang menimbulkan busa jika dikocok dalam air dan pada konsentrasi yang rendah sering menyebabkan hemolisis sel darah merah. Dalam larutan yang sangat encer saponin sangat beracun untuk ikan dan tumbuhan yang mengandung saponin telah beratus-ratus tahun digunakan sebagai racun ikan. Pada beberapa tahun terakhir ini saponin tertentu menjadi penting karena digunakan sebagai bahan baku untuk sintesis hormon steroid yang digunakan dalam bidang kesehatan (Robinson, 1995 :157).

(24)

kebutuhan akan sumber sapogenin yang mudah diperoleh dan dapat diubah di laboratorium menjadi sterol hewan yang berkhasiat penting (Harborne, 1987 : 151).

2.3.4.2 Sifat Fisikokimia Saponin

a. Mempunyai rasa pahit

b. Dalam larutan air membentuk busa stabil c. Menghemolisa eritrosit

d. Merupakan racun kuat untuk ikan dan amfibi

e. Membentuk persenyawaan dengan kolesterol dan hidroksiteroid lainya f. Sulit untuk dimurnikan dan diidentifikasi

g. Berat molekul relative tinggi dan analisi hanya menghasilkan formula empiris yang mendekati.

h. Struktur Kimiawi, Berdasarkan struktur aglikonnya (sapogeninnya), saponin dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu tipe steroid dan tipe triterpenoid. Kedua senyawa ini memiliki hubungan glikosidik pada atom C-3 dan memiliki asal usul biogenetika yang sama lewat asam mevalonat dan satuan-satuan isoprenoid.

2.3.4.3 Manfaat saponin

Saponin umumnya digunakan untuk Mengusir kolesterol di usus besar sebelum terserap kedalam aliran darah karena mampu mengikat kolesterol. Berfungsi sebagai antiseptik( http://gunakhasiat.com/Anonim2011/09/guna-khasiat-dari-saponin-ini sungguh.html).

Saat ini, saponin menjadi penting karena dapat diperoleh dari beberapa tumbuhan yang digunakan sebagai bahan baku untuk sintesis hormon steroid yang digunakan dalam bidang kesehatan (Robinson, 1995:157).

Gambar 2.9 Bagan pembagian saponin

(25)

2.3.4.4 Uji Saponin

Uji Saponin dilakukan dengan metode Forth yaitu dengan cara memasukkan sampel kedalam tabung reaksi kemudian ditambahkan akuades lalu dikocok selama 30 detik, diamati perubahan yang terjadi. Apabila terbentuk busa yang mantap (tidak hilang selama 30 detik) maka identifikasi menunjukkan adanya saponin (Robinson, 1995:157).

Pada uji saponin Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya busa pada ekstrak yang sudah ditambahkan dengan air kemudian dikocok. Hal ini dikarenakan saponin memiliki glikosil yang berfungsi sebagai gugus polar dan gugus steroid dan triterpenoid sebagai gugus nonpolar.

2.3.5 Triterpenoid dan Steroid

2.3.5.1 Sumber dan Klasifikasi Triterpenoid dan Steroid

Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik, yaitu

skualena. Senyawa ini kebanyakan berupa alkohol, aldehida dan asam karboksilat. Uji yang banyak digunakan untuk mengidentifikasi triterpenoid dan steroid adalah reaksi Lieberman-Burchard (anhidrida asetat-H2SO4 pekat), dimana uji positif ditandai

dengan warna hijau-biru. Triterpenoid digolongkan ke dalam empat golongan senyawa yaitu triterpena sebenarnya, steroid, saponin, dan glikosida jantung (Harborne, 1987 : 147).

Terpenoid terdiri atas beberapa macam senyawa, mulai dari komponen minyak atsiri, yaitu monoterpena dan sesquiterepena yang mudah menguap (C10 dan C15),

diterpena menguap, yaitu triterpenoid dan sterol (C30), serta pigmen karotenoid (C40).

Masing-masing golongan terpenoid itu penting, baik dalam pertumbuhan dan metabolisme maupun pada ekologi tumbuhan. Terpenoid merupakan unit isoprena (C5H8). Triterpenoid berupa senyawa tanwarna, berbentuk kristal, seringkali bertitik

leleh tinggi dan aktif optik, yang umumnya sukar dicirikan karena tak ada kereaktifan kimianya. Triterpenoid tersebar luas dalam damar, gabus, dan kutin tumbuhan. Uji yang banyak digunakan ialah reaksi Lieberman-Burchard (anhidrat asetat-H2SO4

(26)

Gambar 2.10 Struktur Skulena

Steroid merupakan kelompok senyawa organik turunan dari tetrasiklik triterpen yang memiliki kerangka dasar dengan 4 cincin yang terdiri dari 3 cincin sikloheksana dan 1 cincin siklopentana.

H H

H R

H H

H

Gambar 2.11 Struktur Siklopentana Perhidrofenantrena Menurut asalnya senyawa steroid dibagi atas :

c. Zoosterol, yaitu steroid yang berasal dari hewan misalnya kolesterol

d. Fitosterol, yaitu steroid yang berasal dari tumbuhan misalnya sitosterol dan stigmasterol ( Harborne, 1987 : 148-149)

HO

CH3

CH3

Gambar 2.12 Struktur Kolesterol

Triterpenoid merupakan komponen aktif dalam tumbuhan obat yang telah digunakan untuk penyakit diabetes, gangguan menstruasi, patukan ular, gangguan kulit, kerusakan hati, dan malaria (Robinson, 1995: 154).

Gambar 2.13 Struktur Dasar Steroid

(27)

Sifat fisika meliputi : 5. Kerapatan lebih kecil dari air

6. Larut dalam pelarut organik: eter dan alkohol Sifat Kimia meliputi :

1. Senyawa tidak jenuh (rantai terbuka ataupun siklik)

2. Isoprenoid kebanyakan bentuknya khiral dan terjadi dalam dua bentuk enantiomer (Sirait, 2007:213).

2.3.5.3 Manfaat Steroid/Terpenoid

Berbagai macam aktivitas fisiologi yang menarik ditunjukan oleh beberapa triterpenoid, dan senyawa ini memiliki komponen aktif dalam tumbuhan obat yang telah digunakan untuk penyakit diabetes, gangguan mensturasi, patukan ular, gangguan kulit, kerusakan hati dan malaria karena mengandung senyawa triterpenoid (Robinson, 1995:154-155). Sebagai pengatur pertumbuhan (seskuiterpenoid absisin dan diterpenoid giberellin). Sebagai antiseptic, ekspektoran, spasmolitik, anestetik dan sedative, sebagai bahan pemberi aroma makan dan parfum (monoterpenoid). Sebagai hormon pertumbuhan tanaman, podolakton inhibitor pertumbuhan tanaman, antifeedant serangga, inhibitor tumor, senyawa pemanis, anti fouling dan anti karsinogen (diterpenoid). Sebagai anti feedant, hormon, antimikroba, antibiotik dan toksin serta regulator pertumbuhan tanaman dan pemanis (seskuiterpenoid) serta Penghasil karet (politerpenoid).

2.3.5.4 Uji Triterpenoid/Steroid

(28)

2.3.6 Maserasi/Ekstraksi

Ekstraksi pelarut merupakan teknik pemisahan yang sangat popular dilakukan di Laboratorium kimia organik karena proses pemisahan dapat dilakukan dalam tingkat mikro maupun makro. Ekstraksi adalah metode pemisahan komponen dari suatu campuran dengan menggunakan suatu pelarut. Pada prinsipnya metode ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur.

Proses ekstraksi untuk defenisi pemisahan kimia merupakan cara memisahkan zat terlarut melalui dua buah perlarut yang dapat melarutkan zat tersebut namun kedua pelarut ini tidak dapat saling melarutkan (immiscible). Ekstraksi itu sendiri adalah proses menarik keluarnya zat aktif yang terkandung dalam suatu bahan yang melibatkan banyak perubahan, baik perubahn fisika maupun perubahan kimia yang menyangkut perubahan struktural terhadap bahan tersebut.

Dalam proses ekstraksi, baik modern dan terutama yang konvensional, kelarutan dalam pelarut tertentu merupakan konsep kunci dasar metode ini. Perbedaan kelarutan dari bermacam-macam bahan merupakan dasar dari klasifikasi metode ekstraksi dimana senyawa polar akan larut dalam pelarut polar dan senyawa non polar larut dalam pelarut non polar. Bahan yang akan diekstraksi biasanya memiliki kemampuan untuk larut dalam satu atau lebih pelarut. Oleh karena itu, harus selalu mempertimbangkan penggunaan pelarut yang tepat. Metode ekstraksi juga sering di gunakan bersamaan dengan reaksi kimia. Pemisahan logam-logam atau senyawa organik tertentu dapat di lakukan dengan mereaksikan senyawa-senyawa yang hendak dipisahkan dengan bantuan pereaksi kimia (Wonorahardjo, 2013 : 103,105).

Pelarut organik yang sering digunakan sebagai ekstraktan seperti etanol, metanol, benzene, toluene, petroleum eter, metilen klorida, kloroform, tetra klorida, etil asetat dan dietil eter. Ragam ekstraksi yang lengkap sangat bergantung pada tekstur dan kandungan air bahan tumbuhan yang diekstraksi dan jenis senyawa yang diisolasi.

(29)

1. Ekstraksi “Batch” (ekstraksi tunggal)

Ekstraksi tunggal dapat di lakukan jika hasil yang didapatkan dari sekali ekstraksi cukup untuk mengambil sebagian beasr zat terlarut dari fase air. Jika dalam sekali ekstraksi telah didapat fraksi terekstraksi lebih dari 0,9, maka ekstraksi kedua di pertimbangkan untuk tidak di lakukan mengingat daya dan waktu serta faktor ekonomis yang harus diperhitungkan untuk mengambil 0,1 bagian dari zat terlarut yang masih tertinggal.

2. Ekstraksi berulang-ulang

Untuk meningkatkan persen terekstraksi, langkah terekstraksi berulang-ulang dapat di lakukan. Ekstraksi berberulang-ulang (successive extraction) di lakukan dengan cara membagi salah satu pelarut (pelarut organik) menjadi beberapa bagian dan kemudian ekstraksi dilakukan berurutan dengan cara yang sama. Jumlah pelarut yang di gunakan pada akhirnya harus sama (Wonorahardjo, 2013 :111, Sudjaji, : 63).

3. Ekstraksi kontinu

Ekstraksi kontinu sangat penting dalam pemisahan kimia karena cara ini memungkinkan penghematan pelarut dan waktu. Prinsip ini mengandalkan aliran terus menerus dari pelarut untuk mengambil zat terlarut. Pelarut yang sudah membawa zat terlarut akan diuapkan lagi dan setelah terkondensasi akan kembali melakukan ekstraksi sebagai pelarut baru. Proses ini di dukung dengan rancangan alat yang sesuai dan yang paling sering digunakan peranti soxhlet (Wonorahardjo, 2013 :110).

4. Ekstraksi ultrasonikasi

Ekstraksi dengan bantuan ultrsonikasi saat ini lebih sering dilakukan karena menjanjikan efisiensi proses. Ultrasonickasi memungkinkan getaran yang sangat membantu merusak kesetimbangan dan mengeluarkan dari matriks jaringan yang mengikat. Misalnya dalam ekstraksi minyak dari kelapa sawit berbantuan ultrsonikasi, minyak akan lebih mudah lepas dari kantung-kantung minyak dalam jaringan dan lepas bersama kumpulannya (Wonorahardjo, 2013 :110).

Selain dari macam-macam ekstraksi diatas, ekstraksi dapat dilakukan dengan cara ekstraksi pelarut dan shokletasi, maserasi dan perkolasi (Sitorus,2010 : 194 ; Ibrahim & Sitorus, 2013 :16).

1) Shokletasi

(30)

2) Maserasi

Maserasi merupakan teknik yang paling sederhana dan paling klasik yaitu dengan teknik perendaman sampel yang telah dihaluskan, direndam selama beberapa waktu . Kemudian disaring dan hasilnya dapat berupa filtrat. Proses maserasi dapat dilakukan tanpa pemanasan.

3) Perkolasi

Ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Perkolasi adalah dengan cara melewatkan pelarut dari bahan yang akan di ekstrak. Perkolasi adalah pengembangan dari teknik maserasi yang dapat dilakuan dalam keadaan panas maupun dingin.

2.3.8 Analisis Sifat Fisiko-Kimia 2.3.8.1 Kelarutan

Kelarutan adalah kemampuan zat terlarut (solute) untuk dapat larut dalam pelarut (solvent) tertentu. Larutan merupakan suatu sistem yang homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat murni yang molekulnya berinteraksi langsung dalam keadaan tercampur (Oxtoby, 2001 : 154), biasanya larutan dianggap sebagai zat yang berupa cairan yang mengandung zat terlarut berupa padatan. Namun sebenarnya suatu larutan terdiri dari zat terlarut maupun zat pelarut dapat berupa cairan, padatan dan gas.

Kelarutan merupakan ukuran banyaknya zat terlarut yang akan melarut dalam pelarut pada suhu tertentu. Berdasarkan besar gaya antarmolekul yang sama cenderung saling melarutkan. Bila dua cairan saling melarutkan dengan sempurna dalam segala perbandingan disebut mampu bercampur. Alkohol seperti metanol, etanol dan etilen glikol mampu bercampur dengan air karena kemampuannya membentuk ikatan hidrogen dengan molekul air.

Secara umum senyawa ionik jauh lebih larut dalam pelarut polar, seperti air, cairan amonia dan cairan hidrogen florida, dibandingkan dengan pelarut nonpolar seperti benzena dan karbon tetraklorida. Karena molekul pelarut nonpolar tidak memiliki momen dipol, molekul seperti ini tidak dapat secara efektif mensolvasi ion. Solvasi ialah proses dimana ion atau molekul dikelilingi oleh molekul pelarut yang memiliki susunan tertentu. Bila pelarutnya air , prosesnya dinamakan hidrasi (Chang, 2005:6).

(31)

Titik didih zat merupakan suhu dimana tekanan uap jenuhnya sama dengan tekanan diatas permukaan zat cair. Atau dengan kata lain titik didih merupakan suatu keadaan dimana suhu dalam suatu sistem sama dengan suhu di luar sistem. Titik didih normal pada suatu sistem terbuka adalah 760 mmHg (tekanan udara pada permukaan larutan) dan suhu pada tekanan udara luar 250C. Titik didih cairan bergantung pada

tekanan udara (Kanginan, 2005: 280).

Titik didih juga dapat diartikan sebagai suhu pada saat cairan mendidih. Titik didih dapat memperkirakan secara tidak langsung berapa kuatnya gaya tarik antar molekul zat cair. Cairan yang gaya tarik antamolekulnya kuat memiliki titik didih tinggi. Sebaliknya apabila gaya tariknya lemah maka titik didihnya rendah (Kanginan, 2005: 562-563).

2.3.8.3 Massa Jenis

Massa jenis merupakan perbandingan antara massa suatu zat dengan volume zat. Massa jenis merupakan ciri khas suatu zat, sehingga massa jenis setiap benda adalah khas dan tidak mungkin sama dengan zat yang lain, dan sebaliknya massa jenis bahan yang terbuat dari suatu zat yang sama memiliki massa jenis yang sama. Secara matematika massa jenis suatu zat dapat dihitung menggunakan rumus berikut :

ρ= M V

Dimana :

ρ : massa jenis M : massa zat V : volume zat

(Douglas, 1998 : 325)

Massa jenis memiliki satuan dalam sistem internasional adalah Kg

(32)

Dalam MKS : ρ=

Polarimeter adalah alat yang digunakan untuk menganalisis yang didasarkan pada pengukuran sudut putaran cahaya terpolarisasi oleh senyawa yang transparan dan optis aktif apabila senyawa tersebut dilewati sinar monokromatis yang terpolarisir tersebut.

Senyawa optis aktif adalah senyawa yang dapat memutar bidang getar sinar terpolarisir. Zat yang optis aktif ditandai dengan adanya atom karbon asimetris atau atom C kiral dalam senyawa organik. Cahaya monokromatis pada dasarnya mempunyai bidang getar banyak sekali. Bila diilustrasikan maka bidang getar tersebut akan bergerak lurus pada bidang datar. Bidang getar secara mekanik dapat dipisahkan menjadi dua bidang getar yang saling tegak lurus. Cahaya terpolarisasi adalah senyawa yang mempunyai satu arah getar dan arah getar tersebut tegak lurus terhadap arah rambatnya (Tim Fisika Dasar, 2012:2).

Prinsip dasar polarimetris adalah pengukuran daya putar optis suatu zat yang menimbulkan terjadinya putaran bidang getar sinar terpolarisir. Pemutaran bidang getar sinar terpolarisir oleh senyawa optis aktif ada 2 macam, yaitu :

1. Dexro rotary (+), jika letak gugus setelah gugus fungsi berada disebelah kanan, arah putarnya ke kanan atau sesuai putaran jarum jam.

2. Levo rotary (-), jika letak gugus setelah gugus fungsi berada disebelah kiri, arah putarnya ke kiri atau berlawanan dengan putaran jarum jam (Sastrohamidjoyo, 2005: 5).

Hubungan besaran-besaran di atas dapat dituliskan dalam persamaan,

(Fessenden,1982:140) dimana :

α : sudut putar cahaya setelah melewati larutan gula/sudut

Rotasi spesifik

[

α

]

=

α

(33)

putar berdasarkan pengamatan di polarimeter

: panjang tabung larutan (dm)

c : konsentrasi larutan (%) = gram solut per 100 ml solution t :suhu larutan

Komponen-komponen alat polarimeter adalah : 1. Sumber cahaya monokromatis

Sumber cahaya monokromatis yaitu sinar yang dapat memancarkan sinar monokromatis. Sumber cahaya yang digunakan biasanya lampu Natrium dengan panjang gelombang 589,3 nm. Selain itu juga dapat digunakan lampu uap raksa dengan panjang gelombang 546 nm.

2. Polisator dan analisator

Polarisator berfungsi untuk menghasilkan sinar terpolarisir sedangkan analisator berfungsi untuk menganalisis sudut yang terpolarisasi. Yang digunakan sebagai polarisator dan analisator adalah prisma nikol.

3. Prisma setengah nikol

Merupakan alat untuk menghasilkan bayangan setengah yaitu bayangan gelap dan gelap terang.

4. Skala lingkar

Merupakan skala yang bentuknya melingkar dan pembacaan skalanya dilakukan jika telah didapatkan pengamatan yang tepat.

5. Wadah sampel/tabung polarimeter

Wadah sampel berbentuk silinder yang terbuat dari kaca yang tertutup dikedua ujungnya berukuran 5, 10, 20 cm. Wadah sampel dibersihkan secara hati-hati dan tidak boleh ada gelembung udara yang terperangkap di dalamnya.

6. Detektor

Pada polarimeter manual yang digunakan sebagai detektor adalah mata, sedangkan polarimeter lain dapat digunakan detektor fotoelektrik.

Prinsip kerja polarimeter adalah sebagai berikut :

1. Sinar manokromatis dari sumber cahaya lampu natrium akan melewati lensa kolimator sehingga berkas sinar yang dihasilkan akan disejajarkan arah rambatnya.

(34)

3. Cahaya terpolarisasi akan terus ke prisma⁄nikol untuk mendapatkan bayangan gelap dan terang, kemudian melewati larutan senyawa optis aktif yang berada dalam tabung polarimeter.

Gambar 2.17 Polarimeter

(Sumber : http://www.google.co.id/gambar-polarimeter.htm)

2.3.9 Penyakit Diabetes mellitus (DM) 2.3.9.1 pengertian Diabetes mellitus (DM)

(35)

Pada orang normal, segera setelah makan, tubuh akan melakukan metabolisme karbohidrat, metabolisme lemak, metabolisme protein dengan masing-masing rangkaiannya yang begitu rumit. Hasil metabolisme tubuh tersebut adalah glukosa yang nantinya akan diubah lagi menjadi energi, seperti energi gerak, energi panas, dan lain-lain. Hormon insulin adalah hormon yang diproduksi oleh kelenjar pankreas, yang bertanggung jawab dalam mempertahankan kadar gula darah yang normal. Insulin memasukkan gula ke dalam sel sehingga bisa menghasilkan energi atau disimpan sebagai cadangan energi. Jika jumlah insulin kurang banyak, atau kualitas insulin kurang baik, maka kadar gula darah tetap tinggi meskipun sudah beberapa jam setelah makan. Untuk itu, pada penderita DM diharuskan mengatur makanannya supaya kadar gula darahnya tidak meningkat dalam satu waktu tertentu. Kelenjar pankreas merupakan tempat dimana dihasilkannya hormon insulin. Jika kelenjar pankreas terganggu, maka fungsinya sebagai penghasil insulin akan berkurang. Hal ini dapat dikarenakan pankreas kelelahan sehingga sel beta Langerhanz menjadi berkurang, karena pankreas sedang sakit karena ada bakteri/virus atau tumor yang merusak sel Beta Langerhanz. Kurangnya insulin menyebabkan kadar glukosa menjadi tinggi karena menumpuk di dalam darah, tidak dapat dimanfaatkan oleh tubuh dan akhirnya dibuang melalui air seni. Gangguan metabolisme karbohidrat ini menyebabkan tubuh kekurangan energi. Keadaan ini nantinya dapat memberikan efek samping yang bersifat negatif atau merugikan (Padmiarso, 2011:12).

Kadar glukosa yang tinggi dalam tubuh tidak bisa diserap semua dan tidak mengalami metabolisme dalam sel. Akibatnya, seseorang akan kekurangan energi, sehingga mudah lelah dan berat badan terus turun. Kadar glukosa yang berlebih tersebut dikeluarkan melalui ginjal dan dikeluarkan bersama urin. Gula memiliki sifat menarik air sehingga menyebabkan seseorang banyak mengeluarkan urin dan selalu merasa haus. Kadar gula darah sepanjang hari bervariasi, dimana gula darah akan meningkat setelah makan dan kembali normal dalam waktu 2 jam.

2.3.9.2 jenis penyakit Diabetes mellitus (DM)

Organisai Kesehatan Dunia (WHO) mengakui tiga bentuk diabetes mellitus, yaitu tipe 1, tipe 2, dan diabetes gestasional (Lanywati, 2010:59).

(36)

Diabetes mellitus tipe 1, insulin-dependent diabetes (IDDM, “diabetes yang bergantung pada insulin”), atau diabetes anak-anak, dicirikan dengan hilangnya sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau Langerhans pankreas sehingga terjadi kekurangan insulin pada tubuh (Dewanti, 2010:59).

Diabetes tipe 1 adalah penyakit diabetes yang terjadi karena adanya gangguan pada pankreas, menyebabkan pankreas tidak mampu memproduksi insulin dengan optimal. Pada diabetes tipe 1, pankreas memproduksi insulin dengan kadar yang sedikit sehingga tidak mencukup kebutuhan untuk mengatur kadar gula darah dengan tepat. Akibanya, penderita diabetes tipe 1 harus mendapatkan injeksi dari luar. Glukosa yang tidak bisa dipakai oleh sel – sel tubuh akan menumpuk dalam aliran darah, Hal ini kemudian menyebabkan rasa kelaparan yang tinggi pada penderita karena sel – sel tidak mendapat energi dari glukosa. Selain itu, tingginya tingkat glukosa dalam darah menyebabkan penderita sering buang air kecil, yang pada gilirannya juga menyebabkan rasa haus berlebihan (Sutanto 2013: 24).

Gambar Mekanisme Siklus Gula Darah pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 1 (Sumber:http://www.google.co.id/obat+herbal+penyakit+diabetes+kering/)

b) Diabetes Melllitus Tipe 2

(37)

berkurangnya sensitifitas terhadap insulin, yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah (Dewanti, 2010:61).

Diabetes tipe 2 adalah penyakit yang disebabkan karena sel – sel tubuh tidak menggunakan insulin sebagai sumber energi atau sel – sel tubuh tidak merespon insulin yang dilepaskan pankreas, inilah yang disebut dengan resistensi insulin (Sutanto, 2013:25).

Secara umum ada dua penyebab utama terjadinya penyakit diabetes tipe 2 ini, yaitu faktor genetik (keturunan) dan hiperglikemia (tingginya kadar gula darah). Faktor keturunan sangat berpengaruh dalam diabetes tipe 2. Jika orang tua menderita diabetes, maka kemungkinan besar anaknya juga menderita diabetes. Hal ini dipicu dengan rendahnya tingkat aktifitas sehari – hari, kurang olahraga, gaya hidup yang kurang sehat dan kelebihan berat badan terutama disekitar pinggang. Saat ini, diabetes tipe 2 merupakan jenis diabetes yang paling banyak diderita dan menyerang orang dari segala usia. Jumlah penderitanya jauh lebih banyak dari diabetes tipe 1(Sutanto, 2013 :26).

Gambar 2.16 Mekanisme Siklus Gula Darah pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 (Sumber: http://google.co.id/DM _2.jpg/)

c) Gestational Diabetes Mellitus

(38)

Gestational Diabetes Mellitus (GDM) melibatkan kombinasi dari kemampuan reaksi dan pengeluaran hormon insulin yang tidak cukup. GDM terjadi selama kehamilan dan berkemungkinan merusak kesehatan janin atau ibu. GDM dapat sembuh setelah melahirkan, GDM kemungkinan dapat merusak kesehatan janin atau kesehatan ibu, dan sekitar 20–50% dari wanita penderita GDM bertahan hidup (Dewanti, 2010:63).

GDM terjadi di sekitar 2-5% semua kehamilan. GDM bersifat temporer dan bisa menyebabkan permasalahan dengan kehamilan, termasuk macrosomia (berat bayi yang tinggi/diatas normal), janin mengalami kecacatan dan menderita penyakit jantung sejak lahir. Penderita memerlukan pengawasan secara medis sepanjang kehamilan.

2.3.9.3 Penyebab Penyakit Diabetes Mellitus (DM)

a. Faktor Keturunan. Orang yang mengalami diabetes bisa saja disebabkan karena keturunan, biasnya jika ada orang tua yang menderita penyakit diabetes anaknya akan lebih beresiko terkena penyakit tersebut karena penyakit diabetes atau kencing manis merupakan jenis penyakit yang menurun.

b. Faktor Makanan. Seseorang yang sering mengkomsumsi makanan yang banyak mengandung pemanis buatan akan beresiko terkena penyakit diabetes atau kencing manis, maka dari itu anda semua harus berhati-hati dalam mengkomsumsi makanan yang anda makan setiap harinya.

c. Faktor Olahraga. Tidak dapat dipungkiri bahwa olahraga merupakan salah satu kunci yang bisa menyehatkan tubuh seseorang, jika orang yang malas berolahrga pastinya sangat mudah untuk terkena penyakit diabetes, maka dari itu mulailah anda melakuakan olahraga minimal seminggu sekali saat anda sedang libur bekerja. d. Faktor Obesitas. orang yang memiliki badan gemuk atau yang sering dibilang obesitas sangatg rentan terkena penyakit diabetes atau kencing manis, sebaiknya orang-orang yang mempunyai berat badan melebihi batas normal harus melakukan diet sehat agar terhindar dari resiko terkena penyakit diabetes atau kencing manis.

(39)

Tiga gejala klasik yang dialami penderita diabetes Yaitu : a) Rasa haus sehingga banyak minum (polydipsia), b) Sering kencing (polyuria) terutama malam hari, c) Berat badan menurun dengan cepat (polyphagia),

(Dalimartha, 1996:14) Gejala awal biasanya tidak begitu dirasakan, kadang-kadang berat badan penderita diabetes naik. Penyebabnya, kadar gula tinggi dalam tubuh. Baru diketahui sesudah adanya pemeriksaan laboratorium. Pada tahap lanjut, gejala yang muncul antara lain : rasa haus, banyak kencing, berat badan turun, rasa lapar, badan lemas, gatal-gatal, kesemutan, mata kabur, kulit kering dan gairah sex melemah. Gejala lainnya adalah pusing, mual dan berkurangnya ketahanan selama melakukan olahraga. Penderita diabetes yang kurang terkontrol lebih peka terhadap infeksi (Dewanti, 2010:54-55).

2.3.9.4 diagnosis penyakit Diabetes Mellitus (DM)

Seseorang dikatakan menderita diabetes atau tidak, dapat ditentukan melalui diagnosa tingkat glukosa darah. Tabel berikut menunjukkan kriteria diabetes atau bukan:

Tabel 2.3 Diagnosa Diabetes Mellitus Tabel : Kadar glukosa darah

sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik sebagai patokan penyaring dan diagnosis DM

(40)

vena yang sampelnya diambil secara acak atau kadar gula puasa dengan atau yang melampaui 7,8 mmol/l dalam plasma darah vena.

Untuk mengetahui seseorang menderita penyakit Diabetes Mellitus atau tidak dapat dilakukan dengan beberapa tes berikut:

1. TTGO

TTGO atau tes toleransi glukosa oral dilakukan dengan cara: a. Puasa 10 jam, misalnya dari jam 21.00 sampai 06.00 b. Pagi hari pengambilan darah

c. Minum larutan glukosa 75 gram dengan syarat tidak diperbolehkan makan atau minum apa-apa

d. Tunggu selama dua jam kemudian pengambilan darah yang kedua

Sementara hasilnya dapat berupa : kadar gula darah sesudah puasa selama 8-10 jam lebih dari 126 mg/dl dan kadar gula darah 2 jam setelah minum 75 gram glukosa lebih dari 200 mg/dl.

2. IFG

IFG (Impaired Fasing Glucose) merupakan kadar gula puasa yang terganggu yakni gula darah setelah puasa 8-10 jam antara 100 mg/dl sampai kurang dari 126 mg/dl.

3. IGT

IGT (Impaired Glucose Tolerance) merupakan toleransi glukosa terganggu yakni apabila TTGO, 2 jam setelah minum 75 gram glukosa, kadar gula darah berada antara 140 mg/dl sampai kurang dari 200 mg/dL (Dalimartha, 2012 : 9-12). 2.3.9.5 pengobatan Diabetes Mellitus(DM)

Penyakit diabetes tidak dapat disembuhkan secara total tetapi dapat dikendalikan melalui beberapa cara. Hal ini mencakup beberapa cara terutama mencakup terapi insulin dan obat antidiabetes oral. Pemberian insulin akan menurunkan kadar glukosa darah diabetes mellitus.

Obat-obatan yang lazim digunakan untuk pengobatan diabetes mellitus adalah: 1) Sulfonilurea

(41)

2) Biguanid

Obat-obatan kelompok biguanid adalah metformin. Obat golongan ini mempunyai efek utama mengurangi produksi glukosa hati. Mekanisme kerja obat ini adalah menstimulasi glikolisis secara langsung dalam jaringan dengan meningkatkan eliminasi glukosa dari saluran cerna dengan meningkatkan perubahan glukosa menjadi laktat oleh eritrosit, dan menurunkan kadar glukagon plasma (Trevor, 1991: 479).

3) Inhibitor alfa-glukosidase

Contoh dari kelompok inhibitor alfa-glukosidase adalah akarbose. Obat ini merupakan penghambat kompetitif alfa-glukosidase usus, memodulasi pencernaan post prandial dan absorpsi zat tepung serta disakarida. Mekanisme kerja hambatan enzim adalah meminimalkan pencernaan pada usus bagian atas dan menunda pencernaan (dan juga absorpsi) zat tepung dan sakarida yang masuk pada usus kecil bagian distal, sehingga dapat menurunkan glikemik setelah makan sebanyak 45-69 mg/dl dan menciptakan efek hemat insulin. Efek samping dari obat ini adalah flatulasi, diare, rasa nyeri pada abdominal, meningkatkan gas didalam perut ( Endang, 2001: 24).

4) Thiazolidinedione

Obat ini bekerja pada otot, lemak dan liver untuk menghambat pelepasan gula dari jaringan penyimpanan sumber gula darah tersebut. Golongan obat thiazolidinedione dapat digunakan bersama sulfonilurea, insulin dan metformin untuk menurunkan kadar glukosa dalam darah.

2.3.10 Penelitian Yang Relevan

(42)

kombinasi ekstrak daun tapak dara dan ekstrak daun murbei dengan berbagai perbandingan komposisi secara oral, berpengaruh pada penurunan kadar glukosa darah tikus normal.

2. Universitas ahmad dahlan,Yogyakarta meneliti Ekstrak kental herbal salak (salaka ) varietas gading sebagai obat antidiabetes. Hasil yang diperoleh adalah salak dapat digunakan sebagai antidiabetes karena kandungan yang terkandung di dalamnya yaitu Ferulic Acid dan Proline dan Cinnamic acid derivatives, Arginin, Pterostilbene ,dan Zat Bee Health Products & Bee Health Propolis. Ferulic Acid dan Proline dan Cinnamic acid derivatives berperan penting dalam proses perbaikan pancreas pada penderita diabetes tipe I. Arginin, Zat Bee Health Products & Bee Health Propolis bermanfaat untuk normalisasi sel-sel tubuh agar responsive pada insulin, zat ini sangat dibutuhkan oleh penderita diabetes tipe II. Pterostilbene merupakan zat anti diabetes dan berperan langsung dalam menurunkan kadar gula darah. Akan tetapi belum dilakukan penelitian ilmiah pada buah salak sebagai antidiabetes (2013).

3. Endang Sri Sunarsih, Djatmika, dan Sri Nilawati Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi “YAYASAN PHARMASI” Semarang melakukan penelitian dengan judul PENGARUH INFUSA DAUN MURBEI ( Morus alba L. ) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS PUTIH JANTAN DIABETES KARENA PEMBERIAN ALOKSAN. Dari penelitian diperoleh Hasil pengukuran kadar glukosa dalam darah ( mg/dl ) dianalisis secara statistika menggunakan metode SPSS versi 13.00. Hasil penelitian menunjukkan bahwa infusa daun murbei dosis 549 mg / Kg BB dan 1098 mg / Kg BB dapat menurunkan kadar glukosa darah tikus putih jantan diabetes karena pemberian aloksan dibanding kelompok kontrol negatif dan efek penurunan yang ditimbulkan sebanding dengan insulin.

2.3.11 Kerangka Konseptual

Diabetes melitus adalah suatu jenis penyakit yang disebabkan menurunnya hormon insulin yang diproduksi oleh kelenjar pankreas. Penurunan hormon ini mengakibatkan seluruh gula (glukosa) yang dikonsumsi tubuh tidak dapat diproses sempurna, sehingga kadar glukosa di dalam tubuh akan meningkat.

(43)

obat), tanaman obat yang dapat dijadikan obat alternatif antara lain tanaman murbei dan tanaman salak.

Diantara ragam tanaman obat yang ada di sekitar kita, beberapa jenisnya memiliki efek positif terhadap penanganan diabetes. Salah satu yang sering dikonsumsi yaitu daun Mubei. Daun murbei mengandung flavonoid (anti inflamasi alami yang bermanfaat mengurangi risikoaterosklerosis/pengerasan arteri), salah satunya morusin yang ampuh melawan sel HeLakarsinoma serviks (Sel Kanker Serviks) manusia. Selain itu murbei juga mengandung beragam senyawa

antioksidan seperti kuersentin, isokuersentin, vitamin C, dan antosianin. Sedangkan pada tanaman salak mengadung tanin, flavonoida, saponin dan sedikit alkaloida (Sahputera, 2008).

Kandungan kimia yang terdapat pada tumbuhan dapat dianalisis dengan menggunakan uji fitokimia, kromatografi lapis tipis, spektroskopi infra merah, kromatografi gas-spektroskopi massa dan sebagainya. Kromatografi lapis tipis, spektroskopi infra merah dan kromatografi gas-spektroskopi massa merupakan alat yang menggunakan metode kromatografi dalam menganalisis kandungan kimia. Kromatografi lapis tipis merupakan jenis kromatografi yang paling sederhana dan mudah digunakan yang memberikan hasil yang cukup memuaskan, spektroskopi infra merah merupakan teknik analisis yang sangat populer untuk analisis berbagai jenis sampel, baik sampel produk farmasetik, makanan, cairan biologis, maupun sampel lingkungan dan kromatografi gas-spektometer massa dengan tekhnik, eluen yang keluar dari kolom GC selanjutnya akan masuk ke MS untuk menghasilkan profil spektrum massa untuk tiap komponen. Teknik ini memberikan keuntungan diperolehnya berat molekul komponen yang keluar. Dan juga perlu dilakukan uji fisiko-kimia, seperti massa jenis, uji kelarutan, penetapan titik didih, penetapan putaran optik, uji aktivitas ekstrak kombinasi daun murbei (Morus Alba) dan kulit salak (Salacca edulis reinw) terhadap penyakit Diabetes Mellitus (In Vivo).

Hasil penelitian Saryudi menunjukkan bahwa tanaman Murbei (Morus Alba) memiliki efek antihiperglikemik yang menyebabkan penurunan kadar glukosa darah. Hasil penelitian Herlina, Lentary Hutasoit menunjukkan bahwa senyawa murni dari murbei memberikan fungsi penurunan kadar gula darah.

(44)

Secara tradisional, pengobatan Diabetes Mellitus sudah dilakukan dengan menggunakan ekstrak tunggal daun murbei dan kulit salak. Namun, pengobatan Diabetes Mellitus dengan kombinasi ekstrak dari tanaman yang berbeda dan analisis komponen senyawa kimia hasil ekstrak kombinasi belum dilakukan dan belum dianalisis secara ilmiah sifat-sifat fisiko-kimia, kandungan kimia dan aktifitasnya sebagai obat.

(45)

Pengobatan

Obat Herbal: tanaman murbei dan tanaman salak

Obat sintetik

Ekstrak kombinasi daun murbei

dan kulit salak Hasil Penelitian Relevan

Analisis

Sifat fisikokimia Aktivitas

Massa jenis Kelarutan Titik didih Putaran optik

In-Vivo

Hipotesis

Kelompok Senyawa, Gugus Fungsi, Ion Molekul Alkaloid,

flavonoid, tanin, saponin, triterpenoid Komponen fitokimia

Komponen Senyawa Kimia Diabetes

Gambar Kerangka Konseptual Penelitian

(46)

Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka konseptual maka hipotesis penelitian dirumuskan sebagai berikut :

1. Ekstrak Kombinasi Daun Murbei (Morus Alba) Dan Kulit Salak (Salacca edulis reinw) memiliki sifat fisiko kimia antara lain kelarutan, titik didih, massa jenis, dan putar optik.

2. Ekstrak Kombinasi Daun Murbei (Morus Alba) Dan Kulit Salak (Salacca edulis reinw) memiliki kandungan kelompok senyawa alkaloid, flavonoid, tanin, saponin dan steroid.

3. Ekstrak Kombinasi Daun Murbei (Morus Alba) Dan Kulit Salak (Salacca edulis reinw) memiliki aktivitas terhadap penurunan kadar gula darah pada pasien penyakit gula darah (Diabetes Mellitus).

(47)

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimental desain laboratorium. 3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

3.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2015 Sampai selesai. 3.2.2 Tempat Penelitian

1. Laboratorium Kimia Universitas Widya Mandira Kupang.

Pembuatan ekstrak, analisis sifat fisikokimia antara lain kelarutan, titik didih, massa jenis, dan putar optik; analisis komponen fitokimia antara lain alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, dan triterpenoid, dan KLT.

2. Laboratorium Fitokimia Universitas Brawijaya Malang

Analisis komponen senyawa kimia Ekstrak Kombinasi Daun Murbei (Morus Alba) Dan Kulit Salak (Salacca edulis reinw) dengan menggunakan spektroskopi infra merah (IR) dan kromatografi gas-spektroskopi massa (GC-MS).

3. Laboratorium 24 jam Kartini Kota Kupang Pemeriksaan kadar gula darah pasien.

4. Kediaman Pasien

Uji aktifitas ekstrak kombinasi pada pasien dilakukan di kediaman pasien di RSS oesapa blok S nomor 6.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

3.3.1.1 Tanaman Murbei

Seluruh bagian tanaman Murbei yang terdiri dari akar, batang, daun, buah, bunga yang berada di daerah propinsi Nusa Tenggara Timur.

3.3.1.2 Tanaman Salak

(48)

3.3.1.3 Pasien Tekanan Darah Tinggi

Pasien tekanan darah tinggi setelah diperiksa di Laboratorium dan positif memiliki kadar gula darah tinggi.

3.3.2 Sampel

1) Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun murbei dan kulit salak yang masih segar. Tanaman murbei di daerah penfui sedangkan tanaman salak di daerah Oesapa, Kota Kupang.

2) Penderita hipertensi

Penderita hipertensi dengan identitas sebagai berikut :

Nama : MM

Jenis kelamin : laki-laki Berat badan : 75 kg

Usia : 50 tahun

Alamat tinggal : kelurahan Oesapa RT/051 RW/16 3.4. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini sebagai berikut : 3.4.1 Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Ekstrak kombinasi daun murbei dan kulit salak. 2. Pelarut metanol.

3.4.2 Variabel terikat

Variabel terikat pada penelitian ini adalah:

(49)

2. Komponen fitokimia dalam ekstrak kombinasi daun murbei dan kulit salak. 3. Komponen senyawa kimia dalam ekstrak kombinasi daun murbei dan kulit salak. 4. Aktivitas ekstrak kombinasi daun murbei dan kulit salak terhadap kadar gula darah

pasien.

Hal- hal yang perlu diperhatikan, yang dapat mempengaruhi hasil penelitian adalah sebagai berikut :

1. Subyek penelitian tidak dianjurkan untuk mengosumsi makanan atau minuman yang dapat menurunkan kadar gula darah.

2. Subyek penelitian tidak dianjurkan untuk mengosumsi obat-obatan atau produk lain yang dapat menurunkan kadar gula darah selama penelitian.

3.5. Alat dan Bahan Penelitian 3.5.1 Alat

3.5.1.1 Ekstraksi

Jerigen bekas, blender, gunting, neraca analitik, corong pisah, gelas kimia 250 mL, labu Erlenmeyer 500 mL, thermometer 110 0C, pembakar spritus, kaki tiga,

kawat kasa, rotari evaporator, baskom, aluminium foil, sendok, karet gelang, kertas saring, kapas wajah.

3.5.1.2 Uji alkohol dalam ekstrak

Gelas kimia 25 mL, pipet tetes, silinder ukur 10 mL, tabung reaksi 5 mL 3.5.1.3 Analisis fisiko kimia

3.5.1.3.1 Massa jenis

Gelas kimia 25 mL, neraca analitik, oven pemanas, desikator dan pipet ukur 10 mL.

3.5.1.3.2. Titik didih

(50)

3.5.1.3.3 Uji kelarutan

Tabung reaksi 5 mL, rak tabung reaksi 5 mL, silinder ukur 10 mL, pipet tetes, 3.5.1.3.4 Putar optik

Gelas kimia 250 mL, corong pisah, gelas ukur 50 mL, polarimeter, lampu merkuri, spatula, pipet tetes dan silinder ukur 10 mL.

3.5.1.4 Uji Fitokimia 3.5.1.4.1 Uji Alkaloid

Gelas kimia 25 mL, silinder ukur 10 mL, tabung reaksi 5 mL, pipet tetes 3.5.1.4.2 Uji Flavonoid

Gelas kimia 25 mL, silinder ukur 10 mL, tabung reaksi 5 mL, pipet tetes. 3.5.1.4.3 Uji Saponin

Tabung reaksi 5 mL, kawat kasa, kaki tiga, gelas kimia pyrex 100 mL, silinder ukur 10 mL

3.5.1.5 Uji komponen kimia

3.5.1.5.1 Kromatrografi lapis tipis (KLT)

Labu Erlenmeyer 150 mL, pipet tetes, botol chamber, kertas KLT, gelas kimia 250 mL, gunting, penggaris 30 cm, pensil, gelas ukur 50 mL, botol file, pipa kapiler, lampu UV 254 nm.

3.5.1.5.2 Infra Merah (IR)

Alat yang digunakan adalah merk Shimadzu FTIR 3.5.1.5.3 GC-MS

Dengan kondisi/penyettingan alat yang digunakan adalah sebagai berikut :

Nama alat : SHIMADZU GCMS

Suhu kolom : 50 °C

Injeksi temperature : 310 °C

Gas pembawa : Helium 10 kPa, laju alir 55,2 mL/menit Injektor mode : Split

(51)

3.5.2.2 Uji alkohol dalam ekstrak

Asam sulfat pekat, minyak kelapa, ekstrak kombinasi daun murbei (Morus Alba) dan kulit salak (Salacca edulis reinw)

3.5.2.3 Analisis Fisiko Kimia 3.5.2.3.1 Penentuan Massa jenis

ekstrak kombinasi daun murbei (Morus Alba) dan kulit salak (Salacca edulis reinw) dan air

3.5.2.3.2 Penentuan Titik didih

ekstrak kombinasi daun murbei (Morus Alba) dan kulit salak (Salacca edulis reinw) dan air

3.5.2.3.3 Uji kelarutan

ekstrak kombinasi daun murbei (Morus Alba) dan kulit salak (Salacca edulis reinw), Metanol 95 % (p.a), aquades, etanol 96 %(p.a), kloroform 95 % (p.a), dietil eter 95 % (p.a), aceton 95 % (p.a).

3.5.2.3.4 Penentuan Putar optik

Etanol 95 % (p.a), ekstrak kombinasi daun murbei (Morus Alba) dan kulit salak (Salacca edulis reinw).

3.5.2.4 Uji Fitokimia 3.5.2.4.1 Uji Alkaloid

HCl 2%, HgCl2, KI, I2, aquades, ekstrak kombinasi daun murbei (Morus Alba) dan

kulit salak (Salacca edulis reinw). 3.5.2.4.2 Uji Flavonoid

ekstrak kombinasi daun murbei (Morus Alba) dan kulit salak (Salacca edulis reinw), HCl 37% dan potongan pita magnesium.

3.5.2.4.3 Uji Saponin

(52)

3.5.3 Uji Komponen Kimia

3.5.3.1 Kromatrogarfi Lapis Tipis (KLT)

Plat KLT, etanol 96 %, kloroform 95% , ekstrak kombinasi daun murbei (Morus Alba) dan kulit salak (Salacca edulis reinw) dan aquades

3.5.3.2 Spektroskopi Infra Merah (IR)

ekstrak kombinasi daun murbei (Morus Alba) dan kulit salak (Salacca edulis reinw). 3.5.3.3 Kromatogarfi Gas Spektra Massa (GC-MS)

ekstrak kombinasi daun murbei (Morus Alba) dan kulit salak (Salacca edulis reinw). 3.5.4 Uji Aktivitas Ekstrak Kombinasi Daun Kumis Kucing Dan Akar Alang-Alang

ekstrak kombinasi daun murbei (Morus Alba) dan kulit salak (Salacca edulis reinw) dan air.

3.6 Prosedur Kerja 3.6.1 Persiapan Sampel

1. Ambil daun murbei dan kulit salak.

2. Cuci daun murbei dan kulit salak dengan air bersih. 3. Keringkan dengan cara diangin-anginkan.

4. Mol daun murbei dan kulit salak dengan alat gilingan. 5. Simpan dalam baskom untuk proses ekstraksi.

3.6.2 Ekstraksi

Proses ekstraksi di lakukan sebagai berikut:

1. Campurkan daun murbei dan kulit salak yang telah dihaluskan dengan perbandingan 1 : 1 yaitu 100 gram daun murbei : 100 gram kulit salak, masukkan ke dalam jerigen. Tambahkan metanol sebanyak 1000 mL.

2. Aduk sampai rata

3. Tutup jerigen dengan rapat menggunakan aluminium foil, ikat dengan karet pada bagian luar aluminium, kocok campuran hingga merata. Buat 5 lubang kecil pada aluminium foil dengan jarum kecil. Campuran di simpan atau di rendam selama 28 jam dengan sesekali di kocok.

Gambar

Tabel 1.2 Data Penyakit Diabetes Mellitus 2012/2013
Gambar Tanaman Murbei
Gambar batang murbei
Gambar Buah Murbei
+7

Referensi

Dokumen terkait

Strategi Pengembangan Kompetensi Fasilitator Berdasarkan peta kompetensi fasilitator dan pengaruh peubah-peubah bebas terhadap kompetensi maka pengembangan kompetensi fasilitator

Centrifuge low speed (Centrifuge yang mempunyai kecepatan maksimum 10.000 Rpm).Centrifuge sederhana ini kecepatan yang digunakan tidak terlalu besar, sehingga pada

As stratification progressed, the concentration of nonanoic acid needed to inhibit germination of apple embryos was higher.. In the embryos isolated from seeds stratified for 25 and

Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa dalam novel Bumi Karya Tere Liye terdapat nilai pendidikan kecerdasan emosional, nilai pendidikan sosial,

Reading Questioning and Answering (RQA) dipadu Think Pair Share (TPS) berpotensi dalam memberdayakan keterampilan metakognitif siswa sebesar 17,72% lebih tinggi

Selain itu, mengenai mekanisme pemilihan yang hanya diikuti oleh calon tunggal politik hukum putusan ini PHQJKHQGDNL GHQJDQ PHQJJXQDNDQ SLOLKDQ ³VHWXMX´ DWDX

Berdasarkan penjelasan di atas, di dalam penelitian ini untuk mendapatkan data variabel (Y) atau keaktifan siswa berdiskusi peneliti menggunakan angket tertutup

Berdasarkan tabel XIII, diketahui bahwa responden umumnya memiliki pengetahuan baik dilihat dari karakteristik responden yang berusia di bawah dan di atas 30 tahun