• Tidak ada hasil yang ditemukan

commit to user 2. Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan Kota Surakarta sebagian besar berupa lahan terbangun. Lahan terbangun terdiri dari permukiman, fasilitas jasa, industri dan perusahan. Sebaliknya lahan yang tidak terbangun adalah tanah kosong, tegalan dan sawah saat ini sudah terbatas. Hal ini perlu diperhatikan mengingat pertambahan penduduk tiap tahunnya terus bertambah maka kebutuhan akan tempat tinggal secara otomatis juga akan bertambah. Seiring dengan bertambahnya penduduk kebutuhan , bertambahnya kebutuhan yang harus dipenuhi juga akan semakin besar. Terkait dengan hal tersebut, kebutuhan akan aksesibilitas tempat tinggal akan semakin tinggi karena kebutuhan mobilitas penduduk semakin besar. Namun sebaliknya, keberadaan lahan adalah tetap. Kondisi ini menyebabkan timbulnya permasalahan-permasalahan di dalam kota. Secaran rinci luas penggunaan lahan di Kota Surakarta disajikan pada tabel berikut.

Tabel 19. Penggunaan Lahan Kota Surakarta Tahun 2008

No Penggunaan lahan Luas

H % 1 Permukiman 2737,48 62.16% 2 Jasa 427,13 9.70% 3 Perusahaan 287,48 2.30% 4 Industri 101,42 6.53% 5 Tanah kosong 53,38 1.21% 6 Tegalan 81,96 1.48% 7 Sawah 146,17 1.65% 8 Kuburan 72,86 0.72%

9 Lapangan olah raga 65,14 9.07%

10 Taman kota 31,60 3.32%

commit to user

Gambar 5. Grafik perbandingan penggunaan lahan Kota Surakarta Tahun 2008

Sumber : BPS Kota Surakarta tahun 2008

Berdasarkan pada tabel 19 dan gambar diatas sebagian besar penggunaan lahan yang terdapat di Kota Surakarta adalah permukiman. Mengingat setiap tahunnya jumlah penduduk terus bertambah, maka hal tersebut harus diperhatikan. Semakin banyak jumlah penduduk maka kebutuhan akan permukiman akan semakin bertambah. Hal ini juga akan berpengaruh pada perkembangan suatu kota. Terkait dengan peningkatan kebutuhan permukiman, maka kebutuhan aksesibiltas juga semakin bertambah, sedangkan lahan yang ada jumlahnya tetap. Hal tersebut dapat menimbulkan permasalahan baru dalam kota.

3. Penduduk

Jumlah penduduk Kota Surakarta pada tahun 2008 mencapai 565.853 jiwa yang terdiri dari 279.324 jiwa laki-laki dan 286.529 jiwa perempuan. Jumlah penduduk terbesar terdapat di Kecamatan Banjarsari yang mencapai 162.093 jiwa, dengan kepadatan penduduk terendah yaitu 10.945 jiwa/km2. Jumlah penduduk terkecil terdapat di Kecamatan Serengan yaitu 63.558 jiwa, dengan kepadatan tertinggi terdapat di Kecamatan Serengan yang mencapai 19.899 jiwa/km2. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel luas wilayah, jumlah penduduk dan tingkat kepadatan penduduk.

commit to user

Tabel 20. Jumlah dan tingkat kepadatan penduduk Kota Surakarta tahun 2008 Kecamatan Luas

wilayah

Jumlah penduduk Tingkat

kepadatan Laki-laki Perempuan Jumlah

Laweyan 8,64 54.164 55.766 109.930 12.723 Serengan 3,19 31.263 32.295 63.558 19.899 Pasar Kliwon 4,82 43.172 44.808 87.980 18.171 Jebres 12,58 70.466 71.826 142.292 11.311 Banjarsari 14,81 80.259 81.834 162.093 10.945 Jumlah 44,04 279.324 286.529 565.853 12.849

Sumber : BPS Kota Surakarta tahun 2008

commit to user B. Transportasi Kota 1. Kondisi Umum Transportasi

Perkembangan Kota Surakarta ditandai dengan meningkatnya jumlah kendaraan dan tumbuhnya pusat-pusat kegiatan ekonomi. Banyaknya kendaraan bermotor yang ada berimbas pada banyak faktor, diantaranya meningkatnya permasalahan-permasalahan transportasi, diantaranya kemacetan, kecelakaan dan pelanggaran lalu lintas serta terjadinya polusi udara dan suara yang semakin tinggi. Pertumbuhan jumlah sarana angkutan umum di Surakarta disajikan pada tabel 21.

Tabel 21. Jumlah Sarana Angkutan (umum dan pribadi)

No Jenis kendaraan Tahun (unit)

2006 2007 2008 2009 1 Sepeda motor 166.614 175.926 192.498 208.309 2 Mobil penumpang 28.669 29.638 31.911 33.535 3 Mobil barang 13.122 13.172 13.778 14.049 4 Mobil bus Umum 777 699 737 720 Bus besar Bus sedang Bus kecil Bukan umum 323 329 338 362 5 Kendaraan khusus 16 26 24 25 6 Mobil penumpang umum 743 751 755 753 210.264 220.541 240.041 257.753

Sumber : DLLAJ UPPD Dinas Pendapatan Propinsi Jawa Tengah Cabang Surakarta (SAMSAT)

Berdasarkan tabel diatas setiap tahunnya peningkatan jumlah pemilikan kendaraan bermotor terlihat sangat signifikan. Peningkatan jumlah kendaraan bermotor menunjukkan bahwa tingkat mobilitas dan tingkat kesejahteraan penduduk yang tinggi.

Kota Surakarta memiliki kepadatan penduduk 12.849 jiwa per-km2 pada tahun 2008. Melihat tingkat kepadatan penduduk yang cukup tinggi tersebut maka dapat digambarkan terdapat tingkat aktivitas dan mobilitas yang tinggi. Melihat kondisi tersebut maka perlu adanya penambahan sarana dan prasarana transportasi

commit to user

yang memadai serta menjamin tingkat keamanan dan kenyamanan. Ketidakseimbangan antara kebutuhan penduduk dengan pemenuhannya serta kesadaraan yang kurang oleh masyarakat menyebabkan timbulnya berbagai permasalahan transportasi.

2. Jaringan Prasarana a. Jaringan Jalan

Jaringan jalan Kota Surakarta ditinjau dari aksesibilitas terhadap wilayah lain baik secara skala nasional maupun regional kawasan berbentuk radial dengan menghubungkan Kab. Sukoharjo, Kab. Wonogiri, Kab. Sragen dan menuju perbatasan Prov.Jawa Timur (Kab. Ngawi), Kab.Grobogan, Kab. Klaten dapat menuju pada perbatasan D.I.Y dan terakhir dapat terakses dengan Ibukota Provinsi Jawa Tengah. Kondisi ini memberikan nilai strategis dari jaringan jalan Kota Surakarta yang mudah dalam aksesibilitas perkotaannya.

Kondisi aksesibilitas jaringan transportasi jalan pada Kota Surakarta bersifat linear yang membentang empat penjuru akses keluar Kota Surakarta. Jaringan jalan ini mengakses empat penjuru koridor baik dari barat, timur, utara dan selatan, akses utama pada jaringan jalan mengelilingi inti dari kegiatan ruang wilayah Kota Surakarta.

Jaringan jalan di Kota Surakarta memiliki peran yang beragam mulai dari jalan arteri, jalan kolektor 1, jalan kolektor 2 dan jalan kota. Jaringan jalan yang baik berdampak pada peningkatan kegiatan sosial ekonomi masyarakat, sehingga dapat menggerakkan roda-roda kegiatan yang merata di setiap daerah. Panjang dan lebar jalan menurut statusnya disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 22. Panjang dan Lebar Jalan Menurut Status

No Status Panjang (Km) Lebar (m)

1 Jalan Nasional 13,15 8-16

2 Jalan Propinsi 16,33 7-14

3 Jalan Kab/Kota 675,86 3-18

Jumlah 705,34

commit to user

Kondisi permukaan jalan dapat dibedakan menjadi 3 bagian (Pudya, 2008: 81), yaitu :

 Jalan dalam kondisi baik adalah jalan dengan permukaan rata dan tidak ada gelombang.

 Jalan dalam kondisi sedang adalah jalan dengan kerataan permukaan perkerasan sedang, tidak ada kerusakkan dan tidak ada gelombang.

 Jalan dalam kondisi rusak ringan dan rusak berat, yaitu jalan dengan permukaan bergelombang, terdapat tambalan, retak-retak buaya dan terkelupas.

Tabel 23. Kondisi Jalan di Kota Surakarta

No Status

Kondisi

Baik Sedang Rusak

(Km) % (Km) % (Km) %

1 Jalan Nasional 10,30 78,33 2,85 21,67

2 Jalan Propinsi 2,96 18,13 13,37 81,87

3 Jalan Kabupaten/Kota 432,02 63,92 227,73 33,96 16,11 2,39

Jumlah 434,96 251,40 18,96

Sumber : DLLAJ Kota Surakarta Tahun 2009

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui sebagian besar kondisi jalan di Kota Surakarta adalah dalam kondisi baik yaitu sebesar 61,66 persen, jalan dengan kondisi sedang adalah sebesar 35,64 persen dan jalan dengan kondisi rusak adalah sebesar 2,68 persen, dapat disimpulkan bahwa upaya pemerintah Kota Surakarta dalam mempertahankan kondisi jalan sudah cukup baik. Untuk mengetahui lebih jelas jaringan jalan Kota Surakarta dapat dilihat pada Peta Jaringan Jalan.

commit to user

Dokumen terkait