BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan suatu perusahaan sangat penting untuk diketahui, karena
melalui pengukuran dan evaluasi kinerja keuangan, perusahaan dapat menyusun
rencana-rencana atau target untuk masa yang akan datang. Selain itu, pengukuran
untuk kinerja keuangan akan memudahkan pihak manajemen dalam
mengindentifikasikan masalah-masalah yang terdapat dalam bidang keuangan sebuah
perusahaan sehingga dapat ditentukan suatu solusi yang akurat bagi penanganan
masalah tersebut.
Menurut Munawir (2007: 30) mendefinisikan bahwa “Kinerja keuangan
perusahaan adalah pengukuran prestasi yang dicapai oleh perusahaan yang
mencerminkan kondisi kesehatan dari suatu perusahaan pada kurun waktu tertentu”.
Pengukuran prestasi pada umumnya didasarkan atas laba yang dihasilkan
dibandingkan dengan investasi yang ditanam dalam perusahaan.
Tujuan dari pengukuran kinerja keuangan perusahaan, yaitu untuk
mengevaluasi perubahan atas dasar sumber daya yang dimiliki perusahaan apakah
menunjukkan kenaikan, statis atau penurunan, berdasarkan informasi mengenai
perubahan-perubahan tersebut. Manajer perusahaan dapat mengetahui kelebihan dan
kekurangan perusahaan yang dikelolanya, sehingga manajer segera dapat mengambil
keputusan-keputusan yang berkenaan dengan kelebihan dan kekurangan perusahaan
yang dipimpinnya. Apabila terdapat kekurangan, manajer harus segera mengatasi dan
mencari jalan keluarnya. Dan bila terdapat kelebihan, manajer harus
perusahaan dapat diukur dari laporan keuangan yang dikeluarkan secara periodik.
Laporan keuangan berupa neraca, rugi laba, arus kas, dan perubahan modal yang
secara bersama-sama memberikan suatu gambaran tentang posisi keuangan
perusahaan berupa informasi yang terkandung dalam laporan keuangan dan
digunakan investor untuk memperoleh perkiraan tentang laba dan dividen di masa
mendatang, dan risiko atas penilaian tersebut. Dengan demikian pengukuran kinerja
perusahaan dari laporan keuangan dapat digunakan sebagai alat ukur pertumbuhan
kekayaan pemegang saham (investor).
2.2 Pengertian Saham
Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan
seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Saham
berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas adalah pemilik
perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan
oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut (Darmadji
dan Fakhrudin, 2006: 6).
Menurut Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.
1548/KMK.013/1990, saham adalah penyertaan modal dalam pemilikan suatu
perseroan terbatas.Dengan demikian, seorang pemegang saham merupakan pemilik
suatu perusahaan dimana dapat disimpulkan bahwa pemegang saham turut
menikmati hasil keuntungan yang diperoleh perusahaan, serta ikut menanggung
kerugian yang diderita oleh perusahaan tersebut. Hak-hak pemilik saham tersebut
1. Mendapat dividen, yaitu bagian keuntungan usaha dari perusahaan yang
dibagikan kepada pemegang saham.
2. Mempunyai hak suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
3. Peningkatan nilai modal terjadi apabila saham tersebut dijual oleh pemiliknya.
2.3 Index LQ-45
Index LQ-45 dibuat dan diterbitkan oleh Bursa Efek Indonesia
(www.idx.co.id). Index LQ-45 merupakan salah satu index dari 11 jenis index yang
dikeluarkan oleh Bursa Efek Indonesia. Index LQ-45 merupakan index saham dari
45 jenis saham perusahaan yang tercatat dan diperdagangkan di Bursa Efek
Indonesia yang mempunyai likuiditas dan kapitalisasi paling tinggi di antara
saham-saham lainnya. Perusahaan-perusahaan yang masuk ke dalam index LQ-45 secara
rutin di pantau perkembangannya dan dievaluasi atas pergerakan urutan
saham-sahamnya untuk menjamin kewajaran pemilihan saham yang masuk ke dalam index
LQ-45. Sehingga perusahaan yang masuk ke dalam index LQ-45 menjadi perusahaan
utama yang banyak diminati oleh investor, karena index LQ-45 berfungsi sebagai
patokan naik turunnya harga saham di Bursa Efek Indonesia.
Untuk dapat masuk dalam pemilihan LQ-45, suatu saham harus memenuhi
kriteria tertentu dan melewati seleksi utama. Menurut Harianto dan Sudomo (1998:
101) kriteria pemilihan saham untuk index LQ-45 yaitu:
1. Masuk dalam peringkat 60 terbesar dari total transaksi saham di pasar reguler
(rata-rata nilai transaksi selama 12 bulan terakhir).
2. Penentuan peringkat berdasarkan kapitalisasi pasar (rata-rata kapitalisasi pasar
3. Telah tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) minimum 3 bulan.
4. Keadaan keuangan perusahaan dan prospek pertumbuhannya, frekuensi, dan
jumlah hari perdagangan transaksi pasar reguler.
2.4 Return Saham
Konsep risiko tidak terlepas kaitannya dengan return, karena investor selalu
mengharapkan tingkat return yang sesuai atas setiap risiko investasi yang
dihadapinya. Menurut Jogiyanto (2010: 205), “Return atau tingkat pengembalian
saham merupakan hasil yang diperoleh investor dari aktivitas investasi yang
dilakukan, yang terdiri dari capital gains atau capital loss”.Capital Gains/Loss
adalah selisih laba (rugi) yang dialami oleh pemegang saham karena harga saham
sekarang relatif tinggi (rendah) dibandingkan dengan harga saham sebelumnya.
Jika harga saham sekarang lebih tinggi dari harga saham periode sebelumnya
maka pemegang saham mengalami capital gain.Jika yang terjadi sebaliknya maka
pemegang saham akan mengalami capital loss.
Return saham dibagi menjadi dua macam yaitu return realisasi yaitu return
yang telah terjadi dan dihitung berdasarkan data historis, berguna sebagai dasar
penentuan return ekspektasi dan risiko di masa yang akan datang. Return ekspektasi
adalah return yang belum terjadi dan diharapkan akan diperoleh oleh investasi di
masa yang akan datang.
Perhitungan return realisasi dituliskan dengan menggunakan rumus
(Jogiyanto 2010: 206):
Keterangan:
Ri,t = Return saham i pada periode t
Pi,t = Harga penutupan saham ke-i pada periode t (periode terakhir)
Pi,t-1 = Harga penutupan saham ke-i pada periode sebelumnya (periode awal)
Namun menurut Ross et al, (2009: 531) jika dividen dibagikan, maka total
returnsaham dapat dihitung sebagai berikut:
Rit PD P P P
Keterangan:
Ri,t = Return saham i pada periode t
Pi,t = Harga penutupan saham ke-i pada periode t (periode terakhir)
Pi,t-1 = Harga penutupan saham ke-i pada periode sebelumnya (periode awal)
Di,t = Dividen
2.5 Economic Value Added
Istilah Economic Value Added (EVA) pertama kali dipopulerkan oleh G.
Bennet Stewart & Joel M. Stern yaitu seorang analis keuangan dari perusahaan
konsultanStern Steward Management Service pada tahun 1993 di Amerika Serikat.
Menurut Utama (1997: 34), bahwa “Konsep EVA memang masih tergolong baru
sehingga belum secara luas dipergunakan di Indonesia”. Konsep EVA merupakan
suatu konsep yang mengukur kinerja keuangan perusahaan dalam memperhatikan
ekspektasi para penyandang dana (kreditur dan pemegang saham). Pendekatan ini
mengukur kinerjaperusahaan berbasis nilai, yang menggambarkan jumlah absolut
dari nilaipemegang saham (shareholder value) yang diciptakan (created) atau
positifmenunjukkan penciptaan nilai (value creation), sedangkan EVA yang
negatifmenunjukkan penghancuran nilai (value destruction).
Menurut Widayanto (1993:145), “EVA merupakan ukuran kinerja keuangan
operasional perusahaan yang bisa berdiri sendiri tanpa ukuran-ukuran atau angka
pembanding lainnya”.
Menurut Rousana (1997: 18), “Economic Value Added (EVA) secara
sederhana dapat didefinisikan sebagai laba operasi setelah pajak dikurangi dengan
biaya modal (cost of capital) dari seluruh modal yang dipergunakan untuk
menghasilkan laba”.
Menurut Utama (1997: 10), secara umum “Economic Value Added (EVA)
merupakan laba operasi setelah pajak (after tax operating income) dikurangi dengan
total biaya modal (total cost of capital), dan Economic Value Added (EVA) juga
merupakan indikator tentang adanya penciptaan nilai dari suatu investasi”.
Menurut Tandelilin (2001: 195), “Economic Value Added adalah ukuran
keberhasilan manajemen perusahaan dalam meningkatkan nilai tambah (value
added) bagi perusahaan.Asumsinya adalah bahwa kinerja manajemen baik/efektif
(dilihat dari besarnya nilai tambah yang diberikan), maka akan tercermin pada
peningkatan harga saham perusahaan”.
Dari beberapa definisi di atas, maka bisa diambil suatu kesimpulan bahwa
EVA merupakan suatu perangkat untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan, alat
untuk meningkatkan nilai (value) dari modal yang telah ditanamkan oleh pemegang
saham, dan merupakan selisih dari laba operasi setelah pajak (net operating profit
Menurut Widayanto (1993) dalam Sunardi (2010) “secara sederhana apabila
EVA > 0, maka telah terjadi proses nilai tambah pada perusahaan. Sementara apabila
EVA = 0, menunjukkan posisi impas perusahaan. Sebaliknya apabila EVA < 0,
menunjukkan tidak terjadinya proses nilai tambah pada perusahaan, karena laba yang
tersedia tidak bisa memenuhi harapan penyandang dana”.
2.5.1 Kelebihan dan Kekurangan Economic Value Added
Dalam penilaian Economic Value Added (EVA) terdapat beberapa
kelebihan.Menurut Utama (1997: 12-13) beberapa kelebihan dalam penerapan
Economic Value Added (EVA) adalah:
1. Sangat bermanfaat sebagai penilai kinerja yang berfokus pada penciptaan
nilai.
2. Membuat perusahaan lebih memperhatikan struktur modal.
3. Dapat digunakan untuk mengidentifikasi kegiatan ataupun proyek yang
memberikan pengembalian lebih tinggi daripada biaya modal.
Disamping kelebihan, terdapat juga kekurangan dari penerapan Economic
Value Added (EVA). Menurut Utama (1997: 12-13) di dalam penelitian Economic
Value Added (EVA) ternyata mempunyai kekurangan, diantaranya adalah:
1. Hanya menggambarkan penciptaan nilai dalam suatu periode tertentu.
2. Proses perhitungannya memerlukan estimasi atas biaya modal.
Namun menurut Rousana (1997: 21) mengindentifikasi kelemahan Economic
Value Added (EVA) sebagai berikut:
1. Economic Value Added (EVA) menekankan pada keyakinan bahwa investor
mengambil keputusan untuk menjual atau membeli saham tertentu, padahal
faktor-faktor lain kadang-kadang justru dominan.
2. Konsep Economic Value Added (EVA) sangat bergantung pada transparansi
internal untuk menghasilkan perhitungan yang akurat. Di dalam kenyataan
perusahaan jarang mengemukakan kondisi internalnya.
2.5.2 Perhitungan Economic Value Added
Langkah-langkah yang digunakan dalam menghitung Economic Value Added
(EVA) menurut Roussana (1997: 19) dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Menghitung biaya modal hutang (Cost of Debt)
Hutang dapat diperoleh dari lembaga pembiayaan atau dengan
menerbitkan surat pengakuan hutang (obligasi). Biaya hutang yang berasal
dari pinjaman adalah merupakan bunga yang harus dibayar oleh perusahaan,
sedangkan biaya hutang dengan menerbitkan obligasi adalah required of
return yang diharapkan investor digunakan sebagai tingkat diskonto dalam
mencari nilai obligasi. Mengingat biaya hutang (bunga) dibayar sebelum
perusahaan memperhitungkan pajak penghasilan, maka biaya riil yang
ditanggung perusahaan adalah biaya hutang setelah pajak.
Menurut Isnani dan Iswati (2001: 202),Cost of Debt setelah pajak
dapat dicari dengan rumus sebagai berikut:
kd∗ kd 1 T
Keterangan:
kd∗ = Biaya hutang setelah pajak
T = Tarif pajak
2. Menghitung biaya modal sendiri (Cost of Equity)
Biaya ekuitas merupakan tingkat pengembalian yang diharapkan oleh
investor perusahaan jika mereka berinvestasi dalam alternatif investasi yang
mempunyai risiko sebanding. Damodaran (2002: 182) menyebutkan “The
cost of equity is the stock of return investors require on an equity investment
in a firm”.
Menurut Sartono (2000: 131) untuk menghitung Cost of Equity (Ke)
dapat diketahui dari perbandingan dividen yang diterima dengan harga
saham.
Ke PoD
Keterangan:
Ke = Biaya ekuitas (Cost of Equity) D = Dividen yang diterima
Po = Harga Saham
Besarnya premi risiko itu sendiri ditentukan oleh koefisien beta β
dari perusahaan masing-masing yang dihitung dari indeks harga sahamnya
dan indeks harga saham gabungan. Koefisien beta β ini kemudian dikalikan
dengan selisih risiko pasar (Rm) dengan tingkat suku bunga bebas
risiko.Hasil inilah yang disebut dengan premi risiko. Secara matematis dapat
dituliskan sebagai berikut:
Rp β x Rm Rf
Sehingga biaya ekuitas (Cost of Equity) dapat dirumuskan sebagai berikut:
Keterangan:
Ke = Biaya Ekuitas (Cost of Equity)
Rf = Tingkat bunga bebas risiko (Risk Free of Return)
Rm = Tingkat bunga investasi rata-rata keseluruhan pasar
β = Faktor risiko yang berlaku spesifik untuk perluasan
Rp = Premi risiko
Selain itu, menurut Rahmadi (2013: 7) untuk menghitung besarnya
biaya ekuitas dapat digunakan pendekatan Price Earning Ratio (PER) dengan
rumus sebagai berikut:
Ke PER1
Dimana PER dapat dihitung sebagai berikut:
PER Harga penutupan saham akhir tahunLaba per lembar saham
3. Menghitung Stuktur Permodalan dari Neraca
Struktur permodalan yang dipakai adalah proporsi hutang dan
proporsi modal sendiri dalam bentuk persentase dari jumlah hutang dan
modal sendiri. Menurut Prabowo (2004: 23) mengatakan untuk menghitung
proporsi hutang (WD) dan proporsi modal sendiri (WE) digunakan rumus
sebagai berikut:
WD x 100%
4. Menghitung Net Operating After Tax (NOPAT)
Pendapatan bersih setelah pajak atau Net Operating Profit Ater Tax
(NOPAT) merupakan laba operasi perusahaan yang telah dikurangi pajak dan
merupakan pengukuran laba yang dihasilkan perusahaan dari operasi yang
dijalankan oleh perusahaan tersebut.
Untuk menghitung NOPAT menurut Brigham dan Houston (2006)
dalam Airlangga (2009: 24) dirumuskan sebagai berikut:
NOPAT Laba Usaha 1 Tax
5. Menghitung Invested Capital
Invested Capital merupakan seluruh sumber pembiayaan yang
digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan profit yang dalam penelitian
ini invested capital terdiri dari total hutang dan modal saham (total passiva).
Untuk menghitung Invested Capital, menurut Susan (2005: 29) dirumuskan
sebagai berikut:
Hutang Modal
6. Menghitung biaya modal tertimbang (WACC)
Weighted Average of Capital (WACC) adalah gabungan dari
masing-masing biaya modal dari perusahaan dan persentase dari masing-masing-masing-masing
capital structure, yaitu hutang jangka panjang, modal sendiri, dan saham
biasa, dimana tujuan Weighted Average of Capital (WACC) adalah
menghitung cost of capital perusahaan secara keseluruhan. Adapun rumus
menghitung Weighted Average of Capital (WACC) menurut Prabowo (2004:
23) adalah sebagai berikut:
Keterangan:
T = Pajak yang dikenakan pemerintah kepada perusahaan
Kd = Biaya hutang
Ke = Biaya ekuitas
Wd = Proporsi hutang terhadap total modal
We = Proporsi ekuitas terhadap total modal
7. Menghitung Economic Value Added (EVA)
Setelah semua variabel diketahui langkah selanjutnya adalah
menghitung Economic Value Added (EVA), dimanaEconomic Value Added
(EVA) merupakan selisih antara Net Operating Profit After Tax (NOPAT)
dengan biaya modal atau cost of capital.
Adapun rumus menghitung Economic Value Added (EVA) menurut
Prabowo (2004: 23) adalah sebagai berikut:
EVA NOPAT WACC x
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa EVA merupakan suatu alat
analisis keuangan untukmenilai tingkat profitabilitas yang rasional dari
operasi perusahaan.EVA menunjukkan ukuran yang baik sejauh mana
perusahaan telah menambah nilai terhadap para pemilik perusahaan. Dengan
kata lain, apabila manajemen memusatkan diri pada EVA, maka mereka akan
mengambil keputusan-keputusan keuangan yang konsisten dengan tujuan
memaksimumkan kemakmuran pemilik perusahaan (Husnan dan Pudjiastuti,
2.6 Earnings
Earnings yang sering disebut sebagai laba akuntansimerupakan laba atau rugi
dari kegiatan bisnis perusahaan dalam suatu periode berdasarkan perhitungan secara
akrual.Jumlah earnings menunjukkan pengukuran akuntansi secara aktual terhadap
perubahan nilai perusahaan yang menjadi modal perusahaan dalam suatu periode,
terpisah dari transaksi langsung dengan pemegang saham seperti pembagian dividen
atau penerbitan saham biasa.
Earnings dapat digunakan sebagai acuan dalam membuat keputusanekonomi
karena menggunakan data aktualyang didukung dengan buktiyang objektif.Selain itu,
laba akuntansi juga memenuhi kriteria konservatif, dimana ketika dihadapkan pada
pilihan, pilihlah metode yang tidak melebihi aset dan laba bersih.
Menurut Tandelilin (2001: 241) “Komponen penting yang harus diperhatikan
dalam analisis perusahaan adalah laba per lembar saham atau dikenal sebagai
Earning per Share (EPS)”. Secara umum dijelaskan bahwa EPS adalah tingkat
keuntungan bersih untuk tiap lembar sahamnya yang mampu diraih perusahaan pada
saat menjalankan operasinya.EPS adalah rasio yang paling umum digunakan dalam
model penilaian return karena paling mudah digunakan. Rasio ini sering menjadi
perhatian utama pihak manajemen karena dapat menunjukkan prospek di masa yang
akan datang. Pihak manajemen berusaha untuk mengaplikasikan EPS yang baik
untuk menarik para investor.
Informasi EPS suatu perusahaan bisa diketahui dari informasi laporan
keuangan perusahaan.Meskipun beberapa perusahaan tidak mencantumkan bersarnya
suatu perusahaan bisa dihitung berdasarkan informasi laporan neraca dan laporan
rugi laba perusahaan.
Rumus untuk menghitung EPS suatu perusahaan adalah sebagai berikut
(Tandelilin, 2001: 241-242):
EPS Laba bersih setelah bunga dan pajakJumlah saham yang beredar
Jika EPS tinggi, maka prospek perusahaan lebih baik, sementara jika EPS
rendah, berarti kurang baik, dan EPS negatif berarti tidak baik terhadap prospek
perusahaan.Oleh karena itu informasi EPSsuatu perusahaan menunjukkan besarnya
laba bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham
perusahaan.
2.7 Operating Leverage
Dalam terminologi bisnis, efek pengungkit (leverage) yang besar berarti
perubahan kecil dalam tingkat penjualan (sales) mengakibatkan perubahan besar
dalam laba bersih operasi. Menurut Horne dan Wachoviz (1998: 425) mendefinisikan
“leverage The use of fixed costs in an attempt to increase (or level up) profitability”.
Leverage merupakan penggunaaan biaya tetap untuk meningkatkan keuntungan dari
suatu perusahaan.
Perusahaan yang memiliki biaya operasi tetap atau biaya modal tetap, maka
perusahaan tersebut menggunakan leverage.Maka rasio keuangan yang mampu
menggambarkan kinerja perusahaan dari struktur asetnya dalam menjelaskan return
saham adalah operating leverage. Dengan menggunakan operating leverage
perusahaan mengharapkan bahwa perubahan penjualan akan mengakibatkan
Menurut Mayo (2001: 448), bahwa “Operating leverage (leverage operasi):
“Operating leverage is the use of fixed factors of production (fixed cost) instead of
variabel factors of production (variable cost) to produce a level of output”. Leverage
operasi timbul pada saat perusahaan menggunakan biaya tetap pada produksi tanpa
memperhatikan jumlah biaya tersebut, daripada biaya variabel untuk menghasilkan
mutu pada output.
Menurut Syamsudin (2001: 107), bahwa “Operating leverage adalah
kemampuan perusahaan di dalam menggunakan fixed operating cost untuk
memperbesar pengaruh dari perubahan volume penjualan terhadap Earning Before
Interest and Taxes (EBIT)”.
Menurut Hanafi (2004: 327), bahwa “Operating Leverage diartikan sebagai
seberapa besar perusahaan menggunakan beban tetap operasional”.Beban tetap
operasional tersebut biasanya berasal dari biaya depresiasi, biaya produksi, dan biaya
pemasaran yang bersifat tetap seperti gaji karyawan.Sedangkan beban variabel
operasional seperti biaya tenaga kerja.
Dari definisi yang dikemukakan oleh para ahli, dapat disimpulkan bahwa
operating leverage adalah seberapa besar pengaruh beban tetap operasional terhadap
kemampuan perusahaan untuk menutupi beban tetapnya. Dengan kata lain,
menunjukkan pengaruh perubahan volume penjualan terhadap laba sebelum bunga
dan pajak (EBIT).
Selanjutnya, mengukur volume penjualan terhadap laba operasi adalah
dengan menghitung tingkat operating leverage.Leverage operasi dihitung dengan
operasi terhadap perubahan persentase unit yang terjual atau total pendapatan,
dengan menggunakan rumus (Gitman 2003 dalam Trisnawati, 2009: 75):
DOL Persentase Perubahan SALESPersentase Perubahan EBIT
Analisis leverage operasi dimaksudkan untuk mengetahui seberapa peka laba
operasi terhadap perubahan hasil penjualan dan berapa penjualan minimal yang harus
diperoleh agar perusahaan tidak menderita kerugian.
2.8 Market Value Added
Selain memperkenalkan EVA sebagai metode penilaian kinerja operasional
perusahaan, Stern dan Stewart (1991) dalam Roussana (1997: 264) juga
memperkenalkan “suatu konsep penilaian kinerja perusahaan berdasarkan penilaian
pasar modal pada suatu waktu tertentu disebut Market Value Added (MVA).MVA ini
digunakan untuk mengukur seluruh pengaruh dari kinerja manajerial sejak
perusahaan berdiri hingga sekarang serta mengukur keberhasilan perusahaan dalam
memaksimalkan kekayaan pemegang saham dengan mengalokasikan sumber-sumber
yang sesuai.
Menurut Rasyid (2002: 69) menyatakan “Market Value Added (MVA) adalah
perbedaan antara modal yang ditanamkan di perusahaan sepanjang waktu – dari
investasi modal, pinjaman, dan laba ditahan dan uang yang bisa diambil sekarang,
atau sama dengan selisih antara nilai buku dan nilai pasar saham plus
obligasi”.Perbedaan cash baik debt atau equity investor yang telah di kontribusikan
dalam perusahaan dan nilai cash yang diharapkan diformulasikan sebagai berikut:
Menurut Grant (1996) dalam Ruky (1997: 25) MVA secara ekuivalen
dipandang sebagai total economic surplus perusahaan.MVAjuga merupakan nilai
sekarang dari EVA pada masa mendatang yang dihasilkan oleh kinerja
manajemen.Oleh karena itu, adalah tugas manajemen untuk menciptakan nilai
tambah. Secara konseptual MVA digambarkan dengan formulasi:
MVA
Namun MVA secara teknis dapat diperoleh dengan cara mengalikan selisih
harga pasar per lembar saham (stock price per share) dan nilai buku per lembar
saham (book value per share) dengan jumlah saham yang dikeluarkan (outstanding
share). Nilai buku per lembar saham didapat dari total ekuitas dengn jumlah saham
yang beredar. Formulasi teknis MVA (Susan, 2005: 24):
MVA x
Dengan demikian, MVA merupakan persepsi pasar (pasar investor) terhadap
kemampuan manajemen perusahaan.Investor menganggap manajemen memiliki
kemampuan untuk mengoptimalkan aset yang mereka tanamkan.Kemampuan
manajemen tergambar dari MVA sebagai EVA yang diproyeksikan pada masa
mendatang.Sehingga, harapan investor terhadap tingkat pengembalian menjadi lebih
besar.
Ketentuan atau tolak ukur dari MVA sebagai berikut:
1. Jika MVA positif (>0) artinya pihak manajemen telah mampu meningkatkan
kekayaan perusahaan dan kekayaan para pemegang saham bertambah atau bisa
2. Jika MVA negatif (<0) artinya pihak manajamen telah menurunkan kekayaan
perusahaan dan pemegang saham berkurang atau bisa dikatakan bahwa kinerja
perusahaan tidak sehat.
Jadi MVA yang positif atau negatif bagi perusahaan yang Go Public adalah
perkiraan dari pasar modal tentang MVA dari proyek investasi perusahaan, baik yang
telah terjadi maupun yang diantisipasi investor akan terjadi di masa yang akan
datang.
2.9 Penelitian Terdahulu
Berkaitan dengan topik kajian yang dilakukan oleh penulis dalam penenlitian
ini, maka penulis menggunakan penelitian terdahulu sebagai bahan referensi dan
pembanding.Penelitian yang dilakukan oleh Pradhono dan Christiawan (2004) yang
meneliti tentang “Pengaruh Economic Value Added, Residual Income, Earnings, dan
Arus Kas Operasi terhadap Return yang Diterima oleh Pemegang Saham (Studi pada
Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta)”. Adapun variabel
independen meliputi Economic Value Added (EVA),Residual Income, Earnings,
Arus Kas Operasi, sedangkan variabel dependen adalah Return Saham. Teknik
analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa EVA dan Residual Income tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap Return yang diterima oleh pemegang saham. Sedangkan
Earnings dan Arus Kas Operasimempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
Return yang diterima oleh pemegang saham.
Penelitian yang dilakukan oleh Hasanah (2008) yang meneliti tentang
Saham pada Perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index/JII Tahun
2005-2007”. Adapun variabel independen meliputi Debt Ratio (DR), Return on Asset
(ROA), Return on Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), sedangkan variabel
dependen adalah Return Saham. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier
berganda.Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Leverage Keuangan (debt ratio),
ROA, dan NPM memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap return
saham. ROE memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap return saham.
Penelitian yang dilakukan oleh Purnama (2008) yang meneliti tentang
“Analisis Pengaruh Economic Value Added, Operating Income, dan Net Income
dengan Return Saham Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta”. Adapun
variabel independen meliputi Economic Value Added (EVA), Operating Income, dan
Net Income, sedangkan variabel dependen adalah Return Saham. Teknik analisis
yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa Economic Value Added (EVA) tidak berpengaruh terhadap Return Saham,
Operating Income dan Net Incomeberpengaruh terhadap Return Saham.
Penelitian yang dilakukan oleh Trisnawati (2009) yang meneliti tentang
“Pengaruh Economic Value Added, Arus Kas Operasi, Residual Income, Earnings,
Operating Leverage, dan Market Value Added terhadap Return Saham”. Adapun
variabel independen meliputi Economic Value Added (EVA), Arus Kas Operasi,
Residual Income, Earnings, Operating Leverage, Market Value Added (MVA),
sedangkan variabel dependen adalah Return Saham. Teknik analisis yang digunakan
adalah regresi linier berganda. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa EVA, Arus
Kas Operasi, Residual Income, Earnings, Operating Leverage, dan MVA tidak
Penelitian yang dilakukan oleh Wijaya dan Tjun (2009) yang meneliti tentang
“Pengaruh Economic Value Added terhadap Tingkat Pengembalian Saham pada
Perusahaan yang Tergabung dalam LQ-45”.Adapun variabel independen adalah
Economic Value Added (EVA), sedangkan variabel independen adalah Return
Saham.Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier sederhana.Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa kinerja keuangan yang diukur dengan
menggunakan konsep Economic Value Added (EVA) mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap tingkat pengembalian saham (return saham).
Penelitian yang dilakukan oleh Rahmadi (2013) yang meneliti tentang
“Pengaruh Earning Per Share, Arus Kas Operasi, Economic Value Added, dan
Market Value Added terhadap Return Saham (Studi pada Perusahaan Manufaktur
yang Terdaftar di BEI)”. Adapun variabel independen meliputi Earning Per Share
(EPS), Arus Kas Operasi, Economic Value Added (EVA), Market Value Added
(MVA), sedangkan variabel dependen adalah Return Saham. Teknik analisis yang
digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
EPS dan EVA tidak berpengaruh terhadap Return Saham, Arus Kas Operasi
berpengaruh signifikan positif terhadap Return Saham, dan MVA berpengaruh
positif namun tidak signifikan terhadap Return Saham.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Peneliti/
Tahun Judul Penelitian
Variabel Teknik
Analisis Hasil Penelitian Independen Dependen
1 Pradhono dan Christiawan
(2004)
Pengaruh Economic
Value Added, Residual Income, Earnings, dan Arus Kas Operasi terhadap Return yang Diterima oleh Pemegang Saham (Studi pada
EVA, terhadap return saham.
Earningsdan Arus Kas
Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta)
Tahun Judul Penelitian
Variabel Teknik
Analisis Hasil Penelitian Independen Dependen
2 Hasanah (2008)
Analsis Pengaruh
Leverage Keuangan dan
Rasio Profitabilitas terhadap Return Saham pada Perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index/JII Tahun 2005-2007 dan NPM memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
return saham. ROE
memiliki pengaruh negatif dan siginifikan terhadap return saham. 3 Purnama
(2008)
Analisis Pengaruh Economic Value Added, Operating Income, dan Net Income dengan
Return Saham
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta
EVA,
Operating Income dan
Net Income
berpengaruh terhadap return saham. 4 Trisnawati
(2009)
Pengaruh Economic
Value Added,Arus Kas
Operasi, Residual Income, Earnings, Operating Leverage, dan Market Value Added terhadap Retur Saham
EVA, Arus Operasi, Residual Income, Earnings, Operating
Leverage,MVA tidak
memiliki pengaruh
Pengaruh Economic
Value Added terhadap Tingkat Pengembalian Saham pada Perusahaan yang Tergabung dalam LQ-45 yang diukur dengan menggunakan konsep
Pengaruh Earning Per
Share, Arus Kas Operasi, Economic Value Added dan Market Value Added terhadap Return Saham (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI)
EPS, Arus return saham, Arus Kas Operasi
berpengaruh signifikan positif terhadap return
saham, dan MVA
2.10 Kerangka Konseptual
Dalam berinvestasi di pasar modal, setiap investor mengharapkan akan
mendapatkan keuntungan. Keuntungan tersebut biasa disebut dengan return.Return
tersebut merupakan kompensasi atas biaya kesempatan dan risiko penurunan daya
beli akibat adanya pengaruh inflasi. Return tersebut nantinya akan dipengaruhi oleh
kinerja perusahaan. Dalam penelitian ini akan dilihat pengaruh variabel fundamental
terhadap return saham tersebut, yaitu economic value added, earnings, operating
leverage, dan market value added.Masing-masing variabel tersebut mewakili dari
setiap kategori pengukuran kinerja perusahaan.
Menurut Tunggal (2001) dalam Fandi (2006 : 33), “EVA adalah metode
manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan yang
menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta manakala perusahaan mampu
memenuhi semua biaya operasi dan biaya modal, suatu perusahaan dapat dikatakan
meningkatkan kekayaan pemegang sahamnya bila tingkat pengembalian yang
dihasilkan lebih besar daripada biaya modal”. Bila EVA semakin tinggi, maka harga
saham akan semakin tinggi, hal ini disebabkan karena perusahaannya tersebut telah
berhasil menciptakan kekayaan bagi pemegang sahamnya, sehingga return saham
ikut naik juga. Kesimpulan dari pola hubungan antara economic value added dan
return adalah, bahwa economic value added dan return mempunyai hubungan yang
searah dan linier. Artinya, semakin tinggi economic value added suatu aset, semakin
tinggi pula return dari aset tersebut, demikian juga sebaliknya (Issabella, 2013: 10).
Menurut Tandelilin (2001: 2410), “komponen penting yang harus
diperhatikan dalam analisis perusahaan adalah laba per lembar saham atau dikenal
perusahaan pada saat menjalankan operasinya untuk memperoleh keuntungan tiap
lembar sahamnya yang mampu diperoleh oleh perusahaan. Bagi para investor,
informasi EPS merupakan informasi yang dianggap paling mendasar dan berguna,
karena bisa menggambarkan prospek earning di masa depan. Informasi EPS suatu
perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih yang siap dibagikan bagi semua
pemegang saham perusahaan (Rahmadi: 2013: 9).
Menurut Hanafi (2004: 327), bahwa operating leverage diartikan sebagi
seberapa besar perusahaan menggunakan beban tetap operasional”. Operating
leverage digunakan dengan harapan akan memberikan tambahan keuntungan yang
lebih besar dari beban tetapnya sehingga akan meningkatkan keuntungan yang
tersedia bagi para pemegang saham. Semakin tinggi nilai operating leverage,
perubahan dalam kegiatan penjualan akan sangat berdampak terhadap profit
(Trisnawati, 2009: 70). Dengan demikian, para investor akan memperoleh return dari
penjualan sahamnya atau dari peningkatan perolehan laba perusahaan. Akan tetapi,
apabila pendapatan dari penggunaan hutang ini lebih rendah dari beban tetapnya
maka perusahaan akan menderita kerugian.
Market value added merefleksikan seberapa besar pertambahan nilai yang
dapat dikapitalisasi dan memaksimalkan nilai modal yang dipakai dalam suatu
perusahaan. Selain itu, MVA juga merefleksikan seberapa pintar pihak manajemen
dalam menciptakan atau meningkatkan kemakmuran terhadap modal pemegang
saham (Rahmadi, 2013: 9). MVA membantu manajer fokus atas penghargaan kepada
para pemegang saham, yaitu mendapatkan pengembaliandari modal yang
diinvestasikan (Ismanegara, 2012: 12).Dengan demikian, MVA merupakan suatu