• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS EFEKTIVITAS HALTE ANGKUTAN UMUM KOTA SURAKARTA TAHUN 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS EFEKTIVITAS HALTE ANGKUTAN UMUM KOTA SURAKARTA TAHUN 2010"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

ANALISIS EFEKTIVITAS HALTE ANGKUTAN UMUM

KOTA SURAKARTA TAHUN 2010

Skripsi Oleh : Siti Nur Muslihah

NIM K 5405033

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

ANALISIS EFEKTIVITAS HALTE ANGKUTAN UMUM

KOTA SURAKARTA TAHUN 2010

Oleh : Siti Nur Muslihah

NIM K 5405033

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Geografi

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(3)

commit to user PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I

Drs. Partoso Hadi, M.Si

NIP. 19520706 197603 1 007

Pembimbing II

Yasin Yusup, S.Si, M.Si

(4)

commit to user PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima

untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari :

Tanggal :

Tim Penguji Skripsi :

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Drs.Djoko Subandriyo, M.Pd ...

Sekretaris : Rita Noviani, S.Si,M.Sc ...

Anggota I : Drs. Partoso Hadi, M.Si ...

Anggota II : Yasin Yusuf, S.Si, M.Si ...

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Dekan,

(5)

commit to user ABSTRAK

Siti Nur Muslihah ANALISIS EKEKTIVITAS HALTE ANGKUTAN UMUM DI KOTA SURAKARTA TAHUN 2010. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret, Juli 2011.

Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) Mengetahui persebaran halte angkutan umum di Kota Surakarta, (2) Mengetahui efektivitas halte angkutan umum di Kota Surakarta.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif spasial. Satuan analisisnya adalah halte angkutan umum yang terdapat pada jalan arteri dan jalan kolektor. Pengumpulan data yang digunakan adalah studi dokumentasi untuk mengetahui jumlah halte yang terdapat di Kota Surakarta, observasi lapangan untuk memperoleh data kondisi halte, pemenuhan kriteria halte, penempatan halte di jalan raya dan penumpang yang naik dan turun di halte. Kuesioner untuk memperoleh data persepsi penumpang tentang halte. Wawancara dilakukan dengan pengemudi angkutan umum dan kondektur angkutan umum untuk mengetahui persepsi pengemudi dan kondektur. Teknik sampling yang digunakan adalah convenience sampling yaitu pengambilan sampel responden berdasarkan kemudahan untuk mendapatkan data. Teknik analisis faktor penentu efektivitas halte adalah dengan deskriptif spasial dengan luaran berupa Peta Kondisi Halte, Peta Pemenuhan Kriteria Lokasi Halte, Peta Penempatan Halte Terhadap Ruang Lalu Lintas. Analisis efektivitas halte dengan scoring tiap indikator penentu efektivitas halte dengan luaran berupa Peta Efektivitas Halte Angkutan Umum. Rekomendasi pembangunan dan pemindahan lokasi halte berpedoman pada ketentuan dari Dinas Perhubungan dengan luaran berupa Peta Rekomendasi Penempatan Halte Angkutan Umum.

(6)

commit to user ABSTRACT

Siti Nur Muslihah ANALYSIS OF THE EFFECTIVENESS OF PUBLIC TRANSPORT STOPS IN SURAKARTA 2010. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Sebelas Maret University, July 2011.

Purposes of this research are: (1) Know the spread of public transit stops in Surakarta, (2) Know the effectiveness of public transport stops in Surakarta.

This research uses descriptive spatial method. Unit of analysis is bus stop on arterial roads and collector roads. Collection of data used is the study of the documentation to determine the number of bus stops located in Surakarta. Field observations to obtain data bus stop condition, the fulfillment of the stop criteria, the placement of bus stops on the highway, passengers up and down at the bus stop. Questionnaire used to obtain data about the passenger perception of bus stops. Interviews were conducted with the bus driver and bus conductor to know the perception of the driver and conductor. Sampling technique used was convenience sampling of respondents based on convenience sampling to obtain the data. Determinants of the effectiveness technical analysis is a output of descriptive spatial map of the stop condition, the fulfillment of criteria for location bus stops map, map of the placement bus stops on the traffic space. The effectiveness analysis stops with the scoring of each indicator determining the effectiveness output of a map of the effectiveness the stop of public transport stop. Recommendation building and removal location bus stops based on the provisions of the Transport Department with of map and advice on the placement output of public transport stop.

(7)

commit to user MOTTO

Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua.

(Aristoteles)

Mimpi adalah kunci untuk kita menaklukkan dunia. Berlarilah, tanpa lelah sampai

engkau meraihnya (Laskar Pelangi, Nidji)

Satu impian tujuh tindakan

(Ipho)

Kita hanya bisa berencana dan ALLAH yang menentukan

(8)

commit to user PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan kepada :

Alloh yang selalu memberikan kemudahan dan kelancaran

Ibu dan Bapak atas kesabaran, nasehat dan motivasinya

Adikku Dyah dan Adikku Osy atas motivasinya

Mas Rusdi atas cinta kasih, motivasi dan kesabaran menunggu

Qiqi, Nada dan Affifah terima kasih atas semangat dan motivasinya

Sahabat Geografi 2005 terima kasih atas persahabatan yang telah diberikan

(9)

commit to user KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah rahmat-Nya

hingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Atas keterlibatan berbagai

pihak pula proses penyusunan skripsi ini bisa berhasil. Oleh karenanya, penulis

menghaturkan banyak terimakasih kepada :

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

atas ijin yang telah diberikan.

2. Kepala Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial atas ijin yang telah

diberikan.

3. Ketua Program Studi Pendidikan Geografi atas ijin yang telah diberikan.

4. Bapak Drs. Partoso Hadi, M.Si selaku Pembimbing I atas bimbingan dan

motivasi yang telah diberikan.

5. Bapak Yasin Yusuf, S.Si, M.Si selaku Pembimbing II atas bimbingan dan

motivasi yang telah diberikan.

6. Ibu Pipit Wijayanti, S.Si, M.Sc selaku Pembimbing Akademik atas bimbingan

yang telah diberikan.

7. Bapak Drs.Djoko Subandriyo, M.Pd selaku Ketua Tim Ujian Skripsi.

8. Ibu Rita Noviani, S.Si,M.Sc selaku Sekretaris Ujian Skripsi.

9. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Geografi, atas ilmu yang telah

dibagikan.

10.Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya Kota Surakarta.

11.Dinas Bina Marga Kota Surakarta.

12.Dinas Pekerjaan Umum Kota Surakarta.

13.Adikku Dyah yang menemani penelitian dan membantu menterjemahkan

artikel dan abstrak.

14.Mas Rusdi atas semangat, motivasi dan marahnya ketika adik malas.

15.Risky, Nada, Intan, Darsini, Ardian dan Tri Wahyuni, Inez yang telah

membantu pengambilan data.

16.Sahabat Geografi_05 atas motivasi kalian selama ini.

(10)

commit to user

18.Seluruh pihak yang telah membantu, yang tidak dapat penulis sebutkan satu

per satu.

Kiranya penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, saran dan

masukan yang membangun sangat diharapkan dan semoga bermanfaat.

Surakarta, Juli 2011

(11)
(12)

commit to user

6. Bangkitan Pergerakan ... 14

7. Jaringan Jalan Perkotaan ... 15

9. Lokasi ... 17

8. Efektivitas Halte Angkutan Umum ... 18

B. Penelitian yang Relevan ... 20

C. Kerangka Pemikiran ... 24

BAB III. METODE PENELITIAN... 25

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 25

1. Tempat Penelitian ... 25

2. Waktu Penelitian ... 25

B. Bentuk dan Strategi Penelitian ... 25

1. Bentuk Penelitian ... 25

1. Persebaran Halte Angkutan Umum ... 32

2. Efektivitas Halte Angkutan Umum ... 32

3. Analisis Jangkauan Halte ... 40

H. Prosedur Penelitian ... 41

1. Tahap Pra Penelitian ... 41

(13)

commit to user

3. Tahap Akhir ... 42

BAB IV. HASIL PENELITIAN ... 43

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 43

1. Letak, Luas dan Batas ... 43

2. Penggunaan Lahan ... 47

3. Penduduk ... 48

B. Transportasi Kota ... 50

1. Kondisi Umum Transportasi ... 50

2. Jaringan Prasarana ... 51

C. Pembahasan ... 58

1. Kondisi Halte Angkutan Umum ... 58

2. Penempatan Lokasi Halte ... 66

3. Penempatan Halte di Jalan Raya... 80

4. Efektivitas Halte Angkutan Umum ... 86

5. Karakteristik Pengguna Halte ... 93

6. Keterjangkauan Halte Dengan Fasilitas Umum ... 93

BAB V. PENUTUP ... 100

A. Kesimpulan ... 100

B. Implikasi ... 100

C. Saran ... 102

DAFTAR PUSTAKA ... 104

(14)

commit to user DAFTAR TABEL

1. Jumlah Moda Transportasi ... 2

2. Penentuan Jarak antar Halte Ditinjau dari Penggunaan Lahan ... 5

3. Penentuan Jarak antar Halte ... 11

4. Jalan Menurut Kelas Jalan dalam Pasal 11 PP No.43 Tahun 1993 Tentang Prasarana dan Lalu Lintas ... 16

5. Parameter dan Besarnya Tingkat Efektivitas Halte Angkutan Umum ... 19

6. Waktu Penelitian... 25

7. Jenis dan Sumber Data Penelitian ... 28

8. Skor Kondisi Halte Angkutan Umum ... 33

9. Jarak antar Halte ... 34

10.Skor Penempatan Halte di Jalan Raya ... 35

11.Skor Jarak Pandang Penumpang saat Menunggu di Halte ... 35

12.Skor Keamanan Penumpang ... 36

13.Skor Jarak Pandang Terhadap Kendaraan Lain ... 36

14.Skor Gangguan Terhadap Kendaraan Lain ... 37

15.Skor Jarak Halte dengan Fasilitas Pejalan Kaki ... 37

16.Skor Gangguan Terhadap Lalulintas Saat Berhenti ... 38

17.Skor Efisiensi Halte ... 38

18.Luas Kota Surakarta Tahun 2008 ... 44

19.Penggunaan Lahan Kota Surakarta Tahun 2008 ... 47

20.Jumlah dan Tingkat Kepadatan Penduduk Tahun 2008 ... 49

21.Jumlah Sarana Angkutan ... 50

22.Panjang dan Lebar Jalan Menurut Status ... 51

23.Kondisi Jalan di Kota Surakarta ... 52

24.Nama, Tipe dan Luas Terminal di Kota Surakarta ... 54

25.Letak Halte Kota Surakarta Tahun 2006 ... 55

26.Sebaran Halte di Kota Surakarta ... 56

27.Kondisi Halte Angkutan Umum Kota Surakarta ... 59

(15)

commit to user

29.Klasifikasi Kondisi Halte Angkutan Umum ... 61

30.Pemenuhan Kriteria Penempatan Halte Menurut LPKM ... 66

31.Kelas Interval PemenuhanKriteria Penempatan Halte ... 67

32.Klasifikasi Pemenuhan Kriteria Penempatan Halte ... 68

33.Jumlah Penumpang yang Naik Halte ... 72

34.Jarak antar Halte ... 76

35.Kelas Interval Jarak antar Halte ... 77

36.Jarak antar Halte Kota Surakarta ... 78

37.Klasifikasi dan Skor Jarak antar Halte ... 79

38.Penempatan Halte di Jalan Raya ... 81

39.Kelas Interval Penempatan Halte di Jalan Raya ... 82

40.Klasifikasi Penempatan Halte di Jalan Raya ... 83

41.Penjumlahan Skor Tiap Parameter Penentu Efektivitas Halte ... 86

42.Klasifikasi Nilai Efektivitas Halte ... 87

43.Tingkat Efektivitas Tiap Halte Angkutan Umum Kota Surakarta ... 88

(16)

commit to user DAFTAR GAMBAR

1. Bus menaikkan penumpang tidak di halte ··· ··· 3

2. Halte yang dijadikan tempat parkir mobil ··· ··· 6

3. Bangkitan dan Tarikan ··· ··· 15

4. Skema kerangka pemikiran ··· ··· 24

5. Grafik perbandingan penggunaan lahan Kota Surakarta ··· 48

6. Halte Rs.Kasih Ibu dengan kondisi baik ··· ··· 63

7. Halte Center Point dengan kondisi sedang ··· ··· 63

8. Halte SMA N 7 dengan kondisi rusak··· ··· 64

9. Halte dengan atap sedikit lubang pada atap kondisi sedang ··· 64

10. Halte Jurug sedang mengalami perbaikan··· ··· 65

11. Halte Mesen yang sedang mengalami perbaikan ···· ··· 65

12. Halte yang jarak pandang penumpang terhalang pohon ··· 69

13. Jarak pandang penumpang terhalang oleh mobil parkir ··· 69

(17)

commit to user DAFTAR PETA

Peta 1. Administrasi ··· ··· 46

Peta 2. Jaringan Jalan Kota Surakarta ··· ··· 53

Peta 3. Sebaran Lokasi Halte Kota Surakarta ··· ··· 57

Peta 4. Kondisi Halte ··· ··· 62

Peta 5. Pemenuhan Kriteria Lokasi Halte ··· ··· 74

Peta 6. Lokasi Halte Terhadap Ruang Lalu lintas ···· ··· 85

Peta 7. Efektivitas Lokasi Halte ··· ··· 92

Peta 8. Keterjangkauan Halte Efektivitas Tinggi ··· ··· 95

Peta 9. Keterjangkauan Halte Efektivitas Sedang ···· ··· 97

Peta 10. Keterjangkauan Halte Efektivitas Rendah ·· ··· 99

(18)

commit to user 1

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.

Dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia akan

melakukan mobilitas dari daerah yang satu ke daerah lainnya. Hal ini

dipengaruhi oleh perbedaan karakteristik tiap daerah, perbedaan tersebut

mengakibatkan timbulnya interaksi antar wilayah sehingga timbul mobilitas

yang semakin besar, serta akan timbul permasalahan yang semakin

kompleks. Kompleksitas permasalahan transportasi perkotaan semakin

bertambah karena sistem angkutan umum yang tidak baik. Angkutan umum

sebagai salah satu elemen sistem transportasi perkotaan yang memegang

peran sangat penting bagi daerah perkotaan.

Kota yang baik dapat dilihat dari sistem angkutan umumnya. Sektor

transportasi tersebut harus bisa memberikan kemudahan (aksesibilitas) bagi

seluruh masyarakat dalam segala kegiatannya di semua lokasi yang berbeda

dan tersebar dengan karakteristik yang berbeda. Sistem angkutan umum

yang baik harus bisa menjangkau sebagaian besar wilayah perkotaan.

Kecenderungan masyarakat menggunakan moda transportasi

semakin tinggi. Kebutuhan akan angkutan umum yang tidak diimbangi

dengan pelayanan dan kinerja yang baik mengakibatkan masyarakat lebih

memilih kendaraan pribadi ketimbang angkutan umum. Pertumbuhan

(19)

commit to user

No Jenis kendaraan Tahun (unit)

2006 2007 2008 2009

210.264 220.541 240.041 257.753

Sumber: DLLAJ UPPD Dinas Pendapatan Propinsi Jawa Tengah Cabang Surakarta (SAMSAT)

Berdasarkan tabel diatas tingkat pertumbuhan angkutan umum lebih

kecil bila dibandingkan tingkat pertumbuhan kendaraan pribadi. Hal ini

menunjukkan keberadaan angkutan pribadi mendominasi di Kota Surakarta.

Kondisi tersebut menunjukkan sedikit sekali masyarakat yang menggunakan

angkutan umum, hal tersebut juga dipengaruhi karena pelayanan angkutan

umum, kinerja angkutan umum dan fasilitas pendukung angkutan umum

yang kurang layak dan kurang diperhatikan.

Angkutan umum merupakan salah satu sarana penting yang dapat

membantu mobilitas masyarakat, sebagai sarana transportasi yang penting

fasilitas pendukung dan pelayanan angkutan umum juga harus diperhatikan.

Angkutan umum yang didominasi oleh bus dan angkot terasa masih kurang

nyaman, kurang aman dan kurang efisien. Karena tidak memiliki jadwal

yang teratur dan suka ngetem di sembarang tempat. Sehingga calon

penumpang menjadi berpikir ulang untuk menggunakan angkutan umum,

mengingat pelayanannya yang kurang nyaman dan aman.

Selain segi pelayanan, fasilitas pendukung angkutan umum juga

harus diperhatikan. Salah satu fasilitas pendukung angkutan umum yang

penting dan perlu diperhatikan adalah pemberhentian sementara atau halte.

Halte memiliki peranan yang penting dalam membantu kelarancaran arus

(20)

commit to user

adalah dapat mempermudah para pengguna angkutan umum untuk berganti

moda transprtasi, selain itu halte juga merupakan tempat yang aman untuk

menuggu angkutan umum.

Gambar 1. Bus Yang Menaikan Penumpang Tidak Di Halte.

Kota Surakarta berdiri pada tahun 1745 ditandai dengan

pembangunan Keraton Mataram yang dipindahkan dari Kartasura ke Desa

Sala, di tepi Bengawan Solo. Karena terjadi perpecahan kota ini memiliki

dua sistem administrasi yaitu Kasunanan Surakarta dan Praja

Mangkunegaran. Pada tanggal 16 Juni 1946 Pemerintah RI menghilangkan

kekuasaan politik Kasunanan Surakarta dan Praja Mangkunegaran menjadi

rakyat biasa dan menetapkan Solo sebagai tempat kedudukan dari residen,

yang membawahi Karesidenan Surakarta (Residentie Soerakarta) dengan

luas daerah 5.677 km². Setelah Karesidenan Surakarta dihapuskan pada

tanggal 4 Juli 1950, Surakarta menjadi kota di bawah administrasi Provinsi

(21)

commit to user menjadi daerah yang berstatus Kota Otonom.

Pertumbuhan penduduk yang besar dengan persebaran yang tidak

merata ini mengakibatkan terjadinya mobilitas penduduk yang semakin

besar pula, hal tersebut dipengaruhi karena adanya perbedaan karakteristik

antar daerah. Perbedaan karakteristik yang dimiliki Kota Surakarta ini

mengakibatkan timbulnya interaksi antar wilayah sehingga timbul mobilitas

yang semakin besar.

Seiring dengan semakin pesatnya perkembangan Kota Surakarta,

semakin meningkat pula kebutuhan akan transportasi sehingga

mengakibatkan permasalahan transportasi yang komplek. Permasalahan

transportasi yang komplek ini timbul karena Kota Surakarta merupakan kota

menengah yang mampu mempengaruhi daerah sekitarnya. Hal ini karena

ketersediaan fasilitas yang lengkap mulai fasilitas pendidikan, fasilitas

perekonomian dan fasilitas kesehatan. Sehingga memicu daerah sekitarnya

untuk melakukan mobilitas ke Kota Surakarta.

Angkutan umum merupakan salah satu sarana transportasi yang

terdapat di Kota Surakarta. Salah satu cirinya adalah dapat memindahkan

banyak orang dari suatu tempat ketempat lain. Dengan ciri khasnya tersebut

diharapkan angkutan umum lebih diminati oleh masyarakat ketimbang

kendaraan pribadi yang saat ini lebih mendominasi. Sehingga Keberadaan

angkutan umum dapat mengurangi tingkat kemacetan pada jalan-jalan

utama diperkotaan.

Halte merupakan salah satu dari fasilitas penunjang angkutan

umum yang memberikan kemudahan pada penumpang angkutan umum

untuk berganti moda transportasi yang lain. Selain itu halte juga memiliki

fungsi untuk membantu kelancaran arus lalulintas, dengan adanya halte

angkutan umum hanya diperbolehkan berhenti untuk menurun dan

menaikkan penumpang pada halte yang telah ditentukan bukan disembarang

(22)

commit to user

menurunkan dan/atau menaikkan penumpang yang dilengkapi dengan

bangunan (Departemen Perhubungan, 1996:1).

Tujuan perekayasaan tempat perhentian kendaraan penumpang

umum (TPKPU) adalah :

1. menjamin kelancaran dan ketertiban arus lalu lintas.

2. menjamin keselamatan bagi pengguna angkutan penumpang umum.

3. menjamin kepastian keselamatan untuk menaikkan dan/atau

menurunkan penumpang.

4. memudahkan penumpang dalam melakukan perpindahan moda

angkutan umum atau bus (Departemen Perhubungan, 1996:1)

Penentuan penempatan halte berdasarkan jarak antar halte.

Disajikan pada tabel 2 di bawah.

Tabel 2. Penentuan jarak antar halte ditinjau dari penggunaan lahan(land use)

Sumber : Departemen Perhubungan (1996:3)

Berdasarkan pada tujuan dan jarak antar halte, tempat perhentian

kendaraan umum (halte) di Surakarta masih terdapat beberapa tempat

perhentian angkutan umum (halte) yang kurang memenuhi syarat diatas

sehingga tujuan penempatan halte belum dapat tercapai.

Penempatan lokasi halte di sepanjang rute Terminal

Kartasura-Terminal Palur rata-rata masih belum sesuai dengan standar yang ditetapkan

oleh Dirjen Perhubungan Darat, karena hanya ada tiga buah halte

mempunyai jarak antar halte kurang dari 400 m yaitu halte dekat Kampus

UMS dan RSIS. Halte yang lain jaraknya masih terlalu jauh bahlan ada yang

berjarak 4490 m (Prabowo, 2007:31).

Zona Tata Guna Lahan Lokasi Jarak tempat

henti(m)

1 Pusat kegiatan sangat padat:pasar pertokoan CBD, Kota 200-300

2 Padat: perkantoran, sekolah dan jasa Kota 300-400

3 Permukiman Kota 300-400

4 Campuran padat : perumahan, sekolah, jasa Pinggiran 300-500

5 Campuran jarang : perumahan, ladang,

sawah.

(23)

commit to user

kurang merata, serta terdapat beberapa halte yang telah alih fungsi menjadi

tempat berjualan, ada juga halte yang digunakan untuk tempat parkir. Dari

faktor kenyaman dan keamanan juga dapat mempengaruhi para pengguna

angkutan umum untuk naik dan turun dari angkutan umum dari halte bus.

Gambar 2. Halte Yang Dijadikan Tempat Parkir Mobil

Hal inilah yang memicu para pengguna angkutan umum untuk naik

dan turun disembarang tempat dan dipersimpangan jalan yang dapat

mengganggu kelancaran lalulintas.

Berdasarkan permasalahan diatas, penulis ingin mengetahui seberapa

efektif penempatan halte bus di Kota Surakarta sebagai fasilatas pendukung

angkutan umum. Oleh sebab itu, penulis perlu melakukan penelitian dalam

rangka penyusunan skripsi dengan judul : “Analisis Efektivitas Halte

(24)

commit to user

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di

atas dapat diidentifikasi permasalahan yang timbul sebagai berikut :

1. Kebutuhan sarana transportasi umum yang tinggi tidak diikuti dengan

peningkatan pelayanan dan fasilitas angkutan umum mengakibatkan

masyarakat enggan untuk menggunakannya.

2. Penataan sistem angkutan umum yang belum cukup baik dari segi

pelayanan dan fasilitas penunjangnya.

3. Penempatan halte yang kurang merata mengurangi keinginan

penumpang angkutan umum untuk naik dan turun dari halte.

4. Jarak antar halte angkutan umum yang tidak sesuai mempengaruhi

keinginan calon penumpang angkutan umum untuk naik dan turun di

halte.

C. Pembatasan Masalah

Bertolak dari identifikasi masalah, maka hal-hal yang menjadi

pokok kajian dalam penelitian ini adalah :

1. Penelitian dilakukan pada seluruh halte angkutan umum pada jalan

arteri, jalan kolektor dan jalan lokal yang terdapat di Kota Surakarta.

2. Penelitian dilakukan pada faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

tingkat efektivitas halte angkutan umum yaitu :

a. Kondisi halte angkutan umum yang menyangkut kondisi fisik.

b. Penempatan halte angkutan umum yang menyangkut (1) Lokasi

halte angkutan umum yang meliputi tata letak halte terhadap ruang

lalu lintas dan tata letak halte di jalan raya, (2) jarak antar halte, (3)

kondisi lingkungan sekitar halte, (4) Disesuaikan kebutuhan.

3. Untuk pengukuran jarak antar halte pada penelitian ini diambil

berdasarkan pada halte yang dilalui bus saat berangkat dan halte yang

dilalui bus saat kembali. Jalur keberangkatan bus dari Kartosuro-Palur

(25)

commit to user

1. Bagaimanakah persebaran halte angkutan umum di Kota Surakarta

tahun 2010?

2. Bagaimanakah efektivitas halte angkutan umum di Kota Surakarta

tahun 2010 ?

E. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui persebaran halte angkutan umum di Kota Surakarta tahun

2010.

2. Mengetahui efektivitas halte angkutan umum di Kota Surakarta tahun

2010.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis yang dapat diambil dari penelitian ini adalah

penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah dan pengembangan

ilmu geografi terutama dalam hubungannya dengan geografi transportasi.

Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan

referensi penelitian yang sejenis agar berkesinambungan.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian diharapkan memberikan manfaat kepada instansi yang

terkait tentang pengembangan lokasi halte angkutan umum di

Surakarta.

b. Memberikan sumbangan untuk menambah kompetensi profesional guru

geografi dalam pembelajaran di sekolah khususnya di Sekolah

Menengah Atas (SMA) pada standar kompetensi (1) Mempraktikkan

keterampilan dasar peta dan pemetaan, (2) Memahami Sistem Informasi

Geografi (SIG) sebagai pengetahuan yang harus disampaikan kepada

siswa serta sebagai tools atau alat yang digunakan untuk

(26)

commit to user

lokasi di mana angkutan umum dapat berhenti untuk menaikkan dan menurunkan

penumpang, sesuai dengan pengaturan operasional.

Perhentian yaitu tempat penumpang naik-turun atau berpindah kendaraan.

Selain itu, perhentian diperlukan untuk ketertiban layanan jasa angkutan dan

kelancaran arus lalu lintas, member kepastian tempat berhenti bagi para

pengguna jasa dan member kepastian arus lalu lintas bagi pengendara. (Warpani,

2002:9)

Menurut Dirjen Perhubungan Darat (1996:1), halte adalah tempat

pemberhentian kendaraan penumpang umum untuk menurunkan dan/atau

menaikkan penumpang yang dilengkapi dengan bangunan. Tujuan perekayasaan

tempat perhentian kendaraan penumpang umum (TPKPU) adalah :

a. menjamin kelancaran dan ketertiban arus lalu lintas.

b. menjamin keselamatan bagi pengguna angkutan penumpang umum.

c. menjamin kepastian keselamatan untuk menaikkan dan/atau menurunkan

penumpang.

d. memudahkan penumpang dalam melakukan perpindahan moda angkutan

umum atau bus.

2. Penentuan Lokasi Halte

1) Menurut Dirjen Perhubungan Darat (1996:3) penempatan tempat

perhentian/halte angkutan umum adalah harus memenuhi kriteria :

a) berada di sepanjang rute angkutan umum/bus

b) terletak pada jalur pejalan (kaki) dan dekat dengan fasilitas

(27)

commit to user

c) diarahkan dekat dengan pusat kegiatan atau permukiman

d) dilengkapi dengan rambu petunjuk

e) tidak mengganggu kelancaran arus lalu-lintas.

2) Berdasarkan LPKM (1997) dalam Prabowo (2007:9) lokasi halte angkutan

umum di jalan raya diklasifikasikan menjadi 3 kategori yaitu :

a) Near Side (NS), pada persimpangan jalan sebelum memotong jalan

simpang (cross street)

b) Far Side (FS), pada persimpangan jalan setelah melewati jalan simpang

(cross street)

c) Midblock street (MB), pada tempat yang cukup jauh dari persimpangan

atau ruas jalan tertentu.

3) Tata letak halte terhadap ruang lalu lintas menurut Dirjen Perhubungan

Darat (1996:4):

a) Jarak maksimum halte terhadap fasilitas penyeberang jalan kaki adalah

100 meter.

b) Jarak minimal halte dari persimpangan adalah 50 meter setelah atau

bergantung pada panjang antrian

c) Jarak minimal halte dari gedung yang membutuhkan ketenangan

seperti rumah sakit dan tempat ibadah adalah 100 meter.

d) Peletakan halte di persimpangan menganut sistem campuran yaitu

sesudah persimpangan (far side) dan sebelum persimpangan (near

(28)

commit to user

4) Penentuan lokasi halte berdasarkan jarak antar halte, dapat dilihat pada tabel

3 dibawah.

Tabel 3. Penentuan Jarak Antar Halte

Sumber : Departemen Perhubungan (1996:3)

(Inter City 2005:2) Di Negara Amerika Serikat kepadatan penduduk juga

mempengaruhi penempatan halte antara lain :

1. Daerah pusat bisnis, halte ditempatkan kira-kira 440 kaki (134,1 m) (9-12 per

mil/1 halte di setiap ½ blok).

2. Kota perbatasan yang terdapat banyak apartemen, perumahan tidak ada ruang

terbuka, penempatan halte kira-kira 700 kaki (213,4 m) setiap 2-3 blok.

3. Kota perbatasan dengan perumahan serta terdapat ruang terbuka dan daerah

yang tidak berkembang, penempatan halte setiap 1250 kaki (381 m).

Dalam Kahoe (2004:3) In Seattel,WA jarak pemberhentian bus adalah 4-6

perhentian per mil. Di Portland jarak perhentian adalah setiap 3 blok atau 780 kaki

(237,7 M) pada daerah yang padat dan tiap 4 blok atau 1000 kaki (304,8 M) pada

daerah yang memiliki kepadatan sedang. Di Negara Singapura jarak antar

perhentian adalah 300-400 M.

Berdasarkan pada pengertian dan definisi diatas dapat disimpulkan jarak

ideal antar halte atau perhentian adalah tidak lebih dari 500 M, kepadatan dan

pusat kegiatan juga berpengaruh terhadap penentuan jarak antar halte.

Zona Tata Guna Lahan Lokasi Jarak tempat

henti(m)

1 Pusat kegiatan sangat padat:pasar

pertokoan

CBD, Kota 200-300

2 Padat: perkantoran, sekolah dan jasa Kota 300-400

3 Permukiman Kota 300-400

4 Campuran padat : perumahan, sekolah,

jasa

Pinggiran 300-500

5 Campuran jarang : perumahan, ladang,

sawah.

(29)

commit to user

5) Kriteria penentuan lokasi halte dibagi menjadi 4 (empat) kelompok, yaitu

(LPKM,1997) dalam Prabowo (2007:10):

a) Keselamatan (safety), meliputi :

Jarak pandang penumpang

Keamanan penumpang pada saat naik dan turun dari angkutan umum

Jarak pandang terhadap kendaraan lain

Gangguan terhadap kendaraan lain pada saat berangkat dan akan

berangkat dari halte

Mempunyai jarak yang cukup terhadap penyeberangan anak sekolah

b) Arus lalulintas (traffic), meliputi :

Gangguan terhadap lalu lintas lain pada saat berhenti

Gangguan terhadap lalu lintas lain pada saat masuk dan keluar dari

halte

c) Efisiensi, meliputi :

Jumlah penumpang yang dapat terangkut cukup banyak

Memungkinkan penumpang untuk transfer ke lintasan rute lainnya

(pergantian moda)

Pembatasan parkir pada lokasi halte

d) Public relation, meliputi :

Tersedianya informasi

Tersedianya tempat sampah yang memadai dan telepon

( sarana komunikasi )

Tidak menyebabkan gangguan bagi lingkungan sekitarnya.

3. Kriteria Fasilitas Halte

Menurut Dirjen Perhubungan Darat (1996:2), fasilitas halte terutama

diperlukan untuk menjamin pergerakan angkutan umum dan penumpang dapat

berlangsung dengan aman, efisien dan efektif. Fasilitas yang utama pada setiap

(30)

commit to user

a) Tempat menunggu penumpang yang tidak mengganggu pedestrian dan

aman dari lalu lintas.

b) Tempat berteduh yang berupa lindungan buatan atau alam

c) Informasi tentang jadwal dan rute angkutan umum.

d) Fasilitas penyeberangan bagi pejalan kaki yang diletakkan sedemikian

rupa sehingga pejalan kaki tidak tertutup oleh kendaraan yang lewat dan

dapat menyeberang dengan aman.

e) Pagar pengaman agar pejalan kaki tidak menyeberang di sembarang

tempat

f) Bila dekat dengan pohon, hendaknya tidak menghalangi sudut pandang

( pengemudi dan calon penumpang )

g) Tidak ditempatkan dilokasi yang penumpang menempati beranda rumah

orang.

h) Lokasi terpilih di tempat milik umum bukan pribadi.

Dalam Keheo (2004:4) fasilitas yang terdapat pada pemberhentian bus

antara lain pelindung(atap), tempat duduk, penerangan, tempat sampah dan jadwal

kedatang bus.

Berdasarkan pada keterangan di atas maka dapat disimpulkan fasilitas

utama yang terdapat pada halte adalah tempat duduk, atap dan jadwal kedatangan

bus.

4. Angkutan Umum

Angkutan pada dasarnya adalah merupakan sarana untuk memindahkan

orang dan barang dari suatu tempat ketempat lain dalam jumlah banyak.

Tujuannya adalah untuk membantu orang atau kelompok orang menjangkau

tempat yang menjadi tujuannya.

Menurut Warpani (1990:170) angkutan umum penumpang adalah angkkutan

penumpang yang dilakukan dengan sistem sewa atau bayar.

Menurut Keputusan Mentri Perhubungan NO.KM.35 tahun 2003 tentang

penyelenggaraan angkutan orang dijalan dengan Kendaraan Umum angkutan

adalah setiap kendaraan bermotor yang disediakan untuk dipergunakan oleh

(31)

commit to user

Menurut Ahmad Munawar (2005:45) angkutan dapat didefinisikan sebagai

perpindahan orang dan/atau barang dari suatu tempat ketempat lain dengan

menggunakan kendaraan, sementara kendaraan umum adalah setiap kendaraan

bermotor yang disediakan untuk digunakan oleh umum dengan dipungut bayaran.

Berdasarkan pada pengertian diatas dapat disimpulkan angkutan umum

merupakan salah satu sarana yang dapat mengakut orang atau barang dalam

jumlah banyak dengan sistem sewa atau bayar, serta memilki ciri khas perjalanan

yang sama.

5. Kondisi Lingkungan

Kondisi lingkungan yang terdapat disekitar jalan berpengaruh terhadap

tingkat aktivitas jalan. Misalnya lingkungan komersial yang didalam lingkungan

tersebut terdapat akitivitas perkantoran, aktivitas pendidikan dan aktivitas

perdagangan. Berbagai kondisi tersebut berpengaruh terhadap tingkat permintaan

akan angkutan umum. Sehingga penempatan fasilitas pengguna angkutan umum

sangat diperlukan untuk memperlancar lalu lintas jalan pada lingkungan tersebut.

Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997:III-29), kondisi lingkungan di

sekitar persimpangan dibedakan menjadi 3 tipe, yaitu:

a) Akses terbatas, Jalan masuk langsung terbatas atau tidak ada sama sekali

(sebagai contoh, karena adanya hambatan fisik, jalan samping) sehingga tidak

ada kendaraan yang keluar masuk jalan, arus lalu lintas berjalan lancar.

b) Permukiman, Tata guna lahan tempat tinggal dengan jalan masuk langsung

bagi pejalan kaki dan kendaraan.

c) Komersial, Tata guna lahan komersial (sebagai contoh: toko, restoran, kantor)

dengan jalan masuk langsung bagi pejalan kaki dan kendaraan.

6. Bangkitan pergerakan

Bangkitan pergerakan adalah pergerakan yang berasal dari suatu zona atau

tata guna lahan dan jumlah pergerakan yang tertarik ke suatu tata guna lahan atau

zona. Bangkitan lalulintas mencakup, lalulintas yang meninggalkan suatu lokasi

(32)

commit to user

Gambar 3. Bangkitan dan Tarikan Pergerakan.

Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya manusia perlu melakukan

perjalanan dari suatu zona ke zona lain dari sinilah tercipta bangkitan pergerakan.

Setiap perjalanan memiliki asal yaitu zona yang menghasilkan pelakunya, dan

tujuan zona yang menarik pelaku bepergian tersebut (Warpani, 1990:107).

7. Jaringan Jalan perkotaan

Dua unsur pokok dalam perangkutan adalah prasarana (jalan) dan sarana

(kendaraan). Dalam perangkutan jalan raya dua unsur tersebut adalah jalan dan

kendaraan. Dalam sistem transportasi jalan memiliki peran yang paling penting,

karena jika sampai kekurangan jalan maka akan timbul permasalahan transportasi

yang kompleks.

Berdasarkan Undang-undang No.13 tahun 1980 Tentang Jalan, adalah

salah satu prasarana perhubung dalam bentuk apapun, meliputi bagian jalan,

termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya, yang diperuntukkan bagi

lalulintas (Warpani, 1990:31).

1) Sistem jaringan jalan terdiri atas:

a. Sistem jaringan jalan primer, merupakan sistem jaringan jalan dengan

peran pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua

wilayah di tingkat nasional dengan menghubungkan semua simpul jasa

Pergerakan berasal dari zona i Pergerakan yang menuju zona d

(33)

commit to user distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan.

b. Sistem jaringan jalan sekunder, merupakan sistem jaringan jalan dengan

peran pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat dalam

kawasan perkotaan.

2) Jalan umum menurut fungsinya dikelompokan menjadi:

a. Jalan arteri, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan

utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi dan

jumlah masuk dibatasi secara berdaya guna.

b. Jalan kolektor, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan

pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan

rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi.

c. Jalan lokal, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan

setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah dan

jumlah jalan masuk tidak dibatasi.

d. Jalan lingkungan, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani

angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat dan kecepatan

rata-rata rendah.

Pembagian kelas jalan diatur dalam PP No. 43 Tahun 1993 tentang

prasarana dan lalu lintas jalan. Pembagian kelas jalan tersebut adalah :

Tabel 4. Jalan Menurut Kelas Jalan dalam Pasal 11 PP No. 43 Tahun 1993 Tentang

Prasarana dan Lalu Lintas

Fungsi jalan Kelas Panjang Lebar kendaraan Muatan sumbu

Arteri I ≤ 18.000 ≤ 2.500 ≥ 10

Kolektor III A ≤ 18.000 ≤ 2.500 8

Lokal III C ≤ 9.000 ≤ 2.100 8

Menurut Warpani (1990:81) pembagian jalan secara fungsional dapat

dikelompokan menjadi:

1) Jalan pelayanan yaitu jalan yang dibuat untuk menghubungkan suatu guna

tanah dengan jalan yang lebih besar.

2) Jalan penghubung yaitu jalan yang menampung lalu lintas yang datang dari

(34)

commit to user

3) Jalan raya yaitu jalan utama yang merupakan urat nadi utama lau lintas dalam

kota.

4) Jalan elak yaitu jalan yang dapat dgunakan untuk menghindari melintas kota.

8. Lokasi

Salah satu hal yang terkait dengan lokasi adalah faktor aksesibilitas, yaitu

faktor kemudahan untuk mencapai suatu lokasi yang ditinjau dari lokasi lain di

sekitarnya. Suatu tempat/lokasi yang strategis akan berkembang menjadi daerah

yang maju seiring perkembangan zaman. Jalur distribusi yang lancar serta

aksesibilitas yang cepat akan memudahkan proses perpindahan manusia, barang

serta informasi untuk masuk ke suatu tempat.

Lokasi menggambarkan posisi pada ruang, yang mana dapat ditentukan garis bujur dan garis lintangnya. Studi tentang lokasi yaitu melihat kedekatan dan jauhnya satu kegiatan dengan kegiatan yang lain serta dampak dari kegiatan tersebut. Analisis lokasi di dalam geografi menitikberatkan kepada tiga unsur geografi yaitu jarak (distance), kaitan (interaction) dan gerakan (movement). (Bintarto, 1991: 119).

Dalam dunia nyata, kondisi dan potensi setiap wilayah adalah berbeda,

sehingga jarak (distance) antar wilayah dapat menciptakan “gangguan” ketika

manusia bepergian atau melakukan gerakan (movement) dari satu tempat ke

tempat lainnya.

Dilihat dari unsur jarak, seseorang dalam memilih tempat tinggal atau

hidup menetap akan memperhitungkan nilai strategis apakah dekat dengan kantor

tempat bekerja, pelayanan kesehatan, fasilitas hiburan dan rekreasi yang pada

umumnya ada di daerah perkotaan. Dalam berinteraksi dengan daerah lain untuk

memenuhi dan melengkapi kebutuhan, maka terjadi permintaan dan penawaran

kebutuhan. Kesenjangan jarak antara satu tempat dengan tempat lain

menyebabkan terjadi kegiatan pengangkutan atau transportasi. Pergerakan

pengangkutan tidak selamanya lancar, namun pasti terjadi “gangguan” selama

proses perpindahan tersebut. Gangguan tersebut dapat berupa kemacetan,

(35)

commit to user

Warpani (2002:1) mengemukakan bahwa “Lalu lintas (traffic)

merupakan kegiatan lalu lalang atau pergerakan kendaraan, orang atau hewan di

jalanan. Masalah yang dihadapi dalam perlalulintasan adalah keseimbangan

antara kapasitas jaringan jalan dengan banyaknya kendaraan/orang yang menggunakan jalan”. Peningkatan jumlah produksi kendaraan bermotor yang ada tidak sesuai dengan peningkatan fasilitas jalan atau sarana pendukung

transportasi yang mana akan berdampak pada kapasitas jalan. Kapasitas jalan

yang hampir jenuh atau berlebihan, maka yang mungkin terjadi adalah

kemacetan, kecelakaan serta pelanggaran lalu lintas yang makin meningkat.

9. Efektivitas Halte Angkutan Umum

Penentuan efektivitas halte dilakukan dengan memberikan skor terhadap

faktor-faktor yang berpengaruh terdiri dari kondisi halte angkutan umum,

pemenuhan kriteria penempatan halte dan jarak antar halte. Setiap parameter dari

faktor penentu efektivitas halte angkutan umum dibagi menjadi tiga kelas yang

diberi harkat 1-3. Nilai harkat bertingkat, nilai terkecil menunjukkan peranannya

dalam tingkat efektivitas halte angkutan umum paling kecil sampai dengan nilai

terbesar. Klasifikasi data dan pengharkatan dari berbagai parameter penentu

(36)

commit to user

Tabel 5. Parameter dan Besarnya Tingkat Efektivitas Halte Angkutan Umum

No Parameter Kriteria Harkat

1. Kondisi Halte Angkutan Umum

Halte angkutan umum yang tiang sudah berkarat atau hampir rubuh, kondisi atap pada halte terdapat banyak lubang atau hilang, kondisi lantai terdapat lubang atau hilang.

Buruk 1

Halte angkutan umum yang tiang terdapat sedikit karat, kondisi atap yang terdapat lubang tapi masih dapat melindungi penumpang dari panas dan hujan, kondisi lantai terdapat sedikit lubang.

Sedang 2

Halte angkutan umum yang tiang tidak terdapat karat dan masih berdiri tegak, kondisi atap yang masih utuh dan tidak terdapat lubang, keramik untuk lantai masih utuh tidak terdapat lubang.

Baik 3

2. Jarak Antar Halte

200 - 466,66 M Memenuhi 1

466,67 - 733,33 M Cukup 2

≥733,34 M Tidak 3

3. Pemenuhan Kriteria Penempatan Halte

23 – 26,6 Tidak 1

26,7 – 30,3 Cukup 2

≥ 30,4 Memenuhi 3

4. Penempatan Halte di Jalan Raya

4 – 4,6 Tidak 1

4,7 – 5,3 Cukup 2

≥ 5,4 Memenuhi 3

(37)

commit to user

B. Penelitian yang Relevan

1. Analisis efektivitas lampu lalu lintas di Kota Surakarta Tahun 2009

Peneliti : Rika Mayasari

Penelitian tersebut menggunakan metode deskriptif spasial. Teknik analisis

data yang digunakan adalah metode pengharkatan atau scoring. Tujuan

penelitian tersebut adalah untuk mengetahui : (1). Persebaran lampu lalu

lintas di Kota Surakarta Tahun 2009, (2). Mengetahui efektivitas lampu lalu

lintas di Kota Surakarta Tahun 2009.

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian tersebut adalah (1). Peta

persebaran alat pemberi isyarat lalu lintas, memberikan informasi tenatang

persebaran APILL di Kota Surakarta Tahun 2009. Di Surakarta sebaran

APILL cukup merata disetiap kelas jalan, baik jalan arteri, jalan klektor dan

jalan lokal. Mempunyai pola sebaran APILL sesuai dengan pola sebaran lalu

lintas. (2). Hasil penelitian berupa peta Efektifitas APILL pada setiap kelas

jalan, memberikan informas tentang tingkat efektivitas APILL pada setiap

kelas jalan di Kota Surakarta tahun 2009. APILL di Surakarta pada tiap-tiap

kelas jalan mempunyai 3 tingkatan efektivitas pada kelas jalan arteri terdapat

53,85% efektivitas tinggi, 40,38% efektivitas sedang, dan 5,77% efektivitas

rendah. Pada jalan kolektor terdapat 40,38% efektivitas tinggi, 30,77%

efektivitas sedang dan 5,13%efektivitas rendah. Pada jalan local terdapat

45,54% efektifitas tinggi, 47,32% efektivitas sedang dan 7,14% efektivitas

rendah.

2. Kajian Kinerja Halte Angkutan Umum di Kota Surakarta Tahun 2008

Peneliti : Danan Adhi Prabowo

Tujuan dari penelitian tersebut adalah (1). Analisis kinerja halte angkutan

umum di kota Surakarta pada rute Rute terminal Kartosuro-Palur pada jam

puncak (2). Untuk memprediksi perilaku penumpang apabila diterapkan

kebijaksanaan operasional set-stop. Hasil dari penelitian tersebut adalah

(1).Kinerja Halte Jarak antar halte pada umumnya belum memenuhi standar

yang ada. (2). Berdasarkan headway masing-masing halte maka 25 % halte

(38)

commit to user

Berdasarkan load factor masing-masing halte maka 50 % halte kinerjanya

sangat tinggi, 16.67 % lainnya kinerjanya optimal, 33.33 % sisanya belum

dimanfaatkan secara optimal. Perilaku penumpang berdasarkan hasil dari

penelitian tersebut mau menggunakan halte apabila diterapkan kebijakan set

stop. Penyebab utama penumpang tidak menggunakan halte karena jarak

yang ditempuh menuju halte terlalu jauh.

3. Studi Efektivitas Pos-Pos Polisi Lalu Lintas Kota Surakarta Tahun 2008

Peneliti : Danar Tri Saputro

Tujuan penelitian tersebut adalah (1). Untuk mengetahui sebaran pos polisi

aktual dan (2). Efektivitas pos-pos polisi aktual serta menyajikan

lokasi-lokasi alternatif dalam persebaran penempatan pos-pos polisi. Hasil penelitian

ini adalah sebaran pos polisi aktual dan efekivitas pos polisi lalu lintas aktual

di Kota Surakarta serta lokasi-lokasi alternatif dalam persebaran penempatan

pos-pos polisi, dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif

dengan analisis Sistem Informasi Geografis melalui teknik overlay. Hasil

penelitiannya dapat disimpulkan bahwa Sebaran pos polisi aktual, Efekivitas

pos polisi lalu lintas aktual di Kota Surakarta. Lokasi-lokasi alternatif dalam

persebaran penempatan pos-pos polisi.

(39)

commit to user C. Kerangka Pemikiran

Pertumbuhan penduduk dari tahun selalu mengalami peningkatan, karena

jumlah penduduk bertambah maka akan terjadi peningkatan kebutuhan

transportasi. Hal ini dipengaruhi oleh adanya perbedaan karakteristik setiap

daerah mengakibatkan timbulnya interaksi antar wilayah sehingga timbul

mobilitas. Apabila mobilitas semakin besar maka dapat menimbulkan masalah

transportasi yang kompleks.

Sebagai salah satu kota di Indonesia yang sedang mengalami

perkembangan, penataan sistem angkutan umum di Kota Surakarta sangat penting

artinya guna mewujudkan angkutan umum yang nyaman, efisien, aman dan

lancar. Kota Surakarta merupakan daerah simpul kegiatan bagi daerah/kabupaten

yang ada disekitarnya yaitu Sragen, Karanganyar ,Sukoharjo, Wonogiri, Klaten

dan Boyolali. Selain itu Kota Surakarta juga dilewati jalur jalan selatan yang

menghubungkan propinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Karena memiliki letak

yang setrategis pergerakan orang dan barang sangat padat. Keadaan ini sangat

berpengaruh terhadap transportasi kota. Kota Surakarta merupakan suatu kota

yang memiliki kondisi lalu lintas yang mix traffic yaitu kondisi lalu lintas dimana

kendaraan lambat dan cepat berada dalam satu jalur, hal inilah yang menyebabkan

timbulnya kesemrawutan di ruas – ruas jalan yang mempunyai lebar lajur yang

kecil.

Begitu pentingnya transportasi bagi suatu wilayah perkotaan maka perlu

adanya manajemen transportasi untuk menciptakan ketertiban dalam angkutan

jalan. Dua unsur yang utama dalam transportasi adalah sarana dan prasarana.

Sarana meliputi moda transportasi yaitu alat untuk berpindahnya barang atau

orang. Prasarana yaitu penunjang atau pendukung sarana yaitu berupa jalan,

terminal atau tempat perhentian sementara (halte).

Salah satu metode untuk mengatur ketertiban angkutan jalan adalah

dengan meningkatkan fasilitas penunjang angkutan tersebut yaitu salah satunya

(40)

commit to user

perhentian sementara (halte) angkutan jalan dapat berjalan dengan teratur dan

tertib. Perhentian sementara (halte) dapat mengurangi kemacetan lalu lintas yang

terjadi karena angkutan umum yang menaikkan atau menurunkan penumpang

sembarang tempat, memberikan efisiensi kepada para pengguna angkutan umum

untuk berpindah moda transportasi.

Untuk mengetahui efektivitas halte angkutan umum berpedoman pada

Penempatan lokasi halte angkutan umum dan kondisi halte angkutan umum.

Penempatan halte berpedoman pada jarak antar halte, tata letak halte terhadap

ruang lalu lintas, tata letak halte di jalan raya, jarak halte dari fasilitas umum dan

kondisi lingkungan halte untuk memberikan efisiensi terhadap para calon

pengguna angkutan umum. Untuk mengetahui kondisi halte angkutan umum dapat

dilihat dari kondisi fisik yang terdapat pada halte angkutan umum.

Analisis efektifitas halte angkutan umum dilakukan untuk mengetahui

suatu efektifitas halte angkutan umum sebagai fasilitas penunjang angkutan

(41)

commit to user Peningkatan kebutuhan transportasi

(42)

commit to user

25

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Kota Surakarta terutama pada daerah yang terdapat

Halte Angkutan Umum. Lingkup area daerah penelitian adalah Kota Surakarta.

2. Waktu Penelitian

Penelitian diawali dengan tahap persiapan hingga laporan penelitian.

Penelitian ini dimulai dari bulan April 2010 sampai dengan November 2010, yang

perinciannya dapat dilihat pada tabel di bawah :

Tabel 6. Waktu Penelitian

B. Bentuk dan Strategi Penelitian 1. Bentuk Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan bentuk penelitian survei. Penelitian

survei adalah “suatu metode penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan

(43)

commit to user

bersamaan. Data yang dikumpulkan melalui individu atau sampel fisik tertentu

dengan tujuan agar dapat menggeneralisasikan terhadap apa yang diteliti” (Tika,

1997: 9).

2. Strategi Penelitian

Strategi penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif spasial.

Penelitian deskriptif adalah “ penelitian yang lebih mengarah pada pengungkapan

suatu masalah atau keadaan sebagaimana adanya dan mengungkapkan fakta-fakta

yang ada, walaupun kadang-kadang diberikan interpretasi atau analisis” (Tika,

1997: 6). Tujuan utama dari penelitian deskriptif adalah untuk memperoleh

informasi mengenai keadaan saat ini dan melihat kaitan variabel-variabel yang

ada (Mardalis, 2002:26). Dalam studi geografi, untuk melihat kaitan antar

variabel-variabel yang ada pada fenomena tersebut dilakukan dengan kerangka

analisis yang menekankan eksistensi ruang sebagai penekanan yang disebut

dengan pendekatan spasial.

Dalam (http://himago.wordpress.com ). Geografi mengkaji obyek,

fenomena, potensi dan masalah yang ada pada ruang mukabumi dalam perspektif

spasial. Obyek itu divisualkan dalam bentuk peta dengan tema tertentu dan

dikenal sebagai peta tematik. Peta itu menampilkan obyek, fenomena, potensi

ruang mukabumi dalam bentuk tema tunggal dan dapat pula sintesis dari beberapa

tema. Selain itu, peta tematik ini dapat pula merupakan presentasi analisis spasial.

Model spasial dalam prespektif geografi dapat dipandang dari struktur

(spatial structure), pola ( spatial pattern) dan proses (spatial processess).

Penggambaran dari struktur keruangan dapat disimbolkan dalam tiga bentuk yaitu

: kenampakan titik (point features), kenampakan garis (line features) dan

kenampakan bidang (areal features) dalam (Riche, 2009:32).

Dalam (http://partosohadi.staff.fkip.uns.ac.id). Segi lain dalam analisis

spasial adalah dengan melakukan korelasi yaitu membandingkan dua hal (tema,

layer) yang berbeda untuk melihat ada tidaknya kaitan sebab akibat. Korelasi

(44)

commit to user

fisik dengan unsur sosial ekonomi, juga antara unsur sosial ekonomi dengan unsur

sosial ekonomi.

Dalam penelitian ini ketiga korelasi tersebut dapat digunakan untuk

mendiskripsikan beberapa variabel. Korelasi spasial antara unsur fisik dengan

unsur fisik untuk mengetahui persebaran halte. Persebaran tersebut didapat secara

keruangan antara penempatan halte dijalan raya dan penempatan halte terhadap

lalu lintas dengan fungsi jalan yang terdapat di Kota Surakarta. Korelasi unsur

fisik dengan unsur sosial menghubungkan antara kondisi halte. Korelasi unsur

fisik dan unsur sosial yang lain adalah menghubungkan lokasi halte dengan

jumlah penumpang yang naik dari halte.

Maka hasil akhir dari pengolahan data spasial dalam penelitian ini adalah

berupa peta dan deskripsi korelasi spasial. Adapun peta tersebut antara lain :

1. Peta Sebaran Halte Angkutan Umum

2. Peta Kondisi Fisik Halte

3. Peta Pemenuhan Kriteria Lokasi Halte

4. Peta Lokasi Halte Ruang Lalu Lintas

(45)

commit to user sekunder diperoleh dari instansi-instansi terkait.

Tabel 7. Jenis dan Sumber Data Penelitian

No. Jenis Data Sumber

Inventaris halte angkutan

umum tahun 2006 Kota

obyek yang diteliti, atau ada hubungannya dengan yang diteliti” (Tika, 1997: 7).

Data primer diperoleh melalui observasi lapangan. Data-data yang diperoleh dari

observasi lapangan antara lain: - Data lokasi

- Kondisi Halte Angkutan Umum - Kondisi lingkungan sekitar halte

- Tata letak halte terhadap ruang lalu lintas - Tata letak halte di jalan raya

(46)

commit to user

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi dan Sampel

Populasi adalah himpunan individu atau obyek yang banyak terbatas atau

tidak terbatas (Tika, 1997:32). Penelitian efektivitas halte angkutan umum

merupakan penelitian populasi yang berarti seluruh populasi digunakan dalam

penelitian ini. Banyaknya populasi tergantung dari banyaknya halte di Kota

Surakarta yang terletak pada jalan arteri dan kolektor dan seluruh pengguna halte

yang naik dan turun di halte. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Lalu

Lintas Jalan Kota Surakarta jumlah halte yang ada di Kota Surakarta adalah 45,

setelah dilakukan cek lapangan jumlah halte yang ada hanya 30 sedangkan 15

halte yang lain telah berganti dengan halte BST dan ada yang dirobohkan.

Sampel adalah sebagian dari obyek atau individu –individu yang mewakili

dalam suatu populasi (Tika, 1997: 33). Tujuan penentuan sampel adalah untuk

mengemukakan dengan tepat sifat-sifat umum dari populasi dan untuk menarik

generalisasi dari hasil penyelidikan. Dalam pengambilan sampel harus dipenuhi

syarat-syarat utama dalam proses pengambilannya yang berarti sampel yang

digunakan harus dapat mewakili populasi yang telah dikemukakan. Tujuan

pengambilan sampel adalah untuk mengetahui persepsi penumpang angkutan

umum tentang pemahaman keberadaan dan fungsi halte angkutan umum. Dalam

penelitian ini untuk menentukan jumlah sampel yang diambil menggunakan

Rumus Solvin (Sevilla,1993:161 )sebagai berikut :

n = N 1+Ne²

Dimana :

n= ukuran sampel

N=ukuran populasi

e=nilai kritis(batas ketelitian) yang diinginkan

Populasi diperoleh dari jumlah penumpang yang naik dan turun di halte

(47)

commit to user

menit selama 2 jam. Derajat kecermatan yang diambil 10 %, yang menunjukkan

bahwa tingkat kecermatan studi dikategorikan cermat untuk tingkat kepercayaan

90 %. Perhitungan jumlah sampelnya adalah sebagai berikut:

n= N

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sampling

kemudahan atau convenience sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan

pada ketersediaan dan kemudahan untuk mendapatkan data. Sampel yang dipilih

atau diambil karena berada pada tempat dan waktu yang tepat, peneliti memiliki

kebebasan untuk memilih siapa saja yang menjadi responden. Pengambilan

sampel ini dilakukan pada satu halte yang dijadikan tempat naik dan turunnya

penumpang dari angkutan umum. Sasaran sampel adalah seluruh penumpang yang

naik dan turun di halte.

F. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi Lapangan

“Observasi adalah cara atau teknik pengumpulan data dengan melakukan

pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala atau fenomena yang

ada pada obyek penelitian” (Tika, 1997: 68). Observasi dilakukan secara langsung terhadap obyek di tempat penelitian dengan cara yang sistematik atau berstruktur,

yaitu menentukan unsur–unsur utama yang akan diobservasi secara sistematik.

Unsur–unsur yang ditentukan tersebut disesuaikan dengan tujuan penelitian yang

telah dibuat.

Data yang dikumpulkan dengan observasi lapangan ini adalah:

(48)

commit to user Kondisi halte angkutan umum

Kondisi lingkungan sekitar halte angkutan umum

Jumlah penumpang yang dapat ditampung halte

Pemenuhan Kriteria Lokasi Halte

2. Dokumentasi

Studi dokumen dilakukan untuk mendapatkan data sekunder penelitian

yang didapatkan dari instansi–instansi terkait. Dilaksanakan dengan mencatat,

menyalin, mempelajari dan memilah data yang termuat, baik berupa peta,

diagram, maupun buku-buku sesuai kebutuhan penelitian. Adapun data sekunder

yang dikumpulkan melalui analisis dokumen dalam penelitian ini adalah:

Inventaris halte dan jarak antar halte

Peta Rupa Bumi Lembar 1408-343 Surakarta

Jumlah penduduk Kota Surakarta

3. Wawancara

“ Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti

untuk mendapatkan keterangan – keterangan lisan melalui bercakap–cakap dan

berhadapan muka dengan orang yang dapat memberikan keterangan pada si

peneliti” (Mardalis, 2002: 64). Wawancara ini dilakukan dengan pengemudi atau kondektur angkutan umum yang bertujuan untuk mengetahui persepsi mereka

tentang halte angkutan umum. Data yang diperoleh dari wawancara berupa

pengetahuan halte angkutan umum, fungsi dari halte angkutan umum, peranan

halte angkutan umum sebagai salah satu fasilitas penunjang transportasi.

4. Kuesioner

Menurut Dr. Hudari Nawawi dalam Tika kuesioner adalah usaha

mengumpulkan informasi dengan menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis

untuk dijawab secara tertulis oleh responden (Tika, 1997:82). Responden adalah

orang yang memberikan jawaban-jawaban atas pertanyaan yang dimuat dalam

angket. Dalam penelitian ini pengumpulan data dengan angket (kuesioner)

tujuannya adalah untuk mengetahui persepsi penumpang tentang halte angkutan

(49)

commit to user G. Analisis Data

“Analisis data adalah proses mengorganisasian dan mengurutkan data ke

dalam pola, kategori, dan acuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan

dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data” (Moleong,

1989: 112). Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang telah

didapat, yaitu dari hasil observasi dan studi dokumentasi, untuk kemudian

dilakukan reduksi data, mengkategorikan data sampai dengan penafsiran data.

1. Persebaran Halte Angkutan umum Aktual di Kota Surakarta

Penentuan lokasi angkutan halte angkutan umum dengan cara

perekaman/pencatatan dengan GPS pada tiap halte angkutan umum di semua

kelas jalan yang ada di Kota Surakarta, kemudian diolah dan ditampilkan dalam

peta menggunakan teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG).

2. Efektivitas Halte di Kota Surakarta

Penentuan efektivitas halte angkutan umum di Kota Surakarta dengan

cara memberi harkat/scor pada setiap faktor yang mempengaruhi, sehingga

diperoleh tingkat efektivitas halte angkutan umum. Semakin besar nilai

parameternya maka halte tersebut semakin efektif. Sebaliknya, semakin kecil nilai

parameternya maka halte tersebut semakin tidak efektif. Data fisik dan kondisi

lingkungan jalan yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Kondisi halte angkutan umum

Dalam penentuan kondisi halte angkutan umum dapat dibagi menjadi dua

tahap, yaitu:

1) Melakukan klasifikasi data sekunder yang diperoleh dari DLLAJ Kota

Surakarta.

2) Melakukan cek lapangan kondisi halte angkutan umum di seluruh jalan

arteri maupun kolektor di Kota Surakarta.

Untuk mengetahui kondisi halte angkutan umum dinilai berdasarkan pada

kondisi fisik halte yang meliputi kondisi tiang, kondisi atap dan kondisi lantai.

(50)

commit to user

kondisi fisik halte yang jelek, nilai 2 untuk kondisi fisik halte cukup baik dan nilai

3 untuk kondisi fisik halte baik. Lebih jelas dapat dilihat pada tabel 7 berikut.

Tabel 8. Skor Kondisi Halte Angkutan Umum

Kondisi

fisik halte

Keterangan Skor

Buruk Jika kondisi tiang halte sudah berkarat, kondisi atap pada

halte terdapat banyak lubang atau hilang dan kondisi lantai

pada halte hilang.

1

Cukup Jika kondisi tiang halte sedikit berkarat, kondisi atap pada

halte terdapat lubang tapi masih dapat melindungi

penumpang dan kondisi lantai halte terdapat lubang.

2

Baik Jika kondisi tiang pada halte tidak berkarat, kondisi atap

tidak terdapat lubang dan kondisi lantai masih baik.

3

Sumber : Analisis

Setelah semua data terkumpul, kemudian diklasifikasikan dengan cara

scoring terhadap kondisi halte.

b. Kondisi lingkungan

Untuk mengetahui kondisi lingkungan di sekitar halte angkutan umum,

dilakukan pengamatan langsung terhadap lingkungan tersebut. Pada umumnya

lingkungan di sekitar halte angkutan umum antara lain :

1. Akses terbatas, Jalan masuk langsung terbatas atau tidak ada sama sekali

(sebagai contoh, karena adanya hambatan fisik, jalan samping) sehingga tidak

ada kendaraan yang keluar masuk jalan, arus lalu lintas berjalan lancar.

2. Permukiman, Tata guna lahan tempat tinggal dengan jalan masuk langsung

bagi pejalan kaki dan kendaraan.

3. Komersial, Tata guna lahan komersial (sebagai contoh: toko, restoran, kantor)

(51)

commit to user c. Jarak antar Halte

Untuk mengetahui jarak antar halte menggunakan salah satu fitur yang

terdapat pada program SIG, kemudian diklasifikasikan dengan cara scoring

sehingga diperoleh klasifikasi jarak antar halte yang sesuai standar Departemen

Perhubungan Darat. Dapat dilihat pada tabel 9 dibawah ini.

Tabel 9. Jarak antar halte.

Zona Tata Guna Lahan Lokasi Jarak tempat

henti(m) 1 Pusat kegiatan sangat padat:pasar

pertokoan

CBD, Kota 200-300

2 Padat: perkantoran, sekolah dan jasa Kota 300-400

3 Permukiman Kota 300-400

4 Campuran padat : perumahan, sekolah, jasa

Pinggiran 300-500

5 Campuran jarang : perumahan, ladang, sawah.

Pinggiran 500-1000

Sumber : Departemen Perhubungan (1996 : 3)

d. Penempatan halte terhadap ruang lalu lintas

Tata letak halte terhadap ruang lalu lintas menurut Dirjen Perhubungan

Darat (1996):

1. Jarak maksimum halte terhadap fasilitas penyeberang jalan kaki adalah 100

meter.

2. Jarak minimal halte dari persimpangan adalah 50 meter setelah atau

bergantung pada panjang antrian

3. Jarak minimal halte dari gedung yang membutuhkan ketenangan seperti

rumah sakit dan tempat ibadah adalah 100 meter.

4. Peletakan halte di persimpangan menganut sistem campuran yaitu sesudah

persimpangan (far side) dan sebelum persimpangan (near side).

Untuk mengetahui nilai penempatan halte terhadap ruang lalulintas

(52)

commit to user

untuk penempatan yang cukup memenuhi standar dan nilai 3 untuk penempatan

yang memenuhi standar. Lebih jelas dapat dilihat pada tabel 9 berikut.

Tabel 10. Skor penempatan halte di jalan raya

Kondisi Keterangan Skor

tidak

memenuhi

jarak penempatan halte terhadap fasilitas pejalan kaki >100

m, jarak penempatan halte dengan persimpangan >50 m. 1

Cukup

memenuhi

jarak penempatan halte terhadap fasilitas 100m dan jarak

penempatan halte dengan persimpangan >50 m

2

Memenuhi

jarak penempatan halte dengan fasilitas pejalan kaki 100 m

dan jarak penempatan halte dengan persimpangan adalah

50 m

3

Sumber :Analisis

e. Kriteria penempatan lokasi halte

Pemenuhan kriteria penempatan halte menurut LPKM dibagi menjadi

empat yaitu keselamatan, arus lalulintas, efisiensi dan public relation.

1. Keselamatan meliputi

-Jarak pandang penumpang, penilaian terhadap jarak pandang menggunakan

nilai 1 untuk jarak pandang tidak jelas, nilai 2 untuk jarak pandang cukup

jelas dan nilai 3 untuk jarak pandang jelas. Keterangan lebih lanjut dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 11. Skor jarak pandang penumpang saat menunggu di halte

kondisi keterangan skor

tidak jelas jarak pandang penumpang tidak jelas disebabkan adanya pohon yang menghalangi, terdapat mobil yang parkir.

1

cukup Terdapat pepohonan tetapi tidak terlalu menghalangi pandangan penumpang.

2

jelas pandangan penumpang tidak ada yang menghalangi. 3

Sumber : Analisis

-Keamanan penumpang, penilaian terhadap keamanan penumpang

Gambar

Tabel 1. Jumlah Moda Transportasi
Gambar 1. Bus Yang Menaikan Penumpang Tidak Di Halte.
Tabel 3. Penentuan Jarak Antar Halte
Tabel 4. Jalan Menurut Kelas Jalan dalam Pasal 11 PP No. 43 Tahun 1993 Tentang Prasarana dan Lalu Lintas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pre Experimental Design. Rancangan

2) Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa tidak enak setelaha.

perbedaan pengetahuan ibu balita sebelum dan se- sudah dilakukan intervensi berupa pendampingan oleh aktivis dasa wisma tentang gizi anak balita pada Tabel 2, terdapat

The query optimizer[3] in MS SQL Server 2005 selects a plan for a given query based on cost model, the database metadata, database statistics, system resources, and the query

Menyatakan bahwa karya ilmiah pada Projek Akhir Arsitektur periode semester genap Tahun ajaran 2015/2016 Program Studi Arsitektur, Fakultas Arsitektur dan

Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan model summary diketahui bahwa besarnya pengaruh variabel bebas ( Personal Selling) terhadap variabel terikat

Adapun solusi yang dapat diberikan dari permasalahan di atas antara lain dengan mengubah sistem-sistem sosial yang berkaitan dengan sistem pendidikan, dan

Hasil penelitian menunjukkan Pengaruh perlakuan metode fermentasi yang berbeda berpengaruh nyata terhadap parameter kimia yang meliputi kadar air, kadar abu, kadar protein,