FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA
MODUL
PSIKOLOGI KOMUNIKASI ( 3 ) SKS
Pokok Bahasan: Pengertian dan Ruang lingkup Psikologi Komunikasi
Dosen : Drs. Riswandi, M.Si.
TUJUAN INSTRUKSIONAL :
Setelah memperoleh materi ini mahasiswa diharapkan dapat memahami dan menjelaskan kembali tentang definisi komunikasi dan tingkatan proses komunikasi.
I. Definisi komunikasi
Kata atau istilah “komunikasi” (Bahasa Inggris “communication”) berasal dari Bahasa Latin “communicatus” atau communicatio atau communicare yang berarti “berbagi” atau “menjadi milik bersama”.
Dengan demikian, kata komunikasi menurut kamus bahasa mengacu pada suatu upaya yang bertujuan untuk mencapai kebersamaan.
Menurut Webster New Collogiate Dictionary komunikasi adalah “suatu proses pertukaran informasi di antara individu melalui sistem lambang-lambang, tanda-tanda atau tingkah laku”.
Berikut ini adalah bebarapa definsi tentang komunikasi yang dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut :
1. Carl Hovland, Janis & Kelley
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lain-lain melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar, angka-angka, dan lain-lain.
3. Harold Lasswell
Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan “siapa” “mengatakan “apa” “dengan saluran apa”, “kepada siapa” , dan “dengan akibat apa” atau “hasil apa”.
(who says what in which channel to whom and with what effect). 4. Barnlund
Komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan-kebutuhan untuk mengurangi rasa ketidakpastian, bertindak secara efektif, mempertahankan atau memperkuat ego. 5. Weaver
Komunikasi adalah seluruh prosedur melalui mana pikiran seseorang dapat mempengaruhi pikiran orang lainnya.
6. Gode
Komunikasi adalah suatu proses yang membuat sesuatu dari semula yang dimiliki oleh seseorang (monopoli seseorang) menjadi dimiliki oleh dua orang atau lebih.
Dari berbagai definsi tentang ilmu komunikasi tersebut di atas, terlihat bahwa para ahli memberikan definisinya sesuai dengan sudut pandangnya dalamelihat komunikasi. Masing-masing memberikan penekanan arti, ruang lingkup, dan konteks yang berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa, ilmu komunikasi sebagai bagian dari ilmu sosial adalah suatu ilmu yang bersifat multi-disipliner.
Definisi Hovland Cs, memberikan penekanan bahwa tujuan komunikasi adalah mengubah atau membentuk perilaku.
Definisi Berelson dan Steiner, menekankan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian, yaitu penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lain-lain. Definisi Lasswell, secara eksplisit dan kronologis menjelaskan tentang lima komponen yang terlibat dalam komunikasi, yaitu :
- siapa (pelaku komunikasi pertama yang mempunyai inisiatif atau sumber. - mengatakan apa ( isi informasi yang disampaikan)
- melalui saluran apa (alat/saluran penyampaian informasi) - dengan akibat/hasil apa (hasil yang terjadi –pada diri penerima)
Definisi Lasswell ini juga menunjukkan bahwa komunikasi itu adalah suatu upaya yang disengaja serta mempunyai tujuan. Berdasarkan definisi Lasswell ini dapat diturunkan 5 unsur komunikasi yang saling bergantung satu sama lain, yaitu Pertama; sumber (source), sering disebut juga pengirim (sender), penyandi (encoding), komunikator, pembicara (speaker) atau originator. Sumber adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi. Sumber boleh jadi seorang individu, kelompok, organisasi, perusahaan, atau negara. Kedua; Pesan, yaitu apa yang
dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima. Pesan merupakan seperangkat simbol verbal dan atau nonverbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan, atau maksud sumber tersebut. Pesan mempunyai 3 komponen, yaitu makna, digunakan untuk menyampaikan pesan, dan bentuk atau organisasi pesan.
Ketiga; saluran atau media, yaitu alat atau wahana yang digunakan sumber untuk menyampaikan pesannya kepada penerima. Pada dasarnya saluran komunikasi manusia adalah 2 saluran, yaitu cahaya dan suara.
Saluran juga merujuk pada cara penyampaian pesan, apakah langsung (tatap muka) atau lewat media (cetak dan elektronik).
Keempat; penerima (receiver) sering juga disebut sasaran/tujuan (destination), komunikate, penyandi balik (decoder) atau khalayak, pendengar (listener), penafsir (interpreter), yaitu orang yang menerima dari sumber. Berdasrkan pengalaman masa lalu, rujukan nilai, pengetahuan, persepsi, pola pikir, dan perasaan, penerima pesan menafsirkan seperangkat simbol verbal dan atau nonverbal yang ia terima.
Kelima; efek, yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut, misalnya terhibur, menambah pengatahuan, perubahan sikap, atau bahkan peruahan perilaku.
Kelima unsur tersebut di atas sebenarnya belum lengkap, bila dibandingkan dengan unsur-unsur komunikasi yang terdapat dalam model-model yang lebih baru. Unsur-unsur yang sering ditambahkan adalah umpan balik (feed back), gangguan komunikasi
Definisi Gode, memberi penekanan pada proses penularanpemilikan, yaitu dari yang semula (sebelum komunikasi) hanya dimiliki oleh satu orang kemudian setelah komunikasi menjadi dimiliki oleh dua orang atau lebih.
Definisi Barnlund, menekankan pada tujuan komunikasi, yaitu untuk mengurangi ketidakpastian, sebagai dasar bertindak efektif, dan untuk mempertahankan atau memperkuat ego.
Berdasarkan definisi-definisi tentang komunikasi tersebut di atas, dapat diperoleh gambaran bahwa komunikasi mempunyai beberapa karakteristik sebagai berikut :
1. Komunikasi adalah suatu proses
2. Komunikasi adalah upaya yang disengaja dan mempunyai tujuan
3. Komunikasi menuntut adanya partisipasi dan kerja sama dari para pelaku yang terlibat
4. Komunikasi bersifat simbolis 5. Komunikasi bersifat transaksional
6. Komunikasi menembus faktor ruang dan waktu
Ad. 1. Komunikasi adalah suatu proses
Komunikasi sebagai suatu proses artinya bahwa komunikasi merupakan serangkaian tindakan atau peristiwa yang terjadi secara berurutan (ada tahapan atau sekuensi) serta berkaitan satu sama lainnya dalam kurun waktu tertentu. Sebagai suatu proses,
komunikasi tidak statis, tetapi dinamis dlam arti akan selalu mengalami perubahan dan berlangsung terus menerus.
Proses komunikasi melibatkan banyak unsur atau komponen. Unsur-unsur tersebut antara lain meliputi pelaku atau peserta, pesan 9mencakup bentuk, isi, dan cara penyajiannya), saluran atau alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan, waktu, tempat, hasil atau akibat yang ditimbulkan, dan situasi atau kondisi pada saat
berlangsungnya komunikasi.
kemauan dari pelakunya. Sedangkan tujuan yang diharapkan berarti merujuk pada hasil atau akibat yang diinginkan. Tujuan komunikasi mencakup banyak hal, tergantung pada keinginan atau harapan dari masing-masing pelakunya.
Ad. 3. Komunikasi menuntut adanya partisipasi dan kerja sama dari para pelaku yang terlibat
kegiatan komunikasi akan berlangsung baik apabila pihak-pihak yang berkomunikasi (dua orang atau lebih) sama-sama ikut terlibat dan sama-sama mempunyai perhatian yang samaterhadap topik pesan yang disampaikan.
Ad. 4. Komunikasi bersifat simbolis
Komunikasi pada dasarnya merupakan tindakan yang dilakukan dengan menggunakan lambang-lambang. Lambang yang paling umum digunakan dalam komunikasi antar manusia adalah bahasaverbal dalam bentuk kata-kata, kalimat, angka-angka atau tanda-tanda lainnya. Bahasa verbal yang digunakan untuk keperluan membujuk atau meminta tolong, tentunya akan berbeda dengan bahasa verbal yang digunakan untuk tujuan memerintah atau memaksa. Perbedaan tersebut tidak hanya pada kata-kata yang digunakan, akan tetapi juga pada nada dan tekanan atau intonasinya.
Selain bahasa verbal, juga ada lambang-lamabang yang bersifat nonverbal yang dapat digunakan dalam komunikasi seperti gestura (gerak tangan, gerak kaki, atau bagian tubuh lainnya), warna, sikap duduk, dan jarak. Penggunaan lambang-lambang ini biasanya dimaksudkan untuk memperkuat makna pesan yang disampaikan. Misalnya, jika kita berusaha membujuk seseorang mengenai sesuatu hal, maka gaya dan sikap kita akan berbeda dengan jika kita memerintah atau memarahi seseorang.
Ad. 5. Komunikasi bersifat transaksional
Komunikasi pada dasarnya menuntut dua tindakan, yaitu memberi dan menerima. Dua tindakan tersebut tentunya perlu dilakukan secara seimbang atau porsional. Pengertian transsaksional ini berarti bahwa keberhasilan komunikasi tidak hanya ditentukan oleh salah satu pihak, akan tetapi kedua belah pihak yang terlibat dalam komunikasi berperan dalam menyukseskannya. Artinya, komunikasi akan berhasil apabila kedua belah pihak yang terliabt mempunyai kesepakatan tentang hal-hal yang dibicarakan. Ad. 6. Komunikasi menembus faktor ruang dan waktu
II. Ruang Lingkup Psikologi Komunikasi
Sebelum dikemukakan ruang lingkup psikologi komunikasi, terlebih dahulu dikemukakan definisi komunikasi dari perspektif psikologi.
Kamus Psikologi, Dictionary of Behavioral Science menyebutkan 6 definisi komunikasi sebagai berikut :
1. Komunikasi adalah penyampaian perubahan energi dari suatu tempat ke tempat yang lain seperti dalam system syaraf atau penyampaian gelombang-gelombang suara.
2. Komunikasi adalah penyampaian atau penerimaan signal atau pesan oleh organisme.
3. Komunikasi adalah pesan yang disampaikan
4. Komunikasi adalah proses yang dilakukan satu system untuk mempengaruhi system yang lain melalui pengaturan signal-signal yang disampaikan.
5. Komunikasi adalah pengaruh satu wilayah pribadi pada wilayah persona yang lain sehingga perubahan dalam satu wilayah menimbulkan perubahan yang berkaitan pada wilayah yang lain.
6. Komunikasi adalah pesan pasien kepada pemberi terapi dalam psiko- terapi.
Dari definisi tentang komunikasi dari perspektif psikologi tersebut di atas, terlihat bahwa makna komunikasi sangat luas, meliputi penyampaian energi, gelombang suara, tanda di antara tempat, dan system atau organisme.
Kata komunikasi dipergunakan sebagi proses, sebagai pesan, sebagai pengaruh, atau secara khusus sebagai pesan pasien dalam psikoterapi.
Psikologi mencoba menganalisis seluruh komponen yang terlibat dalam proses komunikasi.
Jadi psikologi menyebut komunikasi pada penyampaian energi dari alat-alat indera ke otak, peristiwa penerimaan dan pengoalhan informasi, pada proses saling pengaruh di antara berbagai system dalam diri organisme dan di antara organisme.
sebab satu sumber komuniksi berhasil dalam mempengaruhi orang lain, sementara sumber komunikasi yang lain tidak.
Psikologi juga tertarik pada komunikasi di antara individu; bagaimana pesan dari satu individu menjadi stimulus yang menimbulkan respon pada individu lain. Psikologi bahkan meneliti alambang-lambang yang disampaikan. Psikologi meneliti proses
mengungkapkan pikiran menjadi lambing, bentuk-bentuk lambang, dan pengaruh lambang terhadap perilaku manusia. Pada saat pesan sampai pada diri komuniakator, psikologi melihat ke dalam proses penerimaan pesan, menganalisa factor-faktor personal dan situasional yang mempengaruhinya, dan menjelskan berbagai corak komunikan ketika sendirian atau dalam kelompok.
Perkembangan terbaru dari dunia psikologi komunikasi adalah komunikasi terapeutik. melalui metode ini, seorang terapis mengarahkan komunikasi begitu rupa sehingga pasien dihadapkan pada situasi dan pertukaran pesan yang dapat menimbulkan
hubungan social yang bermanfaat. Komunikasi teerapeutik memandang gangguan jiwa besumber pada gangguan komunikasi, pada ketidakmampuan pasien untuk
mengungkapkan dirinya. Singkatnya, meluruskan jiwa orang dengan meluruskan caranya berkomunikasi.
Komunikasi boleh ditujukan untuk memberikan informasi, menghibur, atau
mempengaruhi. Komunikasi untuk tujuan yang ketiga ini lazim disebut komunikasi persuasive, yang berkaitan erat dengan psikologi.
Persuasif dapat didefinisikan sebagai proses mempengaruhi dan mengendalikan perilaku orang lain melalui pendekatan psikologi.
Ketika komunikasi dikenal sebagi proses mempengaruhi oprang lain, disiplin-disiplin yang lain menambah perhatian yang sama besarnya.
Psikologi juga meneliti kesadaran dan pengalaman manusia. Psikologi terutama
mengarahkan perhatiannya pada perilaku manusia dan mencoba menyimpulkan proses kesadaran yang menyebabkan terjadinya perilaku tersebut. Bila sosiologi melihat komunikasi pad interaksi social, filsafat pada hubugnan manusia dengan realitas lainnya, maka psikologi melihat pada perilaku individu komunikan.
Yang agak permanen mempelajari komunikasi adalah sosiologi, filsafat, dan psikologi. Sosiologi mempelajari interaksi social, Interaksi social harus melalui kontak dan komunikasi. Oleh karena itu, setiap buku sosiologi harus menyinggung komunikasi. DAlam dunia yang serba modern sekarang ini, komunikasi bukan saja mendasari interaksi social. Teknologi komunikasi telah berkembang sedemikian rupa sehingga tidak ada satu masyarakat modern yang mampu bertahan tanpa komunikasi.
Ruang lingkup psikologi komunikasi adalah : 1. Sistem komunikasi intrapersonal
2. Sistem komuniksi interpersonal 3. Sistem komunikasi kelompok 4. Sistem komunikasi Massa
Dalam system komunikasi intrapersonal, antara lain membahas tentang karakteristik manusia komunikan, factor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi perilaku komunikasinya, system memori dan berpikir, dan sifat-sifat psikologi komunikator.
Dalam system komunikasi interpersonal, antara lain dibahas tentang proses persepsi interpersonal, konsep diri, atraksi interpersonal, dan hubungan interpersonal.
Dalam system komunikasi kelompok, antara lain dibahas tentang kelompok dan pengaruhnya pada perilaku komunikasi, factor-faktor yang mempengaruhi keefektifan kelompok, dan bentuk-bentuk komunikasi kelompok.
Dalam komunikasi massa, antara lain dibahas tentang motivasi Atau factor-faktor yang mempengaruhi reaksi individu terhadap media massa, efek komunikasi massa, dan psikologi komunikator.
MODUL
PSIKOLOGI KOMUNIKASI 3 SKS
Pokok Bahasan : Pendekatan Psikologi Komunikasi dan Komunikasi Efektif
Oleh : Drs. Riswandi, M.Si.
TUJUAN INSTRUKSIONAL :
Setelah memperoleh materi ini mahasiswa diharapkan dapat memahami dan menjelaskan kembali tentang ciri pendekatan psikologi komunikasi dan komunikasi efektif.
I. Ciri Pendekatan Psikologi Komunikasi
Psikologi mengarahkan perhatiannya pada perilaku manusia dan mencoba menyimpulkan proses kesadaran yang menyebabkan terjadinya perilaku tersebut. Bila sosiologi melihat komunikasi pada interaksi social, filsafat pada hubungan manusia dengan realitas alam semesta, maka psikologi melihat pada perilaku individu
komunikan.
Menurut Fisher, ada 4 ciri pendekatan psikologi pada komunikasi, yaitu : 1. Penerimaan stimuli secara indrawi;
2. Proses yang mengantarai stimuli dan respons; 3. Prediksi respons;
4. Peneguhan respons.
2) Stimuli itu kemudian diolah dalam jiwa kita, yaitu dalam ‘kotak hitam” yang tidak pernah kita ketahui. Kita hanya mengambil kesimpulan tentang proses yang terjadi pada “kotak hitam” dari respons yang tampak. Misalnya kita mengetahui bahwa bila ia tersenyum, tepuk tangan, dan meloncat-loncat, pasti ia dalam keadaan gembira.
3) Psikologi komunikasi juga melihat bagaimana respons yang terjadi pada masa lalu dapat meramalkan respons yang akan dating. Kita ahrus mengetahui sejarah respons sebelum meramalkan respons individu masa sekarang.
4) Peneguhan adalah respons lingkungan (atau orang lain pada respons organisme yang asli). Ahli lain menyebutnya feedback atau umpan balik.
Menurut George A. Miller, psikologi komunikasi adalah ilmu yang berusaha
menguraikan, meramalkan, dan mengendalikan peristiwa mental dan perilaku dalam komunikasi.
Peristiwa mental adalah proses yang mengantarai stimuli dan respons (internal mediation of stimuli) yang berlangsung sebagai akibat belangsungnya komunikasi. Peristiwa perilaku/behavioral adalah apa yang nampak ketika orang berkomunikasi.
Belum ada kesepakatan tentang cakupan psikologi. Ada yang beranggapan psikologi hanya tertarik perilaku yang tampak saja, sedangkan yang lain tidak dapat mengabaikan peristiwa-peristiwa mental. Sebagian peikolog hanya ingin memeriksa apa yang
dilakukan orang, sebagian lagi ingin meramalkan apa yang akan dilakukan orang.
Komuniksai adalah peristiwa social. Psikologi komunikasi dapat diposisikan sebagai bagian dari psikologi social. Karena itu, psikologi social adalah juga pendekatan psikologi komunikasi.
Bila individu-individu berinteraksi dan saling mempengaruhi, maka terjadilah : 1. Proses belajar yang meliputi aspek koginitif dan aspek afektif
2. Proses penyampaian dan penerimaan lambang-lambang (komuniksi) 3. Mekanisme penyesuaian diri seperti sosialisasi, identifikasi, permainan
II. Komunikasi Efektif
Menurut Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss, komunikasi yang efektif menimbulkan 5 hal, yaitu ;
1. Pengertian 2. Kesenangan
3. Pengaruh pada sikap 4. Hubungan yang makin baik 5. Tindakan
1) Pengertian
Pengertian artinya penerimaan yang cermat dari isi stimuli seperti yang dimaksud oleh komunikator.
Seringkali pertengkaran atau konflik terjadi karena pesan kita diartikan lain oleh orang yang kita ajak bicara. Kegagalan menerima isi pesan secara cermat disebut kegagalan komunikasi primer (primary breakdown in communication).
Dalam konteks inilah diperlukan pemahaman orang tentang psikologi pesan dan psikologi komunikator.
2) Kesenangan
Tidak semua komunikasi ditujukan untuk menyampaikan informasi dan membentuk pengertian. Misalnya ketika kita mengucapkan “Selamat pagi, apa kabar? Kita tidak bermaksud mencari keterangan. Komunikasi seperti ini dimaksudkan untuk
menimbulkan kesenangan, yang lazim disebut komunikasi fatis (phatic communication). Komunikasi seperti ini menjadikan hubungan kita hangat, akrab, dan menyenangkan. Dalam Analisis Transaksional ini disebut “ Saya Oke – Kamu Oke”. Ini memerlukan psikologi psikologi tentang sistem komuniaksi interpersonal.
3) Mempengaruhi sikap
Kita paling sering melakukan komunikasi untuk mempengaruhi orang lain. Misalnya :
- Khotib ingin membangkitkan sikap beragama dan mendorong jemaah untuk beribadah lebih baik.
- Pemasang iklan ingin merangsang selera konsumen untuk membeli barang-barang lebih banyak.
Semua yang disebutkan di atas adalah termasuk komunikasi persuasive. Komunikasi persuasive memerlukan pemahaman tentang factor-faktor pada diri komunikator, dan pesan yang menimbulkan efek pada komunikate.
Persuasive didefinisikan sebagai proses mempengaruhi pendapat, sikap, dan tindakan orang dengan menggunakan manipulasi psikologis sehingga orang tersebut bertindak seperti atas kehendaknya sendiri.
4) Hubungan social yang baik
Komunikasi juga ditujukan untuk menumbuhkan hubungan social yang baik. Kebutuhan social adalah kebutuhan untuk menumbuhkan dan mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan orang lain dalam hal interaksi dan asosiasi, pengendalian, dan kekuasaan, serta cinta kasih.
Menurut penelitian, bila orang gagal menumbuhkan hubungan interpersonal, maka ia akan menjadi agresif, senang berkhayal, dingin, sakit fisik dan mental, dan menderita “flight syndrome” (ingin melarikan diri dari lingkungannya).
Kebutuhan sosial adalah kebutuhan untuk menumbuhkan dan mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan orang lain dalam hal interaksi dan asosiasi, pengendalian, dan kekuasaan, serta cinta kasih.
Secara singkat, kita ingin bergabung dan berhubungan dengan orang lain, kita ingin mengendalikan dan dikendalikan, kita ingin mencintai dan dicintai. Kebutuhan sosial ini hanya bisa dipenuhi dengan komunikasi interpersonal yang efektif.
Bila orang gagal dalam menumbuhkan hubungan interpersonal, maka ia menjadi agresif, senang berkhayal,dan sakit fisik dan mental, dan ingin melarikan diri dari lingkungannya.
Hasil penelitian Philip G. Zimbardo menemukan, bahwa anonimitas menjadikan orang agresif, senang mencuri dan merusak, dan kehilangan tanggung jawab sosial.
Anonimitas timbul mungkin karena kegagalan komuniksi interpersonal dalam
menumbuhkan hubungan sosial yang baik. Supaya manusia tetap hidup secara sosial, untuk sosial survival, ia harus terampil dalam memahami faktor-faktor yang
5) Tindakan
Persuasi juga ditujukan untuk melahirkan tindakan yang dikehendaki.
Komunikasi untuk menimbulkan pengertian memang sulit, tetapi lebih sulit lagi mempengaruhi sikap, dan jauh lebih sulit lagi mendorong orang untuk bertindak. Efektivitas komunikasi biasanya diukur dari tindakan nyata yang dilakukan komunikate. Misalnya :
Kampanye KB berhasil bila akseptor mulai memasang IUD atau Spiral;
Propaganda suatu parpol efektif bila sekian juta mencoblos lambing parpol tersebut; pemasang iklan sukses bila orang membeli barang yang ditawarkan.
Menimbulkan tindakan nyata memang indicator efektivitas yang paling penting. Karena untuk menimbulkan tindakan, kita harus berhasil lebih dahulu menanamkan pengertian, membentuk dan mengubah sikap.
Tindakan adalah hasil kumulatif seluruh proses komunikasi.
Ia bukan saja memerlukan pemahaman tentang seluruh mekanisme psikologis yang terlibat dalam proses komunikasi, tetapi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku manusia.
Keberhasilan atau efektivitas komunikasi selain ditentukan oleh hal-hal tersebut di atas, juga ditentukan oleh faktor-faktor sumber/komunikator, pesan, saluran komunikasi, dan orang/khalayak yang menerima pesan tersebut.
Berikut ini dikemukakan karakteristik sumber atau komunikator yang menentukan efektivitas komunikasi.
Sebelum faktor karakteristik komunikator tersebut diuraikan, terlebih dahulu akan dijelaskan pengaruh komunikasi kita pada orang lain, sebagaimana dikemukakan oleh Herbert C. Kelman.
Menurut Kelman, pengaruh komunikasi kita pada orang lain berupa 3 hal : 1. Internalisasi
2. Identifikasi
Internalisasi
Internalisasi terjadi bila orang menerima pengaruh karena perilaku yang dianjurkan itu sesuai dengan sistem nilai yang dimilikinya. Kita menerima gagasan, pikiran, atau anjuran orang lain karena gagasan, pikiran, atau anjuran orang lain itu berguna untuk memecahkan masalah, penting dalam menunjukkan arah, atau dituntut oleh sistem nilai kita.
Internalisasi terjadi ketika kita menerima anjuran orang lain atas dasar rasional. Misalnya kita berhenti merokok, karena kita ingin memelihara kesehatan kita karena merokok tidak sesuai nilai-nilai yang kita anut.
Identifikasi
Identifikasi terjadi bila individu mengambil perilaku yang berasal dari orang atau
kelompok lain karena perilaku itu berkaitan dengan hubungan yang mendefinisikan diri secara memuaskan (satisfying self-defining relationship) dengan orang atau kelompok itu. Hubungan yang mendefinisikan diri artinya memperjelas konsep diri.
Dalam identifikasi, individu mendefinisikan perannya sesuai dengan peranan orang lain. Dengan perkataan lain, ia berusaha seperti atau benar-benar menjadi orang lain.
Dengan mengatakan apa yang ia katakan, melakukan apa yang ia akukan,
mempercayai apa yang ia percayai, individu mendefinisikan dirinya sesuai dengan orang yang mempengaruhinya.
Identifikasi terjadi ketika anak berperilaku mencontoh ayahnya, murid meniru tindak tanduk gurunya, atau penggemar bertingkah dan berpakaian seperti bintang yang dikaguminya.
Dimensi ethos yang paling relevan dengan identifikasi ialah atraksi (daya tarik komunikator).
Ketundukan
Dalam ketundukan, orang menerima perilaku yang dianjurkan bukan karena
mempercayainya, tetapi karena perilaku tersebut membantunya untuk menghasilkan efek sosial yang memuaskan.
Bawahan yang mengikuti perintah atasannya karena takut dipecat, pegawai negeri yang masuk parpol tertentu karena kuatir diberhentikan, petani yang menanam sawahnya karena ancaman pamong desa adalah contoh-contoh ketundukan,
III. Karakteristik Komunikator 1) Kredibilitas
Kredibilitas adalah seperangkat persepsi komunikate tantang sifat-sifat komunikator. Dari definisi ini terkandung dua hal, yaitu : pertama; kredibilitas adalah persepsi komunikate, jadi tidak inheren dalam diri komunikator; kedua; kredibilitas berkenaan dengan sifat-sifat komunikator (disebut juga komponen-komponen kredibilitas).
Karena kredibilitas itu adalah masalah persepsi, berarti kredibilitas berubah bergantung pada pelaku persepsi (yaitu komunikate), topik yang dibahas, dan bergantung pula pada situasi.
Contoh :
- Anda mungkin memiliki kredibilitas di tengah-tengah teman-teman Anda, tetapi tidak berarti apa-apa di hadapan pimpinan universitas Anda.
- Profesor botak akan didengarkan baik oleh mahasiswanya, tetapi tetap saja akan dimakan habis oleh buaya di sungai.
Dari contoh-contoh tersebut di atas, jelaslah bahwa kredibilitas tidak ada pada diri komunikator, tetapi terletak pada persepsi si komunikate.
Oleh karena itu, ia dapat berubah atau diubah, terjadi atau dijadikan.
Kita dapat menghadirkan “the man on the street” di ruangan kuliah dan mengumumkan pada mahasiswa bahwa orang itu adalah doktor dalam ilmu komunikasi. Di sini kita membentuk persepsi orang lain dengan deskripsi verbal.
Kita juga dapat menurunkan kredibilitas komunikator dengan memberinya pakaian-pakaian yang lusuh atau menyuruhnya berperilaku yang menyebalkan.
Hal-hal yang mempengaruhi persepsi komunikate tentang komunikator sebelum ia melakukan komunikasinya disebut prior ethos.
Sumber komunikasi memperoleh prior ethos karena berbagai hal. Kita membentuk gambaran tentang diri komunikator dari pengalaman langsung dengan komuniaktor itu, atau dari pengalaman wakilan.
Misalnya, karena sudah lama bergaul dengan dia dan sudah mengenal integritas
kepribadiannya atau karena kita sudah sering melihat atau mendengarnya dalam media massa.
Bisa juga kita membentuk prior ethos komunikator dengan menghubungkannya pada kelompok rujukan orang itu, artinya kita meletakkannya pada skema kognitif kita. Misalnya, anda akan tekun mendengarkan penceramah yang diperkenalkan sebagai Kiai Haji Doktor Iwan Sugiarta, karena gelar-gelar itu melahirkan persepsi tentang kelompok yang mendalami ilmu agamanya.
Pada umumnya penelitian tentang kredibilitas berkenaan dengan prior ethos.
Faktor lain, selain persepsi dan topik yang dibahas, yang mempengaruhi kredibilitas adalah faktor situasi. Pembicara pada media massa memiliki kredibilitas yang tinggi dibandingkan dengan pembicara pada pertemuan RT. Begitu pula ceramah di hadapan civitas akademica suatu perguruan tinggi yang berstatus tinggi akan meningkatkan kredibilitas penceramah. Sebaliknya penceramah yan semula memiliki kredibilitas yang tinggi, akan hancur kredibilitasnya setelah ia berbicara pada situasi yang dipandang “kotor”, atau di tengah-tengah kelompok yang dianggap berstatus rendah.
Meskipun belum banya penelitian dilakukan tentang pengaruh situasi terhadap persepsi komunikate tentang komunikator, akan tetapi dapat diduga bahwa pada akhirnya
kredibilitas dipengaruhi oleh interaksi di antara berbagai faktor.
Komponen-komponen Kredibilitas a. Keahlian
b. Kepercayaan
dinilai tinggi pad keahlian dianggap sebagai cerdas, mampu, ahli, tahu banyak,
berpengalaman, atau terlatih. Sebaliknya komunikator yang dinilai rendah pad keahlian dianggap tidak berpengalaman, tidak tahu, atau bodoh.
Ad. b. Kepercayaan adalah kesan komunikate tentang komunikator yang brkaitan dengan wataknya. Apakah komunikator dinilai jujur, tulus, bermoral, adil, sopan, dan etis. Atau apakah komunikator dinilai tidak jujur, lancung, suka menipu, tidk adil, dan tidak etis.
Koehler, annatol, dan Appelbaum menambahkan 4 lagi sebagai komponen dari kredibilitas sebagai berikut :
a. dinamisme b. sosiabilitas c. koorientasi
d. karisma
Dinamisme umumnya berkaitan dengan cara orang berkomunikasi. Komunikator memiliki dinamisme bila ia dipandang sebagai bergairah, bersemangat, aktif, tegas, dan berani. Sebaliknya komunikator yang tidak dinamis dianggap pasif, ragu-ragu, dan lemah. Dalam komunikasi, dinamisme memperkokoh kesan keahlian dan kepercayaan. Sosiabilitas adalah kesan komunkate tentang komunikator sebagai orang yang periang dan senang bergaul.
Koorientasi merupakan kesan komunikate komunikator sebagai orang yang mewakili kelompok orang yang kita senangi, yang mewakili nilai-nilai kita.
Karisma digunakan untuk menunjukkan suatu sifat luar biasa yang dimiliki komunikator yang menarik dan mengendalikan komunikate seperti magnet menarik benda-benda di sekitarnya.
2) Atraksi
Terdapat faktor-faktor situasional yang mempengaruhi atraksi interpersonal seperti daya tarik fisik, ganjaran, kesamaan, dan kemampuan.
Atraksi fisik menyebabkan komunikator menjadi menarik, dan karena menarik ia memiliki daya persuasif. Kita juga tertarik kepada seseorang karena adanya beberapa kesamaan antara dia dengan kita.
Karena itulah, komunikator yang ingin mempengaruhi orang lain sebaiknya memulai dengan menegaskan adanya kesamaan antara dirinya dengan
komunikate. Kenneth Burke, seorang ahli retorika, menyebut upaya ini sebagai “strategy of identification”.
3) Kekuasaan
Kekuasaan adalah kemampuan menimbulkan ketundukan. Seperti halnya kredibilitas dan atraksi, ketundukan timbul dari antara komuniaktor dan komunikate.
Kekuasaan menyebabkan seseorang komunikator dapat “memaksakan” kehendaknya kepada orang lain, karena ia memiliki sumber daya yang sangat penting.
French dan Raven mengemukakan jenis-jenis kekuasaan sebagai berikut : 1. Kekuasaan Kooersif (coersive power)
2. Kekuasaan Keahlian (expert power)
3. Kekuasaan Informasional (informational power) 4. Kekuasaan Rujukan ( referent power )
MODUL
PSIKOLOGI KOMUNIKASI ( 3 SKS )
Pokok Bahasan : Karakteristik Manusia Komunikan ( I ) Oleh : Drs. Riswandi, M.Si.
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah memperoleh materi ini mahasiswa diharapkan dapat memahami dan menjelaskan kembali tentang konsepsi psikologi tentang manusia yang mencakup manusia dalam perspektif psikoanalisis, perspektif behavioralisme, perspektif psikologi kognitif, dan manusia dari perspektif humanistic.
Ada 4 teori dalam psikologi yang mencoba menjelaskan tentang manusia, yaitu sebagai berikut :
1. Konsepsi manusia menurut Psikoanalisis 2. Konsepsi manusia menurut Behavioralisme 3. Konsep manusia menurut Psikologi Kognitif 4. Konsepsi manusia menurut Psikologi Humanistik
A) Konsepsi manusia dalam Psikoanalisis
Orang yang pertama kali berusaha merumuskan psikologi manusia dengan memperhatikan struktur jiwa manusia adalah Sigmund Freud.
Menurut Freud, perilaku manusia merupakan hasil interaksi tiga subsistem dalam kepribadian manusia yang disebutnya Id, Ego, dan Superego.
1. Id
Id adalah bagian kepribadian yang menyimpan dorongan-dorongan biologis manusia, atau disebut juga pusat instink ( hawa nafsu).
Ada dua instink dominan, yaitu :
Instink ini disebut juga instink kehidupan/eros, misalnya dorongan seksual, segala hal yang mendatangkan kenikmatan termasuk kasih ibu, pemujaan pada Tuhan, dan cinta diri/narcisme.
b) Thanatos; yaitu instink destruktif dan agresif. Instink ini disebut juga instink kematian.
Semua motif manusia adalah gabungan antara eros dan thanatos. Id bergerak berdasarkan prinsip kesenangan, ingin segera memenuhi kebutuhannya. Id bersifat egoistis, tidak bermotral dan tidak mau tahu dengan kenyataan. Id adalah tabiat hewani manusia.
Walaupun Id mampu melahirkan keinginan, tetapi ia tidak mampu memuaskan keinginannya.
2. Ego
Ego berfungsi menjembatani tuntutan-tuntutan Id dengan realitas di dunia luar. Ego adalah mediator antara hasrat-hasrat hewani dan tuntutan rasional dan realistic. Ego-lah yang menyebabkan manusia mampu menundukkan hasrat hewaninya dan hidup sebagai wujud yang rasional.
Ego bekerja berdasarkan prinsip realitas.
Misalnya, Ketika Id mendesak supaya Anda memmbalas ejekan dengan ejekan lagi, Ego segera memperingatkan Anda bahwa lawan Anda adalah “Bos” yang dapat memecat Anda. Kalau Anda mengikuti desakan Id, maka Anda akan konyol.
Setelah itu Anda baru ingat, bahwa bahaya jika sampai berani melawasn Bos/pimpinan dalam budaya Indonesia.
3. Superego
Superego adalah polisi kepribadian yang mewakili dunia ideal. Superego adalah hati nurani (conscience) yang merupakan internalisasi dari norma-norma social dan cultural masyarakatnya.
Superego akan memaksa ego untuk menekan hasrat-hasrat yang tidak berlainan ke alam bawah sadar.
Untuk mengatasi ketegangan, ia dapat menyerah pada tuntutan Id, tetapi berarti dihukum superego dengan perasan bersalah.
Untuk menghindari ketegangan, konflik, atau frustrasi, ego secara sadar lalu menggunakan mekanisme pertahanan ego, yaitu dengan mendistorsi realitas. Secara singkat, dalam psikoanalisis perilaku manusia merupakan interaksi antara komponen biologis (Id), komponen psikologis (ego), dan komponen social (superego), atau unsure animal, rasional, dan moral (hewani, akal, dan nilai).
B. Konsepsi manusia dalam Behavioralisme
Behavioralisme lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme (yang menganalisis jiwa manusia berdasarkan laporan-laporan subyektif) dan juga psikoanalisis yang berbicara tentang alam bawah sadar yang tidak tampak).
Behavioralisme ingin menganalisis hanya perilaku yang nampak saja, yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan,
Belakangan, teori kaum behavioralisme lebih dikenal dengan nama teori belajar, karena menurut mereka seluruh perilaku manusia, kecuali instink, adalah hasil belajar.
Behavioralisme tidak mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional; kaum behavioralis hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalikan oleh factor-faktor lingkungan.
Dari sinilah timbul konsep “manusia mesin” (Homo Mechanicus”).
Behaviorisme sangat banyak menentukan perkembangan psikologi, teutama dalam hal ekspeerimen-eksperimen. Kajian-kajian psikologi seringkali hanya mencerminkan pendekatan ini.
Pemikiran behaviorisme sebenarnya sudah dikenal sejak Aristoteles yang berpendapat bahwa, pada waktu lahir jiwa manusia tidak memiliki apa-apa sma seperti meja lilin (tabula rasa) yang siap dilukis oleh pengalaman.
Salah satu kesulitan empirisme dalam menjelaskan gejala psikologi timbul ketika orng membicrakan apa yang mendorong manusia berperilaku tertentu. Hedonisme, salah satu paham filsafat etika memandang manusia sebagai mahluk yang bergerak untuk memenuhi kepentingan dirinya, mencri kesenangan dan menghindari penderitaan. Utilitarianisme mencoba mengkaji seluruh perilaku manusia pada prinsip ganjaran dan hukuman. Bila empirisme digabung dengan utilitarianisme dan hedonisme, maka akan kita temukan behaviorisme.
Kaum behaviorisme berpendapat bahwa organisme dilahirkan tanpa sifat-sifat sosial atau psikologis, perilaku adalah hasil pengalaman, dan perilaku digerakkan atau dimotivasi oleh kebutuhan untuk memperbanyak kesenangan dan mengurangi penderitaan.
Pelaziman klasik akan menjelaskan bahwa setiap kali anak membaca, orang tuanya mengambil bukunya degnan paksa, maka anak akan benci pada buku. Bila kedatangan Anda selalu bersamaan dengan datangnya malapetaka, maka kehadiran Anda akan membuat orang berdebar-debar.
Ternyata tidak semua perilaku dapat dijelaskan dengan pelaziman. Seorang ahali, Bandura, menambahkan konsep belajar sosial. Ia mengemukakan permasalahan peranan ganjaran dan hukuman dalam proses belajar. Dia mengatakan bahwa, banyak perilaku manusia yang tidak dapat dijelaskan dengan mekanisme pelaziman atau peneguhan. Misalnya, mengapa anak yang berusia dua tahun dapat berbicara dalam bahasa ibunya.
Kaum behavioris tradisional menjelaskan bahwa kata-kata yang semula tidak ada maknanya, dipasangkan dengan lambang atau objek yang mempunyai makna. Menurut Bandura, belajar terjadi karena peniruan. Kemampuan meniru respon orang lain,
misalnya meniru bunyi yang sering didengar, merupakan penyebab utama belajar. Ganjaran dan hukuman bukan faktor yang utama dalam belajar, tetapi merupakan faktor penting dalam melakukan suatu tindakan. Misalnya bila anak selalu diganjar/dihargai karena melakukan sesuatu hal atau dalam mengungkapkan perasaannya, maka ia akan serign melakukannya. Tetapi jika ia dihukum, maka ia akan menahan diri untuk
Sumbangan Bandura tidak menyebabkan behaviorisme dapat menjelaskan semuanya. Behaviorisme tidk bisa menjawab ketika melihat perilaku manusia yang tidak bisa dipengaruhi oleh ganjaran, hukuman, atau peniruan. Contohnya, orang-orang yagn menjelajah Kutub Utara yang dingin; pemuda Jepang yang menempuh Samudra Pasifik di atas rakit, atau anak-anak muda Agama Syiah yang meledakkan dirinya dengan bom atau dinamit di Irak, semuanya adalah perilaku yang bermuatan “self-motivated”.
Memang behaviorisme tidak bisa menjelaskan tentang motivasi. Motivasi memang terjadi dalam diri individu, sedangkan kaum behaviorisme hanya melihat pada peristiwa-peristiwa yang “kasat mata” dalam arti yang dapat diamati atau bersifat eksternal. Perasaan dan pikiran tidak menarik perhatian kaum behaviorisme.
Beberapa ratus tahun kemudian baru-lah psikologi kembali memasuki proses kejiwaan internal. Paradigma baru ini kemudian terkenal sebagai psikologi kognitif.
Konsep behavioralisme dipengaruhi oleh :
1. Paham empirisme (John Locke, 1632-1704); pemikirannya adalah bahwa pada waktu lahir manusia tidak mempunyai “warna mental”, warnanya diperoleh dari pengalaman. Secara psikologis, seluruh perilaku manusia, kepribadian dan temparamen ditentukan oleh pengalaman indrawi (sensory experience).
2. Paham hedonisme, yang memandang manusia sebagaim mahluk yang
bergerak untuk memenuhi kepentingan dirinya sendiri, mencari kesenangan dan mengurangi penderitaan.
3. Paham utilitarianisme, yang memandang seluruh perilaku manusia tunduk pada prinsip ganjaran dan hukuman.
C. Konsepsi manusia menurut Psikologi Kognitif
Psikologi kognitif didasari oleh rasionalisme Immanuel Kant, Rene Descartes, dan Plato.
Kaum rasionalis mempeertanyakan apakah betul penginderaan kita, melalui
pengalaman langsung, sanggup memberikan kebenaran. Kemampuan alat indera kita dipertanyakan karena seringkali gagal menyajikan informasi yang akurat..
Descartes dan Kant menyimpulkan bahwa, jiwa-lah/mind yang menjadi alat utama ilmu pengetahuan, bukan alat indera.
Jiwa menafsirkan pengalaman indrawi secara aktif, mencipta, mengorganisasikan, menafsirkan, mendistorsi, dan memberikan makna.
Menurut Lewin, peilaku manusia harus dilihat dalam konteksnya. Perilaku manusia bukan sekedar respon pada stimuli, tetapi produk berbagai gaya yang
mempengaruhinya secara spontan. Lewin menyebut seluruh gaya psikologis yang mempengaruhi manusia sebagai ruang hayat. Ruang hayat terdiri dari tujuan dan kebutuhan individu, semua faktor yang disadarinya, dan kesadaran diri.
Secara singkat, perkembangan psikologi kognitif dapat dilihat dari psikologi social, antara lain dikembangkan oleh Heider dan Festinger.
Festinger terkenal dengan teori disonansi kognitifnya.
Disonansi artinya ketidakcocokan antara dua kognisi/pengetahuan.
Dalam keadaan disonan orang berusaha mengurangi disonansi dengan berbagai cara. Disonansi membuat orang resah.
Kognisi/pengetahuan bahwa “Saya tahu saya senang merokok” disonan dengan “saya tahu rokok merusak kesehatan”. Dihadapkan dalam situasi disonan seperti itu, maka saya akan :
1. mengubah perilaku, berhenti merokok, atau memutuskan “saya merokok sedikit saja”
2. mengubah kognisi tentang lingkungan, misalnya dengan mengatakan bahwa hanya perokok berat yang berbahaya.
3. memperkuat salah satu kognisi yang disonan, misalnya dengan “”Ah, kawan-kawan saya juga banyak yang merokok”
4. mengurangi disonansi dengan memutuskan bahwa salah satu kognisi tidak penting, misalnya “Tidak jadi soal merokok merusak kesehatan, Toh saya ingin hidup cepat dan mati muda”
Menurut Lewin, peilaku manusia harus dilihat dalam konteksnya. Perilaku manusia bukan sekedar respon pada stimuli, tetapi produk berbagai gaya yang
mempengaruhi manusia sebagai ruang hayat. Ruang hayat terdiri dari tujuan dan kebutuhan individu, semua faktor yang disadarinya, dan kesadaran diri.
Dalam teori komunikasi, teori disonansi menyatakan bahwa orang akan mencari informasi yang mengurangi disonansi, dan menghindari inforamsi yang menambah disonansi. Bila kita terpaksa juga dikenai informasi yang disonan dengan keyakinan kita, maka kita akan menolak informasi itu, meragukan sumberny, mencari informasi yang konsonan, atau mengubah sikap sama sekali.
Walaupun psikologi kognitif sering dikritik karena konsep-konsepnya sukar diuji,
psikologi kognitif telah emmasukkan kembali “jiwa” manusia yang pada menurut paham behaviorisme tidak diakui keberadaannya. Manusia kini hidup dan mulai berpikir. Tetapi manusia bukan sekedar mahluk yang berpikir, ia juga berusaha menemukan identitas dirinya dan mencapai apa yang menjadi harapannya.
Kritik terhadap teori psikologi kognitif datang dari pemahaman bahwa manusia adalah pengolah informasi. Dalam konsepsi ini, manusia bergeseer dari orang yang suka mencari justifikasi atau membela diri menjadi orang yang secara sadar memecahkan persoalan. Perilaku manusia dipandang seabgai produk strategi pengolah informasi yang rasional, yang mengarahkan penyandian, penyimpnan, dan pemanggilan informasi.
D. Manusia menurut perspektif Psikologi Humanistik
Psikologi humanistic dianggap sebagai revolusi ketiga dalam psikologi. Revolusi pertama dan kedua adalah psikoanalisis dan behavioralisme.
Dalam pandngan behavirisme manusia menjadi robot tanpa jiwa, dan tanpa nilai. Psikologi humanistic mengambil banyak dari psikoanalasis Neo-Freudian seperti Adler, dan Jung, serta banyak mengambil pemikiran dari fenomenologi dan eksistensialisme. Fenomenologi memandang manusia hidup dalam “dunia kehidupan” yang dipersepsi dan diinterpretasi secara subjektif. Setiap orang mengalami dunia dengan caranya sendiri. Alam pengalaman setiap orang berbeda dari alam pengalaman orng lain. Menurut Alfred Schultz, tokoh fenomenologi, pengalaman subjektif ini dikomunikasikan oleh factor social dalam proses intersubjektivitas.
individu pada sesama manusia. Yang paling penting bukan apa yang didapat dari kehidupan, tetapi apa yang dapat kita berikan untuk kehidupan.
Hidup kita baru bermakna hanya apabila meliabtkan nilai-nilai dan pilihan yang konstruktif secara sosial.
Jadi intisari dari psikologi humanisme adalah bahwa pada keunikan manusia,
pentingnya nilai dan makna, serta kemampuan manusia untuk mengembangkan dirinya.
Pandangan Psikologi Humanisme itu adalah :
1. Setiap manusia hidup dalam dunia pengalaman yang bersifat pribadi di mana dia (Sang Aku, Ku, atau Diriku / I. Me, atau Myself ) menjadi pusat.
Perilaku manusia berpusat pada konsep diri, yaitu persepsi manusia tentang identitas dirinya yang bersifat fleksibel dan brubah-ubah, yang muncul dari suatu medan fenomenal
2. Manusia berperilaku untuk mempertahankan, meningkatkan, dan Mengaktualisasikan diri.
3. Individu bereaksi pada situasi sesuai dengan persepsi tentang dirinya dan dunianya. Dengan perkataan lain, ia bereaksi pada “realitas’ seperti yang dipersepsikan olehnya dan dengan cara yang sesuai dengan konsep dirinya. 4. Anggapan adanya ancaman terhadap diri akan diikuti oleh pertahanan diri,
berupa penyempitan dan pengkakuan persepsi dan perilaku penyesuaian serta penggunaan mekanisme pertahanan ego seperti rasionalisasi.
MODUL
PSIKOLOGI KOMUNIKASI
( 3 SKS )
Pokok Bahasan
: Faktor-faktor Pengaruh Perilaku Manusia
Oleh : Drs. Riswandi, M.Si.
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah memperoleh materi ini mahasiswa diharapkan dapat memahami dan
menjelaskan kembali tentang factor-faktor yang mempengaruhi perilaku manusia
yang mencakup factor personal dan factor situasional
I. Faktor-faktor Personal yang Mempengaruhi Perilaku Manusia
Secara garis besar ada dua factor personal yang mempengaruhi perilaku
manusia, yaitu factor biologis dan factor sosiopsikologis.
1. Faktor Biologis
Manusia adalah mahluk biologis yang tidak berbeda dengan hewan.
Misalnya, ia lapar kalau tidak makan selama 20 jam, kucing pun demikian.
Manusia memerlukan lawan jenis untuk kegiatan reproduktifnya, sapi pun
juga begitu. Faktor biologis terlibat dalam seluruh kegiatan manusia, dan
berswatu dengan faktor sosiopsikologis.
Menurut Wilson, perilaku social manusia dibimbing oleh aturan-aturan
yang sudah diprogram secara genetis dalam jiwa manusia.
Program ini disebut ”epigenetic rules”, yang mengatur perilaku manusia
seperti kecenderungan menghindari ”incest”, kemampuan memahami
ekspresi wajah, samapai kepada persaingan politik.
Meskipun pemikiran bahwa sosiobiologis sebagai determinisme biologis
dalam kehidupan sosial, kenyataannya menunjukkan bahwa struktur
biologis manusia seperti genetika, sistem syaraf, dan sistem hormonal,
sangat mempengaruhi perilaku manusia. Struktur biologis manusia seperti
genetika, system syaraf dan system hormonal sangat berpengaruh
terhadap perilaku manusia.
Struktur genetis misalnya akan berpengaruh terhadap kecerdasan,
kemampuan sensasi, dan emosi,.
Sistem syaraf mengatur pekerjaan otak dan pengolahan informasi dalam
jiwa manusia. System hormonal bukan saja mempengaruhi mekanisme
biologis, tetapi juga mempengaruhi proses psikologis.
Beberapa contoh perilaku manusia yang merupakan bawaan manusia,
dan bukan pengaruh lingkungan atau situasi adalah sebagai berikut :
-bercumbu
-
memberi makan
-merawat anak
-
dan beberapa perilaku agresif
-kebutuhan makan dan minum
-istirahat
-
kebutuhan seksual
-
kebutuhan memelihara kelangsungan hidup dengan menghindari sakit
dan bahaya.
2. Faktor-faktor Sosiopsikologis
Karena manusia mahluk social, dari proses social ia memperoleh
beberapa karakteristik yang mempengaruhi perilakunya.
Ada tiga komponen yang berkaitan dengan factor sosiopsikologis ini, yaitu
:
a. komponen kognitif
b. komponen afektif
c. komponen konatif
Komponen kognitif adalah aspek intelektual yang berkaitan dengan apa yang
diketahui oleh manusia.
Komponen afektif yang merupakan aspek emosional, dan berkaitan dengan
factor sosiopsikologis.
Komponen konatif adalah aspek volisional, yang berhubungan dengan
kebiasaan dan kemauan bertindak.
Komponen Afektif
Yang termasuk komponen afektif adalah :
-Motif Sosiogenis
-
Sikap
-Emosi
Motif Sosiogenis
Motif ini sering juga disebut motif sekunder sebagai lawan motif primer (motif
biologis).
Yang termasuk motif sosiogenis adalah sebagai berikut :
W.I. Thomas dan Florian Znaniecki :
1) keinginan memperoleh pengalaman baru
2) keinginan untuk mendapat respons
3) keinginan akan pengakuan
David McClelland
1. kebutuhan berprestasi
2. kebutuhan akan kasih sayang
3. kebutuhan berkuasa
Abraham Maslow :
2. kebutuhan fisiologis
2.kebutuhan akan rasa aman
3.kebutuhan akan keterikatan dan cinta
4.kebutuhan akan penghargaan
5.kebutuhan untuk pemenuhan diri
Melvin H. Marx :
1. kebutuhan Organisme :
-
motif ingin tahu
-motif kompetensi
-motif rpestasi
2. Motif-motif sosial
-motif ksih sayang
-motif kekuasaan
-motif kebebasan
Penjelasan motif-motif tersebut di atas adlah sebgai berikut :
1) Motif ingin tahu
Setiap orang berusaha memahami dan memproleh arti dari dunianya. Kita
memerlukan kerangka rujukan untuk mengevaluasi situasi baru dan
Setiap orang ingin membuktikan bahw ia mempunyai kemampuan untuk
mengatasi maslah yang dihadapinya.
Perasaan mampu ini sangat bergantung pada perkembangan intelektual,
sosial, dan emosional. Motif kompetensi ini berhubungan erat dengan
kebutuhan akan rasa aman, misalnya kita ingin memproleh jaminan masa
depan, jaminan bahwa anak kita bisa sekaolah dengan baik. Bila orang sudh
memenuhi kebutuhan biologinya, yakin akan masa depannya lebih baik,
maka ia dianggap sudah memenuhi kebutuhannya akan kemampuan diri
(kompetensi)
3) Motif cinta
Sanggup mencintai dan dicintai adalah hal yang esensial dari perkembangan
kepribadian manusia. Setiap orang ingin diterima di dalam kelompoknya
sebgai anggota secara sukarela. Berbagai penalitan membuktikan bahwa
kebutuhan akan kasih sayang yang tidak terpenuhi akan menimbulkan
perilaku manusia yang kurang baik; orang akan menjadi agresif; kesepian;
pendiam, dan akan bunuh diri.
4) Motif harga diri dan kebutuhan akan identitas
Erat kaitannya dengan kebutuhan untuk memperlihatkan kekmampuan dan
memperoleh kasih sayang, ialah kebutuhan untuk menunjukkan eksistensi di
dunia. Kita ingin kehadiran kita di manapun kita berada diperhitungkan oleh
orang-orang di sekitar kita. Hilangnya identitas diri akan menimbulkan
perilaku yang patologis seperti gelisah, impulsif, mudah terpengaruh, dan
sebagainya.
5) Kebutuhan akan nilai dan makna hidup
Dalam kehidupannya, manusia memerluakan nilai-nilai yang berguna untuk
menuntunnya dalam mengambil keputusan atau memberikan makna pada
kehidupanya. Bila manusia tidak mempunyai nilai, atau bahkan kehilangan
nilai, maka manusia tidak tahu tujuan hidupnya dan ia tidak mempunyai
kepastian dalam bertindak.
Manusia bukan sajaingin mempertahankan kehidupan, akan tetapi ia juga
butuh peningkatan kualitas kehidupan. Kebutuhan akan pemenuhan diri ini
dilakukan melalui berbagai bentuk sebagai berikut :
a) menggunakan dan mengembangkan segenap potensi kita dengan
cara kreatif konstruktif, misalnya dengan seni, musik, lukis, dan
lain-lain.
b) memperkaya kualitas kehidupan daengan memperluas rentangan
dan kualitas pengalaman serta pemuasan, misalnya dengan piknik,
jalan-jalan ke tempat wisata.
c) Membentuk hubungan yang hangat dan berarti dengan
orang-orang lain di sekitar kita.
d) Berusaha ”memanusiakan” diri, dalam arti menjadi pribadi/person
yang didambakan orang.
Sikap
Sikap adalah konsep yang paling penting dalam psikologi social dan yang paling
banyak didefinsikan.
Ada yang menganggap sikap hanyalah sejenis motif sosiogenis yang diperoleh
melalui proses belajar. Ada pula yang melihat sikap sebagai kesiapan syaraf
sebelum memberikan respon.
Beberapa kesimpulan tentang sikap adalah :
a. Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa
dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai.
Sikap bukan perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku
dengan cara-cara tertentu terhadap objek sikap.
Objek sikap bisa berupa benda, orang, tempat, gagasan, atau situasi,
atau kelompok.
Sikap bukan merupakan rekaman masa lalu, tetapi juga menentukan
apakah orang harus pro atau kontra terhadap sesuatu.
c. Sikap relatif lebih menetap
d. Sikap mengandung aspek evaluatif, artinya mengandung nilai
menyenangkan atau tidak menyenangkan.
e. Sikap timbul dari pengalaman, artinya tidak dibawa dari lahir, tetapi
merupakan hasil belajar, oleh akrena itu sikap bisa berubah atau
diperteguh.
Emosi
Emosi menunjukkan kegoncangan organisme yang disertai oleh gejala gejala
kesadaran, perilaku, dan proses fisiologis.
Misalnya, bila orang yang kita cintai mencemooh kita, kita akan bereaksi secara
emosional, kemudian jantung akan berdetak cepat dan napas terengah-engah,
kemudian kita akan balas mencemooh atau memukulnya.
Emosi tidak selalu jelek. Emosi merupakan bumbu dalam kehidupan; tanpa
emosi hidup manusia kering dan gersang.
Ada 4 fungsi emosi sebagai berikut :
1) Emosi adalah pembangkit energi/energizer.
Tanpa emosi kita tidak sadar atau mati. Hidup berarti merasakan,
mengalami, bereaksi, dan bertindak. Emosi membangkitakan dan
memobilisasi energi kita; misalnya marah menggerakkan kita untuk
menyerang, takut menggerakkan kita untuk lari, cinta menggerakkan
kita untuk berdekatan dan bermesraan.
2) Emosi adalah pembawa informasi/messenger
Bagaimana keadaan diri kita dpat kita ketahui dari emosi kita. Jika kita
marah, kita mengetahui bahwa kita dierang oleh orang lain; sedih
berarti kita kehilangan sesuatu atau seseorang, jika kita bahagia
berarti kita memperoleh sesuatu yang kita senangi.
3) Emosi bukan saja pembawa informasi dalam komunikasi
interpersonal. Berbagai penelitian membuktikan bahwa ungkapan
emosi dapat dipahami secara universal. Dalam retorika diketahui
bahwa pembicara yang menyertakan seluruh emosinya dalam
pidato dipandang lebih hidup dan menarik, dan dinamis serta lebih
meyakinkan.
4) Emosi juga merupakan sumber informasi mengenai keberhasilan
kita. Kita mendambakan kesehatan, dan emngetahuinya ketika kita
merasa sehat wal afait. Kita menginginkan keindahan, dan
mengetahui bahwa kita memperolehnya ketika kita meraskan
kenikmatan estetika dalam diri kita.
Dari segi lamanya, ada emosi yang berlangsung singkat dan ada yang
berlangsung lama. Mood adalah emosi yang menetap selama berjama-jam atau
ebberapa hari. Mood mempengaruhi persepsi kita atau penafisran kita pada
stimuli yang merangsang alat indera kita. Bila mood atau suasana emosional ini
menjadi kronis dan menjadi bagian dari struktur kepribadian orang, kita
menyebutnya temperamen, misalnya pemarah, penyedih, dan ceria.
Komponen Kognitif
Yang termasuk komponen kognitif adalah :
1) Kepercayaan
Kepercayaan adalah komponen kognitif dari faktor sosiopsikologis.
Kepercayaan adalah keyakinan bahwa sesuatu itu benar, atau salah, atas
dasar bukti, sugesti otoritas, pengalaman,atau intuisi.
Komponen Konatif
Yang termasuk komponen konatif adalah :
1) kebiasaan
2) kemauan
1) Faktor Ekologis
2) Faktor Rancangan dan Arsitektural
3) Faktor Temporal
4) Suasana perilaku
5) Teknologi
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS MERCU BUANA
MODUL
PSIKOLOGI KOMUNIKASI
( 3 SKS )
Pokok Bahasan: Psikologi Komunikasi dalam Komunikasi Intrapersonal
Oleh : Drs. Riswandi, M.Si.
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah memperoleh materi ini mahasiswa diharapkan dapat memahami dan
menjelaskan kembali tentang pengertian persepsi, jenis-jenis persepsi yang
mencakup persepsi terhadap lingkungan fisik dan persepsi sosial atau persepsi
terhadap manusia, dan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi.
I. Pengertian
Berikut ini adalah beberapa definisi tentang persepsi dari beberapa ahli, :
1. “Persepsi dapat didefinisikan sebagai cara organisme memberi makna”
(John R. Wenburg & William W. Wilmot ).
2. “Persepsi adalah proses menafsirkan informasi indrawi” (Rudolph F.
Ferderber).
3. “Persepsi adalah interpretasi bermakna atas sensasi sebagai representatif
objek eksternal; persepsi adalah pengetahuan yang tampak mengenai
apa yang ada di luar sana” (J. Cohen).
Persepsi mencakup penginderaan (
sensasi
) melalui alat-alat/panca indra (mata,
telinga, hidung, kulit, dan lidah),
atensi
, dan
interpretasi
.
Ahli lain mengemukakan unsur-unsur persepsi adalah seleksi, organisasi, dan
interpretasi. Sebenarnya seleksi mencakup sensasi dn atensi, sedangkan
organisasi melekat dalam interpretasi, yang diartikan sebagai “meletakkan suatu
rangsangan bersama rangsangan lainnya sehingga menajdi suatu keseluruhan
yang bermakna”.
Sensasi merujuk pada pesan yang dikirimkan ke otak melalui alat-alat panca
indra manusia.
Panca indra adalah reseptor yang berfungsi sebagai penghubung antara otak
manusia dengan lingkungan sekitar.
Atensi
atau perhatian berarti sebelum manusia merespons atau menafsirkan
objek atau kejadian atau rangsangan apapun, manusia atau kita terlebih dahulu
memperhatikan kejadian atau rangsangan tersebut. Jadi persepsi mensyaratkan
kehadiran suatu objek untuk dipersepsi, termasuk orang lain atau diri sendiri.
Dalam banyak kasus, rangsangan yang menarik perhatian, cenderung dianggap
lebih penting daripada yang tidak menarik perhatian. Rangsangan seperti ini
biasanya menjadi penyebab kejadian-kejadian berikutnya.
Itulah sebabnya orang yang paling kita perhatikan cenderung dianggap orang
yang paling berpengaruh.
Dengan perkataan lain, kita akan memperhatikan apa yang kita anggap
bermakna bagi kita, dan kita tidak akan memperhatikan apa yang tidak
bermakna bagi kita.
Interpretasi
adalah tahap terpenting dari persepsi, yaitu menafsirkan atau
memberi makna atas informasi yang sampai kepada kita melalui panca indra.
Persepsi terhadap lingkungan fisik berbeda dengan persepsi sosial
sebagai berikut :
= persepsi terhadap objek atau lingkungan fisik melalui
lambang fisik, sedangkan persepsi terhadap orang melalui
lambang-lambang verbal dan nonverbal.
Orang lebih aktif daripada kebanyakan objek, dan lagi pula lebih sulit
diprediksi.
= persepsi terhadap objek menanggapi sifat-sifat luar, sedangkan
pesepsi terhadap orang menanggapi sifat-sifat luar dan dalam (seperti
perasaan, motif, harapan, keyakinan, dan sebagainya).
Kebanyakan objek tidak mempersepsi kita ketika kita mempersepsi
objek-objek itu. Sebaliknya orang mempersepsi kita, ketika kita
mempersepsi orang itu.
Dengan perkataan lain, persepsi terhadap manusia bersifat interaktif.
= objek tidak bereaksi, sedangkan manusia bereaksi. Dengan perkataan
lain, objek bersifat statis, sedangkan manusia bersifat dinamis.
III. Persepsi Lingkungan fisik.
Persepsi orang terhadap lingkungan fisik tidaklah sama, dalam arti
berbeda-beda, karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
-
latar belakang pengalaman
-latar belakang budaya
-latar belakang psikologis
-
latar belakang nilai, keyakinan, dan harapan
-
dan kondisi faktual alat-alat panca indra di mana informasi yang sampai
kepada orang itu adalah lewat pintu itu.
Misalnya,
dalam menilai keberadaan
bulan
di angkasa bisa muncul berbagai
macam persepsi sebagai berikut :
-
Ada yang melihat di sana ada seekor kelinci.
-
Bahkan ada yang melihat di bulan itu ada kereta kuda
-Dan sebagainya.
Contoh lain
, ada kulit pisang yang tergeletak di lantai.
Maka persepsi orang bisa bermacam-macam.
-
orang pertama; mempunyai persepsi bahwa itu adalah sekedar kulit
pisang saja.
-
Orang kedua; mempunyai persepsi ada bahaya (terpeleset/jatuh).
-Orang ketiga; mempunyai persepsi ada sampah di lantai,
-
Orang keempat; mempunyai persepsi bahwa orang yang membuang kulit
pisang itu adalah orang yang jorok dan sembrono.
-
Dan banyak lagi persepsi yang muncul pada kulit pisang itu.
Contoh lain : Apa persepsi Anda ketika melihat sebuah spidol yang diletakkan berdiri di atas meja?
Persepsi yang mungkin muncul antara lain : - peluru kendali
- Roket - Tugu monas - Tiang listrik - Menara
- Bahkan mungkin ada yang mempersepsikan spidol itu sebagai seorang guru atau dosen (rupanya orang ini teringat pada guru atau dosennya yang mengajarnya di kelas dulu).
IV. Persepsi Sosial
Persepsi sosial atau persepsi orang terhadap orang lain adalah proses
menangkap arti objek-objek sosial dan kejadian-kejadian yang kita alami dalam
lingkungan kita.
Persepsi saya terhadap anda mempengaruhi persepsi anda terhadap saya, dan
pada gilirannya persepsi anda terhadap saya juga akan mempengaruhi persepsi
saya terhadap anda. Dan begitu seterusnya.
Setiap orang memiliki gambaran yang berbeda mengenai realitas di
sekelilingnya. Dengan perkataan lain, setiap orang mempunyai persepsi yang
berbeda terhadap lingkungan sosialnya.
V. Prinsip-prinsip Persepsi Sosial
1. Persepsi berdasarkan pengalaman
2. Persepsi bersifat selektif
3. Persepsi bersifat dugaan
4. Persepsi betrsifat evaluatif
1. Persepsi berdasarkan pengalaman
Pola perilaku manusia didasarkan pada persepsi mereka mengenai realitas
sosial yang telah dipelajari. Persepsi manusia terhadap seseorang, objek, atau
kejadian, atau reaksi mereka terhadap hal-hal tersebut didasarkan pada
pengalaman masa lalu mereka berkaitan dengan orang, objek, atau kejadian
serupa.
Ketiadaan pengalaman terdahulu dalam menghadapi suatu objek akan membuat
seseorang menafsirkan objekl tersebut hanya berdasarkan dugaan.
Cara kita bekerja dan menilai pekerjaan apa yang baik bagi kita, cara makan,
mengukur kacantikan seorang wanita, atau merespons kedatangan seorang
pengemis, sangat tergantung atau dipengaruhi oleh apa yang telah diajarkan
oleh budaya kita tentang hal-hal tersebut.
Contoh :
- Di Barat orang sudah biasa makan dengan sendok & garpu, maka persepsi
orang Barat terhadap orang Timur (Indonesia) yang makan menggunakan
tangan adalah jorok atau tidak sehat.
2. Persepsi bersifat selektif
Atensi kita pada suatu rangsangan/stimulus merupakan faktor utama yang
menentukan selektivitas kita atas rangsangan itu.
Ada 2 faktor yang mempengaruhi atensi, yaitu faktior internal dan faktor
eksternal.
Faktor internal yang mempengaruhi atensi
Atensi dipengaruhi oleh faktor-faktor internal sebagai berikut :
-faktor biologis (lapar, haus, dan sebagainya)
-
faktor fisiologis (tinggi, pendek, gemuk, pendek, sakit, lelah, cacat fisik,
dan sebagainya)
-
faktor-faktor sosial budaya (agama, etnis, pekerjaan, penghasilan/status
sosial ekonomi, pengalaman masa lalu, dan sebagainya).
-
Faktor psikologis (keinginan, harapan, motivasi, dan sebagainya).
Faktor eksternal yang mempengaruhi atensi
Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi atensi adalah sebagai berikut :
-
gerakan
-intensitas
-kontras
-kebaruan
- gerakan
suatu objek yang bergerak lebih menarik daripada objek yang diam.
Itulah sebabnya kita lebih tertarik menonton televisi daripada membaca komik
sebagai gambar yang diam.
- intensitas
suatu rangsangan yang intensitasnya menonjol akan menarik perhatian.
Misalnya seseorang yang bersuara keras, yang tubuhnya paling gemuk, yang
kulitnya paling hitam, atau wajahnya paling cantik akan lebih menarik perhatian
kita.
- kontras
orang atau objek yang penampilannya lain daripada yang lain (kontras)
akan lebih menarik perhatian kita.
Misalnya
, seorang bule akan menarik perhatian di tengah-tengah pribumi,
seorang wanita berjilbab akan menarik perhatian kita jika ia berada di
tengah-tengah wanita tidak berjilbab, seorang pemuda yang memakai anting menarik
perhatian kita ketika ia berada bersama-sama pemuda lainnya yang tidak
menggunakan anting, seorang wanita berbikini menarik perhatian di tengah
wanita yang berpakaian lebih sopan, dan sebagainya.
-
kebaruan
kebaruan merupakan unsur objek yang menimbulkan perhatian, misalnya ketika
melihat adanya mahasiswa baru di fakultas.
- perulangan objek
suatu peristiwa yang berulang jelas lebih potensial untuk kita perhatikan.
Misalnya iklan di televisi yang selalu ditayangkan secara berulang.
3. persepsi bersifat dugaan
Contoh
: ketika kita melihat gunung es, kita hanya melihat bagian atasnya,
namun kita menduga bahwa ada bagian gunung es di bawah permukaan air.
Proses persepsi yang bersifat dugaan ini memungkinkan kita menafsirkan suatu
objek dengan makna yang lebih lengkap dari sudut pandang manapun. Oleh
karena informasi yang lengkap tidak pernah ada tersedia, dugaan diperlukan
untuk membuat suatu kesimpulan berdasarkan informasi yang tidak lengkap
lewat penginderaan itu.
Dengan demikian, persepsi juga adalah suatu proses mengorganisasikan
informasi yang tersedia, menempatkan rincian yang kita ketahui dalam suatu
skema organisasional tertentu.
4. Persepsi bersifat evaluatif
Pada umumnya orang dalam kehidupan sehari-hari merasa bahwa apa yang
mereka persepsikan adalah nyata. Mereka berpikir bahwa proses penerimaan
dan penafsiran pesan sebagai sesuatu yang bersifat alamiah.
Akan tetapi, adangkala alat-alat indera kita dan juga persepsi kita menipu diri
kita, artinya tidak sesuai dengan realitas yang ada.
Persepsi tidak ada yang pernah objektif.
Persepsi adalah suatu proses kognitif psikologis dalam diri orang yang
mencerminkan sikap, kepercayaan, nilai, dan pengharapan yang digunakan
orang untuk memaknai objek persepsi.
Dengan perkataan lain, persepsi bersifat pribadi dan subyektif.
Persepsi pada dasarnya lebih mewakili keadaan fisik dan psikologis individu
Ketimbang merujuk pada karakteristik dan kualitas mutlak objek yang dipersepsi.
Menurut
Rogers
, kita tidak bereaksi terhadap realitas mutlak, melainkan
terhadap persepsi kita mengenai realitas tersebut.
Dalam konteks komunikasi massa, tidak ada satu surat kabar, radio, atau televisi
pun yang secara objektif, independen, atau netral dalam melaporkan fakta dan
kejadian melalui beritanya, karena mereka pun tidak hidup dalam vakum sosial
dan vakum budaya. Berbagai kepentingan seperti ekonomi dan politik, akan
mempengaruhi proses produksi pemeberitaan tersebut, meskipun pengaruhnya
adalah kecil.
5
.
Persepsi bersifat kontekstual
Suatu rangsangan dari luar harus diorganisir dalam diri manusia. Dari berbagai
pengaruh yang ada dalam persepsi kita, konteks merupakan pengaruh yang
paling kuat. Konteks yang mengitari kita ketika melihat seseorang, suatu objek,
atau suatu peristiwa sangat mempengaruhi struktur kognitif, dan juga ekspektasi
kita, dan oleh karena itu juga akan mempengaruhi persepsi kita.
VI. Faktor-faktor Struktural yang Mempengaruhi Persepsi
Faktro-faktor struktural yang mempengaruhi persepsi semata-mata berasal dari
sift stimuli fisik dan efek-efek syaraf yang ditimbulkannya pada sistem syaraf
individu. Para ahli mengemukakan beberapa prinsip persepsi secara struktural
yang terkenal sebagai Teori Gestalt.
DALIL 1.
Bahwa bila kita mempersepsi sesuatu, kita mempersepsinya
sebgai suatu keseluruhan
. Kita tidak melihat bagian demi bagian lalu
menghimpunnya. Dengan perkataan lain, bagian-bagian medan yang tepisah
berada dalam saling ketergantungan atau interdependensi yang dinamis, dan
oleh karena itu dinamika khusus dalam interaksi ini akan menentukan distribusi
fakta dan kualitas lokalnya. Artinya, jika kita ingin memahami suatu peristiwa,
maka kita tidak dapat meneliti fakta-fakta yang terpisah; artinya lagi kita harus
memandangnya dalam hubungan yang keseluruhan. Dengan demikian, untuk
memahami seseorang, kita harus melihatnya dalam konteksnya, dlam
DALIL 2. Medan perseptual dan kognitif selalu diorganisasikan dan diberi
makna.
Kita mengorganisasikan stimuli dengan melihat konteksnya. Meskipun
stimuli yang kita terima tidak lengkap, kita akan mengisinya dengan interpretasi
yang konsisten dengan rangkaian stimuli yang kita persepsi.
DALIL 3. Sifat-sifat perseptual dan kognitif dari substruktur ditentukan
pada umumnya oleh sifat-sifat struktur secara keseluruhan.
Artinya, jika
individu dianggap sebagai anggota kelompok, maka semua sifat individu yang
berkaitan dengan sifat kelompok akan dipengaruhi oleh keanggotaan kelompok,
dengan efek berupa asimilasi dan kontras.
DALIL 4. Objek atau peristiwa yang berdekatan dalam uang dan waktu atau
menyerupai satu sama lain, cenderung ditanggapi sebagai bagian dari
struktur yang sama.
Menurut dalil ini, objek-objek dikelompok-kelompokkan
secara fisik seperti titik, garis, atau balok. Kita akan menganggap bentuk-bentuk
segi tiga sebagai kelompok, dan titik-titik sebgai kelompok lainnya. Kita dapat
mengatakan dengan tepat, melalui pengukuran jarak di antara objek atau melihat
kesamaan bentuk, benda-benda mana yang akan dikelompokkan.
VII. Memori
Memori adalah proses menyimpan informasi dan memanggilnya kembali.
Dalam komunikasi intrapersonal, memori memegang peranan penting dalam
mempengaruhi baik persepsi maupun berpikir.
Mempelajari memori berarti membawa kita pada psikologi kognitif, khususnya
pada model manusia sebagai pengolah informasi.
Memori adalah sistem yang sangat berstruktur, yang menyebabkan organisme
sanggup merekam fakta tentang dunia dan menggunakan pengetahuannya
untuk membimbing perilakunya.
a.
perekaman
b.
penyimpanan
c.
pemanggilan.
-
Perekaman/encoding adalah pencatatan informasi melalui reseptor indera
dan sirkit syaraf internal.
-
Penyimpanan/storage adalah menentukan berapa lama informasi itu
berada beserta kita, dalamm bentuk apa, dan di mana. Penyimpana bisa
aktif atau pasif. Kita menyimpan secara aktif, bila kita menambahkan
informasi tambahan. Kita mengisi informasi yang tidak lengkap dengan
kesimpulan kita sendiri. Menyimpan secara pasif, berarti tidak ada
penambahan informasi.
-
Pemanggilan adalah proses mengingat kembali atau menggunakan
informasi yang disimpan.
Jenis-jenis Memori
Kita tidak menyadari pekerjaan memori pada dua tahap pertama, yaitu
perekaman dan penyimp