• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 - Studi Deskriptif Ketoprak Dor oleh Sanggar Langen Setio Budi Lestari pada Upacara Adat Perkawinan Jawa di Kelurahan Jati Makmur Kecamatan Binjai Utara Kota Binjai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 - Studi Deskriptif Ketoprak Dor oleh Sanggar Langen Setio Budi Lestari pada Upacara Adat Perkawinan Jawa di Kelurahan Jati Makmur Kecamatan Binjai Utara Kota Binjai"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia untuk belajar. Salah satu unsur kebudayaan yaitu kesenian. Kesenian atau seni merupakan unsur kebudayaan yang universal. Seni merupakan karya seni yang bermutu di lihat dari keindahan Indonesia yang mempunyai berbagai suku bangsa, dan tentunya mempunyai kesenian budaya yang beragam bentuknya. contohnya etnis Jawa yang mempunyai kesenian daerah yang bermacam-macam, salah satunya yaitu kesenian ketoprak.

Ketoprak berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia : /ke·top·rak / sandiwara tradisional Jawa, sandiwara dengan tari dan nyanyi. Seperti yang kita ketahui bahwa Seni Pertunjukan atau Seni Pentas adalah karya seni yang melibatkan aksi individu atau kelompok di tempat dan waktu tertentu, dan juga merupakan salah satu perwujudan kebudayaan yang mempunyai peranan didalam kehidupan masyarakat. Muhammad Takari didalam artikelnya juga mengatakan “Kesenian adalah ekspresi dan sebuah unsur dari tujuh unsur kebudayaan. Kesenian dapat berwujud dalam bentuk ide, kegiatan, maupun benda-benda seni. Kesenian mencerminkan sejauh mana tingkat peradaban manusia pendukungnya. Kesenian dapat diekspresikan melalui bunyi yang disebut dengan nada dan ritme; titik, garis dan

(2)

warna; dialog, prolog, epilog, lakon, adegan; gerak-gerik, mimik muka, dan lain-lainnya”1

.

Pada awal berdirinya ketoprak diperankan oleh para pemain yang terdiri dari pemain laki-laki semua, karena cerita yang di tampilkan lebih mengarah pada cerita tentang kehidupan peperangan, pengembaraan dan lain sebagainya. Tetapi pada perkembangan berikutnya pemain ketoprak tidak saja terdiri pemain laki-kaki tetapi juga pemain perempuan karena tuntutan cerita yang semakin bervariasi.

Pada awalnya kesenian ketoprak hanya di pentaskan di lingkungan keraton saja, sehingga kesenian ini kurang di kenal masyarakat. Menurut para ahli sejarah kesenian ketoprak ini mulai ada pada tahun 1922, yaitu pada masa kerajaan Mangkunegaran di Surakarta. Setelah itu seni ketoprak kemudian berkembang dan dapat di mainkan oleh masyarakat umum dan di pentaskan di luar keraton. Kesenian ketoprak yang di pentaskan di luar keraton ini masih tergolong sederhana, baik dari pakaian pemain maupun musik yang mengiringi pementasan ketoprak tersebut (Herry Lisbijanto, 2013:3). Iringan musiknya pada jaman dahulu menggunakan alat pertanian yaitu lesung dan alu yang sebenarnya bukan merupakan jenis alat musik melainkan untuk menumbuk padi. Alat lesung dibunyikan dengan cara alunya dipukulkan ke badan lesung dan menimbulkan bunyi : prak,prak,prak, suara prak ini yang kemudian di yakini sebagai asal mula nama ketoprak .(Herry Lisbijanto, 2013:4).

Di Sumatera Utara terdapat mayoritas etnis jawa yang awal kedatangannya juga di ikuti dengan berbagai keseniannya yaitu salah satunya ketoprak. Perpindahan orang Jawa ke Sumatera pada abad ke-19 dengan tujuan sebagai pekerja kontrak yang menggantikan kuli kontrak asal Cina yang memiliki upah yang relatif mahal. Oleh

1

(3)

sebab itu pemerintah kolonial Belanda pada masa itu lebih senang memilih kuli asal India dan juga Jawa yang upahnya relatif lebih murah (Breman, 1997:53).

Di Sumatera Utara kesenian ketoprak di kenal dengan sebutan “Ketoprak Dor”

penambahan sebutan “Dor” di karenakan Alat musik pengiringnya yaitu Jidor

menghasilkan bunyi ”dor”, dan Kentrung (Alat musik yang terbuat dari bambu) menghasilkan suara “prak”2

.

Di dalam tulisan skripsi (Tutiek Sugiarti, 1989:27) tentang Ketoprak Dor mengatakan bahwa seni pertunjukan ketoprak di bawa ke Sumatera Timur (Sumatera Utara) di sekitar awal abad ke-20 bersamaan dengan munculnya berbagai perkebunan di daerah itu. Sampai saat ini seperti yang saya ketahui Ketoprak Dor di pertunjukkan di beberapa daerah di Sumatera Utara. Salah satunya adalah Sanggar Ketoprak Dor Langen Setio Budi Lestari Pimpinan Bapak Jumadi yang beralamatkan di Desa Sei Mencirim, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang. Awal perjumpaan penulis dengan group kesenian ini adalah setelah penulis mengetahui informasi tentang jadwal pertunjukan Ketoprak Dor yang di posting oleh bang Triwahjuono Harijadi dari social media dan dari beliau lah kemudian saya tertarik datang ke tempat pertunjukkan Ketoprak Dor di Kelurahan Jati Makmur Kecamatan Binjai Utara Kota Binjai.

Berdasarkan keterangan dari salah seorang informan serta dari hasil pengamatan penulis pada skripsi Tutik Sugiarti dan tulisan artikel di internet terdapat perbedaan antara ketoprak di sumatera utara dengan yang di jawa, di dalam tulisan skripsi (Tutiek Sugiarti, 1989:37) “perkembangan ketoprak di jawa di klasifikasikan

menurut periodesasinya antara lain : a. Ketoprak Lesung (1887-1925) b. Ketoprak Peralihan (1925-1927) c. Ketoprak Gamelan (1927- sekarang)”. Dia juga mengatakan

2

(4)

pada masa perkembangan Ketoprak Lesung, alat-alat musik yang di pakai yaitu seperti lesung dan alu. Sedangkan dimasa Ketoprak Peralihan alat-alat musiknya terdiri dari lesung, rebana dan alat musik barat. Periode tahun 1927 sampai sekarang yang di sebut periode Ketoprak Gamelan alat-alat musiknya relatif sama dengan seni pertunjukan Wayang Kulit, di antaranya gendang, gong, saron, gambang, gender, dan lain-lain. Di Sumatera Utara alat-alat musik ketoprak dor seperti yang saya lihat sendiri di lokasi pertunjukan ada lima jenis yaitu jidor, kentrung, kendhang jawa, drum, dan keyboard.

Pertunjukan ketoprak dor di Sumatera Utara di lihat dari tema cerita yang dibawakan beragam, tidak selalu terikat pada ketentuan pertunjukan yang biasa di sebut pakem.3 Seperti yang saya liat sendiri cerita yang dibawakan menggambarkan tentang kisah tiga putra kembar, pola ceritanya di mulai dengan pembuka yaitu dengan iringan musik dan pemain atau lakon menari satu persatu dengan cara berimprovisasi, kemudian di mulai babak pertama yang di isi dengan perkenalan tokoh, tempat, kerajaan, dan konflik yang akan di ceritakan. menarik bagi saya di saat selang babak-babak terakhir saya melihat ada di isi dengan lawakan atau humor yang di lakukan oleh tokoh khusus, di saat lawakan-lawakan dibawakan oleh tokoh khusus banyak anggota masyarakat yang tertarik sekali sampai tertawa terpingkal-pingkal dan bahkan menyawerkan sejumlah uang kepada tokoh khusus tersebut. Menurut saya mungkin tema bukanlah menjadi hal yang penting pada pertunjukan ketoprak dor karena hal yang terpenting bagi penonton atau penikmatnya adalah kegembiraan di saat lawakan itu di mainkan.

Bahasa yang di gunakan dalam pertunjukan ketoprak dor juga tidak terikat pada bahasa jawa , terkadang juga ada menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa

3

(5)

bahasa yang sesuai dengan cerita. Pakaian yang digunakan tokoh pemeran juga berwarna-warni, dan seperti yang saya lihat di sela babak konflik salah seorang tokoh antagonis menggunakan alat menyerupai pentungan yang sebenarnya itu bekas pipa busa pembungkus kabel ac untuk memukuli lawan mainnya.

Sebenarnya jumlah iringan musik untuk mengiringinya tidak selalu kaku sifatnya, misalnya saja di sela lawakan juga diselipkan lagu-lagu campursarian dengan judul ngidam sari bahkan anggota masyarakat juga bisa meminta sendiri lagu-lagu jawa kesukaannya. di dalam pertunjukan ketoprak tersebut terdiri dari 13 orang pemain, yaitu 4 orang pemusik, dan 9 tokoh atau lakon.

Melihat kenyataan bahwa kesenian ketoprak dor di Sumatera Utara mulai jarang di temukan, bahkan menurut salah seorang informan bahwa sanggar seni ketoprak dor di sekitar Medan kurang lebih tinggal empat sanggar lagi, dan pemain-pemainnya juga tinggal sedikit bisa di lihat saat pemain disanggar yang satu ikut di pementasan sanggar yang lain, karena begitu langkanya.4

Oleh karenanya penulis tertarik untuk membahas lebih dalam lagi tentang kesenian tradisional ketoprak dor di Kelurahan Jati Makmur Kecamatan Binjai Utara Kota Binjai dan penulis akan menjabarkan lebih lengkap lagi tentang pertunjukan ini dalam konteks upacara perkawinan adat Jawa ke dalam tulisan dengan judul :

Studi Deskriptif Ketoprak Dor Oleh Sanggar Langen Setio Budi Lestari

Pada Upacara Adat Perkawinan Jawa di Kelurahan Jati Makmur, Kecamatan Binjai Utara, Kota Binjai”.

1.2 Pokok Bahasan Dan Batasan Masalah

4

(6)

Setelah penulis melihat langsung kesenian ketoprak dor ternyata banyak sekali yang dapat di jadikan sebagai bahan penelitian seperti : karakteristik ketoprak, ciri khas, kostum pemain atau lakon, durasi pertunjukan, instrumen dan musik pengiring. Oleh karena itu, Untuk menghindari kajian lebih luas maka penulis membatasi penelitian ini dengan memfokuskan pembahasan kepada beberapa aspek saja walaupun secara umum tidak dapat di pisahkan. Berdasarkan uraian latar belakang seperti di atas, penulis menentukan pokok permasalahan atau pertanyaan penelitian, yaitu :

1. Bagaimana deskripsi jalannya pertunjukan ketoprak dor pada upacara adat perkawinan Jawa di Kelurahan Jati Makmur Kecamatan Binjai Utara Kota Binjai.

2. Bagaimana fungsi kesenian ketoprak dor pada upacara adat perkawinan Jawa di Kelurahan Jati Makmur Kecamatan Binjai Utara Kota Binjai, dan eksistensinya dalam kehidupan masyarakat pendukung khususnya di Sumatera Utara.

3. Bagaimana struktur penyajian musik dalam pertunjukan ketoprak dor. 1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mendeskripsikan jalannya pertunjukan ketoprak dor pada upacara perkawinan adat Jawa di Kelurahan Jati Makmur Kecamatan Binjai Utara Kota Binjai.

(7)

c. Untuk mendeskripsikan bagaimana eksistensi ketoprak dor pada masyarakat khususnya di Sumatera Utara.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan bermanfaat sebagai :

1. Sebagai bahan dokumentasi ilmiah pada jurusan Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya USU Medan.

2. Sebagai bahan referensi untuk menjadi acuan pada penelitian yang relevan di kemudian hari.

3. Sebagai informasi kepada masyarakat atau lembaga yang mengemban visi dan misi kebudayaan khususnya di kesenian tradisional.

4. Syarat untuk mencapai gelar Sarjana di Departemen Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya USU Medan.

1.4 Konsep Dan Teori 1.4.1 Konsep

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI,2007:588), konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memenuhi hal-hal lain. Konsep atau anggitan adalah abstrak, entitas mental yang universal yang menunjuk pada kategori atau kelas dari suatu entitas, kejadian atau hubungan.

Menurut R. Merton dalam Koentjaraningrat, konsep merupakan defenisi dari apa yang perlu diamati. Konsep juga merupakan unsur pokok dari suatu penelitian (Koentjaraningrat,1987:36).

(8)

Kata deskriptif merupakan kata sifat dari deskripsi. Pengertian studi deskriptif

dapat di artikan sebagai; menguraikan gambaran situasi atau kejadian-kejadian yang terdapat didalam studi objek ilmiah. Menurut Echols Shadily (1990:179, deskripsi

mempunyai pengertian gambaran atau lukisan. Dalam hal ini penulis mencoba menguraikan / menggambarkan tentang kesenian ketoprak dor agar dapat di jadikan informasi bagi para pembaca yang membutuhkan.

Menurut Murgianto (1996:156), pertunjukan adalah sebuah komunikasi yang di lakukan satu orang atau lebih, pengirim pesan merasa bertanggung jawab pada seseorang atau lebih penerima pesan, dan kepada sebuah tradisi yang mereka pahami bersama melalui seperangkat tingkah laku yang khas. Dalam sebuah pertunjukan harus ada pemain, penonton, pesan yang dikirim, dan cara penyampaian yang khas. Sesuai dengan konsep yang di atas maka ketoprak dor dikategorikan sebagai seni pertunjukan, karena dalam pertunjukannya ada penyaji (pemain), penonton, pesan yang dikirim, dan dengan penyampaian yang khas.

Seni pertunjukan Indonesia adalah suatu cabang ilmu Etnomusikologi yang mempelajari berbagai bentuk seni pertunjukan yang ada di Indonesia, baik yang meliputi uraian tentang ciri-ciri dan karakteristik bentuk seni pertunjukan yang ada baik dalam bentuk representasi tradisi maupun modern. Pertunjukan adalah sebuah proses yang memerlukan waktu adan ruang, dimana pertunjukan mempunyai bagian awal, tengah, dan akhir. Richard Schenel:1998 dalam (Sitopu, Dina Mayantuti. 2009).

(9)

yang menekankan aspek estetika seperti dalam seni musik, tari dan sebagainya. Seni pertunjukan merupakan sesuatu yang berlaku dalam waktu dengan maksud bahwa peristiwa ini memiliki arti hanya pada saat pengungkapan seni itu berlangsung. Sementara hakikat seni pertunjukan adalah gerak, perubahan keadaan dengan substansi terletak pada imajinasi serta prosesnya sekaligus, dengan daya rangkum sebagai sarana, cengkeraman rasa sebagai tujuan seninya dan keterampilan teknis sebagai bahan. Selain hal tersebut seni pertunjukan kedalam dua kategori yaitu: (1) Seni pertunjukan yang memiliki kegunaan sebagai tontonan, di mana ada pemisah yang jelas antara penyaji dan penonton, dan (2) Seni pertunjukan dengan kegunaan sebagai pengalaman bersama, dimana antara penyaji dan penonton saling berhubungan (Sediawaty,1981:58-60).

Di dalam pertunjukan ketoprak dor terdapat beberapa ciri khas yang menjadi pedoman tidak tertulis walaupun sebenarnya tidak ada pakem yang baku dalam penyajiannya, di antaranya ciri khas tersebut adalah :

a. Dialog berbahasa Jawa

b. Cerita yang di tampilkan merupakan cerita tentang raja-raja yang merupakan dongeng rakyat, legenda, mitos, ataupun cerita baru yang merupakan gubahan sutradara ketoprak dor itu sendiri.

c. Iringan musik dalam pertunjukan ketoprak dor yang paling utama adalah kentrung(berbentuk kentongan kecil) dan jidor, dan irama musiknya bersifat repetitif atau pengulangan-pengulangan di saat selingan atau pergantian adegan.

Dalam pementasan ketoprak dor juga ada beberapa karakteristiknya yaitu:

(10)

2. Pakaian atau kostum yang di gunakan berwarna-warni dan memakai make up. 3. Dalam pementasannya di butuhkan ± 15 orang bahkan lebih untuk pemain

(pria dan wanita) dan 4 orang sabagai pemusik.

4. Arena pementasan biasanya menggunakan pentas atau panggung konvensional yang berupa arena dengan latar belakang beberapa lukisan yang sesuai dengan cerita yang akan di bawakan.

5. Pada setiap adegan pemain yang akan masuk ke arena pentas atau panggung maka pemain akan melakukannya dengan tarian yang bersifat improvisasi dan tidak ada pakem yang baku.

Kesimpulan yang diambil oleh penulis bahwa Seni pertunjukan yang sudah menjadi sebuah disiplin ilmu mencoba mengembangkan metode dan teorinya dengan pendekatan yang bersifat sentifik, menjelajahi berbagai teori, dan metodelogi merangkum ilmu antropologi, sosiologi, sejarah, seni sastra, semiotika analisis struktural, analisis fungsional, etnologi dan berbagai macam ilmu sosial lainnya.

Menurut Poewadarminta (1986:24) mengenai perkawinan mengatakan : “upacara merupakan suatu hal dalam melakukan perbuatan yang tentu menurut adat

kebiasaan atau menurut agama. Perkawinan adalah kegiatan universal dalam peradaban manusia di dunia, dalam setiap perkawinan biasanya melibatkan aspek agama yang diabsahkan secara secara adat maupun agama. Upacara perkawinan bukan saja penting bagi manusia tetapi juga merupakan suatu peristiwa yang sangat berarti serta sepenuhnya mendapat perhatian”. Upacara perkawinan yang penulis

maksudkan disini adalah perkawinan suku Jawa.

Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling “bergaul” atau saling “berinteraksi” menurut sistem adat-istiadat tertentu yang bersifat kontinue, dan yang

(11)

Jawa yang penulis maksudkan disini adalah orang-orang Jawa yang berasal dari Jawa Tengah yang sudah menetap di Kelurahan Jati Makmur Binjai Utara dan orang-orang Jawa kelahiran Sumatera atau yang sering di sebut dengan Pujakesuma.

1.4.2 Teori

Teori merupakan hal pokok dan alat yang terpenting dari suatu pengetahuan. Tanpa teori hanya ada pengetahuan tentang serangkaian fakta saja, tetapi tidak akan ada ilmu pengetahuan (Koentjaraningrat, 1973:10).

Sebagai pedoman dalam menyelesaikan tulisan ini penulis menggunakan beberapa teori yang berhubungan dengan pokok permasalahan yang akan di bahas dalam tulisan ini.

Untuk mendeskripsikan pertunjukan pada penelitian ini, penulis menggunakan teori Milton Singer (dalam MSPI, 1996:164-165) yang menjelaskan bahwa pertunjukan selalu memiliki: (1) waktu pertunjukan yang terbatas, (2) awal dan akhir,(3) acara kegiatan yang terorganisir, (4) sekelompok pemain, (5) sekelompok penonton, (6) tempat pertunjukan dan, (7) kesempatan untuk mempertunjukannya.

Untuk melihat fungsi pertunjukan ketoprak dor penulis menggunakan teori yang dikemukakan oleh Alan P Merriam (1964: 219-226) yang membagi musik kedalam 10 kategori fungsi, yaitu fungsi : (1) pengungkapan emosional, (2) penghayatan estetis, (3) hiburan, (4) komunikasi, (5) perlambangan, (6) reaksi jasmani, (7) berkaitan dengan norma-norma sosial, (8) pengesahan lembaga sosial, (9) kesinambungan kebudayaan, (10) pengintegrasian masyarakat.

(12)

Untuk mengkaji struktur musik pada iringan musiknya yaitu seperti gending sampak dan pola ritem yang digunakan dalam mengiringi pertunjukan ketoprak dor penulis menggunakan teori Nettl (1964:98) yang memberikan dua pendekatan 1. Kita dapat menguraikan dan menganalisis apa yang kita dengar, 2. Kita dapat menulis apa yang kita dengar tersebut keatas kertas dan kita dapat mendeskripsikan apa yang kita lihat tersebut.

Dalam hal menganalisis musik yang digunakan untuk mengiringi ketoprak dor penulis mendengarkan berulang kali terhadap rekaman musik tersebut untuk di transkripsikan nantinya.

Penulis juga menuliskan tentang teori kontinuitas dan perubahan. Mengingat bahwa kesenian keetoprak dor saat ini jarang di temukan dan juga pelaku senimannya juga mulai berkurang. Beberapa peneliti sebelumnya mengatakan (Widya, 2000 dan Dudung K. 2000) bahwasanya Kontinuitas mengandung makna pelestarian dan regenerasi. Dalam perwujudannya, dampak pengembangan yang harus dilakukan membawa perubahan psikologis atas yang terjadi. Dengan demikian, konsep kontinuitas dan pengembangan dalam masalah di sini diinginkan dapat membawa perubahan terhadap struktur dan fungsi yang mengikutinya.

Secara teoretik kontinuitas memerlukan perilaku budaya dan internalisasi pengembangan, dalam hal ini yaitu kesenian ketoprak dor, kajian aspek kontinuitas tentang bagaimana cara mewujudkannya. Oleh sebab itu, diperlukan adanya kesungguhan tentang perilaku budaya dan internalisasi pengembangan.

(13)

disebut inovasi. Di sisi lain perubahan eksternal merupakan perubahan yang timbul akibat pengaruh yang dilakukan oleh orang-orang dari luar lingkup suatu kebudayaan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan kebudayaan luar dapat mempengaruhi kebudayaan lain, hal ini dikemukakan oleh Dyson dalam Sujarwa (1987:39) yang mengatakan bahwa sikap menerima dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor kebutuhan, keuntungan langsung yang dapat dinikmati, senang pada satu hal yang baru (novelty) dan sifat inovatif yang ingin selalu berkreasi. Ada juga sikap menolak yang disebabkan oleh anggapan bahwa hal-hal yang baru itu merugikan, atau bertentangan dengan tata nilai yang sudah dianut sebelumnya. Selain itu ada pula yang menolak tanpa alasan.

1.5 Metode Penelitian

Metode adalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan, (Koentjaraningrat, 1997: 16). Dalam hal ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif, yaitu suatu penelitian yang berdasarkan atas tujuannya dalam menggambarkan dan menafsirkan data yang di jumpai di lapangan. Menurut Bogdan dan Taylor (1975:5) metode penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata (bisa lisan untuk penelitian agama, social, budaya, filsafat), catatan-catatan yang berhubungan dengan makna, nilai serta pengertian. Penulis juga mengacu pada disiplin etnomusikologi seperti yang di sarankan Curt Sachs dan Nettl (1964:62) yaitu penelitian etnomusikologi di bagi dalam dua jenis pekerjaan yakni kerja lapangan (field work) dan kerja laboratorium (deks work).

(14)

data melalui pemahaman kepustakaan, penulisan juga akan di lakukan dalam beberapa tahapan disamping pengumpulan data, yaitu pemilihan sampel, kerja laboratorium, dan bimbingan, diskusi serta konseling. Sebagai hasil akhir dari menganalisis data adalah membuat laporan yang dalam hal ini adalah penulisan skripsi.

1.5.1 Studi Kepustakaan

Untuk mendukung penulisan mengenai kesenian ketoprak dor penulis juga mencari, memahami serta menggunakan literatur-literatur yang berhubungan sehingga akan dapat membantu memecahkan permasalahan. Di antara berbagai buku yang telah penulis dapat yang berkaitan dengan judul yang telah di sebutkan bertujuan untuk mendapatkan konsep-konsep, teori, serta informasi yang dapat di gunakan sebagai acuan demi pembahasan dan penelitian, dan menambah wawasan penulis mengenai ketoprak dor di Sumatera Utara. Dalam hal ini penulis mempelajari buku-buku tentang kesenian ketoprak dor yang telah di tulis oleh peneliti-peneliti sebelumnya (Tutiek Sugiarti 1989, Herry Lisbijanto 2013). Studi kepustakaan juga penulis lakukan terhadap topik-topik lain yang berkaitan dengan penelitian ini, di antaranya pengetahuan tentang upacara adat perkawinan Jawa, sejarah, etnografi, dan lain sebagainya.

1.5.2 Observasi

Satori (2009: 105) mengemukakan bahwa observasi adalah pengamatan langsung terhadapa objek untuk mengetahui keberadaan objek , situasi, kondisi, konteks, ruang beserta maknanya dalam upaya pengumpulan data penelitian. Dalam hal ini penulis berusaha melihat langsung. Dengan demikian dalam mendeskripsikan pertunjukan ketoprak dor penulis akan lebih cermat.

(15)

Wawancara yang di maksud disini adalah suatu cara yang di gunakan seseorang untuk tujuan tugas tertentu, mencoba mendapatkan keterangan secara lisan dari seorang responden dan bercakap-cakap serta bertatap muka dengan seseorang (Koentjaraningrat, 1990:129). Wawancara yang penulis lakukan dalam penelitian terdiri dari dua kategori, yaitu wawancara terencana dan wawancara tak terencana. Wawancara terencana telah memiliki format pertanyaan yang di susun dengan sistematis sebelum melakukan wawancara, sedangkan wawancara tak terencana merupakan wawancara yang tidak memiliki format atau daftar pertanyaan yang telah di susun sebelumnya. Terkadang wawancara tak terencana bisa muncul dalam wawancara yang telah terencanakan, hal tersebut di sebabkan karena pengetahuan penulis maupun daya ingat penulis yang terganggu oleh situasi dan kondisi.

1.5.4 Perekaman

Penggunaan alat bantu sangat penting dalam melakukan penelitian. Dalam hal ini penulis melakukan perekaman dengan dua cara:

1. Perekaman audio-visual menggunakan kamera handphone merk Sony xperia M2. Perekaman ini sebagai bahan mendengarkan musik yang di mainkan oleh pemusik dalam seni pertunjukan ketoprak dor.

2. Untuk mendapatkan dokumentasi dalam bentuk gambar di gunakan kamera digital merk Panasonic DMC-LZ10 untuk mendapatkan gambar saat pertunjukan ketoprak dor.

1.5.5 Kerja Laboratorium

(16)

yang di peroleh di lapangan di olah dalam kerja laboratorium dengan pendekatan etnomusikologi.

1.6 Pemilihan Lokasi Penelitian dan Informan

Lokasi penelitian ketoprak dor dalam tulisan ini adalah Kelurahan Jati Makmur Kecamatan Binjai Utara Kota Binjai. Alasan memilih lokasi ini penelitian ini karena di daerah ini merupakan daerah komunitas suku Jawa, dan di daerah juga banyak di temukan seni pertunjukan tradisional Jawa lainnya seperti Jaran Kepang, Kuda Lumping, dan masih banyak kesenian Jawa lainnya.

Mencari informan adalah suatu hal yang penting karena informan dapat memberikan informasi yang sesuai untuk keperluan penelitian tersebut. Informan yang penulis cari terlebih dahulu adalah informan pangkal yaitu orang yang terlebih dahulu penulis kenal sebelum melakukan penelitian yang mengetahui tentang ketoprak dor ini. Informan pangkal yang membantu penulis dalam penelitian ini adalah bang yono.

Referensi

Dokumen terkait

Sembilan ratus delapan puluh lima juta delapan ratus empat puluh empat ribu rupiah,- termasuk PPN 10 %-. PEMENANG CADANGAN

Pada pembuatan tintur dan ekstrak cair , jumlah cairan penyyari yang tesedia lebih besar dibandingkan dengan cairan penyari yang tersedia lebih besar dibandingkan dengan

Rincian Kewenangan klinik untuk Radiografer dalam menjalankan prosedur tindakan kefarmasian di Rumah Sakit Umum Mitra Sehat diajukan dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan

Hasil pemeriksaan kolesterol sebanyak 26 sampel yang terdiri dari 15 sampel perokok tembakau dan 11 sampel perokok elektrik didapatkan hasil rata-rata pada perokok tembakau

Tlogomas Malang diketahui bahwa sebanyak 3 lansia mengaku tidak khawatir dengan kondisi ekonomi keluarga karena mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari, sedangkan sebanyak 7

Sebelum diperiksa kedua telapak tangan responden saling digosok-gosokkan agar supaya kandungan bakteri di kedua telapak tangannya homogen, kemudian dengan swab kapas steril yang

Berbeda dengan tenaga kerja wanita (TKW) yang lebih banyak bekerja sebagai pembantu rumah tangga, umumnya pendapatan mereka seluruhnya dikirim kepada keluarga di

a) Berdasarkan Rajah di atas, huraikan langkah-langkah kultur tisu mengikut urutan yang betul. Beliau mempunyai dua pilihan kaedah sama ada untuk memperbanyakkan anak