• Tidak ada hasil yang ditemukan

Cara Menghafal Quran docx 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Cara Menghafal Quran docx 1"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

Sabtu, 17 Agustus 2013

Resep Prof.Dr.Kudang Boro Menghafal Alquran Di Tengah

Kesibukan & Usia Lanjut

Faktor usia dan kesibukan bukan halangan untuk belajar dan menghafal Alquran. Sosok yang satu ini telah membuktikannya. Adalah Prof.Dr Kudang Boro

Seminar, M.Sc. Guru Besar Teknik Teknologi Komputer Institut Pertanian Bogor (IPB) ini punya kesabaran dan komitmen yang patut dicontoh. Ia menceritakan bagaimana ia memulai belajar menghafal Al Quran di usia 40 tahun. KUDANG memulai dari cerita saat ia pertama kali kuliah S1 di IPB jurusan pertanian pada 1979. Di awal kuliah, ia ikut ujian tulis mata kuliah Agama Islam. Saat itu ada soal hanya diminta menuliskan surat Al Fatihah. “Saya nggak kerjakan. Jadi selama setengah jam saya diam saja,” tuturnya. Kudang mengaku sejak kecil ia hanya mendapat pendidikan agama hanya di sekolah SD, SMP dan SMA dan Perguruan Tinggi (IPB), sedangkan di rumah belum tumbuh pendidikan agama Islam di lingkungan keluarga. “Orang tua saya baru masuk Islam setelah saya menyelesaikan tingkat persiapan bersama (akhir semester II pada 1980). Sejak SD-SMA, saya hanya ikut-ikutan saja mengikuti pendidikan agama Islam. Setelah menikah, baru saya belajar membaca al-Qur’an dari istri yang lebih lebih mahir dari saya,” ungkap pria kelahiran Jember, 18 November 1959 ini. Awalnya ia merasa cukup belajar mengaji al-Quran kepada sang istri. Kemudian ia mendapat kesempatan studi S2 dan S3 di Kanada pada 1986. “Saya sempat depresi di awal-awal tinggal di Kanada. Jauh dari anak istri. Lalu kultur yang sangat berbeda dengan Indonesia. Belum lagi, ilmu yang saya pelajari menyimpang dari disiplin ilmu sebelumnya. Sarjana saya pertanian. Tapi di Kanada saya memperdalam komputer,” akunya saat bercerita di hadapan jamaah Masjid Ar Rahmah Jln. Teluk Buli Surabaya (12 Januari 2013) lalu. Alquran=Software Hidup Dia melihat dekadensi moral yang parah di negeri bagian utara benua Amerika itu. “Saya pernah diminta hadiri pernikahan warga asli. Ternyata mereka sudah tinggal serumah selama delapan tahun sebelum pernikahan. Hidup bebas antara pria dan wanita serta dijual dan digunakannya alat-alat kontrasepsi secara terbuka memang menyuburkan hubungan pria wanita tanpa ikatan pernikahan. Kultur yang serba bebas seperti ini membuat saya stres,” lanjutnya. Ia kemudian mengibaratkan kehidupan manusia seperti komputer yang baru bisa berfungsi jika dipasang Sistem Operasi atau Operating System (OS) seperti Windows atau Linux. Tanpa OS, komputer ibarat bangkai piranti keras yang tidak bermanfaat. Tingkat kualifikasi dan kehandalan sebuah komputer sangat bergantung pada OS-nya. Semakin handal dan canggih OS-nya, semakin tinggi pula pula kinerja komputer itu. Jika komputer saja yang merupakan artifak (ciptaan manusia) memerlukan OS, maka tentu manusia sebagai ciptaan (makhluk) Allah memerlukan OS yang jauh lebih handal dan komprehensif. Agar manusia itu bisa menjalankan

(2)

termaktub dalam Kitabullah (al-Quran) dan sunnah Rasulullah saw,” bebernya. Tanpa sistem operasi, itu manusia ibarat hewan (akhlak & perilakunya), seperti firman-NYA, “...Mereka itu ibarat binatang ternak, bahkan lebih buruk lagi...” (QS. Al A'Raaf (7):179). Kualifikasi (kemuliaan) manusia di mata Allah

tergantung pada seberapa besar muatan agamanya tertanam atau ter-install pada dirinya,” ulasnya. Dengan itulah ia bertekad untuk memperdalam agama Islam yang inti sarinya ada di al-Qur’an dan as-Sunnah. Ia mengutip firman, “Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim kecuali kerugian” (QS. Al Isra 82). Pucuk di cinta ulam tiba. Di Kanada, ia kenal dengan seorang hafidz Al Quran asal Sudan. “Namanya Yahya Fadhlala. Dia kokoh dalam beragama dan telah menikah dengan warga asli Kanada yang telah terbimbing berbusana dan berbudaya muslimah. Malah istrinya itu lebih islami ketimbang kebanyakan muslimah Indonesia saat itu. Hal ini menambah motivasi bagi saya untuk belajar agama darinya,” ungkapnya. Ia pun mulai belajar

membaca al-Qur’an dari Yahya. Di situlah ia benar-benar merasakan perombakan bagaimana membaca Alquran yang benar dengan berbagai tingkat kesulitan ia hadapi. Karena bacaan yang ia miliki sebelumnya harus banyak dikoreksi. “Saya semakin intensif belajar tidak saja al-Qur’an tetapi masalah agama yang lain. Ia bersyukur justru di Kanada yang Islamnya sangat minoritas justru kesempatannya besar memperdalam agama,” jelasnya. Pada 1993, Kudang kembali ke tanah air. Semangat belajar Alquran masih sangat kuat hatinya. Ia pun mencari guru di Jakarta. Dan dengan izin-Nya. “Saya bertemu dengan Ustadz KH Ahmad Musyaffa, Alhafidz. Beliau punya sembilan saudara (laki dan perempuan) yang kesemuanya hafal Alquran,” jelasnya. Kudang merasa nyaman belajar dengan guru baru ini. “Karena saya diperlakukan bukan seperti santri reguler. Saya diberi keringanan dan keleluasan waktu untuk belajar. Mungkin Ustadz Musyafffa mempertimbangkan kalau saya punya profesi dan kesibukan sebagai pengajar dan PNS. Jadi ya diberi diskon,” ucapnya sambil tersenyum. “Ustadz Musyaffa bilang jam berapa saja saya mau datang ke rumahnyadi Jakarta, beliau siap menerima saya. Pulang ngajar jam 9 malam atau bahkan jam 12 malam, beliau dengan sabar dan tulus menerima. Saya pun tidak menyia-nyiakan kemudahan ini,” kenangnya. 4 Resep Jitu Ia membocorkan sejumlah resep belajar Alquran yang ia dapat dari gurunya itu. Pertama, belajar Alquran -baik membaca apalagi menghafal- harus berguru. Kedua, musti sabar tidak tergesa-gesa. Ketiga, mohon kepada Sang Pemilik kalimat al-Qur’an, yaitu Allah swt. Ketiga resep itu, termaktub di ayat 16-19 surat Al Qiyamah. “Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya. Sesungguhnya atas tanggungan Kami-lah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai)

membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kami-lah

penjelasannya.” Saat menghafal Alquran, sambungnya, kita harus benar-benar patuh atas perintah guru. “Di sini kesabaran itu diuji. Misalnya sebelum menghafal saya disuruh membaca dengan melihat kitab dan didengar serta

(3)

Kesabaran ektra sangat dibutuhkan saat menghafal. “Di ayat 16, Allah melarang Nabi saw tergesa-gesa menghafal. Beliau diperintah untuk taat mengikuti Jibril. Karena yang membuat kita hafal dan memperkokoh hafalan itu adalah Allah. Itu janji Allah yang tersurat di ayat 17. Jika Nabi saja dilarang terburu-buru, apalagi kita. Dengan demikian, kepatuhan terhadap guru dan kesabaran kita mengundang pertolongan Allah. Lalu kita berdoa kepada Allah untuk memberi kekuatan menghafal dan menjaganya,” urainya. Kudang telah membuktikan janji Allah ini. Setelah 4 tahun membaca bin nadzor (melihat lembaran bukan menghafal), ia mulai menghafal. “Alhamdulillah, saya bisa menyelesaikan satu putaran (khatam) dalam 5 tahun. Padahal saat itu saya sudah usia 45 tahun lebih. Dua hari sekali dari Bogor saya ke Jakarta untuk menghadap ustadz. Kalau ada kegiatan kampus atau lainnya, saya usahakan ganti di lain hari,” ucapnya. “Saat ini saya sudah putaran ketiga,” jelasnya. Mempertahankan bacaan adalah tugas yang terberat. “Kuncinya menyediakan waktu untuk menderes bacaan & hafalan sebanyak dan serutin mungkin dan sekuat menjaga diri dari perbuatan maksiat, itu pesan guru saya. Al-Qur’an adalah cahaya, sedangkan maksiat adalah kegelapan. Tak mungkin keduanya bisa bersatu,” tegasnya. Ada yang Lebih Tua Resep terakhir yang ia beberkan adalah memperbanyak hadir dalam majelis Al-quran. “Kita perlu sesering mungkin ikut acara khataman atau majelis Al-quran,” katanya. Atas nasihat gurunya, Kudang mencoba menerapkan acara pengajian & khataman al-Quran tiap pekan sekali di kampus. “Alhamdulillah ternyata ada mahasiswa, dosen dan pegawai yang tertarik dan termotivasi untuk belajar al-Quran bahkan ada yang sampai menghafalnya,” ungkapnya. “Yang pasti membaca dan

mendalami Alquran jangan sampai luntur. Dengan banyak ikut halaqah Al quran akan menambah semangat. Usia bukan halangan untuk menghafal Alquran 30 juz. Saya tidak pedulikan usia, pokoknya terus belajar. Guru saya menceritakan ada seorang ibu yang mulai belajar menghafal di usia 50 tahun. Dan alhamdulillah dia mampu walau memerlukan 15 tahun,” pungkasnya. Kita perlu yakin dengan firman-Nya, “Kami telah memudahkan al-Qur'an untuk dipelajari. Maka adakah orang yang mau mempelajarinya?" Ayat itu diulang sebanyak 4 kali di surat al-Qamar, yaitu di ayat 17,22,32, & 40. “Ini menunjukkan penekanan dan dorongan kuat kepada kita bahwa al-Quran dijadikan mudah untuk dipelajari, asalkan bersungguh-sungguh, istiqomah, dan tertib mengikuti prosedur yang benar,” pungkasnya.{} PROFIL SINGKAT Prof. Dr. Ir. Kudang Boro Seminar, M.Sc Guru Besar bidang Teknologi Komputer di Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian (FATETA) dan Departemen Ilmu Komputer, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FAMIPA), IPB.

Menyelesaikan studinya pada strata S1 di IPB tahun 1983, dan strata S2 serta S3 di Faculty of Computer Science University of New Brunswick Canada pada tahun 1989 dan 1993. Bidang riset yang ditekuni mencakup Information Engineering, Software Engineering, Intelligent Systems, Distance Learning, Internetworking, Computer-Based Instrumentation & Control Systems. Sejak menyelesaikan studi doktornya, mendapat amanah untuk menjadi Ketua Departemen Teknik Pertanian IPB (1997-2000), Ketua Program Studi Pasca Sarjana Ilmu Keteknikan Pertanian IPB (2000-2003), Kepala Bagian (Lab) Ergotron( 2008-kini), Kepala

(4)

IPB (2007-kini). Terlibat dalam tim desain & implementasi pembentukan Departemen Ilmu Komputer IPB, Program Studi Magister Komputer IPB, Program Studi Manajemen Teknologi Informasi untuk Perpustakaan IPB, pembukaan program Doktoral Jalur Riset Ilmu Keteknikan Pertanian IPB, serta pembentukan rumpun Departemen Teknik di IPB. Dalam bidang keprofesian, menjabat Ketua HIPI/ ISAI (Himpunan Informatikan Pertanian

Indonesia/Indonesian Society of Agriculture Informatics) , presiden AFITA (Asian Federation for Information Technology in Agriculture), dan anggota PERTETA (Perhimpunan Teknik Pertanian/ Indonesian Society of Agricultural Engineering). Kesempatan menggali ilmu yang sangat berharga adalah kesempatan menimba dan mendalami ilmu agama khususnya Al-Qur’an baik dalam membaca dan mengkajinya sejak tahun 1996 hingga saat ini. Melalui bimbingan guru-guru yang yang bersahaja (tawadhu’) dalam ketinggian ilmunya yang salah satunya

berperingkat hafiz (penghafal Al-Qur’an) tanpa meninggalkan profesi sebagai akademisi, peneliti, dan pendidik. SUMBER BIODATA:

http://kseminar.staff.ipb.ac.id/biodata/

Diposkan oleh Achmad Yani di 01.23

(5)

Metode Menghafal Al-Quran untuk Mahasiswa

Prolog

Sesuatu yang paling layak untuk dihafal adalah Al-Quran, ia merupakan firman Allah, pedoman hidup umat Islam, sumber dari segala sumber hukum, dan bacaan yang paling sering diulang-ulang oleh umat muslim. Mahasiswa sebagai calon intelektual muslim hendaknya meletakkan hafalan Al-Quran sebagai prioritas kegiatannya. Inilah intisari dari pemikiran Imam Yahya bun Syaraf An-Nawawi dalam kitab “Al-Majmu”:

“ Hal Pertama ( yang harus diperhatikan oleh seorang penuntut ilmu ) adalah menghafal Al Quran, karena ia adalah ilmu yang terpenting, bahkan para ulama salaf tidak akan mengajarkan hadis dan fiqh kecuali bagi siapa yang telah hafal Al Quran. Kalau sudah hafal Al Quran, berhati-hatilah dalam menyibukkan diri mempelajari hadis dan fiqh atau pelajaran lainnya, yakni kesibukan yang bisa menyebabkan hilangnya sebagian hafalan Al Quran atau beerpotensi lupa. “ Imam Nawawi, Al Majmu’,( Beirut, Dar Al Fikri, 1996 ) Cet. Pertama, Juz : I, hal : 66

Faktanya tidak semua orang yang memiliki niat untuk menghafalkan al-Quran mampu merealisasikan niatnya, juga tidak semua orang yang menghafal bisa tuntas sampai 30 juz, dan tidak semua orang yang hafal 30 juz mampu membaca “bil ghaib” dengan lancar dan baik. Demikian juga, tidak semua hafidz diberikan karunia untuk menjadikan hafalannya sebagai dzikir yang selalu dilantunkannya secara istiqamah sampai akhir hayatnya. Untuk itul, perlu kiranya seorang mahasiswa melakukan pengaturan (manajemen) secara sistematis, agar target yang direncanakan bisa tercapai.

A. Manajemen niat

Bagi mereka yang pernah menghafal, baik hingga selesai maupun berhenti di tengah perjalanan, pasti mempunyai motivasi-motivasi tertentu, atau paling tidak, ada mitos-mitos yang menggerakkan hati dan pikiran untuk menghafal.

Adakalanya mereka termotivasi oleh adanya pemuliaan, penghormatan dari masyarakat, kemudian tergerak hatinya untuk meraih ‘prestise’ tersebut. Atau juga karena tergiur dengan predikat sebagai calon penghuni surga yang kelak bila meninggal jasadnya akan tetap utuh. Bisa juga termotivasi oleh hidup

“glamour”nya para hafidz yang sering mendapatkan job “khataman” serta pulang dengan membawa berkat dan amplop tebal.

Patut disyukuri memang, gara-gara motivasi dan mitos di atas, banyak dari mereka yang akhirnya bisa hafal al-Quran dengan baik. Hanya saja, secara

(6)

sumber penghasilan (ma’isyah), atau sebagai wahana unjuk kehebatan dan kesalehan. Biarlah, yang sudah terjadi biarlah berlalu, selanjutnya ditata kembali dengan niat yang lebih ikhlas.

Sebenarnya yang paling esensi dari al-Quran adalah pesan yang dikandungnya. Ibarat secarik kertas yang berisi route perjalanan bagi seorang musafir. Kalau kertas tersebut hanya dibaca keras dan tidak berusaha difahami isinya, sangat mungkin orang itu akan tersesat. Demikian halnya seorang muslim yang hanya menjadikan al-Quran sebagai mantra, jimat, ornamen, dan tidak memposisikannya sebagai pesan ilahi, oleh Allah ia laksana keledai yang dipundaknya dipenuhi buku-buku, kamatsalil himar yahmilu ashfara.

Konsekuensi dari motivasi yang salah tersebut, sering seorang hafidz itu menonjolkan performance inklusif agar dimuliakan orang lain atau dia enggan bekerja ‘kasar’ sebagaimana orang kebanyakan, khawatir akan menurunkan kredibilitas kehafidzannya. Lebih-lebih lagi, na’udzubillah, ada hafidz yang mempromosikan diri supaya diundang khataman, sambil melakukannya dengan bacaan hadr (super cepat) dan membayangkan berapa honor yang akan

diterimanya. Bisa jadi, akhirnya dia pulang menggerutu, bila ternyata bisyarah yang diterimanya lebih kecil dari yang terbayang. Tidak sedikit pula, hafidz yang ‘malas’ memahami isi kandungan al-Quran, bahkan isi surat-surat pendek pun tidak tahu artinya, meski sudah hafal puluhan tahun.

Hendaknya yang dijadikan target utama dari menghafal adalah kemamampuan memahami al-Quran. Kompetensi hafalan merupakan wasilah (media) efektif untuk lebih memahami al-Quran secara holistik (menyeluruh). Tidak sebaliknya, sesuatu yang semestinya sebagai media dijadikan tujuan (ghayah).

Lalu mengapa al-Quran itu dihafal? Untuk meluruskan penyelewengan motivasi di atas, berikut ini disajikan motivasi-motivasi (bukan mitos) menghafal,

berdasarkan al-Quran dan Sunnah Nabi disertai argumentasi rasional yang logis.

1. Al-Qur’an sebagai pemberi syafa’at pada hari kiamat bagi yang membaca, memahami dan mengamalkannya.

?????????? ?????????? ????????? ??????? ?????? ???????????? ???????? ???????? ????? (???? ????)

Bacalah al-Quran karena kelak ia akan menjadi penolong bagi pembacanya

2. Al-Qur’an menjadi hujjah (pembela) bagi pembacanya dan sebagai pelindung dari azab dunia dan akherat.

(7)

Dan al-Quran merupakan hujjah atau pembelamu kelak

3. Pembaca al-Qur’an, khususnya penghafal al-Quran yang kualitas dan kuantitas bacaannya lebih tinggi, akan bersama malaikat dan selalu melindunginya dan mengajak pada kebaikan.

?????? ??????? ???????? ?????????? ?????? ??????? ???? ???? ??????????? ?????? ???? ??????????? (???? ???????)

Perumpamaan orang mukmin yang membaca al-Quran dan menjaganya, akan ditemani para malaikat yang mulia dan baik

4. Penghafal al-Qur’an akan mendapatkan fasilitas khusus dari Allah, yaitu terkabulkannya segala harapan tanpa harus memohon/berdoa.

??????? ???????? ????? ??????? ???? ???????? ?????????? ????????? ???? ??????? ???? ???????????? ???????? ??? ??????? ????????????? (???? ????)

Allah berfirman (dalam Hadis Qudsi: Barang siapa yang disibukkan oleh al-Quran dan mengingat Allah sehingga lupa memohon, maka aku akan memberinya sesuatu yang terbaik

5. Penghafal al-Qur’an yang membiasakan mujawwad atau murattal akan

ditinggikan derajatnya di sisi Allah dan menempati posisi tertinggi di surga nanti.

??????? ????????? ?????????? ??????? ????????? ????????? ????? ?????? ???????? ? ??? ?????????? ??????? ???????????? ?????? ????? ????? ???????? ????? ? (???? ???????)

Dikatakan pada pembaca al-Quran, bacalah, naiklah dan tartilkanlah bacaanmu sebagaimana engakau mentartilkan di dunia, karena kedudukanmu di surga sesuai dengan ayat terakhir yang engkau baca

6. Penghafal al-Qur’an berhak untuk diprioritaskan menjadi imam atau pemimpin, bahkan sampai ia mati kelak.

??????? ????????? ???????????? ????????? ??????? (???? ????) ??? ???? ??? ? ????? ??????? ???????

(?) ????? ???????? ?????? ????????????? ???? ??????? ?????? ??? ?????? ??????? ????? ??????? ?????????? ???????? ??????? ??????????? ??????? ??????? ????? ?? ????????? ????????? ??? ????????? (???? ???????)

(8)

dimasukkan di liang lahat (HR Bukhari).

7. Penghafal al-Qur’an paling layak untuk menjadi teladan atau idola.

??? ?????? ?????? ????? ??????????? ?????? ?????? ??????? ?????????? ??????? ? ??? ?????? ????????? ???????? ????????? ??????? ?????? ?????? ??????????? ???? ?????? ????????? ???????????? (???? ???????) ??? ???? ???? ????? ???? ????????? ??????? ????????? ??? ??????????? ??????????? ????????? ?????????? ?????? ???? ????? ????? ??????????? ?????? ??????????? ??? ???????????? ??????????? (???? ??? ????)

Tidaklah hasud dibolehkan kecuali pada dua orang; (1) orang yang dikarunia kemampuan al-Quran dan membacanya sambil qiyamul lail dan (2) orang yang dikarunia harta lalu dia bersedekahsiang dan malam (HR. Bukhari), Diantara wujud pengagungan pada Allah adalah memuliakan orang tua muslim dan penghafal al-Quran yang tidak melampaui batas serta memuliakan raja yang adil (HR. Abu Dawud)

8. Penghafal al-Qur’an, berpotensi untuk mendapatkan pahala yang banyak.

???? ?????? ??????? ???? ??????? ??????? ?????? ???? ???????? ????????????? ?? ?????? ???????????? ??? ??????? ??? ?????? ???????? ?????? ?????? ??????? ???? ?? ??????? ?????? ? (???? ???????)

Barang siapa membaca satu huruf dari al-Quran maka dia mendapatkan satu kebaikan dan satu kebaikan bernilai 10 kebaikan, seperti alim lam mim masing-masing bernilai 10 kebaikan.

9. Penghafal al-Qur’an bisa membaca dan memahami al-Qur’an di manapun dan dalam situasi apapun, dia tidak selalu tergantung dengan mushaf, tempat, waktu, dan posisi tertentu, sehingga di kantor, di kendaraan, di pasar, bahkan sambil tiduran pun ia bisa membaca dan memahami al-Quran. Juga aktivitas otak yang tidak terganggu oleh konsentrasi melihat (mushaf), semakin mudah melakukan tadabburdengan al-Quran.

10. Penghafal al-Qur’an punya daya nalar argumentatif yang komprehensif dan mendalam. Sebagai al-huda (petunjuk), al-Qur’an sarat dengan nilai-nilai moral, kebenaran ilmiah, inspirasi untuk berkreasi, terutama dalil-dalil hukum Islam. Dengan demikian, dia sangat lihai mengulas maksud dari sebuah ayat, dan mensintesiskan ayat dengan teori serta mengelaborasikan korelasi antar ayat.

11. Menghafalkan al-Qur’an hukumnya wajib kifayah, menurut Imam Zarkasyi, Assuyuthi dll, sebab ia bisa menjaga Al-Quran dari kesalahan bacaan dan

(9)

12. Penghafal al-Qur’an menghabiskan sebagian besar waktunya (umurnya) untuk mempelajari dan mengajarkan sesuatu yang bermanfaat dan bernilai ibadah, hal itu menjadikan hidupnya penuh keberkahan dan Allah memposisikannya sebagai manusia terbaik.

?????????? ???? ????????? ?????????? ??????????? (???? ???????)

Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar dan mengajarkan al-Quran

13. Penghafal al-Qur’an dijaga dari godaan nafsu, sebab kesibukan dzikir pada Allah (termasuk baca al-Quran) akan menghalangi syetan untuk menguasai nafsunya.

?????? ?????? ???? ?????? ??????????? ????????? ???? ?????????? ?????? ???? ?? ????? ( ?????? : 36(

Barang siapa lalai dari ingat Allah, akan kami kuasakan atasnya syaitan yang menemaninya

14. Penghafal al-Qur’an termasuk dalam tujuh golongan yang diberi naungan Allah ketika tidak ada lagi tempat bernaung di akherat dari dahsyatnya panas neraka.

???????? ??????????? ??????? ??? ??????? ?????? ??? ????? ?????? ??????? …. ???????? ?????? ??? ????????? ??????? ???????? ???????? ????????? ??? ????? ??????? ? (???? ???????)

Tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan Allah, (diantaranya) pemuda yang tumbuh besar dalam suasana ibadah pada Allah dan seorang laki-laki yang hatinya selalu bergantung pada masjid.

15. Penghafal al-Qur’an adalah manusia pilihan Allah yang akan dititipi ilmu di dadanya.

???? ???? ???????? ?????????? ??? ??????? ????????? ??????? ????????? (???????? : 29)

Bahkan al-Quran merupakan kemukjizatan yang nyata yang dititipkan Allah di dada orang yang berilmu

16. Membaca al-Qur’an merupakan obat stress, depresi dan lain-lain.

(10)

Barang siapa yang berpaling dari mengingat aku, maka kehidupannya akan sempit dan kami kumpulkan di hari kiamat dalam keadaan buta

????????? ????????? ????????????? ??????????? ???????? ??????? ????? ???????? ??????? ??????????? ?????????? (????? : 28)

Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenang dengan mengingat Allah, ingatlah bahwa dengan mengingat Allah hati menjadi tenang

17. Penghafal al-Qur’an selalu berlatih untuk kerja keras dan disiplin. Menghafal al-Quran butuh kerja keras, disiplin, istiqamah selama satu tahun lebih, kebiasaan disiplin dan konsisten ini menjadi modal penting dalam menggapai kesuksesan hidup.

18. Al-Qur’an mudah dihafal oleh orang tua, muda, anak-anak dan oleh orang yang tidak faham bahasa Arab sekalipun.

???????? ?????????? ???????????? ?????????? ?????? ???? ????????? (????? : 22)

Dan sungguh kami mudahkan al-Quran untuk diingat adakah orang yang mau mengingat?

Jadi, pertama kali yang harus diperhatikan oleh orang yang ingin menghafal Al-Quran adalah mengikhlaskan niatnya hanya untuk Allah semata. Dengan niat ikhlas, Allah akan membantu menjauhkan kita dari rasa malas dan bosan. Suatu pekerjaan yang diniatkan ikhlas, biasanya akan terus berlangsung. Berbeda kalau niatnya hanya untuk mengejar materi atau hanya ingin ikut musabaqah, atau karena hal lain. Hendaknya ia melakukan shalat Hajat dengan memohon kepada Allah agar dimudahkan dalam menghafal Al-Quran. Waktu shalat hajat ini tidak ditentukan dan doa’anya pun diserahkan kepada masing-masing pribadi. Hal ini sebagaimana diriwayat Hudzaifah ra, yang berkata :

??? ???? ???? ??? ???? ???? ???? ??? ???? ??? ??? (???? ??? ????)

“ Bahwasanya Rasulullah saw jika ditimpa suatu masalah beliau langsung mengerjakan shalat. “

Memperbanyak do’a untuk menghafal Al-Quran. Do’a ini memang tidak terdapat dalam hadis, akan tetapi seorang muslim boleh berdo’a menurut kemampuan dan bahasanya masing-masing. Mungkin anda berdo’a seperti ini :

(11)

“ Ya Allah berikanlah kepadaku taufik untuk menghafal Al-Quran, dan berilah aku kekuatan untuk terus membacanya siang dan malam sesuai dengan ridha dan tuntunan-Mu, wahai Yang Maha Pengasih “.

B. Manajemen waktu

Pilihlah waktu yang tepat untuk menghafal, dan ini tergantung kepada peribadi masing-masing. Akan tetapi dalam suatu hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, disebutkan bahwasanya Rasulullah saw bersabda :

?? ????? ??? ? ??? ???? ????? ??? ??? ???? ? ?????? ??????? ? ?????? ? ????????? ??????? ??????? ??? ?? ??????

“ Sesungguhnya agama ini mudah, dan tidak ada yang mempersulit diri dalam agama ini kecuali dia akan sampai, makanya amalkan agama ini dengan benar, perlahan-lahan, dan berilah kabar gembira, serta gunakan waktu pagi, siang dan malam (untuk mengerjakannya) “ ( HR Bukhari )

Umumnya, orang yang menghafalkan al-Quran di pesantren-pesantren menghabiskan waktu 3-4 tahun dengan program takhashshus (tahfidz

intensif/sebagian besar waktunya untuk menghafal). Sebenarnya, kalau seseorang mampu mengatur waktu dengan baik, pasti akan jauh lebih cepat dari waktu tersebut. Misalnya, dalam sehari dia menambah hafalan dua halaman, maka dalam kurun waktu sepuluh bulan (atau max. 12 bulan) sudah tuntas 30 juz. Atau paling tidak setengah halaman perhari, maka dalam waktu 40 bulan (3 tahun 4 bulan atau max. 4 tahun). Tentu, dengan syarat setiap waktu terbuang harus diganti atau dirangkap tanpa kompromi.

Untuk konteks mahasiswa, pengaturan waktu memang lebih rumit dibanding dengan peserta program takhashshus di pesantren. Mahasiswa memiliki beban ganda yang berat. Terkait dengan perkuliahan, dia harus mempersiapkan

matakuliah setiap hari (min. 1 jam), mengikuti perkuliahan (rata-rata 4 jam sehari selama 5 hari), mempersiapkan ujian UTS, UAS, kuis (min. 2 jam),

menyelesaikan tugas membuat makalah individu atau kelompok (min. 5 jam). Berikut ini gambaran perbandingan kegiatan harian antara mahasiswa tahfidz dan mahasiswa bukan tahfidz:

Tabel 1: Alokasi Ideal Waktu Mahasiswa non Tahfidz dalam 24 Jam

Kegiatan Alokasi waktu Prosentase

(12)

Tidur 8 jam 33 %

Bersih-bersih baju, kamar, kerja bakti dsb 2 jam 8,3 % Hiburan, belanja, jalan-jalan dsb 2 jam 8,3 %

Total 24 jam 100 %

Tabel di atas menunjukkan relatif longgarnya waktu mahasiswa untuk belajar, ibadah, santai dan istirahat. Dengan alokasi seperti ini saja mahasiswa yang komitmen dan konsisten melakukan kegiatan ilmiah dan diniyah, pasti akan mencapai kesuksesan.

Adapun mereka yang mengambil program tahfidz penuh (30 juz), minimal harus menyisihkan waktunya min. 9 jam perhari dengan perincian sebagai berikut:

Tabel 2: Durasi Ideal Waktu Mahasiswa Tahfidz

Kegiatan Durasi

Penambahan hafalan baru 1 hal 1 jam Pengulangan hafalan baru 1/2 juz 1 jam Setoran hafalan 2 jam

Pengulangan harian 3 juz 2 jam

Latihan fashohah, terjemah, tafsir 1 jam Total 9 jam

Setelah waktu untuk tahfidz ditambahkan dalam kegiatan harian, maka komposisi waktu kegiatan menjadi seperti berikut:

Tabel 3: Alokasi Ideal Waktu Mahasiswa Yang Mengikuti Tahfidz

Kegiatan Alokasi waktu Prosentase

Persiapan materi kuliah, ujian dsb 1 jam (2-1 jam) 4,1 % Mengikuti perkuliahan, seminar dsb 2 jam (4-2 jam) 8,3 % Menyelesaikan tugas, membuat artikel dsb 1 jam 4,1 %

Organisasi, silaturrahmi, pertemuan dsb 1 jam (2-1 jam) 4,1 % Istirahat, sholat, makan dsb 2 jam (3-1 jam) 8,3 %

Tidur 5 jam (8-3 jam) 20,8 %

Bersih-bersih baju, kamar, kerja bakti dsb 2 jam 8,3 % Hiburan, belanja, jalan-jalan dsb 1 jam (2-1 jam) 4,1 % Tahfidz 9 jam 37,5 %

Total 24 jam 100 %

Dari tabel di atas, secara jelas diketahui bahwa mahasiswa yang akan

menghafalkan al-Quran penuh (30 juz) harus siap melakukan riyadlah (latihan lahir batin) dan mujahadah (sungguh-sungguh) yang mungkin sangat melelahkan. Tidur yang biasanya memakan waktu 8 jam dalam sehari semalam, harus

(13)

penyaluran hobbi semaksimal mungkin dikurangi, apalagi sekadar ngrumpi, ngobrol, cuci mata dan sebagainya, mutlak harus ditinggalkan. Ibnu Athaillah (dalam kitab “Al-Hikam”) mengingatkan pada para pencari kemuliaan:

??? ???? ?? ??????? ???? ?? ???? ?? ???? ???????

” Bagaimana mungkin ada akan mendapatkan hal yang luar biasa bila anda tidak keluar dari kebiasaan “

Apabila seorang mahasiswa memiliki tekad kuat untuk menghafal penuh, maka sebaiknya disusun target secara sistematis sebagaimana contoh di bawah ini:

Contoh target program hafalan 30 juz (dari nol) selama 4 tahun kuliah

Bulan ke

1-2 3-4 5-6 7-8 9-10 11-12 Tahun pertama

(semester 1-2) Fashahah

1-10 Fashahah

11-20 Fashahah

21-30

Tahfidz Juz 1 Tahfidz Juz 2 Tahfidz Juz 3 Tahun kedua

(semester 3-4)

Tahfidz Juz 4-5 Tahfidz Juz 6-7 Tahfidz Juz 8-9 Tahfidz Juz 10-11 Tahfidz Juz 12-13 Tahfidz Juz 14-15

Tahun ketiga

(semester 5-6)

Tahfidz Juz 16-17 Tahfidz Juz 18-19 Tahfidz Juz 20-21 Tahfidz Juz 22-23 Tahfidz Juz 24-25 Tahfidz Juz 26-27

Tahun keempat

(semester 7-8)

Tahfidz Juz 28 Tahfidz Juz 29 Tahfidz Juz 30 Murajaah 1-10 Murajaah

(14)

Murajaah 21-30

Pada tahun pertama (semester 1 dan 2) biasanya mahasiswa mendapat beban matakuliah yang banyak (sekitar 24 sks), belum lagi program intensif bahasa dan matrikulasi yang padat, sehingga dirancang enam bulan pertama (semester 1) mahasiswa hanya latihan fashahah, tajwid, dan tanda waqaf saja, mulai juz awal sampai khatam, kemudian pada semester kedua mulai menghafal sedikit demi sedikit, yakni dalam setiap dua bulan ditargetkan satu juz saja.

Pada tahun kedua ditargetkan satu bulan satu juz, berarti minimal perhari harus tambah hafalan satu halaman sehingga dalam waktu 20 hari (dengan asumsi satu juz ada 20 halaman untuk al-Quran pojok mushaf Madinah atau terbitan menara kudus), sudah genap satu juz dan sisanya dipakai untuk melancarkan.

Setelah mahasiswa memasuki semester 7-8, biasanya mereka sangat disibukkan oleh program KKN, PPL, penulisan skripsi. Untuk itu target hafalan dikurangi dari dua menjadi satu juz perdua-bulan. Pada enam bulan terakhir pada tahun keempat, terdapat sisa waktu yang cukup untuk menyelesaikan target atau kalau sudah selesai, mereka harus banyak melakukan murajaah dengan harapan dalam setiap dua bulan (dari 6 bulan terakhir) mampu melancarkan minimal sepuluh juz yang telah dihafal. Bisa saja, melakukan pentashihan ke beberapa guru al-Quran di beberapa pondok pesantren.

Adapun waktu yang sangat tepat untuk melakukan murajaah (pengulangan) hafalan adalah waktu ketika sedang mengerjakan shalat–shalat sunnah, baik di masjid maupun di kamar ma’had/kos. Hal ini dikarenakan saat shalat seseorang fokus menghadap Allah, dan fokus inilah yang membantu kita dalam mengulangi hafalan. Berbeda ketika di luar shalat, seseorang cenderung untuk bosan berada dalam satu posisi, ia ingin selalu bergerak, kadang matanya melihat kanan atau kiri, atau akan melihat obyek yang dianggap menarik, atau bahkan temannya akan menghampirinya dan mengajaknya ngobrol. Berbeda dengan orang yang sedang shalat, temannya yang punya kepentingan kepadanya-pun terpaksa harus

menunggu hingga shalatnya usai dan tidak berani mendekat.

C. Manajemen strategi/metode

Sebenarnya banyak sekali metode yang bisa digunakan untuk menghafal Al-Quran, Masing-masing orang akan mengambil metode yang sesuai dengan kondisi masing-masing. Di sini akan disebutkan dua metode yang sering dipakai oleh sebagian penghafal, dan terbukti sangat efektif, yaitu:

Metode Pertama: Menghafal satu persatu halaman (menggunakan Mushaf Madinah atau menara Kudus). Kita membaca satu halaman yang akan kita hafal sebanyak tiga atau lima kali secara benar, setelah itu kita baru mulai

(15)

berikutnya kecuali telah mengulangi halaman-halaman yang sudah kita hafal sebelumnya.

Metode Kedua : Menghafal per- ayat , yaitu membaca satu ayat yang mau kita hafal tiga atau lima kali secara benar, setelah itu, kita baru menghafal ayat tersebut. Setelah selesai, kita pindah ke ayat berikutnya dengan cara yang sama, dan begitu seterusnya sampai satu halaman. Akan tetapi sebelum pindah ke ayat berikutnya kita harus mengulangi apa yang sudah kita hafal dari ayat sebelumnya. Setelah satu halaman, maka kita mengulanginya sebagaimana yang telah

diterangkan pada metode pertama.

Sebelum mulai menghafal, hendaknya kita memperbaiki bacaan Al-Quran agar sesuai dengan tajwid. Perbaikan bacaan meliputi beberapa hal, diantaranya :

a) Memperbaiki Makhraj Huruf.

b) Memperbaiki Harakat Huruf .

Untuk menunjang agar bacaan baik, hendaknya hafalan yang ada, kita melakukantasmi’ (memperdengarkan) kepada seorang ustadz Al-Quran, agar beliaau membenarkan bacaan kita yang salah. Kalau itu tidak dilakukan, maka mungkin kesalahan yang timbul akan terus terbawa dalam hafalan kita tanpa disadari.

Faktor lain yang menguatkan hafalan adalah menggunakan seluruh panca indera yang kita miliki. Maksudnya kita menghafal bukan hanya dengan mata saja, akan tetapi dengan membacanya dengan mulut kita, dan kalau perlu kita lanjutkan dengan menulisnya ke dalam buku atau papan tulis, sebagaimana yang diterapkan di sebagian daerah di Maroko, yakni dengan menuliskan hafalan di atas papan kecil yang dipegang oleh murid, setelah mereka menghafalnya di luar kepala, baru tulisan tersebut dicuci dengan air.

Menggunakan satu jenis mushaf Al-Quran juga dapat menguatkan hafalan. Jangan sekali-kali pindah dari satu jenis mushaf kepada yang lain. Karena mata kita akan ikut menghafal apa yang kita lihat. Jika kita melihat satu ayat lebih dari satu posisi, jelas itu akan mengaburkan hafalan kita. Masalah ini, sudah dihimbau oleh penyair dalam tulisannya :

????? ???? ??? ????? ?? ???? ????? ????? ???? ???? ??????

“ Mata akan menghafal apa yang dilihatnya- sebelum telinga- , maka pilihlah satu mushaf untuk anda selama hidupmu. “

(16)

(Mushaf Pojok) ini paling banyak dipakai oleh para pengahafal Al-Quran, banyak dibagi-bagikan oleh pemerintah Saudi kepada para jama’ah haji. Cetakan-cetakan Al-Quran sekarang merujuk kepada model mushaf seperti ini. Dan bentuk mushaf seperti ini paling baik untuk dipakai menghafal Al-Quran. Ada juga model lain, seperti mushaf Al-Quran yang dipakai oleh sebagian orang Mesir, ada juga mushaf yang dipakai oleh sebagian orang Pakistan dan India, bahkan ada model mushaf yang dipakai oleh sebagian pondok pesantren tahfidh Al-Quran di Indonesia yang dicetak oleh Penerbit Menara Kudus.

Faktor lain yang mendukung hafalan adalah memperhatikan ayat-ayat yang serupa (mutasyabih). Biasanya seseorang yang tidak memperhatikan ayat-ayat yang serupa (mutasyabih), hafalannya akan tumpang tindih antara satu dengan lainnya. Ayat yang ada di juz lima misalnya akan terbawa ke juz sepuluh. Ayat yang semestinya ada di surat Al-Ma-idah akan terbawa ke surat Al-Baqarah, dan begitu seterusnya. Di bawah ini ada beberapa contoh ayat-ayat serupa (mutasyabihah) yang seseorang sering melakukan kesalahan ketika menghafalnya :

1- ( ????? ??????? ???? ???????? ??????? ? ?????? 173 < ————

> ? ????? ??????? ???????? ??????? ???? ) ??????? 3 ? ???????? 145? ? ????? 115

2-

(????? ??????????? ??????? ??????????? ???????? ??????? ????????????? ??????? ????? ???? ????) ?????? : 61

3- (?? ????? ?????? ????? ??????? ????????????? ???????????? ???? ??) ?? ????? : 21

4-

(????? ??????????? ??????? ??????????? ???????? ??????? ????????????? ??????? ? ???? ??) ?? ???? : 112

Untuk melihat ayat–ayat mutasyabihat seperti ini secara lebih lengkap boleh dirujuk buku–buku Mutasyabihat Al-Quran, karya Abul Husain bin Al Munady, Pedoman Ayat Mutasyabihat, karya KH. Mustain Syafi’i dll.

D. Manajemen istiqamah

Setelah Al-Quran dihafal secara penuh (30 juz), seringkali seorang hafidz disibukkan oleh studinya, atau menikah atau sibuk dengan pekerjaan, dan tidak lagi mempunyai program untuk menjaga hafalannya kembali, sehingga Al-Qur’an yang sudah dihafalnya beberapa tahun, akhirnya hanya tinggal kenangan saja. ia merasa berat untuk mengembalikan hafalannya lagi.

(17)

dalam dada kita. Sering diungkapkan bahwa tugas seorang hafidz adalah menjaga hafalan. Istilah “menjaga hafalan” ini sebenarnya cenderung negatif, sebab dikesankan bahwa seorang hafidz itu tugasnya seperti petugas security (Satpam) yang hanya menjaga tidak menikmati apa yang dijaganya. Bayangan yang muncul dibenak masyarakat umum, bahwa menghafal al-Quran itu identik dengan

menambah beban hidup menjadi lebih berat. Saatnya kita rubah istilah tersebut dengan “melestarikan hafalan atau menikmati al-Quran”, sehingga tidak dianggap sebagai beban, melainkan sebagai sarana hiburan diri.

Di sinilah letak perbedaan antara orang yang benar-benar istiqamah dengan orang yang hanya rajin pada awalnya saja. Karena, untuk melestarikan hafalan

diperlukan kemauan yang kuat dan istiqamah yang tinggi. Dia harus meluangkan waktunya setiap hari untuk mengulangi hafalannya. Banyak cara untuk menjaga hafalan Al-Quran, masing-masing tentunya memilih yang terbaik untuknya.

Mengulangi hafalan perlu dilakukan dalam shalat lima waktu. Seorang muslim tentunya tidak pernah meninggalkan shalat lima waktu, hal ini hendaknya

dimanfaatkan untuk mengulangi hafalannya. Agar terasa lebih ringan, hendaknya setiap shalat dibagi menjadi dua bagian, sebelum shalat dan sesudahnya.

Misalnya, sebelum shalat: sebelum adzan, dan waktu antara adzan dan iqamah. Apabila dia termasuk orang yang rajin ke masjid, sebaiknya pergi ke masjid sebelum azan agar waktu untuk mengulangi hafalannya lebih panjang. Kemudian setelah shalat, yaitu setelah membaca dzikir ba’da shalat atau dzikir pagi pada shalat shubuh dan setelah dzikir selepas shalat Asar. Seandainya saja, ia mampu mengulangi hafalannya sebelum shalat sebanyak seperempat juz dan sesudah shalat seperempat juz juga, maka dalam satu hari dia boleh mengulangi hafalannya sebanyak dua juz setengah.

Kalau istiqamah seperti ini, maka dia boleh mengkhatamkan hafalannya setiap dua belas hari, tanpa menyita waktunya sama sekali. Kalau dia mampu

menyempurnakan setengah juz setiap hari pada shalat malam atau shalat-shalat sunnah lainnya, berarti dia boleh menyelesaikan setiap harinya tiga juz, dan boleh mengkhatamkan Al-Quran pada setiap sepuluh hari sekali. Banyak para ulama dahulu yang menghatamkan hafalannya setiap sepuluh hari sekali. Ada sebagian orang yang mengulangi hafalannya pada malam saja, yaitu ketika ia mengerjakan shalat tahajud. Biasanya dia menghabiskan shalat tahajudnya selama dua jam. Cuma kita tidak tahu, selama dua jam itu berapa juz yang ia dapatkan. Menurut ukuran umum, kalau hafalannya lancar, biasanya ia boleh menyelesaikan satu juz dalam waktu setengah jam. Berarti, selama dua jam dia boleh menyelesaikan dua sampai tiga juz dengan dikurangi waktu sujud dan ruku.

(18)

dari peserta mengulangi hafalannya sendiri-sendiri dahulu.

E. Manajemen tempat

Tempat yang kondusif akan memberikan pengaruh signifikan terhadap kesuksesan menghafal. Mereka yang tinggal di lingkungan yang cuek atau bahkan anti dengan bunyi-bunyian al-Quran akan merasa canggung untuk menghafal setiap saat. Sebaliknya mereka yang tinggal di pesantren khusus tahfidz, akan merasakan sebuah lingkungan yang kondusif, mau menghafal kapan saja dan dimana saja dan dengan cara apapun, tidak ada problem.

Secara umum, tempat yang paling kondusif untuk menghafal adalah masjid. Namun, kadang masing-masing orang memiliki selera dan tingkat kejenuhan yang berbeda, sehingga diperlukan alternatif tempat lain yang sunyi, seperti: di sawah, sungai, gunung, pesisir. Ada juga yang menghafal di dekat makam ulama-ulama terkenal, seperti di makam syeikh Hasyim Asyari Jombang yang sering dipakai tempat menghafal oleh santri-santri Pesantren “Madrasatul al-Quran”.

Ketika seseorang sudah hafal dan lancar, tempat tidak lagi menjadi soal. Sebab, ia bisa melakukan murajaah di manapun; di atas pesawat, motor, mobil atau di tempat keramaian sekalipun. Terutama, saat al-Quran sudah dapat dimasukkan ke ponsel (HP), dengan begitu tidak ada lagi rasa “sungkan” membawa dan membaca al-Quran di tengah kerumunan massa. Tentu, itu dilakukan dengan suara pelan yang tidak sampai mengusik atau menyita perhatian orang lain.

F. Manajemen tahsin (memperindah bacaan)

Faktor lain agar bacaan kita baik dan tidak salah, adalah meningkatkan intensitas mendengar bacaan Al-Quran murattal dari qori’-qor’ terkenal yang bagus suara dan bacaannya melalui kaset, MP3 atau HP. Kalau boleh, tidak hanya sekadar mendengar sambil mengerjakan pekerjaan lain, akan tetapi mendengar dengan serius dan teratur. Untuk diketahui, akhir-akhir ini – Alhamdulillah – banyak program TV yang menyiarkan secara langsung pelajaran Al-Quran murattal dari seorang qori’ yang bagus. Bisa juga mendapatkan audio atau video murottal dari internet di situs:www.Mp3Quran.net, atau dengan mengetikkan nama qori’ yang dikehendaki pada situs: www.youtube.com, kemudian URLnya dikopi ke www.youddl.com dan siap didownload.

DAFTAR RUJUKAN

1. Imam Nawawi, Al Majmu’, (Beirut, Dar Al Fikri, 1996) Cet. Pertama

(19)

3. Abu Abdur Rahman Al Baz Taufiq, Ashal Nidham Li Hifdhi Al-Quran, ( Kairo, Maktabah Al Islamiyah, 2002 ) Cet. Ketiga

4. Abu Dzar Al Qalamuni, ‘Aunu Ar Rahman fi Hifdhi Al-Quran, ( Kairo, Dar Ibnu Al Haitsam, 1998 ) Cet Pertama

(20)

Kamis, 10 Juni 2010

Metode menghafal al Qur’an

Ditulis pada Agustus 2, 2007 oleh dkmfahutan

Berikut ini adalah salah satu dari metode bagi anda yang mau menghafal ayat-ayat dalam al Qur’an. Tapi yang perlu diperhatikan sebelumnya bahwa,

Obat terbesar dalam menghafal dan memahami adalah taqwa kepada Allah SWT. “Bertaqwalah kepada Allah, niscaya Dia mengajarimu”

Imam Syafi;i berkata, “Aku mengadukan perihal keburukan hafalanku kepada guruku, yang bernama Imam Waki’, lalu guruku berwasiat agar aku menjauhi maksiat dan dosa. Guruku kemudian berkata: ‘Muridku, ketahuilah bahwa ilmu adalah cahaya. Dan cahaya Allah tidak akan diberikan kepada orang-orang yang maksiat’”.

Adapun langkah-langkah menghafal al Qur’an, sebagai berikut:

Hendaklah permulaan hafalan al Qur’an dimulai dari surat An Naas lalu al Falaq, yakni kebalikan dari urutan surat-surat al Qur’an. Cara ini akan memudahkan tahapan dalam perjalanan menghafal Al Qur’an serta memudahkan latihan dalam membacanya di dalam shalat baik.

Membagi hafalan menjadi dua bagian. Pertama, hafalan baru. Kedua, membaca al Qur’an ketika shalat.

Mengkhususkan waktu siang, yaitu dari fajar hingga maghrib untuk hafalan baru. Mengkhususkan waktu malam, yaitu dari adzan Maghrib hingga adzan Fajar untuk membaca al Qur’an di dalam shalat.

Membagi hafalan baru menjadi dua bagian: Pertama hafalan. Kedua,

pengulangan. Adapun hafalan, hendaknya ditentukan waktunya setelah shalat fajar dan setelah Ashar. Sedangkan pengulangan dilakukan setelah shalat sunnah atau wajib sepanjang siang hari.

Meminimalkan kadar hafalan baru dan lebih memfokuskan pada pengulangan ayat-ayat yang telah dihafal.

Hendaklah membagi ayat-ayat yang telah dihafal menjadi tujuh bagian sesuai jumlah hari dalam sepekan, sehingga membaca setiap bagian dalam shalat setiap malam.

Setiap kali bertambah kadar hafalan, maka hendaklah diulangi kadar pembagian pengelompokan pekanannya agar sesuai dengan kadar tambahan.

(21)

Tidak dibenarkan dan tidak diperbolehkan sama sekali melewati surat apapun sampai ia menghafalnya secara keseluruhan, seberapa pun panjangnya. Dan setelah menghafalnya secara keseluruhan, maka hendaklah diulang-ulang beberapa kali dalam tempo lebih dari satu hari.

Apabila di tengah shalat malam mengalami kelemahan dalam hafalan sebagian surat, maka hendaklah dilakukan pengulangan kembali disiang hari di hari berikutnya. Dalam kondisi seperti ini, tidak dibenarkan memulai hafalan baru. Kebanyakan hal seperti ini terjadi di awal-awal hari setelah menyelesaikan hafalan baru.

Sangat dianjurkan sekali untuk memperdengarkan surat-surat yang akan digunakan dalam shalat malam kepada orang lain.

Sangat baik mendidik anggota keluarga dengan metode ini. Caranya dengan membuat jadwal pekanan bagi setiap anggota keluarga dan memperdengarkan hafalan kepada mereka di siang hari, mengingatkan kepada mereka, memotivasi mereka untuk membacanya ketika shalat malam, serta membekali mereka supaya bisa berlatih sehingga tumbuh berkembang diatas al Qur’an. Dan al Qur’an bisa menjadi teman bagi mereka yang tidak bisa lepas darinya dan tidak kuasa untuk berpisah dengannya. Serta bisa menjadi lentera yang menerangi jalan kehidupan mereka.

Hendaklah memperhatikan cara membacanya. Bacaan harus tartil (perlahan) dan dengan suara yang terdengar oleh telinga. Bacaan yang tergesa-gesa walaupun dengan alasan ingin menguatkan hafalan baru adalah bentuk pelalaian terhadap tujuan membaca al Qur’an (untuk memperoleh ilmu, untuk diamalkan, untuk bermunajat kepada Allah, untuk memperoleh pahala, untuk berobat dengannya). Tujuan dari menghafal al Qur’an bukanlah untuk menghafal lafadz-lafadznya dalam jumlah yang banyak. tetapi tujuannya adalah mengulang-ulang surat yang telah dihafal dalam shalat dengan niatan, mentadabburi al Qur’an. tetapi apabila mampu menghafal banyak surat sesuai apa yang telah disebutkan diatas, itu lebih utama dari pada sedikit menghafal. Yang terpenting adalah menerapkan kaidah diatas. Apabila menurutmu waktu sangat sempit maka ambillah kadar yang sedikit namun terus diulang-ulang.

Diposkan oleh Achmad Yani di 12.20

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian di atas dapat di simpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi kepuasan nasabah terhadap produk yang ditawarkan oleh lembaga keuangan untuk masyarakat

Hasil analisis data lainnya pada penelitian eksperimen yang dilakukan oleh Martinez-marti, Avia, dan Hernands-Loreda (2010) yang menunjukan bahwa

Dari hasil pengamatan, didapatkan upaya-upaya untuk meningkatkan rasa patriotisme, seperti menggalakkan program-program yang berkaitan dengan kebudayaan, nasionalisme, dan

Pangandaran sendiri sedang berusaha untuk mengembangkan wisata lain selain wisata pantai sesuai dengan salah satu misi dari Kabupaten Pangandaran, yaitu “Menata

Namun kenyataannya kemampuan berpikir kritis matematis siswa masih menunjukkan nilai yang rendah, dengan demikian dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis

Wahyuni (2010) dalam skripsi yang berjudul Analisis Kesenjangan Pengetahuan ( Knowledge Gap ) Antara Karyawan dan Manajer Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) memiliki

Skripsi ini berjudul Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah Bagi Pengembangan Perpustakaan Sekolag di SMPN 1 Sinjai Barat Kabupaten Sinjai. Penelitian ini

discharge this agent Kruger permanently. Please return all weapons to the local embassy ”. Here is clearly seen there is conflict of role seen from a boss who sacked