• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Dekonstruksi Derrida dalam cerpen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kajian Dekonstruksi Derrida dalam cerpen"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Kajian Dekonstruksi Derrida dalam cerpen

"Malaikat Juga Tahu"

Dewi Lestari

Disusun oleh:

Tjong She Wui

14.11.106.101301.0937

PROGRAM STUDI FAKULTAS SASTRA INGGRIS UNIVERSITAS BALIKPAPAN

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dekonstruksi merupakan suatu kajian yang kontroversial, terutama bagi masyarakat dunia yang tidak beridealisme komunis. Padahal kajian ini sangat berpengaruh pada segi humaniora terutama pada kajian sastra. Dekonstruksi ialah pengembangan dari observasi yang dilakukan oleh Ferdinand de Saussure tentang hubungan antara penanda dan petanda (kata dan makna) yang bersifat arbitrer (Derrida dalam Sim, 2002: 59). Derrida kemudian menyusun puing-puing yang tertinggal dari bangunan teks, menghancurkannya kembali, menatanya lalu merombaknya kembali (Derrida dalam Al-Fayadl, 2005: 79). Pendapat dari Derrida tersebut memiliki arti bahwa dekonstruksi bukan hanya suatu hal yang hanya menghancurkan sesuatu seperti yang selama ini kita maknai tentang dekonstruksi, akan tetapi dekonstruksi juga berupaya untuk menata kembali apa yang telah dihancurkan.

Derrida dalam Ratna (2004: 222) mengemukakan bahwa teori dekonstruksi adalah penolakan terhadap logosentrisme dan fonosentrisme yang secara keseluruhan melahirkan oposisi biner dan cara-cara berpikir lainnya yang bersifat hierarkis dikotomis. Dekonstruksi merupakan pengurangan atau penurunan intensitas bentuk yang sudah tersusun, sebagai bentuk yang baku. Dengan kata lain, dekonstruksi adalah cara-cara pengurangan terhadap suatu intensitas konstruksi, yaitu gagasan, bangunan, dan susunan yang sudah baku, bahkan universal.

Argus (2002) mengemukakan dekonstruksi merupakan suatu metode analisis yang dikembangkan oleh Jacques Derrida dengan membongkar struktur dan kode-kode bahasa, khususnya struktur oposisi pasangan, sedemikian rupa, sehingga menciptakan satu permainan tanda tanpa akhir dan tanpa makna akhir.

Sasaran dari dekonstruksi ialah mempertimbangkan sejauh mana seorang pengarang mempergunakan pola-pola bahasa dan pemikiran untuk memberi bentuk kepada suatu visi tertentu (Luxemburg, 1986: 60).

Dekonstruksi adalah sebuah upaya saksama untuk menganalisis teks dengan mencoba mengungkapkan berbagai kemungkinan yang sebetulnya terkandung di dalamnya, termasuk yang tertindas atau terselubung, baik sengaja, sadar, atau tidak, dengan cara membongkarnya. Hal ini dilakukan dengan analisa tekstual yang ketat, menjajaki dan mencoba menemukan berbagai kandungan lanjut maknanya, termasuk beragam makna alternatif yang mungkin bisa dimunculkan darinya.

(3)

Dekonstruksi dilakukan dengan cara memberikan perhatian terhadap gejala-gejala yang tersembunyi, sengaja disembunyikan, seperti ketidakbenaran, tokoh sampingan, perempuan, dst. Berbeda dengan teori strukturalisme, dalam analisis penokohan misalnya, strukturalisme selalu membicarakan tokoh utama, kedua, ketiga, dst. Dengan konsekuensi tokoh terakhir hanya berfungsi sama sekali. Dalam kritik sastra, yang penting bukan siapa yang berbicara, melainkan apa yang dibicarakan, yaitu karya itu sendiri.

Penulis menganalisis cerpen Malaikat Juga Tahu karya Dewi Lestari karena ingin mengubah pendapat masyarakat mengenai orang yang memiliki ganguan mental atau autis yang dinggap hanya bisa membuat kerusuhan di masyarakat. Padahal nyatanya, seseorang yang memiliki kebutuhan khusus itu memiliki kelebihan dibalik kekurangannya. Berikut analisis cerpen Malaikat Juga Tahu karya Dewi Lestari.

B. Rumusan Masalah

1. Mengapa menganalisis cerpen Malaikat Juga Tahu karya Dewi Lestari?

2. Bagaimana analisis cerpen Malaikat Juga Tahu menggunakan teori Jacques Derrida? 3. Hal apa yang ingin dibuktikan dalam cerpen Malaikat Juga Tahu?

C. Tujuan Penulisan

1. Dapat mengetahui teori dan konsep analisis Jacques Derrida

2. Dapat mengetahui analisis cerpen Malaikat Juga Tahu menggunakan Teori Jacques Derrida. 3. Dapat mengetahui alasan menganalisis cerpen Malaikat Juga Tahu karya Dewi Lestari. D. Manfaat Penulisan

1. Memberikan pengetahuan mengenai teori dan konsep analisis Jacques Derrida.

2. Memberikan pengetahuan mengenai analisis Malaikat Juga Tahu menggunakan teori Jacques Derrida.

(4)

BAB II ANALISIS

Dalam novel ini, pengarang yaitu Dewi Lestari ingin mengubah pandangan masyarat yang umumnya menganggap bahwa orang yang memiliki gangguan mental atau autis tidak dapat menyukai lawan jenis layaknya manusia normal lainnya. Masyarakat menganggap mereka yang memiliki kebutuhan khusus hanya mampu membuat onar dan mengganggu masyarakat atau orang disekitarnya saja. Namun Dewi Lestari melalui cerita pendek “Malaikat Juga Tahu” ini ingin mengubah pandangan masyarakat mengenai hal tersebut. Mereka (masyarakat) tidak tahu bahwa orang yang memiliki kebutuhan khusus juga mempunyai rasa suka dan mencintai yang tulus.

Dalam cerpen Malaikat Juga Tahu, melalui tokoh Abang atau orang yang autis, perempuan indekos atau perempuan yang disukai abang, Bunda atau mamih, dan adik abang atau anak bunda yang kedua. Sang pengarang ingin mengubah pandangan masyarakat mengenai orang yang berkebutuhan khusus atau autis juga mempunyai rasa mencintai yang tulus seperti manusia normal lainnya. Tidak semua manusia normal memiliki rasa cinta yang tulus seperti abang. Tidak semua orang mencintai dengan sepenuh jiwanya. Rasa cinta diberikan oleh Allah sebagai bentuk karunia untuk mencintai lawan jenis. Semua itu dari Allah. Kita hanya mampu menerima dan berusaha untuk mencintai dengan sepenuh hati menerima kelebihan dan kekurangan pasangan.

Dewi Lestari dalam cerpennya menceritakan tokoh Abang dan perempuan itu sebagai sahabat baik namun abang telah menyukainya. Hal tersebut terbukti melalui kutipan cerpen sebagai berikut.

Abang tidak bisa beradu mata lebih dari lima detik, tapi sedetik pun Abang tidak pernah pergi dari sisinya. Ia pun menyadari sesuatu yang orang lain tidak. Laki-laki di sampingnya itu bisa jadi sahabat yang luar biasa. Barangkali segalanya tetap sama jika Bunda tidak menemukan surat-surat yang ditulis Abang. Untuk kali pertamanya, anak itu menuliskan sesuatu di luar grup musik art rock atau sejarah musik klasik. Ia menuliskan surat cinta – kumpulan kalimat tak tertata yang bercampur dengan menu makanan Dobi, blasteran Doberman yang tinggal tunggu ajal. Tapi ibunya tahu itu adalah surat cinta. (Lestari 2014:16)

Dalam kutipan di atas mengungkapkan bahwa seseorang yang berkebutuhan khusus memang tidak bisa ditebak tingkah lakunya. Namun, rasa cintanya kepada perempuan itu dapat diketahui oleh Bunda. Abang, pria bertubuh 38 tahun itu bersemayam mental anak usia 4 tahun memiliki rasa cinta yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Rasa citanya tulus sepenuh jiwa.

(5)

Suatu hari, pernah ada anak indekos yang jail. Dia menyembunyikan satu dari seratus sabun koleksi Abang. Bunda sedang pergi ke pasar waktu itu. Abang mengacak-acak satu rumah lalu pergi minggat demi mencari sebatang sabunnya yang hilang. Tiga mobil polisi menelusuri kota mencari jejaknya. Baru sore hari ia ditemukan disebuah warung. Ada sabun yang sama persis dipajang di etalase dan Abang langsung menyerbu masuk untuk mengambil. Penjaga warung menelepon polisi karena tidak berani mengusir sendiri. (Lestari 2014:20)

Di atas merupakan penggalan cerpen Malaikat Juga Tahu. Anggapan masyarakat mengenai orang yang mamiliki gangguan mental menganggap bahwa mereka menakutkan dan selalu membuat keributan atau keonaran. Pada umumnya masyarakat memilih untuk menghindar dan pergi ketika melihat atau bertemu dengan orang seperti Abang. Hal tersebut memberikan kecemasan terhadap Bunda pasca Abang pergi dari rumah. Berikut kutipan cerpennya.

Kejadian itu mengharuskan Abang diterapi beberapa bulan ke rumah sakit dan diberi obat-obat penenang. Bunda tahu betapa anaknya membenci rumah sakit dan obat-obatan itu hanya membuat otaknya rapuh. Tak ada yang memahami bahwa seratus sabun adalah syarat bagi anaknya untuk beroleh hidup yang wajar. (Lestari 2014:20)

Diceritakan dalam cerpen ini bahwa Abang dan perempuan itu hanyalah sebatas sahabat. Walaupun nyatanya Abang yang memiliki gangguan mental itu telah menyukai perempuan tersebut dengan sepenuh jiwanya.

Namun di akhir cerita perempuan tersebut lebih memilih adik Abang (anak bungsu Bunda) daripada Abang sendiri. Kepulangan anak bungsu Bunda dari luar negeri menjadikan si bungsu dan perempuan itu semakin dekat. Anak bungsu Bunda tersebut memiliki figur yang sempurna. Ia pintar, normal, dan fisiknya menarik. Ia tak pernah di rumah karena sedari remaja meninggalkan Indonesia demi bersekolah. Hal ini sangat berbanding terbalik dengan keadaan Abang yang mengidap autis. Berikut kutipan cerpennya.

“Tapi... Bunda bukan malaikat yang bisa baca pikiran orang. Bunda tidak bisa bilang siapa yang lebih sayang sama saya. Tidak akan ada yang pernah tahu.”

Saat itu mata Bunda berkaca-kaca. Begitu juga dengan matanya. Tak lama mereka menangis berdua.

Persahabatan yang luar biasa ternyata mensyaratkan pengorbanan di luar batas kesanggupannya. Perempuan itu mengucap maaf berkali-kali dalam hati.

Walaupun perempuan itu tidak menerima Abang, namun dia masih mengganggap Abang sosok yang sempurna di matanya.

“Dia tidak bodoh.”

“Bunda, saya tahu dia tidak bodoh.” “Dia akan segera tahu kalian berpacaran.”

“Mami lebih baik dia tahu sekarang daripada nanti setelah kami menikah.”

(6)

Abang gemar mempereteli teve, radio, bahkan mobil, lalu merakitnya lagi lebih baik daripada semula. Dia hafal tahun, hari, jam, bahkan menit dari banyak peristiwa. Dia menangkap nada dan memaninkannya persis sama di atas piano, bahkan lebih sempurna.

Untuk kali pertamanya, anak itu menuliskan sesuatu di luar grup musik art rock atau sejarah musik klasik.

Kisah percintaan si bungsu dan perempuan itu telah di ketahui Bunda sebelumnya. Oleh sebab itu, Bunda ingin menjelaskan terlebih dulu kepada perempuan itu kalau Abang juga menyukainya. Berikut kutipannya.

Kali pertama Bunda mengetahui si bungsu dan perempuan itu berpacaran, Bunda langsung mengadakan pertemuan empat mata. Ia memilih perempuan itu untuk diajak bicara pertama karena dipikirnya akan lebih mudah.

“Bagi kamu, pasti itu terdengar aneh. Mereka dua-duanya anak Bunda. Tapi kalau ditanya, siapa yang bisa mencintai kamu paling tulus, Bunda akan menjagokan Abang.”

Perempuan itu terenyak. Apa-apaan ini? Pikirnya gusar. Jangan pernah bermimpi dia akan memilih manusia satu itu untuk dijadikan pacar. Jelas tidak mungkin.

Bunda melanjutkan dengan suara tertahan, “Dia mencintai tidak cuma dengan hati. Tapi seluruh jiwanya. Bukan basa-basi surat cinta, tidak Cuma rayuan gombal, tapi fakta. Adiknya bisa cinta sama kamu, tapi kalau kalian putus, dia dengan gampang cari lagi. Tapi Abang tidak mungkin cari yang lain. Dia cinta sama kamu tanpa pilihan. Seumur hidupnya.”

(Lestari 2014:18)

Pada akhirnya perempuan dan si bungsu itu memilih untuk pergi meninggalkan Bunda dan Abang. Mereka memutuskan pergi meninggalkan rumah karena ingn hidup tenang tanpa ada gangguan dari Abang yang telah mencintai perempuan itu. Walaupun perempuan itu tahu bahwa Abang mencintainya dengan tulus. Namun, karena kondisi psikis lah perempuan itu menolak Abang.

Selepas berbicara dengan Bunda, mereka berbicara berdua. Mereka sepakat untuk selama-lamanya pergi dari kehidupan rumah itu. Tidak mungkin mereka terpenjara setiap minggu di sana. Mereka menolak menjadi bagian dari ritual menjereng air, cuci baju, dan seratus sabun. Di pekarangan dengan tinggi rumput seragam, perempuan itu mengucapkan selamat tinggal di dalam hati. Persahabatan yang luar biasa ternyata mensyaratkan pengorbanan di luar batas kesanggupannya. Perempuan itu mengucap maaf berkali-kali dalam hati.

Sejenak lagi, malam minggu terakhir mereka usai. (Lestari, 2014:20)

Dari keputusan perempuan itu dan anaknya merupakan keputusan yang salah menurut Bunda. Karena mereka hanya di butakan oleh Cinta semata tanpa memandang kenyataan mana yang lebih mencintai sepenuh hati dan jiwanya. Berikut kutipan ceritanya.

Bunda tak bisa dan tak merasa perlu mengutuk siapa-siapa. Mereka yang tidak paham dahsyatnya api akan mengorbarkannya dengan sembrono. Mereka yang tidak paham energi cinta akan meledakkannya dengan sia-sia.

(7)

dedikasi untuk merangkai jutaan hal kecil agar dunia ini menjadi tempat yang indah dan masuk akal bagi seseorang. Bukan baginya. Cintanya tak punya cukup waktu untuk dirinya sendiri. Tidak perlu ada kompetisi di sini. Ia, dan juga malaikat, tahu siapa juaranya

(Lestari, 2014:21).

(8)

BAB III PENUTUP Simpulan

Dari hasil analisis yang telah dilakukan menggunakan teori Derrida telah terbukti bahwa dalam cerpen Malaikat Juga Tahu mengenai pandangan masyarakat selama ini tidak terbukti benar. Dewi Lestari dalam cerpen Malaikat Juga Tahu mengungkapkan isi hatinya bahwa cinta yang tulus merupakan hasil ekpresi seseorang terhadap seseorang yang dicintainya tersebut. Cinta yang berasal dari hati yang sesungguhnya tanpa ada niat untuk menyakiti satu sama lain. Cinta yang tak pernah memandang fisiknya namun memandang dari hatinya. Pandangan masyarakat tersebut ingin diubah oleh Dee melalui cerpen ini, yang dikisahkan oleh Abang dan perempuan itu. Betapa pentingnya cinta yang didasari atas ketulusan merupakan cinta yang murni yang berasal dari hati yang tulus pula.

DAFTAR PUSTAKA Al-Fayyadl, Muhammad. 2005. Derrida. Yogyakarta : LKiS.

Argus, Firmansyah. 2002. Dekonstruksi Spiritualisme. Jakarta : Jala Sutra.

Lestari, Dewi. 2014. Rectoverso (11 Cerita Pendek Dee). Yogyakarta: PT Bentang Pustaka. Luxemburg, Jan Van, dkk. 1984. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta : Gramedia.

Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra dari Strukturalisme Hingga Postrukturalisme: Perspektif Wacana Naratif. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan channel spacing yang tetap 0,2 nm, teknologi CWDM akan memiliki keterbatasan dalam hal jumlah panjang gelombang yang dapat dikonsumsi jika mengoptimalkan band

Berdasarkan Ketentuan Umum Keputusan Ketua Dewan Pengawas Perum Perhutani Nomor 136/KPTS/DIR/2001 yang dimaksud dengan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) adalah suatu

Item pernyataan SE1 terdapat 71,4 persen responden yang menjawab setuju bahkan sangat setuju yang menunjukkan bahwa responden memiliki self-esteem yang tinggi, SE2

Sasaran tersebut diwujudkan melalui Rencana Kinerja Kegiatan Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Bengkulu Tahun 2019 yang berjumlah 44 (empat puluh empat) kegiatan yang

Sampel secara random dipilih dan dikelompokkan dalam kelompok eksperimen (diberi perlakuan dengan pemberian video ajar) yang berjumlah 69 mahasiswa dan kelompok

Dari Gambar 1, dapat diketahui bahwa dengan adanya kitosan dapat meningkatkan kemapuan adsorpsi silika dari 11% menjadi 64%, dan terus meningkat menjadi 96%,

Pada penelitian ini digunakan adsorben biomassa dan karbon aktif dari tempurung biji nyamplung untuk mengadsorpsi ion logam Cd 2+ dalam larutan Pembuatan karbon aktif

Misalkan A dan B adalah matriks sebarang yang memiliki invers, AB dan BA juga memiliki invers maka berlaku hubungan berikut.. Tentukan invers dari