• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN TES FISIKA SMA KELAS X SEMESTER GANJIL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGEMBANGAN TES FISIKA SMA KELAS X SEMESTER GANJIL"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN TES FISIKA SMA KELAS X

SEMESTER GANJIL

Skripsi

Oleh:

Wulan Yunita

K2307054

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertand a tangan di bawah ini

Nama : Wulan Yunita

NIM : K2307054

Jurusan/Program Studi : P.MIPA/P.Fisika

Menyatakan bahwa Skripsi saya berjudu l “PENGEMBANGAN TES FISIKA SMA KELAS X SEMESTER GANJIL” ini b enar-benar merupakan hasil kar ya saya sendiri. Selain itu sumber informasi yang d ikutip dari p enulis lain telah disebutkan dalam teks d an tela h dicantu mka n dalam daftar pu staka.

Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Skripsi ini hasil jip lakan, saya bersedia menerima sanksi atas p erbuatan saya.

Surakarta, 11 November 2012 Yang menbuat pernyataan

(3)

iii

PENGEMBANGAN TES FISIKA SMA KELAS X

SEMESTER GANJIL

Oleh:

Wulan Yunita

K2307054

Skripsi

Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Guna Mendapatkan Gelar

Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(4)

iv

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah d isetuju i untuk dipertahankan d i hadapan Tim Penguji Skripsi Pro gram Studi Pendid ikan Fisika Ju rusan Pendidikan Matematika d an Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Su rakarta.

Hari : Selasa

Tanggal : 4 Desember 2012

Persetujuan Pembimbing

(5)

v

PENGESAHAN

Skrip si ini telah dip ertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Pro gram Studi Fisika Jurusan P.MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pend idika n Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan d iterima u ntuk memenuhi persyaratan guna mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Hari : Rabu

Tanggal : 19 Desember 2012

Tim Penguji Skripsi

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Dyah Fitriana Masithoh, M.Sc

Sekretaris : Dra. Rini Budiharti, M.Pd

Anggota I : Dr. Sarwanto, S.Pd, M.Si

Anggota II : Elvin Yusliana Ekawati, S.Pd, M.Pd

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pend idikan Universitas Seb elas Maret

Dekan

(6)

vi

ABSTRAK

Wulan Yunita. K2307054. PENGEM BANGAN TES FISIKA SM A KELAS X SEMESTER GANJIL. Skripsi. Su rakarta: Fakultas Keguru an d an Ilmu Pendidikan. Universitas Seb elas Maret Surakarta. Oktob er 2012 .

Penelitian ini b ertujuan untu k mengembangkan tes Fisika dan menganalisis hasil pengembangan tes F isika SM A kelas X semester ganjil. Pengembangan pada penelitian ini menggu nakan model 4D yaitu define, design,

develop dan dissemin ate. Namu n pada penelitian ini pengembangan hanya

dilakukan hingga tahap develop. Subjek coba dalam penelitian yaitu siswa kelas XE dan XF SM A Negeri 1 Kartasura Tahun Pelajaran 2011/2012. W aktu penelitian adalah Ju li sampai Desember 2011 bertempat d i SM A Negeri 1 Kartasura. Data yang dihimp un berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data dikumpulkan melalui wawancara, lembar penelaahan item tes dan tes kognitif siswa. Teknik analisis data menggunakan telaah kualitatif dan kuantitatif. Telaa h kualitatif berupa exp ert judgmen t. Telaah kuantitatif yaitu dengan menghitung reliab ilitas, daya pembed a, taraf kesukaran dan efektivitas p engecoh item tes.

Berdasarkan hasil analisis data penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan: 1) Pengembangan tes pilihan ganda menggu nakan mo del 4D

kecil; c) uji cob a kelompok besar. 2) Produk akhir berupa tes sumatif Fisika kelas X SMA semester ganjil berbentuk tes objektif pilihan ganda denga n lima pilihan jawaban. Materi tes meliputi Besaran dan Satu an, Vektor, Gerak Lu rus, Gerak yaitu p engembangan item tes dilakukan berdasarkan teori tes klasik sehingga hasiln ya tergantung karakteristik peserta tes.

(7)

vii

ABSTRACT

Wulan Yunita. K2307054. THE PHYSICS TEST DEVELOPMENT OF FIRST SEMESTER OF THE TENTH GRADE SENIOR HIGH SCHOOL. Thesis. Surakarta: Teacher Training and Edu cation Faculty. Sebelas Maret University. 2012 October. Decemb er 2011, taking place in SM A Negeri 1 Kartasura. The data are o rganized as qualitative and qu antitative data. The data are co llected from interview, qualitative analysis sheet and student’s co gnitive worksheets. The technique of data analysis are using qualitative and quantitative analysis. The qualitative analysis organized as expert judg ment. The quantitative analysis by calcu lating the reliab ility index, d iscrimination index, level o f d ifficulty and distracters efectivity. Based on the data research analysis and discu ssion results, it can be summative test which consist of 50 items. The p arameter of summative test are: 1) reliab ility index 0,88 ; 2) 48 items are medium and 2 items are difficult; 3) 50 items have go od discrimination index; 4) 50 items have go od distracters. The excess o f research are the easy understand ing test, the stem unequivocal and there is only one key. The weakness of research is the test item depends on testee’s character since the research using classic test theo ry.

(8)

viii

MOTTO

Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemu dahan, maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (u ntuk urusan yang lain), dan hanya kepada Tuhanmula h engkau berharap (QS. Al-Insyiroh: 6 -8).

(9)

ix

PERSEMBAHAN

Skrip si ini khusu s dipersembahkan kepada:

Bapak dan Ibu tercinta, terima kasih atas doa dan dukungannya.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SW T yang telah memberikan rahmat, tau fik dan hid ayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.

Pen yusunan Skripsi ini dap at diselesaikan berkat bantuan dan b imbingan dari b erbagai p ihak. Oleh karena itu , p enulis mengucapkan terima kasih kepad a : 1. Bapak Prof. Dr. H.M. Furqon Hidayatu llah, M.Pd. Selaku Dekan Fakultas

Kegu ruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas M aret Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian.

2. Bapak Sukarmin, S.Pd, Ph.D. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Kegu ruan dan Ilmu Pendid ikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Bapak Drs. Supurwo ko, M.Si. Selaku Ketua Program Stud i Pendid ikan Fisika

Ju rusan Pend idikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakulta s Kegu ruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Ibu Dra. Rini Budiharti, M.Pd. Selaku Koord inato r Skripsi Program Studi Pendid ikan Fisika Universitas Seb elas Maret Surakarta.

5. Bapak Dr. Sarwanto, S.Pd, M.Si. Selaku Pembimbing I atas kesabaran dalam memberikan bimb ingan, pengarahan dan dorongan yang luar biasa sehingga Skrip si ini dap at terselesaikan.

6. Ibu Elvin Yusliana Ekawati, S.Pd, M .Pd. Selaku Pemb imbing II atas kesabaran d alam memb erikan bimbingan, pengarahan d an dorongan yang lu ar biasa sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan.

7. Bapak Drs. Widodo , MM. Selaku Kepala Seko lah SMA Negeri 1 Kartasu ra yang telah mengizinkan penu lis u ntuk mengadakan penelitian.

8. Bapak Hari Suprianto , S.Pd, M.Eng. Selaku guru mata pelajaran Fisika SM A Negeri 1 Kartasura yang telah memberikan waktu mengajar kepad a penulis untu k mengadakan penelitian.

(11)

xi

10.Bapak dan Ibu serta kelu arga d i rumah yang senantiasa mendoakan dan mendukung.

11.Sahab at-sahab at terbaikku yang selalu bersama dan menyemangatiku.

12.Teman-teman P. Fisika yang selalu menduku ng d alam doa dan memb antu dalam menyelesaikan Skripsi ini.

13.Semua pihak yang tidak dapat penu lis sebutkan satu p ersatu yang telah membantu sehingga p enu lis dap at menyelesaikan Skrip si ini.

Akhirn ya penulis berharap semoga Skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan dunia pendidikan dan ilmu p engetahuan.

Surakarta, November 2012

(12)

xii F. Sp esifikasi Produ k yang Dikembangkan... G. Manfaat Penelitian... H. Asumsi d an Keterb atasan Pengembangan...

(13)
(14)

xiv

Kategori Hasil Analisis Ku alitatif Item Tes Buatan Guru... Jumlah Indikator Tes Tiap Kompetensi Dasar...… …… . Kategori Hasil Telaah Kualitatif Paket Soal Besaran dan Satu an...…... Kategori Hasil Telaah Kualitatif Paket S oal Vekto r...… ... Kategori Hasil Telaah Kualitatif Paket S oal Gerak Lu rus... Kategori Hasil Telaah Kualitatif Paket S oal Gerak Melingkar... Kategori Hasil Telaah Kualitatif Paket S oal Dinam ika Gerak... Hasil Analisis Uji Kelompok Kecil Paket So al Besaran dan Satu an... …… …… …… ……… …… ……… …… ……… …… .... Hasil Analisis Uji Kelompok Kecil P aket So al Vektor… …….... Hasil Analisis Uji Kelo mpok Kecil Paket So al Gerak Kategori Hasil Analisis Taraf Kesukaran Paket Soal Besaran dan Satu an... Kategori Hasil Analisis Daya Pemb eda Paket So al Besaran dan Satu an... Kategori Hasil Analisis Efe ktivitas Pengecoh Paket Soal Besaran dan Satuan... Kategori Hasil Analisis Taraf Kesukaran Paket Soal Vekto r... Kategori Hasil Analisis Da ya P embeda Paket Soal Vekto r... Kategori Hasil Analisis Efektivitas Pengecoh Paket Soal Vektor.. Kategori Hasil Analisis Taraf Kesukaran Paket Soal Gerak

(15)
(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gambar 3.1

Skema Kerangka Berpikir…… …… …… …… …… …… …… Skema Desain Uji Coba Pengembangan Tes...

(17)

xvii Lembar Telaah Kualitatif Paket So al Vekto r...……… ... Lembar Telaah Kualitatif Paket So al Gerak Lurus…… ... Lembar Telaah Kualitatif Paket So al Gerak Melingkar... Lembar Telaah Kualitatif Paket So al Dinamika Gerak... Revisi Uji Ahli...… …... Revisi Uji Coba Kelo mpok Kecil…… …… ... Kisi-Kisi Item Tes Fisika Paket So al Besaran dan Satuan.. Lembar Soal Uji Coba Kelompo k Besar Paket Soal Besaran dan Satuan… ……… …… …… …… ……… …… . Kunci Jawaban Paket So al Besaran dan Satuan... Kisi-Kisi Item Tes Fisika Paket So al Vekto r……… …… .. Lembar Soal Uji Coba Kelompo k Besar Paket Soal Vektor… …… …… …… ……… …… …… …… …… …….. Kunci Jawaban Paket So al Vektor... Kisi-Kisi Item Tes Fisika Paket So al Gerak Lu rus…… …. Lembar Soal Uji Coba Kelompok Besar Paket Soal Gerak Lurus…… …… …… …… …… ……… …… …… ……… ... Kunci Jawaban Paket So al Gerak Lurus... Kisi-Kisi Item Tes Fisika Paket So al Gerak Melingkar….. Lembar Soal Uji Coba Kelompok Besar Paket Soal Gerak Melingkar…… …… …… …… …… ……… …… …… …… Kunci Jawaban Paket So al Gerak Melingkar...

(18)

xviii

Kisi-Kisi Item Tes Fisika Paket So al Dinamika Gerak…... Lembar Soal Uji Coba Kelompo k Besar Paket Soal Dinamika Gerak…… …… …… …… …… ……… … …… .. Kunci Jawaban Paket So al Dinam ika Gerak... Kisi-Kisi Item Tes Fisika Paket Soal Ujian Akhir Semester…… …… …… …… …… ……… …… …… …… .. Lembar Soal Uji Coba Kelompok Besar Paket S oal Ujian Akhir Semester..…… …… …… …… …… ………… …… .. Kunci Jawaban Paket Soal Ujian Akhir Semester... Analisis Reliabilitas, Taraf Kesukaran dan Daya P embeda Paket Soal Besaran dan Satuan... Analisis Distribusi Jawaban Paket Soal Besaran dan Satuan... Analisis Reliabilitas, Taraf Kesukaran dan Daya P embeda Paket Soal Vektor... ... Analisis Distribusi Jawab an Paket Soal Vektor... Analisis Reliabilitas, Taraf Kesukaran dan Daya P embeda Paket Gerak Lu rus... Analisis Distribusi Jawab an Paket Soal Gerak Lurus... Analisis Reliabilitas, Taraf Kesukaran dan Daya P embeda Paket Soal Gerak Melingkar...

Analisis Distribusi Jawab an Paket Soal Gerak Melingkar.. Analisis Reliabilitas, Taraf Kesukaran dan Daya P embeda Paket Soal Dinam ika Gerak...

(19)
(20)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara yang mem iliki keragama n budaya, latar belakang dan karakteristik peserta didik. Ole h karena itu , proses pemb elajaran untuk setiap mata pelajaran harus fleksibel, bervariasi, dan memenuhi standar. Salah satu standar yang harus dikembangkan dalam pendid ikan adalah standar proses sep erti diatur dalam Permendiknas No. 41 Tahu n 2007. Standar proses mencakup perencanaan proses pembelajaran, p elaksanaan proses pembelajaran, penilaia n hasil p emb elajaran, dan pengawasan pro ses p emb elajaran untu k terlaksananya proses p emb elajaran yang efektif dan efisien. Berdasarkan Permendiknas No.41 Tahun 2007 penilaian merupakan bagian tak terpisahkan dalam pembelajaran.

Penilaian d ilakukan oleh pendidik terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik. Penilaian digunakan pula seb agai bahan penyu su nan laporan kema ju an hasil belajar dan memp erb aiki pro ses pembelajaran. Oleh karena itu , penilaian hasil belajar haruslah dilaku kan secara konsisten, sistematik, dan terprogram. Untuk mencap ai tujuan tersebut dibutuhkan suatu alat evaluasi yang dapat mempermudah p enilaian. Evaluasi dapat dilaku kan dengan du a cara yaitu tes dan non tes. Tes merupakan salah satu alat evaluasi yang umum digunakan dan hampir semu a evaluasi menggu nakan tes. Mulai dari ujian sekolah hingga ujian masuk p erguruan tinggi menggunakan tes dalam penilaiannya. Dengan demikian p eranan tes d alam p enilaian sangatlah penting.

(21)

kelebihan dan kekurangan masing-masing. Tes pilihan gand a misalnya coco k digunakan apabila materi tes yang diu jikan banyak dengan alokasi waktu pengerjaan yang semp it.

Tes sebagai alat e valuasi haruslah mem iliki parameter item tes yang teruji sehingga keterand alannya tidak diragukan lagi. Tes yang baik adalah tes yang mampu mengungkapkan kemampu an peserta tes yang sebenarnya. Ole h karena itu, perlu adanya pengembangan tes demi mencapai parameter yang dikehend aki. Parameter item tes dapat d iketahui melalui telaah item tes baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Telaah ku alitatif merupakan telaah item tes yang dilakukan oleh para pakar. Hasil dari telaah kualitatif b erupa judgment berdasarkan pengetahuan dan pengalaman dari pakar. Sedangkan telaah kuantitatif merupakan telaah terhadap d ata empiris hasil uji coba kepada sejumlah peserta tes. Telaah kuantitatif melip uti reliabilitas, daya pemb eda, taraf kesukaran, dan efektivitas p engecoh. Dengan adanya kedua penelaahan tersebu t akan diperoleh data berupa judgment dan angka yang menunjukkan baik buruknya item tes. Sayangnya tahap penelaahan ini seringkali terabaikan, sehingga parameter item tesnya b elum diketahui.

Hasil wawancara denga n tiga guru Fisika dari b eb erap a sekolah di Wilayah eks-Karesid enan Surakarta menunjukkan ketiga nara su mber tersebut tid ak melakukan telaah item tes yang dibuatnya. Secara teori ketiga guru tersebut mengetahui perlu nya suatu telaah untuk mengetahui keterandalan item tes. Namu n beban kerja yang tinggi dan penuhnya waktu mengajar menyebabkan pendid ik tid ak memiliki waktu luang untu k melaku kan telaah. Selain itu , pendidik ditu ntut membu at item tes baru tiap semester u ntuk mencegah kebocoran soal. Item tes yang pernah digu nakan memiliki kemungkinan kecil untuk diujikan kembali. Hal inilah yang kemudian menyebabkan kurangnya motivasi pendidik untuk mengembangkan tes.

(22)

3

yang sering terjadi. Namun terkadang masih ditemukan item tes yang salah konsep maupun tidak memiliki ku nci jawaban. Selain itu, p endidik juga mempu nyai kecend eru ngan membu at item tes yang terlalu mudah, terlalu sulit, dominan mudah, atau dominan sulit. Inayatur Rofiqo h (2011: 1) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa 1 00% item tes ujian mad rasah Fisika kelas XII M A Negeri Kendal Tahu n Pelajaran 2010 /2011 tergolong mudah. Item tes yang do minan mudah seperti itu tentu saja tidak ideal karena kemampuan peserta tes yang seb enarnya tidak terlihat. Fakta ini tentu saja memprihatinkan b agi d unia pendidikan mengingat p entingnya tes b agi evalu asi hasil belajar.

Apabila item tes yang cacat terlanjur dipakai dalam u jian, maka salah satu cara ya ng dap at d ilakukan ya itu dengan meralat item tes tersebut. Jika ralat dilakukan saat tes berlangsung ma ka akan menga nggu konsentrasi p eserta tes, terutama apabila peserta tes merupakan siswa baru seperti siswa kelas X SM A yang masih menyesuaikan d iri dengan lingkungan sekolah. Pengawas juga akan disib ukkan mengkond isikan peserta sehingga mengganggu konsentrasinya dalam pengawasan. Situasi seperti ini tentunya menyebabkan pelaksanaan ujian menjadi kurang nyaman. Selain itu, keadaan ini memp erbesar kemungkinan timbulnya kecurangan saat tes be rlangsung.

Pengembangan tes merupakan salah satu solusi dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas tes. Dengan ad anya pengembanga n maka ku alitas tes akan meningkat dan semakin tinggi pula kualitas pendidikan. Ole h karena itu, pendidik seb agai p elaksana pendidikan harus berperan aktif dalam mengembangkan tes. Karena pada dasarnya pendidiklah yang bertanggungjawab dalam p elaksanaan proses pengembangan. Pendidik ju ga b erperan dalam mendo kumentasikan hasil pengemb angannya. Tes yang terdokumentasi d engan baik akan memud ahka n dalam penggunaan kemb ali tes tersebut.

(23)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan dapat diidentifikasi b eb erapa masalah sebagai b erikut:

1. Ditemukannya item tes yang salah eja, gambar kurang jelas dan tidak memiliki kunci jawaban men yebabkan pelaksanaan tes menjadi kurang efisien.

2. Tidak semua pendid ik menelaah tiap item tes yang dibu atnya sehingga belu m diketahui keterandalan soal tersebut. Item tes seperti ini m asih diragu kan keakuratann ya d alam mengukur tujuan pembelajaran.

3. Penuhnya waktu mengajar dan tuntutan untuk selalu membuat item tes baru mengakibatkan kurang termotivasin ya pendid ik dalam mengembangkan item tes secara maksimal.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka p erlu d iadakan pembatasan masalah agar dalam penelitian ini lebih efektif dan efisien serta terarah, maka masalah yang d iteliti dibatasi seb agai berikut:

1. Pen yusunan item tes berb entuk p ilihan ganda dengan lima pilihan jawaban. 2. Item tes yang dikembangkan merup akan item tes kelas X Sekolah M enengah

Atas semester ganjil mata pelajaran Fisika.

3. Item tes yang dikembangkan han ya mencakup ranah kognitif.

D. Perumusan Masalah

Sesuai d engan identifikasi masalah dan pemb atasan masalah yang telah dikemukakan, maka dapat diru muskan masalah sebagai b eriku t :

1. Bagaimana prosedur mengembangkan tes Fisika SMA kelas X semester ganjil pada penelitian ini?

(24)

5

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan p erumusan dan p embatasan masalah yang telah dikemukakan di depan, tujuan yang ingin dicap ai dalam penelitian ini adalah: 1. M engembangkan tes Fisika SM A kelas X semester ganjil dengan prosedur

yang sesuai standar.

2. M enganalisis produ k akhir tes Fisika SM A kelas X semester ganjil.

E. Spesifikasi Produk Yang Dikembangkan

Penelitian ini mengembangkan produ k berupa item tes yang digunakan untuk evaluasi akhir semester ganjil kelas X SM A. Produ k yang d ikembangkan berupa tes sumatif berbentuk tes objektif pilihan ganda dengan lima pilihan jawaban. Item tes terdiri atas kalimat pokok yang berupa pernyataan yang b elum le ngkap diikuti oleh lima alternatif jawaban yang dapat melengkap i pernyataan tersebut. Materi yang diu jikan terdiri dari lima materi pokok yaitu satuan dan besaran, vektor, gerak lurus, gerak melingkar dan dinamika gerak. Kemudian item tes dari kelima materi pokok tersebu t disusu n menjadi satu paket soal latihan ujia n akhir semester ganjil kelas X SMA.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. M enghasilkan perangkat instru men tes yang baik, khusu snya tes Fisika SM A kelas X semester ganjil.

2. M emberikan informasi dalam pengemb angan tes Fisika hingga menghasilkan tes yang mampu menguku r ketercapaian tujuan pembelajaran.

(25)

G. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan

(26)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Hakikat Belajar dan Hasil Belajar

Manusia merupakan makhluk peb elajar di mana sepanjang hid up nya manusia akan selalu belajar. Belajar bukan hanya terjadi di seko lah karena belajar mencakup pula aspek-asp ek kehidup an manusia lainnya. Istilah belajar sendiri merupakan usaha sadar manusia dengan tujuan tertentu melaku kan interaksi dengan lingkungan sehingga menyebabkan adanya perubahan tingkah laku pada manusia terseb ut. Dapat dikatakan manusia akan selalu belajar seiring pertumbuhannya.

(27)

Gagne memb agi belajar menjadi tiga komponen penting, yaitu kondisi eksternal, ko ndisi internal dan hasil belajar. Kondisi eksternal tercemin p ada kondisi dari lingkungan belajar. Kondisi internal menggambarkan keadaan internal dan pro ses kognitif siswa. Sedangkan hasil b elajar menggambarkan info rmasi verbal, keterampilan intelek, keterampilan p siko motorik, sikap dan siasat kognitif. Ketiga komponen belajar tersebut saling terkait satu sama lain, di mana kondisi internal belajar berinteraksi dengan kondisi eksternal belajar dan interaksi keduanya tampak pada hasil belajar (Su listyorini, 2009: 13 ).

Oemar Hamalik (2 003: 30) menyatakan, ”Bukti b ahwa seseo rang telah belajar ialah terjadinya p erubahan tingkah la ku pada orang tersebut, misalnya dari tid ak tahu menjadi tahu dan d ari tidak mengerti menjadi mengerti”. Sehingga dapat dikatakan salah satu ciri b elajar adalah timbulnya perubahan tingkah laku. Tingkah la ku yang d imaksud merupakan suatu hal yang ko mp leks dan tidak berdiri sendiri. Tingkah laku manusia terdiri d ari b eberap a aspek d i mana hasil belajar tampak pada perubahan aspek-aspek tersebut. Oemar Hamalik (2003: 30) menyebutkan aspek-aspek tingkah laku meliputi, ”(1) pengetahuan; (2) pengertian; (3) kebiasaan; (4) keterampilan; (5) apresiasi; (6) emosional; (7) hubungan sosial; (8) jasmani; (9) etis atau budi pekerti; dan (10) sikap”.

Perubahan tingkah laku erat kaitannya dengan perilaku kejiwaan manusia. Untuk mempermud ah memaham i perilaku kejiwaan manusia, maka dip erlukan adanya su atu pengelompokan yang diseb ut taksonomi. Takso nomi berasal dari bahasa Yunani tassein yang berarti mengklasifikasi dan nomos yang berarti aturan. Dalam dunia p endidikan terdapat beberapa jenis taksonomi, diantaranya yaitu taksono mi Guilford , takso nomi Bloom, dan takso nomi Kopfer.

(28)

9

diharuskan mencaku p ketiga ranah tersebut meski denga n penekanan yang berbeda (M imin Har yati, 2007: 22).

Purwanto (2009 : 50) menyatakan, ”Hasil b elajar kognitif bukanlah suatu kemampuan tunggal”. Pada umumnya ranah kognitif memiliki beberapa jenjang atau tingkatan. Anderson d an Krathwohl (2001: 66) membagi ranah kognitif menjadi enam tingkatan yaitu mengingat (rememb er), memahami (understand), menerapkan (app ly), menganalisis (analyze), menilai (evaluate), dan menciptakan (create). Takso nomi Anderson-Krathwohl merupakan p erbaikan dari taksono mi Bloom. Perbaikan yang dilakukan ad alah mengubah taksono mi Bloo m d ari kata benda (noun) menjad i kata kerja (verb). Selain itu juga dilakukan pergeseran urutan taksonomi yang semula merupakan pro ses berp ikir tingkat rendah (low order thin king) menjadi proses berpikir tingkat tinggi (high order thinking).

Perbaikan taksonomi Blo om ini didasari oleh p endapat Anderson dan Krathwohl (2001 : 63) sebagai berikut:

Two of the most impo rtant educational goals are to promote retention and to promote transfer (wh ich when it o ccurs, ind icates meaningful lea rning ). Retention is the ab ility to rememb er material at some la ter time in much the same way as it was presented du ring instru ction . Transfer is ability to u se what was lea rned to so lve n ew problems, to answer new questions or to facilitate learn ing new subject matter.

Anderson dan Krathwohl (2001 : 66) menyimp ulkan, ”One most closely rela ted to retention (Remember) and the other five increasingly rela ted to tran sfer

(Understand, Apply, Analyze, Evalute and Create)”. Berdasarkan tu juan

pendidikan yang d iungkapkan oleh Anderso n dan Krathwohl, tingkatan mengingat berkaitan erat dengan reten tion, sedangkan tingkatan memahami, menerapkan, menganalisis, menilai dan mencip takan berhubu ngan dengan tran sfer.

(29)

objektif atau u raian beb as; (5) jawaban atau isian singkat; (6) menjodohkan; (7) portofo lio; dan (8) performansi”.

Djemari Mardapi (2008: 101) menyatakan, ”Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti p erasaan, minat, sikap, emosi atau nilai”. Ranah kognitif dan afektif memiliki keterkaitan yang erat. Apab ila ditelusuri pada semua tujuan kognitif maka di dalamnya pasti terd apat komponen a fektif. M isalnya, dalam pembelajaran sains terdapat komponen sikap ilmiah yang merupakan kompo nen ranah afektif.

Krathwohl memb agi tahapan ranah afektif menjadi lima yaitu receiving, responding, valuing, organization , dan cha racterization. Receiving atau disebut juga attending merupakan tahap di mana peserta didik memiliki keinginan untuk memperhatikan suatu stimulus atau fenomena. Responding merup akan tahap di mana peserta did ik ikut berpartisipasi a ktif, bereaksi dan memberikan respon seb agai bagian dari perilakunya. Valuing merupakan tahap di mana hasil belajar telah konsisten dan stabil agar nilai d ikenal secara jelas d engan b erbasis pada internalisasi seperangkat nilai yang spesifik. Org an ization merupakan tahapan di mana nilai yang satu dikaitkan dengan nilai yang lain sehingga terb angun konseptualisasi nila i atau sistem nilai. Ch aracterization merup akan tahap di mana peserta didik telah mem iliki sistem nilai yang a kan m engendalikan perilakunya berkaitan dengan perso nal, emosi dan sosial (Djemari Mardapi, 2008: 104 ).

Secara umum ranah psikomotorik berkaitan dengan gerak. Anas Sud ijono (2008 : 57) menyatakan, ”Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan d engan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman b elajar tertentu ”. Hasil b elajar ranah psikomotorik sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif d an afektif. Sax dalam Djemari Mardapi (2008: 100 ) mengelompokkan ranah psikomo torik dalam lima tahapan yaitu gerakan reflek, gerakan dasar, kemamp uan perseptu al, kemampuan fisik, gerakan terampil dan ko mu nikasi nond isku rsip.

(30)

11

antara kemampuan kognitif dan moto rik. Kemampuan fisik adalah kemampuan tubuh untuk menduku ng gerakan yang p aling terampil. Gerakan terampil adalah gerakan yang harus dipelajari secara sistematik melalui langkah-la ngkah tertentu sehingga menghasilkan produ k yang op timal dan tersimpan lama. Komunikasi nondiskurpsi adalah kemampu an b erkomunikasi menggu nakan geraka n yang mencakup gerakan lidah, p enempatan lidah, d an tekanan suara sehingga dihasilkan pengucapan berbagai kata dengan benar (Djemari M ard api, 2008 : 100).

Pengetahuan tentang ranah perilaku kejiwaan dip erlukan dalam pengemb angan alat ukur kemampuan peserta didik. M isalnya, dalam ranah kognitif khusu snya mata pelajaran Fisika banyak diju mpai item tes yang ha nya menuntut kemampuan kognitif mengingat dan memeca hkan masalah secara matematis. Item tes demikian tentunya tid ak efektif d alam mengu kur pemahaman konseptual dan kemampuan berpikir peserta didik. Perlu adanya penekanan item tes yang bersifat analitis yang tidak hanya mengandalkan hafalan (I Komang Werdhiana, 2008 : 2). Oleh karena itu , pendidik harus memaham i ranah kejiwaan peserta didik seb elum membu at alat ukur yang dibutuhkan. Pemahaman tentang ranah yang ingin diukur akan menentukan tepat atau tid aknya alat u kur yang dikembangkan sehingga hasil pengukuran akurat.

2. Hakikat Pengukuran, Asesmen dan Evaluasi

Pengu kuran, asesmen dan evaluasi merup akan suatu p roses yang berkesinambu ngan. Griffin dan Nick menyatakan, ”Pengu kuran, asesmen dan evaluasi merupakan suatu hirarki” (Djem ari M ardapi, 2008: 1). Pengukuran merupakan kegiatan membandingkan hasil p engamatan dengan kriteria, asesmen ad alah kegiatan menjelaskan dan menafsirkan hasil p engu kuran, sedangkan evaluasi adalah kegiatan penetapan nilai suatu perilaku. Keadaan hirarki ini menunjukkan bahwa pengukuran dan asesmen memiliki andil dalam evaluasi (Djemari M ardap i, 2008: 1).

a. Hakikat Pengukuran

(31)

memperoleh d eskripsi numerik dari suatu tingkatan d i mana seorang peserta didik telah mencapai karakteristik tertentu ” (M imin Haryati, 2007 : 16). Airasian dan Russel (2008: 9) mendefinisikan, ”Measu rement is the process of quantifying or assigning a nu mber to a performance or tra it”. Sedangkan

Cangelosi (1990: 21) mengartikan, ”Pengukuran adalah proses pengu mpulan data melalu i pengamatan emp iris”. Linn dan Groundlund (2000: 31) menyatakan bahwa, ”Measu rement is the assgning o f numbers to the results of a test or other type of essessment according to sp ecific rule”. Angka-angka

pada pengukuran hasil tes diperoleh berd asarkan aturan yang spesifik. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan pengukuran meru pakan proses pemberian angka pada suatu objek berd asarkan data pengamatan empiris dengan memperhatikan aturan yang spesifik.

Pada dasarnya pengu kuran berkaitan erat dengan proses penentuan nilai ku antitatif. Noll (1965: 7) mengatakan, ”Sin ce measuremen t is quantitative process, the results of measu rement a re always express in

numbers”. Produ k pengu kuran yaitu b erupa angka-angka yang menunjukkan

karakteristik objek yang diukur. Oleh karena itu, hasil pengukuran haru s memiliki kesalahan yang sekecil mungkin. Tingkat kehandalan tersebut berkaitan d engan alat ukur yang digunakan. Alat ukur yang b aik akan memberikan hasil yang konstan ap abila digunakan secara berulang, dengan ketentu an kemampuan yang diuku r tidak berubah (Djemari M ardapi, 2008: 3). Alat ukur yang sering digunakan dalam pengukuran yaitu berb entuk tes dan non tes.

b. Hakikat Asesmen

(32)

13

assessmen t”. Sehingga dapat disimpu lkan dalam asesmen terdapat empat

kegiatan utama yaitu pengu mpulan data, sintesis data, penafsiran d ata dan pengambilan kep utusan.

Pembuatan su atu keputusan memerlukan informasi yang dapat berasal dari testing dan pengukuran. Hasil pengukuran yang berupa angka kemudian ditafsirkan menjadi su atu keputusan bersifat kualitatif. Meski demikian, tid ak semua pengambilan keputusan asesmen berdasarkan pad a hasil tes maupun pengu kuran. Seperti dijelaskan oleh Airasian dan Russell (2008: 10), “It is important to recogn ize that not all assessmen t require the use of test or measurement”. Tampak jelas bahan pertimb angan dalam

pengambilan keputu san asesmen dapat diambil dari berbagai jenis info rmasi, misalnya melalu i pengamatan atau laporan diri.

Asesmen merupakan komponen penting d alam pembelajaran. Arends (1998 : 189 ) menjelaskan, “The terms assessment usually refers to th e full rang e of in formational ga thered and synthesized by teachers about their

students and th eir cla ssroom”. Sedangkan Cole dan Lorna Chan (1994: 445 )

mengungkapkan, “Such info rma tion obtained during the assessment process will help the teacher to id entify the specific problems the student is ha ving

before making decisions about what can b e done to help the student overco me

these difficu lties”. Dengan adan ya asesmen, kesulitan belajar siswa dap at

terid entifikasi untuk kemudian diputuskan solusi pemecahannya Terleb ih asesmen yang efektif dapat memb antu siswa memahami segala hal yang dibutu hkan saat melaksanakan tugas dan menyad ari kriteria karya yang berkualitas tinggi (Milne, 2008 : 491 ). Sehingga hasil asesmen dapat dijad ikan umpan balik bagi guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

c. Hakikat Evaluasi

(33)

menyatakan, “Whereas assessmen t fo cuses on gathering and synthesizing information, the term evalua tion usua lly refers to the process of ma king

judgments, a ssigning values or d eciding on worth”. Berdasarkan kedua

pengertian tersebu t, evaluasi merupakan kegiatan pemberian keputusan tercapai atau tidaknya suatu tujuan yang telah direncanakan sebelumnya. Dikuatkan oleh Remmers (1960 : 8), “We evaluate because we must a lwa ys be concern ed with whether we are reaching the goals of our tea ching efforts”.

Asesmen merup akan p roses pengumpu lan informasi sedangkan evaluasi merup akan proses p emb erian keputusan tentang bernilai atau tid akn ya suatu objek berdasar informasi asesmen. Sehingga dapat dikatakan evaluasi merup akan p roduk dari asesmen.

Bloom men yatakan, “Evaluation, as we see it, is the systematic collection of evidence to determine wether in fact certain changes are ta king

place in the learns as well as to determine the amount or d egree of chang e in

individual students” (Slameto, 2001: 5). Pengertian ini menyebu tkan bahwa

evalu asi memiliki tiga ciri utama. Ciri pertama evaluasi ialah mengukur perubahan yang d iinginkan yaitu peningkatan kemampuan, b aik kemamp uan kognitif, afektif maupun psikomotorik. Ciri kedua adalah adan ya bu kti-bukti yang d ideskripsikan secara jelas yang dikumpulkan seb agai dasar p enilaian. Ciri ketiga yaitu penguku ran kua ntitatif terhadap bukti-bukti yang telah dideskripsikan tersebut (Slameto, 2001: 5).

(34)

15

Ruang lingkup d ari evalu asi pendidikan di seko lah mencaku p tiga komponen utama, yaitu: (1) evaluasi p rogram p engajaran; (2) evaluasi p roses pelaksanaan penga jaran; (3) evaluasi hasil belajar. Komponen-komponen evalu asi pend idikan tersebut saling terkait satu sama lain. Sehingga evaluasi yang dilakukan pada salah satu ko mponen akan b erdampak pada kompo nen lainnya. Misalnya, hasil evaluasi pada hasil belajar siswa akan menentu kan pelaksanaan pengajaran selanjutnya. Jika hasil belajar siswa kurang baik maka guru harus mengevaluasi efektivitas proses pembelajaran yang telah dilaku kan seb elumnya (Anas Sudijo no, 200 5: 30).

3. Jenis dan Teknik Evaluasi

a. Jenis Evaluasi

Aunurrahman (2009: 221) memb edakan jenis evaluasi hasil belajar menjadi tiga yaitu evalu asi formatif, su matif dan diagnostik.

1)Evaluasi Formatif

Evaluasi fo rmatif adalah kegiatan evaluasi yang d ilaku kan pad a akhir tiap pokok bahasan, satuan pelajaran maupun komp etensi. Evaluasi formatif biasanya dilaksanakan pada pertengahan pro gram p embelajaran. Cangelosi (1995:2) menyatakan bahwa, ”Penilaian fo rmatif ad alah penilaian tentang prestasi siswa yang mempengaruhi rencana p elajaran guru”. Hal ini dikarenakan evaluasi formatif bertujuan untuk memperoleh masu kan tenta ng tingkat keberhasilan p elaksanaan proses pembelajaran. Evaluasi formatif biasanya digunakan sebagai ump an balik bagi guru dan siswa. Seperti dijelaskan Linn dan Groundlund (2000 : 41), ”Formative assessment is used to monitor learning prog ress during instruction. Its purpose is to provid e

con tinuous feedback to bo th stud en t and teacher concerning learning successes

and failure”. Umpan b alik siswa dapat berup a pengu atan b agi siswa yang

(35)

2)Evaluasi Sumatif

Aunurrahman (2009: 222 ) menyatakan, “Evaluasi sumatif adalah evalu asi yang dilakukan pada setiap akhir satu satuan waktu yang didalam nya tercakup leb ih dari satu pokok b ahasan dan dimaksu dkan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik telah dapat berpindah dari su atu unit ke unit berikutnya”. Pendapat senada dikemukakan oleh Linn dan Gronlu nd (2000: 41), “Summative evaluation typically comes at the end of the course (or unit) of instruction”. Jadi evaluasi sumatif merup akan evaluasi yang dilaksanakan tiap

akhir p emb elajaran atau semester. Evaluasi sumatif dirancang u ntuk mengetahui sejauh mana tu juan pembelajaran telah dicapai. Linn dan Grou ndlund (2000: 41) menyatakan,“It is designed to determine the extent to which the instru ctional goals have b een achieved and is used primarily fo r

assigning course grades or for certifying student mastery of th e intended

learning outco mes”. Pendapat senada diungkap kan Saiffudin Azwar (2002: 11)

yang menyatakan, “Fungsi sumatif ad alah penggu naan tes prestasi untuk mempero leh info rmasi mengenai penguasaan p elajaran yang telah direncanakan sebelumnya dalam suatu pro gram pelajaran”. M ateri p ada evalu asi su matif harus mewakili semua bahan yang telah d iajarkan agar semua tujuan pembelajaran dapat teru kur. Tingkat keberhasilan evalu asi sumatif dap at dinyatakan dengan nilai, sertifikat, piagam dan sebagainya.

3)Evaluasi diagno stik

(36)

17

tepat. Hasil evaluasi diagno stik dap at d igunakan oleh guru untuk melaku kan tindakan selanjutn ya terhadap siswa. Siswa yang gagal dalam evalu asi diagnostik akan diberikan remid iasi, sementara yang lainn ya d apat melakukan pendalaman atau p enga yaan.

b. Teknik Evaluasi

Istilah teknik dapat diartikan sebagai alat, jadi yang dimaksud denga n teknik e valuasi yaitu alat yang d igunakan u ntuk evaluasi. Peserta did ik merupakan individu yang memiliki karakter, latar belakang dan kemamp uan beragam. Menyikapi perbed aan tersebu t, d iperlu kan suatu alat yang dapat mengukur kemampuan tiap individu secara akurat. Secara umum teknik evaluasi digolongkan menjadi dua yaitu teknik non tes d an tes.

1)Teknik Non Tes

Hasil belajar mencakup sejumlah aspek, d i mana setiap aspek terseb ut memerlukan alat ukur yang b erbed a. Teknik non tes merupakan alat evalu asi untu k mengukur perub ahan sikap dan pertumbuhan psikologi (Zainal Arifin, 2012: 152). Teknik non tes memiliki ked udukan yang penting dalam evaluasi, terutama dalam mengu kur perubahan p sikologi. Data yang diku mpulkan dari teknik tes saja belu mlah lengkap dan tidak akan b ermakna karena belum mencakup semua aspek hasil belajar.

Pengukuran teknik non tes dapat menggunakan alat ukur yang beragam. Zainal Arifin (2012: 152) menyebutkan teknik non tes dapat berupa observasi, wawancara, skala sikap, daftar cek, skala p enilaian, angket, studi kasu s, catatan insidental, sosiometri dan inventori kepribad ian. Anas Sudijono (2008: 76 ) menyatakan,

Dengan teknik non tes maka penilaian atau evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan d engan tanp a menguji peserta didik melainkan dilakukan dengan melakuka n pengamatan secara sistematis (observation), melakukan wawancara (interview), menyeb arkan angket (questionnaire) dan memeriksa atau meneliti do kumen-dokumen (documen ta ry ana lysis).

(37)

terjadinya suatu kegiatan. Observasi dib edakan menjadi o bservasi parsipatif, non p arsitipatif, eksperimental dan non eksperimental. Observasi parsitipatif yaitu observasi di mana observer melakukan penilaian dengan melibatkan diri secara langsung dengan o rang atau kelompok yang sedang diamati. Ob servasi non parsitipatif yaitu observasi di mana observer hanya menjad i penonton yang tidak terlibat langsung d engan orang atau kelo mpok yang sedang diamati. Observasi ekperimental yaitu observasi yang d ilakukan d alam situasi buatan atau rekayasa. Sed angkan observasi non eksperimental yaitu ob servasi yang dilaku kan dalam situasi yang no rmal atau wajar (Anas S udijono, 2008: 76).

Wawancara merupakan cara pengambilan data dengan melakukan tanya jawab lisan d engan tuju an yang telah ditentukan sebelumn ya. Ada dua je nis wawancara yaitu wawancara terp impin dan tidak terpimpin. Wawancara terpimpin yaitu wawancara di mana evalu ator berpegang p ada panduan wawancara yang item pertanyaann ya telah dipersiap kan terleb ih d ahulu. Sed angkan wawancara tidak terpimipin merupakan wawancara di mana evalu ator menanyakan pertanyaan d engan bebas tanpa pand uan wawancara (Anas S udijono, 2008: 82).

Angket merup akan cara pengu mpulan data dengan memberikan pertanyaan tertulis yang biasanya berhubungan dengan kepribadian dari responden. Oleh karena itu , angket sering digunakan untuk menilai hasil belajar afektif. Angket dapat berb entu k pilihan ganda dan skala sikap. Angket berb entu k pilihan ganda terdiri d ari pernyataan tidak lengkap yang d iikuti beb erap a alternatif jawaban yang dapat melengkapi pernyataan terseb ut. Angket berbentuk skala sikap terdiri dari pernyataan yang diikuti d engan skala kepribad ian (Anas Sud ijono , 2008: 84).

(38)

19

tersebut dap at digunakan sebagai bahan pele ngkap penilaian hasil belajar (Anas S udijono, 2008: 90).

2)Teknik Tes

Tes merupakan hal pertama yang diingat ketika membahas tentang penilaian hasil b elajar. Tes sering digunakan d alam proses penilaian sehingga lambat laun tes menjadi identik dengan penilaian. Tes merupakan alat pengu kuran terencana yang d igunakan guru untuk memberikan kesemp atan bagi siswa memperlihatkan prestasi mereka dalam kaitannya d engan tujuan yang telah ditentukan (Cangelosi, 1 995:23). Airasian dan Russel (2008: 9) menyatakan,”A test is a forma l, systematic pro cedure used to gather informa tion about students achievement or other cognitive skills”. Anas

Sudijono (2005 : 66) mengungkap kan, ”Tes adalah alat atau prosedur yang dipergunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian”. Berdasarkan pengertian terseb ut dapat disimpu lkan tes merupakan prosedur untu k mengukur kemampuan siswa dalam kaitannya d engan tujuan yang telah d itentu kan sebelumnya.

Beb erapa istilah yang sering diju mp ai dalam tes yaitu testing , testee, dan tester. Testing adalah waktu pelaksa naan tes. Testee ad alah orang yang

mengerjakan tes yang akan diukur baik dalam hal kemampuan, minat, bakat atau p encapaiannya. Sed angkan tester adalah pelaksana tes yang bertugas menyiap kan ruangan d an kep erluan yang dibutuhkan, membagikan lembaran tes, menerangkan cara mengerjakan tes, mengawasi jalannya tes, memberikan tanda-tanda waktu, mengu mpulkan pekerjaan testee dan mengisi berita acara yang dip erlukan.

Collins (2 011: 32), menyatakan, ”Different assessment practices leads to different types of attitudes toward student learning, wh ich can be tra ced

back to theoritical p erspectives”. Praktek asesmen yang berbeda menyeb abkan

(39)

Meski demikian tidak semua tes a kan memiliki efektivitas yang sama untuk semu a tujuan.Tujuan tersebu t antara lain (Djemari Mardapi, 200 8: 72)

(1) mengetahui tingkat kemamp uan peserta didik, (2) mengu kur pertu mbuhan dan perkembangan peserta did ik, (3) mendiagno sis kesu litan belajar peserta did ik, (4) mengetahu i hasil pengajaran, (5) mengetahui hasil belajar, (6) mengetahu i p encap aian kurikulum, (7) mendorong peserta didik belajar, dan (8) mendorong pendidik mengajar yamg lebih baik dan peserta didik bela jar lebih baik

Berdasarkan bentuk pertanyaannya tes dibagi menjadi du a kelompok yaitu tes esai dan tes objektif. Tes esai merupakan tes yang menuntut kreativitas, di mana peserta didik diharuskan mampu menyusun sendiri kata-kata dan kalimat-kalimat untuk merumuskan jawaban yang benar. Tes esai berupa p ertanyaan tertulis yang membutuhkan uraian jawaban yang relatif panjang. Dalam pengerjaannya, peserta didik diharap kan memiliki kemamp uan menje laskan, membandingkan d an mengiterpretasikan materi yang dip elajari. Sehingga tes bentuk ini cocok d igunakan untuk mengukur hasil belajar yang tingkat kognitifnya komp leks (Purwanto, 2009: 70).

Tes esai meski mampu mengukur tingkat kognitif yang ko mpleks, namun memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan tes esai yang pertama adalah tingkat subjektivitasnya tinggi. Penilai yang berbed a dap at memberika n penilaian yang berbeda pula meski jawaban yang dinilai sam a. Kelemahan kedua, tes esai membutuhkan jawab an yang panjang sehingga tidak memungkinkan menuliskan b utir tes dalam jumlah yang banyak. Hal ini menyebab kan tes esai tidak rep resentatif dalam mengukur kemampuan p eserta didik. Kelemahan ketiga yaitu waktu pengoreksian yang lama. Guru harus mengoreksi jawaban p eserta didik dengan hati-hati untu k menghindari adanya subjektivitas (Purwanto, 2009: 72).

(40)

21

oleh siapapun akan menghasilkan nilai yang sama”. Jadi tes objektif mengandung dua unsu r yaitu adanya informasi untuk menjawab tes d an dapat dinilai secara objektif.

Tes objektif memiliki beberapa keunggulan dib anding jenis tes esai. Pertama, tes objektif memiliki tingkat objektivitas yang tinggi. Sebuah jawaban dalam tes o bjektif hanya memiliki satu kemungkinan yaitu benar atau salah. Dengan kata lain tingkat kebenaran tes objektif bersifat mutlak. Sehingga penilai yang berbeda akan memberikan nilai yang sama pada jawaban yang sama. Kedu a, tes objektif didesain untuk waktu pengerjaan yang relatif singkat sehingga memungkinkan penulisan item tes dalam jumlah b anyak. Hal ini berarti tes objektif bersifat lebih representatif mewakili materi p elajaran (Purwanto, 2009: 72).

Kelemahan tes objektif yaitu tes jenis ini jarang d igunakan untuk mengukur tingkat ko gnitif yang kompleks. Selama ini tes objektif lebih sering digunakan untu k mengukur tingkat kognitif rendah seperti mengingat, memahami d an menerapkan. Selain itu tes objektif memungkinkan adanya peluang melakukan tebakan (guessing) yang tinggi. Unsur guessing menyebab kan hasil tes yang diperoleh kurang akurat d alam menguku r kemampuan peserta didik (Purwanto, 2009: 73). Namu n demikian, penyusuna n tes objektif secara hati-hati dap at mengatasi kelemahan-kelemahan yang ad a pad a tes objektif itu sendiri.

(41)

4. Tes Objektif Pilihan Ganda

Tes pilihan ganda merupakan salah satu jenis tes objektif. Tes pilihan gand a adalah tes yang jawab annya dip eroleh dengan memilih salah satu alternatif jawaban yang telah dised iaka n (Djemari M ardapi, 2008: 71). Tes pilihan gand a menghad apkan kepada siswa antara empat samp ai lima alternatif jawaban u ntuk setiap soal. Siswa d iharuskan memilih salah satu d ari beberapa alternatif jawaban tersebut yang dianggap benar b erdasarkan dasar pemikiran tertentu. Anas Sudijono (2008: 119) mengelompokkan tes pilihan ganda menjadi delapan yaitu: “(1) model melengkapi lima pilihan; (2) model asosiasi dengan lima atau emp at pilihan; (3) model melengkapi bergand a; (4) model analisis hubungan antar hal; (5) model ana lisis ka sus; (6 ) model hal kecuali; (7) mod el hubungan d inam ik; (8) model pemakaian diagram, grafik, peta atau diagram”.

Ada beb erapa istilah yang terdapat d alam tes pilihan ganda antara lain stem, options, key, dan d istraktor. Annie dan Alan H.S Chan (2009: 1)

menyebutkan komponen tes pilihan ganda sebagai berikut:

A multiple choice item usually consist of a stem which presents a problem situation and several alterna tives which pro vide possib le solution s to the problem. The stem ma y be a question or an incomplete statement. The alternatives include the correct answer and severa l plau sible answers called distra cters.

Stem adalah b agia n poko k dari item tes yang merumuskan isi item tes.

Stem bisa b erbentuk p ertanyaan, perintah maupun kalimat tidak sempurna.

Pilihan-pilihan jawab an yang menyertai stem dinamakan option s. Pilihan jawaban yang benar dinamakan key atau kunci jawaban. Sedangkan pilihan jawaban yang bertujuan mengeco h siswa dalam memilih ja wab an yang benar dinama kan distraktor atau p engecoh. Jumlah pilihan jawaban dalam tes pilihan ganda bervariasi dan disesuaikan dengan jenjang pendidikan. Jumlah pilihan jawaban untuk soal SD dan SMP adalah empat p ilihan sedangkan untuk SMA dan sed erajat yaitu lima pilihan (Balitbang, 2007: 14).

(42)

23

tes banyak, waktu pengerjaaan singkat dan cakupan materi yang diu jikan banyak. Tes pilihan ganda juga mu dah dalam hal koreksi sehingga mampu menunjukkan hasil penilaian dengan cepat. Nicol (2007 : 53) menyatakan, “MCQ’s are seen as a way o f enhancing opportunities for rapid feedback to students as well as a way of

saving staff time in marking”.Tes pilihan ganda memberikan umpan balik yang

cepat b agi gu ru sehingga menghemat waktu dalam analisis kemampuan peserta did ik.

Tes objektif pilihan ganda memiliki beberapa kebaikan yang tidak dimiliki tes jenis lainnya. Keu nggulan-keunggula n tes objektif pilihan gand a ad alah, (1) bentukn ya leb ih representatif dalam hal mencakup dan mewakili materi pembelajaran; (2) memungkinkan bagi tester untuk bertindak lebih objektif, baik dalam mengoreksi lembar jawaban soal, menentukan bobot skor, maupun dalam mene ntukan nilai akhirnya; (3) dari segi efisiensi waktu, mengoreksi tes objektif pilihan ganda jauh lebih c epat; (4) koreksi item tes dapat dilakukan oleh siapapun; (5) item tes jauh leb ih mudah dianalisis, baik analisis dari segi tingkat kesu karan, daya p embed a, maupun reliabilitasnya (Anas Sudijono , 2008: 134).

Penggunaan tes pilihan gand a dalam dunia pendidikan saat ini masih kurang optimal. Tes pilihan ganda seringkali dianggap hanya dapat digunakan untuk mengukur tingkat berpikir yang re ndah. Pada kenyataann ya tes ini dapat pula digunaka n untuk mengukur tingkat b erpikir tinggi. Arends (1998: 202) menyatakan,

Mu ltip le choice items are consid ered by mo st evaluation sp ecialists to be the best kind of objective test item. Mu ltip le choice items are rather robust in their use, and if ca refully con stru cted , they minimize guessing. Also, if appropriately written , multiple choice items can tap some types of h igher-level thinking and ana lytical skills.

(43)

5. Pengembangan Tes Pilihan Ganda

Evaluasi teknik tes lebih dominan digunakan oleh guru untuk mengukur hasil belajar siswa dalam evaluasi hasil b elajar di seko lah. Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan d engan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran. Di seko lah seringkali tes buatan gu ru yang disebut teacher made test digunakan untu k menilai hasil b elajar siswa. Tes yang dibuat oleh gu ru terutama menilai kemajuan siswa dalam pencapaian tujuan-tujuan pembelajaran yang dirumuskan dalam indikator p encapaian ko mpetensi. Indikator merupakan kompetensi dasar secara spesifik yang dapat d ijadikan ukuran u ntuk mengetahui ketercapaian hasil pembelajaran (Cartono, 2006: 155).

Secara umum ada beb erapa prinsip dasar yang p erlu dicermati dalam menyusu n tes hasil belajar agar tes terseb ut dapat mengukur tujuan pemb elajaran atau mengukur kemampuan dan keterampilan peserta didik yang diharap kan, setelah mereka menyelesaikan suatu unit pengajaran tertentu (Anas Su dijono, 2005: 97).

(1) tes hasil belajar harus dapat mengukur secara jelas hasil belajar (lea rning outcomes) yang telah d itetapkan sesuai d engan tujuan instruksional; (2) butir-butir soal tes harus merupakan sampel yang representatif dari populasi bahan pelajaran yang telah diajarkan; (3) bentuk so al yang dikeluarkan dalam tes hasil belajar harus dibuat bervariasi; (4) tes hasil belajar harus did esain sesuai dengan kegunaannya u ntuk memperoleh hasil yang diinginkan; (5) tes hasil belajar harus memiliki reliabilitas yang dap at diandalkan.

(44)

25

Djemari Mardapi (2008: 88) merumuskan pegembangan suatu tes harus melalui langkah-langkah sebagai berikut, “(1) menyusu n spesifikasi tes; (2) menulis soal tes; (3) menelaah so al tes; (4) melakukan uji co ba tes; (5) menganalisis butir soal; (6) memperbaiki tes; (7) merakit tes; (8) melaksanakan tes; (9) menafsirkan hasil tes”. Kedelapan langkah pengembangan tes terseb ut merupakan suatu langkah hirarki yang harus dilakukan secara berurutan. Ole h karenanya dibutu hkan kesabaran dan kecermatan dalam mengembangkan tes.

Pen yusunan sp esifikasi instrumen mencakup, “(1) menetapkan tujuan; (2) menyusun kisi-kisi; (3) memilih bentuk instrumen; d an (4) menentukan panjang instrumen” (Cartono, 2006: 158). Ditinjau dari tujuannya, ada empat macam tes yang banyak digunakan di sekolah yaitu tes p enemp atan, tes diagnostik, tes fo rmatif d an tes sumatif. Pengujian berbasis kemampuan dasar pada umu mnya menggu nakan tes diagnostik, formatif d an sumatif (Djemari Mardapi, 2008: 68).

Kisi-kisi merup akan tabel matrik berisi spesifikasi item tes yang akan dibuat sebagai acuan b agi penulis. Dengan adanya kisi-kisi maka siapapun yang menulis item tes akan menghasilkan item yang isi d an tingkat kesulitannya relatif sama. Ada emp at langkah dalam mengembangkan kisi-kisi tes yaitu: “(1) menulis tujuan umum pelajaran; (2) membuat d aftar poko k b ahasan dan sub po kok bahasan yang akan diujikan; (3) menentu kan indikator; (4) menentukan jumlah soal tiap poko k bahasan dan subpoko k bahasan” (Djemari Mardapi, 2008: 91).

Pemilihan b entu k tes yang tepat ditentu kan oleh tu juan tes, jumla h peserta tes, waktu yang tersedia untuk memeriksa lemb ar jawaban, caku pan materi tes dan karakteristik mata pelajaran yang d iujikan (Djemari M ardap i, 2008: 91). Apabila jumlah peserta tes banyak, waktu singkat dan cakup an materi yang diu jikan banyak maka tes objektif pilihan ganda sangat tepat digunakan. Kelebihan tes objektif pilihan adalah objektivitas penskoran tinggi karena sistem penskorannya jelas.

(45)

ditentukan berdasarkan hasil uji coba. Sedangkan tes untuk ulangan di kelas penentuan waktunya b erd asarkan pengalaman gu ru mata pelajaran (Cartono, 2006: 159 ).

Penulisan item tes merupakan la ngkah menjabarkan indikator menjadi pertanyaan-pertanyaan yang karakteristiknya sesuai perincian pada kisi-kisi yang telah dibuat. Langkah penulisan item tes ini harus dilakukan secara hati-hati karena akan mempengaruhi ku alitas item tes. Ku alitas tes keseluruhan sangat terpengaru h o leh tingkat keb aikan masing-masing item tes yang menyu sunnya. Pertanyaa n ditulis sejelas mungkin sehingga jawaban yang diharapkan jelas pula (Djemari Mard ap i, 2008: 93).

Menelaah item tes merup akan tahapan yang dilakukan setelah item selesai disusun. Penelaahan diperlu kan dengan asu msi mu ngkin saja terdapat kesalahan p ada item tes, baik dari segi materi, konstruk mau pu n bahasanya. Telaah item tes sebaiknya dilakukan oleh orang lain karena seringka li kekurangan dari segi tata bahasa dan substansi tidak terlihat oleh pembuat tes. Akan leb ih baik la gi jika telaah dilakukan oleh sejumlah o rang yang terdiri dari para ahli yang secara b ersama d alam tim menelaah atau mengoreksi item tes. Telaah sep erti ini disebut juga telaah kualitatif (Djemari Mardapi, 2008: 95).

Uji coba tes dilakukan seb elum item tes digunakan dalam tes sesungguhnya. Tes yang secara teori su dah b aik harus diuji pu la secara empirik agar didapatkan kepastian baik atau tidakn ya tes tersebut. Uji coba ini dapat digunakan sebagai sarana memp ero leh data empirik tentang tingkat kebaikan item tes yang telah disusu n. Data hasil uji cob a akan dip akai pada tahap selanju tnya dalam pengembanga n tes yaitu menganalisis item tes. Berdasarkan hasil analisis item tes akan diperoleh data empirik yang menunjukkan tingkat kebaikan item tes yaitu dengan melihat tingkat reliabilitas, tingkat kesukaran, daya pembeda dan seb againya. Telaah pada tahap ini dilakukan secara empirik sehingga disebut juga telaah kuantitatif (Djemari Mardapi, 2008: 95).

(46)

27

memperbaiki tes disu sun untuk diteskan pada testee pada tahap merakit tes. Item tes yang telah d irakit menjadi kesatuan yang utu h digunakan dalam tes yang sesungguhnya. Pelaksanaan tes dikondisikan sedemikian rupa sehingga tid ak ada siswa yang melaku kan kecurangan agar hasil tes yang diperoleh akurat. Tahap menafsirkan hasil tes merupakan tahap d i mana hasil tes ditafsirkan menjadi d ata kuantitatif yang b erupa nilai (Djemari Mardapi, 2008: 97).

Berdasarkan uraian tahapan pengemb angan tes di atas diketahui b ahwa item tes akan d itelaah dengan dua cara yaitu secara kualitatif d an kuantitatif.

a. Telaah kualitatif

Elvin Yusliana Ekawati dan Surantoro (2010: 182) menyatakan, “telaah kualitatif adalah analisis yang dilakukan oleh beberapa o rang ahli (expert) seperti do sen pembimbing seb elum tes diu jicob akan atau digunakan”. Dengan d emikian telaah kualitatif d ilaku kan dengan mem inta p ertimbanga n para p akar. Hasil telaah secara kualitatif su dah mewakili validitas isi suatu item soal (Elvin Yusliana Ekawati dan S urantoro, 2010 : 187 ).

Telaah kualitatif dilakukan berd asarkan pemikiran yang rasio nal. Walaupun sub jektif, namun yang terlibat merup akan seorang ahli pada bid ang yang d iu kur dan dilakukan dalam su atu fo rum diskusi sehingga hasiln ya dap at dipertanggu ngjawabkan (Djem ari M ardapi, 2008: 18). Pop ham (2008: 52) mengatakan,“Even though th ere are different ways of determining wheth er test

based inferences a re apt to be va lid, th e overriding fo cu s is on the accuracy of

an a ssessmen t ba sed in ference”. Hal yang terpenting d alam menentukan valid

tidaknya item tes yang d idasarkan pada pendapat ahli adalah keakuratan

kesimpulan yang diambil oleh ahli tersebut.Telaah kualitatif yang dilakuka n

oleh ahli, meliputi telaah terhadap aspek konstruksi, materi dan bahasa. 1)Asp ek Materi

(47)

jawaban ho mogen dan logis; (4) hanya ada satu ku nci jawaban” (Depdiknas, 2009 : 5 ).

2)Asp ek Ko nstru ksi

Aspek konstruksi berkaitan dengan p enulisan soal. Depdiknas (2009 : 5), dari segi konstruksi penulisan so al p ilihan gand a harus memperhatikan b eberapa hal berikut ini:

(1) pokok soal dirumuskan dengan singkat, jelas dan tegas; (2) rumusan pokok soal d an pilihan jawaban merupakan p ernyataan yang dip erlukan saja; (3 ) pokok soal tid ak memberi petunjuk kunci jawaban; (4) pokok soal beb as d ari p ernyataan yang bersifat negatif gand a; (5) pilihan jawaban ho mogen dan logis ditinjau dari segi materi; (6) gambar, grafik, tabel, diagram dan sejenisnya yang terd apat pada soal harus jelas dan berfu ngsi; (7 ) panjang pilihan jawaban harus relatif sama; (8) pilihan jawab an tidak menggunakan pernyataan “semu a jawaban di atas benar/salah” d an sejenisnya; (9) pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu disusun berdasarkan urutan b esar kecilnya nilai angka atau kronologisnya; (10) butir soal tid ak bergantung pada jawaban soal sebelumnya.

3)Asp ek Bahasa

Aspek bahasa berkaitan dengan hal yang ditanyakan. Penulisan

soal p ilihan ganda harus memp erhatikan aspek b ahasa seb agai berikut: “(1) menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia; (2) menggunakan bahasa yang komu nikatif; (3) tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat; (4) pilihan jawaban tidak mengulang kata/kelompok kata yang sama kecuali merupakan satu kesatuan p engertia n” (Depdiknas, 2009 : 6 ).

b. Telaah Kuantitatif

(48)

29

sistematik, maka tidak ada ko relasi antara kesalahan acak pada suatu pengu kuran dengan kesalahan acak pada ulangan pengukuran; (3) besarnya rerata kesalahan acak sama dengan no l” (Djemari M ardapi, 2008: 144). Menurut Millman dan Greene, “Kelebihan analisis butir soal secara klasik adalah murah, dap at dilaksanakan sehari hari dengan cepat menggu nakan komputer, murah, sederhana, familier dan d apat menggu nakan d ata d ari beb erap a peserta didik atau sampel kecil” (Depdiknas, 2008: 11). Secara klasik analisis item tes meliputi reliabilitas, taraf kesukaran, daya pembed a dan efektivitas pengecoh.

a) Reliabilitas

Reliabilitas secara umum dikenal seb agai ke handalan. Reliabilitas berasal dari kata rely yang artinya p ercaya dan reliable yang artin ya dapat dip ercaya. Linn dan Grounlund (2000: 107) menyatakan, “Reliability refers to the consistency of mea surement; that is, how consistent tests scores o r

oth er assessment resu lt are from one measuremen t to ano ther”. Thorndike

dan Hagen men yatakan, “Reliabilitas berhubungan dengan aku rasi instrumen d alam mengukur apa yang d iukur, kecermatan hasil ukur dan seb erapa akurat seandainya dilakukan pengukuran u lang” (Purwanto, 2009: 154). Arends (1998: 199 ) menyatakan, “A test is considered reliable wh en it produces dependable, consistent scores for person who ta ke it more than

once over period of time”. Su atu tes jika memb erikan hasil pengukuran yang relatif tetap secara konsisten meski digu nakan secara berulang maka dikatakan tes tersebut reliable.

Sebagai alat u kur, tes harus memenuhi persyaratan reliabilitas. Tes yang tidak reliabel tidak dapat d igunakan untuk mengu kur kemampuan belajar peserta d idik karena tid ak mengumpulkan informasi apapu n. Cruickshank (1999: 257) menyatakan, “A test tha t la cks reliability produces sco res that do not accurately reflect students understanding or ability due to

some erro r in th e test itself”. Apab ila alat ukur yang digunakan tidak

(49)

Reliabilitas suatu item tes dap at ditentukan dengan berbagai metode. Purwanto (2009: 156) menyebu tkan terd apat lima metode untuk mencari reliab ilitas suatu tes yaitu metod e Flanagan, Ru lon, Kuder Richardson, Hoyt dan Alpha Cronbach. Metode yang biasa nya digunakan untuk menghitung reliabilitas ad alah yang dikemukakan ole h Kuder dan Richardson (rumu s KR-20) sebagai b eriku t:

2

KR-20 : reliabilitas tes secara keseluruhan

p : proporsi subjek yang menjawab benar

q : proporsi subjek yang menjawab salah (q = 1- p) : jumlah hasil perkalian antara p dan q

n : banyaknya item S : standar d eviasi dari tes

Keputusan suatu tes dinyatakan reliabel atau tidak didasarkan pad a koefisien reliabilitas tes tersebut. Koefisien reliabilitas harus diusahakan setinggi mungkin. Namun koefisien yang tid ak tinggi dapat pula din yatakan cu kup reliabel dalam pengukuran tertentu asalkan tidak d igunakan sebagai dasar pengambilan keputusan yang bersifat individual.

b)Taraf Kesukaran

Taraf kesukaran adalah “angka yang menunjukkan proporsi siswa yang menjawab b etul su atu soal” (Slameto, 2001: 218). Saiffudin Azwar (2002 : 134 ) menyatakan, “Indeks kesukaran adalah ratio penjawab item

dengan benar dan b anyakn ya penjawab item”. Untuk menentukan taraf

ke sukaran dari tiap item tes dap at digunakan ru mus sebagai b eriku t:

(50)

31

N : ju mlah peserta tes yang menjawab

Lewis R. Aiken men yatakan, “Tingkat kesukaran soal ad alah peluang untuk menjawab b enar suatu soal pada tingkat kemamp uan tertentu yang bia san ya d inyatakan dalam indeks” (Depdiknas, 2008: 11 ). Ind eks taraf kesukaran ini pada umu mnya d inyatakan dalam bentuk p roporsi yang besarnya b erkisar dari 0,00 hingga 1,00. Semakin besar ind eks taraf kesukaran yang d ip ero leh dari hasil hitu ngan, berarti semakin mudah so al tersebut.

Item tes hasil belajar dinyatakan sebagai item yang baik apabila item tersebut tid ak terlalu sukar dan tidak terlalu mud ah, dengan kata lain taraf kesukaran item tersebut adalah sed ang (Anas Sudijono , 2005: 370). Item tes yang cenderung mudah lebih tepat digunakan sebagai tes diagnostik. Item tes yang cenderung su lit lebih sesuai digunakan pada tes seleksi. Sed angkan item tes yang termasu k dalam interval sedang cocok digunakan untu k mengukur hasil belajar siswa (Elvin Yusliana Ekawati dan Surantoro, 2010: 185).

c) Daya Pemb eda

Daya pemb eda item tes adalah kemampuan suatu item tes dapat

membedakan antara siswa yang tidak atau kurang atau belum menguasai materi yang ditanyakan (Depdiknas, 2008 : 13). Elvin Yusliana Ekawati dan Surantoro (2010: 185) mengartikan daya pembeda sebagai berikut, “Daya beda soal ad alah kemampuan suatu soal untu k membedakan antara siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dengan siswa yang mempunyai kemampuan rendah”. Berd asarkan pengertian tersebut d aya pembeda dapat digunakan untuk mengelompokkan siswa berdasarkan kemampuan dan pemahamannya terhad ap materi.

Penentuan daya pembeda item tes dapat d ilakukan dengan indeks korelasi, diskriminasi, d an keselarasan item. Ada empat macam teknik

korelasi ya ng biasa digu nakan untuk menghitu ng d aya pembeda, yaitu

(1) teknik point b iserial; (2) teknik biserial; (3) teknik phi; d an (4) teknik

(51)

sering dipakai utu k menentukan daya pembed a item tes adalah korelasi

point biserial. Elvin Yusliana Ekawati dan Surantoro (2010: 185 )

menjelaskan, “Korelasi poin biserial (rpbis) adalah ko relasi product moment

yang diterapkan pada data di mana variabel-variab el yang dikorelasikan

yang satu bersifat dikotomi dan yang lain bersifat nondikotomi”. Variabel

MT : rata-rata sko r kriteria yang menjawab salah

ST : simpagan b aku sko r kriteria total

p : propo rsi subjek yang menjawab benar terhadap semua subjek q : 1 – p

Besarnya daya pembeda berkisar antara -1 sampai 1. Item tes yang daya bedanya negatif menunju kkan terbaliknya kualitas peserta tes. Tanda negatif menunjukkan bahwa item tes tersebut menyesatkan karena kelompok bawah menjawab benar sedangkan kelompok atas menjawab salah (Elvin Yusliana Ekawati dan S urantoro, 2010:186).

d)Efektivita s Pengeco h

Gambar

Gambar 3.1 Skema Desain Uji Coba Pengembangan Tes..........................
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir
Gambar 3.1 Skema Desain Uji Coba Pengembangan Tes
gambar. Kesalahan yang sering muncul adalah tata letak item tes yang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam sistem ini kita akan terfokus pada porsi proses dimana seorang manajer akan mengakses lingkungan bisnis yang sangat kompleks, dengan perubahan kekutan kompetitif dan masa

Namun pada perencanaan bangunan hotel yang menggunakan metode Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM) ini hanya akan meninjau perhitungan pada lantai lower

LAPORAN EKUITAS PEMILIK Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 20xx.

especially climate finance as an enabler for developing countries to take strong climate action..  Understand sources and channels of

akuntansi dalam memilih jurusan perkuliahan di fakultas ekonomi dan bisnis Universitas Brawijaya Malang. Penelitian ini tentang analisis pengaruh sikap, norma

Disk Jockey Pro IT Atau disebut dengan DJ Pro adalah salah satu perangkat duplikasidata yang sangat kuat dan juga dapat berfungsi untuk mendiagnosa produk.. Tableau

Tidak seperti alphabet pertama yang hanya memiliki huruf konsonan, Cina memiliki caranya sendiri untuk menuliskan huruf vokal.. Namun pada akhirnya huruf

Sementara itu, sel punca pluripoten induksi memiliki potensi yang hampir sama baiknya dengan sel punca embrional karena dapat berdiferensiasi menjadi berbagai jenis sel,