BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Peran serta tenaga kerja dalam pembangunan nasional semakin meningkat
dengan disertai berbagai tantangan dan resiko yang dihadapinya. Tenaga kerja juga
merupakan sumber daya yang paling berharga bagi kelangsungan usaha perusahaan.
Oleh karena itu kepada tenaga kerja perlu diberikan perlindungan, pemeliharaan dan
peningkatan kesejahteraan, sehingga pada gilirannya akan dapat meningkatkan
produktivitas kerja.
Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) adalah merupakan
program publik yang memberikan perlindungan bagi tenaga kerja untuk mengatasi
risiko sosial ekonomi tertentu yang penyelenggaraannya menggunakan mekanisme
asuransi sosial. Sebagai program publik, Jamsostek memberikan hak dan membebani
kewajiban secara pasti bagi pengusaha dan tenaga kerja, haknya berupa santunan
tunai dan pelayanan medis, sedangkan kewajiban peserta adalah tertib administrasi
dan membayar iuran.1
Penyelenggaraan program Jamsostek diatur dalam Undang Undang Nomor 3
tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek). Sedangkan peraturan
pelaksananya dituangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 14 tahun 1993 tentang
Penyelengaraan Jamsostek, Peraturan Pemerintah Nomor 36 tahun 1995 tentang
Penunjukan PT.Jamsostek (Persero) Selaku Badan Penyelenggara Undang Undang
Nomor 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, Keputusan Presiden
Nomor 22 tahun 1993 tentang Penyakit Yang Timbul Karena Hubungan Kerja dan
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER 05 Tahun 1993 Juncto Peraturan
Menteri Tenaga Kerja Nomor 12 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Pendaftaraan,
Pembayaran Iuran, Pembayaran Santunan, dan Pelayanan.2
PT Jamsostek (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara yang ditunjuk oleh
Peraturan Pemerintah Nomor 36 tahun 1995 sebagai Badan Penyelanggara UU
Nomor 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, menyelenggarakan 4
(empat) program yaitu: Jaminan Hari Tua (JHT), Jaminan Kematian (JK), Jaminan
Kecelakaan Kerja (JKK) dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK).
Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) adalah salah satu program
Jamsostek yang diselenggarakan oleh PT. Jamsostek (Persero) yang membantu
tenaga kerja dan keluarganya mengatasi masalah kesehatan, mulai dari upaya
pencegahan penyakit, pelayanan kebutuhan alat bantu peningkatan fungsi organ
tubuh, sampai dengan pengobatan secara efektif dan efisien di klinik atau rumah
sakit.
PT. Jamsostek (Persero) selaku Badan Penyelenggara tidak dapat
melaksanakan sendiri program JPK tersebut, namun dalam pelaksanaan pemberian
pelayanan kesehatan bagi peserta JPK-Jamsostek, maka Badan Penyelenggara harus
bekerjasama dengan Pelaksana Pelayanan Kesehatan (PPK) yang terdiri dari PPK
tingkat pertama yaitu Puskesmas, balai pengobatan / klinik kesehatan dan rumah
bersalin. Sedangkan PPK tingkat kedua sebagai sarana pelayanan kesehatan lanjutan
dari PPK tingkat pertama terdiri dari rumah sakit, apotik, optik dan perusahaan alat
kesehatan. Dalam penulisan tesis ini kajian dibatasi hanya terhadap pemberian
pelayanan kesehatan rawat jalan tingkat pertama bagi peserta JPK-Jamsostek di klinik
kesehatan.
Hubungan hukum yang terjadi antara subyek hukum yang satu yaitu PT.
Jamsostek (Persero) dengan subyek hukum yang lain yaitu klinik kesehatan adalah
hubungan hukum yang menimbulkan hak dan kewajiban bagi para pihak dalam
rangka memberikan pelayanan kesehatan kepada peserta JPK-Jamsostek. Subyek
hukum yang satu berhak atas prestasi dan begitu juga subyek hukum yang lain
berkewajiban untuk melaksanakan prestasinya sesuai dengan yang telah disepakati.
Pada dasarnya suatu perjanjian dibuat berlandaskan asas kebebasan
berkontrak diantara dua pihak yang mempunyai kedudukan yang seimbang dan kedua
belah pihak berusaha untuk mecapai suatu kesepakatan yang diperlukan bagi
terjadinya perjanjian melalui suatu proses negosiasi diantara mereka. Menurut Agus
Yudha Hermoko3 ”kebebasan berkontrak merupakan perwujudan dari kehendak bebas, pancaran hak asasi manusia yang perkembangannya dilandasi semangat
liberalisme yang mengagungkan kebebasan individu”.
Dalam sistem hukum nasional Indonesia, asas ini diimplementasikan pada
hukum perjanjian sebagaimana diatur di dalam Pasal 1338 KUH Perdata yang
memberikan kebebasan bagi setiap orang untuk melakukan perjanjian dengan siapa
saja yang dikehendakinya dan bebas menentukan isi perjanjian yang akan dilakukan
serta bebas menentukan bentuk dan cara melakukan perjanjian.
Berdasarkan prinsip asas kebebasan berkontrak inilah maka Buku III
KUHPerdata menganut sistem terbuka, sesuai dengan isi Pasal 1338 ayat (1) KUH
Perdata yaitu : ”segala perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai
undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Namun pergertian terbuka disini tidaklah
terbukan mutlak tanpa batas, tapi dibatasi oleh undang-undang, kesusilaan dan
ketertban umum (Pasal 1317 KUHPerdata).
Penerapan asas ini mengindikasikan adanya keseimbangan kepentingan,
keseimbangan dalam pembagian beban risiko dan keseimbangan posisi tawar
(bargaining position). Tetapi perlu disadari kadangkala para pihak yang melakukan
negosiasi dalam perjanjian tersebut berada pada kedudukan yang tidak seimbang,
dalam arti terdapat dua pihak yang mempunyai kekuatan tidak berimbang, yaitu
antara pihak yang mempunyai posisi tawar kuat dengan pihak yang lemah posisi
tawarnya, yang pada akhirnya juga dapat melahirkan perjanjian yang merugikan salah
satu pihak.
Salah satu bentuk perjanjian yang pada praktiknya berpotensi merugikan
pihak tertentu adalah perjanjian standar. Latar belakang lahirnya perjanjian standar
pemerintah yang mengadakan perjanjian kerjasama untuk menciptakan/melindungi
kepentingannya dengan membuat syarat-syarat tertentu secara sepihak.
Hal ini memperlihatkan bahwa adanya kecenderungan bahwa banyak
perjanjian di dalam transaksi bisnis yang terjadi bukan melalui proses negosiasi yang
seimbang di antara para pihak, tetapi perjanjian itu terjadi dengan cara pihak yang
satu telah menyiapkan syarat-syarat baku pada suatu formulir perjanjian yang sudah
di cetak dan kemudian di sodorkan kepada pihak lainya untuk disetujui dengan
hampir tidak memberikan kebebasan sama sekali kepada pihak lainya untuk
melakukan negosiasi ataupun meminta perubahan syarat-syarat yang telah ditetapkan
secara sepihak tersebut. Artinya disini berlaku prinsip take it or leave it bagi pihak
yang posisinya lebih lemah, yang dalam hal ini tidak adanya pilihan bebas
menentukan pilihannya.4 Pihak yang lemah hanya memiliki dua pilihan, yaitu
menerima begitu saja syarat atau ketentuan-ketentuan yang diajukan oleh pihak yang
lebih kuat kedudukannya atau menolaknya, Penetapan secara sepihak ini biasanya
menimbulkan masalah karena bersifat berat sebelah.”5 Selanjutnya Syahmin Ak mengatakan ”diantara klausula baku yang dinilai memberatkan dalam suatu
perjanjian baku adalah klausula eksonerasi atau klausula eksemsi.”6 Perjanjian yang demikian itu dinamakan perjanjian standar atau perjanian baku atau perjanjianadhesi7
4Badrulzaman, Mariam Darus,Perjanjian Kredit Bank, (Bandung : Alumni, 1989), hal. 53 5
Syahmin Ak,Hukum Kontrak Internasional, (Jakarta : Raja Grafindo Perdasa, 2006), hal. 41 6
Ibid
Meskipun diliputi kondisi yang kontroversial, tetapi secara kasat mata dapat
dilihat bahwa kontrak baku selalu muncul dalam perjanjian-perjanjian yang terjadi.
Salah satu yang menjadi alasannya adalah praktis, akan tetapi sebenarnya lebih
didasarkan pada usaha meminimalisir terjadinya kerugian pada pihak pembuat.8 Berbagai klausula eksonerasi dirumuskan di dalamnya, sehingga tampak
perlindungan hukum yang diberikan kepada pihak yang kedudukannya lemah sangat
kurang sekali. Dengan demikian asas kebebasan berkontrak sebagai asas utama dalam
hukum perjanjian tidak terakomodasi dengan baik, yang selanjutnya juga kurang
mencerminkan rasa keadilan.
Rijken mengatakan bahwa klausul eksonerasi adalah klausul yang
dicantumkan dalam suatu perjanjian dengan mana satu pihak menghindarkan diri
untuk memenuhi kewajibannya membayar ganti rugi seluruhnya atau terbatas yang
terjadi karena ingkar janji atau perbuatan melanggar hukum.9
PT. Jamsostek Kantor Cabang Binjai telah bekerjasama dengan beberapa
klinik kesehatan yang tersbar di wilayah kerjanya untuk menyelenggarakan program
jaminan pemeliharaan kesehatan bagi tenaga kerja beserta keluarganya yang terdaftar
sebagai peserta JPK-Jamsostek (tertanggung). Dalam perjanjian kerjasama tersebut
pihak klinik selaku Pelaksana Pelayanan Kesehatan (PPK) rawat jalan tingkat
pertama adalah pihak yang berada pada posisi yang lemah, Pihak klinik sama sekali
tidak diikutsertakan dalam proses pembuatan perjanjian, apalagi untuk turut
8Pohan P,
Penggunaan Kontrak Baku Dalam Praktek Bisnis Di Indonesia, (Jakarta : Majalah BPHN, 2006), hal. 61
menentukan dan merubah isi dan syarat-syarat perjanjian, karena rancangan
perjanjian tersebut telah dipersiapkan secara sepihak oleh PT.Jamsostek selaku Badan
Penyelenggara yang mempunyai posisi lebih kuat.
Dengan demikian dalam perjanjian kerjasama ini cenderung mengabaikan
salah satu asas utama dalam perjanjian yaitu asas kebebasan berkontrak. Asas
kebebasan berkontrak merupakan ”suatu asas yang memberikan kebebasan kepada
para pihak untuk membuat atau tidak membuat perjanjian, mengadakan perjanjian
dengan siapapun, menentukan isi perjanjian dan menentukan bentuk perjanjiannya
apakah tertulis atau lisan.”10 Dalam Asas ini para pihak diasumsikan mempunyai
kedudukan yang seimbang, dengan demikian diharapkan akan muncul kontrak atau
perjanjian yang adil dan seimbang bagi para pihak.
Berdasarkan hal tersebut maka pihak klinik merasa bahwa pengaturan hak dan
kewajiban dalam perjanjian kerjasama ini tidak adil dan sangat memberatkannya,
sehingga dalam pelaksanaan perjanjian kerjasama tersebut timbul adanya
kecurangan-kecurangan berupa penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh
pihak klinik sebagai bentuk perlawanan dari ketidakadilan dan ketidakseimbangan
pengaturan hak dan kewajiban.
Perjanjian kerjasama yang sudah ditandatangani merupakan salah satu aspek
perlindungan hukum bagi para pihak. Hal ini dikarenakan perjanjian dapat menjadi
dasar hukum yang kuat untuk menegakkan perlindungan hukum bagi para pihak. Jika
10
salah satu pihak melanggar isi perjanjian, maka pihak yang lain dapat menuntut pihak
yang melanggar tersebut sesuai dengan hukum yang berlaku. Pasal 1338 ayat (1)
KUHPerdata yang menegaskan bahwa perjanjian yang dibuat secara sah diantara para
pihak, berlaku sebagai undang undang bagi para pihak yang melakukan perjanjian itu
atau setiap perjanjian mengikat kedua belah pihak.
Pembahasan kebebasan para pihak dalam berkontrak sering kali dikaitkan
dengan keseimbangan para pihak. Adanya anggapan bahwa kontrak yang terjalin
antara para pihak yang tidak memberikan kebebasan bagi kedua belah pihak dalam
proses pembuatan kontrak yang seimbang, maka kontrak yang demikian dianggap
tidak adil dan berat sebelah, sehingga memunculkan upaya untuk mencari dan
menggali temuan-temuan baru di bidang hukum kontrak agar dapat menyelesaikan
problematika ketidakseimbangan dalam hubungan kontraktual akibat dilanggarnya
asas kebebasan berkontrak.
Berdasarkan uraian tersebut maka penulis akan melakukan penulisan Tesis
dengan judul Asas Kebebasan Berkontrak dalam Perjanjian Kerjasama Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan Antara PT Jamsostek Dengan Klinik Kesehatan Swasta Di
Kota Binjai.
B. Rumusan Permasalahan
1. Bagaimanakah pengaturan dan bentuk perjanjian kerjasama jaminan
pemeliharaan kesehatan antara PT. Jamsostek (Persero) dengan klinik kesehatan
2. Bagaimana penerapan asas kebebasan berkontrak dalam perjanjian kerjasama
jaminan pemeliharaan kesehatan antara PT Jamsostek dan klinik kesehatan
swasta ?
3. Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap para pihak dan peserta Jamsostek
dalam perjanjian kerjasama jaminan pemeliharaan kesehatan antara PT
Jamsostek dan klinik kesehatan swasta?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui dan menganalisa pengaturan dan bentuk perjanjian
kerjamasama jaminan pemeliharaan kesehatan antara PT. Jamsostek (Persero)
dengan klinik kesehatan swasta di kota Binjai
2. Untuk mengetahui dan menganalisa penerapan asas kebebasan berkontrak
dalam perjanjian kerjasama jaminan pemeliharaan kesehatan antara PT
Jamsostek dan klinik kesehatan swasta .
3. Untuk mengetahui dan menganalisa perlindungan hukum terhadap para pihak
dan peserta Jamsostek dalam perjanjian kerjasama jaminan pemeliharaan
kesehatan
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran di
bidang hukum guna mengembangkan disiplin ilmu hukum, khususnya hukum
perjanjian dan sebagai bahan masukan atau informasi pada penelitian lebih lanjut.
2. Secara Praktis
Secara praktis hasil penelitian ini dapat menjadi rujukan dalam upaya
perbaikan kontrak perjanjian kerjasama jaminan pemeliharaan kesehatan bagi peserta
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan hasil penelusuran sementara dan pemeriksaan yang telah
dilakukan baik di perpustakaan pusat maupun pada perpustakaan Magister
Kenotariatan di lingkungan Universitas Sumatera Utara, sejauh yang diketahui tidak
ada ditemukan judul yang sama dengan penelitian ini.
Penelitian mengenai perjanjian kerjasama yang dilakukan oleh PT.Jamsostek
memang sudah pernah dilakukan, namun pada objek, lokasi dan tinjauan yang
berbeda, yaitu penelitian atas nama : Sinta Mauly Agnes Tamba (NIM : 06701108),
dengan judul Perlindungan Hukum Terhadap Pasien Rawat Inap Jamsostek Sebagai
Konsumen Jasa Pelayanan Kesehatan (Studi Kasus di Rumah Sakit Umum Sari
Mutiara Medan). Permasalahan yang dibahas dalam penelitian tersebut adalah
bagaimana perlindungan hukum kepada pasien rawat inap yang mengutamakan
Jamsostek dalam mendapatkan jasa pelayanan kesehatan, hambatan-hambatan yang
dihadapi oleh rumah sakit umum dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan terhadap
pasien rawat inap dan perlindungan hukum yang diberikan rumah sakit umum yang
mengikatkan diri dalam perjanjian kerjasama dengan Jamsostek. Oleh karena itu
penelitian ini asli adanya, artinya secara akademik penelitian ini dapat
dipertanggungjawabkan keasliannya, karena belum ada yang melakukan penelitian
yang sama dengan judul penelitian ini.
F. Kerangka Teori dan Konsepsi
1. Kerangka Teori
Seiring dengan perkembangan masyarakat pada umumnya, peraturan hukum
bergantung pada metodelogi, aktivitas penelitian dan imajinasi sosial sangat
ditentukan oleh teori.”11
“Teori digunakan untuk menerangkan dan menjelaskan gejala spesifik untuk
proses tertentu terjadi, dan suatu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada
fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenarannya.”12
Kerangka teori adalah “kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori
tesis mengenai suatu kasus atau permasalahan yang menjadi bahan perbandingan
penulis dibidang hukum.”13 Suatu kerangka teori bertujuan untuk “menyajikan cara-cara untuk mengorganisasikan dan menginterpretasikan hasil-hasil penelitian dan
menghubungkannya dengan hasil-hasil penelitian terdahulu.”14 Kata lain dari kerangka teori adalah “kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis,
mengenai suatu kasus atau permasalahan yang menjadi bahan perbandingan atau
pegangan teoritis dalam penelitian.”15
Fungsi teori dalam penelitian ini adalah untuk memberikan arahan dan
meramalkan serta menjelaskan gejala yang terjadi, karena penelitian ini merupakan
penelitian hukum normatif, maka kerangka teori diarahkan secara khas ilmu hukum.
Penelitian ini berusaha untuk memahami asas kebebasan berkontrak dalam
perjanjian kerjasama pelayanan kesehatan antara PT.Jamsostek (Persero) dengan
11 Soejono Soekamto, Pengantar Peneltian Hukum, (Jakarta : Universitas Indonesia Press, 1982), hal.6
12JJJ M. Wuismen,Penelitian Ilmu Sosial,Jilid 1, Penyunting M. Hisman,(Jakarta : Fakultas Ekonimi Universitas Indonesia, 1996), hal. 203
13M. Solly Lubis,
klinik kesehatan di Kota Binjai secara yuridis, artinya memahami objek penelitian
sebagai hukum yakni sebagai kaidah hukum atau sebagai isi kaidah hukum
sebagaimana yang ditentukan dalam peraturan-peraturan yang berkaitan dengan
masalah hukum perjanjian.
Pembahasan tentang hubungan kontraktual para pihak, pada hakikatnya tidak
dapat dilepaskan dalam hubungannya dengan masalah keadilan. Kontrak sebagai
wadah yang mempertemukan kepentingan satu pihak dengan pihak lain menuntut
bentuk pertukaran kepentingan yang adil.
Suatu perbuatan hukum dilakukan bertujuan untuk memperoleh keadilan.
Keadilan hanya bisa dipahami jika ia diposisikan sebagai keadaan yang hendak
diwujudkan oleh hukum. “Upaya untuk mewujudkan keadilan dalam hukum
merupakan proses yang dinamis yang memakan banyak waktu, upaya ini seringkali
juga didominasi oleh kekuatan-kekuatan yang bertarung dalam kerangka umum
tatanan politik untuk mengaktualisasikannya.”16
Sesuai dengan rumusan permasalahan yang diangkat, maka teori yang dipakai
sebagai pisau analisis dalam menganalisa permasalahan dalam penulisan tesis ini
adalah teori keadilan yang dipelopori oleh John Rawls, melalui karya besarnya A
Theory of Justice, Rawls dikenal sebagai salah seorang filsuf Amerika kenamaan di
akhir abad ke-20. John Rawls dipercaya sebagai salah seorang yang memberi
pengaruh pemikiran cukup besar terhadap diskursus mengenai nilai-nilai keadilan
hingga saat ini.
Teori ini mengungkapkan bagaimana tujuan filosofis dan hukum yaitu
keadilan harus tergenapi dalam sebuah kontrak/perjanjian. Intisari hukum adalah
membawa aturan yang adil dalam masyarakat, dan oleh karenanya pengertian
tradisional yang menggabungkan hukum dengan etika (yakni keadilan) tetap dapat
dipertahankan.17
Satjipto Raharjo telah mencatat rumusan atau pengertian keadilan yang
diunkapkan oleh beberapa pakar18:
a. Keadilan adalah kemauan yang bersifat tetap dan harus menerus untuk memberikan kepada setiap orang apa yang semestinya untuknya (iustitia est constans et perpetua voluntas ius suum cuique tribuendi-Ulpinus)
b. Setiap orang bebas untuk menentukan apa yang akan dilakukannya asal ia tidak melanggar kebebasan yang sama dari orang lain. (Hernert Spencer) c. John Rawls mengkopsesikan keadilan sebagai fairness, yang mengandung
asas-asas bahwa orang-orang yang merdeka dan rasional yang berkehendak untuk mengembangkan kepentingan-kepentingannya, diharapkan mendapat kedudukan yang sama pada saat akan memulainya dan itu merupakan syarat yang fundamental bagi mereka untuk memasuki perhimpunan yang mereka kehendaki.
Pemikiran tentang hukum kodrat pada masa Yunani Kuno, sesungguhnya
bermula dari suatu gerakan pemikiran manusia yang telah berkembang lama
mengenai pengertian keadilan yang abadi, yaitu suatu keadilan yang tidak
berubah-ubah sifatnya, yang dinyatakan dalam setiap kekuasaan manusia dan jika ditemui
ketidakadilan dalam tindakannya, maka hukuman akan dikenakan terhadapnya.19
17Theo Huijbers,Filsafat Hukum, (Yogyakarta : Kanisius, 1995), hal. 77 18Satjipto Raharjo,Ilmu Hukum,(Bandung : Citra Aditya, 2000), hal. 163-164) 19E. Fernando, M, Manulang,
Memang secara hakiki, dalam diskursus hukum, sifat dari keadilan itu dapat
dilihat dalam 2 (dua) arti pokok, yakni dalam arti formal yang menuntut bahwa
hukum itu berlaku secara umum, dan dalam arti materil, yang menuntut agar setiap
hukum itu harus sesuai dengan cita-cita keadilan masyarakat.20
Pemetaan dua arus utama pemeikiran keadilan ini kemudian ditegaskan
kembali oleh Rawls. John Rawls menjelaskan perihal aliran keadilan juga terbagi
menjadi 2 (dua) arus utama, yakni pertama adalah aliran etis dan aliran kedua
institutif. Aliran yang pertama menghendaki keadilan yang mengutamakan hak
daripada manfaat keadilan itu sendiri, sementara yang kedua adalah sebaliknya yaitu
lebih mengutamakan manfaat daripada hak. John Ralws mengemukakan suatu ide
dalam bukunya A Theory of Justice, bahwa teori keadilan merupakan suatu metode
untuk mempelajari dan menghasilkan keadilan. Keadilan menurut Rawls adalah
sebagai fairness, atau istilah Black’s Law Dictionary “equal time doctrine” yaitu
suatu keadaan yang dapat diterima akal secara umum pada waktu tertentu tentang apa
yang benar.21
Rawls menyebut keadilan dengan istilah fairness karena dalam membangun
teorinya Rawls berangkat dari suatu posisi asli (original position), dimana ketika
setiap individu memasuki kontrak sosial itu mempunyai kebebasan (liberty). Posisi
asli itu adalah suatu status quo awal yang menegaskan bahwa kesepakatan
fundamental yang dicapai dalam kontrak sosial adalah fair. Berdasarkan fakta
20
Frans Magnis Suseno,Etika Umum : Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral,(Yogyakarta : Kanisius, 1983), hal. 18
21 Luhut M.P Pangaribuan,Lay Judges dan Hakim Ad Hoc, Suatu Studi Teoritis Mengenai Sistem
adanya “original position” ini kemudian melahirkan istilah “keadilan sebagai
fairness”22.
Rawls mencoba menawarkan suatu bentuk penyelesaian yang terkait dengan
problematika keadilan dengan membangun teori keadilan berbasis kontrak. Menurut
John Rawls teori keadilan yang memadai harus dibentuk dengan pendekatan kontrak,
dimana asas-asas keadilan yang dipilih bersama benar-benar merupakan hasil
kesepakatan bersama dari semua person yang bebas, rasional dan sederajat. Hanya
melalui pendekatan kontrak sebuah teori keadilan mampu menjamin pelaksanaan hak
dan sekaligus mendistribusikan kwajiban secara adil bagi semua orang. Oleh
karenanya dengan tegas Rawls mengatakan bahwa suatu konsep keadilan yang baik
haruslah bersifat kontraktual, konsekuensinya setiap konsep keadilan yang tidak
berbasis kontraktual harus dikesampingkan demi kepentingan keadilan itu sendiri23 Teori Ralws didasarkan atas dua prinsip yaitu persamaan hak (equal right)
dan juga kesetaraan ekonomi (economic equality). Dalam equal right dikatakannya
keadilan harus diatur dalam tatanan leksikal, yaitu prinsip perbedaan akan bekerja
jika hak dasar (basic right)tidak ada yang dicabut (tidak ada pelanggaran hak asasi
manusia). Kemudian economic equality sebagai implikasi dari equal right, yaitu
kesetaraan ekonomis akan tercipta jika tidak melanggar hak asasi manusia.24 Kedua prinsip dari John Rawls ini saling berhubungan dalam rangka membentuk keadilan.25
Berdasarkan uraian teori keadilan John Rawls tersebut dapat disimpulkan
bahwa untuk menciptakan keadilan yang ditekankan adalah harus adanya pemenuhan
22Ibid
23
Agus Yudha Hernoko, Op. Cit, hal. 55 24
Andra Ata Ujan, Keadilan dan Demokrasi, Telaah Teori Keadilan John Rawls,
hak dasar sehingga prinsip ketidaksetaraan dapat dijalankan, atau dengan kata lain
ketidaksetaraan secara ekonomi akanvalidjika tidak merampas hak dasar manusia.
Kebebasan antara para pihak untuk mengadakan perjanjian kerjasama
pemberian pelayanan kesehatan sebagai perwujudan dari hak dasar individu (basic
rights), namun hak dasar tersebut tidak boleh disalahgunakan oleh pihak yang
mempunyai kedudukan ekonomi lebih kuat.
Dengan memperhatikan hak dasar (basic rights)antara para pihak, kesetaraan
dalam sisi ekonomi(ekonomic equality)akan terwujud. Hubungan kausalitas antara 2
(dua) prinsip Rawls ini akan membentuk keadilan bagi para pihak dalam perjanjian
kerjasama pemberitan pelayanan kesehatan.
2. Konsepsi
Peranan konsep dalam penelitian adalah untuk menghubungkan dunia teori
dan observasi, antara abstraksi dan realitas.26 Konsep diartikan sebagai kata yang menyatukan abstraksi yang digeneralisasikan dari hal-hal khusus yang disebut
definisi operasional.27
Konsepsi akan dijadikan pegangan dalam melakukan penelitian atau
penguraian sehingga akan memudahkan penulis dan orang lain memahami
batasan-batasan atau pengertian-pengertian yang dikemukakan. Berikut didefinisikan
beberapa konsep dasar guna menyamakan persepsi, yaitu :
a. Perjanjian kerjasama Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK)
Perjanjian kerjasama Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) Jamsostek
adalah suatu bentuk persetujuan tentang hubungan hukum antara subyek
hukum yang satu yaitu PT. Jamsostek (Persero) selaku Badan Penyelenggara
dengan subyek hukum yang lain yaitu klinik kesehatan swasta sebagai
Pelaksana Pelayanan Kesehatan (PPK) rawat jalan tingkat pertama untuk
memberikan pelayanan kesehatan kepada peserta JPK-Jamsostek sesuai
dengan standar dan prosedur pelayanan yang telah ditetapkan.
b. Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) adalah suatu perlindungan bagi
tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian
dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat
peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan
kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua dan meninggal dunia;28
c. PT Jamsostek (Persero) adalah Badan Penyelenggara yaitu Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) berbentuk badan hukum yang bidang usahanya
menyelenggarakan program Jaminan Sosial Tenaga Kerja yang ditetapkan
oleh Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1995 Tentang Penetapan Badan
Penyelenggara Program Jamsostek;
d. Badan Penyelenggara adalah badan hukum yang bidang usahanya
menyelenggarakan program Jaminan Sosial Tenaga Kerja.29
e. Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK)-Jamostek adalah suatu
program yang diselenggarakan oleh PT.Jamsostek dalam upaya
penanggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan
pemeriksaan, pengobatan, dan atau perawatan termasuk kehamilan dan
persalinan;30
f. Peserta Jamsostek adalah tenaga kerja beserta keluarganya yang diikut
sertakan dalam program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) Jamsostek
oleh perusahaan tempatnya bekerja melalui PT.Jamsostek (Persero) selaku
Badan Penyelenggara
g. Pelaksana Pelayanan Kesehatan (PPK) adalah orang atau badan yang ditunjuk
oleh Badan Penyelenggara untuk memberikan pelayanan kesehatan.
h. Klinik kesehatan swasta yaitu balai pengobatan sebagai Pelaksana Pelayanan
Kesehatan (PPK) tingkat pertama yang merupakan usaha perorangan yang
didirikan berdasarkan ijin dari Dinas Kesehatan setempat dan diitunjuk oleh
Badan Penyelenggara untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi peserta
JPK-Jamsostek
G. Metode Penelitian
“Penelitian adalah pencarian atas sesuatu (inquery) secara sistematis dengan
penekanan bahwa pencaharian ini dilakukan terhadap masalah-masalah yang dapat
dipecahkan”31. Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk menempel
gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisanya.32
30 Buku Petunjuk Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Bagi Pelaksana Pelayanan Kesehatan (PPK), Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan, (Jakarta : PT. Jamsostek, 2007), hal.4
31
Soemitro Ronny Hanitijo,Metodelogi Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1990), hal. 11
Metode penelitian yang dipakai dalam penulisan tesis ini adalah sebagai
berikut :
1. Sifat dan Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif analitis artinya hasil penelitian ini berusaha
memberikan gambaran secara menyeluruh, mendalam tentang suatu keadaan atau
gejala yang diteliti33.
Sesuai dengan sifat penelitian dalam penulisan ini yaitu deskriptif analitis,
maka penelitian ini dilakukan dengan cara menganalisa dan memberikan gambaran
secara menyeluruh dan mendalam tentang perjanjian kerjasama Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan antara PT. Jamsostek dengan klinik kesehatan swasta di
Kota Binjai.
Jenis penelitian yang digunakan untuk mengkaji penulisan ini adalah
penelitian yuridis normatif, yaitu dilakukan dengan cara meneliti bahan kepustakaan
(library research) atau data sekunder yang meliputi peraturan perundang-undangan,
dokumen-dokumen yang relevan dengan permasalahan yang diteliti atau melihat
hukum dari aspek normatif.
Menurut Peter Mahmud Marzuki penelitian yuridis normatif adalah suatu
proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum maupun
doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi.34 Dilakukan dengan cara mengkaji dokumen-dokumen perjanjian kerjasama pelayanan kesehatan dengan
menggunakan tolak ukur asas kebebasan berkontrak, asas konsensualisme, asas
keseimbangan maupun keadilan yang dapat disimpulkan dari pasal-pasal perjanjian
tersebut dan data sekunder lainnya yang terkait dengan permasalahan
2. Sumber Data
Dalam penulisan ini sumber data yang digunakan diperoleh dari data sekunder
yang meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier
dan data primer, yaitu sebagai berikut :
a. Data Sekunder
1) Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan
mengikat yang terdiri dari Peraturan Perundang-undangan, catatan-catatan
resmi dan ketentuan-ketentuan lain yang terkait dengan penelitian ini serta
dokumen perjanjian kerjasama Jaminan Pemeliharaan Kesehatan, yaitu :
a) Perjanjian Kerjasama antara PT. Jamsostek dengan Klinik Kesehatan
”Sehat Sehati” Nomor : Per/17/122011
b) Perjanjian Kerjasama antara PT. Jamsostek dengan Klinik Kesehatan
”Keliat” Nomor : Per/14/122011
c) Perjanjian Kerjasama antara PT. Jamsostek dengan Klinik Kesehatan
”Sehat Adhisma Husada” Nomor : Per/07/122011
2) Bahan hukum sekunder, yaitu berupa semua publikasi hukum yang bukan
merupakan dokumen-dokumen resmi seperti buku-buku teks, kamus-kamus
hukum, hasil penelitian, hasil seminar, hasil karya dari kalangan hukum,
makalah, majalah dan sebagainya, serta dokumen-dokumen lainnya yang
3) Bahan hukum tersier atau bahan hukum penunjang yaitu mencakup bahan
yang memberi petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan
sekunder, seperti kamus umum dan eksiklopedia dalam penelitian ini.
b. Data Primer
Data primer digunakan untuk melakukan konfrontirterhadap berbagai macam
data sekunder yang telah diperoleh dalam rangka melakukan penegasan. Data primer
diperoleh melalui wawancara secara langsung terhadap pihak terkait untuk
pemecahan masalah yang masih memerlukan informasi lebih lanjut guna melakukan
dan memastikanvalidasiterhadap data sekunder yang telah diperoleh
3. Tehnik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini, baik data sekunder maupun data primer diperoleh
dengan melakukan penelitian kepustakaan(library research).Penelitian kepustakaan
yakni upaya penelitian untuk memperolah data dari penelusuran literatur
kepustakaan, peraturan perundang-undangan, majalah, koran, artikel dan sumber
lainnya yang berhubungan dengan objek penelitian ini. Selain itu guna mendukung
data primer yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan tersebut, dilakukan juga
dengan wawancara secara langsung dan mendalam, terarah dan sistematis ditujukan
kepada narasumber terkait dalam perjanjian ini sebagai data pendukung guna
melengkapi data yang diperlukan dalam penulisan tesis ini, yaitu terhadap :
a. Pimpinan Kantor Cabang PT. Jamsostek (Persero) Binjai;
c. Kabid Pelayanan JPK-Jamsostek Kantor Cabang PT. Jamsostek (Persero)
Binjai
4. Analisis Data
Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan menguraikan data ke
dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan
dapat dirumuskan hipotesa kerja yang disaratkan data.35
Keseluruhan data atau bahan yang diperoleh dianalisis dengan pendekatan
kualitatif, yaitu metode analisis data dengan mengelompokkan dan menyeleksi data
yang diperoleh menurut kualitas dan kebenaran, kemudian dihubungkan dengan
peraturan perundang-undangan, pendapat para ahli dari studi kepustakaan dengan
dengan menggunakan metode deduktif. Metode deduktif dilakukan dengan cara
membaca, menafsirkan dan membandingkan, sehingga diperoleh kesimpulan yang
benar dan akurat sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan.