• Tidak ada hasil yang ditemukan

ILMU DAN GANGGUAN REPRODUKSI PADA SAPI BETINA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ILMU DAN GANGGUAN REPRODUKSI PADA SAPI BETINA"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

ILMU DAN GANGGUAN REPRODUKSI

PADA SAPI BETINA

Prof. DR. SC.AGR. IR. SUYADI, MS.

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

MATERI KULIAH

(2)

Kuliah 1

(3)

I. KEBUNTINGAN

1.

Apakah kebuntingan?

fertilisasi

embrio

fetus

lahir

2. Lama kebuntingan

(4)

Variasi lama kebuntingan

Faktor maternal: 1. Umur induk

(5)

II. PROSES KEBUNTINGAN

Fertilisasi

perkembangan embrional

cleavage

diferensiasi

perkembangan

fetus

plasenta

kelahiran

FERTILISASI

(6)
(7)
(8)

TAHAPAN FERTILISASI

Tahap 1: sperma menembus sel-sel kumulus

menuju zona pelusida

Tahap 2: sperma menetrasi ZP, membran

(9)

TAHAPAN FERTILISASI

A. Sperma menetrasi sel kumulus dan mulai masuk zona pelusida

B. Sperma menetrasi ZP dan bergabung dengan

membran vitelin

C. Sperma tenggelam dalam sitoplasma

(10)

PERKEMBANGAN EMBRIONAL

Fertilisasi

sigot

embrio

Sebelum implantasi embrio mengapung bebas,

makanan dari nutrisi dalam sitoplasma

Setelah implantasi, makan dari susu rahim atau

uterine milk

Transportasi material melalui pembl darah

Waktu implantasi: 12 – 20 hr pada babi, 18 – 20 hr

domba, 30 – 35 hr sapi, 50 – 60 hr kuda

Kotiledon:

< 40 hari fragil

70 hari 40 – 50 kotiledon

(11)

Tema Kuliah

(12)

Cleavage

Setelah fertilisasi, sigot akan membelah

berulang-ulang tanpa peningkatan volume

sitoplasma

cleavage

Cleavage pertama menghasilkan 2 sel, kmd 4

sel, 8 sel, 16 sel, 32 sel dst.

Setelah masuk uterus

morula yang

dibungkus oleh zona pelusida. Morula

(13)

PERKEMBANGAN EMBRIO

1. Sigot (0 hari)

2. Embrio dua sel (1 hari) 3. Embrio 8 sel (3 hari) 4. Morula (4 – 7 hari) 5. Blastosis (7 – 12 hari) 6. Blastosis memanjang (14

(14)

DIFERENSIASI

Diferensiasi merupakan periode sebenarnya

embrio

Proses pembentukan organ-organ spesifik dalam

tubuh embrio

Beberapa perubahan:

Pembentukan lapisan benih (germ layer)

Pembentukan selaput embrio ekstra/luar (extra

embryonic membrane)

(15)

Lapisan benih (

germ layer

):

Endoderm:

Lapisan paling dalam,

Berbatasan langsung dengan rongga blastosisMrp asal usul saluran pencernaan, liver, dll.

Mesoderm:

Lapisan tengahMucul dari ICM

Asal usul skeleton, otot, sistem sirkulatoris, dll.

Ectoderm:

-

lapisan paling luar
(16)

ASAL USUL ORGAN

Lapisan benih

Organ yang terbentuk

Ektoderm

1. Sistem syaraf pusat

2. Organ perasa

3. Kelenjar mame, keringat

4. Kulit, rambut, kuku

Mesoderm

1. Sistem sirkulatoris

2. Sistem skeleto, otot

3. Sistem reproduksi, ginjal

4. Saluran kencing

Endoderm

1. Sistem pencernaan

2. Hati, paru-paru, pankreas

3. Kelenjar tiroid

(17)
(18)

EXTRA EMBRYONIC

MEMBRANES

(19)
(20)

PEMBENTUKAN ORGAN

Membran embrio ekstra berkembang ICM mengalami

diferensiasi.

Sistem sirkulatoris berkembang cepat
(21)

PERKEMBANGAN ORGAN

REPRODUKSI FETUS

Pada awalnya belum terdeferensiasi

Organ reproduksi berasal dari dua duktus yaitu

saluran Muller dan saluran Wolfian

Saluran reprodusi hewan betina berasal dari saluran

Muller

Saluran reproduksi jantan berasal dari saluran

Wolfian

Gonad embrional muncul pada bagian dinding dorsal

(22)

Tema Kuliah

III. FISIOLOGI KEBUNTINGAN

Tema Kuliah

III. FISIOLOGI KEBUNTINGAN

Kebuntingan ditandai dengan perpanjangan masa

hidup CL dan dikenal sebagai proses pengenalan

maternal kebuntingan

Terjadi perubahan-perubahan organ reproduksi

induk selama proses kebuntingan

Terjadi perubahan profil atau konsentrasi beberapa

(23)

PERUBAHAN ORGAN REPRODUKSI

slm kebuntingan

Vulva dan vagina

Membesar dan banyak pembuluh darah

Nampak jelas pada kebuntingan bulan 5 – 7

Mukose vagina pucat, kering, edematus, lembek

Serviks

Berisi lendir kental sebagai penutup uterus

Uterus

Berkembang dan membesar

Myometrium berukuran tetap untuk melindungi fetusTerjadi proliferasi, pertumbuhan dan perbesaran

Ovari

Korpus luteum tetap hidup, corpus luteum graviditatum atau

korpus luteum verum.

Folikel kemungkinan akan selalu tumbuh namun tidak sampai

(24)

HORMON KEBUNTINGAN

Harus berada dalam keseimbangan

Progesteron:

Diproduksi oleh korpus luteum

Tinggi selama kebutingan embrio harus mampu

mencegah pelepasan PGF2 (luteolisin)

(25)

Estrogen:

bekerjasama dg progesteron dalam

perkembangan dan mempersiapkan

berfungsinya kelenjar mammae

Laktogen:

perkembangan kelenjar mammae

dan pengaturan pertumbuhan fetus.

Pada kuda

pregnant mare’s serum

(26)

ADAPTASI MATERNAL

Fetus merupakan bahan asing (tamu) yang harus

dipertahankan hidupnya (mungkin seperti parasit dalam tubuh)

Selama kebuntingan induk harus mengadakan penyesuaian

metabolisme dan pertumbuhan untuk mengantisipasi pertumbuhan fetus

Uterus mengalami perubahan: komposisi tubuh, makanan

yang masuk tubuh, konsumsi dan metabolisme energi, hormonal.

Perubahan adaptasi uterus didukung oleh IGF dan BP.
(27)

Tema Kuliah

IMPLANTATION

Tema Kuliah

(28)
(29)

The daughter cells become smaller and smaller with
(30)

As mitosis continues, a cavity forms within the mass of cells. This hollow ball stage is

called a blastocyst, and the cavity is the blastocoel. The outer layer of the cells of the blastocyst is called the trophoblast. An inner cell mass called the embryoblast will

(31)

(a) The blastocyst attaches to the

uterine wall.

(b) The cells of the trophoblast secrete enzymes that stimulate thickening of the adjacent

endometrium and they separate into two layers: the cytotrophoblast and the syncytiotrophoblast which grows into the endometrium, digesting

(32)
(33)

a | Signalling pathways that are known to coordinate blastocyst apposition and attachment in

the mouse uterus. Apposition and attachment are key steps in implantation and absolutely depend on the synchronized development of the blastocyst to implantation competency and differentiation of the uterus to the receptive stage. Ovarian oestrogen and progesterone, acting through their cognate nuclear receptors, influence several locally produced growth factors, adhesion molecules, cytokines, transcription factors and vasoactive mediators and their receptors in the uterus and/or blastocyst to coordinate blastocyst–uterine crosstalk. This

crosstalk further influences some of the signalling pathways to ensure the successful execution of the implantation process. b | Region-specific expression patterns of morphogens in the

mouse deciduum during the postimplantation period. This scheme is based on in situ

hybridization of the indicated genes in a representative cross-section of an implantation chamber on day 7 of pregnancy. AM, antimesometrial pole; BMP2, bone morphogenetic protein-2; CB1, brain-type cannabinoid receptor-1; COX2, cyclooxygenase-2; cPLA2, cytosolic phospholipase A2; Crim1, cysteine-rich transmembrane BMP-regulator-1; Dan, differential screening-selected gene aberrative in neuroblastoma; Em, embryo; ER, nuclear oestrogen receptor-; ErbB, EGF-receptor family; FGF, fibroblast growth factor; FKBP52, FK506 binding protein-4; GE, glandular epithelium; HB-EGF, heparin-binding EGF-like

(34)

During implantation the embryoblast undergoes embryogenesis in

which the three primary germ layers - ectoderm, mesoderm and endoderm - are formed.

(35)

Six day old human embryo implanting

6 day old human embryo beginning to implant into the lining of the uterus (endometrium). As

(36)
(37)

The three embryonic cell layers develop by

(38)

By the end of the second week of

(39)

Egg Being Released From Ovary

During ovulation an egg is released from the ovary and is swept into the fallopian tube by hair-like fimbria.

Sperm Entering Uterus

After intercourse, sperm swim up the vagina, pass through the cervix into the uterus and continue on into the fallopian tube. Although millions of sperm are

(40)

Sperm Fertilizing an Egg

</When sperm reach the egg, they attempt to fertilize the egg by tunneling through its protective coating. Once it is fertilized, the egg is referred to as a zygote. At the time of implantation in the uterine lining it is then referred to as an embryo

Sperm Fertilizing an Egg

</When sperm reach the egg, they attempt to fertilize the egg by tunneling through its protective coating. Once it is fertilized, the egg is referred to as a zygote. At the time of implantation in the uterine lining it is then referred to as an embryo

Embryo Traveling Down Fallopian Tube to Uterus

Several days after fertilization, the fertilized egg (zygote) is moved from the fallopian tube to the uterus through a series of muscular contractions.

Embryo Traveling Down Fallopian Tube to Uterus

Several days after fertilization, the fertilized egg (zygote) is moved from the fallopian tube to the uterus through a series of muscular contractions.

Embryo Implants in Uterus

A few days later, the embryo imbeds itself in the uterine lining. At this point, a woman's body begins to secrete a pregnancy hormone known as hCG. This hormone

(41)
(42)

PLACENTA

(43)
(44)

IV. PLASENTA

Fetus harus mendapat suplai nutrisi dari induk, dan

ini melalui plasenta

Plasenta:

Membran fetus ekstra yang bergabung dengan endometerium

induk

Pertukaran fisiologis antara induk dan fetus

Tumbuh dari interaksi induk – fetus dan dihubungkan kepada

embrio oleh suatu simpul pembuluh darah

(45)

PERKEMBANGAN PLASENTA

Membran fetus: kantung telur, amnion, alantois dan chorion

Membran Asal Usul Fungsi

Kantung telur

(yolk sac) Lapisan endodermis awal Vestigial Amnion Perkemb. dari arah

rongga ICM Melindungi fetus dalam rongga yang penuh cairan Alantois Divertikulum dari hind

gut

-Hub darah fetus dg peredarah plasenta

- bergabung dg chorion membentuk plasenta chorio-alantois

Chorion Selaput fibroblastik -Menghubungkan embrio dg membran lainnya

- mendukung pembentukan plasenta Umbilical cord Lilitan amnion di sekitar

tangkai yolk

- menghubungkan pembuluh alantois

(46)
(47)

KLASIFIKASI PLASENTA

1. Plasenta difusa:

Pada babi, kuda dan hewan ungulata lainnya

Vili tersebar merata di seluruh permukaan luar

chorion

Blastosis terletak memanjang di dalam rongga

uterus

Penembusan vili ke dalam mukosa uterus dangkal

Blastosis dalam perkembangannya menekan dinding
(48)

KLASIFIKASI PLASENTA

Plasenta kotiledonaria:

Pada sapi, domba, kambing

Vili tidak menyebar rata pada chorion, tetapi berkelompok

pada permukaan luar chorion

Pada daerah pelekatan, dinding uterus menebal disebut

karunkula

Pada karunkula terdapat saluran tempat melekatnya vili dari

kotiledon

Vili berkelompok dan menembus mukose lebih dalam

Kelompok vili disebut kotiledon dan besarnya bervariasi mulai

(49)

KLASIFIKASI PLASENTA

Plasenta zonaria

Terdapat pada carnivora

Plasenta membentuk pita (lebar 2,5 – 7,5 cm), mengitari

uterus di bagian tengah chorioalantois

Plasenta induk merupakan peninggian endometrium

ditempat menujurnya vili chorion

Plasenta discodial

Pada manusia, primata dan rodensia
(50)
(51)

Tipe plasenta

A. Bentuk difusa (kuda dan bagi

B. Bentuk kotiledonaria (sapi, domba

C. Bentuk zonary (anjing, kucing

(52)

Plasenta kuda

Plasenta kuda berbentuk endometrial cups

Ukurannya beberapa sentimeter dan terpisah

antara satu dengan lainnya

Endometrial cups merupakan sumber produksi

(53)

Plasental barrier

Membran yang memisahkan induk dengan

fetus

Pada kenyataannya tidak ada percampuran

darah antara induk dan fetus untuk

mencegah berbagai akibat negatif dari

(54)

Sirkulasi plasental

Aliran darah uterus:

Pasok darah ke plasenta berasal dari arteri dan vena uterusSemakin lama kebuntingan maka pasok darah semakin tinggi84% total aliran uterus menjelang kelahiran melintas plasenta;

lainnya ke endometrium dan myometrium

Aliran darah umbilicus

Memasok darah dari plasenta ke fetus dan sebaliknyaSebagian besar aliran darah umbilicus didistribusikan ke

(55)
(56)

Fungsi plasenta

Memisahkan individu fetus dan induk

Fungsi dan substitusi untuk saluran

(57)
(58)

Fungsi plasenta

Transpor gas:

Oksigen

karbondioksida

Suplai zat-zat gizi

Glikogen

Asam amino

Lemak (FFA)

Hormon:

(59)
(60)

Jelaskan…! Dikumpulkan

minggu depan…

1.

Amnion ?

2.

Chorion ?

3.

Alantois ?

4.

Alanto-chorion ?

5.

Karunkule ?

(61)
(62)
(63)

Nutrisi dan metabolisme fetus

Fetus memerlukan zat gizi (karbohidrat,

protein, energi, vitamin, mineral, dll.)

Semua diperoleh dari induk melalui lintasan

plasenta

Protein fetus disintesis sendiri dari asam-asam

amino induk

(64)

Pertumbuhan fetus

Pertumbuhan embrio/fetus yang cepat

dicapai pada awal kebuntingan, kemudian

sedang, dan selanjutnya sangat pesat pada

akhir masa kebuntingan

Pada dua bulan terakhir kebuntingan

50% pertambahan bobot fetus

(65)

Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

fetus

Faktor genetik

Faktor lingkungan

Hormon fetus (insulin, tiroid)

IGF (meningkatkan pertumbuhan, mengatur

(66)

TUGAS PAPER DAN PRESENTASI

KELOMPOK

untuk tanggal 13 januari 2005

1.

Proses fertilisasi

2.

Implantasi

3.

Perkembangan embrio preimplantasi

4.

Perkembanan plasenta

5.

Pertumbuhan post implantasi

(67)

VI. KELAHAIRAN

APA KELAHIRAN ITU ??

Kelahiran = parturation = labor : proses

fisiologis dimana uterus bunting mengeluarkan

fetus dan plasenta dari organisme maternal

Jadi dia bukan penyakit namun hanya proses

(68)

Tanda-tanda menjelang parturasi

Perubahan ligamet pelvis

Pembesaran dan edema vulva

Perbesaran dan peningkatan aktifitas kelenjar

mammae

Kelahiran dimulai dengan pelembekan dan dilatasi

serviks, kontraksi uterus

Kelahiran dapat dibagi menjadi tiga tahapan (2 – 6

(69)

Lama tahapan proses kelahiran

Spesies Tahap 1

Dilatasi serviks Pengeluaran fetusTahap 2 Pengeluaran plasentaTahap 3 Sapi (jam) 2 – 6 0,5 – 2 4 – 5

Domba

(70)

Inisiasi kelahiran

Teori Mekanisme yang mungkin Konsentrasi progesteron

turun Mengeblok kontraksi myometrium selama kebuntingan; mendekati waktu kelahiran kerja pengeblokan progesteron menurun

Peningkatan volume uterus Terjadi pengeblokan progesteron dari kontraksi myometrium dan/atau peningkatan kontraksi myometrium secara spontan

Pelepasan oksitosin Mengakibatkan adanya kontraksi myometrium yang diperantarai oleh estrogen

Pelepasan prostaglandin Menstimulasi kontraksi myometrium; menginduksi luteolisis yang mengakibatkan penurunan progesteron

Aktivasi poros

hipotalamus-pituitari-adrenal

Corticosteroid fetus menyebabkan turunnya kadar progesteron, peningkatan estrogen, dan pelepasan prostaglandin.

(71)

Proses hormonal

Kortisol fetus dilepaskan,

peningkatan estrogen

dan rendahnya progesteron

Enstrogen menstimulasi sintesis dan pelepasan

PGF dari endometrium

Relaksin meningkat

Oksitosin

PGF

Prolaktin dan kortisol maternal mungkin tidak

(72)

Mekanisme kelahiran

Kontraksi myometrium

Dilatasi serviks

Mekanisme fetus

(73)

VII. PUERPURIUM

Adalah waktu dan perubahan yang terjadi

pada induk setelah melahirkan sampai

induk tersebut kembali masuk ke dalam

siklur

Sangat berpengaruh thd kesuburan ternak

karena apabila puerpureum cepat

(74)

Regenerasi Endometrium

Kripta-kripta karunkule pada endometrium semakin

dangkal

sisa-sisa vili terlepas dan bercampur serum, limfe dan

reruntuhan epitel endometrium

Pembuluh darah mengecil, endometrium memadatkan diri

Karunkule kecil dan tangkainya memendek

1 mgg brkt, tangkai karunkula hilang, karunkula berupa

benjolan

Mgg 3 – 4, karunkula mengecil spt asal
(75)

Involusi uterus

Peristiwa pengecilan uterus dari volume pada waktu

bunting menjadi normal

Termasuk: regenerasi endometrium, pengecilan serat-serat

daging myometriium dan pembuluh darah uterus

Setelah plasenta keluar, uterus masih berkontraksi (4x/15

menit, 4x / menit, tidak teratur atau hilang)

Waktu yang diperlukan: 18 hari sapi dara, 20 hari pada

sapi dewasa

Secara histo: 47 – 50 hari

Estrus muncul kembali 30 – 70 hari, tergantung body

condition score (BCS)

(76)

ANESTRUS

POST PARTUM

Keadaan tidak berahi kembali pada sapi

setelah periode involusi uterus berlalu

(lebih dari 45 hari)

Kejadiannya: >10% pada kondisi bagus dan

>70 pada kondisi jelek

BCS

(77)

KONDISI OVARI PADA SAPI DENGAN

ANESTRUS POST PARTUM

Kemungkinan:

Ovari dengan folikel

Ovari dengan CL

(78)

ANESTRUS

POST PARTUM

Sebab-sebab:

Faktor genetik

Gerak bebas sapi sehari-hari

Terganggunya aktifitas hormonal

inhibisi

pada beberapa level hypothalamus –

hypophysis axis

Aktifitas ovari diblokade oleh pelepasan

hormon (hipotamaus dan hipofise)

(79)

ANESTRUS

POST PARTUM

Terapi:

Progesteron

meningkatkan aktifitas CL (CL

sintesis)

PGF2-alfa

bila ada CL

Estrogen (estradiol)

bila ada CL, atau umpan

balik positif terhadap hipotalamus dan hipofise.

GnRH

pada berbagai kondisi ovari

Penyuntikan ekstrak hipofise (Suyadi dan

(80)

VIII. GANGGUAN

REPRODUKSI

Plasenta tertinggal

Abnormal pada vagina

Tidak nampak berahi

Interval berahi tidak teratur

Kawin berulang

(81)

Pengaruh adanya gangguan reproduksi

terhadap efisiensi reproduksi

Jenis permasalahan Rata selang beranak

(hari) Rata-rata interval dari partus sampai kawin

(hari)

Rata-rata angka kawin per kebuntingan Sapi tanpa masalah 395 86 1,8

(82)
(83)

Reproductive tract score

(RTS)

RTS Vulva & vagina Serviks Uterus Ovari

1 Purulent-discharge, recto-vaginal fistulae; Mukose pucat

Berada pada pelvic bim; Tidak involusi;

Servisits; Sedikit fibrosis

Tidak berinvolusi, asimetris; Melalui pelvic brim; Permukaan tidak rata dan

berisi;

Tidak aktif;

Tidak dapat dipalpasi; Kecil atau kempes. 2 Vaginitis atau beberapa lesi shg

bentuk dan menutup (closure) tidak normal

Berada pada intra pelvis; Involusi tdk sempurna; Servisitis ringan; Fibrosis ringan.

Involusi tdk sempurna; Berada pada cervic brim; Asimetri jelas (1 : 1,5); Dinding tebal dan berisi; Tidak ada tone.

Tidak aktif;

Struktur tidak dapat diraba, namun tidak kempes (flat).

3 Lesi (kerusakan) pada vulva shg bentuk tidak normal, tetapi closure normal; Mukosa pucat atau pink.

Intrapelvis;

Involusi baik, namun sebagian area fibrosis;

Involusi tdk sempurna; Uterus intra-pelvis; Hampir simetris (1: 1,2); Dinding lunak dan tidak berisi; Tidak ada tone.

Folikel sedikit berkembang (<5mm);

Ovari bulat.

4 Normal;

Mukosa pink lembab. Intra-pelvis;Normal. Involusi; intrapelvis; simetris (1:1,1); Dinding lunak, tanpa isi; Tone bagus

Ovari aktif satu buah, dengan folikel (>10mm); CL mungkin ada. 5 Normal;

Mukosa pink lembab. Intra-pelvis;Normal. Involusi; intrapelvis;Simetris (1:1,1); Dinding lunak, tanpa isi; Tone sangat bagus.

(84)

Involusi uterus

Waktu

Post-partum

Involusi uterus (%) Aktifitas ovari

Sempurna Tidak sempur- na Normal Belum kembali normal

30 hari 76 24 38 62

(85)

Kondisi estrus post partum sapi perah

Variabel Persentase (%)

Normal siklus 65,3

Anestrus 34,7:

Berahi tenang*

Ovari tidak berfungsi*

Kista ovari*

CL peseudograviditatum*

: 48,7 : 45,9 : 4,9 : 0,5

(86)

Plasenta tertinggal

Normal, plasenta keluar 6 – 8 setelah pedet

Kasus retained palsenta 4 – 16%,

(87)

Beberapa penyebab Plasenta tertinggal

Kesehatan dan penyakit

Infeksi non spesifik (akibat abortus atau kesulitan melahirkan)

Leptosperosis, brucellusis, vibriosis, trichomoniasis, fungi, atau

lainnya selam bunting)

Milk fever atau mastitis

Faktor nutrisi

Def vitamin A, E, Iodium, Selesiium

Ketidakseimbangan Ca : P

Kelebihan energi, terlalu gemuk

Stress akibat

Kesulitan melahirkan

Kelahiran kembar atau terlalu besar

• Kondisi lingkungan tidak saniter

(88)

Beberapa pencegahan

Vaksinasi sapi darah (9bln) terhadap

Leptosperosis, dan ulangi dengan interval 6

bulan

Perbaiki nutrisi

Berikan mineral yag cukup

(89)

Vagina tidak normal

Endometritis akut

Terjadi kurang dari 14 hari post partum

• Keluar cairan encer, kotor, warna merah-coklat, berbau busuk, dari dinding uterus vagina

Endometritis sub akut/kronis

Terjadi >14 hari post partumKeluar cairan kental (nanah)

Pyometra

• Endometritis dengan sejumlah besar cairan nanah dalam uterus dan adanya CL persisten (3 - 4 mgg post partum)

PGF tidak cukup untuk meluteolisis CL: injeksi PGF CL

(90)

Gagal menunjukkan tanda berahi (PPA)

Anestrus:

Tidak diamati tanda berahi karena tidak sikus

Atau berahi tidak dapat dideteksi (berahi tenang)

True anestrus

Ternak tidak menunjukkan tanda berahi karena tidak

ada siklus (ovari tidak aktif)

Sub-estrus

Ternak sebenarnya memiliki siklus berahi namun
(91)
(92)

A. Folikel besar mengalami lutein B. Folikel-lutein-kista pada babi C. Folikel terluteinisasi sebagian D. Degenerasi ova kecil

E. CL dengan dinding tebal dengan pembntukan rongga

F. Leukose ovari

G. Teratoma pada ovar kanan H. Seperti pada g

(93)

Karakteristik kista folikel dan folikel

luteinisasi

Parameter Kista Folikel Kista Folikel Terluteinisasi (kista luteal)

Struktur Dinding lembek, dengan lapisan teka yang keras dan

jumlah sel-sel granulosa yang tidak merata Dinding keras, dengan jaringan luteal dalam folikel Jumlah kista dan distribusi pada ovari Tunggal atau beberapa pada salah satu atau kedua ovari Biasanya tunggal hanya pada satu ovarium Kejadian tipe kista Mencapai 70% kasus Hanya sekitar 30%

Konsentrasi progesteron serum dan susu Umumnya rendah Biasanya tinggi Tingkah laku ternak Anestrus, estrus tidak teratur atau nymphomia Biasanya anestrus Kemungkinan pulih tanpa diberikan

perlakuan 30 – 70% jika terjadi sebelum ovulasi pertama postpartum 20 – 30% bila terjadi setelah ovulasi pertama

postpartum

sama

Perlakuan 100µ GnRH (bisa diikuti dengan satu dosis

prostaglandin 9 hari berikutnya) sama Munculnya berahi setelah perlakuan 21 hari tanpa prostaglandin (kisaran 9 – 30 hari), sekitar

(94)

Kawin Berulang

Memiliki arti ekonomis yang penting

Sapi (dara atau dewasa) <10 th, memiliki

siklus berahi normal, namun tidak buting

setelah kawin > 2 kali

Ternak dg tingkat kebuntingan rendah

(95)

Sifat-sifat fisiologis kawin berulang

Lama berahi lebih panjang (31 vs 24 jam)

Berahi – LH peak panjang (12 vs 5 jam)

LH maks lebih tinggi

Progesteron lebih tinggi

Ovulasi lebih akhir (37 vs 27 jam setelah

(96)

Beberapa penyebab kawing berulang:

Endometritis subklinis

Gagal berovulasi

GnRH (100 – 200 ug) saat berahi untuk

menginduksi ovulasi

Fungsi korpus luteum tidak sempurna

(97)

Abortus

Kematian dan pengeluaran fetus pada

kebuntingan 45 – 265 hari

Di lapangan <5% dikatakan normal

Sekitar 20 – 30% terdeteksi

Penyebab:

(98)

terima kasih

atas perhatiannya...!

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa air seduhan kopi memberi pengaruh yang nyata terhadap jumlah folikel sekunder ovarium mencit dan tinggi epitel endometrium

Spora adalah sel kecil sekali dan diliputi dinding selulosa yang keras. Spora dibentuk dari inti mahluk hidup bersel satu. Inti ini akan membelah menjadi banyak inti. Tiap inti

Penelitian untuk menentukan sapi NTB yang tergolong bibit di pulau Lombok menunjukkan bahwa hanya 0,89% dari populasi atau 11,76% dari jumlah sapi jantan dewasa tergolong bibit,

Berdasarkan hasil pemeriksaan sel darah putih yang disajikan pada Gambar 3, kelompok ternak yang mengalami gangguan reproduksi (hipofungsi ovarium dan atropi)

Organ tersebut berperan penting pada proses absorpsi cairan yang berasal dari  tubulus seminiferus testis, pematangan, penyimpanan dan penyaluran spermatozoa ke  ductus

Tetapi telur yang telah diovulasikan tersebut tidak akan dikeluarkan karena sistem duktus Muller pada unggas betina berkembang secara unilateral sehingga tidak

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwasanya banyaknya folikel yang dapat dipanen dari setiap ovari tidak berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan dan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian kopi berpengaruh nyata terhadap jumlah folikel sekunder pada ovarium mencit dan tinggi epitel endometrium mencit, dan tidak berpengaruh