• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tekanan untuk menurunkan darah tinggi (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Tekanan untuk menurunkan darah tinggi (1)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Tekanan darah tinggi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Belum Diperiksa

Langsung ke: navigasi, cari

Wikipedia Indonesia tidak dapat bertanggung jawab dan tidak

bisa menjamin bahwa informasi kedokteran yang diberikan di

halaman ini adalah benar.

Mintalah pendapat dari tenaga medis yang profesional sebelum melakukan pengobatan.

Hipertensi

Klasifikasi dan bahan-bahan eksternal

Automated arm blood pressure meter showing arterial hypertension (shown a systolic blood pressure 158 mmHg, diastolic blood pressure

99 mmHg and heart rate of 80 beats per minute).

ICD-10 I 10.,I 11.,I 12.,

I 13.,I 15.

ICD-9 401

OMIM 145500

DiseasesDB 6330

MedlinePlus 000468

eMedicine med/1106 ped/1097emerg/267

MeSH D006973

(2)

Hipertensi terbagi menjadi hipertensi primer (esensial) atau hipertensi sekunder. Sekitar 90– 95% kasus tergolong "hipertensi primer", yang berarti tekanan darah tinggi tanpa penyebab medis yang jelas.[1] Kondisi lain yang mempengaruhi ginjal, arteri, jantung, atau sistem

endokrin menyebabkan 5-10% kasus lainnya (hipertensi sekunder).

Hipertensi adalah faktor resiko utama untuk stroke, infark miokard (serangan jantung), gagal jantung, aneurisma arteri (misalnya aneurisma aorta), penyakit arteri perifer, dan penyebab

penyakit ginjal kronik. Bahkan peningkatan sedang tekanan darah arteri terkait dengan

harapan hidup yang lebih pendek. Perubahan pola makan dan gaya hidup dapat memperbaiki kontrol tekanan darah dan mengurangi resiko terkait komplikasi kesehatan. Meskipun

demikian, obat seringkali diperlukan pada sebagian orang bila perubahan gaya hidup saja terbukti tidak efektif atau tidak cukup.

Classification

Klasifikasi (JNC7)[2] Tekanan sistolik Tekanan diastolik

mmHg kPa mmHg kPa Normal 90–119 12–15,9 60–79 8,0–10,5 Pra-hipertensi 120–139 16,0–18,5 80–89 10,7–11,9 Hipertensi Derajat 1 140–159 18,7–21,2 90–99 12,0–13,2 Hipertensi Derajat 2 ≥160 ≥21,3 ≥100 ≥13,3

Hipertensi sistolik

tersendiri ≥140 ≥18,7 <90 <12,0

Dewasa

Pada orang berusia 18 tahun ke atas, hipertensi didefinisikan sebagai pengukuran tekanan darah sistolik dan/atau diastolik yang terus-menerus melebihi nilai normal yang dapat diterima (saat ini sistolik 139 mmHg, diastolik 89 mmHg: lihat tabel — Klasifikasi (JNC7)). Bila pengukuran diperoleh dari pemantauan ambulatori 24 jam atau pemantauan di rumah, digunakan batasan yang lebih rendah (sistolik 135 mmHg atau diastolik 85 mmHg).[3]

Beberapa pedoman internasional terbaru tentang hipertensi juga telah membuat kategori di bawah kisaran hipertensi untuk menunjukkan risiko yang berkelanjutan pada tekanan darah yang lebih tinggi dari kisaran normal. JNC7 (2003)[2] menggunakan istilah pra-hipertensi

untuk tekanan darah dalam kisaran sistolik 120–139 mmHg dan/atau diastolik 80–89 mmHg, sedangkan Pedoman ESH-ESC (2007)[4] dan BHS IV (2004)[5] menggunakan kategori

optimal, normal, dan normal tinggi untuk membagi tekanan sistolik di bawah 140 mmHg dan diastolik di bawah 90 mmHg. Hipertensi juga digolongkan lagi sebagai berikut: JNC7

membedakan hipertensi derajat I, hipertensi derajat II, dan hipertensi sistolik terisolasi. Hipertensi sistolik terisolasi mengacu pada peningkatan tekanan sistolik dengan tekanan diastolik normal dan umumnya terjadi pada kelompok usia lanjut.[2] Pedoman ESH-ESC

(2007)[4] dan BHS IV (2004),[5] mendefinisikan hipertensi derajat ketiga (derajat III) untuk

orang dengan tekanan darah sistolik di atas 179 mmHg atau tekanan diastolik di atas 109 mmHg. Hipertensi tergolong “resisten” bila [[Obat farmasi|obat-obatan] tidak mengurangi tekanan darah menjadi normal.[2]

(3)

Hipertensi pada neonatus jarang terjadi, dan hanya terjadi pada sekitar 0,2 sampai 3% neonatus. Tekanan darah tidak diukur secara rutin pada bayi baru lahir yang sehat.[6]

Hipertensi lebih umum terjadi pada bayi baru lahir berisiko tinggi. Berbagai faktor, seperti

usia gestasi, usia pascakonsepsi, dan berat badan lahir perlu dipertimbangkan ketika memutuskan apakah tekanan darah termasuk normal pada neonatus. [6]

Anak dan remaja

Hipertensi cukup umum terjadi pada anak dan remaja (2–9% bergantung pada usia, jenis kelamin, dan etnisitas)[7] dan dikaitkan dengan risiko jangka panjang mengalami kesehatan

yang buruk.[8] Rekomendasi saat ini adalah agar anak di atas usia tiga tahun diperiksa tekanan

darahnya kapanpun mereka melakukan kunjungan atau pemeriksaan rutin. Tekanan darah tinggi baru dipastikan setelah kunjungan berulang sebelum menyatakan seorang anak mengalami hipertensi.[8] Tekanan darah meningkat seiring usia pada masa kanak-kanak, dan

pada anak, hipertensi didefinisikan sebagai rerata tekanan darah sistolik dan diastolik yang pada tiga atau lebih waktu yang berbeda, sama dengan atau lebih tinggi dari persentil ke-95 yang sesuai untuk jenis kelamin, usia, dan tinggi badan anak. Pra-hipertensi pada anak didefinisikan sebagai rerata tekanan darah sistolik dan diastolik yang lebih besar atau sama dengan persentil ke-90, tapi lebih kecil dari persentil ke-95.[8] Pada remaja, diusulkan bahwa

hipertensi dan pra-hipertensi didiagnosis dan digolongkan dengan menggunakan kriteria dewasa.[8]

Tanda dan Gejala

Hipertensi jarang menunjukkan gejala, dan pengenalannya biasanya melalui skrining, atau saat mencari penanganan medis untuk masalah kesehatan yang tidak berkaitan. Beberapa orang dengan tekanan darah tinggi melaporkan sakit kepala (terutama di bagian belakang kepala dan pada pagi hari), serta pusing, vertigo, tinitus (dengung atau desis di dalam telinga), gangguan penglihatan atau pingsan.[9]

Pada pemeriksaan fisik, hipertensi juga dicurigai ketika terdeteksi adanya retinopati hipertensi pada pemeriksaan fundus optik di belakang mata dengan menggunakan

oftalmoskop.[10] Biasanya beratnya perubahan retinopati hipertensi dibagi atas tingkat I-IV,

walaupun jenis yang lebih ringan mungkin sulit dibedakan antara satu dan lainnya.[10] Hasil

oftalmoskopi juga dapat memberi petunjuk berapa lama seseorang telah mengalami hipertensi.[9]

Hipertensi sekunder

Beberapa tanda dan gejala tambahan dapat menunjukkan hipertensi sekunder, yaitu hipertensi akibat penyebab yang jelas seperti penyakit ginjal atau penyakit endokrin. Contohnya, obesitas pada dada dan perut, intoleransi glukosa, wajah bulat seperti bulan (moon facies), "punuk kerbau" (buffalo hump), dan striae ungu menandakan Sindrom Cushing.[11]Penyakit tiroid dan akromegali juga dapat menyebabkan hipertensi dan mempunyai gejala dan tanda yang khas.[11]Bising perut mungkin mengindikasikan stenosis arteri renalis (penyempitan

arteri yang mengedarkan darah ke ginjal). Berkurangnya tekanan darah di kaki atau lambatnya atau hilangnya denyut arteri femoralis mungkin menandakan koarktasio aorta

(4)

dengan sakit kepala, palpitasi, pucat, dan berkeringat harus segera menimbulkan kecurigaan ke arah feokromositoma.[11]

Krisis hipertensi

Peningkatan tekanan darah yang sangat tinggi (sistolik lebih atau sama dengan 180 atau diastolik lebih atau sama dengan 110, kadang disebut hipertensi maligna atau akselerasi) sering disebut sebagai "krisis hipertensi." Tekanan darah di atas tingkat ini memiliki risiko yang tinggi untuk terjadinya komplikasi. Orang dengan tekanan darah pada kisaran ini mungkin tidak memiliki gejala, tetapi lebih cenderung melaporkan sakit kepala (22% dari kasus)[12] dan pusing dibandingkan dengan populasi umum.[9] Gejala lain krisis hipertensi

mencakup berkurangnya penglihatan atau sesak napas karena gagal jantung atau rasa lesu

karena gagal ginjal.[11] Kebanyakan orang dengan krisis hipertensi diketahui memiliki tekanan

darah tinggi, tetapi pemicu tambahan mungkin menyebabkan peningkatan secara tiba-tiba.[13]

"Hipertensi emergensi", sebelumnya disebut sebagai "hipertensi maligna", terjadi saat terdapat bukti kerusakan langsung pada satu organ atau lebih sebagai akibat meningkatnya tekanan darah. Kerusakan ini bisa mencakup ensefalopati hipertensi, disebabkan oleh pembengkakan dan gangguan fungsi otak, dan ditandai oleh sakit kepala dan gangguan kesadaran (kebingungan atau rasa kantuk). Papiledema retina dan perdarahan fundus serta

eksudat adalah tanda lain kerusakan organ target. Nyeri dada dapat merupakan tanda kerusakan otot jantung (yang bisa berlanjut menjadi serangan jantung) atau kadang diseksi aorta, robeknya dinding dalam aorta. Sesak napas, batuk, dan ekspektorasi dahak bernoda darah adalah ciri khas edema paru. Kondisi ini adalah pembengkakan jaringan paru akibat

gagal ventrikel kiri, ketidakmampuan ventrikel kiri jantung untuk memompa cukup darah dari paru-paru ke sistem arteri.[13] Penurunan fungsi ginjal secara cepat (cedera ginjal

akut/acute kidney injury) dan anemia hemolitik mikroangiopati (penghancuran sel-sel darah) juga mungkin terjadi.[13] Pada situasi ini, harus dilakukan penurunan tekanan darah secara

cepat untuk menghentikan kerusakan organ yang sedang terjadi.[13] Sebaliknya, tidak ada

bukti bahwa tekanan darah perlu diturunkan secara cepat dalam keadaan hipertensi emergensi bila tidak ada bukti kerusakan organ target. Penurunan tekanan darah yang terlalu agresif bukan berarti tidak ada risiko.[11] Penggunaan obat-obatan oral untuk menurunkan tekanan

darah secara bertahap selama 24 sampai 48 jam dianjurkan dalam kedaruratan hipertensi.[13]

Kehamilan

Hipertensi atau tekanan darah tinggi terjadi pada sekitar 8-10% kehamilan.[11] Kebanyakan

wanita hamil yang mengalami hipertensi memiliki kondisi hipertensi primer yang sudah ada sebelumnya. Tekanan darah tinggi dalam kehamilan dapat merupakan tanda awal dari pre-eklampsia, suatu kondisi serius yang muncul setelah melewati pertengahan masa kehamilan, dan dalam beberapa minggu setelah melahirkan.[11] Diagnosa preeklampsia termasuk

peningkatan tekanan darah dan adanya protein di dalam urin.[11] Preeklampsia muncul pada

sekitar 5% kehamilan dan bertanggung jawab atas sekitar 16% dari semua kematian ibu

secara global.[11] Preeklampsia juga menyebabkan risiko kematian bayi meningkat hingga dua

kali lipat.[11] Biasanya preeklampsia tidak menunjukkan gejala dan keadaan ini terdeteksi pada

(5)

mengancam nyawa yang disebut eklampsia. Eklampsia adalah suatu hipertensi emergensi dan menyebabkan beberapa komplikasi berat, seperti hilangnya penglihatan, pembengkakan otak,

kejang tonik-klonik atau konvulsi, gagal ginjal, edema paru, dan koagulasi intravaskular diseminata (gangguan pembekuan darah).[11][14]

Bayi dan anak

Gagal tumbuh, kejang, iritabilitas, kurang energi, dan kesulitan bernafas[15] bisa dikaitkan

dengan hipertensi pada bayi baru lahir dan bayi usia muda. Pada bayi yang lebih besar dan anak, hipertensi bisa menyebabkan sakit kepala, iritabilitas tanpa penyebab yang jelas, lesu,

gagal tumbuh, pandangan kabur, mimisan, dan kelumpuhan wajah.[6][15]

Komplikasi

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Complications of hypertension

Diagram menggambarkan komplikasi utama tekanan darah tinggi persisten.

Hipertensi adalah faktor risiko yang bisa dicegah yang terpenting bagi kematian prematur di seluruh dunia.[16] Hipertensi meningkatkan risiko penyakit jantung iskemik[17]strokes,[11] penyakit periferal vaskular,[18] dan penyakit kardiovaskular lain, termasuk gagal jantung, aneurisma aorta, aterosklerosis difus, dan emboli paru.[11] Hipertensi juga merupakan faktor

risiko terjadinya gangguan kognitif, demensia, dan penyakit ginjal kronik.[11] Komplikasi lain

di antaranya:

 Retinopati Hipertensi

 Nefropati hipertensi[19]

Penyebab

Hipertensi primer

Hipertensi primer (esensial) adalah jenis hipertensi yang paling umum, meliputi sebanyak 90–95% dari seluruh kasus hipertensi.[1] Dalam hampir semua masyarakat kontemporer,

(6)

lingkungan. Berbagai gen yang sering ditemukan sedikit berpengaruh pada tekanan darah, sudah diidentifikasi [21], demikian juga beberapa gen yang jarang yang berpengaruh besar

pada tekanan darah [22] tetapi dasar genetik dari hipertensi masih belum sepenuhnya

dimengerti. Beberapa faktor lingkungan mempengaruhi tekanan darah. Faktor gaya hidup yang menurunkan tekanan darah di antaranya mengurangi asupan garam dalam makanan,[23]

meningkatkan konsumsi buah-buahan dan produk rendah lemak (Pendekatan Diet untuk Menghentikan Hipertensi (diet DASH)). Olah Raga,[24]penurunan berat badan[25] dan

menurunkan asupan alkohol juga membantu menurunkan tekanan darah.[26] Kemungkinan

peranan faktor lain seperti stres, [24] konsumsi kafein,[27] dan defisiensi Vitamin D[28] kurang

begitu jelas. Resistensi insulin, yang umum ditemukan pada obesitas dan merupakan komponen dari sindrom X (atau sindrom metabolik), juga diduga ikut berperan dalam mengakibatkan hipertensi.[29] Studi terbaru juga memasukkan kejadian-kejadian pada awal

kehidupan (contohnya, berat lahir rendah, ibu merokok, dan kurangnya air susu ibu) sebagai faktor risiko bagi hipertensi esensial dewasa.[30] Namun, mekanisme yang menghubungkan

paparan ini dengan hipertensi dewasa tetap tidak jelas.[30]

Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder terjadi akibat suatu penyebab yang diketahui. Penyakit ginjal adalah penyebab sekunder tersering dari hipertensi.[11] Hipertensi juga bisa disebabkan oleh kondisi

endokrin, seperti sindrom Cushing, hipertiroidisme, hipotiroidisme, akromegali, sindrom Conn atau hiperaldosteronisme, hiperparatiroidisme, dan feokromositoma.[11][31] Penyebab lain

dari hipertensi sekunder di antaranya obesitas, henti nafas saat tidur, kehamilan, koarktasio aorta, konsumsi akar manis (licorice) yang berlebihan, serta obat resep, obat herbal, dan obat-obat terlarang.[11][32]

Patofisiologi

Suatu diagram yang menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan arteri

Bagi kebanyakan orang dengan hipertensi esensial (primer), peningkatan resistensi terhadap aliran darah (resistensi perifer total) bertanggung jawab atas tekanan yang tinggi itu

sementara curah jantung tetap normal.[33] Ada bukti bahwa beberapa orang muda yang

menderita prahipertensi atau “hipertensi perbatasan” memiliki curah jantung yang tinggi, denyut jantung meningkat, dan resistensi perifer yang normal. Kondisi ini disebut sebagai hipertensi perbatasan hiperkinetik .[34] Para penderita ini mengembangkan fitur yang khas dari

hipertensi esensial tetap di kemudian hari saat curah jantung menurun dan resistensi perifer meningkat seiring bertambahnya usia.[34] Masih diperdebatkan apakah pola ini biasa dialami

oleh semua orang yang pada akhirnya mengalami hipertensi.[35] Peningkatan resistensi perifer

pada hipertensi tetap terutama disebabkan oleh penyempitan struktur arteri dan arteriol kecil.

(7)

resistensi perifer. [37] Hipertensi juga dikaitkan dengan penurunan kelenturan vena perifer,[38]

yang bisa meningkatkan venous return (volume darah yang kembali ke jantung),

meningkatkan preload jantung, dan akhirnya menyebabkan disfungsi diastolik. Masih belum jelas apakah peningkatan konstriksi aktif pembuluh darah memegang peranan dalam

hipertensi esensial.[39]

Tekanan nadi (perbedaan antara tekanan darah sistolik dan diastolik) sering meningkat pada orang lanjut usia dengan hipertensi. Pada keadaan ini dapat terjadi tekanan sistolik sangat tinggi di atas normal, tetapi tekanan diastolik mungkin normal atau rendah. Kondisi ini disebut hipertensi sistolik terisolasi.[40] Tekanan nadi yang tinggi pada orang lanjut usia

dengan hipertensi atau hipertensi sistolik terisolasi disebabkan karena peningkatan kekakuan arteri, yang biasanya menyertai penuaan dan dapat diperberat oleh tekanan darah tinggi.[41]

Banyak mekanisme yang sudah diajukan sebagai penyebab peningkatan resistensi yang ditemukan dalam sistem arteri pada hipertensi. Sebagian besar bukti menunjukkan keterlibatan salah satu atau kedua penyebab beriku:

 Gangguan dalam penanganan garam dan air pada ginjal, khususnya gangguan sistem renin-angiotensin intrarenal[42]

 Abnormalitas sistem saraf simpatis[43]

Mekanisme tersebut tidak berdiri sendiri dan tampaknya keduanya ikut berperan sampai batas tertentu dalam kebanyakan kasus hipertensi esensial. Juga diduga bahwa disfungsi endotel

(gangguan fungsi dinding pembuluh darah) dan peradangan vaskular juga ikut berperan dalam meningkatkan resistensi perifer dan kerusakan pembuluh darah pada hipertensi.[44][45]

Diagnosis

Pemeriksaan yang dilakukan pada hipertensi

Sistem Pemeriksaan

Renal Urinalisis mikroskopik, proteinuria, darah BUN(ureum) dan/atau kreatinin Endokrin Darah natrium, kalium, kalsium, TSH(thyroid-stimulating hormone).

Metabolik Glukosa darah puasa, kolesterol total, kolesterol HDL dan LDL, trigliserida

Lain-lain Hematokrit, elektrokardiogram, dan foto Röntgen dada

Sources: Harrison's principles of internal medicine[46] others[47][48][49][50][51]

Diagnosis hipertensi ditegakkan saat pasien menderita tekanan darah tinggi secara persisten. Biasanya,[3] untuk menegakkan diagnosis diperlukan tiga kali pengukuran sfigmomanometer

yang berbeda dengan interval satu bulan.[52] Pemeriksaan awal pasien dengan hipertensi

mencakup anamnesis dan pemeriksaan fisik lengkap. Dengan tersedianya pemantauan

tekanan darah ambulatori 24 jam dan alat pengukur tekanan darah di rumah, demi

(8)

klinik dengan pengukuran ambulatori. Follow-up juga dapat dilakukan, walaupun kurang ideal, dengan memonitor tekanan darah di rumah selama kurun waktu tujuh hari.[3]

Sekali diagnosis telah ditegakkan, dokter berusaha mengindentifikasi penyebabnya berdasarkan faktor risiko dan gejala lainnya, bila ada. Hipertensi sekunder lebih sering ditemukan pada anak usia prapubertas dan sebagian besar kasus disebabkan oleh penyakit ginjal. Hipertensi primer atau esensial lebih umum pada orang dewasa dan memiliki berbagai faktor risiko, di antaranya obesitas dan riwayat hipertensi dalam keluarga.[53]Pemeriksaan

laboratorium juga dapat dilakukan untuk mengidentifikasi kemungkinan penyebab hipertensi sekunder, dan untuk menentukan apakah hipertensi menyebabkan kerusakan pada jantung, mata, dan ginjal. Pemeriksaan tambahan untuk diabetes dan kadar kolesterol tinggi dilakukan karena kondisi ini merupakan faktor risiko terjadinya penyakit jantung dan mungkin

memerlukan penanganan.[1]

Kadar kreatinin darah diukur untuk menilai adanya gangguan ginjal, yang mungkin merupakan penyebab atau akibat dari hipertensi. Kadar kreatinin darah saja dapat memberikan dugaan yang terlalu tinggi untuk laju filtrasi glomerulus. Panduan terkini menganjurkan penggunaan rumus prediktif seperti formula Modification of Diet in Renal Disease (MDRD) untuk memperkirakan laju filtrasi glomerulus (eGFR).[54] eGFR juga dapat

memberikan nilai awal/dasar fungsi ginjal yang dapat digunakan untuk memonitor efek samping obat antihipertensi tertentu pada fungsi ginjal. Pemeriksaan protein pada sampel urin digunakan juga sebagai indikator sekunder penyakit ginjal. Pemeriksaan Elektrokardiogram

(EKG/ECG) dilakukan untuk memeriksa tanda-tanda adanya beban yang berlebihan pada jantung akibat tekanan darah tinggi. Pemeriksaan ini juga dapat menunjukkan adanya penebalan dinding jantung (hipertrofi ventrikel kiri) atau tanda bahwa jantung pernah mengalami gangguan ringan seperti serangan jantung tanpa gejala (silent heart attack). Pemeriksaan foto Röntgen dada atau ekokardiogram juga dapat dilakukan untuk melihat tanda pembesaran atau kerusakan pada jantung. [11]

Pencegahan

Cukup banyak orang yang mengalami hipertensi tetapi tidak menyadarinya.[55] Diperlukan

tindakan yang mencakup seluruh populasi untuk mengurangi akibat tekanan darah tinggi dan meminimalkan kebutuhan terapi dengan obat antihipertensi. Dianjurkan perubahan gaya hidup untuk menurunkan tekanan darah, sebelum memulai terapi obat. Pedoman British Hypertension Society 2004 [55] mengajukan perubahan gaya hidup yang konsisten dengan

pedoman dari US National High BP Education Program tahun 2002[56]untuk pencegahan

utama bagi hipertensi sebagai berikut:

 Menjaga berat badan normal (misalnya, indeks massa tubuh 20–25 kg/m2).

 Mengurangi asupan diet yang mengandung natrium sampai <100 mmol/ hari (<6 g natrium klorida atau <2,4 g natrium per hari).

 Melakukan aktivitas fisik aerobik secara teratur, misalnya jalan cepat (≥30 menit per hari, pada hampir setiap hari dalam seminggu).

(9)

 Mengonsumsi makanan yang kaya buah dan sayuran (misalnya, sedikitnya lima porsi per hari).

Perubahan gaya hidup yang efektif dapat menurunkan tekanan darah setara dengan masing-masing obat antihipertensi. Kombinasi dari dua atau lebih perubahan gaya hidup dapat memberikan hasil lebih baik.[55]

Manajemen

Perubahan Gaya Hidup

Penanganan tipe pertama untuk hipertensi identik dengan menganjurkan perubahan gaya hidup yang bersifat pencegahan[57] dan meliputi perubahan diet[58], olah raga, dan penurunan

berat badan. Semua perubahan ini telah terbukti menurunkan tekanan darah secara bermakna pada orang dengan hipertensi.[59] Jika hipertensi cukup tinggi dan memerlukan pemberian

obat segera, perubahan gaya hidup tetap disarankan. Berbagai program diiklankan dapat mengurangi hipertensi dan dirancang untuk mengurangi tekanan psikologis misalnya

biofeedback, relaksasi, atau meditasi. Namun, secara umum belum ada penelitian yang secara ilmiah mendukung efektivitas program ini, karena penelitian yang ada masih berkualitas rendah.[60][61][62]

Perubahan asupan diet seperti diet rendah natrium sangat bermanfaat. Diet rendah natrium jangka panjang (lebih dari 4 minggu) pada Kaukasia efektif menurunkan tekanan darah, baik pada penderita hipertensi maupun pada orang dengan tekanan darah normal.[63] Selain itu, diet DASH, suatu diet kaya kacang-kacangan, biji-bijian, ikan, unggas, buah, dan sayuran, yang dipromosikan oleh National Heart, Lung, and Blood Institute, menurunkan tekanan darah. Keistimewaan utama dari program ini adalah membatasi asupan natrium, namun demikian diet ini kaya [kalium]], magnesium, kalsium, dan protein.[64]

Pengobatan

Saat ini tersedia beberapa golongan obat yang secara keseluruhan disebut obat antihipertensi, untuk pengobatan hipertensi. Risiko kardiovaskuler (termasuk risiko infark miokard dan stroke) dan hasil pemeriksaan tekanan darah menjadi pertimbangan ketika meresepkan obat.

[65] Jika pengobatan dimulai, Seventh Joint National Committee on High Blood Pressure

(JNC-7) dari National Heart, Lung, and Blood Institute [54] menyarankan agar dokter

memonitor respons pasien terhadap pengobatan serta menilai apakah terjadi efek samping akibat obat yang digunakan. Penurunan tekanan darah sebesar 5 mmHg dapat mengurangi risiko stroke sebesar 34% dan risiko penyakit jantung iskemik hingga 21%. Penurunan tekanan darah juga dapat mengurangi kemungkinan demensia, gagal jantung, dan mortalitas

yang disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler.[66] Pengobatan harus ditujukan untuk

mengurangi tekanan darah hingga kurang dari 140/90 mmHg untuk sebagian besar orang, dan lebih rendah lagi untuk mereka yang memiliki diabetes atau penyakit ginjal. Sejumlah

praktisi medis menyarankan agar tekanan darah dijaga pada level di bawah 120/80 mmHg.[65] [67] Jika tekanan darah yang diharapkan tidak tercapai, maka diperlukan pengobatan lebih

(10)

Pedoman mengenai pilihan obat dan cara terbaik untuk menentukan pengobatan untuk berbagai sub-kelompok pun berubah seiring berjalannya waktu dan berbeda-beda di berbagai negara. Para ahli berbeda pendapat mengenai pengobatan terbaik untuk hipertensi.[69]

Pedoman Kolaborasi Cochrane, World Health Organization, dan Amerika Serikat mendukung

diuretik golongan tiazid dosis rendah sebagai terapi pilihan untuk lini pertama.[70][69] Pedoman

di Inggris menekankan penghambat kanal kalsium (calcium channel blocker/CCB) untuk orang yang berusia di atas 55 tahun atau yang berdarah Afrika atau Karibia. Pedoman ini menyarankan penghambat enzim konversi angiotensin (angiotensin-converting enzyme inhibitor/ACEI) yang merupakan obat pilihan yang dianjurkan untuk pengobatan lini pertama pasien berusia muda.[71] Di Jepang, pengobatan dianggap wajar apabila dimulai dengan satu

dari 6 golongan obat termasuk: CCB, ACEI/ARB, diuretik tiazid, penghambat reseptor beta, dan penghambat reseptor alfa. Di Kanada semua obat ini, kecuali penghambat reseptor alfa, dianjurkan sebagai lini pertama yang dapat digunakan.[69]

Kombinasi obat

Banyak orang memerlukan lebih dari satu obat untuk mengendalikan hipertensi mereka. Pedoman JNC7[54] dan ESH-ESC [4] menyarankan untuk memulai pengobatan dengan dua

macam obat apabila tekanan darah lebih dari 20 mmHg di atas target tekanan darah sistolik atau lebih dari 10 mmHg di atas target diastolik. Kombinasi yang lebih dipilih adalah penghambat sistem renin–angiotensin dengan antagonis kalsium, atau penghambat sistem renin–angiotensin dengan diuretik.[72] Kombinasi yang dapat digunakan adalah sebagai

berikut:

 Penghambat kanal kalsium dengan diuretik

 Penghambat beta dengan diuretik

 Penghambat kanal kalsium dihidropiridin dengan penghambat reseptor beta

 Penghambat kanal kalsium dihidropiridin dengan verapamil atau diltiazem

Kombinasi yang tidak boleh digunakan adalah sebagai berikut:

 Penghambat kanal kalsium non-dihidropiridin (seperti verapamil atau diltiazem) dengan penghambat reseptor beta

 Dua jenis penghambat sistem renin–angiotensin (contohnya, penghambat enzim konversi angiotensin + penghambat reseptor angiotensin)

 Penghambat sistem renin–angiotensin dan penghambat reseptor beta

 Penghambat reseptor beta dan obat anti-adrenergik. [72]

Hindari kombinasi penghambat ACE atau antagonis reseptor angiotensin II, diuretik, dan

OAINS (termasuk penghambat COX-2 selektif dan obat bebas tanpa resep seperti ibuprofen) jika tidak mendesak, karena tingginya risiko gagal ginjal akut. Istilah awam dari kombinasi ini adalah "triple whammy" dalam literatur kesehatan Australia.[57] Tersedia tablet yang

(11)

dikonsumsi, obat-obatan tersebut sebaiknya tidak diberikan untuk pasien yang biasa menjalani terapi dengan komponen obat tunggal.[73]

Pasien Usia Lanjut

Pengobatan hipertensi pada hipertensi sedang hingga berat menurunkan tingkat kematian dan efek samping kardiovaskuler pada pasien usia 60 tahun ke atas.[74] Pada pasien yang berusia

lebih dari 80 tahun pengobatan tampaknya tidak mengurangi tingkat kematian secara bermakna namun mengurangi risiko penyakit jantung.[74] Target tekanan darah yang

direkomendasikan adalah kurang dari 140/90 mm Hg dengan diuretik tiazid sebagai obat pilihan di Amerika Serikat.[75] Pada versi revisi pedoman Inggris, penghambat kanal kalsium

merupakan obat pilihan dengan target hasil pemeriksaan secara klinis kurang dari 150/90 mmHg, atau kurang dari 145/85 mmHg pada pemantauan dengan tekanan darah ambulatori atau di rumah.[71]

Hipertensi resisten

Hipertensi resisten adalah hipertensi yang terus berada di atas target tekanan darah, meskipun telah digunakan tiga obat antihipertensi sekaligus dari golongan obat antihipertensi yang berbeda. Pedoman pengobatan hipertensi resisten telah dipublikasikan di Inggris [76] and the

US.[77]

Kemungkinan terkena penyakit ini

Per tahun 2000, hampir satu milyar orang atau kira-kira 26% dari populasi dewasa dunia mengalami hipertensi.[78]Ini biasa terjadi baik di negara maju (333 juta) maupun negara

berkembang (639 juta).[78] Namun, angka ini sangat bervariasi di beberapa wilayah dengan

angka terendah 3,4% (laki-laki) dan 6,8% (perempuan) di pedalaman India dan tertinggi 68,9% (laki-laki) dan 72,5% (perempuan) di Polandia.[79]

Pada 1995 diperkirakan 43 juta orang di Amerika Serikat mengalami hipertensi atau

menjalani terapi antihipertensi. Angka ini mewakili hampir 24% dari populasi dewasa di AS.

[80] Jumlah hipertensi di Amerika Serikat meningkat dan mencapai 29% pada 2004.[81][82] Per

tahun 2006 hipertensi menyerang 76 juta orang dewasa di Amerika Serikat (34% dari populasi) dan kasus terbanyak terjadi pada orang dewasa ras Afrika-Amerika yakni sebesar 44%.[83] Penyakit ini lebih banyak dialami oleh penduduk asli Amerika dan lebih sedikit

dialami oleh kelompok kulit putih dan ras Meksiko-Amerika. Jumlah ini meningkat seiring bertambahnya usia, dan lebih banyak ditemukan pada Amerika Serikat bagian tenggara. Hipertensi lebih banyak ditemukan pada laki-laki daripada perempuan (meskipun selisih tersebut cenderung menurun pada perempuan menopause) dan pada kelompok dengan status sosioekonomi rendah.[1]

Anak

Jumlah tekanan darah tinggi pada anak semakin meningkat.[84] Sebagian besar hipertensi pada

(12)

Sejarah

Gambar pembuluh vena dari Exercitatio anatomica de motu cordis et sanguinis

in animalibus karya Harvey (“Suatu Praktik Anatomi mengenai Pergerakan

Jantung dan Darah pada Makhluk Hidup”)

Pemikiran modern tentang sistem kardiovaskuler dimulai dengan karya dokter William Harvey (1578–1657). Harvey menjelaskan tentang sirkulasi darah di dalam bukunya yang berjudul De otu ordis ("Pergerakan Jantung dan Darah"). Seorang pendeta Inggris Stephen Hales membuat publikasi pertama mengenai pengukuran tekanan darah pada tahun 1733.[86] [87] Deskripsi hipertensi sebagai suatu penyakit datang dari, di antaranya, Thomas Young pada

tahun 1808 dan Richard Bright pada tahun 1836.[86] Laporan pertama tentang tekanan darah

yang meningkat pada seseorang tanpa bukti adanya penyakit ginjal dibuat oleh Frederick Akbar Mahomed (1849–1884).[88] Namun, hipertensi sebagai sebuah entitas klinis baru

muncul pada 1896 dengan ditemukannya sfigmomanometer menggunakan manset oleh

Scipione Riva-Rocci pada 1896.[89] Dengan penemuan ini, pengukuran tekanan darah dapat

dilakukan di klinik. Pada 1905, Nikolai Korotkoff mengembangkan teknik tersebut dengan mendeskripsikan bunyi Korotkoff yang terdengar saat arteri diauskultasi dengan stetoskop pada saat manset sfigmomanometer dikempiskan.[87]

Menurut sejarah, pengobatan untuk apa yang disebut dengan "penyakit nadi keras (hard pulse disease)" terdiri dari penurunan jumlah darah melalui pengeluaran darah atau penggunaan

lintah.[86]Yellow Emperor dari Cina, Cornelius Celsus, Galen, dan Hippocrates menyarankan

pengeluaran darah.[86] Pada abad ke-19 dan ke-20, sebelum adanya terapi farmakologi yang

efektif untuk hipertensi, digunakan tiga modalitas pengobatan, semuanya dengan berbagai efek samping. Modalitas ini mencakup pembatasan ketat konsumsi natrium (contohnya, diet nasi[86]), simpatektomi (ablasi bedah pada bagian sistem saraf simpatis), dan terapi pirogen

(penyuntikan zat yang menyebabkan demam, secara tidak langsung menurunkan tekanan darah).[86][90] Zat kimia pertama untuk hipertensi, natrium tiosianat, digunakan pada 1900

namun memiliki banyak efek samping dan kurang disukai.[86] Beberapa jenis obat lainnya

dikembangkan setelah Perang Dunia Kedua. Yang paling disukai dan cukup efektif adalah

tetrametilamonium klorida dan turunannya heksametonium, hidralazin, dan reserpin (turunan dari tumbuhan obat Rauwolfia serpentina). Terobosan besar dicapai dengan penemuan obat oral pertama yang dapat ditoleransi dengan baik. Yang pertama klorotiazid, diuretiktiazid

pertama, yang dikembangkan dari antibiotik sulfanilamid dan mulai tersedia pada 1958.[86][91]

Obat ini meningkatkan ekskresi garam dan mencegah akumulasi cairan. Uji klinik acak terkontrol yang disponsori oleh Veterans Administration membandingkan hidroklorotiazid

(13)

komplikasi dibandingkan pasien yang diobati, dan dirasakan tidak etis untuk tidak memberikan pengobatan kepada mereka. Penelitian tersebut dilanjutkan pada kelompok pasien dengan tekanan darah yang lebih rendah dan menunjukkan bahwa bahkan pada pasien dengan hipertensi ringan, pengobatan dapat mengurangi hampir lebih dari setengah risiko kematian akibat penyakit kardiovaskuler.[92] Pada 1975, Lasker Special Public Health Award

diberikan kepada tim yang telah mengembangkan klorotiazid.[90] Hasil penelitian ini

mendorong kampanye kesehatan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran terhadap hipertensi dan mempromosikan pengukuran dan pengobatan tekanan darah tinggi.

Pengukuran ini tampaknya telah memegang sebagian peranan dalam penurunan angka stroke dan penyakit jantung iskemik sebesar 50% antara 1972 dan 1994.[90]

Masyarakat dan budaya

Kesadaran

Grafik menunjukkan perbandingan prevalensi kesadaran, pengobatan dan pengendalian hipertensi antara empat penelitian NHANES[81]

World Health Organization telah mengidentifikasi hipertensi, atau tekanan darah tinggi, sebagai penyebab utama mortalitaskardiovaskuler. World Hypertension League (WHL), sebuah organisasi yang menaungi 85 organisasi masyarakat dan liga hipertensi nasional, menyatakan bahwa lebih dari 50% orang yang terkena hipertensi di seluruh dunia tidak menyadari kondisi mereka.[93] Untuk mengatasi masalah ini, WHL merintis suatu kampanye

hipertensi di seluruh dunia pada 2005 dan menetapkan tanggal 17 Mei sebagai Hari

Hipertensi Dunia (WHD). Selama tiga tahun terakhir, semakin banyak organisasi masyarakat dari berbagai negara yang terlibat dalam WHD dan mulai melakukan kegiatan inovatif untuk menyampaikan pesan mereka kepada masyarakat. Pada 2007, tercatat ada 47 negara anggota WHL yang berpartisipasi. Selama pekan WHD, semua negara ini bermitra dengan pemerintah setempat, organisasi profesi, organisasi non-pemerintah, dan industri swasta untuk

mempromosikan kesadaran mengenai hipertensi tersebut melalui beberapa media dan kampanye masyarakat. Dengan menggunakan media massa seperti Internet dan televisi, pesan tersebut menjangkau lebih dari 250 juta orang. Dengan semakin meningkatnya momentum ini dari tahun ke tahun, WHL yakin bahwa hampir semua dari sekitar 1,5 milyar orang yang terkena tekanan darah tinggi dapat dijangkau.[94]

Segi ekonomi

(14)

memperkirakan biaya kesehatan langsung dan tidak langsung dari tekanan darah tinggi sebesar $76,6 milyar pada 2010.[83] Di Amerika Serikat, 80% orang yang mengalami

hipertensi menyadari kondisi mereka dan 71% mengonsumsi obat antihipertensi. Namun, hanya 48% orang yang mengetahui bahwa mereka mengalami hipertensi, melakukan

pengendalian hipertensi secara adekuat.[83] Diagnosis, pengobatan, atau kontrol tekanan darah

tinggi yang tidak cukup dapat mengganggu tata laksana hipertensi.[95]Penyedia layanan kesehatan menghadapi banyak kendala dalam mencapai pengendalian tekanan darah,

termasuk penolakan terhadap penggunaan beberapa obat untuk mencapai target tekanan darah yang diharapkan. Pasien juga mengalami kesulitan mematuhi jadwal minum obat dan

mengubah gaya hidup. Meskipun demikian, target tekanan darah sangat mungkin dapat dicapai. Menurunkan tekanan darah berarti mengurangi biaya untuk perawatan medis yang lebih lanjut.[96][97]

Kesadaran

Grafik menunjukkan perbandingan prevalensi kesadaran, pengobatan dan pengendalian hipertensi antara empat penelitian NHANES[81]

World Health Organization telah mengidentifikasi hipertensi, atau tekanan darah tinggi, sebagai penyebab utama mortalitaskardiovaskuler. World Hypertension League (WHL), sebuah organisasi yang menaungi 85 organisasi masyarakat dan liga hipertensi nasional, menyatakan bahwa lebih dari 50% orang yang terkena hipertensi di seluruh dunia tidak menyadari kondisi mereka.[93] Untuk mengatasi masalah ini, WHL merintis suatu kampanye

hipertensi di seluruh dunia pada 2005 dan menetapkan tanggal 17 Mei sebagai Hari

Hipertensi Dunia (WHD). Selama tiga tahun terakhir, semakin banyak organisasi masyarakat dari berbagai negara yang terlibat dalam WHD dan mulai melakukan kegiatan inovatif untuk menyampaikan pesan mereka kepada masyarakat. Pada 2007, tercatat ada 47 negara anggota WHL yang berpartisipasi. Selama pekan WHD, semua negara ini bermitra dengan pemerintah setempat, organisasi profesi, organisasi non-pemerintah, dan industri swasta untuk

Gambar

Gambar pembuluh vena dari Exercitatio anatomica de motu cordis et sanguinis in animalibus karya Harvey (“Suatu Praktik Anatomi mengenai Pergerakan Jantung dan Darah pada Makhluk Hidup”)
Grafik menunjukkan perbandingan prevalensi kesadaran, pengobatan dan pengendalian hipertensi antara empat penelitian  NHANES [81]

Referensi

Dokumen terkait

10 Jika sekoci penolong yang memenuhi Peraturan 42 atau 43 yang ada di kapal, harus dilengkapi suatu rentang dewi-dewi yang dilengkapi dengan tali penyelamat dengan panjang

nngpta Tbtap : Anggota Tbtap : Anggota Tbtap 3 Anggota lbtap : Angpta Tbtap 3 AngEota Tletap. Anggota-Anggota ridak Tbtap pada lGlcrryok penbalnran Bidang

Proses pembentukan pirofilit pada daerah penelitian tidak lepas dari tatanan stratigrafi daerah penelitian dan proses geologi yang terjadi pada daerah penelitian, dimana pada

Manfaat dari penelitian ini adalah hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan peneliti dalam mengetahui Gambaran Pemenuhan Kebutuhan Kasih Sayang Lansia UPT

Fraksi larut air ekstrak etanolik pisang kapas dosis 0,25 g/kgBB dapat menurunkan kadar glukosa darah tikus yang dibebani glukosa sebesar 22,28 ± 0,76 % dengan senyawa

Status gizi batita berdasarkan PB/U dan BB/U yang tidak berhubungan dengan usia ibu menikah dini dapat terjadi karena usia ibu saat menikah pertama kali,

Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah hubungan antara (1) mendeskripsikan hasil belajar IPS dalam kemampuan kognisi dan keterampilan sosial

Jika Anda sanggup memahami program kali ini, maka Anda bisa memanfaatkannya untuk membuat aplikasi yang mampu mem-parse masukan dari QLineEdit menjadi isi dari berkas teks..