• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGENDALIAN EROSI DENGAN TUTUPAN LAHAN TANAMAN TAHUNAN DI DAS SOLO SUB DAS KEDUANG SUB SUB DAS DUNGWOT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGENDALIAN EROSI DENGAN TUTUPAN LAHAN TANAMAN TAHUNAN DI DAS SOLO SUB DAS KEDUANG SUB SUB DAS DUNGWOT"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PENGENDALIAN EROSI DENGAN TUTUPAN LAHAN TANAMAN TAHUNAN DI DAS SOLO SUB DAS KEDUANG

SUB SUB DAS DUNGWOT

Oleh :

ANDI WIJAYANTO H 0207025

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PENGENDALIAN EROSI DENGAN TUTUPAN LAHAN TANAMAN TAHUNAN DI DAS SOLO SUB DAS KEDUANG

SUB SUB DAS DUNGWOT

Skripsi

Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna memperoleh derajad Sarjana Pertanian *)

di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Jurusan Ilmu Tanah

Oleh :

ANDI WIJAYANTO H 0207025

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011

Keterangan :

(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PENGENDALIAN EROSI DENGAN TUTUPAN LAHAN TANAMAN TAHUNAN DI DAS SOLO SUB DAS KEDUANG

SUB-SUB DAS DUNGWOT

Yang dipersiapkan dan disusun oleh: ANDI WIJAYANTO

H 0207025

Telah diertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal : Agustus 2011

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji

Ketua Anggota I Anggota II

Ir. Sutopo, MP

NIP. 19480101 197611 1 001

Drs. Irfan Budi Pramono, M Sc NIP. 19600513 198603 1 001

Ir. Sumani, M Si

NIP. 19630704 198803 2 001

Surakarta, Agustus 2011

Mengetahui,

Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian

Dekan,

(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

KATA PENGANTAR

Alhamdulillaahirobbil’aalamiin, segala puji syukur penyusun panjatkan

kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan rahmat dan hidayah-Nya penyusun

dapat menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan

hati penyusun ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ir. Sutopo, MP selaku pembimbing utama yang telah memberikan bimbingan

dalam penyusunan skripsi ini.

2. Drs. Irfan Budi Pramono, MSc selaku pembimbing pendamping I yang telah

dengan sabar membimbing dan mengarahkan dalam penyusunan skripsi ini.

3. Ir. Sumani, M Si selaku pembimbing pendamping II yang telah memberikan

bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Balai Kehutanan Solo yang telah memberi kesempatan untuk melakukan

penelitian guna penyusunan sekripsi ini.

5. Kedua orang tua (Sarwono dan Sudarmi), dan adik (Jamil dan Ardan ) yang

penelitian sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Teman-teman IMOET 07 terima kasih buat canda tawa dan kekompakan serta

kekeluargaan yang telah dibangun selama ini.

Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak

kekurangan, oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang

membangun pada skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penyusun pada

khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Surakarta, Agustus 2011

(5)
(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

E. Tata Laksana Penelitian ... 15

F. Analisis Data ... 16

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 18

A. Hasil Pengamatan ... 18

1. Kondisi Umum ... 18

a. Letak Geografis ... 18

b. Iklim ... 18

c. Topografi ... 19

d. Vegetasi ... 21

e. Jenis Tanah ... 21

2. Data Curah Hujan ... 22

3. Data Tebal Limpasan Permukaan ... 24

4. Data Erosi ... 25

5. Data Tinggi dan Diameter Batang Tanaman ... 26

6. Data Tutupan Lahan ... 29

B. Pembahasan ... 30

1. Curah Hujan ... 30

2. Limpasan Permukaan... 30

3. Erosi ... 31

4. Pertumbuhan Tanaman ... 32

5. Tutupan Lahan ... 34

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 35

A. Kesimpulan ... 35

B. Saran ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 36

(7)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1. Kemiringan Lereng Pada Plot Erosi ... 20

Tabel 4.2. Data Curah Hujan di desa Gobeh 15 Tahun Terakhir ... 23

Table 4.3. Data Curah Hujan Dungwot 4 bulan terakhir ... 24

Tabel 4.4. Tebal Limpasan Permukaan ... 25

Tabel 4.5. Data Erosi ... 26

Tabel 4.6. Tinggi dan Diameter Batang Tanaman Jati... 27

Tabel 4.7. Tinggi dan Diameter Batang Tanaman Mangga ... 27

Tabel 4.8. Tinggi dan Diameter Batang Tanaman Mete ... 28

Tabel 4.9. Tinggi dan Diameter Batang Tanaman Petai ... 29

(8)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 4.1. Lokasi Penelitian ... 20

Gambar 4.2. Grafik curah hujan 4 bulan terakhir ... 24

Gambar 4.3. Grafik Limpasan Permukaan ... 25

Gambar 4.4. Grafik Erosi ... 26

(9)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Klasifikasi Iklim ... 38

Lampiran 2. Rekap Curah Hujan 4 Bulan Terakhir ... 41

Lampiran 3. Rekap Tutupan Lahan ... 42

Lampiran 4. Analisis Rancangan Percobaan ... 42

Lampiran 5. Kriteria penetapan erosi ... 45

Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian ... 46

Lampiran 7. Peta Administrasi Kecamatan Nguntoronadi ... 47

(10)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

RINGKASAN

Andi Wijayanto. H0207025. “Pengendalian Erosi Dengan Tutupan Lahan Tanaman Tahunan Di Das Solo Sub Das Keduang Sub Sub Das Dungwot”. Latar belakang penelitian ini adalah lahan yang miring akan mudah tererosi bila tidak dikelola dengan baik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui pengaruh pengendalian erosi dengan tutupan lahan tanaman tahunan.

Penelitian ini dilakukan di Das Solo Sub Das Keduang Sub-sub Das

Dungwot, tepatnya di desa Ngadipiro, Kecamatan Nguntoronadi, kabupaten

Wonogiri pada bulan Oktober 2010 sampai bulan April 2011. Menggunakan

rancangan dasar rancangan acak kelompok lengkap, dengan perlakuan pada plot

A tanaman jati, manga, dan jambu mete dengan teras gulud. Plot B dengan

tanaman jati, mangga, pete dengan teras bangku. Plot C dengan tanaman jati,

mangga, mete dan pete dengan teras tak terawat. Penelitian ini dilakukan

pengukuran sedimen secara langsung dengan tong penampung. Adapun yang

menjadi data primer adalah data curah hujan,limpasan permukaan dan erosi, dan

yang menjadi data sekunder adalah, pertumbuhan tanaman dan tutupan lahan.

Analisis data menggunakan uji normalitas data kemudian dengan uji F untuk

mengetahui pengaruh perlakuan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa curah hujan tertinggi terjadi pada

bulan januari sebesar 299 mm/bln dan curah hujan yang paling rendah terjadi pada

bulan April sebesar 47 mm/bln. Diperoleh nilai P value pada limpasan

permukaan pada uji F pada blok 0.098 yang menunjukan bahwa blok tidak

berpengaruh nyata terhadap limpasan permukaan. Sedangkan nilai P value pada

erosi diperoleh sebesar 0.012 yang menunjukan bahwa blok berpengaruh sangat

nyata terhadap besarnya erosi. Hasil analisis menunjukan limpasan permukaan

tertinggi terjadi pada plot A1 sebesar 89.88 mm/bln, dan yang paling rendah pada

plot A2 sebesar 8.67 mm/ bln. Hasil pengukuran rata-rata erosi perbulan

menunjukkan erosi tertinggi pada plot C1 sebesar 0.180 ton/ha/bln, dan yang

paling rendah pada plot A2 sebesar 0.008 ton/ha/bln. Pengendalian erosi pada

pola A2 (tanaman jati, mangga dan jambu mete dengan teras gulud) lebih efektif

dari pada plot yang lain.

(11)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi SUMMARY

Andi Wijayanto. H0207025. "Erosion Management with Annual Crop As a Land Cover In Watershed of Solo Keduang Sub-Watershed Dungwot Sub Sub Watershed". Background of the research was about the sloping land and easily eroded if not managed properly. The purpose of this study was to

determine the effect of erosion management by annual crop as a land cover.

The research was conducted in Watershed of Solo, Keduang

sub-watershed Dungwot sub sub sub-watershed, precisely in the Ngadipiro village,

Sub-district of Nguntoronadi, regency of Wonogiri in October 2010 to April 2011.

Using a randomise divace group complete basic design, with treatment on plot A

are teak plantation, mango, and cashew nuts with a ridges terrace. Plot B with

teak, mango, petai with bench terrace. Plot C with teak, mango, cashew nut and

petai with unmaintained terrace. Measurement of this study is held directly

sediment with some patch trash. The primary data are of rainfall surface runoff

and erosion, and the secondary data are, plant growth and land cover. Data

analysis using a normality test, than F test to determine the effect of treatment.

The results showed that the highest rainfall occurred in January by 299

mm/month and the lowest rainfall occurred in April by 47 mm/month. P values of

surface runoff on the F test is 0.098 at block, indicating that surface runoff does

not affect significantly on the block. While, P values of erosion is 0.012 and

showed that the blocks have a very significant impact on amount of erosion.

Analysis results showed that the highest surface runoff was in plot A1 by 89.88

mm/month and the lowest was in plots A2 by 8.67 mm/month. Measurement

result of average in monthly erosion showed that the highest erosion was in plot

C1 by 0.180 ton/ha/month, and the lowest was in plot A2 by 0.008 ton/ha/month.

Erosion management in pola A2 (are teak plantation, mango, and cashew nuts

with a ridges terrace) more than effectiv at others.

(12)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di alam ini terdapat dua sumberdaya alam yaitu sumberdaya alam

hayati dan sumberdaya alam non hayati yang dikaruniakan Tuhan kepada

manusia yang semakin hari semakin berkurang seiring dengan bertambahnya

jumlah penduduk. Kebutuhan lahan yang semakin meningkat, langkanya lahan

pertanian yang subur dan potensial, serta adanya persaingan penggunaan lahan

pertanian dan non-pertanian sehingga diperlukan upaya konservasi dalam

mengoptimalkan penggunaan lahan secara berkelanjutan.

Salah satu unsur yang berkaitan dengan konservasi tanah dan air

adalah erosi. Erosi merupakan banyak tanah hilang atau berpindah dari suatu

tempat ketempat lain secara alami. Erosi dapat disebabkan oleh air, angin atau

es. Akibat dari erosi terjadi pengendapan atau sedimentasi pada dasar sungai

yang dapat mempengaruhi tinggi permukaan air sungai sehingga dapat

menyebabkan banjir pada bagian hilir.

Desa Ngadipiro memiliki lahan pertanian yang termasuk dalam

klasifikasi lahan miring. Lahan pertanian tersebut milik pemerintah dan

sebagian sudah dipetakan oleh penduduk setempat menjadi milik pribadi,

sehingga lahan yang dalam kondisi miring yang terletak di desa Ngadipiro

tidak dapat dihutankan. Sebagian besar penduduk desa Ngadipiro adalah

petani, kebutuhan sehari hari bergantung pada lahan pertanian.

Pada lahan yang miring apabila tidak tertutup tanaman akan mudah

tererosi, apabila terjadi peningkatan curah hujan yang tinggi. Solum tanah tipis

pada daerah dengan slop tinggi akan terjadi degradasi lahan dan kesuburan

menurun. Untuk mengatasi erosi yang kemungkinan terjadi, maka perlu

adanya tindakan konservasi tanah. Selain dengan perlakuan konservasi yang

perlu diperhatikan adalah pola tanam dan jenis tanaman yang akan ditanam

(13)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

B. Perumuasan Masalah

Lahan pertanian miring dan solum tanah tipis yang sering diolah

dengan pengolahan tanah yang tidak tepat dan tidak tertutup tanaman akan

mudah tergradasi dan tererosi. Alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan

agroforestri dan konservasi tanah. Apakah pengendalian erosi dengan tutupan

lahan tanaman tahunan berpengaruh terhadap besarnya erosi di sub-sub DAS

Dungwot?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh besarnya

erosi dengan berbagai tutupan lahan tanaman tahunan dan semusim serta

teknik konservasi tanah yang paling sesuai.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk

memberikan informasi tingkat bahaya dan tindakan untuk mengatasi erosi

yang terjadi di Desa Ngadipiro Sub-sub DAS Dungwot Kecamatan

Nguntoronadi sehingga dapat dijadikan rekomendasi untuk pengelolaan

konservasi tanah yang tepat oleh masyarakat serta pemerintah daerah.

D. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini dilakukan di sub-sub DAS Dungwot Wonogiri

2. Penelitian ini menggunakan metode pengukuran langsung pada plot erosi

(14)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

E. Kerangka Berfikir

Pengolahan tanah secara intensif

Kebutuhan lahan meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk

Lahan pertanian miring

EROSI

Pengolahan tanah kurang tepat

Lahan kritis

Produksi menurun

Sosial ekonomi menurun

Teknik konservasi Mekanik dan vegetatif

Pembuatan teras

Model tanaman tahunan dan semusim

(agroforesty)

Lahan terhindar dari erosi produksi pertanian meningkat Pembuatan model

tanaman Curah hujan tinggi

(15)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Erosi

Erosi mempunyai beberapa akibat buruk. Penurunan kesuburan tanah.

Kedua menurunnya produksi sehingga akan mengurangi pendapatan petani.

Erosi tanah dapat terjadi akibat adanya curah hujan yang tinggi, vegetasi

penutup lahan yang kurang. Kemiringan lereng dan tata guna lahan yang

kurang tepat. Pendangkalan sungai untuk mengalirkan juga berkurang dan

menyebabkan bahaya banjir. Pendangkalan saluran pengairan mengakibatkan

naiknya dasar saluran, mengurangi luas lahan pertanian yang mendapat aliran

irigasi (Anonim, 2010).

Erosi dapat juga disebut pengikisan atau kelongsoran sesungguhnya

merupakan proses penghanyutan tanah oleh desakan-desakan atau kekuatan

air dan angin, baik yang berlangsung secara alamiah ataupun sebagai akibat

tindakan perbuatan manusia. Secara alamiah terjadinya erosi dilapang melalui

tahap-tahap. Pemecahan agregat tanah atau bongkahan tanah menjadi partikel

tanah yang lebih kecil. Pemindahan partikel-partikel tanah melalui

penghanyutan oleh air bisa juga karena kekuatan angin. Pengendapan partikel

tanah yang terpindahkan atau terangkut ditempat yang lebih rendah atau

didasar-dasar sungai (Kartasapoetra, 1991).

Erosi adalah peristiwa pengikisan padatan (sedimen, tanah, batuan,

dan partikel lainnya) akibat transportasi angin, air atau es, karakteristik hujan,

creep pada tanah dan material lain di bawah pengaruh gravitasi, atau oleh

makhluk hidup semisal hewan yang membuat liang, dalam hal ini disebut

bio-erosi. Erosi tidak sama dengan pelapukan akibat cuaca, yang merupakan

proses penghancuran mineral batuan dengan proses kimiawi maupun fisik,

atau gabungan keduanya (Anonim,2010).

Beberapa macam erosi yang dikenal dalam kamus konservasi tanah

dan air, yaitu erosi geologi, erosi normal, erosi dipercepat. Erosi geologi

adalah erosi yang terjadi sejak permukaan bumi terbentuk menyebabkan

(16)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

sekarang ini. Erosi normal, disebut erosi alami merupakan proses

pengangkutan tanah atau bagian-bagian tanah yang terjadi dibawah keadaan

alami. Erosi alami terjadi dengan laju yang lambat yang memungkinkan

terbentuknya tanah yang tebal yang mampu mendukung pertumbuhan

vegetasi secara normal. Erosi dipercepat adalah pengangkutan tanah dengan

laju yang jauh lebih cepat dari erosi normal dan lebih cepat dari pembentukan

tanah yang menimbulkan kerusakan tanah, sebagai akibat perbuatan manusia

yang menghilangkan tumbuhan penutup tanah (Arsyad, 2006).

Sedimen atau pengendapan material-material tanah yang terangkut

merupakan kelanjutan akibat adanya erosi dan limpasan permukaan dari

daerah yang ada diatasnya. Sedimentasi dan erosi merupakan proses yang

berbeda tetapi saling berkaitan, tetapi dalam hal ini terjadinya sedimentasi

karena diawali oleh adanya erosi (Harjadi, 1997).

Nilai erosi yang masih dapat ditoleransi(T) dapat dihitung dengan

beberapa cara diantaranya, metoda Thompson (1957), yang didasarkan pada

sifat-sifat tanah dari sebaran jenis tanah yang ada di DAS, seperti kedalaman

solum tanah, jenis batuan (lunak dan keras), serta permeabilitas tanah dapat

dilihat pada (lampiran tabel 6.). berdasarkan kriteria baku kerusakan tanah

pada lahan kering dari peraturan pemerintah (PP) No.150 tahun 2000

(lampiran tabel 7.). Metoda Hammer (1981), yang menggunakan konsep

kedalaman ekuivalen (depth eqivalen) dan umur guna (resource life) tanah.

T =

Ket : T (mm/th) = erosi yang masih dapat dibiarkan

Dei (mm) = kedalaman ekivalen

Dei = Di x nilai faktor kedalaman

Di (mm) = kedalaman efektif tanah

RL (tahun) = umur guna tanah

SFR = laju pembentukan tanah = 0.5 mm/th

Kedalaman ekivalen (DEi) adalah kedalaman tanah yang setelah

mengalami erosi produktivitasnya berkurang 60% dari produktivitas tanah

(17)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

kedalaman tanah sampai suatu lapisan (horizon) yang menghambat

pertumbuhan akar tanaman, nilai ini diperoleh berdasarkan hasil survei tanah.

Umur guna tanah (RL) adalah jangka waktu yang cukup untuk memelihara

kelestarian tanah. Sedangkan nilai faktor kedalaman adalah gabungan

menurunnya sifat fisik dan kandungan unsur hara yang menyebabkan erosi.

Untuk itu pengamatan erosi pada penelitian ini dilakukan hanya pada

bulan basah. Menurut Mohr ahli pedologi (ilmu tanah) dalam segala

perhitungannya menggunakan pedoman dari Koppen. Bulan disebut kering

jika anggka presipitasinya kurang dari 60 mm. Adapun angka 100 mm

menandakan bulan basah. Sedangkan pada presipitasi 60-100 mm

menandakan bulan lembab (Daljdjoeni, 1986).

Limpasan permukaan merupakan sebagian dari air hujan yang

mengalir diatas permukaan tanah. Butir-butir hujan dengan gaya kinetik

menimpa tanah (terutama pada tanah-tanah gundul) dan memecahkan

bongkah tanah atau agregat tanah menjadi partikel yang lebih kecil.

Partikel-partikel tersebut mengikuti infiltrasi dan menyumbat pori tanah. Bila hujan

berlangsung lebih lama terbentuklah limpasan permukaan. Limpasan

permukaan dengan jumlah dan kecepatan yang besar mengakibatkan

pemindahan atau pengangkutan massa tanah (Supli, 2003).

B. Degradasi lahan

Degardasi lahan adalah proses penurunan produktivitas lahan, baik

yang bersifat sementara maupun tetap. Akibat dari proses degradasi lahan

adalah timbulnya areal-areal yang tidak produktif atau dikenal sebagai lahan

kritis (Anonim, 1993).

Pembukaan lahan yang tidak menggunakan prinsip dapat

mengakibatkan banyak hal negatif, tidak hanya dalam hal pembukaannya

tetapi juga pada penggunaan dan pengelolaannya. Pembukaan secara

besar-besaran antara lain menggunakan alat-alat berat dapat menimbulkan

pencemaran suara. Tidak hanya itu, keterlambatan penanaman lahan yang

(18)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

Sehingga banyak kemungkinan perairan menjadi keruh dan pada gilirannya

mengakibatkan gangguan terhadap kehidupan perairan misalnya turunnya

produksi perikanan. Sedangkan erosi yang terus menerus dan berlebihan

mengakibatkan sedimentasi (Anonim, 2010).

Kerusakan sumber daya air selain banjir dan erosi adalah

kekeringan dan pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh aktivitas

manusia. Kerusakan sumber daya tanah dan air merupakan masalah yang

tidak dapat dipisahkan. Hal ini karena sebagai sumber daya alam tanah

mempunyai peranan yang sangat penting. Sebagai sumber unsur bagi

tumbuhan dan sebagai media akar tumbuhan berjangkar dan tempat air tanah

tersimpan. Erosi yang terjadi secara terus menerus dapat mengakibatkan

sedimentasi. Sedimentasi adalah terbawanya material hasil dari pengikisan

dan pelapukan oleh Air, angin atau gletser ke suatu wilayah yang kemudian

diendapkan (Anonim, 2010).

Proses degradasi lahan sering mengakibatkan suatu lahan menjadi

kritis adalah erosi air maupun angin, proses degradasi lahan ini menyebabkan:

penggurunan (desertification), pemasaman tanah (acidification),

penggaraman (salinisation), penggenangan (waterlogging), penurunan

permukaan tanah organik (peatsubsidence) dan penurunana permukaan air

bawah tanah (over drainge). Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi

proses degradasi lahan adalah iklim (hujan dan temperatur), ordo tanah,

topografi, vegetasi (tipe penggunaan lahan dan sistem pertanian) serta

manusia (sosial, ekonomi dan teknologi atau agroteknologi) (Sinukaban.

2003).

Dampak dari erosi adalah menipisnya lapisan permukaan tanah bagian

atas, yang akan menyebabkan menurunnnya kemampuan lahan (degradasi

lahan). Akibat lain dari erosi adalah menurunnya kemampuan tanah untuk

meresapkan air (infiltrasi). Penurunan kemampuan lahan meresapkan air ke

dalam lapisan tanah akan meningkatkan limpasan air permukaan yang akan

mengakibatkan banjir di sungai. Selain itu butiran tanah yang terangkut oleh

(19)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

yang selanjutnya akibat tingginya sedimentasi akan mengakibatkan

pendangkalan sungai sehingga akan mempengaruhi kelancaran jalur

pelayaran. Erosi dalam jumlah tertentu sebenarnya merupakan kejadian yang

alami, dan baik untuk ekosistem. Misalnya, kerikil secara berkala turun ke

elevasi yang lebih rendah melalui angkutan air. erosi yang berlebih, tentunya

dapat menyebabkan masalah, semisal dalam hal sedimentasi, kerusakan

ekosistem dan kehilangan air secara serentak (Anonim, 2010).

C. Teknik Konservasi

Teknik konservasi tanah secara mekanik adalah semua perlakuan fisik

mekanis yang diberikan terhadap tanah dan pembuatan bangunan yang

ditujukan untuk mengurangi aliran permukaan dan erosi serta meningkatkan

kelas kemampuan lahan. Penerapan teknik konservasi tanah secara mekanik

juga akan lebih efektif dan efisien apabila dikombinasikan dengan teknik

konservasi tanah vegetatif, seperti penggunaan rumput atau legume sebagai

tanaman penguat teras (Dariah, et al. 2004).

Teras dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara. Sukartaatmadja

(2004) mengklasifikasikan teras berdasarkan fungsi dan berdasarkan bentuk..

Berdasarkan fungsi, teras diklasifikan lagi dalam dua jenis yaitu: (a) teras

intersepsi (interception terrace) dan (b) teras diversi (diversion terrace). Pada

teras intersepsi aliran permukaan ditahan oleh saluran yang memotong lereng.

Sedangkan teras diversi berfungsi untuk mengubah arah aliran sehingga

tersebar ke seluruh lahan dan tidak terkonsentrasi pada satu tempat.

Berdasarkan bentuk, teras dibedakan ke dalam beberapa bentuk diantaranya

teras kredit, teras guludan, teras datar, teras bangku, teras kebun dan teras

individu (Anonim, 2010).

Teras bangku atau teras tangga dibuat dengan jalan memotong lereng

dan meratakan tanah di bagian bawah sehingga terjadi suatu deretan bentuk

tangga atau bangku. Teras jenis ini dapat datar atau miring ke dalam. Teras

bangku yang berlereng ke dalam dipergunakan untuk tanah-tanah yang

(20)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

tidak mengalir ke luar melalui talud. Teras bangku sulit dipakai pada usaha

pertanian yang menggunakan mesin-mesin pertanian yang besar dan

memerlukan tenaga dan modal yang besar untuk membuatnya (Arsyad,

2000).

Teras gulud adalah barisan guludan yang dilengkapi dengan saluran air

dibagian belakang guludnya. Metode ini dikenal juga dengan istilah guludan

saluran. Bagian-bagian dari teras gulud terdiri atas guludan, saluran air, dan

bidang olah. Fungsi dari teras gulud hampir sama dengan teras bangku, yaitu

untuk menahan laju aliran permukaan dan meningkatkan penyerapan air

kedalam tanah. Saluran air dibuat untuk mengalirkan aliran permukaan ke

saluran air. Untuk meningkatkan efektifitas teras gulud dalam menanggulangi

erosi dan aliran permukaan, serta agar guludan tidak mudah rusak sebaiknya

guludan dibuat dengan penguat teras. Jenis tanaman yang dapat digunakan

untuk penguat teras bangku juga dapat digunakan pada teras gulud. Sebagai

kompensasi kehilangan luas bidang olah, bidang teras gulud dapat ditanami

cash crops misalnya tanaman katuk, cabai rawit, dan jenis cash crops lainnya.

Teras gulud cocok untuk kemiringan lahan antara 10-40%, dapat juga

diterapkan pada kemiringan 40-60%, namun relatif kurang efektif (Agus et

al., 1999).

D. Tanaman Penutup Tanah

Tanaman penutup tanah adalah tumbuhan atau tanaman yang khusus

ditanam untuk melindungi tanah dari ancaman kerusakan oleh erosi dan atau

untuk memperbaiki sifat kimia dan sifat fisik tanah. Tanaman penutup tanah

berperan: (1) menahan atau mengurangi daya perusak butir-butir hujan yang

jatuh dan aliran air di atas permukaan tanah, (2) menambah bahan organik

tanah melalui batang, ranting dan daun mati yang jatuh, dan (3) melakukan

transpirasi, yang mengurangi kandungan air tanah. Peranan tanaman penutup

tanah tersebut menyebabkan berkurangnya kekuatan dispersi air hujan,

mengurangi jumlah serta kecepatan aliran permukaan dan memperbesar

(21)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

Tumbuhan atau tanaman yang sesuai untuk digunakan sebagai penutup

tanah dan digunakan dalam sistem pergiliran tanaman harus memenuhi

syarat-syarat (Osche et al, 1961): (a) mudah diperbanyak, sebaiknya dengan

biji, (b) mempunyai sistem perakaran yang tidak menimbulkan kompetisi

berat bagi tanaman pokok, tetapi mempunyai sifat pengikat tanah yang baik

dan tidak mensyaratkan tingkat kesuburan tanah yang tinggi, (c) tumbuh

cepat dan banyak menghasilkan daun, (d) toleransi terhadap pemangkasan, (e)

resisten terhadap gulma, penyakit dan kekeringan, (f) mampu menekan

pertumbuhan gulma, (g) mudah diberantas jika tanah akan digunakan untuk

penanaman tanaman semusim atau tanaman pokok lainnya, (h) sesuai dengan

kegunaan untuk reklamasi tanah, dan (i) tidak mempunyai sifat-sifat yang

tidak menyenangkan seperti duri dan sulur-sulur yang membelit (Arsyad,

2006).

Teknologi vegetatif tepat diterapkan pada suatu DAS dengan distribusi

debit sungai yang tidak seragam. Artinya perbedaan antara debit puncak dan

aliran dasar sangat besar. Percobaan yang pernah dilakukan di Indonesia

berupa membandingkan DAS untuk pertanian, dengan satu 25 % wilayahnya

dihutankan kembali, dan yang lain lagi 100 % dihutankan kembali dengan

Pinus mercusi, Tectona gandis, Swetenia macrophylla dan Eucalyptus alba.

Hasil dilaporkan bahwa, daerah yang dihutankan kembali aliran

sungainya secara terus-menerus dalam musim kering yang besarnya 2,5 kali

lipat dari aliran sungai yang berasal dari DAS untuk pertanian (Hamilton,

1997). Selanjutnya Hamilton, (1997), melaporkan pula bahwa dengan

penanaman hutan mengakibatkan volume aliran mendadak yang agak lebih

rendah, penurunan nyata dalam debit puncak, serta penundaan waktu

tercapainya puncak yang nyata.

Percobaan Pine Tree Branch yang dilaksanakan antara tahun

1941-1960 tidak hanya menunjukkan penurunan yang besar dalam puncak

musiman tertinggi, tetapi juga penurunan dalam pelepasan aliran puncak dari

badai sebelum dan sesudah penanaman yang sebanding yang meliputi seluruh

(22)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

Athority, 1962 dalam Hamilton, et.al., 1997). Sebagai contoh, waktu yang

diperlukan oleh 20 dan 95 persen air yang jatuh untuk mengalir ke luar dari

daerah tampung masing-masing menjadi lebih lama kira-kira 5-18 kali, dan

penurunan debit puncak antara 92-97 % dalam musim pertumbuhan dan

71-92 % dalam musim dorman.

Demikian halnya dengan hasil penelitian Tsukamoto yang dilaporkan

pada tahun 1981 menunjukkan bahwa di Jepang debit puncak dari DAS yang

gundul adalah 1,4 kali lebih besar daripada DAS yang dihutankan kembali.

Hutan yang tidak terganggu merupakan penutup tanah yang baik terhadap

erosi. Sedimen yang tersuspensi pada 250 juta hektar hanya terjadi sebesar

0,4 ton/ha/thn (Pauler dan Heady, 1981 dalam Hamilton, et.al., 1997). Pada

hutan sekunder sedimen hanya terjadi sebesar 1,19 ton/ha/thn. Anderson

(1978), mengamati bahwa erosi meningkat sebagai akibat hutan yang

terbakar, sedimen terjadi sebesar 3,12 ton/ha/thn atau 5-8 kali daripada hutan

yang tidak terganggu di DAS Oregon USA (Anonim, 2010).

Intersepsi oleh vegetasi mempengaruhi erosi melalui dua cara yaitu (a)

mengurangi jumlah air yang sampai ke tanah sehingga mengurangi aliran

permukaan, dan (b) mengurangi kekuatan perusak butir-butir hujan yang

jatuh menimpa tanah. Kemampuan vegetasi untuk menahan air, sebagai air

intersepsi ditunjukan oleh jumlah air hujan yang diintersepsi, disebut

simpanan intersepsiyang besarnya tergantung pada jenis tanaman dan curah

hujan (Arsyad, 2006).

E. Agroforestri

Agroforestri adalah sistem penggunaan lahan (usahatani) yang

mengkombinasikan pepohonan dengan tanaman pertanian untuk

meningkatkan keuntungan, baik secara ekonomis maupun lingkungan. Pada

sistem ini, terciptalah keanekaragaman tanaman dalam suatu luasan lahan

sehingga akan mengurangi risiko kegagalan dan melindungi tanah dari erosi

serta mengurangi kebutuhan pupuk atau zat hara dari luar kebun karena

(23)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

Sistem multistrata adalah sistem pertanian dengan tajuk bertingkat,

terdiri dari tanaman tajuk tinggi (seperti mangga, kemiri), sedang (seperti

lamtoro, gamal, kopi) dan rendah (tanaman semusim, rumput) yang ditanam

di dalam satu kebun. Antara satu tanaman dengan yang lainnya diatur

sedemikian rupa sehingga tidak saling bersaing. Tanaman tertentu seperti

kopi, coklat memerlukan sedikit naungan, tetapi kalau terlalu banyak naungan

pertumbuhan dan produksinya akan terganggu (Anonim, 2010).

Cara yang efektif untuk mencegah erosi dan mempertahankan

kesuburan tanah serta menjadi sumber pendapatan petani secara

berkesinambungan adalah sistem agroforestry dari berbagai hasil penelitian

terbukti sistem tersebut berfungsi mempertahankan layanan lingkungan

seperti memelihara biodiversitas (Van Schaik and Van Noordwijk, 2002).

Sistem agroforestry yang multispesies mempunyai beberapa kelebihan

dibanding sistem monokultur karena: a) mempunyai produksi per satuan luas

lebih tinggi karena berkurangnya resiko kegagalan panen akibat hama dan

penyakit tanaman serta pemanfaatan sumberdaya yang lebih efisien, b)

mempunyai stabilitas yang lebih tinggi terhadap fluktuasi lingkungan, c)

meningkatkan keberlanjutan produksi melalui pengurangan erosi,

penambahan N dari penambatan N2, pemanfaatan kembali hara dari lapisan bawah, serta mengurangi kehilangan hara akibat limpasan permukaan dan

pelindian (Kosasih et al., 2009).

Agroforestri adalah penanaman dan pengusahaan tanaman

pohon-pohon yang dicampur atau diurutkan dengan tanaman pertanian dan rumput

untuk ternak dalam bentuk usaha tani kecil atau perusahaan besar. Melalui

kombinasi ini yang menciptakan komunitas tanaman dengan berbagai strata

tajuk, pertanian hutan bertujuan memaksimalkan penggunaan sinar matahari,

meminimkan kehilangan unsur hara dari sistem tersebut, dan

mengoptimalkan efisiensi penggunaan air serta meminimalkan aliran

(24)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

III.METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Desa Ngadipiro, Kecamatan Nguntoronadi,

Kabupaten Wonogiri. Termasuk dalam DAS Solo, Sub DAS Keduang,

Sub-Sub DAS dungwot. Dengan kondisi wilayah sebagai berikut:

Secara geografis Sub-DAS Dungwot terletak pada 110o 59’ 52’’ BT; 7o

53’ 8’’ LS Sedangkan di tinjau secara administratif Sub-DAS Dungwot

berbatasan dengan beberapa wilayah sebagai berikut:

a. Sebelah Utara : Desa Godong Ngadirojo

b. Sebelah Timur : Desa Gemawang Ngadirojo

c. Sebelah Selatan : Desa Semin Nguntoronadi

d. Sebelah Barat : Desa Bumiharjo Nguntoronadi

B. Bahan dan Alat Penelitian

1. Bahan

Peta dan Data

a) Peta Administrasi Sub-sub DAS Dungwot

b) Peta Penggunaan Lahan Sub-sub DAS Dungwot

c) Peta Rupa Bumi Sub- sub DAS Dungwot

d) Data analisis lapang

e) Data analisis laboratorium

f) Data pendukung berupa data curah hujan

2. Alat

a) Soil Colector ( drum penampung sedimen)

b) Alat penakar hujan (Ombrometer)

c) Meteran

d) Abney level

e) Altimeter

f) Kamera Digital

(25)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

point

h) Alat tulis

i) Seperangkat alat untuk analisis laboratorium

C. Perancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap

(RAKL) dengan perlakuan:

· Plot A1: tanaman jati, mangga, dan jambu mete dengan teras gulud

· Plot A2: tanaman jati, mangga, dan jambu mete dengan teras gulud

· Plot B1: tanaman jati, mangga, dan pete dengan teras bangku

terawat serta penguat teras rumput dan lamtoro

· Plot B2: tanaman jati, mangga, dan pete dengan teras bangku

terawat serta penguat teras rumput dan lamtoro

· Plot C1: tanaman jati, mangga, jambu mete dan pete dengan teras

gulud tak tarawat

· Plot C2: tanaman jati, mangga, jambu mete, dan pete dengan teras

gulud tak tarawat

Teras terawat adalah menjaga kondisi teras apabila teras jebol

dilakukan perbaikan teras dan didalamnya dilakukan pengolahan tanah

sehingga tidak membiarkan rumput dan alang-alang tumbuh. Sedangkan

teras tak terawat adalah teras yang didalamnya tidak ada perawatan teras

apabila ada teras yang rusak dibiarkan tetap rusak dan sengaja dibiarkan

(26)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

Penelitian dilakukan dengan metode pengkuran langsung pada plot

ukuran 4 x 22. Survey dilakukan melihat jenis-jenis erosi yang ada di

sub-Das Dungwot. Pengukuran erosi dilakukan pada lokasi-lokasi yang diduga

berpotensi erosi besar. Erosi on site diukur dengan Metode Pengendapan

Tanah Terangkut (Priono, 1996).

D. Variabel Pengamatan

Variable yang diamati meliputi :

1. Data curah hujan

2. Volume limpasan permukaan

3. Jumlah sedimen yang terangkut

4. Pertumbuhan tanaman

5. Tutupan lahan (Land cover)

E. Tata Laksana Penelitian 1. Tahap ke-1 (Persiapan)

a) Studi pustaka untuk mengkaji hal-hal yang berhubungan dengan

penelitian

b) Survei tempat lokasi penalitian

c) Pembuatan percobaan petak erosi (plot erosi) ukuran 4 m x 22 yang

sudah dilakukan sebelumnya oleh BPK Solo.

2. Tahap ke-2 (Pengamatan)

a) Analisis data lapang untuk perhitungan dengan cara mengambil

sample air dan sedimen, kemudian dianalisis laboratorium untuk

menentukan jumlah tanah yang tererosi.

b) Analisis laboratorium sifat fisik tanah, analisis dilakukan dengan

cara sempel suspensi dari drum kolektor dioven kemudian didapat

data air yang menguap dan sedimen tanah yang tersisa.

c) Pengukuran curah hujan, dilakukan dengan pengukuran secara

langsung menggunakan ombrometer yang terpasang dilokasi

(27)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

d) Pengamatan pertumbuhan tanaman, data yang diamati dari

pertumbuhan tanaman diantaranya adalah diameter batang, tinggi

tanaman, lebar tajuk.

e) Pengamatan land cover dilkaukan dengan cara pengamatan secara

langsung, dengan melihat prosentase antara tajuk tanaman dengan

luasan lahan

3. Tahap ke-3 (Analisis data)

a) Analisis data curah hujan, erosi dan tanaman.

b) Pengumpulan analisis data keseluruhan, interpretasi dan penyajian

data.

c) Pembuatan dan penyususnan laporan.

F. Analisis Data

1. Volume limpasan permukaan

Untuk menghitung besarnya limpasan permukaan dengan rumus

sebagai berikut: 2. Jumlah sedimen terangkut

Untuk menghitung jumlah sedimen terangkut digunakan rumus

sebagai berikut: E = S x V

Keterangan:

E = Besarnya erosi untuk suatu periode yaitu satu hari hujan (g)

S = Berat tanah dalam sempel (g/l).

V = Volume limpasan permukaan untuk suatu periode yaitu satu hari

hujan (m3)

(28)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

∑ E = E/88m2 Keterangan : ∑ E = jumlah erosi dalam ton/ha

3. Pertumbuhan tanaman

Untuk mendapatkan data pertumbuhan tanaman dengan cara :

a. Mengukur tinggi tanaman dengan menggunakan meteran, tinggi

tanaman yang diukur dari permukaan tanah hingga ujung tanaman.

b. Mengukur diameter batang dengan cara membelitkan meteran pada

batang bisa juga menggunakan jangka sorong bila tanaman belum

terlalu besar.

c. Persentase tanaman yang hidup dengan cara membandingkan jumlah

tanaman yang ditanam dengan jumlah tanaman yang hidup dikalikan

100%.

4. Tutupan lahan

Untuk mendapatkan data tutupan lahan dilakukan dengan

pengamatan secara langsung. Pengukuran dengan menggunakan asumsi

plot erosi dibagi menjadi 4 bagian, setiap bagian bila tertutup penuh

tanaman menunjukkan 25% namun bila terdapat sela, setiap sela

dikurangi 5%. Kemudian nilai persen tiap bagian dikalikan 4 sehingga

diperoleh nilai tutupan tiap plot.

5. Pengamatan curah hujan

Untuk mendapatakan data curah hujan dilakukan pengukuran

dengan alat penakar hujan ada 2 data curah hujan:

a. Data curah hujan tahunan diperoleh dari penakar hujan yang

dipasang didesa gobeh letaknya kurang lebih 1 km dari lokasi

penelitian.

b. Data curah hujan bulanan diperoleh dari penakar hujan yang terletak

di lokasi penelitian.

6. Analisis Data rancangan percobaan

Analisis data menggunakan Uji F (uji keragaman), untuk

mengetahui pengaruh perlakuan. Dilakukan dengan analisis

(29)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENGAMATAN

1. Kondisi Umum a. Letak Geografis

Secara administrasi, daerah penelitaian terletak di Dusun

Dungwot Desa Nagdipiro, Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten

Wonogiri termasuk dalam DAS Solo. Sub DAS Keduang Sub-Sub

DAS Dungwot yang dibatasi oleh koordinat 110o 59’ 52’’ BT; 7o 53’ 8’’ LS. Luas wilayah 10 Ha dan terletak dibukit Kendeng dengan

ketinggian lokasi antara 196-427 mdpl. Areal penelitian merupakan

areal penelitian BPK Solo. Lahan yang digunakan untuk penelitian

adalah lahan milik perhutani dan sebagaian adalah milik penduduk

setempat.

b. Iklim

Berdasarkan analisis peta rupa bumi lembar 1508-111

PULOREJO, lembar 1408-322 TALUN dan lembar 1408-324

WONOGIRI serta pengecekan dilapang dengan GPS maka daerah

penelitian terletak diantara 196 – 427 mdpl. Berdasarkan rumus Break

(Arsyad, 1989:223), maka rerata suhu udara daerah penelitian berkisar

antara 25.1oC sampai 23.7oC, perhitungan ditunjukan pada lampiran klasifikasi iklim bagian C. Oleh karena itu secara umum berdasarkan

klasifikasi Koppen (Wisnubroto et al., 1983: 70) termasuk dalam tipe

iklim A. Daerah dengan tipe iklim A dicirikan dengan temperatur

suhu udara terdingin lebih besar dari 18oC. Berdasarkan gambar batas tipe iklim Af, Am, dan Aw (Ibid, Wisnubroto et al.,1983:78 ), maka

daerah penelitian termasuk termasuk dalam tipe iklim tipe Aw ini

dicirikan oleh jumlah bulan-bulan basah tidak dapat mengimbangi

kekurangan hujan pada bulan kering, sehingga pada bulan kemarau

(30)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

Berdasarkan data curah hujan selama 15 tahun disajikan pada

tabel 4.2. dapat diketahui bahwa rerata jumlah hujan tahunan didaerah

penelitian yaitu 2971 mm. Berdasarkan klasifikasi Smith dan

Ferguson (ibid, Wisnubroto et al., 1983: 75) daerah penelitian

dicirikan dengan jumlah bulan basah (7,2) dan bulan kering (4,2)

sehingga termasuk dalam tipe iklim C yaitu agak basah. Adapun

daerah penelitian berdasarkan klasifikasi Oldeman daerah penelitian

memiliki jumlah bulan basah (5,6) dan bulan kering (4,8) sehingga

termasuk dalam tipe iklim C agak basah. Sedangkan berdasarkan

Oldeman daerah penelitian memiliki jumlah bulan basah 5,6 dan

bulan kering 4,8 termasuk dalam tipe iklim C3 . Tipe iklim ini dapat

ditanamai dengan tanaman musiman 2 kali, namun sekali disaat curah

hujan kurang dari 200 mm perlu adanya pengairan.

c. Topografi

Topografi merupakan bentuk wilayah dari suatu areal dan

dinyatakan dengan kemiringan dan panjang lereng. Topografi atau

bentuk wilayah berperan dalam menentukan kecepatan aliran air

permukaan yang mengangkut partike-partikel tanah. Dalam hal ini

ada tiga faktor yaitu panjang lereng, kemiringan dan bentuk lereng

kemiringan atau slope pengaruhnya terhadap erosi tanah pada

perbandingan infiltrasi dan aliran permukaan, pada tanah yang

keadaanya tidak begitu miring maka laju air dipermukaan akan

berkurang sehingga erosi semakin kecil sebaliknya bila lahan curam

erosi semakin besar. Areal penelitian memiliki rata-rata kemiringan

lereng 37%. Kemiringan pada masing-masing plot dapat dilihat pada

tabel 4.1. Areal penelitian topografi didominasi dengan bentuk lahan

cembung hingga rata. Kenampakan bentuk dilapang dapat dilhat pada

(31)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

Gambar. 4.1. Lokasi penelitian (di bukit kendeng desa Dungwot Kecamatan Nguntoronadi Kabupaten Wonogiri. Merupakan areal penelitian BPK Solo).

Tabel. 4.1 Kemiringan Lereng Pada Plot Erosi

PLOT A1 A2 B1 B2 C1 C2

KEMIRINGAN(%) 39 39 34 34 39 39

Sumber: Pengukuran Langsung Pada Plot Erosi Dengan Klinometer

Berdasarkan tabel kelas lereng menurut (Kucera,1988) besar

lereng 25% - 35% agak curam dan 35% - 45% curam, jadi lokasi

penelitian memiliki lereng dari agak curam hingga curam. Sedangkan

panjang lereng tergolong sangat pendek < 50 m karena sudah dibuat Lokasi

Penelitian Sungai

(32)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

teras-teras yang berfungsi untuk mengurangi laju limpasan permukaan

dan memperkecil erosi.

d. Vegetasi

Arsyad (1989) dan Lee (1988) mengungkapkan bahwa

vegetasi yang baik dapat mengurangi pengaruh hujan dan topografi

terhadap erosi. Vegetasi dapat mengurangi daya perusak butir-butir

hujan yang jatuh, menambah bahan organik. Sehingga, vegetasi yang

baik berupa penutupan oleh tajuk atau tanaman bahwa dapat

mengurangi jumlah dan kecepatan aliran permukaan sehingga erosi

dapat ditekan dan memperbesar infiltrasi kedalam tanah.

Berdasarkan pengamatan secara langsung dilapangan vegetasi

yang terdapat dilokasi penelitian adalah tanaman tahunan dan

tanaman semusim. Adapun tanaman tahunan diantaranya adalah

tanaman jati, gamelina, mangga, pete, dan jambu mete. Sedangkan

tanaman musiman tergantung pada pengelolaan lahan oleh penduduk

setempat seperti kacang tanah, jagung, singkong dan bahkan pada saat

kondisi curah hujan tinggi bisa dibudidayakan tanaman padi.

e. Jenis tanah

Jenis tanah yang mendominasi dilokasi penelitian adalah

inceptisol. Adapun ciri-ciri tanah dilokasi penelitian (Bukit Kendeng)

termasuk dalam klasifikasi Inceptisols dengan kedalaman dangkal

hingga sangat dangkal (< 50 cm). Tanah tersebut didominasi oleh

mineral lempung kaolinit serta mineral sekunder feldspar, mika dan

feromagnesium. Inceptisols adalah tanah muda dan mulai

berkembang. Profilnya mempunyai horison ynag dianggap

pembentuknya agak lamban sebagai hasil alterasi bahan induk.

Horison-horisonnya tidak memperlihatkan hasil hancuran eksterm.

Horison timbunan liat dan besi aluminium oksida yang jelas tidak ada

pada golongan ini. Perkembangan profil golongan ini lebih

(33)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Inceptisols dapat berkembang dari bahan induk batuan beku,

sedimen dan metamorf. Karena Inceptisol merupakan tanah yang baru

berkembang biasnya mempunyai tekstur yang beragam dari kasar

hingga halus, dalam hal ini dapat tergantung pada tingkat pelapukan

bahan induknya. Bentuk wilayah beragam dari berombak hingga

bergunung. Kesuburan tanahnya rendah, jeluk efektifnya beragam

dari dangkal hingga dalam. Di dataran rendah pada umumnya tebal,

sedangkan pada daaerah-daerah lereng curam solumnya tipis. Pada

tanah berlereng cocok untuk tanaman tahunan atau tanaman permanen

untuk menjaga kelestarian tanah (Munir, 1996).

2. Curah Hujan

Rata-rata curah hujan bulanan pada bulan Juni-September

setiap tahun terjadi musim kering dan pada bulan yang lainnya terjadi

musim hujan. Hujan sepanjang tahun terjadi pada tahun 1998.

Rata-rata curah hujan tahunan dilokasi penelitian sebesar 2971 mm/th.

Hasil curah hujan 15 tahun terkhir ditunjukan pada tabel 4.2.

Hasil pengamatan curah hujan dilokasi penelitian pada bulan

Januari-April 2011 ditunjukan pada tabel 4.3. Rata-rata curah hujan

tertinggi pada bulan Januari sebesar 299 mm, dalam sebulan jumlah

hari hujan 19 hari dan curah hujan paling tinggi sebesar 41 mm/hari.

Rata-rata curah hujan tertinggi pada bulan April sebesar 47 mm,

dalam sebulan jumlah hari hujan 5 hari dan curah hujan paling tinggi

(34)

23

Tabel 4.2. Data Curah Hujan di desa Gobeh 15 Tahun Terakhir (mm/bln)

Sumber : Pengukur Curah Hujan BPK Solo di Gobeh Tahun

Bulan 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Januari 557 731 470 1346 214 522 669 422 506 770 323 128 176 483 488

Febuari 612 847 631 582 448 593 204 241 245 610 487 276 305 434 439

Maret 556 380 753 555 403 478 552 341 160 499 162 381 355 426 429

April 336 347 634 266 368 111 46 21 99 0 285 311 145 221 219

Mei 103 178 39 161 108 162 0 0 205 0 128 110 81 99 98

Juni 30 23 456 20 3 109 0 51 0 0 20 57 0 61 68

Juli 0 0 405 0 1 0 0 0 0 0 0 11 0 35 36

Agustus 95 0 31 0 13 0 0 42 16 0 0 0 0 20 11

September 67 0 200 0 15 20 0 0 0 0 0 0 0 27 22

Oktober 514 10 601 471 164 188 0 265 78 0 0 143 531 236 229

November 583 239 510 452 235 159 279 627 528 251 134 182 786 382 381

Desember 590 706 674 669 153 140 293 193 748 906 415 715 190 501 481

(35)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Tabel 4.3. Data Curah Hujan Dungwot 4 bulan terakhir

Bulan

Curah Hujan (mm)

Jumlah Hari Hujan (mm)

Curah Hujan Maks (mm)

Curah Hujan Min (mm)

Januari 299 19 41 2.6

Febuari 200 15 50 1

Maret 232 13 72 0.6

April 47 5 33 1.4

Total 778 50

Rata-rata 195

Sumber : Pengukur Curah Hujan BPK Solo di Dungwot

Gambar 4.2. Grafik curah hujan 4 bulan terakhir (mm)

3. Data Tebal Limpasan Permukaan (mm/bln)

Hasil pengamatan dan perhitungan limpasan permukaan pada

masing-masing perlakuan bulan Januari-April 2011 disajikan pada

tabel 4.4. Air limpasan permukaan berasal dari air hujan yang jatuh

kepermukaan tanah tidak dapat meresap kedalam tanah karena tanah

sudah jenuh air. Rata-rata tebal limpasan permukaan tertinggi pada

plot A1(tanaman jati, mangga, dan jambu mete dengan teras gulud)

sebesar 89.88 mm/bln. Limpasan permukaan paling rendah pada plot

A2 (tanaman jati, mangga, dan jambu mete dengan teras gulud)

(36)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Gambar 4.3. Grafik limpasan permukaan (mm)

4. Data Erosi

Hasil pengamatan dan analisis erosi pada bulan Januari-April

2011 ditunjukkan pada tabel 4.5. Hasil penelitian ini menunjukkan

erosi paling besar pada plot C1 (tanaman jati, mangga, jambu mete

dan pete dengan teras gulud tak tarawat) sebesar 0.180 ton/ha/bln.

Erosi paling rendah pada plot A2 (tanaman jati, mangga, dan jambu Tabel 4.4. Tebal Limpasan Permukaan (mm/bln)

Perlakuan

Januari Febuari Maret April

Rata-rata mm/bln

CH LP CH LP CH LP CH LP

(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)

A1 299 37.6 200 112.81 232 174.74 47 29.38 89.88

A2 299 5.6 200 5.6 232 10.58 47 12.91 8.67

B1 299 14.18 200 50.27 232 88.79 47 3.13 39.09

B2 299 9.51 200 3.49 232 8.8 47 15.58 9.34

C1 299 20.23 200 80.51 232 111.69 47 0.47 53.22

C2 299 20.09 200 22.39 232 19.78 47 12.17 18.61

Sumber : Hasil Analisis Laboratorium Tanah dan Hidrologi BPK Solo di Jumantono CH : Curah Hujan

(37)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

mete dengan teras gulud) sebesar 0.008 ton/ha/bln. Besarnya erosi

diperoleh dari analisis sempel sedimen di laboratorium.

Tabel 4.5. Data Erosi(Ton/ha/bln)

Perlakuan

Januari Febuari Maret April

Erosi Erosi Erosi Erosi Rata-rata

Erosi/ bln

(gr) (gr) (gr) (gr)

A1 183.835 402.834 3695.340 87.974 0.124

A2 110.485 68.020 21.901 83.645 0.008

B1 813.713 3919.668 1131.569 139.598 0.171

B2 215.960 30.327 48.623 97.965 0.011

C1 1654.060 3342.295 1308.672 18.443 0.180

C2 301.020 327.372 1335.725 243.380 0.063

Sumber: Hasil Analisis Laboratorium Tanah dan Hidrologi BPK Solo.

Gambar 4.4. Grafik Erosi (ton/ha/bln)

5. Data Tinggi dan Diameter Batang Tanaman

Tanaman sudah berumur 3 tahun ditanam sejak tahun 2007.

Hasil pengamatan tanaman jati ditunjukan pada tabel 4.6.

Pengamatan pertumbuhan tanaman meliputi diameter batang, tinggi

(38)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 4.6. Tinggi dan Diameter Batang Tanaman Jati

Perlakuan

Ø : Diameter Batang Tanaman

Sumber : Pengukuran langsung BPK Solo

Lokasi penelitian semua menggunakan kombinasi tanaman jati

dan mangga. Tanaman mangga kurang cocok pada plot A1(tanaman

jati, mangga, dan jambu mete dengan teras gulud) dapat dilihat persen

hidup pertumbuhan hanya 40%. Tanaman mangga tumbuh dengan

baik pada plot C1(tanaman jati, mangga, jambu mete dan pete dengan

teras gulud tak tarawat), prosentase tanaman yang hidup 85%. Hasil

pengamatan pertumbuhan tanaman mangga ditunjukkan pada tabel

4.7.

Tabel 4.7. Tinggi dan Diameter Batang Tanaman Mangga

Perlakuan

Ø : Diameter Batang Tanaman

(39)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Hasil pengamatan tanaman mete ditunjukan pada tabel 4.8.

Penelitian ini tidak semua plot menggunkan tanaman mete sebagai

kombinasi model tanamannya. Tanaman mete ditanaman pada plot A

(tanaman jati, mangga, dan jambu mete dengan teras gulud) dan plot C

(tanaman jati, mangga, jambu mete dan pete dengan teras gulud tak

tarawat). Tanaman mete tumbuh baik pada plot C dapat dilihat pada

tabel 4.8. menunjukan bahwa persen hidup tanaman mete yang hidup

lebih tinggi pada plot C dari pada plot A.

Tabel 4.8. Tinggi dan Diameter Batang Tanaman Mete

Perlakuan

Ø : Diameter Batang Tanaman

Sumber : Pengukuran langsung BPK Solo

Hasil pengamatan tanaman petai ditunjukan pada tabel 4.9.

Penelitian ini tidak semua plot menggunkan tanaman pete sebagai

kombinasi model tanamannya. Tanaman petai ditanaman pada plot B

(tanaman jati, mangga, dan pete dengan teras bangku terawat serta

penguat teras rumput dan lamtoro) dan plot C (tanaman jati, mangga,

jambu mete dan pete dengan teras gulud tak tarawat). Tanaman Pete

tumbuh baik pada plot C dapat dilihat pada tabel 4.9. menunjukan

bahwa persen hidup tanaman mete yang hidup lebih tinggi pada plot C

(40)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Tabel 4.9. Tinggi dan Diameter Batang Tanaman Pete

Perlakuan

Ø : Diameter Batang Tanaman

Sumber : Pengukuran langsung BPK Solo

6. Data Tutupan Lahan

Hasil pengamatan tutupan lahan pada plot erosi ditunjukan

pada tabel 4.10. Tutupan lahan berguna untuk mengurangi limpasan

permukaan dan erosi. Tutupan lahan yang paling banyak

tanamannnya adalah pada plot A2 (tanaman jati, mangga, dan jambu

mete dengan teras gulud) dan B2 (tanaman jati, mangga, dan pete

dengan teras bangku terawat serta penguat teras rumput dan lamtoro)

sebesar 77.5 %. Tutupan lahan diperoleh dari selisih luasan plot

dengan besar tajuk tanaman dalam plot.

Tabel 4.10. Tutupan Lahan rata rata Setiap Bulan

Perlakuan % Tutupan

(41)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

B. PEMBAHASAN

1. Curah Hujan

Pengukuran curah hujan dilokasi penelitian dilakukan selama

4 bulan pada bulan Januari-April 2011. Hasil pengukuran curah

hujan total adalah 778 mm dengan 50 hari hujan, dengan curah hujan

tertinggi pada bulan Januari 299 mm dengan 19 hari hujan. Curah

Berdasarkan hasil analisis rancangan percobaan dengan

rancangan acak kelompok lengkap diperoleh data limpasan termasuk

dalam data normal dapat dilihat nilai P-value uji normalitas adalah

0.15 (P>0.05 normal). Berdasarkan hasil uji F diperoleh nilai P pada

blok dan perlakuan 0.098 dan 0.562 berarti berpengaruh tidak nyata

terhadap jumlah limpasan permukaan (P>0.05 berpengaruh tidak

nyata).

Berdasarkan tabel hasil analisis volume limpasan diperoleh

limpasan yang paling besar pada plot A1 (tanaman jati, mangga, dan

jambu mete dengan teras gulud) yaitu 89.88 mm/bln dan plot A2

(tanaman jati, mangga, dan jambu mete dengan teras gulud) yaitu

8.67 mm/bln. Keduanya sama dalam satu perlakuan namun pada

tempat yang berbeda diperoleh hasil yang sangat berbeda, adapun

(42)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

dikarenakan curah hujan yang besar, selain itu juga faktor lahan

yang diolah mengakibatkan tanah menjadi gembur sehingga air

meresap. Kerusakan pada plot erosi mempengaruhi besarnya

limpasan permukaan. Kerusakan plot erosi terjadi karena

kelongsoran lahan diatas plot sehingga merusak pembatas plot dan

air masuk dalam plot. Hal ini ditunjukan pada gambar 4.5.

Hasil limpasan permukaan juga disajikan pada gambar grafik

4.3, yang menunjukan bahwa limpasan tertinggi pada bulan Maret

dan curah hujan paling tinggi pada bulan Januari. Grafik limpasan

permukaan menunjukan bahwa curah hujan pada bulan sebelumnya

sudah membuat kondisi tanah jenuh air sehingga pada bulan maret

air hujan yang turun tidak lagi masuk dalam tanah tetapi melimpas

atau terjadi Run Off.

Gambar 4.5. Kerusakan Plot Erosi

3. Erosi

Berdasarkan data erosi, jumlah erosi yang paling besar

adalah 0.180 Ton/ha/bln pada plot C1 (tanaman jati, mangga, mete,

Seng pembatas plot

(43)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

dan pete dengan teras tak tarawat). Sedangkan erosi yang paling

kecil jumlahnya adalah 0.008 Ton/ha/bln pada plot A2 (tanaman jati,

mangga, jambu mete dengan teras gulud). Semua plot erosi bisa

digunakan sebagai pengendali erosi karena menurut PP No. 150

tahun 2000 tanah dengan tebal tanah antara 20-<50 cm nilai erosi

yang ditolerir 1-<3 ton/ha/th.

Teras pada penelitian ini bermanfaat untuk mengurangi

besarnya erosi terbukti pada perlakuan tanaman jati, mangga, jambu

mete dengan teras gulud menunjukan erosi yang paling rendah. Hal

ini menunjukan bahwa guludan mampu menahan erosi yang terbawa

oleh limpasan sehingga terendapkan pada bidang teras tersebut.

Berbeda dengan teras bangku yang menggunakan penguat tanaman

lamtoro dan rumput, air masih bisa mengalir melalui sela-sela

tanaman tersebut. Sehingga pada perlakuan ini menunjukann jumlah

erosi yang lebih dibanding pada perlakuan dengan teras gulud.

Berdasarkan hasil analisis rancangan percobaan dengan

rancangan acak kelompok lengkap diperoleh data sedimen termasuk

dalam data normal dapat dilihat nilai P-value uji normalitas adalah

0.15 (P>0.05 normal). Berdasarkan hasil uji F diperoleh nilai P pada

blok 0.012 berarti berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah erosi

(P<0.01 berpengaruh sangat nyata). Sedangkan nilai P pada

pelakuan 0.170 berarti berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah

erosi (P>0.05 berpengaruh tidak nyata).

4. Pertumbuhan Tanaman

Keberadaan tanaman sangat mempengaruhi terjadinya erosi.

Berdasarkan tabel pertumbuhan tanaman jati yang prosentase

kehidupannya paling bagus adalah pada plot A2 (jati,mangga,jambu

mete dengan teras gulud) dengan prosentase hidup 98.50% dan

(44)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

jati pada plot C2 (jati, mangga, jambu mete dan petai dengan teras

gulud tak terawat) dengan prosentase kehidupan 84.50%. Hal ini

dikarenakan oleh banyak faktor. Salah satu faktor adalah

dikarenakan lokasi penelitian pada lahan yang miring ditunjukan

pada tabel 4.1. memiliki lereng agak curam hingga curam, banyak

unsur hara yang leaching sebelum diserap tanaman sehingga

pertumbuhan kurang bagus. Diameter batang yang paling besar pada

plot A2 (jati, mangga, jambu mete dengan teras gulud) yaitu 6.43

cm, dan diameter batang yang paling kecil pada plot A1

(jati,mangga,jambu mete dengan teras gulud) yaitu 2.52 cm.

Pertumbuhan tanaman mangga berdasarkan tabel 4.7.

pertumbuhan tanaman mangga tanaman yang paling bagus persen

hidupnya pada plot C1 (jati, mangga, jambu mete dan pete dengan

teras gulud tak terawat) yaitu 85%, sedangkan persen hidup tanaman

mangga yang paling kecil adalah pada plot B2 dengan persen hidup

hanya 61.54%. Diameter batang yang paling besar terdapat pada plot

A2 (jati, mangga, jambu mete dengan teras gulud) yaitu 2.65 cm,

dan diameter batang yang paling kecil pada plot C1 (jati, mangga,

jambu mete dan pete dengan teras gulud tak terawat) yaitu 1.64 cm.

Plot erosi yang menggunakan model tanaman dengan

kombinasi tanaman Jati, Mangga dan Mete adalah pada plot A dan

Plot C (jati, mangga, jambu mete dan pete dengan teras gulud tak

terawat). Hasil persen hidup yang paling besar pada plot C1 (jati,

mangga, jambu mete dan pete dengan teras gulud tak terawat) yaitu

60% dan yang paling kecil adalah pada Plot A1 (jati, mangga, jambu

mete dengan teras gulud) hanya 42.86%. Diameter batang yang

paling besar terdapat pada plot A2 (jati, mangga, jambu mete dengan

teras gulud) yaitu 3.69 cm dan diameter batang yang paling kecil

terdapat pada plot C1(jati, mangga, jambu mete dan pete dengan

(45)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Pada tabel 4.9. pertumbuhan tanaman pete yang besar persen

hidupnya adalah pada plot C1 (tanaman jati, mangga, jambu mete

dan pete dengan teras gulud tak tarawat) yaitu 80.00% dan yang

paling kecil pada plot B2 (Jati, mangga, petai, teras bangku dengan

penguat teras rumput dan lamtoro) hanya 45%. Diameter batang

yang paling besar pada plot B1 (Jati, mangga, pete, teras bangku

dengan penguat teras rumput dan lamtoro) dengan diameter 3.81 cm,

dan diameter batang yang paling kecil C1 (tanaman jati, mangga,

jambu mete dan pete dengan teras gulud tak tarawat) yaitu 1.54 cm.

5. Tutupan Lahan

Berdasarkan tabel 4.10. tutupan lahan pada plot erosi

menunjukan pada plot C1(tanaman jati, mangga, jambu mete dan

pete dengan teras gulud tak tarawat) paling sedikit tutupan lahannya

sebesar 55%. Hal ini mempengaruhi jumlah erosi ditunjukan pada

plot 4.5. pada plot C1 diperoleh besarnya erosi paling besar 0.180

ton/ha/bln. Tutupan lahan yang paling besar pada plot A2 (jati,

mangga, jambu mete dengan teras gulud) dan B2 (Jati, mangga,

pete, teras bangku dengan penguat teras rumput dan lamtoro) sebesar

77.5%. Hasil erosi terkecil adalah dari A2 (jati, mangga, jambu mete

dengan teras gulud) kemudian B2 (Jati, mangga, pete, teras bangku

dengan penguat teras rumput dan lamtoro) yaitu 0.008 ton/ha/bln

dan 0.011 ton/ha/bln. Hal ini menunjukan bahwa tutupan lahan

mempengaruhi besarnya erosi. Tutupan lahan besar erosi kecil dan

(46)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Pada kombinasi tanaman jati, mangga, jambu mete dengan teras gulud bisa

mengurangi besarnya limpasan bila tidak terjadi kerusakan teras. Hasil

analisis menunjukan limpasan permukaan paling besar sebesar 89.88

mm/bln dan paling kecil 8.67 mm/bln dengan rata-rata curah hujan tiap

bulan 195 mm/bln.

2. Semua perlakuan bisa dijadikan sebagai pengendali erosi. Erosi yang

ditolerir pada tanah dengan tebal tanah 20-<50 cm menurut PP No. 150

tahun 2000 sebesar 1-<3 ton/ha/th sedangkan hasil pengamatan paling

besar adalah 0.180 ton/ha/bln pada kombinasi tanaman jati, mangga,

jambu mete dan petai dengan teras gulud tak terawat.

3. Tutupan lahan mempengaruhi besarnya erosi, tutupan lahan paling lebat

sebesar 77.5% diperoleh nilai erosi paling rendah 0.008 ton/ha/bln.

Tutupan lahan yang kurang lebat sebesar 55% diperoleh nilai erosi paling

besar sebesar 0.180 ton/ha/bln.

B. SARAN

Data penelitian ini terbatas hanya 4 bulan, maka perlu adanya

penelitian lebih lanjut tentang pengkajian erosi selama setahun atau lebih

Gambar

Gambar 4.1. Lokasi Penelitian ...........................................................................
tabel 4.2. dapat diketahui bahwa rerata jumlah hujan tahunan didaerah
Gambar. 4.1. Lokasi penelitian (di bukit kendeng desa Dungwot  Kecamatan Nguntoronadi Kabupaten Wonogiri
Tabel 4.2. Data Curah Hujan di desa Gobeh 15 Tahun Terakhir (mm/bln)
+7

Referensi

Dokumen terkait

pencapaian terkini karya terdahulu yang menyumbang kepada jurang kajian, dan 5) sumbangan yang hendak dilakukan. Penjelasan bab dimulakan dengan penerangan ringkas

Smith (1997) telah menyarankan tiga langkah asas yang boleh diambil oleh sesiapa yang ingin melakukan reformasi terhadap hak pihak ketiga. Pertama, bezakan hak-hak mereka

1) Siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok. 2) Guru menyampaikan materi pembelajaran. 3) Siswa diberi kesempatan membaca dan mempelajari materi tersebut. 4) Siswa diberi

Hasil analisis data menunjukan bahwa program wajar dikdas dilihat dari dimensi konteks mempunyai kesiapan yang tinggi dengan tingkat keterpenuhan/kesesuaian diatas 80% baik

Hal yang paling terpenting adalah kemampuan untuk meningkatkan jaringan baru BTS di Jawa Tengah, Sulampapua (Pulau Sulawesi, Pulau Maluku dan Pulau Papua) dan

Instrumen pengumpul data dalam penelitian pengembangan ini menggunakan teknik non tes angket.Purwoko dan Titin (2007:26) angket atau kuisioner adalah metode

Apabila seorang sertifikan memilih untuk melakukan sertifikasi ulang melalui CERP pada jangka waktu lima tahun, persyaratan IBLCE adalah anda harus mengumpulkan 75 CERP, yang mana 50

Beban kognitif intrinsic yang muncul dalam belajar geometri berhubungan dengan kesulitan siswa dalam membayangkan kedudukan titik, garis, dan bidang dalam bangun