ANALISIS PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI DAN
DEMOGRAFI TERHADAP JAM KERJA TENAGA KERJA
WANITA DI JAWA TENGAH
(STUDI KASUS : DATA SAKERNAS 2015)
Ika Alicia Sasanti
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sebelas Maret Surakarta E-mail: [email protected]
Abstrak
Dalam penelitian ini mengaplikasikan prinsip Circular Cumulatif Causation
dimana prinsip tersebut digunakan untuk menganalisis sesuatu aspek yang saling berkaitan dan menimbulkan suatu efek tertentu. Aspek-aspek yang diangkat di penelitian ini adalah aspek sosial ekonomi dan demografi meliputi upah, umur, pendidikan, tempat tinggal dan status perkawinan yang akan berakibat pada jam kerja pekerja wanita di Jawa Tengah. Penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan metode analisis data regresi linier berganda dengan alat analisis e-views 9. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa upah, umur, pendidikan, tempat tinggal dan status perkawinan berpengaruh signifikan secara simultan terhadap jam kerja wanita di Jawa Tengah. Variabel upah berpengaruh signifikan positif terhadap jam kerja pekerja wanita, variabel umur berpengaruh signifikan negatif terhadap jam kerja pekerja wanita, variabel pendidikan berpengaruh signifikan negatif terhadap jam kerja pekerja wanita, variabel tempat tinggal berpengaruh signifikan negatif terhadap jam kerja pekerja wanita dan variabel status perkawinan berpengaruh signifikan negatif terhadap jam kerja pekerja wanita.
Kata Kunci: Circular Cumulatif Causation (CCC), Jam kerja, Pekerja wanita ,
Upah, Umur, Pendidikan, Tempat tinggal, Status perkawinan
JEL Classification:
1. PENDAHULUAN
Di suatu negara, wanita memiliki kontribusi yang besar dalam perekonomian. Menurut Reynolds (2000), kontribusi ganda yang disumbangkan oleh wanita tidak kalah penting jika dibandingkan dengan pria. Keberadaan wanita dalam rumah tangga bukan hanya melahirkan dan memasak didapur saja, namun lebih daripada itu banyak penelitian membuktikan bahwa wanita ternyata seringkali memberikan kontribusi yang besar bagi kelangsungan ekonomi dan kesejahteraan rumah tangga. Kontribusi yang
berdampak pada perkonomian suatu negara, dimana dengan adanya penawaran tenaga kerja wanita yang memutuskan untuk berpartisipasi di pasar kerja maka angka rasio ketergantungan (dependency ratio) yang akan ditanggung oleh penduduk yang bekerja akan menjadi lebih kecil. Menurut Simanjuntak (1998) berpendapat bahwa penawaran tenaga kerja adalah jumlah usaha atau jasa kerja yang tersedia dalam masyarakat untuk menghasilkan barang dan jasa. Jika semakin tinggi jam kerja yang disediakan oleh masyarakat khususnya wanita untuk menghasilkan barang dan jasa, maka dampak yang dirasakan dalam aspek perekonomian secara umum adalah mengurangi pengangguran. Jika semakin banyak wanita yang memutuskan untuk bekerja, maka secara tidak langsung akan mengurangi jumlah pengangguran. Namun faktanya banyak wanita yang memutuskan untuk berhenti menawarkan diri untuk berpartisipasi dalam pasar kerja setelah mereka . Hal ini berdasar pada keputusan suami dalam memberikan peluang istrinya untuk bekerja (Tjaja, 2000).
Di sisi lain, jika wanita berpartisipasi dalam pasar kerja akan dapat dirasakan dalam hal kesejahteraan rumah tangga. Kesejahteraan dalam rumah tangga akan semakin baik karena pendapatan rumah tangga akan semakin tinggi. Hal ini dikarenakan terdapat adanya dua sumber pendapatan dalam keluarga yaitu dari pendapatan dari suami dan pendapatan dari istri, sehingga beban dalam mencari nafkah yang harus ditanggung oleh suami akan menjadi ringan.
Dalam penciptaan lapangan kerja baru, selain memerlukan investasi publik juga diperlukan kesesuaian antara sisi permintaan maupun sisi penawaran tenaga kerja baik mengenai
jumlah tenaga kerja, kualifikasi tenaga kerja, lapangan pekerjaan maupun jenis pekerjaannya. Kesesuaian antara sisi permintaan dan sisi penawaran tenaga kerja dewasa ini sedang menjadi masalah yang cukup serius baik ditingkat nasional maupun tingkat daerah, terutama dalam aspek laju pertumbuhan angakatan kerja lebih tingggi dari pertumbuhan kesempatan kerja. Oleh karena itu, masalah ini menjadi perhatian utama dalam perencanaan ketenagakerjaan di berbagai sektor kegiatan ekonomi (Sutomo, 1996:3)
Propinsi Jawa Tengah merupakan salah satu bagian integral dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Salah satu masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan pembangunan dewasa ini di propinsi Jawa Tengah adalah masalah kependudukan. Hal ini diindikasikan oleh angka pengangguran yang cukup tinggi serta keterbatasan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha bagi masyarakat. Kondisi ini tidak terlepas dari kondisi ekonomi yang melanda perekonomian Indonesia pada pertengahan tahun 1997 yang lalu.
Gambar 1.1
Proporsi penyerapan Tenaga Kerja Wanita di Jawa Tengah
Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa penyerapan tenaga kerja di provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sampai 2016 mengalami tren yang cenderung positif. Perkembangan penyerapan tenaga kerja wanita yang signifikan tersebut dapat disebabkan banyak faktor yang menjadi pertimbangan seseorang wanita untuk berpartisipasi dalam kerja. Jadi apabila perkembangan penyerapan tenaga kerja wanita yang cenderung positif hal ini menandakan faktor ekonomi dan sosial demografi bukan lagi menjadi penghalang para wanita untuk berpartisipasi dalam pasar kerja. Selain itu, untuk berpartisipasi dalam pasar kerja, seorang wanita akan mempertimbangkan jam kerja yang akan dimiliki. Jam kerja seorang wanita akan dipengaruhi oleh faktor ekonomi (upah dan alasan bekerja) dan faktor sosial demografi (umur, tingkat pendidikan dan status pernikahan ).
Menurut Simanjutak (1985), bahwa kondisi tingkat pendidikan tenaga kerja dan jam kerja yang belum mampu sepenuhnya dalam meningkatkan upah pekerja. Dalam persoalan lainnya bahwa rendahnya jam kerja para pekerja, rendahnya upah serta produktivitas dianggap sebagai indikator yang menyebabkan
setengah pengangguran yang dianggap lebih sensitif jika disbanding dengan pengangguran terbuka.
Upah dan umur pekerja mempengaruhi terhadap jam kerja pekerja dimana upah dan umur memiliki hubungan yang positif terhadap jam kerja. Jika seorang pekerja menerima upah diatas UMK maka akan memiliki jam kerja yang relatif normal (35 jam per minggu) pada kelompok umur tertentu (15-64 tahun). Selain itu status pernikahan juga memiliki keterkaitan yang positif terhadap jam kerja. Jika seorang pekerja sudah menikah maka akan memiliki jam kerja yang relatif tinggi dengan harapan dapat memperoleh upah yang lebih guna mencukupi kebutuhan keluarga (Purwaningsih dan Murtiningsih, 2006).
Menurut Widarti (1998) bahwa alasan seorang wanita bekerja sangat dipengaruhi oleh jam kerja yang dimiliki. Alasan seseorang bekerja memiliki hubungan yang signifikan terhadap jam kerja pekerja wanita. Jika seorang wanita berpartisipasi dalam pasar kerja untuk membantu perekonomian keluarga maka dapat dipastikan jam kerja yang dicurahkan oleh pekerja wanita tersebut di dalam pasar kerja akan semakin tinggi.
Berdasarkan penjelasan permasalahan diatas, dalam penelitian ini berusaha untuk melihat serta menganalisis aspek jam kerja para pekerja wanita dengan batasan utama adalah wanita yang bekerja dan menerima upah, terutama mengenai pengaruh variabel sosial ekonomi maupun variabel demografi di provinsi jawa tengah tahun 2015. Sumber: BPS 2015, diolah
9772823 9596278 9671796 9725307 9702567
6758572 6873682 6878886 6709835 6808569
2. LANDASAN TEORI
A. Pengertian Tenaga Kerja Wanita
Pengertian tenaga kerja menurut Undang-undang No 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan yang berbunyi ―tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat‖. Tenaga kerja wanita adalah setiap wanita yang melakukan pekerjaan untuk menerima upah. Dalam pasar kerja, seorang wanita memiliki beberapa hak-hak yang tercantum dalam undang-undang No 13 Tahun 2003 Pasal 76 bahwa:
1. Pekerja/buruh perempuan yang berumur kurang dari 18 (delapan belas) tahun dilarang dipekerjakan antara pukul 23.00 s.d. 07.00. 2. Pengusaha dilarang mempekerjakan
pekerja/buruh perempuan hamil yang menurut keterangan dokter berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan kandungannya maupun dirinya apabila bekerja antara pukul 23.00 s.d. pukul 07.00. 3. Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh perempuan antara pukul 23.00 s.d. pukul 07.00 wajib : a. memberikan makanan dan
minuman bergizi
b. menjaga kesusilaan dan keamanan selama di tempat kerja.
4. Pengusaha wajib menyediakan angkutan antar jemput bagi pekerja/buruh perempuan yang berangkat dan pulang bekerja antara pukul 23.00 s.d. pukul 05.00.
B. Penawaran Tenaga Kerja
Penawaran adalah hubungan antara harga dan kuantitas. Apabila dikaitkan penawaran suatu barang,
maka merupakan hubungan antara harga dan jumlah barang yang disetujui oleh pensuplai untuk ditawarkan. Sehubungan dengan tenaga kerja, menurut Bellante dan Jackson (1990:72) penawaran adalah suatu hubungan antara tingkat upah dengan jumlah tenga kerja yang para pemilik tenaga kerja siap untuk ditawarkan.
Sementara Ananta (1990:27) mendefinisikan penawaran terhadap pekerja adalah hubungan antara tingkat upah dan jumlah pekerja yang disetujui oleh pensuplai untuk ditawarkan. Secara khusus, suatu kurva penawaran menggambarkan berbagai kemungkinan tingkat upah dan jumlah maksimum pekerja yang siap ditawarkan oleh pensuplai tenaga kerja pada waktu tertentu. Didalam penawaran tenaga kerja tedapat hubungan antara tingkat upah dengan jumlah satuan pekerja yang disetujui oleh pensuplai untuk ditawarkan.
Penawaran tenaga kerja dapat di gambarkan menjadi kurva sebagai berikut:
Gambar 2.1 Penawaran Tenaga kerja
Sumber: Bellante, 1990
memiliki bagian kurva yang melengkung kebelakang. Jadi, hubunan negatif antara upah dan jam kerja merupakan suatu kemungkinan teoritis yang dapat dipahami dengan cara membuka kekusutan pengaruh pendapatan disebabkan perubahan upah.
C. Alokasi waktu model dua barang Dalam model dua barang dilakukan penyederhanaan dengan mengasumsikan bahwa hanya terdapat dua pilihan kegiatan bagi individu untuk menggunakan waktunya yaitu: (1) bekerja dengan upah sebesar W (wage) per jam, dan (2) waktu luang (leisure time) dimana waktu yang tidak dipergunakan dalam pekerjaa atau melakukan kegiatan yang tidak ekonomis sehingga tidak menerima imbalan upah (Nicholson, 1999:350).
Jika diasumsikan bahwa utility seseorang untuk satu hari tentu tergantung pada kegiatan konsumsi (C) dan jumlah waktu luang yang dinikmati (H), maka fungsi utilitas seorang individu dapat dinyatakan sebagai berikut:
3.1
Konsumsi (C) dan jumlah waktu luang atau leisure time (H) merupakan barang yang akan memberikan keputusan kepada individu. Kendala pertama berkaitan dengan waktu yang tersedia bagi setiap individu adalah 24 jam per hari. Jika L dinyatakan sebagai jumlah waktu yang dipergunakan untuk bekerja dan H adalah waktu untuk kegiatan selain kerja maka:
3.2
Kegiatan konsumsi individu dipengaruhi oleh besarnya
pendapatan, sedangkan jmlah pendapatan tergantung pada lamanya jam kerja (L) dan tingkat upah (W) per jam. Dengan demikian kendala keduanya dapat dinyatakan sebagai berikut:
3.3
Dengan mengkombinasikan persamaan 3.2 dengan persamaan 3.3 maka akan diperoleh hasil sebagai berikut:
3.4
atau
3.5
Persamaan 3.5 diatas memiliki arti bahwa setiap individu memiliki pendapatan penuh sebesar 24 W. Jadi makin lama seseorang individu bekerja, maka akan semakin tinggi kemampuannya untuk mengkonsumsi barang-barang yang diinginkan.
D. Maksimisasi Utilitas
Dengan kendala pendapatan penuh dalam persamaan 3.5, maka dapat diselesaikan dengan membentuk fungsi lagrangian dimana :
3.6
Syarat pertama untuk memaksimalkan utilitas adalah :
3.7
3.8
Dengan membagi persamaan 3.7 dan persamaan 3.8 di atas maka diperoleh:
⁄ (H
terhadap C) 3.9
Jadi dengan tingkat upah tertentu sebesar W, maka seorang individu untuk memperoleh kepuasan maksimum harus memilih untuk bekerja dalam jumlah jam kerja sedemikian rupa sehingga tingkat substitusi marginal atau marinal rate of substitution (MRS) dari waktu santai terhadap konsumsi sama dengan W.
E. Efek substitusi dan Efek Pendapatan
Masalah terpenting dalam analisis penawaran tenaga kerja adalah respon tenaga kerja terhadap tingkat upah yang lebih tinggi. Jika tingkat upah (W) naik, maka akan mempengaruhi pilihan individu untuk memilih antara pekerjaan pasar dan penggunaan waktu untuk kegiatan lain. Kenaikan upah akan mendorong individu untuk bekerja lebih lama karena dari setiap jam kerja dapat digunakan untuk membeli barang dan jasa dalam jumlah lebih banyak. Bila upah naik maka individu akan mensubstitusikan kegiatan lain dengan pekerjaan. Ini merupaja yang disebut dengan efek substitusi dari kenaikan upah.
Namun kenaikan upah juga berarti kenaikan pendapatan untuk jumlah jam kerja yang sama. Kenaikan
pendapatan berarti individu meminta barang normal dalam jumlah yang lebih lebih banyak. Mengingat waktu luang merupakan barang normal, kenaikan pendapatan ini akan menyebabkan peningkatan permintaan individu terhadap waktu luang, sehingga mengurangi alokasi waktu individu untuk pekerjaan pasar.
Efek pendapatan dari kenaikan upah akan cenderung mengurangi alokasi waktu individu untuk pekerjaan pasar yang ditawarkan. Sedangkan efek substitusi dari kenaikan upah terhadap jam waktu luang akan negatif, tetapi efek pendapatan akan positif. Jadi efek substitusi dan efek pendapatan bekerja dalam arah yang berlawanan (McEachern, 2000:35).
F. Garis Anggaran dan Alokasi Waktu Konsumsi yang dikeluarkan oleh seseorang besarnya sebanding dengan besarnya pendapatan yang dimiliki dan jumlah waktu yang disediakan untuk bekerja (24 jam per hari). Dari waktu tersebut sudah termasuk dalam keperluan untuk tidur, makan, mandi serta keperluan yang lainnya. Sisanya digunakan untuk bekerja dan untuk waktu luang. Jadi pada dasarnya setiap penambahan barang konsumsi berarti mengurangi jumlah waktu yang digunakan untuk waktu luang.
bekerja lebih lama. Maka dapat dilihat efek substitusi dan efek pendapatan yang ditunjukkan dalam gambar 2.1 :
Gambar 2.2
Perubahan tingkat upah dan utilitas
Sumber: Simanjuntak, 1985: 54
Berdasarkan gambar diatas, tingkat upah naik maka garis anggaran (budget line) akan bergeser dari BC1 menjadi BC2. Perubahan upah tersebut berdampak pada peningkatan pendapatan B1C1 yang sejajar dengan garis BC1. Peningkatan pendapatan tersebut mendorong individu mengurangi jumlah jam kerja dari HD1 menjadi HD2 (efek pendapatan).
Selain itu, kenaikan upah juga menyebabkan timbulnya efek substitusi yaitu menggantikan waktu luang untuk menambah barang-barang konsumsi (individu menambahkan jam kerja lebih lama). Hal ini seperti yang ditunjukkan perubahan jam kerja dari HD2 ke HD3 atau dari titik E2 ke titik E3.
G. Pendekatan Circular Cumulative Causation
Pendekatan Circular Cumulative Causation (CCC) membahas mengenai hubungan timbal balik sebab akibat dimana, hubungan timbal balik sebab akibat tersebut akan dijadikan sebagai ilmu baru. Dasar pembentukan hubungan sebab akibat diperoleh dari beberapa studi empiris sebelumnya yang memenuhi kriteria bahwa terdapat adanya faktor saling ketergantungan dan arah hubungan dari setiap variabel yang diteliti. Dengan adanya keterkaitan dan arah
hubungan tersebut diharapkan dapat di analisis sehingga dapat diterapkan dalam konteks perencanaan ekonomi bagi suatu institusi tertentu (Sebastian Berger, 2008).
Jika dikaitkan dengan penelitian ini, pendekatan CCC dapat dilihat dari keterkaitan antara variabel-variabel indepeden yaitu meliputi upah, umur, pendidikan, tempat tinggal, dan status perkawinan yang berakibat pada jam kerja wanita. Hasil yang diperoleh dari keterkaitan antar variabel diatas berupa bentuk keterkaitan serta arah hubungan dari masing-masing variabel independen terhadap jam kerja wanita di Jawa Tengah. Setelah di temukan arah hubungan dari masing-masing variabel maka akan diperoleh hasil penelitian yang kemudian dapat dijadikan bahan pertimbangan
perencanaan dalam hal
ketenagakerjaan.
H. Proses/ Alur Circular Cumulative Causation
Proses Circular Cumulative Causation biasanya mencakup keterkaitan antara beberapa faktor karena perubahan institusi nasional dan regional. Menurut Mydral (1944, 1968) dalam Samudro, Bhimo & Bloch, Harry & Salim, Ruhul (2014) mengklaim bahwa perubahan faktor sosial disebabkan oleh faktor ekonomi. Ketika perubahan variabel A menyebabkan perubahan variabel B, namun perubahan variabel B tidak memberikan umpan balik terhadap variabel A.
I. Hubungan Antar Variabel
1. Variabel Upah terhadap Jam Kerja Wanita
pendapatan seseorang untuk mengalokasikan waktu senggangnya untuk bekerja. Menurut Soberano et al (2014) upah berpengaruh positif signifikan terhadap jam kerja wanita. Bagi pekerja wanita, kenaikan upah menjadi prioritas utama untuk dapat berpartisipasi dalam pasar kerja, terutama bagi wanita menikah. Jika pendapatan suami tidak dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari maka wanita akan memutuskan bekerja dengan harapan dapat meningkatkan pendapatan keluarga. 2. Variabel Umur terhadap Jam Kerja
Wanita
Menurut Wanda (2016) bahwa umur berpengaruh negatif secara nyata terhadap curahan waktu kerja wanita di Desa Banjaragung pada industri sepatu, dimana penambahan umur (1 tahun) akan mempengaruhi kondisi fisik seseorang semakin lemah sehingga dia tidak akan maksimal lagi dalam bekerja sehingga akan menurunkan pula jam kerja yang dia gunakan.
3. Variabel Pendidikan terhadap Jam Kerja Wanita
Faktor yang menjadi penentu angka partisipasi wanita menikah di Jakarta adalah tingkat pendidikan, apabila tingkat pendidikan yang dimiliki oleh wanita menikah masih rendah maka respon tenaga kerja wanita terhadap penawaran tenaga kerja menjadi rendah (Widarti, 1998).
4. Variabel Tempat Tinggal terhadap Jam Kerja Wanita
Wanita menikah yang tinggal diperkotaan memiliki partisipasi yang lebih tinggi untuk masuk di dalam pasar kerja karena wanita perkotaan cenderung memiliki tingkat pendidikan dan kebutuhan hidup yang lebih tinggi jika dibanding dengan wanita menikah diperdesaan (Widarti, 1998)
5. Variabel Status Perkawinan terhadap Jam Kerja Wanita
Status perkawinan juga memiliki keterkaitan yang positif terhadap jam kerja. Jika seorang pekerja sudah menikah maka akan memiliki jam kerja yang relatif tinggi dengan harapan dapat memperoleh upah yang lebih guna mencukupi kebutuhan keluarga (Purwaningsih dan Murtiningsih, 2006).
J. Kerangka Konsep Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan Circular Cumulative Causation (CCC) dengan tujuan analisis sebab akibat dari variabel upah, umur, pendidikan, tempat tinggal dan status perkawinan terhadap jam kerja pekerja wanita di Jawa Tengah yang dapat digambarkan dalam kerangka konsep penelitian sebagai berikut:
Gambar 2.3
Kerangka Konsep Pemikiran
K. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah serta teori dan konsep yang telah dibahas sebelumnya, maka disusun hipotesis sebagai berikut: a. Diduga variabel upah
berpengaruh signifikan positif terhadap jam kerja wanita di Jawa Tengah.
b. Diduga variabel umur berpengaruh signifikan negatif
terhadap jam kerja wanita di Jawa Tengah.
c. Diduga variabel pendidikan berpengaruh signifikan positif terhadap jam kerja wanita di Jawa Tengah.
d. Diduga variabel tempat tinggal berpengaruh signifikan positif terhadap jam kerja wanita di Jawa Tengah.
e. Diduga variabel status perkawinan berpengaruh signifikan positif terhadap jam kerja wanita di Jawa Tengah.
3. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di wilayah regional Jawa Tengah. Penelitian ini menganalisa pengaruh upah, umur, pendidikan, tempat tinggal, dan status perkawinan terhadap jam kerja pekerja wanita di Jawa Tengah menurut data Sakernas tahun 2015. Di data Sakernas memuat beberapa aspek mengenai sosial ekonomi dan demografi, namun peneliti membatasi pokok pembahasan. Aspek sosial ekonomi yang digunakan oleh peneliti meliputi upah. Sedangkan aspek demografi meliputi umur, pendidikan, tempat tinggal dan status perkawinan. Analisis dalam penelitian dibatasi hanya pada sampel 5.672 tenaga kerja wanita yang bekerja dan menerima upah.
Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu variabel dependen dan variabel independen:
Gambar 3.1
Penjelasan Variabel Penelitian
Variabel Dependen
Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah jam kerja yang diukur dalam jam per minggu. Menurut Badan Pusat Statistik bahwa jam kerja adalah jumlah jam kerja yang digunakan untuk bekerja (tidak termasuk jam kerja istirahat resmi dan jam kerja yang digunakan untuk hal-hal di luar pekerjaan). Waktu normal yang digunakan untuk bekerja adalah ≥ 35 jam per minggu.
Variabel Independen
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua faktor yaitu :
1. Sosial ekonomi
a) Upah adalah besarnya kompensasi yang diberikan oleh perusahaan kepada para pekerja sebagai wujud imbal jasa yang telah pekerja berikan. Upah dikelompokkan menjadi 3 yaitu kelompok upah pertama adalah kelompok upah yang kurang dari UMR Jawa Tengah Tahun 2015 (Rp 1.265.000). Kelompok upah kedua yaitu kelompok upah yang sama dengan UMR terendah dan tertinggi (Rp 1.265.000- Rp 1.909.000). Kelompok upah ketiga yaitu kelompok upah yang diatas UMR (diatas Rp 1.909.000). Pengelompokkan upah yang sama dengan UMR dimaksudkan untuk
Variabel Penelitian
Variabel Depeden Jam Kerja
Variabel Independen
Sosial Ekonomi Upah
Demografi
Umur
Tempat Tinggal
Tingkat Pendidikan
menyamakan tingkat upah sama dengan rata-rata upah yang berlaku di Jawa Tengah karena di Jawa Tengah tidak memastikan besarnya angka nominal mengenai UMR sehingga peneliti mengambil keputusan untuk menggunakan besarnya UMR dari range upah yang terendah sampai tertinggi.
2. Faktor Demografi
a) Umur adalah umur pekerja yang dinyatakan dalam tahun. Umur dikategorikan menjadi 2 yaitu kategori pertama umur 15-64 tahun, kategori kedua umur 2 yaitu selain umur 15-64 tahun. Pengkategorian umur diatas dimaksudkan untuk melihat umur produktif dan umur tidak produktif, dimana bagi umur produktif diasumsikan sudah siap untuk berpartisipasi dalam pasar kerja. b) Tempat tinggal adalah tempat yang
ditinggali oleh pekerja yang dikelompokkan menjadi dua yaitu kota dan desa, dimana dalam pembentukan model regresi, desa sebagai pembanding.
c) Tingkat Pendidikan adalah pendidikan yang ditamatkan oleh pekerja yang dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu kelompok pendidikan pertama yaitu mereka yang tidak sekolah dan tidak tamat SD serta SD. Kelompok pendidikan kedua adalah SMP dan SMA sederajat. Kelompok pendidkan ketiga adalah diploma dan sarjana.
d) Status perkawinan adalah kedudukan seseorang dalam unit usaha/kegiatan dalam melakukan pekerjaan dari masing-masing pekerja selama 1 tahun terakhir. Status perkawinanan dikategorikan menjadi 2 yaitu kategori status perkawinan pertama adalah para pekerja yang sudah pernah menikah sedangkan kategori status perkawinan kedua adalah para pekerja yang belum menikah.
Dalam penelitian ini menggunakan model analisis regresi linier berganda digunakan untuk membuktikan hipotesis yang pertama dalam penelitian ini dan mengetahui seberapa pengaruh variabel bebas terhadap variabel tidak bebas. Selain itu, analisis tersebut juga dapat digunakan untuk meneliti dan mengetahui pengaruh dari berbagai variabel yang relevan dan dengan demikian diharapkan dapat menjawab hipotesis yang ada.
Berikut adalah bentuk sebab akibat dari berbagai variabel yang relevan dalam penelitian ini:
Dari rumusan diatas, maka bentuk persamaan regresi linier berganda adalah sebagai berikut:
Table 3.2
Keterangan Variabel Persamaan Model
Variabel Penjelasan
JAMKER Jam Kerja Wanita
(Jam Per Minggu)
UPAH Upah Pekerja (Rupiah)
UMUR Umur Pekerja (Tahun)
TT Tempat Tinggal
PDDKN Tingkat Pendidikan
SP Status Perkawinan
β1, β2, β3, β4,
β5 variabel independen Koefisien regresi
C Konstanta
Residu
Untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel independen maka dilakukan (Gujarati dan Porter, 2010):
a. Uji Statistik
1. Uji T
Uji t adalah pengujian koefisien regresi secara individual. Pada dasarnya uji ini digunakan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh masing-masing variabel independen dalam mempengaruhi perubahan variabel dependen, dengan asumsi variabel independen lainnya konstan. Langkah-langkah yang dilakukan untuk uji T adalah: a) Menentukan Hipotesis
1) Ho : β1 = 0
Artinya suatu parameter (β1) sama dengan nol atau variabel independen tersebut bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.
2) Ho : β1≠ 0
Artinya suatu parameter (β1) tidak sama dengan nol atau variabel independen tersebut merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.
b) Kesimpulan
1) Apabila nilai –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima. Artinya variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen secara signifikan.
2) Apabila nilai t hitung > t tabel atau t hitung > -t tabel maka Ho ditolak. Artinya variabel independen mampu mempengaruhi variabel dependen secara signifikan
2. Uji F
Uji F dilakukan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen.
Nilai terletak antara 0 dan 1 (0 ≤ ≤ 1). Jika = 1, artinya garis
regresi tersebut mampu menjelaskan 100 % variasi dalam variabel tidak bebas dan sebaliknya. Jika = 0, artinya model tersebut tidak mampu menjelaskan sedikitpun variasi dalam variabel tidak bebas, sehingga suatu model dikatakan lebih baik apabila koefisien determinasinya mendekati nilai 1.
4. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan Regresi Linier Berganda maka diperoleh hasil sebagai berikut:
a. Uji Statistik a. Uji T a. Upah
Berdasarkan hasil olahan (terlampir) diperoleh nilai probabilitas variabel upah dengan signifikansi sebesar 0,0000. Hal ini berarti bahwa tingkat signifikansi lebih kecil jika dibanding dengan tingkat signifikansi 0,05 maka menolak Ho dan menerima Ha, sehingga secara statistic variabel upah berpengaruh terhadap jam kerja wanita pada tingkat signifikansi.
b. Umur
Berdasarkan hasil olahan (terlampir) diperoleh nilai probabilitas variabel umur dengan signifikansi sebesar 0,0000. Hal ini berarti bahwa tingkat signifikansi lebih kecil jika dibanding dengan tingkat signifikansi 0,05 maka menolak Ho dan menerima Ha, sehingga secara statistic variabel umur berpengaruh terhadap jam kerja wanita pada tingkat signifikansi.
c. Pendidikan
Ha, sehingga secara statistic variabel pendidikan berpengaruh terhadap jam kerja wanita pada tingkat signifikansi. d. Tempat Tinggal
Berdasarkan hasil olahan (terlampir) diperoleh nilai probabilitas variabel tempat tinggal dengan signifikansi sebesar 0,0000. Hal ini berarti bahwa tingkat signifikansi lebih kecil jika dibanding dengan tingkat signifikansi 0,05 maka menolak Ho dan menerima Ha, sehingga secara statistic variabel tempat tinggal berpengaruh terhadap jam kerja wanita pada tingkat signifikansi.
e. Status Perkawinan
Berdasarkan hasil olahan (terlampir) diperoleh nilai probabilitas variabel status perkawinan dengan signifikansi sebesar 0,0000. Hal ini berarti bahwa tingkat signifikansi lebih kecil jika dibanding dengan tingkat signifikansi 0,05 maka menolak Ho dan menerima Ha, sehingga secara statistic variabel status perkawinan berpengaruh terhadap jam kerja wanita pada tingkat signifikansi.
2. Uji F
Uji F digunakan untuk mengetahu bagaimana pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara bersama-sama. Hasil estimasi model regresi diperoleh nilai F hitung sebesar 138,2962 dengan probabilitas 0,000000. Hasil Uji F ini dapat disimpulkan bahwa secara bersama-sama variabel upah, umur, pendidikan, tempat tinggal dan status perkawinan mempunyai pegaruh yang nyata terhadap jam kerja pekerja wanita di Jawa Tengah pada tingkat signifikansi 5%
3. Uji R2
R2 digunakan untuk mengetahui berapa persen variasi variabel dependen dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen. Berdasarkan
hasil olah data didapatkan nilai R2 sebesar 0,1087 yang artinya 10,87 persen variabel jam kerja dapat dijelaskan oleh variasi variabel upah, umur, pendidikan, tempat tinggal dan status perkawinan sedangkan sisanya 89,13 persen dijelaskan oleh variabel lain diluar model.
4. Interpretasi Hasil Secara Ekonomi
Variabel Koefisien
UPAH 6.06E-06
UMUR -0.105562
PDDKN -0.540697
TT -1.226107
SP -2.173771
C 49.91306
a. Besarnya koefisien variabel upah adalah positif 0.00000606 yang berarti bahwa setiap peningkatan 1 rupiah upah pekerja wanita maka akan menaikkan jam kerja pekerja wanita sebesar 0.00000606 jam per minggu, dengan asumsi variabel lain adalah cateris paribus. Hasil temuan ini sesuai dengan penelitian Soberano et al (2014) bahwa hubungan yang positif antara upah dengan jam kerja wanita dikarena bagi seorang pekerja wanita, kenaikan upah menjadi prioritas utama untuk dapat berpartisipasi dalam pasar kerja, terutama bagi wanita menikah. Jika pendapatan suami tidak dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari maka wanita akan memutuskan bekerja dengan harapan dapat meningkatkan pendapatan keluarga.
umur pekerja wanita di Jawa Tengah sudah tidak produktif lagi dalam bekerja. Hasil temuan ini sama dengan penelitian Wanda (2016) dimana penambahan umur akan mempengaruhi kondisi fisik seseorang semakin lemah sehingga dia tidak akan maksimal lagi dalam bekerja sehingga akan menurunkan pula jam kerja yang dia gunakan.
c. Besarnya koefisien variabel pendidikan adalah negatif 0.540697 yang berarti bahwa setiap peningkatan 1 jenjang pendidikan bagi pekerja wanita maka akan menurunkan jam kerja pekerja wanita sebesar 0.540697 jam per minggu, dengan asumsi variabel lain cateris paribus. Hal ini menandakan bahwa sebagain besar pekerja wanita di Jawa Tengah berada di sektor informal dimana wanita yang berpendidikan rendah akan memiliki jam kerja lebih banyak jika dibanding seorang wanita yang berpendidikan tinggi karena semakin banyak yang bisa mereka lakukan untuk bekerja atau melakukan penawaran kerja di sektor informal. Oleh karena itu banyak wanita lebih memilih untuk masuk ke sektor informal di bandingkan ke sektor formal karena pendidikan bukan batasan untuk mereka memperoleh pekerjaan. d. Besarnya koefisien variabel tempat
tinggal adalah negatif 1.226107 yang berarti bahwa terdapat perbedaan jam kerja antara pekerja wanita yang tinggal diperkotaan dengan pekerja wanita yang tinggal di perdesaan (base category) dimana pekerja wanita yang tinggal di perdesaan mempunyai jam kerja yang lebih sedikit sebesar 1.226107 jam per minggu dengan asumsi variabel lainnya cateris paribus. Hal ini menandakan bahwa jika semakin sedikit jam kerja di
perdesaan akan mempengaruhi tingkat upah yang diterima, berbeda dengan di perkotaan yang memiliki jam kerja tinggi dengan harapan memperoleh upah yang tinggi pula. e. Besarnya koefisien variabel status perkawinan adalah negatif 2.173771 yang berarti bahwa terdapat perbedaan jam kerja antara pekerja wanita yang belum menikah dengan pekerja wanita yang sudah menikah (base category) dimana pekerja wanita yang sudah menikah mempunyai jam kerja yang lebih sedikit sebesar 2.173771 jam per minggu dengan asumsi variabel lainnya cateris paribus. Hasil ini berbeda dengan temuan Purwaningsih dan Murtiningsih (2006) bahwa adanya keterkaitan yang positif antara status perkawinan dengan jam kerja, dimana jika seorang pekerja sudah menikah maka akan memiliki jam kerja yang relatif tinggi dengan harapan dapat memperoleh upah yang lebih guna mencukupi kebutuhan keluarga.
Sedangakn dalam penelitian ini hubungan antara status perkawinan dan jam kerja pekerja wanita adalah negatif, hal ini dapat terjadi karena seorang wanita yang sudah menikah memutuskan untuk keluar dari pekerjaan. Keputusan seorang wanita untuk berhenti dari pekerjaan tidak terlepas dari keinginan suami agar istrinya menjadi seorang ibu rumah tangga.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
di Jawa Tengah. Variabel upah berpengaruh signifikan positif terhadap jam kerja pekerja wanita, variabel umur berpengaruh signifikan negatif terhadap jam kerja pekerja wanita, variabel pendidikan berpengaruh signifikan negatif terhadap jam kerja pekerja wanita, variabel tempat tinggal berpengaruh signifikan negatif terhadap jam kerja pekerja wanita dan variabel status perkawinan berpengaruh signifikan negatif terhadap jam kerja pekerja wanita.
B. SARAN KEBIJAKAN
Berdasarkan hasil temuan dalam penelitian ini, dapat dikemukakan saran yang berhubungan dengan dengan kebijakan, khususnya dalam menangani masalah ketenagakerjaan, baik tentang pengupahan maupun jam kerja pekerja wanita di Provinsi Jawa Tengah. Bagi pembuat kebijakan publik maupun perusahaan untuk menghilangkan diskriminasi antara pekerja laki-laki dan perempuan dalam pasar kerja baik dari segi jabatan maupun pemberian upah dan memberikan hak-hak kepada para pekerja wanita sesuai dengan UU No 13 Tahun 2013.
DAFTAR PUSTAKA
Ananta, Aris. (1990). “Ekonomi Sumber Daya Manusia”. Jakarta. Lembaga Demografi LPFEUI.
Badan Pusat Statistik Indonesia. (2015). “Statistik Tenaga Kerja Indonesia Tahun 2015”. Jakarta Pusat: Badan Pusat Statistik.
Bellante, Don dan Jackson, Mark.
(1990). “Ekonomi
Ketenagakerjaan”, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Gujarati dan Porter. (2010). “Dasar -dasar Ekonometrika Jilid 2 Edisi 5”. Jakarta: Salemba Empat. McEachern, William. (2000).
“Ekonomi Makro Pendekatan Kontemporer”. Jakarta: Salemba Empat.
Nicholson, Walter. (1999). “Teori Mikro Ekonomi Dasar dan Perluasan”. Jakarta: Binarupa Aksara.
Purwaningsih, Yunastiti dan Murtiningsih. 2006.‖ Determinan Jam Kerja Para Pekerja Di
Propinsi Jawa Tengah‖.
Empirika, Vol. 19 No. 1, Juni 2006. Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Reynolds, AJ. (2000). “Karakteristik Dinamis Peran Ganda Wanita”.
Yogyakarta.
Sebastian Berger. (2008).‖Circular Cumulative Causation (CCC) à la Myrdal and Kapp — Political Institutionalism for Minimizing Sosial Costs‖. Journal of Economic Issues, 42:2, 357-365, DOI: 10.1080/00213624.2008.115
07144 dikutip dalam
http://dx.doi.org/10.1080/0021362 4.2008.11507144 pada 04 Januari 2016.
Simanjuntak, Payaman J. (1985). “Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia”. Penerbit FEUI (Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia), Jakarta
Soberano et al. (2014). ―Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi curahan jam kerja pedagang sayur wanita di Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember‖. Artikel Ilmiah Mahasiswa. Ekonomi Pembangunan Universitas Jember (UNEJ).
Survei Angkatan Kerja Nasional. (2015). “Survei Angkatan Kerja Nasional: Pedoman Pencacah 2015”. Jakarta: Badan Pusat Statistik
Sutomo. 1996. ―Analisis Jam Kerja para Pekerja di Propinsi Jawa Tengah 1987 (Suatu Analisis Data
Sakernas 1987)‖. Thesis S2
Kajian Kependudukan dan Ketenagakerjaan .Tidak Dipublikasikan, Program Pasca Sarjana, UI.
Tjaja, Ratna. (2000). ―Wanita Bekerja dan Implikasi Sosial‖. Naskah No. 20 Juni-Juli 2000 Bappenas. Jakarta: Bappenas.
Undang-Undang No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
Wanda, Olga Claudia Gusti. (2016).
―Analisis Faktor-faktor yang
mempengaruhi curahan waktu kerja wanita di Desa Banjaraggung Kabupaten Jombang pada Industri sepatu sebagai bentuk kontribusi terhadap ekonomi keluarga. Jurnal Ilmiah Ilmu Ekonomi. Universitas Brawijaya Malang. Widarti, Dyah. (1998). ―Determinants
LAMPIRAN
A. HASIL PERSAMAAN REGRESI
JAMKER = 6.06285654808e-06*UPAH - 0.105562208195*UMUR - 0.540697469468*PDDKN - 1.22610653218*TT - 2.17377061947*SP + 49.9130564841
B. HASIL REGRESI LINIER BERGANDA
Sumber: Hasil Olah Data Sakernas Regresi Linier Berganda dengan Eviews 9
Dependent Variable: JAMKER Method: Least Squares Date: 12/04/17 Time: 12:02 Sample: 1 5672
Included observations: 5672
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
UPAH 6.06E-06 2.67E-07 22.69302 0.0000
UMUR -0.105562 0.014051 -7.512617 0.0000
PDDKN -0.540697 0.046612 -11.59986 0.0000
TT -1.226107 0.286463 -4.280156 0.0000
SP -2.173771 0.413048 -5.262757 0.0000
C 49.91306 0.914559 54.57612 0.0000
R-squared 0.108767 Mean dependent var 42.86989
Adjusted R-squared 0.107980 S.D. dependent var 10.50269
S.E. of regression 9.919454 Akaike info criterion 7.427930
Sum squared resid 557509.3 Schwarz criterion 7.434958
Log likelihood -21059.61 Hannan-Quinn criter. 7.430377
F-statistic 138.2962 Durbin-Watson stat 1.562269