• Tidak ada hasil yang ditemukan

pangan fungsional epriliati jurnal teknologi (2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "pangan fungsional epriliati jurnal teknologi (2)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

TEKNOLOGI PANGAN FUNGSIONAL MAKALAH

Disusun oleh: Kelompok 8 THP C

Armidha Aji P 121710101126

Corin Lailatul K 121710101094 Naili Mawaddatur R 121710101136 Sigit Satria Putra 121710101111

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

(2)

1. Rumusan Pangan Fungsional dan Istilah Lainya Dari Referensi A. Pangan Fungsional

Wildman (2001) menjelaskan pangan fungsional sebagai pangan alami (sebagai contoh, buah-buahan dan sayur-sayuran) atau pangan olahan yang mengandung komponen bioaktif sehingga dapat memberikan dampak positif pada fungsi metabolisme manusia.Definisi lain yang dijelasakan oleh Wildman (2001)yaitu pangan fungsional merupakan pangan olahan yang mengandung bahan-bahan yang berdasarkan kajian ilmiah mempunyai fungsi fisiologis tertentu, tidak membahayakan, dan bermanfaat bagi kesehatan.Kalra (2003)menambahkan bahwa pangan fungsional dapat bertindak sebagai nutraceutical. Sebaagai contoh dapat digunakan sebagai bahan fortifikasi pada produk susu.

FAO tahun 2007 menjelaskan pangan fungsional memiliki persamaan dengan makanan konvensional dari segi tampilannya. Namun terdapat perbedaanyaitu makanan fungsional menunjukkan manfaat fisiologis dan dapat mengurangi risiko penyakit kronis, termasuk pemeliharaan kesehatan. Makanan yang dimasak atau diolah dengan menggunakan "scientific intelligence" maka makanan tersebut disebut sebagai "pangan fungsional". Dengan demikian, makanan fungsional memberikan gizi pada tubuh dengan jumlah yang diperlukan seperti vitamin, lemak, protein, karbohidrat, dll yang diperlukan untuk kelangsungan hidup sehat.Di dalam The First Internasional Conferensi East- West Perspective on Fungsional Foods tahun 1996terdapat definisi lain tentang pangan fungsional, yaitu pangan yang karena kandungan komponen aktifnya dapat memberikan manfaat bagi kesehatan, diluar manfaat yang diberikan oleh zat-zat gizi yang terkandung di dalammya

(3)

dikonsumsi sebagai mana layaknya makanan atau minuman, mempunyai karakteristik sensori berupa penampakan, warna dan tekstur dan cita rasa yang dapat diterima oleh konsumen, tidak memberikan kontraindikasi dan tidak memberikan efek samping pada jumlah penggunaan yang dianjurkan terhadap metabolisme zat gizi lainnya.Pangan fungsional berupa pangan yang dapat dikonsumsi setiap saat oleh yang memerlukannya, jadi bukan berbentuk kapsul atau tablet. Jika diperhatikan berdasarkan fungsinya, maka pangan fungsional dapat berguna untuk meningkatkan daya tahan tubuh, mencegah penyakit, memulihkan kondisi tubuh, dan menghambat proses penuaan.

B. Nutraceutical

Brower (1998) menjelaskan bahwa istilah "nutraceutical" diciptakan dari istilah "nutrition" dan "pharmaceutical" oleh Stephen DeFelice, MD, pendiri dan ketua Yayasan untuk Inovasi dalam Kedokteran (FIM)pada tahun 1989. DeFelice (1989) mendefinisikan nutraceutical sebagai makanan (atau bagian dari makanan) yang memberikan manfaat medis atau kesehatan, termasuk pencegahan dan/atau pengobatan suatu penyakit. Trottier el al (2010) membedakan istilah nutraceuticaldengan pangan fungsional. Ketika pangan fungsional digunakan dalam pencegahan dan/atau pengobatan penyakit dan/atau gangguan selain anemia, itu disebut nutraceutical.

Menurut Karla (2003) ada persamaan antara pangan fungsional dan nutraceutical, yaitu pangan fungsional dapat bertindak sebagai nutraceutical. Sebaagai contoh, nutraceuticaldapat digunakan sebagai bahan fortifikasi pada produk susu maupun indutri jus. Dalam penelitian terdahulu oleh Broer (1998) beberapa zat yang terkandung di dalam makanan alamiseperti vitamin E, selenium, vitamin D, teh hijau, kedelai, dan likopen adalah contoh dari nutraceuticalsyang telah dipelajari secara luas dalam kesehatan manusia.

(4)

melengkapi fungsi diet tetapi juga harus membantu dalam pencegahan dan/atau pengobatan penyakit dan/atau gangguan kesehatan; dan (2) nutraceuticals digunakan sebagai makanan konvensional atau sebagai item tunggal makan. Laparra dan Sanz (2010) menambahkan bahwa komponen tersebut memainkan peran yang bermanfaat di luar gizi dasar, yang mengarah ke pengembangan dari konsep pangan fungsional dan nutraceuticals.

Defelice (1989) suatu definisi mengenai nutraceutical yaitu suatu substansi yang berasal dari makanan atau bagian dari makanan yang memiliki efektifitas dalam pengobatan atau kesehatan, termasuk untuk pencegahan dan mengobati penyakit. Produk-produk merupakannutraceutical isolate nutrisi, supplement food, dan makanan yang diproses dengan teknologi. Produk nutraceutical dibagi dalam dua tipe yaitu; “Potential Nutraceutical” (belum didukung oleh data klinis) dan “Established Nutraceutical” (telah didukung oleh data klinis yang terbukti efektif untuk kesehatan).Pembuatan produk nutraceutical menggunakan bahan dasar makanan sehingga aman untuk tubuh manusia dan melalui proses pembuatan seperti produk farmasi/obat yaitu melalui tahapan yang panjang yaitu uji pra klinis, uji klinis (4 tahap) dan uji pasca pemasaran yang dapat membuktikan efikasi/efektifitasnya.

C. Food Suplemen

(5)

mineral, asam amino, enzim, hormon, antioksidan, herba, probiotik. Tersedia dalam bentuk sediaan tunggal atau kombinasi untuk mendapatkan pengobatan tertentu.

Menurut US Dietary Supplement Health and Education Act (DSHEA) tahun 1994, suplemen didefinisikan dengan menggunakan beberapa kriteria; yaitu (a) produk (selain tembakau) untuk melengkapi diet atau mengandung satu atau lebih bahan makanan berikut: vitamin, mineral, herbal, asam amino, zat makanan untuk digunakan oleh manusia untuk melengkapi diet dengan meningkatkan total asupan harian, metabolit, ekstrak, atau kombinasi dari bahan-bahan ini (Zeisel, 1999), (b) produk yang ditujukan untuk konsumsi berupa pil, kapsul, tablet, atau bentuk cair, (c) produk tidak digunakan sebagai makanan konvensional atau sebagai satu-satunya item makan atau diet, (d) apa pun produk yang telah dicap sebagai "suplemen makanan", dan (e) produk seperti obat yang baru disetujui, seperti antibiotik (Karla, 2003).

Suplemen kesehatan atau disebut juga diatery supplement adalah produk kesehatan yang mengandung satu atau lebih zat yang bersifat nutrisi atau obat. Yang bersifat nutrisi termasuk vitamin, mineral dan asam-asam amino, sedangkan yang bersifat obat umumnya diambil dari tanaman atau jaringan tubuh hewan yang memiliki khasiat sebagai obat. Pada umumnya, suplemen makanan kesehatan berasal dari bahan-bahan alami tanpa bahan kimia (harus murni) dan merupakan saripati bahan makanan (konsentrat). Kemudian berkembang produk food supplement dengan dosis tinggi (konsentrat) atau yang mengandung herbal tertentu untuk membantu pengobatan. Namun suplemen merupakan makanan pendamping bukan pengganti makanan. Suplemen makanan pada umumnya mengandung vitamin dan mineral yang tidak dapat diproduksi oleh tubuh. Dari segi penggelompokkannya, suplemen tersebut adalah vitamin, mineral, asam amino, enzim, hormon, antioksidan, herba, probiotik. Tersedia dalam bentuk sediaan tunggal atau kombinasi untuk mendapatkan pengobatan tertentu.

(6)

E. Medical Food

Medical food adalah makanan yang diformulasikan dengan penyediaan dukungan gizi untuk individu yang tidak dapat mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang cukup dalam bentuk biasa, atau dengan penyediaan dukungan gizi khusus bagi pasien yang perlu kebutuhan fisiologis dan gizi yang khusus (Godberg, 1994).

2. Rumusan Pangan Fungsional dan Istilah Lainya Dari Hasil Diskusi Kelompok a) Pangan Fungsional

Pangan fungsional merupakan makanan dan minuman yang mengandung berbagai jenis komponen aktif dan apabila dikonsumsi setiap hari akan memberikan efek sehat bagi tubuh serta dapat mencegah timbulnya penyakit. Pangan fungsional dapat memberikan efek sehat tetapi tidak boleh diklaim sebagai makanan untuk pengobatan. Pangan fungsional dapat berupa makanan segar maupun produk makanan olahan dari bahan alami. Makanan tersebut harus melalui pengujian efek sehat menggunakan pegujian secara klinis.

b) Medical Food

Medical Food adalah makanan yang diformulasikan dengan kandungan gizi tertentu untuk individu yang tidak sehat sebagai penyedia dukungan gizi dan penggunaanya harus dalam pengawasan dokter. Medical Food tersedia dalam berbagai bentuk yaitu tablet, kapsul, syrup, tetes, tablet kunyah maupun granul. Medical Food terbuat dari bahan-bahan sintetis dan harus dilakukan pengujian terhadap efek sehatnya secara klinis.

c) Nutraceuticals

(7)

Produk tersebut terbuat dari 100% bahan organik dan tanpa komponen sintetis. Contohnya : betakaroten, antioksidan, dsb.

d) Suplemen Pangan

Suplemen pangan adalah bahan makanan yang hampir menyerupai produk obat-obatan dari segi penampilan dan penggunaanya. Suplemen pangan bukan sebagai pengganti sumber gizi sehari-hari, melainkan suplemen pangan berfungsi sebagai penambah zat gizi dalam tubuh. resiko terserangnya penyakit. Suplemen pangan tterbuat dari bahan organik (alami) maupun sintetis yang tersedia dalam berbagai bentuk, antara lain: tablet, tablet kunyah, tablet evvervescen, tablet hisap, serbuk, kapsul, kapsul lunak, granul, pastiles atau produk cair berupa tetes, syrup, dan larutan.

e) Obat Herbal

Obat herbal adalah suatu obat yang digunakan sebagai praktek terapi dan telah digunakan selama ratusan tahun, sebelum berkembangnya obat-obatan modern sekarang ini. Penggunaan dari obat herbal terutama adalah untuk terapi, dimana obat herbal terdiri dari bahan baku yang diperoleh dari alam. Bahan baku pembuatan obat herbal adalah bahan-bahan alami seperti rempah-rempah

3. Persamaan dan Perbedaan Pangan Fungsional dengan Medical food, Nutraceuticals, Suplemen Pangan, dan Obat Herbal

Terdapat beberapa istilah yang berhubungan dengan pangan fungsional, antara lain nutraceutical, suplemen, medical food dan obat herbal. Istilah-istlah tersebut memiliki persamaan, namun juga terdapat perbedaan konsep. Berikut ditampilkan persamaan dan perbedaan konsep pangan fungsional nutraceutical, suplemen, medical food dan obat herbal.

Tabel 1. Persamaan dan perbedaan pangan fungsional Karakteristik Pangan

(8)

bahan

pangan alami bahan panganalami (organik)

berasal dari bahan alami dan sintetis

bahan alami

(herbal) bahan alami (organik) dan sintetis Pengujian Efek sehat

atau

(9)
(10)

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, Yuliani. 2007. Pangan Fungsional : Makanan untuk Kesehatan. Artikel pangan fungsional, diakses pada 29 Maret 2013

Brower, V. Nutraceuticals: poised for a healthy slice of the healthcare market? Nat. Biotechnol. 1998, 16, 728-731.

Diplock A, Aggett PJ, Ashwell M, Bornet F, Fern EB, Roberfroid MB, ed. 1999. "Scientific Concepts of Functional Foods in Europe Consensus Document"

Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO). Report on Functional Foods, Food Quality and Standards Service (AGNS), 2007.

Available online: http://www.fao.org/ag/agn/

agns/files/Functional_Foods_Report_Nov2007.pdf

Goldberg, I. 1999. Functional Foods (Designer Foods, Pharmafoods, Nutraceuticals) (dalam bahasa English). Maryland: Aspen Publishers. ISBN 0-8342-1688-4.

Kalra, E.K. Nutraceutical–Definition and Introduction. AAPS PharmSci. 2003, 5, 25. Available online: http://www.aapsj.org/view.asp?art=ps050325

(11)

Laparra, J.M.; Sanz, Y. Interactions of gut microbiota with functional food components and

Nugraheni, Mutiara.2008. Peranan Makanan Bagi Manusia. Jurusan PTBB, FT UNY. Artikel, diakses pada 29 Maret 2013

nutraceuticals. Pharmacol. Res. 2010, 61, 219-225.

Silalahi, Jansen. 2006. Makanan Fungsional. Yogyakarta : Penerbit Kanisius

Trottier, G.; Bostrom, P.J.; Lawrentschuk, N.; Fleshner, N.E. Nutraceuticals and prostate cancer prevention: a current review. Nat. Rev. Urol. 2010, 7, 21-30.

Wildman, REC. 2001. Handbook of Functional Food and Nutraceuticals (dalam bahasa English). Boca Raton: CRC Press. ISBN 0-8493-8734-5.

Yamada. K, Sato-Mito N, Nagata J, Umegaki K. 2008. Health claim evidence requirements in Japan. The Journal of Nutrition (dalam bahasa English) (American Society for Nutrition) 138: 1192S–1198S.

Referensi

Dokumen terkait

INSTITUT BISNIS DAN INFORMATIKA STIKOM

Pada saat tersebut, begitu arus mengalir melalui terminal S pada voltage regulator melewati R2 dan Zener diode (ZD) ke dasar transistor Tr2, maka Tr2 akan ON. Disini tegangan

Pengumpulan data yang digunakan adalah studi dokumentasi untuk mengetahui jumlah halte yang terdapat di Kota Surakarta, observasi lapangan untuk memperoleh data

Hingga kini sebagian besar sarjana masih menganut the secondary heterologous infection hypothesis atau the sequential infection hypothesis yang menyatakan bahwa DBD

Ada dua hal penting yang perlu diperhatikan dalam terapi cairan khususnya pada penatalaksanaan demam berdarah dengue: pertama adalah jenis cairan dan kedua adalah jumlah

Semua pihak yang telah membantu terlaksananya kegiatan PPL 2 di SMK ) " ' Semarang ini, yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu;. 7. Rekan-rekan seperjuangan PPL di SMK

Anemia aplastik adalah anemia kegagalan sumsum tulang ditandai adanya pansitopenia dengan sebagian besar kasus terjadi kelainan sumsum tulang hypoplasia.. Insidennya adalah 3-6

lipat dari kondisi server nonvirtual yang memiliki presentase sisa memori sebesar. 83 persen menjadi 3,8 persen pada kondisi virtual