• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep - Diskriminasi Dalam Novel Pasung Jiwa Karya Okky Madasari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep - Diskriminasi Dalam Novel Pasung Jiwa Karya Okky Madasari"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep

Konsep dibutuhkan dalam penelitian sebab didalamnya akan ditemui

aspek-aspek yang menyangkut apa saja yang akan diteliti, sehingga penjabaran materi

menjadi terarah, tidak melebar ke hal-hal yang lain. Adapun konsep yang

digunakan dalam penelitian ini adalah:

2.1.1 Diskriminasi

Kata diskriminasi berasal dari bahasa latin yaitu discriminatus yang

artinya membagi atau membedakan. Perlakuan membedakan terhadap orang lain

berdasarkan kelompok tertentu merupakan diskriminasi yang dijabarkan oleh

Banton (Dalam Sunarto, 2004:161).Menurut Hudaniah (2003:228) diskriminasi

adalah prilaku yang diarahkan pada seseorang yang didasarkan semata-mata pada

keanggotaan kelompok yang dimilikinya. Selanjutnya diskriminasi dalam UURI

NO 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia berbunyi sebagai berikut

“Setiap pembatasan, pelecehan, atau pengucilan yang langsung ataupun

tak langsung didasarkan pada pembedaan manusia atas dasar agama,

suku, ras, etnik, kelompok, golongan, status sosial, status ekonomi,

jenis kelamin, bahasa, keyakinan politik, yang berahir pengurungan,

penyimpangan atau penghapusan pengakuan, pelaksanaan atau

penggunaan hak asasi manusia dan kebebasan dasar dalam kehidupan

baik individu maupun kolektif dalam bidang politik, ekonomi, hukum,

(2)

Diskriminasi menurut Sears dkk (1985: 149) adalah perilaku

menerimaatau menolak seseorang berdasarkan (setidak-tidaknya dipengaruhi oleh)

keanggotaan kelompok. Maksudnya dipengaruhi oleh keanggotaan kelompok

ialah kedudukan kelompok tersebut di dalam masyarakat. Selanjutnya, menurut

Theodorson dan Theodorson, (dalam Fulthoni, 2009: 3) diskriminasi merupakan

perlakuan yang tidak seimbang terhadap perorangan, atau kelompok, berdasarkan

sesuatu, biasanya bersifat kategorikal, atau atribut-atribut khas, seperti

berdasarkan ras, kesukubangsaan, agama, atau keanggotaan kelas-kelas sosial.

Istilah tersebut biasanya akan melukiskan, suatu tindakan dari pihak mayoritas

yang dominan dalam hubungannya dengan minoritas yang lemah, sehingga dapat

dikatakan bahwa perilaku mereka itu bersifat tidak bermoral dan tidak demokrasi.

Diskriminasi yang terjadi dalam masyarakat biasanya diskriminasi

individu dan diskriminasi institusi. Diskriminasi individu adalah tindakan seorang

pelaku yang berprasangka. Diskriminasi institusi merupakan diskriminasi yang

tidak ada hubungannya dengan prasangka individu melainkan dampak

kebijaksanaan atau praktik berbagai institusi dalam masyarakat (Sunarto, 2004:

161). Selain diskriminasi individu dan institusi menurut Pettigrew (dalam Liliweri,

2005:221) diskriminasi dibagi menjadi diskriminasi langsung dan tidak langsung.

Diskriminasi Langsung adalah tindakan membatasi suatu wilayah tertentu, seperti

pemukiman, jenis pekerjaan, fasilitas umum dan semacamnya dan juga terjadi

manakala pengambil keputusan diarahkan oleh prasangka-prasangka terhadap

kelompok tertentu. Sedangkan diskriminasi tidak langsung dilaksanakan melalui

(3)

berhubungan secara bebas dengan kelompok ras/etnik lainnya yang mana aturan

dan prosedur yang mereka jalani mengandung bias diskriminasi yang tidak

tampak dan mengakibatkan kerugian sistematis bagi komunitas atau kelompok

masyarakat tertentu. Diskriminasi individu merupakan diskriminasi langsung,

sedangkan diskriminasi institusi merupakan diskriminasi tidak langsung (Liliweri,

2005: 222).

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Sosiologi Sastra

Sosiologi sastra menjadi landasan dalam penelitian ini dengan

menggunakan teori ini dapat dipahami mengenai pengambaran masyarakat dalam

karya sastra. selain itu, dengan mengunakan sosiologi sastra, karya sastra dapat

dikaji atau fokus pada bentuk-bentuk sosial kemasyarakatannya.

Pendekatan terhadap sastra yang mempertimbangkan segi-segi

kemasyarakatan ini disebut sosiologi sastra. Istilah itu tidak berbeda

pengertiannya dengan sosiosastra, pendekatan sosilogis, atau sosiokultural.

Sosiologi sastra dalam pengertian ini mencakup berbagai pendekatan,

masing-masing didasarkan pada sikap dan pandangan teoritis tertentu (Damono, 1984: 2 ).

Selanjutnya sosiologi sastra menurut pandangan Damono (1984:7)

merupakan disiplin ilmu yang mengkaji masyarakat dan sastra. seperti halnya

sosiologi, sastra berurusan dengan manusia dalam masyarakat: usaha manusia

(4)

Karya sastra diciptakan dengan keadaan sosial yang baik bahkan dalam

keadaan buruk. Keadaan sosial tersebut akan diangkat dalam sebuah karya sastra

dalam bentuk yang berbeda-beda.

Ian Watt (dalam Damono, 1987: 3-4) dengan melihat hubungan

timbal-balik antara sastrawan, sastra, dan masyarakat, membagi telaah sosiologi sastra ke

dalam tiga bagian : (1) Konteks sosial pengarang, yakni menyangkut posisi sosial

masyarakat dan kaitannya dengan masyarakat pembaca, termasuk di dalamnya

faktor-faktor sosial yang bisa mempengaruhi pengarang sebagai perseorangan di

samping mempengaruhi isi karya sastranya. (2) Sastra sebagai cermin masyarakat,

yang ditelaah adalah sampai sejauh mana sastra dianggap sebagai pencerminan

keadaan masyarakat. (3) Fungsi sosial sastra, dalam hal ini sampai berapa jauh

nilai sastra berkaitan dengan nilai sosial, dan sampai berapa jauh nilai sastra

dipengaruhi oleh nilai sosial, dan sampai seberapa jauh pula sastra dapat berfungsi

sebagai pembaharu, pemberontak, penghibur dan sekaligus sebagai pendidikan

bagi masyarakat pembaca. Jadi dalam kajian ini peneliti menganalis berdasarkan

sosiologi sastranya.

Seperti yang dikemukakan oleh Ian Watt bahwa Sastra sebagai cermin

masyarakat, yang ditelaah adalah sampai sejauh mana sastra dianggap sebagai

pencerminan keadaan masyarakat. Maka kajian terhadap Novel Pasung Jiwa

Karya Okky Madasari difokuskan dengan melihat bentuk-bentuk diskriminasi,

penyebab terjadinya diskriminasi,dan dampak diskriminasi terhadap tokoh yang

(5)

2.2.2 Diskrimnasi

Prasangka dan diskriminasi tidak dapat dipisahkan. Prasangka masih

meliputi sikap keyakinan, dan predisposisi untuk bertindak, maka diskriminasi

merupakan tindakan nyata. Tindakan diskriminasi biasanya dilakukan oleh

mereka yang memiliki sikap prasangka yang sangat kuat akibat tekanan tertentu,

misalnya tekanan budaya,adat-istiadat, dan hukum (Liliweri, 2005: 218).

Menurut Doob (dalam, Liliweri: 218) diskriminasi dapat dilakuakn melalui

kebijakan untuk mengurangi, memusnahkan, menaklukan, memindahkan,

melindungi secara legal, menciptakan pluralisme budaya, dan mengasimilasi

kelompok lain.

Fulthoni dkk (2009:4) memaparkan jenis-jenis diskriminasi yang sering

terjadi, yaitu sebagai berikut :

a. Diskriminasi berdasarkan suku/etnis, ras, dan agama/keyakinan.

b. Diskriminasi berdasarkan jenis kelamin dan gender (peran sosial karena

jenis kelamin). Contohnya, anak laki-laki diutamakan untuk

mendapatkan akses pendidikan dibanding perempuan; perempuan

dianggap hak milik suami setelah menikah; dan lain-lain (dll).

c. Diskriminasi terhadap penyandang cacat. Contoh: penyandang cacat

dianggap sakit dan tidak diterima bekerja di instansi pemerintahan.

d. Diskriminasi pada penderita HIV/AIDS. Contoh: penderita HIV/AIDS

(6)

e. Diskriminasi karena kasta sosial, Contoh: di India, kasta paling rendah

dianggap sampah masyarakat dan dimiskinkan atau dimarjinalkan

sehingga kurang memiliki akses untuk menikmati hak asasinya.

Jenis-jenis diskrimnasi yang telah dipaparkan oleh Fhultoni pada bagian

pertama terjadinya diskrimnasi karena suku/etnis ras, dan agama/ keyakinan.

Praktik diskriminasi di Indonesia berupa konflik, praktik diskriminasi yang tidak

berbentuk konflik biasnya berbentuk kebijakan atau peraturan yang merugikan

individu atau kelompok tertentu. Praktik diskriminasi berupa konflik adalah kasus

Ambon dan Poso yang melibatkan komunitas Islam dan Kristen. Kasus

penjarahan terhadap etnistionghoa (minoritas) tahun 1998 (Fulthoni, 2009:2).

Bagian kedua, diskriminasi terjadi karena jenis kelamin dan

gender.Diskrimnasi ini disebut diskrimnasi jenis kelamin. Diskriminasi jenis

kelamin merupakan bentuk diskrimnasi langsung dan kerap terjadi, biasanya

diskriminasi ini menimpa kaum wanita. Pada tahun 1958 Pemerintah Republik

Indonesia telah meratifikasi konvensi tentang hak-hak Politik Wanita dengan UU

No. 68/1958. Selain itu Pemerintah RI juga meratifikasi mengenai penghapusan

segala bentuk diskriminasi terhadap wanita. Namun, dengan demikina hingga saat

ini masi saja terjadi berbagai bentuk diskriminasi dalam keluarga, dunia

pendidikan dan dunia kerja, di dalam dan di luar negeri, hingga berdampak pada

kekerasan, pelecean seksual dan pemerkosaan (Hartono, 2000:1).

Menurut Irianto (dalam Ihromi, 2000: 211) diskriminasi wanita terjadi

karena (1) dalam mendapatkan hak wanita atas kesempatan kerja yang sama

(7)

dalam memperoleh upah; (3) dalam menikmati hak terhadap jasmani; (4) hak

terhadap kesehatan dan keselamatan kerja; (5) hak untuk tidak diberhentikan dari

pekerjaan (dan tetap mendapat tunjangan) karena kawin, hak akan cuti haid, cuti

hamil dan melahirkan.

Sehubungan dengan pernyataan tersebut, menurut data PBB, terdapat 25

instrumen mengenai Hak Asasi Manusia. Namun, Indonesia baru memiliki 5

instrumen, sehingga hal ini menunjukan betapa kecilnya perhatian pemerintah

terhadap penghormatan dan perlindungan hak asasi manusia (Hartono, 2000:2-4).

Pembelaan atas kasus diskriminasi (kekerasan seksual) yang merujuk pada

hukum sudah bisa dimanipulasi, sehingga orang terutama pejabat penegak hukum,

tidak merasa kaget, sedih, dan terenyuh. Bahkan, pernyataan-pernyataan

pemerintah dan pejabat penegak hukum membuktikan, bahwa masyarakat

Indonesia sudah dididik untuk mencari keselamatan sendiri dan tidak

menghiraukan kebenaran yang sebenarnya terjadi (Hartono, 2000:3-4).

Bagian ketiga diskriminasi terhadap orang cacat. Diskriminasi ini terjadi

karena penyandang cacat sering mengalami kesukaran dalam melakukan aktivitas

sehari-hari. Para penyandang cacat fisik sering mengalami kesukaran dalam

memperoleh pendidikan atau pekerjaan karena adanya aturan tertulis maupun

kebijakan tidak tertulis yang menghambat mereka, meskipun secara fisik dan

mental kemampuan mereka belum tentu berbeda dengan orang yang berbadan

sehat (Sunarto, 2004: 155).

Keempat, diskrimnasi terhadap penderita HIV/AIDS. Penderita HIV/AIDS

(8)

harus dihindari adalah penyakitnya bukan penderita HIV/AIDS. Tetapi, yang

terjadi di lapangan adalah menghindari penderitanya. Seperti dilarang bersekolah,

bekerja karena masyarakat khawatir penyakitnya akan menular.

Kelima, diskrimnasi disebabkan kasta sosial. Kasta adalah golongan atau

tingkatan. Kasta yang paling rendah akan memperoleh tindakan diskrimnasi dari

kasta yang lebih tinggi. kasta digunakan di India, sedangkan di Indonesia di pulau

Bali yang penduduknya mayoritas beragama Hindu.

Kelima jenis diskriminasi tersebut merupakan landasan untuk mengkaji

jenis diskrimnasi yang terjadi dalam novel Pasung Jiwa.

Selain Jenis, diskriminasi juga memiliki bentuk. Bentuk diskrimnasi

menurut Newman (dalam Mikarso, 2009: 88) bentuk diskriminasi berupa (1)

diskriminasi verbal (Verbal exspression), diskriminasi yang dijalankan dengan

cara menghina atau dengan kata-kata; (2) Penghindaran (avoidance), diskriminasi

yang dijalankan dengan cara menghindari atau menjauhi seseorang atau kelompok

masyarakat yang tidak disukai; (3) Pengeluaran (exclusion), diskriminasi ini

dijalankan dengan cara tidak memasukkan seseorang atau kelompok masyarakat

tertentu dalam kelompoknya; (4) Diskriminasi fisik (physical abuse), diskriminasi

yang dijalankan dengan cara menyakiti, memukul atau menyerang; (5)

diskriminasi lewat pembasmian (extinction), perlakuan diskriminasi dengan cara

membasmi atau melakuakan pembunuhan besar-besaran.

Bentuk diskriminasi tersebut merupakan teori yang digunakan dalam

(9)

2.3 Tinjauan Pustaka

Novel Pasung Jiwakarya Okky Madasari merupakan novel yang kental

dengan ketidak adilan dalam bertindakdi masa Orde Baru, untuk itu novel ini

sangat menarik untuk dikaji. Berdasarkan penelusuran peneliti novel Pasung jiwa

karya Okky Madasari belum pernah diteliti oleh mahasiswa di Departemen Sastra

Indonesia, Universitas Sumatera Utara.

Namun, penelitian dengan menggunakan pendekatan sosiologi sastra

dengan objek kajian yang sama telah dibahas olehAgus Pramudita

(UNSOED,2014) dengan judul Kritik Sosial Dalam Novel Pasung Jiwa Karya

Okky Madasari. Peneliti menganalisis tentang unsur-unsur yang membangun

sebuah karya sastra yang meliputi: alur, latar, tokoh dan kritik sosial. Penelitian

ini menggunakan pendekatan struktural dan sosiologi dalam pengkajiannya dan

berfokus pada batasan masalah berikut: 1. Unsur alur, latar, tokoh dan penokohan.

Unsur-unsur tersebut saling berkaitan, sehingga membuat inti cerita dapat

dipahami yaitu tentang kritik sosial. 2. Kritik sosial yang meliputi, kritik terhadap

pelanggaran norma sosial, kritik terhadap bidang pendidikan, dan kritik

pandangan masyarakat terhadap kaum transgender.

Kurnia Ridha (2013) dalam skripsinya berjudul Diskriminasi Sosial Dalam

Novel Ayah, Mengapa Aku Berbeda? Karya Agnes Davonar. Skripsi ini

membahas bentuk terjadinya diskriminasi sosial, sebab diskrimnasi sosial, dan

dampak diskrimnasi dengan pendekatan sosiologi sastra. Bentuk diskriminasi

dalam kajian tersebut terdiri dari diskriminasi langsung dan diskrimnasi tidak

(10)

individu, sedangkan diskriminasi tidak langsung terjadi berdasarkan peraturan

yang sedang dijalankan dan menghambat korban diskriminasi. Diskriminasi

dalam kajian ini berhubungan dengan kekerasan fisik dan pemaksaan.

Diskrimnasi tidak langsung dalam kajian ini berhubungan dengan mengancam,

penolakan, dan penghinaan. Penyebab terjadinya diskrimnasi dalam kajian ini

adalah: 1. Status sosial. 2. Persaingan yang semakin ketat dalam berbagai bidang

kehidupan terutama ekonomi. 3. Tekanan dan intimidasi, biasanya dilakukan oleh

kelompok yang dominan terhadap kelompok yang lebih lemah. 4. Perbedaan

status antara orang normal dengan orang yang mempunyai kekurangan. Dampak

dari diskriminasi sosial dalam penelitian Kurnia Ridha adalah merasa terhina,

medapat kekerasan, dan menjadi objek hinaan.

Fauzi mahasiswa Universitas Negeri Padang (2013) dalam skripsinya

berjudul Diskrimnasi Sosial Dalam Novel Orang Cacat Dilarang Sekolah Karya

Wiwid Prasetyo. Dalam kajiannya, Fauzi mengunakan pendekatan sosiologi sastra

dengan pembahasan bentuk dan penyebab terjadinya diskriminasi. dalam

kajiannya Fauzi membahas mengenai proses sosial mengenai: kerjasama,

persaingan, pertikaian atau pertentangan, dan akomodasi. penyebab terjadi

diskrimnasi karena memiliki tubuh tidak sempurna yang berakibat pada tindakan

diskriminasi.

Kajian mengenai diskrimnasi juga telah dibahas oleh Silalahi (2014) dalam

skripsinya berjudul Bentuk-Bentuk Diskriminasi Dalam Kumpulan Puisi Esai Atas

Nama Cinta Karya Denny Ja: Tinjauan Sosiologi Sastra. Pembahasan mengenai

(11)

Bentuk-bentuk diskriminasi yang ia temukan berupa diskrimnasi berdasarkan

perbedaan etnis, berdasarkan paham tentang agama, berdasarkan kelas sosial,

berdasarkan orientasi seksual, dan berdasarkan perbedaan agama.

Setelah peneliti melakukan tinjauan pustaka terhadap beberapa skripsi

yang pembahasannya relevan dengan penelitian ini, maka peneliti dapat melihat

perbedaan yang terdapat dalam skripsi yang sudah ada sebelumnya dengan

pembahasan penelitian ini, diantaranya terletak pada teori yang berbeda denagn

objek yang sama yaitu novel Pasung Jiwa, misalnya penelitian Agus Pramudita.

Agus Pramudita memfokuskan penelitian mengenai struktur dalam novel dan

kritik sosial. Sedangkan pandangan dalam penelitian ini tidak membahas

mengenai struktur novel dan kritik sosial. Skripsi Kurnia Ridha membahas

mengenai diskrimnasi Sosial. Ia membatasi masalah berupa bentuk, penyebab,

dan dampak dari diskrimnasi. Berbeda dengan penelitian ini, meski dalam

penelitian ini terdapat diskrimnasi sosial tetapi peneliti tidak membahas dampak

Referensi

Dokumen terkait

KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI: TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA DAN IMPLEMENTASINYA SEBAGAI BAHAN AJAR SASTRA DI SMA Elviana Yuniar

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni.. © Julia Hartini 2015 Universitas

berawal dari seorang Marni yang begitu ingin memiliki entrok untuk menutupi dadanya yang mulai membesar. Marni meminta kepada Si Mboknya, namun hal tersebut

Sementara aktualisasi diri tokoh utama dalam novel Pasung Jiwa Karya Okky Mandasari adalah bagaimana sosok Sasana ingin mengaktualisasikan diri sebagai sosok Sasa atau

Penelitian yang berjudul Transgender dan Pencarian Jati Diri Tokoh Utama dalam novel Pasung Jiwa Karya Okky Madasari Kajian Psikologi Sastra, dilakukan dengan tujuan

Sehubungan dengan itu, terdapat beberapa temuan yang berkaitan dengan gejala pengenalan atau kognitif, gejala perasaan atau afektif, gejala kemauan atau konatif,

Gangguan-gangguan perubahan mood (bipolar) terbagi atas gangguan bipolar dan siklotimik. Gangguan bipolar yaitu gangguan perubahan mood antara rasa girang dan depresi.

Kajian strukturalis digunakan untuk mengetahui unsur intrinsik yang ada dalam novel Pasung Jiwa. Tema dari novel ini adalah kebebasan dan kecemasanyang dialami oleh